1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SEKOLAH DASAR Nurwanti Iskandar, Hj. Epon Nur’aeni L, H. Oyon Haki Pranata Program SI PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat. Oleh karena itu guru harus menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tentang penjumlahan bilangan bulat yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual.Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh data secara akurat dalam penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Oleh karena itu peneliti mengadakan penelitian dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Purwanajaya sebanyak 22 orang. Dalam penelitian ini dilibatkan seorang mitra sebagai observer,penelitian berlangsung dalam dua siklus.Hasil penelitian setelah dilaksanakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan Hal ini membuktikan bahwa penggunaan pendekatan kontektual dalam menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Hasil Belajar, Penjumlahan Bilangan Bulat, Pendekatan Kontektual. Abstract This research was motivated by the difficulty students in solving the sum of integers. Therefore, teachers should implement a learning strategy that can enhance students' ability to solve problems on the sum of the integers is by using kontekstual. Purpose general approach of this study was to obtain accurate data in the application of a contextual approach to improving student learning outcomes Elementary School fourth grade Purwanajaya Cibalong District of Tasikmalaya regency. Therefore, researchers conducted research using the action research study is class. Subjek fourth grade students of SDN Purwanajaya many as 22 people. In this study involved a partner as an observer, the study took place in two siklus. Result conducted the study after the first cycle and second cycle increased It is proved that the use of contextual approach in solving the sum of the integers can improve student learning outcomes. Keywords: Learning Outcomes, Addition Integer, Contextual Approach. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil identifikasi hasil pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya hanya mencapai ketuntasan sebesar 50%. Seharusnya pencapaian standar ketuntasan mata pelajaran matematika 70%. Rendahnya hasil belajar siswa dalam memahami konsep penjumlahan bilangan bulat dikarenakan ada beberapa faktor penyebab di antaranya: 1. Penyampaian guru pada materi penjumlahan bilangan bulat masih menggunakan cara praktis yaitu dengan memberikan algoritma yang diperlukan bukan memberi stimulus pada siswa untuk mencarinya sendiri. 2. Pelaksanaan pembelajaran sering kali tidak sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum 2006. 3. Siswa kurang termotivasi untuk bertanya pada guru tetapi lebih memilih menanyakan hasil pada temannya daripada menanyakan cara mendapatkannya. 2 Bertolak dari data-data di atas, upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran mengenai penjumlahan bilangan bulat guna meningkatkan hasil pembelajaran siswa, adalah dengan cara memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep sendiri, merancang model, menerapkan konsep, mengembangkan keterampilan bertanya, belajar dalam kelompok dan bisa menilai kesalahan-kesalahan sendiri dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang tepat sehingga tercipta situasi pembelajaran yang menyenangkan untuk mengarah pada keberhasilan pembelajaran secara optimal. Berdasarkan latar belakang pembelajaran penjumlahan bilangan bulat matematika di kelas IV SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran matematika pada topik penjumlahan bilangan bulat dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa tentang Penjumlahan bilangan bulat Melalui Pendekatan Kontekstual”. (Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya). Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana meningkatkan hasil belajar tentang penjumlahan bilangan bulat dengan pendekatan kontekstual di kelas IV SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya?”. Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang akurat tentang pembelajaran kontekstual pada penjumlahan bilangan bulat dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan hasil dari pembelajaran kontekstual di kelas IV SD Negeri Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Pengembangan pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui pemecahan masalah di kelas IV SD Negeri Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Istilah mathematic (Inggris) berasal dari perkataan Latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, yaitu mathematike yang berarti relating to learning. Perkataan tersebut mempunyai akar kata mathematike berhubungan sangat erat dengan kata lainnya yang serupa yaitu mathanein yang mengandung arti belajar atau berpikir. Menurut Ruseffendi (dalam Suwangsih, 2008: 48) “matematika terbentuk sebagai pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran”. Hal ini sejalan dengan Suherman (2007: 54) bahwa perkataan Metematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bernalar”. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan matematika merupakan aktivitas manusia yang diperoleh dalam dunia rasio dan diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika yang pada tahap awalnya dibentuk dari pengalaman manusia secara empiris. Agar konsep-konsep matematika itu dapat dipahami oleh orang yang mempelajarinya dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara tepat maka digunakan notasi dan istilah yang dikenal dengan bahasa matematika. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2006: 109) menyatakan bahwa“matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia”. Dengan kata lain, matematika itu adalah ilmu yang menyeluruh mendasari ilmu- 3 ilmu yang lain dalam perkembangannya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dilandasi oleh perkembangan ilmu-ilmu matematika seperti aljabar, analisis teori peluang dan matematika diskrit. Dengan kemajuan teknologi yang pesat maka penguasaan matematika yang kuat, sejak dini adalah modal utama. Pembelajaran matematika berdasarkan Kurikulum 2004 bertolak pada Kompetensi Matematika yaitu perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SD saat ini lebih diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan matematika, pemahaman, kemampuan terhadap nilai, sikap dan minat siswa supaya dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan. SD merupakan jenjang pendidikan formal pertama dalam Sistem Pendidikan Nasional. Di SD siswa mendapatkan pengetahuan matematika dasar sebagai pijakan untuk dikembangkan dijenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adapun tujuan pembelajaran matematika di SD menurut Kurikulum 2006 (Depdiknas, 2006 : 110) adalah : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan, keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahai masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 3. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. 5. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar penjabarannya tetap berpedoman pada kurikulum dan ruang lingkup matematika Sekolah Dasar. Namun secara umum menekankan pada keterampilan berhitung, sebagai mana diungkapkan Suherman (2001:60)"matematika untuk para siswa SD penekanannya pada berhitung sehingga materi yang paling banyak diberikan di SD adalah unit aritmatika Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari- hari. Dengan konsep itu hasil pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja, mengalami, bukan mentransper pengetahuan dari guru ke siswa. Sesuai dengan pendapat Nurhadi (dalam Suwangsih, 2008: 13) yaitu : Bertolak dari definisi di atas, pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata. Pengetahuan yang diperoleh siswa dibentuk atau disusun sendiri melalui interaksinya dengan lingkungan. Sesuatu yang diketahui adalah hasil pengalaman sendiri. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah mengelola kelas dan lebih banyak mengatur strategi bagaimana siswa memperoleh pengalaman belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru secara bermakna melalui pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sebelumnya. Berikut ini adalah uraian mengenai tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual yang terdapat pada contextual teaching and learning (Depdiknas, 2007: 100): 4 1. Kontruktivisme (contructivism) Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Menemukan (inquiry) Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. 3. Bertanya (questioning) Bertanya sebagai alat belajar untuk mengembangkan sifat ingin tahu siswa. 4. Masyarakat Belajar (learning community) Menciptakan masyarakat belajar artinya belajar dalam kelompok-kelompok belajar. 5. Pemodelan (modeling) Menunjukkan model sebagai contoh pembelajaran (benda-benda, guru, siswa lain, karya ilmiah) 6. Refleksi (reflection) Melakukan refleksi di akhir pertemuan agar siswa merasa bahwa hari ini belajar sesuatu. 7. Penilaian yang sebenarnya (outentic assessment) Melakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual (Depdiknas, 2007: 100) adalah sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; 3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan cara bertanya; 4. Ciptakan masyarakat belajar dengan siswa belajar dalam kelompok; 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan; 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara; Ada beberapa perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran tradisional (Depdiknas, 2007: 100) yaitu sebagai berikut. No Pembelajaran kontekstual Pembelajaran Tradisional 1. Siswa secara aktip terlibat dalam Siswa adalah penerima proses pembelajaran. informasi secara pasip 2 Siswa belajar dari teman melalui kerja Siswa belajar secara kelompok, diskusi, saling mengoreksi individual 3 Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak kehidupan nyata dan atau masalah dan teoritis. yang disimulasikan 4. Perilaku dibangun atas kesadaran Perilaku dibangun atas dasar sendiri kebiasaan. 5. Keterampilan dikembangkan atas Keterampilan dikembangkan dasar pemahaman. atas dasar latihan. 6. Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik kepuasan diri. adalah pujian (nilai rapor) 5 No 7. 8. Pembelajaran kontekstual Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa satu dengan yang siswa lain Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa.. Pembelajaran Tradisional Rumus adalah kebenaran absolut (sama untuk semua orang) Rumus itu ada di luar diri siswa, harus diterangkan, dan diterima dihapal serta dilatihkan. METODE Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah “Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran” (Kasbolah 2008 : 15). Menurut Depdiknas (2006 : 19) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan di dalam kelas dengan menggunakan satu atau lebih desain penelitian yang dapat diterapkan. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan siklus berulang, pada siklus dua dilaksanakan berdasarkan data dan rekomendasi yang diperoleh pada siklus satu. Untuk melihat sejauh mana siswa dapat menyelesaikan penjumlahan bilangan bulat maka dilakukan observasi dan identivikasi hasil pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Berbagai metode pengumpulan data yang diperoleh baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif, merupakan suatu hal yang penting dalam suatu penelitian yang dijadikan suatu acuan dalam memberikan tindakan atau penilaian. Teknik analisis data pada penelitian ini difokuskan pada teknik analisis kualitatif guna mengetahui tingkat keberhasilan pendekatan kontekstual dalam penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SD Negeri Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Perencanaan pelaksanaan penelitian telah dilaksanakan dalam dua siklus. Untuk pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pembelajaran matematika yaitu pada hari Senin. Alokasi waktu yang digunakan adalah 3 × 35 menit (3 jam pelajaran). Prosedur pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang, yaitu mencakup kegiatan guru mengadakan apersepsi, siswa menemukan konsep penjumlahan bilangan bulat dengan bimbingan guru, siswa berdiskusi untuk mengisi LKS (Lembar Kerja Siswa) dan siswa mengisi Lembar Evaluasi. Proses pelaksanaan penjumlahan bilangan bulat pada siklus 1, guru sangat bersemangat dan lancar dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak sesuai dengan RPP, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berurutan, selain itu kegiatan pembelajaran lebih berfokus pada guru. Pelaksanaan evaluasi sudah tertib, namun dalam menyimak penjelasan materi masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan dikarenakan siswa belum siap menerima pelajaran Proses pelaksanaan penjumlahan bilangan bulat pada siklus 2 sudah ada peningkatan. Kegiatan pada pembelajaran penjumlahan bilangan bulat sudah terfokus pada kegiatan siswa, dan tahap pembelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang. Kondisi kelas lebih terkendali dan siswa sangat antusias dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6 Hasil penelitian ini mengikuti alur pelaksanaan penelitian yang meliputi kegiatan 1. Orientasi dan identifikasi masalah; 2. Perencanaan tindakan penelitian; 3. Pelaksanaan tindakan penelitian. Kegiatan orientasi dan identifikasi masalah berfokus pada pelaksanaan pembelajaran bilangan bulat di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya. Peneliti bersama-sama dengan kepala sekolah dan guru kelas IV membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran bilangan bulat, serta rencana mengadakan penelitian dengan menggunakan Purnawanajaya pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam memahami konsep penjumlahan bilangan bulat. Menurut kepala sekolah dan guru kelas IV, gedung Sekolah Dasar Negeri Purwanajaya Kecamatan Cibalong digunakan pada pagi hari dimulai dari pukul 07.30 s.d. 12.05 dengan satu rombongan belajar. Personil guru SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 3 guru sukwan dan 1 penjaga sekolah. Ruang kelas IV berada di antara ruang kantor dan ruang kelas III. Siswa kelas IV SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong berjumlah 22 orang dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 11 orang dan siswa perempuan sebanyak 11 orang. Menurut guru kelas IV, program pembelajaran penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong disesuaikan dengan program pembelajaran kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jadwal pembelajaran matematika dilaksanakan pada hari Senin dan Rabu. Jumlah alokasi waktu mata pelajaran matematika dalam satu minggu adalah lima jam pelajaran, hari Senin tiga jam pelajaran dan hari Rabu dua jam pelajaran. Penelitian akan dilaksanakan pada saat jadwal pelajaran matematika. Guru kelas IV SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong berperan sebagai observer dan peneliti berperan sebagai pengajar. Peneliti sangat menyukai pelajaran matematika tetapi pengalaman dalam mengajar masih kurang. Kebiasaan dalam mengajarkan matematika khususnya materi penjumlahan bilangan bulat kurang mengefektifkan pendekatan yang tepat sehingga pemahaman siswa terhadap materi sangat kurang, tetapi peneliti selalu memberikan latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan siswa. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran penjumlahan bilangan bulat adalah garis bilangan. Guru menyediakan garis bilangan dari kertas karton dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 4 cm.. Penelitian yang dilaksanakan belum sepenuhnya berhasil dikarenakan masih ada siswa yang nilainya dibawah 70 yang merupakan kriteria ketuntasan minimal. Pada siklus 1 hanya sepuluh orang yang mendapat nilai ‹ 70, dan 12 orang yang mendapatkan nilai ≥ 70. Pada siklus 2 19 orang mendapat nilai › 70. Dan 3 orang mendapat nilai < 70.Sehingga penelitian yang dilakukan cukup berhasil dilihat dari nilai rata-rata hasil evaluasi siswa yang terus meningkat dari tiap siklus. Siswa secara keseluruhan sudah mampu menyelesaikan soal evaluasi tentang penjumlahan bilangan bulat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajarr Siswa tentang Penjumlahan Bilangan Bulat melalui pendekatan kontekstual di Sekolah Dasar Kelas IV SDN Purnawajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kelas IV SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya disusun berdasarkan KTSP 2006. Langkahlangkah kegiatan dalam perencanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, 7 dan kegiatan akhir. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat dirancang dengan langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual. Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kelas IV SDN Purwanajaya Kecamatan Cibalong Kabupaten Tasikmalaya dilakukan dengan menggunakan acuan perencanaan yang mengandung prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual. Adapun hasil penilaian terhadap pelaksanaan dapat dilihat dari hasil observasi terhadap aktvitas guru dan siswa serta hasil belajar kelompok setip siklusnya meningkat secara signifikan. Oleh karena itu pendekatan kontekstual dipandang sangat perlu dilaksanakan dan dikembangkan dalam pembelajaran matematika karena pendekatan ini merupakan strategi yang sesuai dengan konteks anak, akibatnya materi lebih cepat dipahami oleh anak. Hasil belajar siswa menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat dapat meningkat setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan penelitian yaitu sekitar 50%, 60,68% siklus I sampai siklus II yang mencapai 70,63 %. Berdasarkan hasil temuan penelitian (research) oleh peneliti dilapangan ada beberapa saran yang disajikan yaitu pendekatan kontekstual sebaiknya dilaksanakan dan dikembangkan bukan hanya dalam pembelajaran penyelesaian operasi penjumlahan bilangan bulat saja tetapi dapat juga digunakan dalam materi-materi pembelajaran matematika yang lainnya. Penerapan pendekatan kontekstual merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu siswa dalam menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat tentang materi penjumlahan bilangan bulat yang sangat penting dikembangkan pada pelajaran matematika karena melibatkan siswa aktif karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Kemampuan siswa dalam operasi penjumlahan bilangan bulat yang mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian harus diperhatikan dan lebih dikembangkan karena hal ini merupakan pra syarat dalam menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat pada pelajaran matematika. Untuk mengetahui keberhasilan dan ketidak berhasilan metode pembelajaran dapat dibuktikan secara empiris apabila guru mampu menyusun perencanaan, melaksanakan dan menilai hasil tindakan. Melalui rangkaian kegiatan tersebut peneliti dapat membuktikan ternyata kreativitas guru melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap penjumlahan bilangan bulat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dipandang sebagai salah satu model penelitian yang dapat mendeskripsikan upaya-upaya guru dalam mengatasi ketidak berhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM). Oleh sebab itu, guru sangat disarankan untuk mempraktekkan PTK. DAFTAR PUSTAKA BNSP. 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) 2006 . Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)Mata pelajaran Matematika SD/SMP/SMA. Jakarta: Depdiknas --------------,2003. Pendekatan Kontekstual (contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas. 8 Habey 1996/1997. Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud. Iswadi. 2006. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UMPRES. Kasbuloh K. 2007. Kiat Pembelajaran Soal Cerita dalam matematika. Jakarta: Depdiknas. Legiyanti. 2008. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka. Mulyasa. 2007. Implemetasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Model-Model Pembelajaran. Bandung : Bina Media Informasi. Nanang. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya. Nurhadi. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sardja. 1999. Psikologi Kependidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya. Suherman. 2001. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Roda Karya. Surya. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas. Suwangsih, dkk. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Syamsudin, 2011. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi Dlam Pembeljaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Wardanai. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Diknas Dikti Proyek PGSD.