A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Kata

advertisement
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ),
secara epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin
communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata
communis memiliki makana “berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu
usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminilogis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, yang
terlibat dalam komunikasi ini adalah manusia.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut dijelaskan secara
efektif oleh Effendy bahwa para ahli komunikasi sering mengutip paradigma
yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyannya, The Structure and
Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang
baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan
sebagai berikut: Who Says What In Which Channel to Whom with What
Effect?
Paradigma Laswell menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima
unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:
· Komunikator (siapa yang mengatakan?)
· Pesan (mengatakan apa?)
· Media (melalui saluran apa?)
· Komunikan (kepada siapa?)
· Efek (efek apa?)
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell, secara sederhana prosese
komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
2. Proses komunikasi
Berdasarkan paradigma Laswell, Effendy (1994:11-19) membedakan
proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
a. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atauperasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambing sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan
nonverbal.
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
pesan yang diterima oleh komunikan. Prosesnya sebagai berikut,
pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan
kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran
atau perasaannya ke dalam lambing (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian, komunikan menterjemahkan
(decode) pesan dari komunikator. Ini berarti komunikan menafsirkan
lambing yang mengandung perasaan dan pikiran komunikator.
Menurut Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan
bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni
perpaduan pengalaman dan pengertian yang diperoleh komunikan.
Kemudian Schramm juga menambahkan, bahwa komunikasi akan
berjalan lancara apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan
dengan bidang pengalaman komunikan. Sebagai contoh: si A seorang
mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta
asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A
tentunya akan sangat mudah dan lancaraapabila pembicaraan mengenai
hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahsiswa.
Seandainya si A membicarakan hal tersebut dengan si C yang yang
seorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikasi tidak
akan berjalan lancar.
b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah prosese penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media
pertama. Seorang komunikator menggunakan media komunikasi
karena komunikan sebagai sarana berada di tempat yang relativ jauh
atau jumlahnya banyak. Surat, te;epon fax, radiao, majalah, dll
merupakan media yang sering digunakan dalan komunikasi.
3. Bentuk dan Fungsi Komunikasi Organisasi
a. Komunikasi Internal merujuk pada pertukaran informasi dan gagasan
di dalam organisasi. Komunikasi di antara anggota suatu organisasi
penting untuk melakukan fungsi secara efektif.Untuk mempertahankan
arus informasi yang sehat,menajer yang efektif menggunakan saluran
komunikasi formal dan
informal. Komunikasi juga merupakan
pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam
suatu perusahaan atau jawatan, lengkap dengan strukturnya yang khas
(organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical
didalam
perusahaan
atau
jawatan
Komunikasi
Internal
yang
menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).
Komunikasi internal merupakan upaya yang dilakukan dalam
menyampaikan pesan, ide,gagasan serta informasi lainnya dapat terjadi
dalam konteks secara vertikal, horizontal, maupun secara diagonal di
dalam suatu organisasi (Lawrence D. Brennun)
1. Fungsi komunikasi internal
 Mengkomunikasian kebijaksanaan direksi
dan manajemen
pada karyawan
 Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar
karyawan
 memahami dasar pengambilan keputusan yang diambil
 Membangun jaringan komunikasi interkatif antara karyawan,
manajemen
 dan direksi
 Membantu proses restrukturisasi, mulai dari sosialisasi
kebijakan hingga pelatihan untuk mengurangi dampak buruk
restrukturisasi
 Membantu peningkatan rasa memiliki karyawan terhadap
perusahaan
 Membantu terciptanya budaya perusahaan yang sesuai dengan
visi organisasi
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Internal
 Komunikasi Vertikal (Vertical Communication)
 Komunikasi Horizontal (Horizontal
 Communication)
 Komunikasi Cabang atau Komunikasi Diagonal (Crosswise
Communication)
b. KomunikasirEksternal
Komunikasi eksternal adalah membawa informasi ke dalam dan keluar
organisasi.Perusahaan bertukar pesan dengan pelanggan ;penjual ;
distributor; pesaing; investor; wartawan; Komunikasi ini sering secara
hati-hati diatur terutama dalam hati masa kritis ( kasus); bisa juga
terjadi secara informal sebagai bagian operasi bisnis rutin.
Kontak Informal dengan dunia luar; sebagai
anggota organisasi
otomatis menjadi saluran komunikasi dengan dunia luar.
Kontak Formal dengan dunia luar seperti Pesan pemasaran (promosi)
dan Hubungan Masyarakat
3. Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
a. Komunikasi Memungkinkan Org Utg Saling Bertukar Informasi
o menetapkan tujuan
o Membuat dan melaksanakan keputusan
o mengukur prestasi kerja
o merekrut dan mengembangkan staff
o pelayanan pelanggan
b. Membantu Menghubungkan Klp Anggota Yg Terpisah
4. Pola Komunikasi
a. Saluran komunikasi formal
1) Komunikasi dari atas ke bawah (top-down) : berkaitan dengan
tanggung jawab
wewenang, dengan
pengarahan
instruksi
atau
kerja,
tujuan ,: memberikan
informasi
alasan
pekerj
dilaksanakan, informasi prosedur dan praktek organisasional,
umpan balik pelaks kerja kpd kary, tujuan yg ingin dicapai perush,
kelemahan :kemungkinan sensor atau penyaringan info penting.
1) Komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up), dari staf
ke
pimpinan, kelemahan : cenderung ABS
2) Komunikasi harizontal : sederajat atau selevel, gunanya untuk
persuasi, mempengaruhi, dan memberi informasi.
3) Komunikasi diagonal: melibatkan dua level yang berbeda.
b. Keterbatasan Komunikasi formal :
“kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian
informasi ke level yg lebih tinggi, karena setiap keterkaitan dalam jalur
komunikasi dapat menggambarkan munculnya kesalah pahaman”
Cara mengatasinya : mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam
struktur orgnsasi.
c. Saluran Komunikasi Informal :
orang-orang yg ada dalam organisasi berkomunikasi dg luas tanpa
memperdulikan jenjang hirarki, pangkat atau kedudukan/jabatan.
5. Cara Mengelola Komunikasi
1. Penanganan pesan-pesan rutin
a) Mengurangi jumlah pesan
b) Memberi instruksi yg jelas
c) Mendelegasian sebagian tanggung jawab
d) Memberi Pelatihan Kepada Petugas
2. Situasi krisis komunikasi
a) Siapkan tim yg trampil/cekatan dalam menangani krisis
b) Usahakan manajemen puncak segera bertindak pada saat krisis
terjadi
c) Ciptakan sebuah pusat informasi dilengkapi dengan berbagai
peralatan elektronik
d) Ceritakan suatu kejadian secara menyeluruh, terbuka dan jujur,
jika memang ada yang salah segera minta maaf
e) Tunjukkan keseriusan perusahaan, bukan saja melalui pernyataan
tapi juga tindakan nyata.
3. Beberapa keterampilan khusus yg diperlukan dalam Komunikasi :
a) membaca
b) mendengar
c) percakapannya menarik
d) wawancara
e) berdiskusi dg kelompok-kelompok kecil
f) berpidato dan presentasi
g) menulis surat, memo, dan laporan.
Intinya keterampilan komunikasi dapat diperoleh melalui latihan-latihan
atau praktek-praktek dan penelaahan terhadap apa yang menjadi kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki.
B. Relasi
Manusia hidup tidak sendirian. Sebagai mahluk sosial pastinya dia
berhubungan dengan sesama. Idealnya relasi mulai dari tingkat keluarga,
tetangga, sekolah, hingga tempat pekerjaan dan lingkungan sosial yang lebih
luas. Khusus di tempat kerja membangun relasi sangatlah diutamakan.
Mengapa demikian? Karena dalam melakukan pekerjaan tidak mungkin hanya
dilakukan sendiri saja. Ketika koordinasi dilakukan maka salah satu syarat
keberhasilannya adalah kuatnya relasi horisontal dan vertikal. Relasi secara
horisontal dilakukan antara sesama karyawan. Sementara relasi vertikal antara
karyawan dan atasan dan sebaliknya.
Mengapa relasi di tempat kerja dianggap penting? Dilihat dari
kepentingan individu karyawan dan pimpinan maka terdapat beberapa manfaat
yakni pertama, saling memahami karakter teman sejawat masing-masing;
termasuk dengan pimpinan dan sebaliknya. Kedua, saling memahami
pentingnya koordinasi pelaksanaan suatu pekerjaan yang dipimpin oleh atasan.
Ketiga, membangun kerjasama dalam suatu tim kerja yang kompak; dengan
kata lain terciptanya dinamika kelompok. Keempat, memerkecil terjadinya
konflik horosontal dan vertikal.Dan kelima tentunya meningkatkan kinerja
karyawan. Sementara dari sisi organisasi, relasi yang baik di kalangan
karyawan dan pimpinan akan menciptakan suasana nyaman bekerja. Pada
gilirannya standar kinerja organisasi pun akan tercapai.
Bentuk-bentuk relasi yang dianggap efektif adalah melalui jalur
formal dan informal. Secara formal maka relasi yang dibangun semestinya
sejalan dengan standar baku operasional yang ada di organisasi. Koordinasi
kerja di lapangan dan rapat kerja mulai dari tingkat unit hingga organisasi
adalah contoh dalam bentuk relasi formal. Selain itu jalur ini bisa dilakukan
secara individual, baik karyawan dengan pimpinan maupun sebaliknya.
Sementara itu jalur informal bisa dilakukan dengan kegiatan-kegiatan sosial
kekeluargaan; seperti darmawisata bersama, olahraga, peringatan ulang tahun
organisasi, dan silaturahmi acara hari lebaran dan hari-hari besar agama
lainnya.
Selain relasi internal maka membangun relasi eksternal pun sangatlah
penting. Karyawan dan pimpinan harus mampu membangun relasi dengan
pemangku kepentingan seperti dengan pemasok bahan baku, pebisnis lainnya
dan pelanggan. Tujuannya adalah agar dapat dibangun suasana hubungan
keorganisasian yang nyaman. Dengan kata lain memelihara hubungan yang
saling memerkuat dan saling menguntungkan. Untuk itu dibutuhkan suasana
keterbukaan dan kepercayaan yang membangun.
Secara individual, menjaga hubungan antarsesama sangat ditentukan
beragam faktor. Yang terpenting adalah kecakapan untuk menjaga dan
membawa diri dalam waktu dan tempat yang tepat dengan lingungan
sekitarnya. Tujuannya adalah membangun relasi yang harmonis. Karena itu
baik karyawan maupun pimpinan harus memiliki ketrampilan yang disebut
dengan soft skills diantaranya kecerdasan emosional, spiritual, dan kecerdasan
sosial. Beberapa contoh perilaku yang perlu diterapkan adalah bersikap wajar
dan menjaga etika pergaulan, bergaul secara sehat dalam jaringan yang sehat
dan tepat dan waktu yang tepat, membangun saling pengertian, mengendalikan
kehidupan diri dengan perilaku yang baik, dan pada gilirannya mampu
membawa orang lain untuk sukses bersama.
C. Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih, dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan
tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan
sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan
menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik.
Adapun pengertian dari konflik organisasi menurut Robbin (1996:
431) mengatakan bahwa konflik dalam organisasi disebut sebagai The
Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat
meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan
organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi
menjadi tiga bagian, antara lain:
Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini
menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif,
merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence,
destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional
akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara
orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan
aspirasi karyawan.
1. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini
menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar
terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai
sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau
organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota.
Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat
guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik
harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan
di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
2. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini
cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik.
Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan
serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif.
Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada
tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam
kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
Jenis-jenis konflik
a) Konflik peranan yang terjadi didalam diri seseorang (person-role conflict)
b) Konflik antar peranan (inter-role conflict)
c) Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa
orang (intesender conflict)
d) Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang bertentangan
(intrasender conflict)
Konflik juga dapat dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan.
Atas dasar hal ini, ada 5 jenis konflik, yaitu:
a) Konflik dalam diri individu
b) Konflik antar individu
c) Konflik antar individu dan kelompok
d) Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
e) Konflik antar organisasi
Sumber konflik
a) Kebutuhan untuk membagi sumber daya yang terbatas,
b) Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan,
c) Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja,
d) Perbedaan nilai-nilai atau persepsi,
e) Kemandirian organisasional, dan
f) Gaya-gaya individual.
Strategi penyelesaian konflik
Ada beberapa cara untuk menangani konflik yaitu :
1. Introspeksi diri,
2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat, dan
3. Identifikasi sumber konflik.
Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam
penanganan konflik :
a. Berkompetisi: Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan
kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini
bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang
cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat
vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-lose solution)
akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat
menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam
hubungan atasan bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya
(kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
b. Menghindari konflik: Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak
menghindari dari situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat
tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Situasi menang kalah
terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing
pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk
sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang
tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi
stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan
tersebut.
c. Akomodasi: Jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan
sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu.
Disebut juga sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita
merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap
menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.
Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang
utama di sini yaitu :
1. Kompromi: Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa
bahwa kedua hal tersebut sama –sama penting dan hubungan baik menjadi
yang
utama.Masing-masing
pihak
akan
mengorbankan
sebagian
kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win
solution).
2. Berkolaborasi: Menciptakan situasi menang-menang dengan saling bekerja
sama.Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari
masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja,
kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai hal yang harus kita
pertimbangkan.
D. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara berbagai alternatif.
Untuk dapat mengambil keputusan dengan baik, ada rangkaian proses
pengambilan keputusan yang harus dilakukan. Berikut adalah langkah yang
bijaksana untuk dilakukan sebelum mengambil keputusan berdasarkan pada
konsep pengambilan keputusan itu sendiri (Gunadarma, 2009).
Pengambilan keputusan merupakan salah satu peranan manajer yang
disebut peranan decisional (Winardi,1990). Sedangkan organisasi adalah
wadah
bagi
beroprasinya
manajemen.
(Anzizhan,Syarafuddin.Sistem
Pengambilan Keputusan Pendidikan. grasindo).
Pertama Pengambilan keputusan adalah inti dari manajemen dalam
organisasi, yaitu hal yang dilakukan oleh ketua dalam suatu kegiatan yang
dilakukan dalam organisasi untuk mengambil suatu tindakan atau pilihan yang
harus dilakukan yang akan menghasilkan keputusan untuk kebaikan bersama
(stephen P.Robbins: manajemen). Yang kedua, Terry, definisi pengambilan
keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (
tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara
alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan
yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari ketiga pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh
sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan
dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif
terbaik dari alternatif yang ada.
Jenis - Jenis Keputusan Organisasi
1)
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan
lain. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan
waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas,
pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan
memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit
diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan
kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil
oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
2)
Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah –
masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih
bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas
nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3)
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung
oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu
dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah
dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi
adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah
lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang
cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun
untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4)
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi.
Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip
penhambilan
keputusan
yang
berupa
dokumentasi
pengalaman-
pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah
terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan
tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih
sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk
mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang
dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang
berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.
Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi
latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat
membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
5)
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas
dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan
kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata akan menimbulkan
sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan
berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur
atau kurang jelas.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Posisi/Kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang
dapat dilihat dalam hal berikut:
 Letak posisi
 Dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision
maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
 Tingkatan posisi
Dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional,
operasional, teknis.
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi peng-halang untuk
tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa yang
diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan.
3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan
satu sama lain, dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh
terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat. Faktor-faktor itu dapat
dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut:
 Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak
berubah-ubah atau tetap keadaanya.
 Faktor-faktor yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor
yang sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama
menentukan daya gerak, daya ber-buat atau kemampuan kita. Sebagian
besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.
E. Lobi
Menurut Anwar (1997) definisi yang lebih luas adalah suatu upaya
informal dan persuasif yang dilakukan oleh satu pihak (perorangan, kelompok,
Swasta, pemerintah) yang memiliki kepentingan tertentu untuk menarik
dukungan dari pihak pihak yang dianggap memiliki pengaruh atau wewenang,
sehingga target yang diinginkan tercapai.
Pendekatan secara persuasif menurut pendapat ini lebih dikemukakan
pada pihak pelobi dengan demikian dibutuhkan keaktifan untuk pelobi untuk
menunjang kegiatan tersebut
Menurut Pramono (1997) lobi merupakan suatu pressure group yang
mempraktekkan kiat-kiat untuk mempengaruhi orang-orang dan berupaya
mendapatkan relasi yang bermanfaat.
Pola ini lebih menekankan bahwa lobby untuk membangun koalisi
dengan organisasi- organisasi lain dengan berbagai tujuan dan kepentingan
untuk melakukan usaha bersama. Digunakan pula untuk membangun akses
guna mengumpulkan informasi dalam isu-isu penting dan melakukan kontak
dengan individu yang berpengaruh.
Maschab (1997) lebih menekankan bahwa lobbying adalah segala
bentuk upaya yang dilakukan oleh suatu pihak untuk menarik atau
memperoleh dukungan pihak lain.
Pandangan ini mengetengahkan ada dua pihak atau lebih yang
berkepentingan atau yang terkait pada suatu obyek, tetapi kedudukan mereka
tidak sama. Dalam arti ada satu pihak yang merasa paling berkepentingan atau
atau paling membutuhkan, sehingga kemudian melakukan upaya yang lebih
dari yang lain untuk memcapai sasran atau obyek yang diinginkan. Pihak yang
paling berkepentingan inilah yang akan aktif melakukan berbagai cara untuk
mencapai obyek tersebut dengan salah satu caranya melakukan lobbying.
Dengan demikian ada upaya dari pihak yang berkepentingan untuk
aktif melakukan pendekatan kepada pihak lain agar bisa memahami
pandangan atau keinginanmya dan kemudian menerima dan mendukung apa
yang diharapkan oleh pelaku lobbying.
Meskipun bentuknya berbeda, pada esensinya lobbying dan negosiasi
mempunyai tujuan yang sama yaitu menggunakan tehnik komunikasi untuk
mencapat target tertentu. Dibandingkan dengan negosiasi yang merupakan
suatu proses resmi atau formal, lobbying merupakan suatu pendekatan
informal.
Karakteristik Lobbying
a.
Bersifat tidak resmi/ Informal dapat dilakukan diluar forum atau
perundingan yang secara resmi disepakati .
b. Bentuk dapat beragam dapat berupa obrolan yang dimulai dengan
tegursapa, atau dengan surat
c.
Waktu dan tempat dapat kapan dan dimana saja sebatas dalam kondisi
wajar atau suasana memungkinkan. Waktu yang dipilih atau
dipergunakan dapat mendukung dan menciptakan suasan yang
menyenangkan, sehingga orang dapat bersikap rilek dan
d. Pelaku /aktor atau pihak yang melakukan lobbying dapat beragam dan
siapa saja yakni pihak yang bekepentingan dapat pihak eksekutif atau
pemerintahan, pihak legislatif, kalangan bisnis, aktifis LSM, tokoh
masyarakat atau ormas, atau pihak lain yang terkait pada obyek lobby.
e.
Bila dibutuhkan dapat melibatkan pihak ketiga untuk perantara
f.
Arah pendekatan dapat bersifat satu arah pihak yang melobi harus
aktif mendekati pihak yang dilobi. Pelobi diharapkan tidak bersikap
pasif atau menunggu pihak lain sehingga terkesan kurang perhatian.
Target Kegiatan Lobi :
a.
Mempengaruhi kebijakan.
b. Menarik dukungan
c.
Memenangkan prasyarat kontrak/ dalam kegiatan /bisnis
d. Memudahkan urusan
e.
Memperoleh akses untuk kegiatan berikutnya.
f.
Menyampaikan informasi untuk memperjelas kegiatan.
F. Negosiasi
Negosiasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima
guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dengan pihak lainnya.
Ada juga yang berpendapat bahwa Negosiasi adalah proses perundingan
dua belah pihak atau lebih yang masing-masing memiliki sesuatu yang dibutuhkan
oleh pihak lainnya untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Selanjutnya Negosiasi adalah suatu cara untuk menetapkan keputusan
yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan
bagaimana tindakan yang akan dilakukan dimasa mendatang.
Lainnya, Negosiasi adalah proses pertukaran barang atau jasa antara dua
pihak atau lebih, dan masing-masing pihak berupaya untuk menyepakati tingkat
harga yang sesuai untuk proses pertukaran tersebut.
Dalam komunikasi bisnis, Negosiasi adalah suatu proses dimana dua pihak
atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan, bertemu
dan berbicara untuk mencapai suatu kesepakatan. Perbedaan kepentingan
memberikan alasan terjadinya suatu titik temu dan dasar motivasi untuk mencapai
kesepakatan baru.
Kapan Harus Bernegosiasi
Ibarat sebuah persahabatan, negosiasi memerlukan trik dan strategi. Sifat manusia
umumnya tidak mau kalah, tidak mau dipaksa dan tidak mau ditindas. Oleh
karena itu win-win solution adalah jalan dan pilihan terbaik. Mengetahui cara
bernegosiasi yang benar sangat menguntungkan posisi kita dibidang sosial, lebihlebih dibidang bisnis.Lalu kapan sebenarnya upaya negosiasi diperlukan ?
Menurut pakar Negosiasi, Arbono Lasmahadi ( 2005 ), upaya negosiasi
diperlukan apabila :
1. Kita tidak mempunyai pilihan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah
yang kita hadapi atau mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.
2. Kita tidak mempunyai kekuasaan untuk memaksakan suatu hasil yang kita
inginkan
3. Terjadi konflik antar pihak-pihak, yang masing-masing pihak tidak
mempunyai cukup kekuatan atau mempunyai kekuasaan yang terbatas untuk
menyelesaikannya secara sepihak.
4. Keberhasilan kita dipengaruhi oleh kekuasaan atau otoritas dari pihak lain
Cara Menetapkan Keputusan
Negosiator yang baik hendaknya membangun kerangka dasar yang penting
tentang negosiasi yang akan dilakukan, agar berhasil menjalankan tugasnya
dengan baik.
Negosiasi adalah cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan
diterima beberapa pihak dan menyetujui bagaimana tindakan yang akan
dilakukan. Ujung dari negosiasi adalah poin kesepakatan yang diambil kedua
belah pihak.
Negosiasi berpotensi untuk terjadinya konflik mulai awal hingga akhir
pembicaraan. Negosiasi dapat menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu baik
berupa barter ataupun bargaining. Umumnya negosiasi dilakukan hampir selalu
berbentuk tatap-muka, menggunakan bahasa lisan, gerak/bahasa tubuh maupun
ekspresi wajah.
Ada tiga konsep penting yang harus dipahami oleh seorang negosiator, untuk
membangun kerangka dasar pengambilan keputusan, yaitu :
a. Best Alternative to a Negotiated Agreement (BATNA), adalah langkahlangkah atau alternatif-alternatif yang akan dilakukan oleh seorang
negosiator bila
negosiasi tidak mencapai kesepakatan. Misalnya
mengenai pesangon yang akan dibayarkan oleh pengusaha dalam proses
PHK tidak dapat disepakati oleh pihak pekerja, maka ada dua pilihan yang
bisa
ditawarkan
oleh
pihak
pengusaha
yaitu
mencoba
untuk
melakukan trade off dengan pasal penambahan cuti atau meninggalkan
perundingan bila tidak ada tanda-tanda positif dari pihak pekerja untuk
beranjak dari posisinya saat itu.
b. Reservation price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima
sebagai sebuah kesepakatan dalam negosiasi. Sebagai contoh : Negosiator
dari pihak pekerja akan
menyepakati hasil perundingan secara
keseluruhan, apabila minimum 5 dari 10 usulan mereka dapat diterima
oleh pihak perusahaan.
c. Zone of Possible Agreement atau disingkat ZOPA, yaitu suatu zona atau
area yang memungkinkan terjadinya kesepakatan dalam proses negosiasi.
Rujukan :
Dari berbagai sumber
Download