DISKUSI KASUS SESAK NAFAS Oleh: Bayu Agung Alamsyah, 0606065264 Aila Johanna, 0606065131 Filemon SH, 0606065554 Lidya Kencana, 0606065806 Andika Dwiputra D, 0606103773 Valenchia, 0606066336 Aan Anjarwati, 1006755941 Modul Praktik Klinik Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta 2010 BAB I ILUSTRASI KASUS Identitas Pasien: Nama : Ny. U Jenis Kelamin : Wanita Umur : 49 Tahun Alamat : Jalan Keramat Sawah, Senen, Jakarta Pusat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam No. RM : 343-25-xx Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 1 minggu SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak 3 bulan SMRS pasien merasa sering lemas dan sesak nafas terutama saat naik tangga dan berjalan jauh. 1 minggu SMRS pasien merasa sesak nafas. Sesak nafas dirasakan terutama saat beraktivitas seperti berjalan cukup jauh. Pasien tidur dengan lebih nyaman dengan bantal. Batuk (+), tidak berdahak, riwayat demam (+), tidak tinggi, hilang timbul. Nyeri dada (-), mual (+), muntah (-), keringat malam (-), keringat dingin (-), riwayat penurunan berat badan (-). Pasien juga mengeluh kakinya membengkak sejak 1 minggu yang lalu. Selama 1 minggu pasien tidak pernah berobat dengan dokter. Karena keluhan sesak semakin memberat, pasien hanya bisa tiduran saja di rumah. Pasien kemudian dibawa ke poli IPD RSCM. Di poli, pasien diperiksa darah dan rontgen dan kemudian disarankan ke UGD RSCM. Riwayat batuk lama (-), pasien tidak kuat jalan 50 m, BAB dan BAK normal. Pasien saat ini juga mengeluh haid yang lebih dari biasanya sebanyak 7-8 kali ganti pembalut/hari sejak 5 hari SMRS (biasanya 2-3 kali/hari). Selama di IGD pasien dikonsulkan atas keluhannya tersebut dan didapatkan gambaran mioma uteri. Riwayat Penyakit Dahulu: DM (-), Hipertensi (-), Sakit Jantung (-), Sakit Paru (-), Alergi (-), Asma () Riwayat Penyakit Keluarga: DM (-), Hipertensi (+) pada ibu pasien, Jantung (+) pada ibu pasien, Sakit Paru (-) Riwayat Sosial: Pasien sudah menikah memiliki 3 orang anak. Rencana pengobatan pasien memakai SKTM. Pemeriksaan Fisik: Status Generalis: Kesadaran: Kompos Mentis Tekanan Darah: 120/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 37,5OC Nafas: 18x/menit Keadaan Umum: Sedang Keadaan Gizi: Sedang Kulit: Kulit tidak ikterik, tidak anemis Kepala: tidak tampak deformitas, normocephal Rambut: hitam, tidak mudah dicabut Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Telinga: serumen prop -/-, membran timpani intak Hidung: sekret -/-, deviasi septum (-), deformitas (-) Tenggorokan: T1/T1, faring tidak hiperemis Gigi dan mulut: oral higiene baik Leher: JVP 5+0 cmH2O, KGB tidak teraba Paru: I: simetris saat statis dan dinamis Pal: fremitus kanan-kiri Perkusi: sonor/sonor Aus: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Jantung: I: iktus kordis tidak terlihat Pal: iktus kordis teraba di sela iga 6, 2cm lateral garis midklavikula kiri. Per: batas jantung kanan di 1 cm lateral dari garis sternalis kanan, batas jantung kiri di sela iga 6, 2cm lateral garis midklavikula kiri Aus: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-) Abdomen: I: kembung Pal: lemas, Nyeri tekan epigastrium (-), hati/limpa tidak teraba, ballotement (-) Per: timpani, asites (-) Aus: BU (+) N Punggung: I: deformitas (-) Pal: fremitus kanan = kiri Per: sonor/sonor Aus: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- Pemeriksaan Penunjang: USG Abdomen (23/9/2010) Vena hepatika menebal, kesan: liver cardiac, tampak lesi bulat anekhoik dengan posterior acoustic enhancement pada ovarium. Foto Toraks AP o (23/9/2010) Kedua hilus menebal, corakan bronkovaskuler kedua paru meningkat, kesan: kardiomegali e.c. HHD o (19/10/2010) Kardiomegali, konsolidasi perihiler kanan disertai perpadatan di hilus kiri EKG o (25/9/2010) SR, 85x/menit, PR 0,12 ms, P wave N, QRS <0,12 ms, T Inv. di I, II, V1-V6, LVH (-), RVH (-), BBBB (-) Laboratorium o (23/9/2010) Darah Hemoglobin: 6.5 Hematokrit: 23,6 Leukosit: 22.860 Trombosit: 258.000 MCV/MCH/MCHC: 59,1/16,3/27,9 Ba/Eo/Net/Lim/Mono: 0,2/0,1/86,5/8,6/4,6 SGOT/SGPT: 28/22 Albumin: 3,6 Ur/Cr: 14/0,8 Na/K/Cl: 138/2,45/93,1 pH/pCO2/pO2/HCO3: 7,556/36,8/62,5/32,6 Troponin T: (-) GDS: 126 CK/CKMB: 284/53 Urinalisis Kuning keruh Leukosit 8-10/LPB Eritro 12-13/LPB Silinder: hyaline (12-15), korel (5-6) Sel epitel: +1 Prostat: ca oxalat (+) BJ: 1,02 PH: 6 Protein: +3 Darah/Hb: +3 o (24/9/2010) Darah Na/K/Cl: 134/2,4/100 CK/CKMB: 286/22 pH/pCO2/pO2/HCO3: 7,557/35,1/73,3/31,5 Daftar Masalah: Trombosis arteri, PAD pedis sinistra CHF Fc II ec AHD dd HP Community Acquired Pneumonia perbaikan CAD anterior extensif dan inferior Dislipidemia Hematuria mikroskopik Anemia MH Mioma uteri Terapi Untuk Diagnosis CHF: Lasix 1 x 40 mg (furosemide) O2 2-4 L/menit sungkup Ascardia 1 x 80 tunda karena masih ada perdarahan KSR 2 x 1 tab BAB II PEMBAHASAN Sesak adalah sensasi tidak nyaman saat bernapas.1 Rasa sesak dapat muncul akibat perubahan yang terjadi pada tekanan parsial karbon dioksida dan oksigen, peningkatan jumlah kerja yang perlu dilakukan otot-otot pernapasan untuk ventilasi, dan psikologis seseorang.2 Ventilasi berhubungan dengan kebutuhan konsumsi oksigen untuk metabolisme dan eliminasi karbon dioksida yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu. Kemoreseptor pada karotid dan trunkus aorta memberikan respon terhadap tekanan parsial oksigen, tekanan parsial karbon dioksida, dan pH darah dan cairan serebrospinal. Reseptor-reseptor ini teraktivasi saat terdapat perubahan tekanan parsial dan pH, dan memfasilitasi terjadinya perubahan kecepatan ventilasi. Kecepatan pernapasan dan pola pernapasan juga dipengaruhi sinyal-sinyal dari reseptor neural di parenkim paru, saluran napas, otot-otot pernapasan, dan dinding dada.3 Penyebab sesak dapat mulai diperkirakan dengan meninjau waktu munculnya rasa sesak dan hubungan rasa sesak dengan perubahan posisi. Penyebab kardiak sesak antara lain gagal jantung kongestif, penyakit arteri koronaria, infark miokard, kardiomiopati, dan disfungsi katup.2,3 Penyakit jantung dapat menyebabkan rasa sesak karena peningkatan tekanan kapiler paru. Umumnya, rasa sesak diawali dengan sesak saat melakukan aktivitas fisik, kemudian berlanjut menjadi orthopnea, dan dapat menyebabkan paroxysmal nocturnal dyspnea dan sesak saat istirahat.1 Sesak yang merupakan gejala penyakit sistem respirasi meliputi proses obstruktif dan restriktif. Penyebab obstruktif paling umum adalah asma bronkiale dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penyakit paru restriktif meliputi penyebab ekstrapulmoner seperti obesitas, deformitas dinding dada atau tulang belakang, dan kelainan paru intrinsik seperti fibrosis.1 Pada pasien ini, ditegakkan diagnosis gagal jantung kronik (CHF) grade III e.c. penyakit jantung hipertensi dengan diagnosis diferensial penyakit arteri koroner atas dasar sesak nafas sejak 1 minggu yang makin memberat. Sesak dirasakan memburuk saat pasien beraktivitas (menaiki tangga), sesak juga terasa saat pasien sedang tidur, sehingga memerlukan bantal untuk meredakan gejala. Selain itu, ada batuk berdahak yang menyertai gejala sesak disertai kaki yang membengkak. Dari pemeriksaan rontgen paru yang memberikan hasil kardiomegali (CTR 62%) dan EKG memberikan kesan iskemi miokard. Dari anamnesis dan pemeriksaan yang sudah dilakukan, maka seharusnya diagnosis tersebut mengarah pada CHF fc III e.c. CAD. Penyakit jantung hipertensif dapat dieksklusi karena pasien menyangkal adanya riwayat tekanan darah tinggi. Sesak dapat terjadi pada pasien dengan CHF akibat kongesti paru. Karena jantung gagal memompa darah ke perifer, tekanan darah di atrium kiri meningkat, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan kapiler paru. Peningkatan tekanan ini akan cenderung membuat cairan plasma dalam darah keluar ke jaringan interstitial yang kemudian dapat masuk ke dalam alveoli, sehingga menimbulkan gejala sesak nafas pada pasien, begitu juga dengan gejala kaki membengkak pada pasien (akibat tekanan atrium kanan meningkat). Penatalaksanaan awal sesak adalah pemberian terapi oksigen, pasien ini sudah mendapatkan terapi yang tepat. Selanjutnya, sesak harus ditangani berdasarkan etiologinya, pada kasus ini adalah CHF. Pasien mendapat terapi untuk CHF yaitu lasix (furosemide) 1 x 40 mg. Pemberian obat ini sudah tepat untuk menangani kaki bengkak dan edema paru yang terjadi. Pada pasien ini juga seharusnya diperlukan terapi balans cairan selama dirawat inap. Masalah perdarahan yang terjadi membuat pemberian Ascardia (aspirin) tidak memungkinkan, sehingga obat harus ditahan sementara hingga etiologi perdarahan dapat ditangani dengan adekuat. Pasien sebaiknya diberikan pencahar bila BAB tidak lancar, untuk menghindari mengejan saat BAB. DAFTAR PUSTAKA 1. Fauci, AS, E Braunwald, DL Kasper, SL Hauser, DL Longo, JL Jameson, J Loscalzo (eds). Harrison’s Manual of Medicine, 17thedn. New York: McGrawHill, 2009. hlm.231-233. 2. Guyton, AC, JE Hall (eds). Textbook of Medical Physiology, 11thedn. Philadelphia: Elsevier-Saunders, 2006.[e-book] 3. Zoorob RJ, Campbell JS. Acute dyspnea in the office. Am Fam Physician 68(9):2003;1803-1811. http://www.aafp.org/afp/2003/1101/p1803.pdf, 25 Okt 2010. Diunduhdari: