PENDIDIKAN MAHASISWA TK. IV MODUL PRAKTIK KLINIK EMERGENCY MEDICINE FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA NAMA : Beladenta Amalia NPM : 0906487713 Portofolio Ilmu Penyakit Dalam 1. Survey Primer a) Evaluasi Tanda Vital Tekanan darah: 158/90 mmHg Frekuensi nadi : 136 kali/menit, regular, isi cukup Frekuensi pernapasan : 36 x/menit, regular, pola pernapasan torakoabdominal Suhu : Afebris b) Penilaian Jalan Nafas: Tidak ada sumbatan jalan nafas. c) Penilaian Pernafasan: Napas spontan, tampak sesak, pergerakan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, bunyi napas tambahan (-), otot bantu napas m. Intercostae (+) dan m. Supraklavikula (+) d) Penilaian Sirkulasi: Sianosis (-), ikterik (-), pucat (+), akral hangat, capillary refill time < 2 detik, pulsasi regular dan kuat. e) Penilaian Disability: GCS 15 (E4M6V5) f) Penilaian Exposure: - 2. Evaluasi Masalah Dispnea Takipnea Pucat 3. Tatalaksana Awal Posisi setengah duduk Oksigen 6 Liter/menit melalui sungkup sederhana Pemasangan IV-line dan pemberian cairan NaCl 0,9% 500 mL 4. Survey Sekunder a) Identitas a. Nama : Ny. M b. Umur : 36 tahun c. Jenis Kelamin : Perempuan d. Alamat : Cipinang e. Agama : Islam f. Status: Menikah g. Pekerjaan: Buruh h. Pendidikan terakhir: SD b) Anamnesis: Keluarga pasien (Alloanamnesis) c) Keluhan Utama: Sesak napas yang semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. d) Riwayat Penyakit Sekarang: Pada 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai merasa sesak dan lemah. Pasien berobat ke RS. Persahabatan. Disana pasien mengetahui bahwa dirinya mengalami anemia sehingga dilakukan transfusi darah dan dirawat. Pasien juga didiagnosis gagal ginjal sehingga dianjurkan untuk melakukan hemodialisis, tapi pasien menolak. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak yang dirasakan pasien semakin memberat. Pasien juga merasa mual dan beberapa kali batuk berbercak darah (hemoptisis). Pasien sulit tidur tanpa bantal tambahan karena sesak (Ortopnea). Selain itu sesak semakin berat saat beraktivitas (DOE) dan terbangun saat malam hari (PND). BAB warna hitam (+), BAK sedikit. Demam (-), pilek (-). e) Riwayat Penyakit Dahulu: Asma (-), Ht (+) diberikan amlodipin tab tapi tidak diminum secara teratur, DM (-), Alergi (-), asam urat (+). f) Riwayat Penyakit Keluarga: DM (-), Hipertensi (+): Ayah pasien, Asma (-), penyakit jantung (+). g) Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan: Pasien adalah seorang buruh pabrik, memiliki 3 anak. Berasal keluarga ekonomi menengah ke bawah. Pasien tidak memiliki kebiasaan berolahraga. 5. Pemeriksaan Fisik a) Sistem Susunan Saraf Pusat: a. Pasien sadar : GCS 15 (E4M6V5) b. Pupil isokor, reaktif, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+ c. Nervus kranialis : tidak ada paresis d. Motorik : Tidak ada paresis e. Sensorik : Tidak ada hipesthesia b) Sistem Kardiovaskuler: a. Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat b. Palpasi: Iktus kordis teraba pada sela iga 5 linea aksilaris anterior kiri Perkusi: Batas jantung kanan : sela iga 4 linea parasternalis kanan Batas jantung kiri : sela iga 5 linea aksilaris anterior kiri Pinggang jantung : sela iga 3 linea parasternalis kiri c. Auskultasi: Bunyi jantung I-II normal, gallop S3 (+), murmur (-) d. JVP 5+2 cmH2O e. Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai bawah +/+ c) Sistem Respirasi: a. Inspeksi: Pengembangan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tampak sesak dan retraksi interkostae (+) dan supraklavikula (+) b. Palpasi: Fremitus dada kiri dan kanan sama, ekspansi dada simetris. c. Perkusi: Sonor Batas paru-hati : sela iga 5 linea midklavikula kiri Batas paru lambung : sela iga 7 linea aksilaris anterior d. Auskultasi: Vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki kasar +/+ pada kedua basal paru d) Sistem Gastrointestinal a. Inspeksi: Datar, lemas b. Palpasi: hati dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan c. Perkusi: Timpani, shifting dullness (-) d. Auskultasi: Bising usus (+) normal e) Sistem Metabolik: Tidak ada pembesaran tiroid f) Sistem Infeksi: Tidak ada pembesaran KGB g) Sistem Hematologi: Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-. 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 19 Oktober 2012 Pemeriksaan Hasil Normal range Hemoglobin 6,33 12,0-14,0 g/dL Hematokrit 20,1 40-48 % Leukosit 21.700 5000-10.000 /uL Trombosit 177.000 150.000-400.000 /uL MCV 88,1 82-92 fl MCH 27,7 27-31 pg MCHC 31,4 32-36 g/dL Ureum 191,6 10-50 mg/dL Kreatinin 32 0.5-1.5 mg/dL SaO2 90,7% 96-97 % Glukosa darah sewaktu 332 70-140 mg/dL Na 132 135-147 meq/l K 6,4 3.50-5.50 meq/l Cl 98 100-106 meq/l 7,066 7,35-7,45 pCO 35,8 35-45 mmHg pO 90,9 85-95 mmHg BE -17,6 -2,5-2,5 HCO3 10,4 21-25 mmol/L tCO 11,5 21-25 mmol/L PT 12,5 12-14 detik Elektrolit (Na, K, Cl) Analisis Gas Darah pH 2 2 2 APTT 40,5 27,3-41,0 detik SGOT 34 10-35 mikro/L SGPT 38 10-36 mikro/L Hasil elektrokardiograf: Irama sinus, QRS rate 130 kali/menit, aksis normal, gelombang P normal, PR interval 0,16 detik, QRS duration 0,08 detik, blok (-), LVH (+), RVH (-), poor R (-), LBBB (-). Menunjukkan bahwa adanya hipertrofi ventrikel kiri. Pemeriksaan radiologi foto polos toraks menunjukkan hasil kardiomegali dengan CTR > 50%, gambaran hilus paru menebal dan gambaran kongestif yang sesuai dengan gambaran edema paru. 7. Daftar Masalah Edema paru akut ec. chronic kidney disease stage V/ CHF. Congestive heart failure fc IV. Hiperkalemia Hiponatremia 8. Tata Laksana Lanjutan Lasix 2 ampul IV Lasix drip 6 ampul, syiringe pump Captopril 6,25 mg NTG 1,5 cc/jam Ca Glucose Natrium bikarbonat (bicnat) 9. Pengkajian Pasien perempuan usia 36 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada primary survey, tidak didapatkan masalah pada airway. Pada pernapasan, pasien tampak sesak, menggunakan otot bantu napas, dan bernapas cepat. Dari penilaian sirkulasi ditemukan pucat pada wajah pasien, tapi pulsasi, suhu dan CRT masih baik. Tidak ditemukan masalah pada disabilitas dan eksposur pasien. Masalah yang ditemukan pada pasien dari penilaian primer adalah dispnea, takipnea, dan pucat. Oleh karena itu, sebagai tata laksana awal, pasien diposisikan setengah duduk, diberikan oksigen sebanyak 6 L/menit dengan sungkup sederhana, dan dipasang IV line untuk memberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 500 mL. Berdasarkan anamnesis, ditemukan bahwa pasien sudah mulai merasakan sesaknya sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Namun sesak hanya sesekali muncul. Pasien juga merasa tubuhnya semakin lemas. Setelah diperiksakan di RS. Persahabatan diketahui bahwa pasien mengalami anemia, sehingga dilakukan transfusi darah saat itu dan dirawat selama 5 hari. Pasien juga didiagnosis mengalami gagal ginjal, tapi menolak untuk melakukan hemodialisis. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak yang dirasakan semakin memberat. Pasien semakin sulit beraktivitas, terbangun di malam hari, dan tidak mampu tidur telentang karena sesaknya. Sesak yang dirasakan oleh pasien mengarah ke masalah respirasi dan kardiogenik, bukan metabolisme. Hal itu bisa dilihat dari jenis pernapasan yang dimiliki, sesak akibat metabolik identik dengan pernapasan kussmaul, yaitu dalam dan cepat. Sedangkan pada pasien, pernapasan cepat namun dangkal. Sesak akibat masalah jantung bisa dibuktikan dari anamnesis yang ditemukan dyspnea on effort (DOA), ortopnea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea (PND). Ketiga gejala tersebut khas ditemukan pada pasien dengan masalah jantung kiri. Ketidakmampuan jantung kiri untuk memompa darah menyebabkan cairan terakumulasi di vena pulmonalis. Akibatnya tekanan hidrostatik pada kapiler-kapiler paru meningkat, dan cairan pun berpindah ke alveoli paru. Inilah yang menyebabkan edema paru akut. Dugaan edema paru semakin diperkuat dengan adanya riwayat batuk dengan bercak darah (hemoptisis), dan suara ronki kasar pada kedua lapang paru. Saat dilakukan suction pada saluran pernapasan pasien pun, didapatkan adanya cairan yang keluar berwarna merah. Hasil foto toraks menunjukkan adanya penebalan dan kongesti hilus paru, semakin memperkuat diagnosis edema paru akut. Penyebab edema paru akut ada dua, yaitu kardiogenik dan non-kardiogenik. Diagnosis banding edema paru akut nonkardiogenik dapat disingkirkan karena tidak ditemukan adanya penyakit paru sebelumnya. Tidak ada asma dan demam pada pasien, sehingga etiologi infeksi paru dapat disingkirkan. Edema paru akut kardiogenik disebabkan oleh masalah jantung pasien yaitu CHF. Hal tersebut dibuktikan dari hasil foto toraks (kardiomegali) dan EKG. Edema juga ditemukan pada kedua kaki pasien, yang menunjukkan adanya overload cairan di perifer. CHF yang dialami oleh pasien sudah sampai grade functional class IV sesuai dengan klasifikasi NYHA karena pasien saat istirahat pun masih merasa sesak. Edema paru akut akibat overload cairan yang disebabkan oleh masalah ginjal masih memungkinkan, berhubung pasien pernah didiagnosis gagal ginjal sebelumnya, tapi menolak untuk dilakukan hemodialisis. Hasil laboratorium menunjukkan kadar ureum (191,6 mg/dL) dan kreatinin (32 mg/dL) yang tinggi. Anemia juga diduga dapat berasal dari disfungsi ginjal yang sudah tidak mampu menghasilkan hormon eritropoietin, sehingga produksi sel darah merah juga tidak adekuat. Akibat gangguan ventilasi dan anemia yang dialami, pasien mengalami asidosis respiratorik. Penyebab gagal ginjal (CKD) cukup banyak, diantaranya nefropati diabetikum, nefrosklerosis hipertensi, glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik, dan penyakit renovaskular. Pada pasien ini, hipertensi yang dimiliki oleh pasien adalah etiologi yang paling memungkinkan terjadinya gagal ginjal. Tingginya angka gula darah sewaktu (GDS) yang dimiliki oleh pasien perlu diobservasi lebih lanjut untuk melihat kemungkinan diabetes. Terapi farmakologi yang diberikan adalah lasix IV dan drip sebagai diuretik untuk mengurangi volume cairan tubuh, captopril 6,25 mg sebagai ACEI untuk mencegah retensi natrium dan cairan. Perlu dipasang folley catheter untuk memantau volume cairan yang keluar tubuh. Nitrogliserin (NTG) intravena diberikan sebagai vasodilator sistemik dan mengurangi preload, dan menurunkan tekanan darah, sehingga beban jantung serta ginjal berkurang. Pemberian natrium bikarbonat (Bicnat) bertujuan untuk mengatasi asidosis (Ph < 7,1) dan hiperkalemia yang dialami oleh pasien. Untuk mengatasi masalah hiperglikemia yang dialami oleh pasien, diberikan kalsium glukosa untuk meningkatkan uptake sel terhadap glukosa darah. Sebagai tatalaksana lebih lanjut, perlu dilakukan monitoring terhadap kadar gula darah dan tekanan darah pasien. Selain itu, pasien dan keluarganya juga perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya melakukan hemodialisis sebagai terapi CKD. 10. Kesimpulan Umum Pasien wanita berusia 36 tahun, datang dengan keluhan sesak yang semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Dari penilaian primer, ditemukan masalah breathing, yaitu napas sesak dan cepat, serta sirkulasi berupa wajah pucat. Sebagai tatalaksana awal, pasien diposisikan setengah duduk, diberikan oksigen 6 L/menit menggunakan sungkup, dan dipasang infus NaCl 0,9% 500 mL. Berdasarkan anamnesis, ditemukan gejala sesak dan lemas mulai timbul 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Saat itu pasien didiagnosis mengalami gagal ginjal, tapi tidak bersedia menjalani hemodialisis. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, gejala sesak semakin memberat. Ortopnea (+), DOE (+), dan PND (+). Demam (-), mual (+), hipertensi (+) tidak terkontrol, BAK sedikit. Dari pemeriksaan fisik, ditemukan konjungtiva anemis, peningkatan JVP (5+2 cmH2O), ronki kasar pada auskultasi paru, S3 gallop, edema pada kedua tungkai bawah. Hasil pemeriksaan laboratorium memperlihatkan penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, peningkatan ureum, kreatinin, kalium darah, gula darah sewaktu, dan hiponatrium. Analisis gas darah menunjukkan pasien mengalami asidosis metabolik. Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya kardiomegali, akibat hipertrofi ventrikel kiri. Pemeriksaan foto toraks mendukung dugaan kardiomegali dan ditemukan penebalan serta kongesti pada hilus paru. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, didapatkan kesimpulan bahwa pasien memiliki masalah berupa edema paru akut akibat gagal ginjal (CKD), gagal jantung kongestif (CHF), hiponatremia, dan hiperkalemia. Sebagai terapi, diberikan lasix intravena, captopril 6,25 mg, NTG intavena, kalsium glukosa, dan natrium bikarbonat. Pasien perlu dipantau kadar gula darah dan tekanan darahnya, serta cairan keluar dengan folley catheter. Selanjutnya, pasien disarankan untuk melakukan hemodialisis. 11. Prognosis Ad vitam: dubia ad malam Ad functionam: malam Ad sanationam: malam