Benedicta Mutiara Suwita Deriyan Sukma Widjaja Arcci Pradesatama Anggi P. N. Pohan Alia Nessa Utami Rynaldo Partogi Jeffry Adijaya Susatyo Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Modul Praktik Klinik Ilmu Penyakit Dalam 2013 IDENTITAS PASIEN Nama Jenis kelamin Usia Alamat Bekasi Agama Pekerjaan Status pernikahan Pendidikan terakhir Jaminan Tanggal Masuk : : : : Tn. S Laki-laki 54 tahun Jl. Pulo Sirih Tengah 15, Selatan, Jawa Barat : Islam : Tidak bekerja : Menikah : Sarjana : Askes sosial : 21 Oktober 2013 Ruangan Rawat Inap III, 616 F Keluhan Utama Sesak napas yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS dan semakin memberat sejak 1 hari SMRS Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh sesak sejak 2 minggu SMRS, yang dirasakan semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Pasien mulai merasakan sesak bila berjalan jauh. Sesak dirasakan semakin bertambah dengan aktivitas fisik (Dyspnea on effort (DOE) (+)), dan agak berkurang dengan istirahat dan minum ISDN sublingual. Pasien juga mengatakan ia terkadang terbangun malam hari karena sesak napas (paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) (+)). Pasien mengatakan saat tidur ia dapat berbaring terlentang tanpa menggunakan beberapa bantal (orthopnea (-)). Sejak 2 minggu yang lalu, pasien juga mengeluhkan kakinya bengkak dan terkadang perutnya terasa begah, serta nafsu makan berkurang. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Keluhan nyeri dada, keringat dingin, demam, batuk, mual, muntah, disangkal. Riwayat Penyakit Sekarang (2) Pada tahun 2010, pasien dirawat dan diketahui pasien memiliki kadar kolesterol tinggi dan mengalami penyakit jantung koroner, yang kemudian dipasang ring 1 buah dan terapi stem cell. Sejak saat itu pasien rutin kontrol ke PJT RSCM lantai 4. Pada bulan Februari 2013, pasien mengeluhkan sesak yang berat sampai pasien tidak bisa berjalan sehingga pasien dirawat di ICCU. Pada saat itu, pasien mengatakan keluhan nyeri dada seperti ditekan beban berat tidak ada. Pasien juga mengatakan sejak saat itu ia mengetahui bahwa fungsi ginjalnya mulai menurun. Riwayat Penyakit Sekarang (3) Riwayat obat-obatan pasien selama ini adalah ascardia 1 x 80 mg, clopidogrel 1 x 75 mg, simvastatin 1 x 20 mg, ISDN 5 mg, Laxadin 3 CI, Allopurinol 1 x 200 mg, Furosemide 1x 40 mg, simarc 1 x 5 mg, omeprazole 1 x 20 mg Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat HT, DM, asma disangkal. Pasien mempunyai riwayat alergi obat, tapi pasien lupa nama obatnya. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu pasien memiliki riwayat sakit darah tinggi, DM, dan sakit jantung. Ayah pasien tidak memiliki riwayat penyakit DM dan HT. Saudara kandung pasien juga memiliki penyakit DM. Riwayat Sosial Pasien adalah pensiunan PNS Rehab Medik RSCM. Saat ini pasien tidak bekerja dan hanya di rumah saja. Pasien sudah menikah dan memiliki dua anak. Pasien tidak pernah merokok dan minum alkohol. Pasien mengaku jarang berolahraga. PEMERIKSAAN FISIS Kesadaran : kompos mentis Keadaan umum : tidak tampak sakit Keadaan gizi : cukup Tinggi badan : 155 cm Berat badan : 55 kg Indeks massa tubuh : 22,91 kg/m2 Habitus : atletikus Lingkar perut : 81 cm Tanda Vital Tekanan darah : 110/80 mmHg Frekuensi nadi : 84 kali/min Suhu : 36,6oC Frekuensi napas : 20 kali/min Status Generalis Kulit Kepala Rambut mudah dicabut Mata Hidung ) Telinga intak, Tenggorokan Gigi dan mulut Leher KGB : sawo matang, turgor kulit baik : normocephal, deformitas (–), nyeri tekan (–) : hitam, persebaran rambut merata,tidak : konjungtiva pucat(–/–), sklera ikterik (–/–) : deformitas (–), deviasi septum (–), sekret (– : liang telinga lapang, membran timpani serumen minimal : tenang, faring hiperemis (–), T1/T1, ovula di tengah. : higienitas oral baik : JVP 5+2 cmH2O, tidak teraba pembesaran Status Generalis (2) Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga 5, 1 jari lateral linea midklavikula sinistra. Perkusi : batas jantung kanan pada sela iga 4 linea sternalis dekstra, batas jantung kiri di sela iga 5, 1 jari lateral linea midklavikula sinistra, pinggang jantung di sela iga 3 linea parasternal kiri Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (–), gallop (–) Paru Inspeksi : ekspansi dinding dada simetris Palpasi : ekspansi dada kanan = kiri, fremitus kanan = kiri Perkusi : lapang atas : sonor/sonor lapang bawah: sonor/sonor Auskultasi : vesikuler/vesikuler , ronki (+/+) basah halus pada basal baru, wheezing (-/-) Status Generalis (3) Abdomen Inspeksi : datar Palpasi : supel, nyeri tekan (-), limpa dan hati tidak teraba Perkusi : timpani, shifting dullness (-) Auskultasi : bising usus (+) 4x/menit normal Ginjal : ballotement (-) dan nyeri ketok CVA (-) Ekstremitas : akral teraba hangat, pitting edema tangan -/-, pitting edema tungkai bawah (+/+), clubbing finger -/-, palmar eritem (–/–), CRT < 2s PEMERIKSAAN PENUNJANG 22 Oktober 2013 Nilai Rujukan Satuan Hemoglobin 11,2 12,0 – 14,0 g/dL Hematokrit 33,9 40 – 48 % Eritrosit 3,99 4,5 – 5,5 10^6/µL MCV/VER 85,0 80,0 – 95,0 fL MCH/HER 28,1 27,0 – 31,0 pg MCHC/KHER 33,0 32,0 – 36,0 g/dL Leukosit 6,71 5.000 – 10.000 /µL Trombosit 206 150.000 – 400.000 /µL Basofil 0,6 0–1 % Eosinofil 3,9 1–3 % Netrofil 61,1 50 – 70 % Limfosit 20,7 20 – 40 % Monosit 13,7 2–8 % Jenis Pemeriksaan DPL Diff count HEMOSTASIS 22 Oktober 2013 Nilai Rujukan Satuan Pasien 14,6 9,8 – 12,6 Detik Kontrol 10,6 31,0 – 47,0 Detik Jenis Pemeriksaan Masa protrombin (PT) APTT Detik Pasien 38,3 Kontrol 30,0 Detik ELEKTROLIT 22 Oktober 2013 Nilai Rujukan Satuan Natrium 136 132 – 147 mEq/L Kalium 4,97 3,3 – 5,40 mEq/L Klorida 104,5 94 – 111 mEq/L Jenis Pemeriksaan IMUNOSEROLOGI Jenis Pemeriksaan Troponin T HS 22 Oktober Nilai Rujukan Satuan <14 pg/mL 2013 25,42 URINALISA Jenis Pemeriksaan 22 Oktober 2013 Nilai Rujukan Satuan Warna Kuning Kuning /LPB Kejernihan Keruh Jernih /LPB Sedimen 2–4 0–5 µmol/L Leukosit 0–1 0–2 Eritrosit Hyalin 0–1 0–2 LPK, silinder hialin Silinder Granula 0–1 +1 (ada), sel epitel gepeng + Negatif Kristal Negatif 1,005–1,030 Bakteria Negatif 4,5–8,0 1,020 Negatif 5,5 Negatif Protein Trace Negatif Glukosa Negatif Negatif Keton Negatif Negatif Darah/Hb Negatif 3,2-16,0 Bilirubin Negatif Negatif 3,2 Negatif Urin Lengkap Sel Epitel Berat Jenis pH Uribilinogen Nitrit Negatif Leukosit esterase Negatif KIMIA KLINIK Jenis Pemeriksaan 22 Oktober 2013 Nilai Rujukan Satuan SGOT (AST) 24 <33 U/L SGPT (ALT) 15 <50 U/L Protein Total 6,1 6,4–8,7 g/dL Albumin 3,19 3,4–4,8 g/dL Globulin 2,91 1,8–3,9 g/dL Albumin – Globulin Ratio >=1 Kreatinin darah 1,5 0,8-1,3 mg/dL eGFR 53,1 79–117,0 mL/min/1,73m Ureum darah 67 <50 2 Asam Urat 8,0 <7,0 mg/dL Trigliserida 82 <150 mg/dL Kolesterol Total 138 120–200 mg/dL Kolesterol HDL 21 >=40 mg/dL Kolesterol LDL 99 <100 mg/dL mg/dL Glukosa Puasa 89 70 – 100 mg/dL CK 124 <308 U/L 26,20 <24 U/L CK-MB EKG Irama sinus dengan left axis deviation, Denyut jantung 75 x/menit, Gelombang P 0,08s dengan interval PR 0,20s, terdapat gelombang P negatif pada V1, Kompleks QRS 0,08s, ST-T changes: ST elevasi di V3-V5, T inversi pada I dan aVL. Q patologis V4-V5, aVL, Terdapat left bundle branch block RINGKASAN Pasien laki-laki 54 tahun, datang dengan keluhan sesak napas yang memberat sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Sesak sudah dialami sejak 2 minggu SMRS, berkurang bila minum ISDN sublingual. DOE (+), PND (+), orthopnea (-). Riwayat Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) dan stem cell tahun 2010. Riwayat perawatan di ICCU akibat sesak pada Februari 2013 dan penurunan fungsi ginjal. Pada PF didapatkan peningkatan JVP (5+2) cmH2O, iktus kordis teraba pada sela iga 5 1 jari lateral linea midclavicula sinistra, batas jantung kiri melebar (sela iga 5, 1 jari lateral linea midclavicula sinistra). Pada pemeriksaan auskultasi paru, terdapat ronkhi basah halus di basal paru. Pada tungkai bawah terdapat edema pitting (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan protein total 6,1 g/dL, albumin 3,19 g/dL, kreatinin 1,5mg/dL, eGFR 53,1 mL/min/1,73m2, ureum darah 67 mg/dL, asam urat 8,0mg/dL, CK-MB 26,20 U/L, dan troponin T HS 25,42 pg/mL. Pada pemeriksaan EKG didapatkan LAD, gelombang P negatif pada V1, ST elevasi pada V3-V5, T inversi pada I dan aVL, Q patologis pada V4-V5, aVL, serta terdapat left bundle branch block. DAFTAR MASALAH CHF fc II CAD post PTCA stem cell 2010 LBBB CKD stage III Hipoalbuminemia Sindrom dispepsia Dislipidemia CHF Gagal jantung yaitu suatu sindrom yang harus terdiri dari :1 (a) gejala khas gagal jantung yaitu sesak nafas saat kelelahan atau aktivitas, kelelahan, dan edema tungkai (b) tanda- tanda khas gagal jantung yaitu takikardia, takipnea, ronki paru, efusi pleura, peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer, dan hepatomegali (c) terdapat tanda- tanda objektif gangguan struktur dan fungsional jantung. Kriteria Mayor Kriteria Minor Paroksismal nocturnal dispneau Edema ekstrimitas Distensi vena leher Batuk malam hari Ronki paru Dispnea d effort Kardiomegali Hepatomegali Edema paru kuat Efusi pleura Gallop S3 Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal Peningkatan tekanan vena jugularis Takikardia>120 kali/ menit Kriteria mayor dan minor gagal jantung.2 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksanan Penyakit Kardiovaskular di Indonesia. Edisi Ke-2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2009. h.267-8 2. Hisyam B, Budiono E. Pneumotoraks spontan. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th Ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2009. h.2339-44. Klasifikasi Gagal Jantung ACC/AHA NYHA Stadium A: risiko tinggi untuk menjadi gagal Kelas I: tidak ada batasan dalam melakukan aktivitas jantung. Gangguan struktural dan fungsional fisik.Aktivitas sehari- hari tidak menimbulkan kelelahan jantung (-), gejala dan tanda gagal jantung (-) atau sesak nafas atau palpitasi Stadium B: telah terbentuk penyakit struktur Kelas II: terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak ada jantung keluhan saat istirahat, namun aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan perkembangan gagal jantung, tanda dan gejala menyebabkan palpitasi, sesak nafas, atau kelelahan gagal jantung (-) Stadium C:gagal jantung simptomatis yang Kelas III:terdapat batasan aktivitas bermakna, tidak berkaitan dengan penyakit struktural yang terdapat keluhan saat istirahat. Keluhan meningkat saat mendasari melakukan aktivitas Stadium D: penyakit struktural jantung yang Kelas IV: tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat keluhan. Terdapat gejala saat istirahat, keluhan meningkat bermakna saat istirahat walaupun dengan dengan aktivitas terapi medis maksimal 1. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksanan Penyakit Kardiovaskular di Indonesia. Edisi Ke-2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2009. h.267-8 LBBB Adalah kelainan dari gelombang QRS, terjadi ketika penyebaran aktivitas listrik ke ventrikel terganggu 1 LBBB mengindikasikan dua hal : (1) adanya gangguan pada jantung, (2) menyebabkan jantung bekerja kurang efisien 2 Karakteristik dari LBBB pada EKG antara lain:3 1. Kompleks QRS lebar dan bertakik (berbentuk huruf M) di adapan I, aVL, V5, dan V6 2. Tidak dijumpai gelombang Q di sadapan I, V5, dan V6 3. Kadang disertai depresi segmen ST dan gelombang T inversi di sadapan I, aVL, V5, dan V6 4. Durasi kompleks QRS > 0,12 detik (blok komplit) atau antara 0,10-0,12 detik (blok tidak komplit) 1. Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th Ed. USA: Lippincott William &Wilkins; 2011. 2. Fogoros R N. Left bundle branch block [internet]. 2013 [cited 24th October http://heartdisease.about.com/od/bundlebranchblock/a/Left-Bundle-Branch-Block-Lbbb.htm 3. Dharma S. Pedoman praktis sistemtika interpretasi EKG. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran; 2009. h.49. 2013]. Avilable from: Penyakit Jantung Iskemik Ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke miokardium1,2 1. Antman EM, Selwyn AP, Loscalzo J. Ischemic Heart Disease. In: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2012. p.19982014. 2. Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th Ed. USA: Lippincott William &Wilkins; 2011. Penyakit Jantung Iskemik Faktor risiko utama aterosklerosis: tingginya plasma LDL, rendahnya plasma HDL, merokok, hipertensi, dan diabetes mellitus Utamanya disebabkan aterosklerosis 1. Antman EM, Selwyn AP, Loscalzo J. Ischemic Heart Disease. In: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2012. p.19982014. 2. Lilly LS. Pathophysiology of heart disease. 5th Ed. USA: Lippincott William &Wilkins; 2011. Dislipidemia Peningkatan kolesterol total atau lowdensity lipoprotein (LDL), atau rendahnya high-density lipoprotein (HDL) kolesterol1 Mengurangi total kolesterol dan LDL dapat mencegah penyakit kardiovaskular2,3 1. Fodor G. Primary Prevention of CVD: Treating Dyslipidemia. Am Fam Physician. 2011 May 15;83(10):1207-1208. 2. Reiner Z, Catapano AL, Backer GD, Graham I, Taskinen MR, Wiklund O, et al. ESC/EAS Guidelines for the management of dyslipidaemias. European Heart Journal (2011) 32, 1769-1818 3. Grundy SM, Becker D, Clark LT, Cooper RS, Denke MA, Howard J, et al. Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III) Final Report. NIH Publication No. 02-5215 September 2002 CHD risk equivalent: CHD klinis, penyakit arteri karotis simptomatik, PAD, aneurisma aorta abdominal, diabetes mellitus Faktor risiko: Merokok, hipertensi, HDL ↓, riwayat keluarga CHD muda, usia (pria > 45 tahun, wanita > 55 tahun) Grundy SM, Becker D, Clark LT, Cooper RS, Denke MA, Howard J, et al. Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III) Final Report. NIH Publication No. 02-5215 September 2002 Chronic Kidney Disease Abnormalitas struktur atau fungsi ginjal. LFG <60 mL/menit/1.73 m2 3 bulan Penurunan progresif dari LFG Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing, 2010. h.1035-40 Porth CM. Acute renal failure and chronic kidney disease. In: Porth CM, Matfin G. Pathophysiology concepts of altered health states. 8thed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2009. p.859-70 ISN. KDIGO 2012 clinical practice guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease. Kidney International Supplements; 2013;3(1) Tatalaksana Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing, 2010. h.1035-40 Bargman JM, Skorecki K. Chronic kidney disease. In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s principles of internal medicine. 17thed. New York: The McGraw – Hill Companies, 2008. p.1761-71 Pembahasan CHF NYHA fc II KU: sesak napas yang memberat 1 hari sebelum masuk RS, sudah 2 minggu Respirasi dan kardiovaskular 1. Respirasi Kardiovaskular Riwayat penyakit paru/asma (-), batuk(-), demam (-), keringat malam (-) DOE, PND, sesak < dengan ISDN, riwayat penyakit jantung (+) Suhu afebris, Wheezing (-/-), ronkhi basah kasar (-/-) PF: JVP ↑ (5+2cm H2O), batas jantung kiri melebar, ronkhi basah halus (+/+) pada basal paru, edema pretibia (+/+) : kriteria mayor : kriteria minor Pembahasan CHF NYHA fc II Sesak dirasakan saat berjalan jauh sesuai dengan NYHA fc II Nyeri dada (-) Abnormalitas EKG dan lab: 1. ST elevasi V3-V5, Q patologis V4-V5 Troponin T HS 25,42 (N:<14) Dipikirkan pemicu perburukan sesak infark miokard (onset ?) Pembahasan CHF NYHA fc II Sesak dirasakan saat berjalan jauh sesuai dengan NYHA fc II Abnormalitas EKG dan lab: 1. ST elevasi V3-V5, Q patologis V4-V5, T inversi pada I dan AVL Troponin T HS 25,42 (N:<14) Dipikirkan pemicu perburukan sesak infark miokard (onset ?) Nyeri dada (-), perburukan sesak (angina equivalen), sesak berkurang dengan ISDN Pembahasan 1. CHF NYHA fc II Rencana Diagnosis: AGD, foto rontgen thorax PA Echocardiography: mengetahui fungsi jantung Rencana Terapi: Oksigen nasal kanul 2 l/p (bila diperlukan) diet jantung 1900 kal lunak restriksi cairan 600 – 1000 cc: untuk mengurangi kongesti, batas 600 karena perkiraan insensible water loss evaluasi kongesti (pitting edema, ronkhi basah halus, sesak) Furosemide 1 x 40 mg, Captopril 2 x 6,25 mg, Bisoprolol 1 x 2,5 mg Rencana Edukasi: pembatasan minum Pembahasan Furosemide 1 x 40 mg ↓ edema dengan menghambat ion sodium atau klorida pada tubulus distal dan proximal dan lengkung henle Captopril 2 x 6,25 mg golongan ACE inhibitor. Dapat memvasodilatasi arteri dan vena, menghambat system renin-angiotensin-aldosterone, mengurangi edema dan remodeling ventrikel Bisoprolol 1 x 2,5 mg golongan beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah, menurunkan aktivitas kerja jantung (menurunkan denyut jantung), dan kebutuhan oksigen •Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. Farmako dan terapi Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. Pembahasan CAD post PTCA stem cell 2010 Atas dasar: anamnesis – pada tahun 2010 pasien pernah dipasang ring jantung+ stem cell Rencana diagnostik: angiografi apabila stabil, EKG serial Rencana Terapi: Simarc 1 x 2 mg, dan Ascardia 1 x 80 mg 2. Pembahasan CAD post PTCA stem cell 2010 Simarc 1 x 2 mg warfarin, yang merupakan antikoagulan derivat dari 4hidroksikumarin yang berfungsi untuk mencegah terbentuk dan meluasnya thrombus dan emboli. • Ascardia 1 x 80 mg mengandung asam asetilsalisilat yang berfungsi untuk menghambat agregasi trombosit. 2. •Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. Farmako dan terapi Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. Pembahasan 3. LBBB Atas dasar: gambaran LBBB pada lead V2 – V5 EKG tanggal 22 Oktober 2013 Dipikirkan kemungkinan akibat infark yang terjadi sebelum pasien masuk RS Rencana diagnostik: EKG serial Rencana terapi: tidak ada Pembahasan 4. CKD stage III Atas dasar: 1. Riwayat sebelumnya (Feb 2013) 2. GFR 53,1% penurunan fungsi ginjal. 3. Kadar ureum (63), kreatinin (1,5), dan asam urat di atas normal. Dipikirkan kemungkinan terjadinya CKD adalah akibat sindrom kardiorenal tipe II. Rencana diagnostik: USG ginjal Rencana terapi: Asupan protein 33 – 44 gram per hari, Allopurinol 1 x 100 mg, Captopril 2 x 6,25 mg. Rencana edukasi: Konsumsi protein 33-44 gram per hari. 1. Shah BN, Greaves K. The Cardiorenal Syndrome: A Review. Int J Nephrol. 2011; 2011: 920195. 2. World J Cardiol. 2011 January 26; 3(1): 1–9. Pembahasan 4. CKD stage III Allupurinol 1 x 100 mg berfungsi untuk menurunkan asam urat yang tinggi pada pasien dengan menghambat xantin oksidase. 1 Captopril 2 x 6,25 mg. Pada CKD, pemberian captopril bertujuan untuk mengurangi tekanan intraglomerulus dan menghambat jalur yang dimediasi TGF-β sehingga mencegah sklerosis akibat angiotensin. 2,3 1. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. Farmako dan terapi Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. 2. Bargman JM, Skorecki K. Chronic kidney disease. In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s principles of internal medicine. 17thed. New York: The McGraw – Hill Companies, 2008. p.1761-71 3. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing, 2010. h.1035-40 Pembahasan 5. Hipoalbuminemia Atas dasar: albumin serum sebesar 3,19 g/dL. Dipikirkan akibat gangguan fungsi ginjal dan intake yang berkurang akibat sindroma dyspepsia. Rencana Diagnostik: tidak ada. Rencana Terapi: Captopril 2 x 6,25 mg. Pada CKD, pemberian captopril bertujuan untuk mengurangi tekanan intraglomerulus sehingga mengurangi proteinuria Rencana edukasi: konsumsi protein 33-44 gram, salah satunya putih telur. Pembahasan 6. Sindrom dispepsia Atas dasar: pasien mengeluhkan berut terasa begah dan adanya penurunan nafsu makan. begah dapat pula terjadi pada kondisi kongesti hati akibat CHF Tetapi, tidak teraba adanya pembesaran hati Dipikirkan sindrom dispepsia penurunan nafsu makan hipoalbuminemia Rencana Diagnostik: tidak ada. Rencana Terapi: Lansoprazol 1 x 30 mg golongan PPI yang dapat menghambat sekresi asam lambung yang menyebabkan gejala dispepsia. Rencana edukasi: makan dengan porsi sedikit dengan frekuensi lebih sering. Pembahasan 7. Dislipidemia Atas dasar: riwayat kadar kolesterol tinggi sejak tahun 2010. Pasien rutin kontrol ke poliklinik PJT RSCM sehingga kadar LDL, dan Trigliserida normal. Rencana Diagnostik: tidak ada Rencana Terapi: Simvastatin 1 x 10 mg. Simvastatin 1 x 10 mg golongan statin yang menghambat HMG CoA reduktase, sehingga dapat menurunkan kolesterol. Rencana Edukasi: Kontrol rutin dan meminum obatobatan secara teratur, olahraga, dan mengurangi makanan dengan kadar lemak yang tinggi. Kesimpulan Pasien laki-laki, 54 tahun, dengan masalah: CHF fc II, CAD, LBBB, CKD stage III, hipoalbumin, sindrom dispepsia, dan dislipidemia. Rencana diagnosis yang dilakukan pada pasien meliputi pemeriksaan AGD, foto polos thorax PA, echocardiography, angiography, EKG serial, dan USG ginjal. Pasien diberikan tatalaksana oksigen nasal kanul 2 l/p (bila diperlukan), diet jantung 1900 kal lunak , restriksi cairan 600 – 1000 cc, Furosemide 1 x 40 mg, Captopril 2 x 6,25 mg, Bisoprolol 1 x 2,5 mg, Simarc 1 x 2 mg, dan Ascardia 1 x 80 mg, Asupan protein 33 – 44 gram per hari, Allupurinol 1 x 100 mg, Lansoprazol 1 x 30 mg, dan Simvastatin 1 x 10 mg. Edukasi untuk meminum obat setiap hari, mengurangi makanan berlemak tinggi, dan membatasi minum setiap harinya maksimal 1000 ml. Thank you