laporan kasus

advertisement
LAPORAN KASUS
DEKOMPENSASI CORDIS
DISUSUN OLEH :
Aditya Herdian
PEMBIMBING
dr. Hudaya Sutadinata, Sp.PD - P
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan
penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Diperkirakan hampir lima
persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal
jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 – 3,7 perseribu penderita pertahun. Kejadian gagal
jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan
hidup dan berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan harapan
hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung. Gagal jantung susah dikenali secara klinis,
karena beragamnya keadaan klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda-tanda klinis pada
tahap awal penyakit. Perkembangan terkini
memungkinkan untuk mengenali gagal jantung secara dini serta perkembangan pengobatan yang
memeperbaiki gejala klinis, kualitas hidup, penurunan angka perawatan, memperlambat
progresifitas penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui serta mempelajari lebih jauh
mengenai penyakit gagal jantung hingga penatalaksanaan yang tepat pada pasien di lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Usia
: 68 tahun
Jenis kelamin
: Laki - Laki
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
: Haurwangi RT 04/02
Masuk RS
: 06 Juli 2014
No. RM
: 280100
ANAMNESIS (autoanamnesis) 16/3/13

Keluhan utama
Sesak sejak 1 minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit

Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan sesak yang tidak tertahankan sejak 1 minggu SMRS, sesak
dirasakan ± 1 tahun, sesak timbul saat beraktifitas, berjalan dan naik turun tangga. Saat tidur
pasien harus menggunakan 2-3 bantal untuk mengurangi sesaknya. Pasien merasa enakkan
dengan posisi seperti ini. Pasien juga merasakan tubuhnya gampang capek. Nyeri dada
dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan menjalar ke dada kanan. Pasien juga mengeluh
kakinya bengkak sejak 2 bulan SMRS, bengkak timbul pertama di kaki kemudian perut dan
kedua tangan.
Batuk juga dirasakan sejak 10 hari SMRS, batuk berdahak berwarna hijau, tidak ada
darah. Pilek juga dirasakan. Setiap malam pasien selalu berkerinngat malam. Nafsu makan
menurun. Pasien mengaku ada sakit kepala. Sakit kepala terasa diseluruh kepala. Saat berubah
posisi dari tidur ke duduk pasien merasakan sangat sakit pada kepalanya.
Mual dirasakan pasien tapi tidak sampai muntah. BAB pasien kadang – kadang lancar,
kadang – kadang tidak. BAK pasien lancar.

Riwayat penyakit dahulu
Pernah seperti ini dan dirawat di tahun 2008. Menurut keluarga pasien, pasien sudah dirawat
26 kali dengan keluhan yang sama. Kencing manis disangkal. Hipertensi sejak tahun 2007,
menurut pasien rajin control dan mendapat obat captopril 12,5 mg dan isdn 5 mg. riwayat TB

paru disangkal. Pernah stroke tahun 2007. Pasien juga memiliki riwayat batuk lama.
Riwayat penyakit keluarga
Adik beradik pasien memiliki penyakit jantung. Kencing manis disangkal. Hipertensi (+) adik
pasien.

Riwayat psikososial
Makan pasien teratur. Pasien merokok sejak SMP dan berhenti 33 tahun yang lalu

Riwayat alergi
Tidak ada alergi obat
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum
: Tampak sesak

Kesadaran
: compos mentis

Tanda vital
: Tekanan Darah

= 90/60 mmHg
Nadi
= 96 x/menit, reguler, kuat angkat
Pernapasan
= 28 x/menit
Suhu
= 37,70C
Status generalis
1. Kepala dan wajah
 Rambut
1. Warna
2. Rontok
3. Distribusi
o
o
o
: putih
: (-)
: merata
 Wajah
Simetris
: (+)
Edema
: (-)
Mata
OD
1. Konjungtiva anemis
2. Sklera ikterik
3. Sklera hiperemis
OS
:
:
:
-
-
4.
5.
6.
7.
Diameter pupil
Reflex Pupil
Palpebra superior edema
Palpebra inferior edema
o Mulut
1. Bibir dan mukosa
a. Merah
b. Pucat
c. Sianosis
d. Bibir kering
2. Gigi
a. Baik
3. Lidah
a. Kotor
b. Tremor
2. Leher
 Pembesaran KGB
o Submental
o Submandibula
o Pre/post aurikuler
o Rantai juguler
o Supra klavikula
 JVP  R+3 cm H2O
:
:
:
:
3 mm
+
+
-
3 mm
+
+
-
: (-)
: (-)
: (-)
: (+)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
3. Thorax
 Paru-paru

Inspeksi
o Bentuk
: normal
o Pergerakan dada
: simetris
o Otot bantu pernapasan : (-)
o Sifat pernapasan
: abdomino-torakal
o Sesak
: (+)
o Retraksi dinding dada : (-/-)

Palpasi
o Vocal fremitus
: normal /normal
o Nyeri tekan costa
: -/
Perkusi
o Bunyi paru
: sonor / sonor

Auskultasi
o Bunyi nafas tambahan
Wheezing (-/-), Stridor (-/-), Ronkhi (+/+)

Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : ictus cordis teraba di ICS VI linea aksilaris anterior
 Perkusi : Batas kanan jantung di ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung di ICS VI linea axilla anterior sinistra
 Auskultasi
Gallop (-), murmur (-)

 Abdomen
Inspeksi
o Bentuk perut
: supel
o Simetris
: (+)
o Kontur cembung
: (+)
o Masa tumor
: (-)
 Palpasi
o Nyeri tekan
: (+)
o Hepar
 Teraba : 2 jari di bawah arcus costae, permukaan rata, sedikit nyeri


tekan
o Lien
 Tidak ada pembesaran lien
o Ginjal
 Teraba
: (-)
 Ballotement
: (-)
Perkusi abdomen
: timpani di empat kuadran
Auskultasi
o Bising usus
: (+) normal
5. Ekstremitas dan Otot
a.
Ekstremitas atas
- Akral
- Nyeri
- Sianosis (tes RCT)
- Eritema
- Udema
:
:
:
:
:
D
hangat
< 2 s’
-
S
hangat
< 2 s’
-
:
:
:
:
D
hangat
< 2 s’
-
S
hangat
< 2 s’
-
. b. Ekstremitas bawah
-
Akral
Nyeri
Sianosis (tes RCT)
Eritema
-
Udema
:
-
-
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosa Fungsional : Decompensasi Cordis derajat III e.c Atherosklerosis
Diagnosa Anatomi
: LVH, RVH
Diagnosa Etiologi
: Infark Miokard
DIAGNOSA BANDING
-
Infark miokard
COPD
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
EKG
Interpretasi :
Q wave patologis di lead V2 dan V3
Lead V5 dan V6 yang mendatar
Kesan :
Old Infark Miokard anteroseptal
Adanya proses atherosklerosis
-
BTA 3x
-
Laboratorium
PEMERIKSAAN
Kimia Urin
Warna
Kejernihan
Berat jenis
pH
Nitrit
Protein
Glukosa (reduksi)
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
Lekosit
Mikroskopis
Lekosit
Eritrosit
Epitel
Kristal
Silinder
Lain – lain
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW – SD
PDW
MPV
Differensial
LYM %
MXD %
NEU %
Absolut
LYM %
HASIL
NILAI RUJUKAN
Kuning
Jernih
1.015
6.0
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Kuning
Jernih
1.013 – 1.030
4.6 – 8.0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
0 -1
1–2
0–1
Negatif
Negatif
Negatif
1-4
0-1
Negatif
Negatif
Negatif
14.3
44.0
5,20
13.5
161
87.6
28.5
32.5
60.8
21.2
12.1
13.5 – 17.5 g/dL
42 – 52 %
4.7 6.1 10ˆ3/ µL
4.8 – 10.8 10ˆ3/ µL
150 – 450 10ˆ3/ µL
80 – 94 fL
27 – 31 pg
33 – 37 %
fL
9 – 14 fL
8 – 12 fL
10.2
2.1
87.7
26 – 36 %
0 – 11 %
40 – 70 %
1.4
1.00 – 1.43
10ˆ3/ µL
MXD %
NEU %
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah
Glukosa Darah Sewaktu
Fungsi Hati
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Fungsi Ginjal
Ureum
Kreatinin
0.3
11.8
0 – 12
1.8 – 7.6
10ˆ3/ µL
10ˆ3/ µL
116
70 -100 mg%
32
26
< 40 U/L
< 42 U/L
70.4
1.4
10 – 50 mg%
0 – 1.0 mg%
15.0
44.8
5.19
10.9
178
86.3
28.9
33.5
60.6
14.1
11.1
13.5 – 17.5 g/dL
42 – 52 %
4.7 6.1 10ˆ3/ µL
4.8 – 10.8 10ˆ3/ µL
150 – 450 10ˆ3/ µL
80 – 94 fL
27 – 31 pg
33 – 37 %
fL
9 – 14 fL
8 – 12 fL
10.1
5.0
84.9
26 – 36 %
0 – 11 %
40 – 70 %
1.1
0.5
9.3
1.00 – 1.43
0 – 12
1.8 – 7.6
15.1
45.1
5.22
7.3
183
13.5 – 17.5 g/dL
42 – 52 %
4.7 6.1 10ˆ3/ µL
4.8 – 10.8 10ˆ3/ µL
150 – 450 10ˆ3/ µL
(08 Juli 2014)
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW – SD
PDW
MPV
Differensial
LYM %
MXD %
NEU %
Absolut
LYM %
MXD %
NEU %
10ˆ3/ µL
10ˆ3/ µL
10ˆ3/ µL
(11 Juli 2014)
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW – SD
PDW
MPV
Differensial
LYM %
MXD %
NEU %
Absolut
LYM %
MXD %
NEU %
86.4
28.9
33.5
62.2
24.5
11.7
80 – 94 fL
27 – 31 pg
33 – 37 %
fL
9 – 14 fL
8 – 12 fL
25.9
7.7
66.4
26 – 36 %
0 – 11 %
40 – 70 %
1.9
0.6
4.8
1.00 – 1.43
0 – 12
1.8 – 7.6
- Foto thorax
Interpretasi :
Klinis :
Sinus dan diafragma normal
Pulmo :
Hili kasar dan corakan bertambah
Tidak tampak bercak lunak
Tampak kranialisasi
10ˆ3/ µL
10ˆ3/ µL
10ˆ3/ µL
Kesan :
Bronchitis
Pembesaran jantung dan bendungan paru
RESUME
Seorang laki – laki Tn. S usia 78 tahun datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan sesak
sejak 1 minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit. Sesak yang tidak tertahankan sejak 1 minggu
SMRS, sesak timbul saat beraktifitas, berjalan dan naik turun tangga. Saat tidur pasien harus
menggunakan 2-3 bantal untuk mengurangi sesaknya. Pasien merasa enakkan dengan posisi
seperti ini. Nyeri dada dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan menjalar ke dada kanan.
Pasien juga merasakan tubuhnya gampang capek. Pasien juga mengeluh kakinya bengkak
sejak 2 bulan SMRS, bengkak timbul pertama di kaki kemudian muka, perut dan kedua
tangan.
Batuk juga dirasakan sejak 10 hari SMRS, batuk berdahak berwarna hijau, tidak ada
darah. Pilek juga dirasakan. Adanya keringat malam. Nafsu makan menurun. Sakit kepala
terasa diseluruh kepala. Saat berubah posisi dari tidur ke duduk pasien merasakan sangat sakit
pada kepalanya.
Mual tapi tidak muntah. BAB pasien kadang – kadang lancar, kadang – kadang tidak.
BAK lancar.
Pernah seperti ini dan dirawat di tahun 2008. Menurut keluarga pasien, pasien sudah dirawat
26 kali dengan keluhan yang sama. Kencing manis disangkal. Hipertensi sejak tahun 2007,
menurut pasien rajin kontrol dan mendapat obat captopril 12,5 mg dan isdn 5 mg. riwayat TB
paru disangkal. Pernah stroke tahun 2007. Pasien juga memiliki riwayat batuk lama. Adik
beradik pasien memiliki penyakit jantung. Kencing manis disangkal. Hipertensi (+) adik
pasien. Pasien merokok sejak SMP dan berhenti 33 tahun yang lalu (tahun 1980).
Pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak sakit , kesadaran kompos mentis, TD = 90/60
mmHg, nadi = 96 x/menit, reguler, kuat angkat, pernapasan = 28 x/menit, suhu
=
37,70C,
udema palpebra, JVP 5 ± 3 cm H 2O, adanya ronki saat auskultasi paru, hepatomegali, udema
ekstremitas bawah. Jantung, ictus cordis teraba di ICS VI sedikit lebih ke lateral linea
midclavikula sinistra. Batas kanan jantung di ICS IV linea parasternalis dextra. Batas kiri
jantung di ICS VI linea axilla anterior sinistra.
Diagnosis Fungsional
: Decompensasi Cordis derajat III e.c atherosclerosis
Diagnosis Anatomis
: LVH, RVH
Diagnosis Etiologi
: Infark miokard
Diagnosa Banding
: Infark miokard, COPD
DAFTAR MASALAH
-
Decompensasi cordis
 Anamnesis :
Atas dasar : sesak sejak 1 minggu SMRS, sesak timbul saat beraktifitas, berjalan
dan naik turun tangga. Saat tidur pasien harus menggunakan 2-3 bantal untuk
mengurangi sesaknya. kakinya bengkak sejak 2 bulan SMRS, bengkak timbul
pertama di kaki kemudian muka, perut dan kedua tangan. Nyeri dada hilang




timbul dan menjalar ke dada kanan. Adanya riwayat penyakit jantung di keluarga.
Pemeriksaan fisik :
Adanya peningkatan JVP, ronki kering di kedua lapang paru, hepatomegali,
udema palpebra dan ekstremitas bawah.
Rencana pemeriksaan penunjang :
 Darah rutin
 EKG
 Rontgen thoraks
Diferensial Diagnosa : Infark miokard, COPD
Penatalaksanaan :
 Non medikamentosa : bedrest untuk mengurangi beban jantung,
mengontrol tekanan darah, menanggulangi stres.

-
Medikamentosa
:
- IVFD RL
- Oksigen 2-3 L/m
- Furosemid 1 x 20 mg
- Captopril 1 x 12,5 mg
- ISDN 3 x 5 mg
- Digoxin 1 x 0,125 mg
Bronkitis
 Anamnesis :
Atas dasar, batuk sejak 10 hari SMRS. Nyeri dada. Sesak nafas. Pasien juga
memiliki riwayat batuk lama.




-
Pemeriksaan fisik :
Adanya ronki
Rencana pemeriksaan penunjang :
 Pemeriksaan BTA
 Darah rutin
 Rontgen thoraks
Diferensial Diagnosa : Emfisema, COPD
Penatalaksanaan :
 Nonmedikamentosa :
- Jika batuk mulut ditutup dengan masker atau sapu tangan
- Jangan membuang dahak disembarang tempat
 Medikamentosa :
- OBH 3x1 cth
- Vit B6, B12
Vomitus


Anamnesis :
Mual
Penatalaksanaan :
Ranitidine 3x1
Sotatik 3x1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Decompensasi Cordis
Gejala-gejala pada gagal jantung
 Gejala gagal jantung kiri
o Dyspnoe de effort (sesak saat aktifitas fisik)
o Ortopneu
Sesak napas yang terjadi pada saat berbaring dan dapat dikurangi dengan
sikap duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan pada saat berdiri terjadi penimbunan
cairan di kaki dan perut. Pada waktu berbaring maka cairan ini kembali ke
pembuluh darah dan menambah darah balik, sehingga terjadi sesak napas.
o Dispneu nokturnal paroksimalis
Serangan sesak napas ini terjadi pada malam hari, pasien yang sedang tidur
terbangun karena sesak napas. Berbeda dengan ortopneu yang dengan cepat dapat
disembuhkan dengan perubahan dari posisi tidur ke posisi berdiri, maka dispneu
nokturnal paroksimalis memerlukan waktu agak lama, kira-kira 30 menit.
Sebab dispneu nokturnal paroksimalis mungkin disebabkan kombinasi dari
faktor-faktor :
-
Menurunnya tonus simpatis
-
Darah balik yang bertambah
-
Penurunan aktivitas pada pusat pernapasan di malam hari
-
Edema paru
Selain gejala-gejala diatas, penderita dapat pula merasa sangat sesak, takikardia,
tekanan darah menurun, hemoptoe, berkeringat dingin, pucat dan lain-lain.
o Tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ
Aliran darah dialihkan dari organ-organ nonvital (misal, kulit dan otot
rangka) demi mempertahankan perfusi ke jantung dan otak. Kulit pucat dan dingin
disebabkan oleh vasokontriksi perifer, makin berkurangnya curah jantung dan
meningkatnya kadar hemoglobin tereduksi menyebabkan terjadinya sianosis.
Vasokontriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan panas, oleh
karena itu dapat ditemukan demam ringan dan keringat yang berlebihan.
Kurangnya perfusi ke otot rangkamenyebabkan kelemahan dan keletihan. Makin
menurunnya
curah
jantung,
dapat
disertai
insomnia,
kegelisahan
atau
kebingungan.
o Batuk nonproduktif dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada posisi
berbaring. Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahan vena bronkial yang
terjadi akibat distensi vena. Distensi atrium kiri atau vena pulmonalis dapat
menyebabkan kompresi esofagus dan disfagia.
 Gejala gagal jantung kanan
Gagal jantung kanan dapat menimbulkan gejala dan tanda kongesti vena sistemik.
Dapat diamati peningkatan tekanan vena jugularis (JVP), vena-vena leher mengalami
bendungan. Tekanan vena sentral (CVP) dapat meningkat secara paradoks selama
inspirasi jika jantung kanan yang gagal tidak dapat menyesuaikan terhadap peningkatan
aliran balik vena ke jantung selama inspirasi. Meningkatnya CVP selama inspirasi
dikenal sebagai tanda kussmaul.
Dapat tejadi hepatomegali dan nyeri tekan hati akibat peregangan kapsula hati.
Gejala saluran cerna yang lain seperti anoreksia, rasa penuh atau mual, dapat disebabkan
oleh kongesti hati dan usus.
Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial. Edema
mula-mula tampak pada bagian tubuh yang tergantung, dan terutama pada malam hari,
dapat terjadi nokturia yang disebabkan redistribusi cairan dan reabsorpsi pada waktu
berbaring serta berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat. Gagal jantung
yang berlanjut dapat menimbulkan asites atau edema anasarka.
Selain itu derajat gangguan yang berkaitan dengan gejala-gejala itu juga harus ditentukan.
New York Heart Association (HYHA) telah membuat pedoman klasifikasi sesuai tingkat aktifitas
fisik yang dapat menimbulkan gejala, yakni
Kelas I
: tidak ada limitasi aktifitas fisik, tidak timbul sesak napas, rasa lelah, palpitasi,
dengan aktifitas fisik biasa
Kelas II : sedikit ada limitasi aktifitas fisik, timbul sesak napas, rasa lelah, palpitasi,
dengan aktifitas fisik biasa namun nyaman dengan istirahat
Kelas III : aktifitas fisik sangat terbatas. Aktifitas fisik kurang dari biasa sudah
menimbulkan gejala, tetapi nyaman sewaktu istirahat
Kelas IV : gejala sudah ada sewaktu istirahat dan aktifitas fisik sedikit saja akan
memperberat gejala.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan denyut arteri memperlihatkan denyut yang cepat dan lemah. Denyut yang
cepat (takikardia) mencerminkan respon terhadap saraf simpatis. Sangat menurunnya volume
sekuncup dan adanya vasokontriksi perifer mengurangi tekanan nadi, menghasilkan denyut yang
lemah (thready pulse). Selain itu pada gagal ventrikel kiri yang berat dapat timbul pulsus
alternans.
Pada auskultasi dada, lazim terdengar ronki yang pada awalnya terdengar di bagian bawah
paru-paru karena pengaruh gaya gravitasi. Gallop ventrikel atau bunyi jantung ketiga (S 3) yang
merupakan ciri khas gagal ventrikel kiri. Gallop ventrikel terjadi selama diastolik awal dan
disebabkan oleh pengisian cepat pada ventrikel yang tidak lentur atau terdistensi. Kuat angkat
substernal (atau terangkatnya sternum sewaktu sistolik) dapat disebabkan oleh pembesaran
ventrikel kanan.
Pemeriksaan penunjang
Radiogram dada menunjukkan hal-hal berikut :

Kongesti vena paru, berkembang menjadi edema interstisial atau alveolar pada
gagal jantung yang lebih berat

Redistribusi vaskular pada lobus atas paru

Kardiomegali
EKG sering memperlihatkan denyut prematur ventrikel yang asimtomatik dan menjadi
takikardia ventrikel nonsustained. Peristiwa bradikardia (asistol atau blok jantung) biasanya
berkaitan dengan memburuknya gagal jantung secara progresif.
Terjadi perubahan-perubahan khas pada kimia darah. Misalnya perubahan cairan dan kadar
elektrolit terlihat dari kadarnya dalam serum. Yang khas adalah hiponatremia pengenceran, kadar
kalium dapat normal atau menurun akibat terapi diuretik. Hiperkalemia dapat terjadi pada tahap
lanjut dari gagal jantung karena gangguan ginjal. Demikian juga kadar nitrogen ureum darah
(BUN) dan kreatinin dapat meningkat akibat perubahan laju filtrasi glomerulus. Urin menjadi
lebih pekat, dengan berat jenis yang tinggi dan kadar natriumnya berkurang. Kelainan fungsi hati
dapat mengakibatkan pemanjangan masa protrombin yang ringan. Dapat dijumpai peningkatan
kadar bilirubin dan enzim hati (SGOT dan SGPT) terutama pada gagal jantung akut.
Tatalaksana
Tatalaksana gagal jantung secara nonfarmakologi meliputi perubahan gaya hidup yang
dapat membantu memperbaiki prognosis. Hal ini meliputi :

Tidak merokok

Mengendalikan kondisi tertentu, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
diabetes

Tetap aktif secara fisik

Makan makanan yang sehat

Menjaga berat badan yang ideal

Mengurangi faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres
Tatalaksana farmakologi gagal jantung didasarkan pada usaha untuk menentukan diagnosis
yang tepat. Tatalaksana ditujukan pada pengurangan beban awal (preload), pengurangan beban
akhir (after load) dan meningkatkan kontraktilitas miokardium.
Beban awal (preload) dapat dikurangi dengan pembatasan cairan, pemberian diuretika,
nitrat atau vasodilator lainnya. Beban akhir (after load) dikurangi dengan obat-obat vasodilator
seperti penghambat ACE, prazosin dan hidralazin. Kontraktilitas dapat ditingkatkan dengan obatobat inotropik seperti digitalis, dopamin, dan dobutamin.
Mengurangi beban jantung dan kelebihan cairan
Obat yang digunakan untuk mengatasi retensi dan kelebihan beban cairan adalah
diuretika. Bila gagal jantung dan beban cairan ringan. Biasanya cukup dengan membatasi
cairan dan menggunakan diuretika oral. Diuretika yang biasa digunakan adalah golongan
tiazid dan loop diuretic. Diuretika potassium sparring sepertispironolakton kurang efektif
dibandingkan diuretika lain, namun bisa memperkuat kerja diuretika lain.
Obat-obat lain yang mengurangi beban awal adalah vasodilator, misalnya nitrat
(nitrogliserin). Efek utama dari nitrat adalah dilatasi pembuluh darah kapasitan, sehingga
menyebabkan preload berkurang dan tekanan pengisian ventrikel kiri turun.
Obat-obat yang mengurangi beban akhir adalah vasodilator. Vasodilator mengurangi
impedans atau tahanan yang harus diatasi oleh pompa jantung. Vasodilator bermanfaat
pada keadaan gagal jantung akut maupun kronik. Vasodilator yang banyak dipakai adalah
ACE inhibitor, nitrat long acting, prazosin dan hidralazin.
Memperkuat kontraktilitas miokard
Penurunan kontraktilitas atau disfungsi sistolik sering disebabkan oleh penyakit
jantung iskemik atau koroner terutama pada penderita infark miokard yang luas. Juga pada
kardiomiopati dilatasi dan miokarditis, dan pada stadium lanjut kelainan dengan kelebihan
beban volume akibat regurgitasi.
Obat-obat yang digunakan untuk memperkuat kontraktilitas obat-obat inotropik
seperti digitalis, dopamin, dobutamin dan amrinon. Digitalis meningkatkan kontraktilitas
serta meningkatkan curah jantung. Penggunaan digitalis terutama untuk memperbaiki
curah jantung pada keadaan curah jantung yang rendah dan pada gagal jantung dengan
takiaritmia supraventrikel. Dopamin terutama bermanfaat pada gagal jantung dengan
hipotensi dimana efek vasokonstriksi perifer diharapkan akan banyak membantu sirkulasi.
Dobutamin bisa bermanfaat pada gagal jantung berat dengan tekanan pembuluh baji paru
yang tinggi namun tekanan sistemik dalam batas normal. Amrinon menyebabkan
penurunan tekanan pengisian ventrikel kiri dan kanan danmeningkatkan curah jantung.
Tahanan pembuluh darah paru dan sistemik menurun. Dengan demikian, efeknya sama
dengan kombinasi dopamin dan dobutamin. Amrinon terutama bermanfaat pada gagal
jantung yang sudah refrakter dengan pengobatan digoksin, diuretika dan vasodilator.
Melakukan tindakan dan pengobatan khusus
Tindakan khusus terutama ditujukan terhadap penyebab, faktor pencetus dan
kelainan yang mendasari gagal jantung. Pada gangguan mekanis akibat stenosis katup,
valvuloplasti balon atau pembedahan perlu dilakukan bila keadaan memungkinkan,
angiografi koroner perlu dilakukan pada penderita yang di duga menderita penyakit
jantung koroner.
Download