Uploaded by User83665

pdf-laporan-kasus-kardio-adhf-denny

advertisement
1
LAPORAN KASUS
PASIEN DENGAN ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kepaniteraan Klinik Madya
SMF Kardiology Rumah Sakit Umum Jayapura
Oleh :
DENNY HP SAUKOLY
LIEN B IRIORI
Pembimbing :
dr. Darti Pakasi, Sp.JP
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
SMF KARDIORESPIRASI RSU JAYAPURA
JAYAPURA
2015
2
LAPORAN KASUS CARDIOLOGY
PASIEN DENGAN ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF)
I.
Identitas
Nama
: Tn. A.P
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Umur
: 60 Tahun
Alamat
: Jl. Belakang BRI Kloofkamp
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
: PNS
Suku
: Ambon
Tgl. MRS
: Tgl. 10 Maret 2015
Tgl. Keluar RS
: Tgl. 13 Maret 2015
No. Dm
: 343774
II. Anamnesa
2.1 Keluhan Utama
Sesak nafas
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak napas. Sesak napas yang dirasakan ini sejak ±24 Jam
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak ±4 bulan
yang lalu. Sesak disertai dengan keluhan nyeri hulu hati, mual dan muntah. Sesak
dirasakan jika sedang beraktivitas ringan, sesak juga dirasakanya jika tidur terlentang,
dan untuk mengatasinya tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dengan menggunakan 23 bantal, atau duduk di tempat tidur dengan posisi tegak baru merasa lebih baik. Pasien
juga beberapa kali terbangun sewaktu tidur malam sekitar jam 1-2 dini hari,
membuatnya harus duduk beberapa saat untuk membuat nyeri dada mereda. Pasien
mengaku harus duduk di depan pintu atau jendela untuk mengurangi sesak.
Rasa berdebar juga sering di rasakan pasien ±1 bulan terakhir. Pasien pernah
dirawat di Rumah sakit Angkatan Laut pada tahun 2013 dengan diagnosa
pembengkakan jantung.
± 8 jam sebelum SMRS pasien berobat ke dr.Sp.JP dan oleh dr.Sp.JP pasien di
rujuk ke RSUD Jayapura dan diterima di IGD dengan tensi waktu masuk 135/100
mmHg, nadi 70x/menit, respirasi 35x/menit, suhu badan afebris.
3
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat darah tinggi sebelumnya (+) sejak 5 tahun lalu, yang tertinggi hingga
sistolik 170 mmHg
2) Riwayat malaria sebelumnya (+)
3) Riwayat sakit tenggorokan sebelumya (+)
4) Riwayat nyeri sendi sebelumnya (+)
5) Riwayat dirawat di rumah sakit lain karena penyakit jantung (+)
6) Riwayat Asam urat dan kolesterol (+) baru diketahui saat di rawat di rumah sakit.
7) Riwayat sakit gula, (-)
2.4 Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi dan Budaya
Pasien seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Jayapura, dan
bekerja sehari-hari sebagai sopir ambulans. Riwayat merokok sebelumnya ±3 bungkus
perhari
2.5 Riwayat Keluarga
Tidak ada catatan di dalam keluarga yang menderita sakit seperti ini.
2.6 Status Pra-esens
Keadaaan Umum : Tampak sakit sedang
Deskripsi :
Compos Mentis
Komunikasi biasa,rasa awas terhadap
Kesadaran
lingkungan biasa
Deskripsi Frekuensi:
80 x / menit
Nadi
Irama : Irreguler
Dilakukan pada lengan sebelah kiri.
Tekanan Darah
160 / 100 mmHg
Temperatur
Aksila : 36,7°C
Rektal tidak diperiksa
Deskripsi : cepat dan dalam
Frekuensi 35x / menit
Pernapasan
Irama : Reguler
Frekuensi : Takipnea
Sifat:Abdominotorakal
4
III. Pemeriksaan Fisik
3.1 Kepala / leher
Mata
: Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-) Eksoftalmus Endoftalmus (-/-)
Leher
: Peningkatan Vena Jugularis (-), Pembesaran KGB colli (-)
Telinga
: Dalam batas Normal
Hidung
: Dalam batas Normal
Rongga Mulut dan Tenggorokan : dalam batas Normal, Oral candidiasis (-)
3.2 Toraks
a. Paru
Depan
Belakang
Inspeksi
Simetris, Kelainan dinding dada (-)
Kelainan bentuk dada (-); ikut gerak
napas, retraksi (-)
Simetris,
Kelainan bentuk tulang belakang
(-)
Palpasi
Statis:
Pembesaran KGB Supraklavikula (-),
Posisi mediastinum (dbn), nyeri tekan
(-), krepitasi (-), emfisema subkutis (-),
Statis :
nyeri tekan (-), krepitasi (), emfisema subkutis (-),
Dinamis : Fokal fremitus Dex=Sin :
normal
Perkusi
Auskultasi
Fokal fremitus kesan Dex=Sin
normal.
Sonor normal pada ke dua lapang paru
Sonor pada kedua lapang paru
Suara napas Vesikuler (+/+), suara napas
tambahan (-), Pleural friction rub (-)
Suara napas Vesikuler (+/+),
suara napas tambahan (-),
Pleural friction rub (-)
b. Jantung
Depan
Belakang
Inspeksi
Iktus Cordis tidak terlihat
Tidak ada deformitas tulang
belakang
Palpasi
Iktus Cordis teraba di dalam ruangan
interkostal V 2 jari lateral dari linea
midclavicularis sinistra;
Tidak diperiksa
Iktus Cordis tidak kuat angkat, Thrill (-)
Heaves (-)
5
Perkusi
Batas kiri jantung : 2 jari sebelah lateral
dari midlineclavicula sinistra pada ruangan
interkostal V. Batas kanan jantung : 1-2 jari
lateral dari linea parasternal dextra.
Tidak diperiksa
Auskultasi
Bunyi S1 – S2 Irreguler, Bunyi jantung
tambahan ; S3 Gallop: (-); Murmur (-)
Tidak diperiksa
3.3 Abdomen
Inspeksi
Supel, Simetris, Datar, Kelainan kulit (-), Jejas`(-) ; vena umbilikus (dbn)
Auskultasi
Suara bising usus (+) 3-4 x/menit, suara pembuluh darah / bruit (-)
Palpasi
Palpasi superfisial dalam batas normal :
-
Hepar/Lien: Tidak teraba
-
Renal: Ballotement tes (-) : teraba (-); nyeri (-)
-
Nyeri tekan abdomen (+) Regio epigastrium
-
+
-
-
-
-
-
-
-
Timpani, Nyeri ketok (-); Shifting dullness (-);
Perkusi
3.4 Ekstremitas
a. Akral
: Teraba hangat
b. Superior
: Capillary refill time <1 detik; Sianosis (-), Clubbing fingers(-)
c. Inferior
: Nyeri tungkai (-), jejas (-), deformitas sendi (-), edema tungkai (-)
3.5 Vegetatif
Makan / minum ( baik melalui enteral dan parenteral ), BAB / BAK (baik / baik)
(produksi urine ± 1500 cc / hari )
IV. Pemeriksaan Penunjang
4.1 Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap (CBC) (11-03-2015)
HB
: 15,3 g/dL
Eritrosit
: 5.1 x 106/mm3
Leukosit
: x 103/mm3
6
Hematokrit
: 44,8 %
Trombosit
: 195 x 103/mm3
MCV
: 88,0 fl
MCH
: 30,0 pg
MCHC
: 34,1 g/dL
MPV
: 8.7 fL
PCT
: 0,17%
PDW
: 8,7 fl
Hitung Jenis
Limfosit
: 24,9%
Monosit
: 12,4%
Granulosit
: 62,7 %
Limfosit absolut
: 2,68 x 103 uL
Monosit absolut
: 1,33 x 103 uL
Granulosit absolut
: 6,78 x 103 uL
Kimia darah
Gula darah sewaktu
: 131 mg/dl
Ureum
: 35 mg/dl
Kreatinin
: 1,5 mg/dl (↑) N: 0,6-1,1 mg/dl
Asam urat
: 9,7 mg/dl (↑) N: 3,4-7,0 mg/dl
Trigliserida
: 127 mg/dl
Kolesterol total
: 224 mg/dl (↑) N: <200 mg/dl
HDL kolesterol
: 38 mg/dl
LDL kolesterol
: 160 mg/dl
Kalium
: 3,7 mEq/l
Natrium
: 103 mEq
9
4.4 Diagnosa Kerja
1) Acute Decompensated Heart Failure (ADHF)
2) Pulmonary Hipertension
3) Ischaemic DCM
4.5
Penatalaksanaan Saat Masuk Rumah Sakit
1. Tirah Baring
2. IVFD RL 500 cc/ 24 jam
3. Injeksi Lasik 3 x 1 amp (i.v)
4. Injeksi Fluxum 1x0,6 cc (1x) (i.v)
5. Injeksi Ranitidin 2x1 amp (i.v)
6. Digoxin 1 x 0,25 mg tab (p.o)
7. Spironolakton 2 x 25 mg tab (p.o)
8. ISDN 3x 5 mg tab (p.o)
9. Simvastatin 1x20mg tab (p.o)
10. Trombositopelet 1x80 tab (p.o)
11. Pro Foto Thorax dan Cek Lab
4.6
Prognosa
Ad vitam
: Dubia
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia
4.7 Follow-up di Ruang Penyakit Dalam Pria
Hari/Tanggal
12 / 03 / 2015
Follow Up
S : sesak (+), nyeri perut (+) menjalar sampai ke
tulang belakang, nyeri kepala (+)
Kes: CM
TTV: TD: 130/80 mmHg, N: 88x/m, RR: 25x/m,
SB: 36,50C
K/L: c.a(+/+), s.i (-/-), P>KGB(-), o.c (-)
Paru:
I: simetris, retraksi (-), jejas (-), IC (-)
P: vocal fremitus kesan D=S, IC tidak kuat
angkat, thrill (-)
P: sonor normal di kedua lapang paru
A: SN vesikuler di kedua lapang paru,
Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Planning
(Terapi Medikamentosa)
- IVFD RL 500 cc/ 24 jam
- Inj lasik 3 x 1 amp (i.v)
- Inj fluxum 1x 0,6cc (1x) (i.v)
2
- Inj Ranitidin 2 x 1 amp (i.v)
- Spironolakton 2 x 50 mg (p.o)
hari ke
- ISDN 3 x 5 mg ( p.o)
- Simvastatin 1 x 20 mg (p.o)
- Valsartan 1x80 mg tab (p.o)
- Tromboaspilet 1x 80 mg tab (p.o)
10
Jantung
I: bentuk dada dalam batas normal, IC (-)
P: IC teraba tidak kuat angkat, posisi bergeser ± 3
cm LMCS ics , thrill (-), murmur (-)
P: Batas kiri jantung 2 jari medial
midlineclavicula sinistra. Batas kanan jantung 1
jari medial parasternal line dextra.
A: BJ I-II ireguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I: simetris, supel, cembung
A: BU < 4x/m
P: Hepar/Lien/Renal: tidak teraba
P: nyeri ketok (-), nyeri tekan (+)
Ekstremitas: akral teraba hangat, sianosis (-),
clubbing finger (-),
Vegetatif: ma/mi (+/+), BAB/BAK (+/+)
A: ADHF, Ischaemic DCM, PHT
13 /03 / 2015
14 / 03 / 2015
S : sesak mulai berkurang, nyeri perut mulai
berkurang, nyeri hulu hati (+)
Kes: CM
TTV: TD:130/80 mmHg, N: 89x/m, RR: 24x/m,
SB: 36,50C
K/L: Ca (-/-), SI (-/-), P>KGB colli (-), OC (-)
Pulmo:
I: simetris, retraksi (-), jejas (-), IC (-)
P: vocal fremitus D=S, IC teraba tidak kuat
angkat, thrill (-)
P: sonor normal di ke 2 lapang paru
A: SN vesikuler, Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung:
I: IC (-) tidak terlihat
P: IC teraba tidak kuat angkat , thrill (-)
P: Batas kiri jantung 2 jari medial
midlineclavicula sinistra. Batas kanan jantung 1
jari medial parasternal line dextra.
A: BJ I-II ireguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I: simetris,cembung
A: BU 4x/m
P:Hepar/Lien/Renal: tidak teraba
P: nyeri tekan (+)
p :timpani
Ekstremitas: akral teraba hangat, sianosis (-)
Vegetatif: ma/mi (+/+), BAB/BAK (+/+)
A: ADHF + Iscemic DCM + PHT
- IVFD RL 500 cc/ 24 jam
- Inj. Lasix 2 x 1 amp ( i.v)
- Inj. Fluxum 1 x 0,6cc (1x) (i.v)
Hari
ke 3
- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp (i.v)
- Spironolakton 2x50 mg tab (p.o)
S : sesak sudah tidak ada, nyeri perut sudah tidak
ada, nyeri hulu hati sudah tidak ada (-).
Kes: CM
TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 92x/m, RR: 22 x/m,
SB: 370C
Kepala/Leher: Ca (-/-), SI (-/-), P > KGB colli
(-) , OC(-)
Pulmo:
I: simetris, retraksi (-), jejas (-), IC (--)
P: vocal fremitus D=S, IC teraba tidak kuat
angkat, thrill (-) heaves (-)
P: sonor normal di ke 2 lapang paru
A: SN vesikuler, Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- IVFD RL 500 cc/ 24 jam
- Inj. Lasix 2 x 1 amp ( i.v)
-
Digoxin 1x 0,125 mg tab (p.o)
Hari 4
ISDN 3x 5mg tab (p.o)
Alprazolam 1x 0,5 mg tab (p.o)
Allopurinol 1x300 mg tab (p.o)
Simvastatin 1x20 mg tb (p.o)
Valsartan 1x80 mg tab (p.o)
Tromboaspilet 1x80 mg tab (p. o)
Antasida Sirup 3x1 sendok makan (p.o)
-
Inj. fluxum 1x 0,6 cc (i.v)
Hari ke 4
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp (i.v)
Spironolakton 2x50 mg tab (p.o)
Digoxin 1x0,125 mg (p.o)
Hari ke 5
ISDN 3x5 mg tab (p.o)
-
Alprazolam 1x0,5 mg tab (p.o)
Allopurinol 1x300 mg tab (p.o)
Simvastatin 1x20 mg tb (p.o)
Valsartan 1x80 mg tab (p.o)
11
Jantung:
I: IC (-) tidak terlihat
P: IC teraba tidak kuat angkat , thrill (-)
P: Batas kiri jantung 2 jari medial
midlineclavicula sinistra. Batas kanan jantung 1
jari medial parasternal line dextra.
A: BJ I-II ireguler, S1-S2
Abdomen:
I: simetris,cembung
A: BU (+) 3x/m
P:Hepar/Lien/Renal: tidak teraba
P: nyeri tekan (-)
Ekstremitas: akral teraba hangat, sianosis (-),
Vegetatif: ma/mi (+/+), BAB/BAK (+/+)
A: ADHF + Iscemic DCM + PHT
5
- Tromboaspilet 1x80 mg tab (p. o)
- Antasida Sirup 3x1 sendok makan (p.o)
Pasien Boleh Pulang.
PEMBAHASAN
5.4 Gagal Jantung
Heart failure (HF) atau gagal jantung adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang
didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh jaringan
tubuh secara adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung.
Pasien dengan HF harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1
Gejala-gejala (symptoms) dari HF berupa sesak nafas yang spesifik pada saat
istirahat atau saat beraktivitas dan atau rasa lelah, tidak bertenaga.
Tanda-tanda (sign) dari HF berupa retensi air seperti kongesti paru, edema tungkai.
Dan objektif, ditemukannya abnormalitas, dari struktur dan fungsional jantung.
Tabel 1. Heart Failure is Clinical Syndrome in Which Patient Have The Following Features 1
Symptoms typical of Heart failure (breathlessness at rest or on exercise, fatique, tiredness,
ankle, swelling)
And
Sign typical of heart failure (tachycardia, tachypnea, pulmonary rates, pleural effusion, raised
jugular venous pressure, peripheral edema, hepatomegaly)
And
Objectives evidence of a structural or fungtional abnormality of heart at rest (cardiomegaly,
third heart sound, cardiac murmurs, abnormality on the echocardiogram, raised natriuretic
peptide concentration)
Klasifikasi yang banyak dipergunakan adalah klasifikasi dari NYHA 3
New York Heart Association 19643
Class I
Penderita penyakit jantung tanpa limitasi aktivitas fisik. Aktivitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan
sesak napas atau kelelahan.
Class II
Penderita penyakit jantung disertai sedikit limitasi dari aktivitas fisik. Saat istirahat tidak ada keluhan.
Aktivitas sehari-hari menimbulkan sesak napas atau kelelahan.
Class III
12
Penderita penyakit jantung disertai limitasi aktivitas fisik yang nyata. Saat istirahat tidak ada keluhan.
Aktivitas fisik yang lebih ringan dari aktivitas sehari-hari sudah menimbulkan sesak atau kelelahan.
Class IV
Penderita gagal jantung yang tak mampu melakukan setiap aktivitas fisik tanpa menimbulkan
keluhan. Gejala-gejala gagal jantung bahkan mungkin sudah Nampak saat istirahat. Setiap aktivitas
fisik akan menambah beratnya keluhan.
Menurut anamnesa yang dilakukan terhadap pasien, ia mengaku sesak sejak ±8
jam sebelum masuk ke rumah sakit (IGD RSU Jayapura). Namun, sesak paling
dirasakan ketika sedang beraktivitas sehari-hari. Pekerjaan nya sebagai supir membuat
Tn. AP kurang istirahat dan sangat cepat merasa lelah (fatique), hal ini berbeda
dengan waktu-waktu sebelumnya. Saat waktu istirahat pun pasien mengalami sesak.
3
Merujuk kepada Klasifikasi dari New York Heart Association 1964 , pasien Tn.
AP dapat diklasifikasikan ke dalam Class IV. Hal ini menurut anamnesis dari pasien
bahwa pekerjaan nya sebagai supir terganggu akibat sesak napas ini. Bahkan saat
istirahat malam, pasien mengaku beberapa kali terbangun sewaktu tidur malam sekitar
jam 1-2 dini hari, membuatnya harus duduk tegak selama beberapa saat, untuk
membuat nyeri dada mereda. Kadang pasien harus duduk di depan pintu atau jendela
agar nyeri dada berkurang.
6
Sesak napas (Dispnea) merupakan suatu gawat pernapasan yang terjadi akibat
dari meningkatnya usaha pernapasan adalah gejala gagal jantung yang paling umum.
Pada gagal jantung dini, dispnea hanya diamati selama aktivitas, yang mungkin secara
sederhana timbul sebagai memburuknya sesak napas yang terjadi secara normal
dibawah keadaan ini. Namun, semakin berlanjutnya gagal jantung dispneatampak
semakin agresif dengan aktivitas yang tidak begitu berat. Akhirnya, sesak napas timbul
walaupun pasien sedang beristirahat. Dispnea jantung diamati paling sering pada
pasien dengan peningkatan vena pulmonalis dan tekanan kapiler. Pasien tersebut
biasanya mengalami pembendungan pembuluh darah paru dan edema paru
interstisialis, yang mungkin tebukti pada pemeriksaan radiologic dan yang mengurangi
kelenturan paru dan oleh karena itu meningkatkan kerja otot-otot pernapasan untuk
6
mengembangkan paru . Aktivasi reseptor dalam paru menimbulkan pernapasan yang
cepat dan dalam yangkhas dari dispnea jantung. Kebutuhan oksigen pernapasan
ditingkatkan oleh kerja berlebihan dari otot-otot pernapasan. Hal ini dilipatgandakan
dengan berkurangnya pengantaran oksigen ke otot-otot ini, yang terjadi sebagai
27
8.5 Prognosis 4,6
Prognosis gagal jantung tergantung secara primer pada sifat penyakit jantung yang
mendasari dan pada ada atau tidaknya factor pencetus yang dapat diobati. 6 Jika salah satu dari
yang terakhir dapat diidentifikasi dan dibuang, hasil kelangsungan hidup segera jauh lebih
baik daripada jika gagal jantung terjadi tanpa penyebab pencetus yang terlihat. Dalam
situasi terakhir ini, kelangsungan hidup biasanya berkisar antara 6 bulan sampai 4 tahun
tergantung pada keparahan gagal jantung. 6 Pasien GJA memiliki prognosis yang sangat
buruk. Sekitar 45% pasien GJA akan dirawat ulang paling tidak satu kali, 15% paling
tidak dua kali dalam 12 bulan pertama.4
-
Jika melihat kasus pasien Tn. AP, setidaknya ada lebih dari 2 faktor pencetus, dalam
kutipan referensi (Manurung D. 2006. Gagal jantung akut) dan Buku Ilmu Ajar Penyakit
Dalam (PAPDI, 2009) seperti Krisis hipertensi, Aritmia akut, Pelaksanaan terhadap
pengobatan kurang, Overload dan penggunaan alkohol. Pasien ini sudah memiliki riwayat
Hipertensi yang sudah sejak beberapa tahun lalu. Sudah mendapat terapi obat Hipertensi
oral, namun melihat kepada kepatuhan minum obat dan tindakan pengontrolan tekanan
darah yang secara teratur harus dilaksanakan, seperti memeriksakan tekanan darah,
tentunya dapat mempengaruhi prognosis ke depannya.
-
Kebiasaan meminum alcohol juga menurut sumber referensi di atas menjadi factor
pencetus yang harus dihindari. Memperbaiki kualitas hidup pasien Tn.PA adalah tujuan
terapi.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM PAPDI Jilid II Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing
2. Rilantoro, Lily. 2013. Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5 Rahasia. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. 2010. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI Dept/SMF Ilmu Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah Edisi V. Surabaya: Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo
4. Widy, Dewi Krisna. 2009. Hubungan Antara Literatur Gagal Jantung Akut.
5. Bambang., dkk. 2011. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing
6. Kasim, Fauzi. 2014. Informasi Spesialite Obat volume 49. Jakarta: IAI
7. Isselbacher., Braunwald et al. 2014. Harrison PRINSIP-PRINSIL ILMU PENYAKIT
DALAM Edisi 13 Volume 3
8. IKAPI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan POM RI,
KOPERKOM dan CV Sagung Seto
Download