1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Universal precaution

advertisement
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Universal precaution (kewaspadaan standar) merupakan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan
penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).
Usaha pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi antara lain dapat dilakukan
dengan meningkatkan perilaku universal precautions khususnya bagi perawat.
Tindakan universal precautions diperlukan perawat untuk mencegah infeksi,
ditunjang oleh sarana dan prasarana, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
mengatur langkah-langkah tindakan universal precautions (Kurniawati & Nursalam,
2007). Dasar kewaspadaan standar itu meliputi, pengolahan alat kesehatan, cuci
tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diri, diantaranya
sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius lainnya,
pengolahan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan, pengolahan limbah
(Depkes, 2003).
Kasus infeksi nosokomial terjadi hampir di seluruh negara terutama di negara
miskin dan berkembang termasuk Indonesia. Di seluruh dunia diperkirakan kasus
infeksi ini rata-rata menimpa 10% dari 1,4 juta pasien rawat inap. Di Amerika
Serikat, terdapat 48.000 orang setiap tahun meninggal karena infeksi di rumah sakit,
umumnya karena penyakit pneumonia (Laxminarayan, 2010). Di Indonesia, lebih
dari 2 milyar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B, dan sekitar 130–170 juta
merupakan pengidap virus hepatitis C, dengan angka kematian lebih dari 350 ribu
per tahun. Kasus HIV positif, secara kumulatif berjumlah 44.292 (Depkes, 2010)
Tahun 2002 Center For Deases Control (CDC) melaporkan ada 52 kasus perawat
yang terinfeksi HIV akibatnya kecelakaan ditempat kerja. ICN (2005) melaporkan
bahwa estimasi sekitar 19-35% semua kematian pegawai kesehatan pemerintah di
1
2
Afrika disebabkan oleh HIV/AIDS. Kejadian di Indonesia belum adanya laporan
kejadian kasus infeksi yang dialami petugas kesehatan dikarenakan kecelakaan
kerja. Namun dari kejadian tersebut, profesi perawat paling besar berisiko untuk
tertular akibat terpapar cairan dan tertusuk jarum, sehingga perlunya upaya untuk
melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja oleh tenaga kesehatan yang
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial (Emaliyawati, 2008). Di Indonesia
yaitu di 10 RSU pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan
rata-rata 9,8% pada tahun 2010. Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah
infeksi luka operasi (ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka
kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi arrtara 2-18% dari
keseluruhan prosedur pembedahan (Nugraheni, 2012)
Berdasarkan hasil survey di Rumah Sakit Putri Hijau melalui data rekam medik angka
infeksi nosokomial tahun 2009 pada ruangan ICU sekitar 20%. Berdasarkan data indikator
mutu pelayanan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota
Medan Tahun 2007 terhadap infeksi nosokomial sebesar 2,63% yang terdiri dari infeksi
yang disebabkan oleh penggunaan jarum infus sebesar 1,8%, akibat tirah baring (dekubitus)
0,2 % dan angka infeksi luka operasi sebesar 0,6%, transfusi darah 0,03% Sedangkan
Angka infeksi nosokomial tahun 2008 pada ruangan ICU sebesar 40% (Sukartik, 2009).
Penyakit yang terjadi akibat infeksi silang (cross infection) disebabkan oleh kuman yang
didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung
yang juga dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan sikap perawat yang kurang dalam
pelaksanaan universal precaution
Menurut hasil penelitian Fahmi (2012) mengatakan pengetahuan perawat tentang
defenisi cuci tangan bedah memiliki pengetahuan yang kurang (73%), pengetahuan
tentang waktu yang diperlukan untuk cuci tangan memiliki pengetahuan kurang (
58,7%), pengetahuan perawat tentang larutan anti septik untuk cuci tangan memiliki
pengetahuan baik ( 58,7%).
Penerapan APD dalam standart precaution belum sepenuhnya dijalankan dengan
baik oleh perwat. Haryanti (2009) dalam penelitiannya di RSUD Salatiga
3
mengidentifikasi 40% perawat yang bersikap bertanggung jawab dengan baik
terhdapa penggunaan APD. Selain itu, Yulia (2009) mengidentifikasikan 49%
perawat di RSU pusat Haji Adam Malik Medan tidak mengetahui penggunaan APD
dengan benar. Penelitian Soni (2011) di Rumah Sakit Setjonegoro Wonosobo
mengidentifikasikan 70% perawat melaukukan tindakan tidak sesuai dengan
universal precaution. Maja (2009) dalam jurnal penelitiannya mengidentifikasi
17.8% mahasiswa tidak mengggunakan APD karena kekurangan APD dan 11.1%
mahasiswa tidak menggunakannya dalam menjalankan praktik keperawatan
(Maja,2009)
Menurut Kusmiyati (2009), faktor yang mempengaruhi rendahnya perilaku perawat
dalam tindakan universal precautions yaitu: Pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana
alat pelindung pribadi dan motivasi perawat. Ketidakpatuhan atau keengganan
petugas untuk melakukan prosedur universal precautions adalah karena dianggap
terlalu merepotkan dan tidak nyaman. Sikap juga menjadi faktor yang berperan
dalam menentukan kepatuhan perawat dalam menerapkan universal precautions.
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu (Azwar, 2009).
Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan jumlah perawat yang
bekerja di ruang rawat inap adalah 115 orang dan data dari medical record bahwa
pasien rawat inap pada tahun 2013 sebanyak 9409 pasien dan kasus terbanyak
adalah demam tyhpoid sebanyak 600 pasien. Dari 9409 pasien terdapat 8,04 %
terjadi infeksi nosokomial salah satunya perawat kurang memahami tentang
pelaksanaan universal precaution dan Berdasarkan hasil obsevasi pendahulu
didapatkan banyak perawat yang tidak menggunakan alat pelindung diri saat
melakukan tindakan keperawatan, tidak mencuci tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan keperawatan serta perawat memakai alat medis berulang,
sehingga dapat simpulkan bahwa perawat kurang memahami bagaimana cara
pencegahan infeksi nosokomial dan ketidakpatuhan perawat dalam melakukan
prosedur universal precaution.
4
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan dan
sikap perawat dengan pelaksanaan universal precaution selama melakukan tindakan
keperawatan di seluruh ruang rawat inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan tahun
2014.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan
universal precaution selama melakukan tindakan keperawatan di ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan
pelaksanaan universal precaution selama melakukan tindakan keperawatan di
ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan perawat dengan pelaksanaan universal
precaution selama melakukan tindakan keperawatan di ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Sari Mutiara Medan tahun 2014.
b. Untuk mengetahui sikap perawat dengan pelaksanaan universal precaution
selama melakukan tindakan keperawatan di ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Sari Mutiara Medan tahun 2014.
c. Untuk mengetahui pelaksanaan universal precaution selama melakukan
tindakan keperawatan di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan
tahun 2014.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Perawat
Sebagai bahan evaluasi mengenai tingkatan pengetahuan dan sikap perawat
dengan pelaksanaan universal precaution seperti mencuci tangan,alat pelindung
5
diri (APD), pengolahan alat kesehatan,pengolahan benda tajam, pengolahan
limbah infeksius
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan acuan dan evalusi kepada Rumah Sakit tentang pengetahuan dan
sikap perawat dalam pelaksanaan universal precaution.
3. Bagi keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Khususnya fakultas ilmu keperawatan penelitian mendapatkan informasi dan
sebagai bahan evaluasi tentang penyelengaraan pendidikan perawat. Penelitian
ini membantu perawat USM –Indonesia untuk melakukan evaluasi tentang
pelaksanaan universal precaution.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menerapkan ilmu atau teori pada waktu kuliah yang
digunakan pada penelitian ini. Disamping itu penelitian ini menambah wawasan
bagi peneliti tentang pengaruh pengetahuan dan sikap perawat dengan
pelaksanaan universal precaution selama melakukan tindakan keperawatan.
Download