gambaran kewaspadaan umum (universal precaution) oleh perawat

advertisement
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
GAMBARAN KEWASPADAAN UMUM (UNIVERSAL PRECAUTION) OLEH
PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI
RSUD AMBARAWA
ARTIKEL ILMIAH
Oleh
BAIQ NURJANNAH
010111A017
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
FEBRUARI, 2016
3
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
Program Studi Keperawatan Skripsi, Januari 2015
Baiq Nurjannah
Nim : 010111A017
“Gambaran Kewaspadaan umum (Universal Precaution) Oleh Perawat Dalam Upaya
Pencegahan Infeksi Nosokomial Di RSUD Ambarawa”
(xii + 97 halaman + 8 tabel + 3 gambar + 12 lampiran)
ABSTRAK
Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui
berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial
menjadi tolak ukur mutu pelayanan suatu rumah sakit dan menjadi standar penilaian akreditasi.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan gambaran kewaspadaan umum oleh perawat dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Ambarawa.
Studi penelelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survei. Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh perawat yang bertugas di RSUD Ambarawa. Didapatkan sampel 66
perawat dengan metode Proporsional Stratified Random Sampling. Cara pengambilan data dengan
menngunakan kuesioner. Menggunakan analisa univariat distribusi frekuensi.
Pencapaian kewaspadaan umum berdasarkan penerapan cuci tangan lebih banyak terdapat dalam
kategori cukup 81,8%, penerapan alat pelindung diri lebih banyak terdapat dalam kategori cukup
40.9%, pengelolaan linen lebih banyak pada kategori cukup 50,0%, pengelolaan alat kesehatan
banyak terdapat pada kategori cukup 50,0%, penerapan pencegahan luka tusukan jarum dan benda
tajam lainnya banyak terdapat pada kategori cukup 54,5% dan penerapan pengelolaan limbah banyak
terdapat pada kategori cukup 40,9%.
Kewaspadaan umum oleh perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSUD
Ambarawa belum maksimal dan termasuk dalam pencapaian yang cukup baik. Diharapkan untuk
meningkatkan mutu perawat tentang kewaspadaan umum dalam pencegahan infeksi nosokomial
dengan cara memberikan pelatihan tentang kewaspadaan umum.
Kata kunci : Kewaspadaan umum, infeksi nosokomial
Kepustakaan : 28 (2001-2012)
4
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
Ngudi Waluyo School of Health Ungaran
Nursing Study Program
Final
Assignment, Januari 2015
Baiq Nurjannah
Nim : 010111A017
“The Description of Universal Precaution By Nurses in Nosocomial Infection Prevention Efforts
at Ambarawa Public Hospital”
(xii + 97 pages + 8 tables + 3 figures + 12 appendices)
ABSTRACT
Quality of health services, especially nursing at the hospital can be accessed through various
indicators. One of them is the assessment of the nosocomial infection control efforts which is a
benchmark of quality of services in a hospital and became the accreditation assessment standard. This
study aims to find the description of universal precaution by nurses in nosocomial infections
prevention at Ambarawa Public Hospital.
This was a descriptive study with survey approach. The population in this study was all nurses
who served at Ambarawa Public Hospital. The samples were 66 nurses that sampled by using
proportional stratified random sampling method. The data were collected by using questionnaires. The
data analysis used univariate analysis in the form of frequency distributions.
The achievement of universal precautions based on the application of hand washing is mostly
in the category of sufficient as many as 81.8%, the application of personal protective equipment is
mostly in the category of sufficient as many as 40.9%, the linen management is mostly in the category
of sufficient as many as 50.0%, the management of medical devices is mostly in the category of
sufficient as many as 50.0%, the implementation of prevention of needle puncture wounds and other
sharp objects is mostly in the category of sufficient as many as 54.5% and the implementation of waste
management is mostly in the category of sufficient as many as 40.9%.
The universal precautions by nurses in the nosocomial infections prevention at Ambarawa
Public Hospital is not yet optimal and categorized as pretty good achievement. It is expected to
improve the quality of universal precautions in the prevention of nosocomial infections by providing
training on universal precautions.
Keywords
: Universal precautions, nosocomial infection
Bibliographies : 28 (2001-2012)
4
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
PENDAHULUAN
Mutu pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan di rumah sakit dapat dinilai
melalui berbagai indikator. Salah satunya
adalah penilaian terhadap upaya pengendalian
infeksi nosokomial menjadi tolak ukur mutu
pelayanan suatu rumah sakit dan menjadi
standar penilaian akreditasi (Habni, 2009).
Asia Tenggara memiliki tingkat infeksi
penyakit di rumah sakit yang cukup tinggi.
Angka kejadian infeksi nosokomial di negara
Eropa dan Timur Tengah sebesar 8,7%
sedangkan Asia Tenggara lebih tinggi sekitar
10% (WHO, 2002). Prevalensi infeksi
nosokomial di Indonesia pada tahun 2004
menunjukkan angka 9,1% dengan variasi 6,116% (Depkes RI, 2003).
Kejadian infeksi nosokomial yang tinggi
merupakan indikator pentingnya suatu usaha
pengendalian infeksi dengan menerapkan
standar
kewaspadaan
infeksi
(standard
precaution). Standard precaution pada dasarnya
merupakan transpormasi dari universal
precaution, suatu bentuk precaution pertama
yang bertujuan untuk mencegah infeksi
nosokomial (Kathryn, 2004 dalam Udin
Kurnia, 2012). WHO (2004) telah menetapkan
tentang pentingnya penerapan standard
precaution pada tenaga kesehatan dalam setiap
tindakan untuk mencegah peningkatan infeksi
nosokomial.
Upaya pencegahan penularan infeksi di
rumah sakit melibatkan berbagai unsur, mulai
dari pimpinan sampai petugas kesehatan
sendiri. Peran pimpinan adalah penyediaan
sistem, sarana, dan pendukung lainnya. Peran
petugas adalah sebagai pelaksana langsung
dalam upaya pencegahan infeksi yang
berpedoman pada perlunya peningkatan mutu
pelayanan di rumah sakit dan sarana kesehatan
lainnya, untuk itu maka perlu dilakukan
pelatihan
yang
menyeluruh
untuk
meningkatkan kemampuan petugas dalam
pencegahan infeksi di rumah sakit. Salah satu
strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam
pengendalian infeksi nosokomial adalah
peningkatan kemampuan petugas kesehatan
dalam metode Universal Precautions atau
dalam bahasa Indonesia kewaspadan Universal
(KU). Universal Precaution (UP) merupakan
upaya pencegahan penularan penyakit dari
pasien ke tenaga kesehatan dan sebaliknya. Hal
ini didasari oleh penyebaran penyakit infeksius
melalui medium darah. Pencegahan utama
terhadap
penularan
tersebut
yaitu
meminimalisasi kejadian kontak darah antar
pasien dengan tenaga kesehatan (Yusran,
2008).
Prinsip
kewaspadaan
universal
di
pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene
sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan,
serta sterilisasi peralatan. Hal ini penting
mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus
lewat
darah
seperti
HIV
(Human
Immunodeficiency Virus) dan hepatitis B tidak
menunjukkan gejala fisik. Kewaspadaan
universal diterapkan untuk melindungi setiap
orang (pasien dan petugas kesehatan) apakah
mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan
universal berlaku untuk darah, sekresi ekskresi
(kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput
lendir. Penerapan standar ini penting untuk
mengurangi resiko penularan mikroorganisme
yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui
atau tidak diketahui (misalnya pasien, benda
terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan
spuit) di dalam sistem pelayanan kesehatan
(Depkes RI, 2010).
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi
lima kegiatan pokok yaitu mencuci tangan guna
mencegah infeksi silang, pemakaian alat
pelindung diantaranya pemakaian sarung
tangan guna mencegah kontak dengan darah
serta cairan infus lain, pengelolaan alat
kesehatan, pengelolaan benda tajam untuk
mencegah perlukaan dan pengelolaan limbah
medis (Depkes RI, 2010).
Teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi
adalah mencuci tangan. Mencuci tangan adalah
menggosok dengan sabun secara bersama
3
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat
dan ringkas yang kemudian di bilas di bawah
aliran air. Tujuannnya untuk membuang
kotoran dan organisme yang menempel di
tangan.
Tangan
yang
terkontaminasi
merupakan penyebab utama perpindahan
infeksi. Cuci tangan merupakan sebagai salah
satu kewaspadaan standar yang harus
dilakukan, sehingga penularan penyakit dari
pasien melalui perawat, ataupun penularan
keperawat sendiri dapat dihindari jika setiap
perawat ataupun petugas kesehatan melakukan
tindakan mencuci tangan sebelum maupun
sesudah
kontak
untuk
meminimalkan
terjadinyan infeksi nosokomial (Nugraha,
2004).
Selain itu pemilihan Alat Pelindung Diri
(APD) yang akan dipakai harus didahului
dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh
mana antisipasi kontak dengan patogen dalam
darah dan cairan tubuh. Penggunaan sarung
tangan dan kebersihan tangan, merupakan
komponen kunci dalam meminimalkan
penyebaran penyakit dan mempertahankan
suatu lingkungan bebas infeksi. Komponen
lainnya
yang
sangat
penting
dalam
kewaspadaan standar adalah desinfeksi dan
sterilisasi. Desinfeksi adalah suatu tindakan
untuk membunuh kuman patogen dan apatogen
tetapi tidak dengan sporanya pada alat
perawatan
atau
permukaan
jaringan.
Sedangkan, sterilisasi adalah suatu tindakan
untuk membunuh kuman patogen dan apatogen
beserta sporanya pada alat perawatan (Thietjen,
2004).
Kewaspadaan
universal
(universal
precaution) sangat penting diterapkan oleh
perawat yang bekerja di rumah sakit karena
perawat yang paling lama kontak dengan
pasien, namun kenyataannya dilapangan
perawat belum sepenuhnya menerapkan
kewaspadaan universal. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat (2005) di Rumah Sakit
Islam Malang Unisma menemukan bahwa
hanya 50% perawat mencuci tangan sesuai
prosedur, sisanya 50% mencuci tangan tidak
sesuai prosedur. Ketidaksesuaian tersebut
adalah 100% perawat mencuci tangan hanya
beberapa detik saja (kurang dari 30 detik), 80%
perawat mencuci telapak tangan saja tanpa
menyisir jari-jari dan sebatas telapak tangan
(tidak sampai batas pergelangan tangan serta
tidak melakukan pembersihan kuku). Saat
mengeringkan tangan setelah cuci tangan,
100% perawat mengeringkan tangannya
dengan menggunakan handuk yang telah basah
dan bekas pakai berulang kali oleh petugas
yang lain (tidak menggunakan handuk yang
kering dan bersih). Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Musdalifah (2009) di RSUD
Maros mengungkapkan bahwa 70,5% perawat
kurang menggunakan alat pelindung diri yaitu
sarung tangan, masker, baju pelindung, tutup
kepala, dan sepatu.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menggambarkan pelaksanaan
kewaspadaan
umum oleh perawat dalam upaya pencegahan
infeksi nosokomial di RSUD Ambarawa.
Manfaat dari penelitian ini adalah
meningkatkan
pengetahuan,
wawasan,
pengalaman dan memberikan informasi dalam
meningkatkan mutu pelayanan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan infeksi
nosokomial.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan survey.
Pengukuran penerapan universal precaution,
cuci tangan, alaat pelindung diri, pengelolahan
linen, pengelolahan alat kesehtan, pencegahan
luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya
serta pengelolaan limbah dengan menggunakan
kuesioner. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah Proporsional Stratified
Random Sampling. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah perawat dengan masa
kerja 1 tahun dan mempunyai jenjang
pendidikan D3 dan S1.
Analisis data menggunakan program
SPSS. Analisis univariat dilakukan secara
4
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
deskriptif untuk menggambarkan lingkar
pinggang, kadar kolesterol total, dan tekanan
darah yang disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran precaution universal perawat
Tabel 1: distribusi frekuensi gambaran
precaution perawat
Universal
precaution
Baik
Cukup
Kurang
Total
Frekuensi
%
14
40
12
66
21.2
60.6
18.2
100.0
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa
gambaran universal precaution perawat di
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa lebih
banyak terdapat dalam kategori cukup yaitu 40
responden (60,6%) dalam kategori baik
terdapat 14 responden (14%) dan paling sedikit
terdapat pada kategori kurang yaitu 12
responden (18,2%).
Masih banyaknya perawat yang dalam
pencapaian universal precaution yang masih
kurang diakibatkan tindakan cepat yang
dilakukan perawat dalam menangani pasien
mengakibatkan terkadang perawat selalu lupa
unutk melakukan tindakan precaution secara
maksimal. Sehingga hal ini akan menjadi
kebiasaan yang berlangsung disetiap tindakan
yang akan dilakukan ke pasien yang jika
berlangsung berulang-ulang akan menimbulkan
dampak yang negatif, baik bagi perawat
maupun pasien. Hal-hal yang tibul akibat
kejadian ini adalah salah satunya yaitu infeksi
nosokomial.
Gambaran pencapaian universal precaution
berdasarkan penerapan cuci tangan
Tabel 2: Distribusi frekuensi pencapaian
universal precaution berdasarkan penerapan
cuci tangan
Cuci
tangan
Kurang
Cukup
Baik
Total
Frekuensi
3
54
9
66
Persentase
(%)
4.5
81.8
13.6
100.0
Hasil penelitian pencapaian universal
precaution di Rumah Sakit Ambarawa
berdasarkan penerapan cuci tangan lebih
banyak terdapat dalam kategori cukup yaitu 54
responden (81,8%), dalam kategori baik
terdapat 9 responden (13,6%) dan paling sedikit
terdapat pada kategori cuci tangan yang kurang
yaitu 3 responden (4,5%). Kegiatan pencapaian
precaution universal dalam mencuci tangan
masih terdapat kategori kirang, padahal
mencuci tagan merupakan tindakan dasar dan
kebiasaan yang selalu dilakukan oleh perawat
baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasin.
Hal ini diakibatkan oleh tindakan cepat yang
dilakukan oleh perawat dalam menangani
pasien sehingga dalam melakukan cuci tangan
perawat tidak dilakukan dengan maksimal,
seperti pada tindakan-tindakan yang tidak
terlalu kontak dengan pasien, terkadang
perawat mengabaikan cuci tangan. Padahal hal
sekecil apapun dapat mengakibatkan timbulnya
masalah baru seperti infeksi nosokomial. Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh pittet yang menunjukkan tingkat
kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan
hand hygiene masih kurang dari 50%. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa kepatuhan cuci
tangan masih sangat rendah. Menurut WHO
kepatuhan cuci tangan harus lebih dari 50%.
Gambaran pencapaian universal precaution
berdasarkan penerapan alat pelindung diri
Tabel 3: Distribusi frekuensi pencapaian
universal
precaution
berdasarkan
alat
pelindung diri
5
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
Alat
pelindung
diri
Kurang
Cukup
Baik
Total
Frekuensi
Persentase
(%)
18
27
21
66
27.3
40.9
31.8
100.0
Hasil
penelitian
diketahui
bahwa
pencapaian universal precaution berdasarkan
penerapan alat pelindung diri pada sebagian
besar responden di Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 27 responden (40.9%), 21 (31,8%)
responden dalam penerapan alat pelindung diri
termasuk dalam kategori baik dan sebagian
kecil dalam kategori kurang yaitu sebanyak 18
responden (27,3%).. Dapat diartikan bahwa
penggunaan APD masih didominasi dalam
kategori kurang, sedangkan APD sangat
dibutuhkan secara umum sebagai alat
pelindung, telah digunakan selama bertahuntahun untuk melindungi pasien maupun
perawat dari mikroorganisme yang ada di
Rumah Sakit.
Penggunaan masker untuk petugas
kesehatan sudah dalam kategori baik.
Berdasakan hasil observasi, sebagian perawat
di RSUD Ambarawa menggunakan masker
setiap kunjungan kepasien utuk menghindari
kontaminasi ataupun penularan penyakit
infeksi.
Gambaran pencapaian universal precaution
berdasarkan pengelolaan linen
Tabel 4: Distribusi pencapaian universal
precaution berdasarkan pengelolaan linen
Pengelolaan
linen
Kurang
Cukup
Baik
Total
Frekuensi
24
33
9
66
Persentase
(%)
36.4
50.0
13.6
100.0
Hasil
penelitian
diketahui
bahwa
pencapaian universal precaution berdasarkan
pengelolaan linen pada sebagian besar
responden di Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa dalam kategori cukup yaitu
sebnayak 33 responden (50,0%), 24 responden
(36,4%) dalam pecapaian uiversal precaution
berdasarkan pengelolaan linen dalam kategori
kurang dan sebagian kecil dalam kategori baik
yaitu sebanyak 9 responden (13,6 %). Dapat
diartikan bahwa Berdasarkan pengelolahan
linen di Rumah Sakit Umum Ambarawa
dilkukan dengan cukup baik, namun masih
terdapat beberapa perawat yang masih kurang
dalam pengelolahan linen. Jika pengelolahan
linen tidak dikelola dengan baik dapat menjadi
sumber penularan penyakit terutama bagi
orang-orang yang ada disekitar rumah sakit.
Tangani linen yang sudah digunakan
dengan hati-hati dengan menggunakan APD
yang sesuai dan membersihkan tangan secara
teratur. Risiko terpajan atau mengalami
penyakit infeksi akibat membawa linen yang
sudah digunakan relatif kecil. Namun demikian
membawa linen yang sudah digunakan harus
dilakukan dengan hati-hati. Kehatian-hatian ini
mencakup penggunaan perlengkapan APD
yang sesuai dan membersihkan tangan secara
teratur sesuai dengan pedoman kewaspadaan
standar (Perdalin, 2008).
Gambaran pencapaian universal precaution
berdasarkan penerapan pengelolaan alat
kesehatan
Tabel 5: Distribusi pencapaian universal
precaution berdasarkan penerapan pengelolaan
alat kesehatan
Pengelolaan Frekuensi Persentase
alkes
(%)
Kurang
16
24.2
Cukup
33
50.0
Baik
17
25.8
66
100.0
Total
Hasil
penelitian
diketahui
bahwa
pencapaian universal precaution berdasarkan
6
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
pengelolaan alat kesehatan pada sebagian besar
responden di Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 33 responden (50,0%), 17 responden
(25,8%) dalam pencapaian universal precaution
berdasarkan pengelolaan alat kesehatan dalam
kategori baik dan sebagian kecil dalam kategori
kurang yaitu sebanyak 16 responden (24,2%).
Hasil yang menunjukkan masih tingginya
petugas kesehatan dalam pengolahan alat-alat
kesehatan masih kurang akan mengakibatkan
tingginya kejadian infeksi karena pengelolaan
alat kesehatan bertujuan untuk mencegah
penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau
untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi
steril dan siap pakai.
pemakain alat kesehatan di RSUD
Ambarawa terutama untuk pemakain alat suntik
sesui dengan prosedur yaitu jarum suntik sekali
pakai, jika memang sudah dipakai di salah satu
pasien maka jarum suntik di buang, karena jika
digunakan kembali ke pasien lain akan maka
infeksi firus dari pasien satu ke pasien yang
lain beresiko sangat tinggi.
Gambaran pencapaian universal precaution
berdasarkan penerapan pencegahan luka
tusukan jarum dan benda tajam lainnya
Tabel 6: Distribusi pencapaian universal
precaution berdasarkan penerapan pencegahan
luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya
perawat
Pencegahan
luka tusukan
Kurang
Cukup
Baik
Total
Frekuensi Persentase
(%)
15
25.7
36
54,5
15
22,7
66
100.0
Hasil
penelitian
diketahui
bahwa
pencapaian universal precaution berdasarkan
penerapan pencegahan luka tusukan jarum dan
benda tajam lainnya pada sebagian besar
responden di Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 36 responden (54,5%), 15 responden
(22,7%) dalam pencapaian universal precaution
berdasarkan penerapan pencegahan luka
tusukan jarum dalam kategori kurang dan 15
responden juga dalam pencapaian universal
precaution berdasarkan penerapan pencegahan
luka tusukan jarum dalam kategori baik. Hasil
yang menunjukkan kurangnya penerapan
perawat dalam pencegahan luka tusukan yang
akan mengakibatkan tingginya kejadian infeksi
akibat bekas suntikan yang di gunakan kepada
pasien mengenai petugas kesehatan maupun
pasien yang lain.
Gambaran pencapaian universal precaution
berdasarkan penerapan pengelolaan limbah
Ambarawa
Tabel 4.8
Distribusi pencapaian universal
precaution berdasarkan penerapan pengelolaan
limbah
Pengelolaan
limbah
Kurang
Cukup
Baik
Total
Frekuensi Persentase
(%)
17
25.8
27
40.9
22
33.3
66
100.0
Hasil
penelitian
diketahui
bahwa
pencapaian universal precaution berdasarkan
penerapan pengelolaan limbah pada sebagian
besar responden di Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 27 responden (40,9%), 22 responden
(33,3%) dalam pencapaian universal precaution
berdasarkan penerapan pengelolaan limbah
dalam kategori baik dan sebagian kecil dalam
kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden
(25,8%).
Hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa
pengelolaan limbah dirumah sakit ambarawa
sudah dalam kategori cukup baik. Hal ini
dikarenakan jumlah tempat sampah sudah
mencukupi,
namun
dalam
manajemen
pengelolaan limbah padat belum memenuhi
7
Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial
syarat karena tidak dilakukan pemilahan limbah
antara limbah medis dan non medis,
pengumpulan limbah padat setiap ruangan
dibuat pada tempat sampah yang tidak tertutup
dan tidak kedap air, pengangkutan limbah padat
ke luar gedung tidak dikemas pada wadah yang
kuat dan hanya dibuang ke tempat pembuangan
sampah, pengolahan limbah medis padat dan
limbah domestik dibuang langsung ke tempat
pembuangan sampah dan dibakar diatas
permukaan tanah karena rumah sakit tidak
mempunyai incenerator. Hal ini bisa
disebabkan tidak ada nya anggaran yang
disediakan untuk pengelolaan sampah rumah
sakit. Pengelolaan sampah yang tidak
memenuhi syarat dapat menjadi tempat
bersarangnya tikus dan serangga, dan dapat
menjadi sumber penularan penyakit baru
terutama bagi orang-orang yang berada di
lingkungan rumah sakit.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian gambaran
universal precaution oleh perawat dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial di RSUD
Ambarawa dapat disimpulkan bahwa dalam
penerapan precaution universal oleh perawat
dalam kategori cukup, yaitu pada penerapan
precaution universal berdasarkan penerapan
cuci tangan yaitu (81,8%), penerpan alat
pelindung diri 40,9%, pengelolaan linen 50%,
penelolaan alat kesehatan 50%, penerapan
pencegahan luka tusukan jarum dan benda
tajam lainnya 54,5% dan pada penerapan
pengelolaan limbah 40,9%.
Kesehatan.
Jakarta:
Departemen
Kesehatan.
Habni, Y. (2009). Perilaku perawat dalam
pencegahan infeksi nosokomial di Rindu
A, Rindu B, ICU, IGD, dan Rawat Jalan
di RSU Pusat Haji Adam Malik Medan.
Skripsi: Tidak dipublikasikan, PSIK
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra
Utara.’
Hidayat, H.S. & Andryansyah, (2005).
Pelaksanaan
Universal
Precaution
(http://kewaspadaanuniversal.pdf, diakses
20 Agustus 2015
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Tietjen, Linda, dkk. (2005). Panduan
Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan Sumber
Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
WHO. (2004). Practical guidelines for
infection control in health care facility
India: WHO Regional Office South East
Asia.
Yusran, 2008. Kewaspadaan universal oleh
perawat (http://www.pdf.com, diakses 22
Agustus 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2003), Kewaspadaan Universal
Pengendalian
Infeksi
Nosokomial.
Diakses
8
februari
2011,
dari
http://www.infeksi.com/articles.
Depkes, RI. (2010). Pedoman Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal di Pelayanan
8
Download