Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial GAMBARAN KEWASPADAAN UMUM (UNIVERSAL PRECAUTION) OLEH PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RSUD AMBARAWA ARTIKEL ILMIAH Oleh BAIQ NURJANNAH 010111A017 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN FEBRUARI, 2016 3 Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi Keperawatan Skripsi, Januari 2015 Baiq Nurjannah Nim : 010111A017 “Gambaran Kewaspadaan umum (Universal Precaution) Oleh Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial Di RSUD Ambarawa” (xii + 97 halaman + 8 tabel + 3 gambar + 12 lampiran) ABSTRAK Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial menjadi tolak ukur mutu pelayanan suatu rumah sakit dan menjadi standar penilaian akreditasi. Penelitian ini bertujuan menggambarkan gambaran kewaspadaan umum oleh perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Ambarawa. Studi penelelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survei. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perawat yang bertugas di RSUD Ambarawa. Didapatkan sampel 66 perawat dengan metode Proporsional Stratified Random Sampling. Cara pengambilan data dengan menngunakan kuesioner. Menggunakan analisa univariat distribusi frekuensi. Pencapaian kewaspadaan umum berdasarkan penerapan cuci tangan lebih banyak terdapat dalam kategori cukup 81,8%, penerapan alat pelindung diri lebih banyak terdapat dalam kategori cukup 40.9%, pengelolaan linen lebih banyak pada kategori cukup 50,0%, pengelolaan alat kesehatan banyak terdapat pada kategori cukup 50,0%, penerapan pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya banyak terdapat pada kategori cukup 54,5% dan penerapan pengelolaan limbah banyak terdapat pada kategori cukup 40,9%. Kewaspadaan umum oleh perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Ambarawa belum maksimal dan termasuk dalam pencapaian yang cukup baik. Diharapkan untuk meningkatkan mutu perawat tentang kewaspadaan umum dalam pencegahan infeksi nosokomial dengan cara memberikan pelatihan tentang kewaspadaan umum. Kata kunci : Kewaspadaan umum, infeksi nosokomial Kepustakaan : 28 (2001-2012) 4 Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial Ngudi Waluyo School of Health Ungaran Nursing Study Program Final Assignment, Januari 2015 Baiq Nurjannah Nim : 010111A017 “The Description of Universal Precaution By Nurses in Nosocomial Infection Prevention Efforts at Ambarawa Public Hospital” (xii + 97 pages + 8 tables + 3 figures + 12 appendices) ABSTRACT Quality of health services, especially nursing at the hospital can be accessed through various indicators. One of them is the assessment of the nosocomial infection control efforts which is a benchmark of quality of services in a hospital and became the accreditation assessment standard. This study aims to find the description of universal precaution by nurses in nosocomial infections prevention at Ambarawa Public Hospital. This was a descriptive study with survey approach. The population in this study was all nurses who served at Ambarawa Public Hospital. The samples were 66 nurses that sampled by using proportional stratified random sampling method. The data were collected by using questionnaires. The data analysis used univariate analysis in the form of frequency distributions. The achievement of universal precautions based on the application of hand washing is mostly in the category of sufficient as many as 81.8%, the application of personal protective equipment is mostly in the category of sufficient as many as 40.9%, the linen management is mostly in the category of sufficient as many as 50.0%, the management of medical devices is mostly in the category of sufficient as many as 50.0%, the implementation of prevention of needle puncture wounds and other sharp objects is mostly in the category of sufficient as many as 54.5% and the implementation of waste management is mostly in the category of sufficient as many as 40.9%. The universal precautions by nurses in the nosocomial infections prevention at Ambarawa Public Hospital is not yet optimal and categorized as pretty good achievement. It is expected to improve the quality of universal precautions in the prevention of nosocomial infections by providing training on universal precautions. Keywords : Universal precautions, nosocomial infection Bibliographies : 28 (2001-2012) 4 Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial PENDAHULUAN Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial menjadi tolak ukur mutu pelayanan suatu rumah sakit dan menjadi standar penilaian akreditasi (Habni, 2009). Asia Tenggara memiliki tingkat infeksi penyakit di rumah sakit yang cukup tinggi. Angka kejadian infeksi nosokomial di negara Eropa dan Timur Tengah sebesar 8,7% sedangkan Asia Tenggara lebih tinggi sekitar 10% (WHO, 2002). Prevalensi infeksi nosokomial di Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan angka 9,1% dengan variasi 6,116% (Depkes RI, 2003). Kejadian infeksi nosokomial yang tinggi merupakan indikator pentingnya suatu usaha pengendalian infeksi dengan menerapkan standar kewaspadaan infeksi (standard precaution). Standard precaution pada dasarnya merupakan transpormasi dari universal precaution, suatu bentuk precaution pertama yang bertujuan untuk mencegah infeksi nosokomial (Kathryn, 2004 dalam Udin Kurnia, 2012). WHO (2004) telah menetapkan tentang pentingnya penerapan standard precaution pada tenaga kesehatan dalam setiap tindakan untuk mencegah peningkatan infeksi nosokomial. Upaya pencegahan penularan infeksi di rumah sakit melibatkan berbagai unsur, mulai dari pimpinan sampai petugas kesehatan sendiri. Peran pimpinan adalah penyediaan sistem, sarana, dan pendukung lainnya. Peran petugas adalah sebagai pelaksana langsung dalam upaya pencegahan infeksi yang berpedoman pada perlunya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya, untuk itu maka perlu dilakukan pelatihan yang menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam pencegahan infeksi di rumah sakit. Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam metode Universal Precautions atau dalam bahasa Indonesia kewaspadan Universal (KU). Universal Precaution (UP) merupakan upaya pencegahan penularan penyakit dari pasien ke tenaga kesehatan dan sebaliknya. Hal ini didasari oleh penyebaran penyakit infeksius melalui medium darah. Pencegahan utama terhadap penularan tersebut yaitu meminimalisasi kejadian kontak darah antar pasien dengan tenaga kesehatan (Yusran, 2008). Prinsip kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus lewat darah seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan hepatitis B tidak menunjukkan gejala fisik. Kewaspadaan universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi resiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam sistem pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2010). Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu mencuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infus lain, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan benda tajam untuk mencegah perlukaan dan pengelolaan limbah medis (Depkes RI, 2010). Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi adalah mencuci tangan. Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama 3 Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian di bilas di bawah aliran air. Tujuannnya untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel di tangan. Tangan yang terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi. Cuci tangan merupakan sebagai salah satu kewaspadaan standar yang harus dilakukan, sehingga penularan penyakit dari pasien melalui perawat, ataupun penularan keperawat sendiri dapat dihindari jika setiap perawat ataupun petugas kesehatan melakukan tindakan mencuci tangan sebelum maupun sesudah kontak untuk meminimalkan terjadinyan infeksi nosokomial (Nugraha, 2004). Selain itu pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) yang akan dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan tubuh. Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi. Komponen lainnya yang sangat penting dalam kewaspadaan standar adalah desinfeksi dan sterilisasi. Desinfeksi adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan sporanya pada alat perawatan atau permukaan jaringan. Sedangkan, sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen beserta sporanya pada alat perawatan (Thietjen, 2004). Kewaspadaan universal (universal precaution) sangat penting diterapkan oleh perawat yang bekerja di rumah sakit karena perawat yang paling lama kontak dengan pasien, namun kenyataannya dilapangan perawat belum sepenuhnya menerapkan kewaspadaan universal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2005) di Rumah Sakit Islam Malang Unisma menemukan bahwa hanya 50% perawat mencuci tangan sesuai prosedur, sisanya 50% mencuci tangan tidak sesuai prosedur. Ketidaksesuaian tersebut adalah 100% perawat mencuci tangan hanya beberapa detik saja (kurang dari 30 detik), 80% perawat mencuci telapak tangan saja tanpa menyisir jari-jari dan sebatas telapak tangan (tidak sampai batas pergelangan tangan serta tidak melakukan pembersihan kuku). Saat mengeringkan tangan setelah cuci tangan, 100% perawat mengeringkan tangannya dengan menggunakan handuk yang telah basah dan bekas pakai berulang kali oleh petugas yang lain (tidak menggunakan handuk yang kering dan bersih). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Musdalifah (2009) di RSUD Maros mengungkapkan bahwa 70,5% perawat kurang menggunakan alat pelindung diri yaitu sarung tangan, masker, baju pelindung, tutup kepala, dan sepatu. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan kewaspadaan umum oleh perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Ambarawa. Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan pengetahuan, wawasan, pengalaman dan memberikan informasi dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi nosokomial. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey. Pengukuran penerapan universal precaution, cuci tangan, alaat pelindung diri, pengelolahan linen, pengelolahan alat kesehtan, pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya serta pengelolaan limbah dengan menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Proporsional Stratified Random Sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah perawat dengan masa kerja 1 tahun dan mempunyai jenjang pendidikan D3 dan S1. Analisis data menggunakan program SPSS. Analisis univariat dilakukan secara 4 Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial deskriptif untuk menggambarkan lingkar pinggang, kadar kolesterol total, dan tekanan darah yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran precaution universal perawat Tabel 1: distribusi frekuensi gambaran precaution perawat Universal precaution Baik Cukup Kurang Total Frekuensi % 14 40 12 66 21.2 60.6 18.2 100.0 Hasil penelitian dapat diketahui bahwa gambaran universal precaution perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa lebih banyak terdapat dalam kategori cukup yaitu 40 responden (60,6%) dalam kategori baik terdapat 14 responden (14%) dan paling sedikit terdapat pada kategori kurang yaitu 12 responden (18,2%). Masih banyaknya perawat yang dalam pencapaian universal precaution yang masih kurang diakibatkan tindakan cepat yang dilakukan perawat dalam menangani pasien mengakibatkan terkadang perawat selalu lupa unutk melakukan tindakan precaution secara maksimal. Sehingga hal ini akan menjadi kebiasaan yang berlangsung disetiap tindakan yang akan dilakukan ke pasien yang jika berlangsung berulang-ulang akan menimbulkan dampak yang negatif, baik bagi perawat maupun pasien. Hal-hal yang tibul akibat kejadian ini adalah salah satunya yaitu infeksi nosokomial. Gambaran pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan cuci tangan Tabel 2: Distribusi frekuensi pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan cuci tangan Cuci tangan Kurang Cukup Baik Total Frekuensi 3 54 9 66 Persentase (%) 4.5 81.8 13.6 100.0 Hasil penelitian pencapaian universal precaution di Rumah Sakit Ambarawa berdasarkan penerapan cuci tangan lebih banyak terdapat dalam kategori cukup yaitu 54 responden (81,8%), dalam kategori baik terdapat 9 responden (13,6%) dan paling sedikit terdapat pada kategori cuci tangan yang kurang yaitu 3 responden (4,5%). Kegiatan pencapaian precaution universal dalam mencuci tangan masih terdapat kategori kirang, padahal mencuci tagan merupakan tindakan dasar dan kebiasaan yang selalu dilakukan oleh perawat baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasin. Hal ini diakibatkan oleh tindakan cepat yang dilakukan oleh perawat dalam menangani pasien sehingga dalam melakukan cuci tangan perawat tidak dilakukan dengan maksimal, seperti pada tindakan-tindakan yang tidak terlalu kontak dengan pasien, terkadang perawat mengabaikan cuci tangan. Padahal hal sekecil apapun dapat mengakibatkan timbulnya masalah baru seperti infeksi nosokomial. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh pittet yang menunjukkan tingkat kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene masih kurang dari 50%. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kepatuhan cuci tangan masih sangat rendah. Menurut WHO kepatuhan cuci tangan harus lebih dari 50%. Gambaran pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan alat pelindung diri Tabel 3: Distribusi frekuensi pencapaian universal precaution berdasarkan alat pelindung diri 5 Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial Alat pelindung diri Kurang Cukup Baik Total Frekuensi Persentase (%) 18 27 21 66 27.3 40.9 31.8 100.0 Hasil penelitian diketahui bahwa pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan alat pelindung diri pada sebagian besar responden di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dalam kategori cukup yaitu sebanyak 27 responden (40.9%), 21 (31,8%) responden dalam penerapan alat pelindung diri termasuk dalam kategori baik dan sebagian kecil dalam kategori kurang yaitu sebanyak 18 responden (27,3%).. Dapat diartikan bahwa penggunaan APD masih didominasi dalam kategori kurang, sedangkan APD sangat dibutuhkan secara umum sebagai alat pelindung, telah digunakan selama bertahuntahun untuk melindungi pasien maupun perawat dari mikroorganisme yang ada di Rumah Sakit. Penggunaan masker untuk petugas kesehatan sudah dalam kategori baik. Berdasakan hasil observasi, sebagian perawat di RSUD Ambarawa menggunakan masker setiap kunjungan kepasien utuk menghindari kontaminasi ataupun penularan penyakit infeksi. Gambaran pencapaian universal precaution berdasarkan pengelolaan linen Tabel 4: Distribusi pencapaian universal precaution berdasarkan pengelolaan linen Pengelolaan linen Kurang Cukup Baik Total Frekuensi 24 33 9 66 Persentase (%) 36.4 50.0 13.6 100.0 Hasil penelitian diketahui bahwa pencapaian universal precaution berdasarkan pengelolaan linen pada sebagian besar responden di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dalam kategori cukup yaitu sebnayak 33 responden (50,0%), 24 responden (36,4%) dalam pecapaian uiversal precaution berdasarkan pengelolaan linen dalam kategori kurang dan sebagian kecil dalam kategori baik yaitu sebanyak 9 responden (13,6 %). Dapat diartikan bahwa Berdasarkan pengelolahan linen di Rumah Sakit Umum Ambarawa dilkukan dengan cukup baik, namun masih terdapat beberapa perawat yang masih kurang dalam pengelolahan linen. Jika pengelolahan linen tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penularan penyakit terutama bagi orang-orang yang ada disekitar rumah sakit. Tangani linen yang sudah digunakan dengan hati-hati dengan menggunakan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur. Risiko terpajan atau mengalami penyakit infeksi akibat membawa linen yang sudah digunakan relatif kecil. Namun demikian membawa linen yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati. Kehatian-hatian ini mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur sesuai dengan pedoman kewaspadaan standar (Perdalin, 2008). Gambaran pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pengelolaan alat kesehatan Tabel 5: Distribusi pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pengelolaan alat kesehatan Pengelolaan Frekuensi Persentase alkes (%) Kurang 16 24.2 Cukup 33 50.0 Baik 17 25.8 66 100.0 Total Hasil penelitian diketahui bahwa pencapaian universal precaution berdasarkan 6 Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial pengelolaan alat kesehatan pada sebagian besar responden di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dalam kategori cukup yaitu sebanyak 33 responden (50,0%), 17 responden (25,8%) dalam pencapaian universal precaution berdasarkan pengelolaan alat kesehatan dalam kategori baik dan sebagian kecil dalam kategori kurang yaitu sebanyak 16 responden (24,2%). Hasil yang menunjukkan masih tingginya petugas kesehatan dalam pengolahan alat-alat kesehatan masih kurang akan mengakibatkan tingginya kejadian infeksi karena pengelolaan alat kesehatan bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. pemakain alat kesehatan di RSUD Ambarawa terutama untuk pemakain alat suntik sesui dengan prosedur yaitu jarum suntik sekali pakai, jika memang sudah dipakai di salah satu pasien maka jarum suntik di buang, karena jika digunakan kembali ke pasien lain akan maka infeksi firus dari pasien satu ke pasien yang lain beresiko sangat tinggi. Gambaran pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya Tabel 6: Distribusi pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya perawat Pencegahan luka tusukan Kurang Cukup Baik Total Frekuensi Persentase (%) 15 25.7 36 54,5 15 22,7 66 100.0 Hasil penelitian diketahui bahwa pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya pada sebagian besar responden di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dalam kategori cukup yaitu sebanyak 36 responden (54,5%), 15 responden (22,7%) dalam pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pencegahan luka tusukan jarum dalam kategori kurang dan 15 responden juga dalam pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pencegahan luka tusukan jarum dalam kategori baik. Hasil yang menunjukkan kurangnya penerapan perawat dalam pencegahan luka tusukan yang akan mengakibatkan tingginya kejadian infeksi akibat bekas suntikan yang di gunakan kepada pasien mengenai petugas kesehatan maupun pasien yang lain. Gambaran pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pengelolaan limbah Ambarawa Tabel 4.8 Distribusi pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pengelolaan limbah Pengelolaan limbah Kurang Cukup Baik Total Frekuensi Persentase (%) 17 25.8 27 40.9 22 33.3 66 100.0 Hasil penelitian diketahui bahwa pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pengelolaan limbah pada sebagian besar responden di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dalam kategori cukup yaitu sebanyak 27 responden (40,9%), 22 responden (33,3%) dalam pencapaian universal precaution berdasarkan penerapan pengelolaan limbah dalam kategori baik dan sebagian kecil dalam kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden (25,8%). Hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa pengelolaan limbah dirumah sakit ambarawa sudah dalam kategori cukup baik. Hal ini dikarenakan jumlah tempat sampah sudah mencukupi, namun dalam manajemen pengelolaan limbah padat belum memenuhi 7 Gambaran Kewaspadaan Umum Perawat Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial syarat karena tidak dilakukan pemilahan limbah antara limbah medis dan non medis, pengumpulan limbah padat setiap ruangan dibuat pada tempat sampah yang tidak tertutup dan tidak kedap air, pengangkutan limbah padat ke luar gedung tidak dikemas pada wadah yang kuat dan hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah, pengolahan limbah medis padat dan limbah domestik dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah dan dibakar diatas permukaan tanah karena rumah sakit tidak mempunyai incenerator. Hal ini bisa disebabkan tidak ada nya anggaran yang disediakan untuk pengelolaan sampah rumah sakit. Pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi tempat bersarangnya tikus dan serangga, dan dapat menjadi sumber penularan penyakit baru terutama bagi orang-orang yang berada di lingkungan rumah sakit. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian gambaran universal precaution oleh perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Ambarawa dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan precaution universal oleh perawat dalam kategori cukup, yaitu pada penerapan precaution universal berdasarkan penerapan cuci tangan yaitu (81,8%), penerpan alat pelindung diri 40,9%, pengelolaan linen 50%, penelolaan alat kesehatan 50%, penerapan pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya 54,5% dan pada penerapan pengelolaan limbah 40,9%. Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan. Habni, Y. (2009). Perilaku perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, dan Rawat Jalan di RSU Pusat Haji Adam Malik Medan. Skripsi: Tidak dipublikasikan, PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.’ Hidayat, H.S. & Andryansyah, (2005). Pelaksanaan Universal Precaution (http://kewaspadaanuniversal.pdf, diakses 20 Agustus 2015 Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta Tietjen, Linda, dkk. (2005). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo WHO. (2004). Practical guidelines for infection control in health care facility India: WHO Regional Office South East Asia. Yusran, 2008. Kewaspadaan universal oleh perawat (http://www.pdf.com, diakses 22 Agustus 2015) DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (2003), Kewaspadaan Universal Pengendalian Infeksi Nosokomial. Diakses 8 februari 2011, dari http://www.infeksi.com/articles. Depkes, RI. (2010). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan 8