FAKTOR-FAKTOR PENGUAT PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PERAWAT GIGI DALAM PENERAPAN STANDART PRECAUTION DI POLIKLINIK GIGI DAN MULUT DI RUMAH SAKIT KOTA MANADO REINFORCING BEHAVIORAL FACTORS ASSOCIATED WITH ADHERENCE DENTAL NURESES IN THE APPLICATION OF STANDARD PRECAUTIONS AT TEHE DENTAL POLYCLINIC HOSPITAL IN MANADO CITY Aditya Christian Hutagaol*, Hesti Lestari*, Jootje. M. L. Umboh** *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kewaspadaan Standar (Standard Precaution) adalah seperangkat pedoman yang direkomendasikan untuk diterapkan dalam setiap praktek kerja untuk melindungi petugas kesehatan dari pajanan penyakit infeksi yang menular lewat darah (blood-borne pathogen). Pedoman tersebut meliputi kebersihan tangan, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), pengelolaan benda tajam, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya,penerapan kepatuhan masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor penguat perilaku apa saja yang berhubungan dengan kepatuhan penerapan Standard Precaution oleh perawat gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada 11 Rumah Sakit Kota Manado yang aktif menyelenggarakan pelayanan poliklinik gigi dan mulut pada bulan September - November 2016. Teknik penentuan sampel digunakan teknik Sampling Jenuh yang berjumlah 36 orang yang sesuai kriteria inklusi. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu motivasi, kompetensi, supervisi, dan beban kerja ; dan variabel terikat yaitu kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Data diperoleh melalui kuesioner yang telah divalidasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kompetensi dan beban kerja dengan kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi, terdapat hubungan antara motivasi dan supervisi dengan kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi. Analisis multivariat dengan metode regresi logistik menunjukkan variabel supervisi yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Sebagai kesimpulan, terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi dengan kepatuhan penerapan standard precaution oleh perawat gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Kota Manado. Kata Kunci: Faktor-Faktor Penguat Perilaku, Kepatuhan Perawat Gigi, Standart Precaution ABSRACT Standard Precautions is a set of recommended guidelines to be applied in any working practices to protect healthcare workers from exposure to infectious diseases spread by blood (blood-borne pathogen). These guidelines include hand hygiene, use of Personal Protective Equipment (PPE), management of sharps, and others. But in fact, the implementation of compliance is still low. The purpose of this study to analyze the factors associated with compliance of the application of Standard Precaution by Dental Nurses in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. This study uses a quantitative approach. Descriptive research with cross sectional design. The study was conducted on 11th Hospital Manado City actively organizing service dental clinic in the month of September to November 2016. The sampling technique used saturated sampling technique which totaled 36 people who fit the inclusion criteria. The research variables consist of independent variables such as motivasion, competen, supervision and workload; and the dependent variable is the application of standard precautions compliance by dental nurses in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. Data obtained through questionnaires that have been validated. The results of this study indicate that there relationship between competen and workload adherence application of standard precaution by the dental nurses, there correlation between motivsion and supervision of the application of a standard precaution by the dental nurse. 47 Multivariate analysis with logistic regression method showed variable availability of the most dominan is supervision with the application of standard precaution by a dentist in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. In conclusion, there is a significant correlation between the availability of the compliance of the application of standard precaution by a dental nurses in the Dental Polyclinic Hospital of the city of Manado. Key Words: Reinforcing Behavioral Factors, Adherence Dental Nureses, Standard Precautions PENDAHULUAN maupun airbone, dan dengan kontak Rumah sakit institusi yang melakukan langsung. Interaksi yang menyebabkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat infeksi dapat terjadi antar pasien, dari terutama untuk masyarakat yang sedang pasien ke petugas, dari petugas ke sakit. Rumah sakit memiliki tujuan petugas, dari petugas ke pasien dan antar utama untuk memberikan pelayanan petugas. Infeksi di rumah sakit lebih berkualitas demi tercapainya kepuasan umum disebut infeksi nosokomial. pasien sebagai konsumen yang ditandai dengan berkurangnya keluhan Infeksi ditinjau yang berasal dari dari komunitas (community acquired pasien, sehingga menunjukkan kinerja infection) atau berasal dari lingkungan perusahaan yang bermutu. Pelayanan rumah sakit (hospital acquired infection) rumah sakit saat ini tidak terbatas pada yang sebelumnya dikenal dengan istilah fungsi kuratif (penyembuhan) tetapi juga infeksi nosokomial (Anonim, 2008). fungsi pemulihan (rehabilitatif). Oleh Istilah infeksi nosokomial yang diakui karena itu, harapan utama masyarakat secara internasional awalnya disebut datang ke rumah sakit adalah untuk dengan hospital acquired infection, mencapai kesehatan dan keseimbangan namun karena seringkali asal infeksi (Juwita, 2008). tidak selalu datang dari rumah sakit Orang yang berkunjung di rumah sakit sebagian besar tetapi juga dapat muncul dari tempat mempunyai pelayanan kesehatan istilah berpeluang besar terpapar kemudian healthcare-associated infections (HAIs) mengalami infeksi (Adisaputra, 2009). (Anonim, 2008). Infeksi nosokomial Infeksi pada hakekatnya merupakan terdapat di seluruh dunia baik itu negara interaksi antara agen penyakit dengan perkembang pejamu rentan yang terjadi melalui kode Infeksi nosokomial adalah infeksi yang transmisi kuman yang tertentu. Cara terjadi di rumah sakit dan menyerang transmisi trutama penderita-penderita yang sedang dalam mikroorganisme penyebab infeksi dapat proses asuhan keperawatan (Darmadi, terjadi melalui darah, udara baik droplet 2008). Wabah infeksi nosokomial terjadi penyakit 48 diganti maka gangguan sistem pertahanan tubuh dan agen tersebut lainnya ataupun negara dengan maju. di lingkungan dan kasus. Jenis penyakit infeksi nosokomial pasien, pengunjung, yang diteliti di rumah sakit tersebut maupun staf rumah sakit. Beberapa jenis adalah ISK, ILO (Infeksi Luka Operasi), penyakit yang biasa timbul karena pneumonia, infeksi nosokomial adalah Severe Acute phlebitis. Prosentase angka kejadian Respiratory Syndrome (SARS), demam infeksi hemoragik, flu burung, dan jenis flu Pringadi berat sebesar 32,16% yang mencakup infeksi ditularkan dari lainnya pengontrolan rumah yang sakit membutuhkan penularan infeksi di nosokomial Medan dekubitus,dan di pada RSUD tahun Dr. 2006 penggunaan jarum infus 10%, akibat tataran klinis. transfusi darah 10,16%, dan luka operasi Indonesia sebagai negara miskin dan berkembang sepsis, masuk dalam 12% (Nasution, 2008). Kejadian infeksi kategori nosokomial lain ditemukan di Rumah Kasus infeksi nosokomial yang besar Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik setiap tahunnya dan hal ini terjadi Medan pada tahun 2010 yaitu sebanyak hampir di seluruh negara. Diperkirakan 5,6% di seluruh dunia kasus infeksi ini rata- nosokomial karena rata menimpa 9% dari 1,4 juta pasien (Jeyamohan, 2010). rawat inap. Di negara maju seperti yang didapat dari orang lain (cross yang telah infection) atau disebabkan oleh flora Amerika Serikat saja pasien luka infeksi operasi Mikroorganisme berkembang dalam hal penanggulangan normal infeksi, terdapat 48.000 orang setiap (endogenous infection) menimbulkan tahun meninggal karena infeksi di Infeksi di rumah sakit. Bakteri ini rumah sakit, umumnya karena penyakit berkembang di lingkungan rumah sakit pneumonia (Laxminarayan, 2010). yang berasal dari air, udara, lantai, Kasus infeksi nosokomial yang terjadi di Indonesia maupun dari menderita pasien itu sendiri makanan serta alat-alat medis maupun luar non medis. Sumber penularan bisa Indonesia. Beberapa contoh rumah sakit melalui tangan petugas kesehatan, jarum yang terdapat kasus infeksi noskomial injeksi, kateter, kasa pembalut atau adalah RSUD Setjonegoro, RSUP Haji perban dan karena penanganan yang Adam Malik Medan, dan RSUD Dr kurang tepat dalam menangani luka. Pringadi Medan. RSUD Setjonegoro Selain pasien, infeksi nosokomial ini Kabupaten Wonosobo, rumah sakit ini juga dapat mengenai petugas rumah mengalami peningkatan angka infeksi sakit nosokomial dari tahun 2010 ke tahun dengan pasien maupun penunggu dan 2011 yaitu dari 0,37% menjadi 1,48% para pengunjung pasien (Bararah, 2016). 49 yang berhubungan langsung Tantangan yang serius bagi rumah tenaga kesehatan di rumah sakit adalah sakit dalam menghadapi infeksi terkait perawat. sarana pelayanan kesehatan, karena hal Standard precaution berperan tersebut dapat menyebabkan kematian, penting di rumah sakit dalam baik langsung maupun tidak langsung pengontrolan infeksi untuk pasien, serta memperpanjang masa rawat pasien tenaga profesional, dan mahasiswa yang dan ketidakefisienan sedang praktik (Nagliate et al., 2013). biaya. Semakin tingginya kasus infeksi Prosedur standard precaution secara yang didapat dari rumah sakit setiap umum meliputi bagaimana menjaga tahunnya, hendaknya mendorong pihak kebersihan tangan, penggunaan sarung rumah sakit menyusun program upaya tangan medis, pemakaian baju yang pengendalian infeksi yang serius. Salah aman, pemakaian masker, perlindungan satu strategi yang bermanfaat dalam terhadap mata, perlindungan terhadap pengendalian infeksi nosokomial adalah kepala dan perlakuan injeksi yang aman peningkatan (Harding et al, 2011). Tujuan ditetapkan menimbulkan kesehatan kemampuan dalam metode petugas universal standard precaution (Anonim, 2010). precaution adalah untuk mencegah transmisi silang (Anonim, Perilaku keselamatan atau safety 2008). Perawat merupakan salah satu merupakan salah satu hal penting yang tenaga perlu guna langsung dengan pasien di tataran klinis. melindungi perawat dalam memberikan Sebagai salah satu professional yang palayanan dan pasien selaku pengguna bertugas pelayanan. kesehatan, perawat mempunyai peranan infeksi untuk diperhatikan Masih nosocomial kecelakaan kerja maraknya kasus pasien atau pada kesehatan penting yang berhadapan meningkatkan untuk kualitas mencegah serta perawat mengurangi penularan menunjukan masih kurangnya budaya nosokomial dengan mematuhi safety yang dilakukan perawat. Angka pelaksanaan standard precaution. kejadian infeksi di rumah sakit di Menurut Indonesia masih cukup tinggi dan dilakukan di Hong Kong, beberapa diperkirakan sekitar 38% - 73% perawat perawat dapat menggunakan masker pelaksana pernah mengalamai Needle dengan Stick Injury (NSI). Padahal perawat menggunakan memiliki peran penting dalam budaya sebelum safety, terbukti dengan 56% - 60% mengganti sebuah penelitian teknik sarung menyentuh sarung infeksi yang tangan pasien, tangan yang benar, medis dan ketika menangani pasien yang berbeda, akan 50 tetapi masih terdapat sekitar 30%-40% terbuka dapat juga menjadi sumber perawat yang tidak mematuhi standard infeksi atau kontaminasi. Oleh karena precaution dalam hal membuang benda- itu, instrumen dan perlengkapan praktek benda tajam, mencuci tangan dengan harus senantiasa dijaga sterilitas dan cara kebersihannya yang alcoholic aseptik, hand menggunakan rubs, dan tidak untuk mencegah terjadinya infeksi. dalam Penelitian dengan judul “Factors memandikan pasien di bak yang besar Influencing Nurses’ Compliance with (Lam et al., 2012). Standard Precautions in Order to Avoid melaksanakan secara tepat Berdasarkan hasil penelitian tersebut Occupational Exposure to dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Microorganism: A Focus Group Study” standard precaution tidak dipatuhi oleh Efstathiou et al., pada tahun 2011 beberapa perawat di Cyprus (n=30). Persamaan penelitian sehingga hal tersebut membahayakan ini adalah membahas mengenai perawat bagi kesehatan perawat, pasien, maupun dalam pelaksanaan standard precaution. orang lain yang berinteraksi dengan Hasil dari penelitian ini menunjukkan keduanya. kesimpulan bahwa pernyataan mempengaruhi perawat dalam mematuhi Perhimpunan standard precaution adalah manfaat, sepenuhnya tersebut oleh Penarikan sejalan Ketua dengan Umum faktor-faktor Pengendalian Infeksi Indonesia dalam halangan, sambutan peresmian Buku Pedoman pengawas dalam melaksanakan, dan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di efikasi diri. Penelitian yang dilakukan Rumah Sakit yang mengatakan bahwa oleh Handayani (2012) dengan judul masih banyak rumah sakit, sarana “Pelaksanaan Universal Precaution oleh kesehatan, dan tenaga kesehatan di Perawat di RSUD Sleman” (n=77). Indonesia yang belum menjalankan Hasil dari penelitian ini menunjukkan program pencegahan dan pengendalian bahwa secara umum kepatuhan perawat infeksi dengan baik (Anonim, 2008). terhadap universal precaution sudah Menurut Azmi (2011), sumber kemampuan, yang kerentanan, cukup baik. Penelitian dengan judul “Faktor- infeksi pada praktek kedokteran gigi meliputi tangan, saliva, darah, sekresi Faktor hidung dan sekresi paru. Udara, air, Perilaku debu, aerosol, percikan atau tetesan, Universal Precaution di RSUD Prof. Dr. plak, kalkulus, bahan tumpatan gigi dan R. D. Kandou, Manado” oleh Runtu debris dari rongga mulut atau luka (2012) (n=100). Hasil dari penelitian ini 51 yang Berhubungan Perawat dalam dengan Penerapan menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan perilaku perawat HASIL DAN PEMBAHASAN dalam penerapan universal precaution Kepatuhan sedangkan umur, lama kerja sebagai Menerapkan Standard Precautions di perawat, Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota dan pelatihan tidak berhubungan dengan perilaku perawat Manado dalam penerapan universal precaution. Kepatuhan Hal ini menjadi alasan kebutuhan perawat Perawat perawat terhadap Gigi dalam adalah perilaku suatu anjuran, suatu tindakan pencegahan universal prosedur atau peraturan yang harus bagi petugas yang bekerja di poliklinik dilakukan atau ditaati. Pada penelitian gigi dan mulut. Oleh karena itu, peneliti ini kepatuhan perawat yang diteliti yaitu tertarik untuk melakukan penelitian dalam menerapkan standard precaution dengan judul : Hubungan Faktor-Faktor di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota Penguat Perilaku Terhadap Kepatuhan Manado. Hal ini bertujuan agar resiko Perawat Penerapan infeksi terhadap pasien yang dilayani Standard Precaution di Poliklinik Gigi ataupun terhadap perawat itu sendiri Rumah Sakit di Kota Manado. menjadi tidak ada atau minimal dan hal Gigi Dalam ini merupakan salah satu standar wajib METODE PENELITIAN yang Jenis penelitian yang digunakan adalah pelayanan medis. metode penelitian harus dilaksanakan dalam survey dengan Penilaian kepatuhan perawat dalam sectional study. penelitian ini menggunakan pertanyaan- Penelitian ini akan dilaksanakan di pertanyaan yang berhubungan dengan seluruh Poliklinik Gigi Rumah Sakit pelaksanakan standard precaution yang Kota Manado pada bulan September dilakukan perawat tersebut pada saat sampai November 2016. Populasi dalam melayani penelitian ini adalah seluruh perawat di menunjukkan bahwa perawat gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota Manado yang berjumlah 36 orang. Manado sebagian besar atau 83,3% Sampel dalam penelitian ini adalah total sudah menerapkan standard precaution populasi seluruh perawat di Poliklinik dalam melakukan pelayanan. pendekatan cross pasien. Hasil penelitian Gigi Sakit di Kota Manado yang berjumlah 36 orang. Penelitian ini Hubungan menggunakan kepatuhan analisis univariat, bivariat, multivariat. motivasi perawat dengan gigi dalam menerapkan Standard Precaution di 52 Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota kepatuhan yang baik sebesar 90,00%. Manado Sedangkan berdasarkan uji Chi Square Motivasi merupakan faktor pendorong dengan nilai r (koeffisien korelasi) dalam adalah melaksanakan kegiatan dari 0,477 sedangkan nilai seseorang untuk mencapai suatu tujuan signifikansinya adalah 0,001 (<0,05), institusi dengan berusaha ketingkat yang yang berarti bahwa perawat yang tingkat lebih tidak motivasinya untuk memberikan kinerja yang baik sebesar didalam 45,0 kali dibandingkan dengan yang tinggi, mengabaikan dengan syarat kemampuannya memperoleh kepuasan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tingkat baik akan berpotensi motivasinya kurang. pribadi. (Nursalam, 2008). Motivasi Berdasarkan data tersebut maka dapat (motivation) disimpulkan dalam manajemen bahwa motivasi ditujukan untuk meningkatkan semangat berpengaruh secara bermakna terhadap bekerja pegawai, supaya kinerjanya kepatuhan perawat di Poliklinik Gigi meningkat dengan segala Rumah Sakit di Kota Manado. Hal ini kemampuannya untuk mewujudkan menunjukkan semakin baik motivasi organisasi. Motivasi kerja perawat semakin baik pula tingkat tujuan mengupayakan cara mengoptimalkan kepatuhannya. potensi pegawai untuk dapat bekerja menyatakan adanya “Terdapat hubungan dengan baik, mau bekerjasama untuk motivasi dengan kepatuhan penerapan mendorong kinerja Standard Precaution perawat gigi di pegawai, sehingga berhasil mencapai Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota dan mewujudkan tujuan yang telah Manado” diterima. peningkatan ditentukan (Mangkunegara, 2007). Hipotesis pertama Hasil penelitian ini sesuai dengan Motivasi merupakan dorongan yang penelitian yang dilakukan oleh Devi dkk timbul dari penilaian perawat terhadap (2013) organisasi dalam pemenuhan kebutuhan. mempunyai Dari distribusi responden terbanyak kepatuhan perawat yang melakukan untuk variabel motivasi adalah dalam perawatan luka post operasi di RSUD kategori baik yakni sebesar 77,82 % (28 Batang, yang ditunjukkan oleh hasil uji orang) dan kategori kurang sebanyak Chi Square dengan signifikansi adalah 22,2% (8 orang). Hasil analisis data 0,009. Penelitian lainnya oleh Setyowati secara statistik menunjukkan hasil uji (2015) secara linier berdasarkan tabulasi silang motivasi berhubungan signifikan dengan bahwa motivasi yang baik memberikan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan 53 didapatkan hasil hubungan mendapatkan hasil motivasi dengan faktor prosedur tetap pemasangan infus di kondisi stamina, kekuatan instalasi gawat darurat dan instalasi karakteristik biologis, (2) Kemampuan rawat inap RSUD Cideres Kabupaten intelektual yaitu kemampuan dalam Majalengka Tahun 2015 (p=0,025). kegiatan yang berhubungan dengan Penelitian Natasia dkk (2013) dengan aktivitas mental (Kurniadi A, 2013). hasil motivasi berhubungan signifikan Hasil uji analisis univariat menunjukkan dengan kepatuhan pelaksanaan SOP bahwa distribusi responden menyatakan Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU sebagian RSUD Gambiran Kota Kediri (t = 2,831 mempunyai kompetensi baik berjumlah ; p = 0,045). 33 orang (91,7 %) dan sebagaian kecil 3 besar dengan dan katagori orang (8,3 %) dengan katagori kurang. dengan Pengetahuan penerapan universal dalam precaution merupakan hasil dari tahu, menerapkan Standard Precaution di dan ini terjadi setelah orangmelakukan Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota penginderaan terhadap objek tertentu. Manado Penginderaan Hubungan kepatuhan Kompetensi kompetensi perawat gigi merupakan kemampuan pancaindera terjadi manusia, melalui yakni indera melaksanakan pekerjaan atau tugas yang penglihatan, pendengaran, penciuman, didasari rasa danraba. (Notoatmodjo, 2003). ketrampilan maupun pengetahuan dan didukung oleh sikap Menurut kerja yang ditetapkan oleh pekerjaan. kesehatan, Kompetensi menunjukkan pengetahuan, perubahan perilaku tergantung kepada ketrampilan dan sikap tertentu dari suatu kualitas profesi dalam ciri keahlian tertentu, berkomunikasi yang seorang Perilaku dapat berubah hanya apabila 2012). stimulus yang diberikan benar-benar kemampuan melebihi dari stimulus semula (mampu intelektual, fisik dan hubungan antar meyakinkan). Karena itu kualitas dari manusia yang mendasari perawat dalam sumber komunikasi sangat menentukan melaksanakan keberhasilan menjadi profesional Kompetensi ciri dari (Wibowo, merupakan asuhan keperawatan. Kompetensi diukur dengan sub variabel teori perubahan penyebab rangsang perilaku terjadinya (stimulus) dengan yang organisme. perubahan perilaku penerapan universal precaution. intelektual, fisik dan human relation. Penelitian yang dilakukan oleh Faktor-faktor dari kemampuan ada dua, Askarian dan Assadian tahun 2009 yaitu: (1) Kemampuan fisik yakni untuk kemampuan dalam beraktivitas menurut sikap dan perilaku terhadap universal 54 menilai tingkat pengetahuan, precaution di kalangan dokter gigi dan perawat pelaksana di Instalasi Bedah mahasiswa Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang. kepaniteraan klinik, menunjukkan bahwa skor pengetahuan Tingginya frekuensi kontak darah responden 6,71 ± 0,99 dari skor antara pasien dengan perawat saat maksimal 9. Hal ini menunjukkan tindakan invasif akan meningkatkan bahwa, tingkat pengetahuan responden risiko terjadinya infeksi nosokomial memuaskan, tetapi perilaku penerapan pada perawat. Oleh karena itu perlu Universal adanya penerapan universal precaution precaution mereka tidak mencapai tahap yang diharapkan. Di infeksi samping itu, dijumpai suatu hubungan tentang linear positif antara pengetahuan dan penting untuk petugas kesehatan di perilaku(r=0,394, p<0,001). Ini berarti rumah walaupun pengetahuan responden baik lainnya yang merupakan sarana yang berpengaruh rawan terhadap perilaku responden. nosokomial. pencegahan sakit dan terhadap Pengetahuan infeksi sarana sangat kesehatan terjadinya infeksi. Kemampuan untuk mencegah transmisi Demikian juga Gunawan (2012) infeksi di rumah sakit dan upaya yang menganalisis Faktor-faktor yang pencegahan infeksi adalah tingkatan berhubungan dengan perilaku universal pertama dalam pemberian pelayanan precaution Pada Perawat Pelaksana Di yang bermutu oleh petugas kesehatan Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. dalam pemberian pelayanan. Untuk Kariadi Semarang. Sampel sebanyak 40 seorang perawat kemampuan mencegah responden dengan hasil penelitian umur infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi responden rata-rata 35,70 tahun dengan dengan pekerjaan karena mencakup umur responden paling muda adalah 25 setiap aspek penanganan pasien. tahun dan paling tua adalah 43 tahun. Hasil analisis data secara statistik Pendidikan sebagian besar D3 sebanyak menunjukkan hasil uji secara linier 36 orang (90,0%) dan S1 sebanyak 4 berdasarkan orang (10,0%). Masa kerja responden perawat dengan kompetensi yang baik rata-rata 14,13 tahun masa kerja paling memberikan rendah adalah 3 tahun dan tertinggi sebesar 90,00%. Sedangkan berdasarkan adalah 22 tahun. Pengetahuan sebagian uji Chi Square dengan nilai r (koeffisien besar baik sebanyak 30 orang (75,0%). korelasi) adalah 0,175 sedangkan nilai Ada hubungan pengetahuan dengan signifikansinya adalah 1,00 (<0,05), perilaku yang universal precaution pada tabulasi silang kepatuhan berarti yang kompetensi bahwa baik tidak berhubungan secara bermakna terhadap 55 kepatuhan perawat dalam menerapkan adanya hubungan antara Standard Precautions di Poliklinik Gigi kepala ruangan, sikap perawat dengan Rumah Sakit di Kota Manado. Hal ini kepatuhan pelaksanaan prosedur tetap menunjukkan bahwa Hipotesis kedua (Protap) yang menyatakan adanya “Terdapat signifikansi (P value: 0,000; α: 0,05). hubungan kompetensi dengan kepatuhan Penelitian lainnya oleh Setyowati (2015) penerapan Standard Precaution perawat mendapatkan gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di berhubungan Kota Manado” ditolak. kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pemasangan hasil infus faktor signifikan supervisi dengan motivasi dengan prosedur tetap pemasangan infus di dengan instalasi gawat darurat dan instalasi dalam rawat inap RSUD Cideres Kabupaten Menerapkan Standard Precaution di Majalengka Tahun 2015 (p=0,025). Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota Penelitian Natasia dkk (2013) dengan Manado hasil motivasi berhubungan signifikan Hubungan Supervisi Kepatuhan Perawat Supervisi dapat pengawasan atau Gigi memberikan pemantauan dengan kepatuhan pelaksanaan SOP yang Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU dapat membantu meningkatkan kinerja RSUD Gambiran Kota Kediri (t = 2,831 bawahan untuk hasil yang maksimal ; p = 0,045). dengan memberikan bantuan secara langsung ditempat sesuai, diperoleh hubungan yang signifikan khususnya dalam pemasangan infus antara supervise dengan pelaksanaan sesuai SOP yang telah ditetapkan untuk kewaspadaan mengurangi berbagai dampak atau kesan pelaksana dalam pencegahan infeksi negatif tersebut tidak sampai muncul nosokomial di ruang rawat inap RS (Suarli & Bahtiar, 2009). Kegiatan Stella Maris Makassar tahun 2014 supervisi biasanya oleh dengan nilai p=0,012. Hasil penelitian perawat supervisor berperan ini sesuai dengan hasil penelitian yang langsung mengamati kegiatan perawat dilakukan oleh Sukriani (2013) yang dan menyatakan bahwa supervisi kepala mengontrol yang Berdasarkan hasil uji chi square, dilakukan yang kepatuhan perawat umum perawat dalam melakukan tindakan (Lynch, ruangan 2008 dalam Sri Dani dkk, 2014). kewaspadaan umum di rawat inap Hasil penelitian ini sesuai dengan RSUP.DR penelitian yang dilakukan oleh Tri Seseorang akan patuh bila masih dalam (2012) hasil penelitian menunjukkan tahap pengawasan, bila pengawasan 56 berhubungan pada Wahidin pelaksanaan Sudirohusodo. mengendur maka perilaku akan pelaksanaan kewaspadaan universal ditinggalkan artinya ketika pengawasan sangat penting dilakukan apabila kepala itu sudah mulai menurun maka perawat ruangan untuk melakukan pencegahan infeksi kewajibannya untuk selalu melakukan nosokomial semakin rendah, mereka arahan bekerja semau dengan yang mereka mau bawahannya untuk dapat melaksanakan bukan semesti yang telah ada dalam kewaspadaan universal dengan sebaik standart prosedur operasional (SOP) mungkin sehingga bawahannya dalam untuk melakukan pencegahan infeksi melakukan pelayanan kepada pasien nosokomial. selalu Sejalan penelitian Qalbia pula yang dengan mengatakan tersebut dan menyadari bimbingan dengan akan kepada berdasarkan akan kewaspadaan universal. bahwa ada hubungan yang signifikan Hasil penelitian menunjukkan antara supervisi dengan kinerja perawat distribusi responden terbanyak untuk pelaksana dalam menerapkan patient variabel supervisi adalah dalam kategori safety baik yakni sebesar 80,6 % (29 orang) di ruang rawat inap RS Universitas Hasanuddin. Supervisi adalah yang dimaksud kegiatan membimbing, memotivasi dan kategori kurang sebanyak 19,4% (7 orang). mengarahkan, mendorong perawat disini analisis data secara statistik menunjukkan hasil uji secara dan untuk Hasil linier berdasarkan tabulasi silang bahwa dapat supervisi yang baik memberikan melaksanakan kewaspadaan universal. kepatuhan yang baik sebesar 93,33%. Penelitian ini didukung oleh penelitian Sedangkan berdasarkan uji hi quare Jayanti (2010) yang menyatakan ada dengan nilai r (koeffisien korelasi) hubungan adalah supervisi dengan kinerja 0,499 sedangkan nilai perawat dalam penerapan MPKP di signifikansinya (p value) adalah 0,000 RSJD (<0,05). Berdasarkan data tersebut maka ruang Surakarta (p=0,024). mempunyai tugas Kepala untuk dapat disimpulkan bahwa supervisi melakukan supervisi terhadap kinerja berpengaruh secara bermakna terhadap perawat. kepala ruangan bertanggung kepatuhan jawab supervisi menerapkan Standard Precaution di pelayanan keperawatan yang diberikan Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota pada pasien di ruang perawatan yang Manado. Hal ini menunjukkan semakin dipimpinnya (McGoven,2000). Peran baik supervisi dilakukan kepada perawat supervisi kepala ruangan sebagai yang semakin baik pula tingkat kepatuhannya. memimpin bawahannya dalam upaya Oleh karena itu hipotesis ketiga yang untuk melakukan 57 perawat gigi dalam menyatakan bahwa “Terdapat hubungan adalah jumlah total waktu keperawatan motivasi dengan kepatuhan penerapan baik secara langsung/tidak langsung Standard Precautions perawat gigi di dalam Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota keperawatan yang di perlukan oleh klien Manado” diterima. dan jumlah perawat yang di perlukan memberikan pelayanan untuk memberikan pelayanan tersebut dengan (Gaudine, 2000). Hasil uji analisis dalam univariat menunjukkan bahwa distribusi Menerapkan Standard Precautions di responden menyatakan sebagian besar Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota dengan beban kerja normal berjumlah Manado 29 orang (80,6 %) dan sebagaian kecil 7 Beban kerja merupakan jumlah rata-rata orang (19,4 %) dengan katagori beban kegiatan kerja pada waktu tertentu, yang kerja tinggi. Hubungan Beban Kerja Kepatuhan Perawat Gigi terdiri dari beban kerja fisik, beban kerja Hasil analisis data secara statistik psikologis serta waktu kerja (Irwady, menunjukkan hasil uji secara linier 2007). Beban kerja adalah besaran berdasarkan pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu perawat dengan beban kerja normal jabatan dalam suatu unit organisasi dan memberikan merupakan hasil kali antara jumlah sebesar 80,00%. Sedangkan berdasarkan pekerjaan dengan waktu. Untuk itu perlu uji Korelasi Chi Square didapatkan nilai dilakukan upaya penyerasian antara r (koeffisien korelasi) adalah 0,175 dan kapasitas dan nilai signifikansinya (p value) adalah diperoleh 1,00 (< nilai α=0,05), yang berarti beban kerja, lingkungan kerja beban kerja agar silang kepatuhan bahwa yang kerja Kesehatan No 36 Tahun 2009). bermakna dengan kepatuhan perawat dan Houston (2000) gigi dalam berhubungan baik produktivitas kerja yang optimal (UU Marquis tidak tabulasi menerapkan secara Standard mendefenisikan beban kerja perawat Precautions di Poliklinik Gigi Rumah adalah seluruh kegiatan atau aktivitas Sakit di Kota Manado. yang dilakukan oleh seorang perawat Hal ini menunjukkan bahwa selama bertugas di suatu unit pelayanan Hipotesis keempat yang menyatakan keperawatan. Beban kerja (work load) bahwa “Terdapat hubungan beban kerja biasanya diartikan sebagai patient days dengan kepatuhan penerapan Standard yang merujuk pada jumlah prosedur, Precaution perawat gigi di Poliklinik pemeriksaan kunjungan (visite) pada Gigi Rumah Sakit di Kota Manado” klien. Disebutkan pula beban kerja ditolak. Hasil penelitian ini sesuai 58 dengan penelitian yang dilakukan oleh yang diemban meskipun adanya beban Budiawan (2015) didapatkan hasil beban kerja yang tinggi namun perawat masih kerja signifikan memiliki kemampuan yang maksimal dengan kinerja perawat di ruang rawat untuk tetap melaksanakan tugas dan inap Rumah Sakit Jiwa Propinsi Bali (p tanggung value=0,94). lainnya tidak berpengaruh Penelitian lainnya yang dilakukan jawab oleh mereka.Penelitian Manuho dkk (2015) mendapatkan hasil yng berbeda dimana Satria dkk (2013) menunjukkan hal yang beban sama dimana tidak ada hubungan antara signifikan dengan kinerja perawat dalam beban kerja dengan kinerja perawat pemberian dalam Rumah mengimplementasikan patient kerja perawat asuhan berhubungan keperawatan Sakit di Umum safety di Rumah Sakit Universitas Prof.Dr.R.D.Kandou Manado (p=0,035). Hasanuddin Makasar Tahun 2013. Hal Oleh karena itu pihak rumh sakit juga ini bisa karena faktor perlu mewaspadai beban kerja yang dan faktor berlebihan untuk mencegah terjadinya internal (pribadi) dari perawat itu sendiri hal-hal yang tidak diinginkan dari (Timpe, 1993 dalam Alimuddin 2012). dampak beban kerja tinggi. Menurut eksternal disebabkan (lingkungan) Faktor eksternal di sini maksudnya Hombergh et all (2009) apabila beban bisa dikarenakan oleh adanya tuntutan kerja yang diterima terlalu besar maka dari yang akan dapat menimbulkan stress kerja mengharuskan perawat/staff rumah sakit yang bisa mempengaruhi motivasi kerja untuk menerapkan standard precautions dan menurunnya kinerja (Mudayana, setiap saat dan sesuai prosedur sebab itu 2012). Menurut Gurses, 2008 (dalam merupakan hal yang wajib dilakukan Mudayana, 2012) menyatakan bahwa pada pelayanan beban kerja dapat mempengaruhi stress sebagai tindak lanjut keselamatan untuk kerja karyawan perawat selain itu juga pasien, keluarga pasien maupun perawat dapat mempengaruhi pelayanan kepada itu sendiri dan dalam rangka menjaga pasien mutu sehingga pihak saat rumah sakit memberikan pelayanan dari rumah sakit tersebut. serta keselamatan kinerja perawat rendah. Faktor internal atau keadaan pribadi perawat itu sendiri maksudnya adanya KESIMPULAN kemampuan yang tinggi, kerja keras Dari penelitian ini dapat ditarik serta motivasi seperti dalam peneltian kesimpulan sebagai berikut: ini dalam menjalankan tanggung jawab 59 pasien menjadi 1. Terdapat dengan hubungan kesehatan gigi di Rumah Sakit Kota motivasi kepatuhan Manado penerapan melalui pelatihan, Standard Precaution perawat gigi keikutsertaan dalam seminar tentang di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di patient safety. b. Sarana penunjang dalam mendukung Kota Manado. 2. Tidak hubungan penerapan Standard Precaution oleh dengan kepatuhan Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Kota Standard Precaution terdapat kompetensi penerapan Manado perlu dilengkapi dan perawat gigi di Poliklinik Gigi diadakan secara kontinu misalnya Rumah Sakit di Kota Manado. ketersediaan sabun, handschoen dll. 3. Terdapat dengan hubungan c. Pelaksanaan supervisi kepatuhan supervisi tetap dilakukann secara berkelanjutan dan penerapan Standard Precaution perawat gigi konsisten terhadap di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di sehingga Kota Manado. mempertahankan kepatuhan dalam tetap menerapkan 4. Tidak terdapat hubungan beban perawat Standard gigi dapat Precaution kerja dengan kepatuhan penerapan untuk meningkatkan mutu pelayanan Standard Precaution perawat gigi kesehatan gigi di di Poliklinik Gigi di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di Rumah Sakit di Kota Manado d. Secara Kota Manado. paling penerapan Precaution perawat diadakan dengan dengan studi banding di beberapa Standard rumah sakit rujukan yang memiliki gigi Standard precaution yang lebih baik. dominan kepatuhan perlu penyegaran kepada para perawat 5. Faktor supervisi merupakan faktor yang umum di Poliklinik Gigi Rumah Sakit di 2. Institusi Pendidikan Kota Manado. a. Diharapkan mampu bekerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah dan SARAN Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten 1. Rumah Sakit untuk a. Peningkatkan ketrampilan kompetensi perawat gigi melakukan pelatihan dan seminar terkait profesi perawat gigi dan yang secara bersertifikat guna berkelanjutan sehingga tetap dapat meningkatkan mutu pelayanan dan mempertahankan kepatuhan dalam kinerja SDM perawat gigi. menerapkan Standard Precaution untuk meningkatkan mutu pelayanan 60 b. Penelitian lanjutan yang lebih tanggal mendalam agar hasil penelitian lebih 25 Juni 2016. Jurnal Univeristas Sumatra Utara maksimal. Bararah, R. A. 2016. Pengetahuan Tingkat Dokter Standard Gigi DAFTAR PUSTAKA Terhadap Adisaputra. 2009. Pola kuman luka Sebelum Perawatan Gigi pada operasi di ruangan Intensive Care Tempat Unit Medan Baru Periode 2016. Skripsi. Rumah Sudirohusodo Sakit Wahidin Makassar. The Praktek Fakultas di Precaution Kecamatan Kedokteran Gigi Indonesian Journal of Medical Universitas Sumatera Utara Medan. Science Volume 2 No.2 April-June http://repository.usu.ac.id/handle/1 2009. 23456789/58343 Alimuddin, Ibriati Kartika. 2012. Budiawan. 2015. Hubungan Pengaruh Motivasi Terhadap Kompetensi, Motivasi Dan Beban Produktivitas Kerja Karyawan Kerja Perawat Pelaksana Dengan Pada PT.Telkom Indonesia,Tbk Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Cabang Makassar. Makassar: Inap Rumah Sakit Jiwa Propinsi Universitas Hasnuddin. (skripsi) Bali. Jakarta : Penerbit Salemba Anonim, 2008. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Rumah Sakit Pelayanan Infeksi Medika. Di Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Dan Fasilitas Problematika Kesehatan Lainnya: Pengendaliannya. Jakarta : Penerbit Kesiapan Menghadapi Emerging Dan Salemba Medika. Infectious Disease cetakan kedua. Devi dkk. 2013. Hubungan Motivasi Jakarta. dengan Azmi, I. 2011. Hubungan Pengetahuna Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Melaksanakan Tentang Kesehatan Gigi dan Mulut Perawatan Dengan Sesuai dengan SOP Di RSUD Kebersihan. Tindakan Diunduh Menjaga dari Batang. Luka Post Pekalongan. Jurnal http://123dok.com/document/18483 Keperwatan -hubungan-pengetahuan-tentang- Medisina kesehatan-gigi-dan-mulut-dengan- Majalengka Volume II Nomor 3 tindakan-menjaga-kebersihan-gigi- Februari 2016. pada-tahun.htm?page=4 pada dan Operasi AKPER Kesehatan YPIB Efstathiou, G., E. Papastavrou., V. Raftopoulos., and A. Merkouris. 61 2011. Factors Influencing Nurses 28 Juni 2016. Jurnal Universitas Complience Muhamadiah Semarang. with Standard Precautions in Order to Avoid Occupational to Infeksi Nosokomial Pada Pasien Microorganisms: A focus group Luka Operasi Pasca Bedah di study. Journal Biomed Central Bagian Bedah di Rumah Sakit Nursing. 10 (1); 1-12 Umum Pusat Haji Adam Malik Fatimah dkk. Exposure Jeyamohan, D. 2010. Angka Prevalensi 2013. Hubungan Medan dari Bulan April Sampai Kompetensi, Komitmen Organisasi September 2010’, Skripsi Fakultas Dan Kedokteran Universitas Sumatera Kepuasan Kinerja Kerja Perawat Labuang Dengan Di Baji. RSUD Utara, Medan. Universitas Laxminarayan, R. 2007. Hospitalization Hassanuddin, Makasar. and Deaths Caused by Methicillin- Gaudine, A. P. (2000). What do nurses Resistant Staphylococcus aureus, mean by workload and work United overload. Canadian Journal of Emerging Infectious Diseases,13 Nursing Leadership, 13(2), 22-27. (12): 1840-1846. Available from: Handayani, E. Universal 2012. Pelaksanaan Precaution Oleh /12/pdfs/07-0629.pdf [Accessed 29 Juni 2016]. Program Pasca Sarjana Fakultas Universitas 1999-2005. http://wwwnc.cdc.gov/eid/article/13 Perawat di RSUD Sleman’, Tesis Kedokteran States, Manuho dkk. 2015. Hubungan Beban Gadjah Kerja Dengan Kinerja Perawat Mada, Yogyakarta. Dalam Pemberian Asuhan Harding, A.D., Almquist, L.J., Hashemi, Keperawatan Di Instalasi Rawat and S. Brockton.. 2011. ‘The Use Inap C1 Rsup Prof. Dr. R. D. and Need for Standard Precautions Kandou and Keperawatan (E-Kep) Volume 3, Precautions Transmission-Based in the Emergency Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). 37 (4), p(367-373). Leaderships roles and management Juwita. 2008. Waspada Infeksi di Rumah Diunduh functions in nursing. (3rd ed) Philadelphia: Lippincot –Raven dari http://digilib.unimus.ac.id/downloa d.php?id=16883.pdfnpada Ejournal Nomor2, Mei 2015. Manado. Department’, Clinical Notebook, Sakit. Manado, Publisher. tanggal Mudayana, Ahmad Ahid. 2012. “Hubungan Beban Kerja Dengan 62 Kinerja Karyawan di Rumah sakit Sri Dani, A.A.A. 2014. Gambaran Nur Hidayah Bantul”. Universitas Supervisi Dan karakteristik dengan Ahmad Dahlan. ISSN: 1978-0575 Kepatuhan KESMAS Vol. 6 No.1, anuari melakukan 2012: 1-74 Sesuai SOP di Ruang Interna Dan Nasution, D.E. 2008. Pengaruh Motivasi Perawat Terhadap Perawat Dalam Pemasangan Infus IGD pada RSUD Toto Kabila. Tindakan Universitas Perawatan Pada Pasien Pasca Gorontalo. Bedah di Ruang Rawat Inap Rumah Suarli, S. dan Negeri Gorontalo. Y. Bachtiar. 2007. Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Manajemen Keperawatan dengan Medan. Diunduh tanggal 28 Juni Pendekatan 2016 Pratama. Bandung dari http://www.repository.usu.ac.id/bits Klinis. Balatin Sunarti, S.2015. Penerapan Universal tream/123456789/6702/1/09E0017 Precaution 3 .pdf Perawatan Di Kabupaten Bantul. Natasia, N., Loekqijana, Kurniawati, J. A. Faktor Pada Puskesmas Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” & Yang Vol. 06 No. 01 Januari 2015. Mempengaruhi Pelaksanaan SOP Wa Satria dkk. 2013. Hubungan Beban Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU Kerja Dengan Kinerja Perawat RSUD Gambiran Kota Kediri. Dalam [Jurnal Kedokteran Brawijaya]. Vol. 28. Suplemen No. 1. 2014. Nursalam. 2008. Proses Dan Patient Safety Di Rumah Sakit Universitas Jakarta: Salemba Medika. Pendidik S. 2003. dan Pengantar Ilmu Kesehatan, Perilaku Andi Offset. Yogyakarta Runtu, L. G. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan Perawat dengan dalam Perilaku Penerapan Universal Precautions di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Tesis Program Pasca Hasanuddin 2013. Unhas, Makasar. Dokumentasi Keperawatan, ed I. Notoatmodjo, Mengimplementasikan Sarjana Fakultas Kedokteran, Yogyakarta. 63 Tahun