Manajemen Risiko Manajemen Risiko • • Pengelolaan Risiko Secara umum yang dimaksudkan dengan risiko adalah sebagai bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau lembaga untuk mencapai tujuannya • Dalam pengertian umum di atas belum terlihat gambaran ukuran besar atau luas dampak risiko tersebut terhadap pencapaian tujuan bank • Dalam mengaplikasikan definisi risiko tersebut dalam program manajemen risiko, maka semua kegiatan atau usaha yang dilakukan akan melibatkan semua kegiatan yang membutuhkan perhatian, kewaspadaan, pengetahuan yang harus dikembangkan, pengalaman yang memadai serta kemampuan yang terus ditingkatkan • Risiko mempunyai potensi suatu peristiwa terjadi atau tidak terjadi dengan dampak / peluang untung (upside) atau rugi (downside) Kerangka Kerja Manajemen Risiko • Proses manajemen risiko yang akan dilakukan oleh para manajer diletakkan dalam suatu kerangka kerja agar berjalan efektif – Memahami rantai risiko; melakukan analisa lingkungan untuk menetapkan konteks yang ada hubungannya dengan risiko, seperti masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya – Menetapkan atau mengkaji toleransi risiko, posisi dan perilaku para stakeholder – Memahami peristiwa yang pernah diambil perusahaan yang dapat merugikan – Melakukan penilaiaan atas risiko dan pengendalian yang ada – Menyusun tanggapan atas risiko yang ada – Menetapkan aktifitas pengendalian – Mengkomunikasikan risiko dan manajemen risiko – Melakukan pemantauan terhadap risiko dan pengelolaannya Budaya Manajemen Risiko • Keberhasilan mengkomunikasikan dan mengintegrasikan manajemen risiko dalam sebuah organisasi bank tidak terletak pada tekniknya akan tetapi tergantung pada manusia pengambil dan pengelola risiko tersebut • Ada banyak pegawai, banyak karakter, sikap (attitude) dan keterampilan yang berbeda dalam bank menuntut adanya budaya organisasi dimana setiap orang harus menjadi manajer risiko karena setiap pegawai bertanggung jawab atas kegiatan dan hasil kerjanya • Pengembangan budaya manajemen risiko jauh lebih penting dibandingkan membangun sebuah kebijakan dan prosedur yang paling komplit karena pengelolaan risiko harus di implantasikan kepada setiap orang dari jenjang paling bawah sampai pada jenjang paling atas • Langkah untuk membangun budaya risiko: – Membentuk Satuan Kerja Manajemen Risiko sebagai pusat untuk membangun dan menyebarluaskan kebijakan dan prosedur risiko keseluruh jenjang organisasi – Menyusun manual kode etik – Merekrut pegawai yang memiliki sikap yang baik untuk memberikan pelayanan yang terbaik – Menjadikan manajemen risiko sebagai syarat untuk menduduki semua posisi manajemen – Menerapkan sanksi bagi pelaksana atau pengambil risiko – Memberikan insentif guna mendorong pegawai mengelola risiko dengan baik – Menerapkan seperangkan aturan agar pegawai tidak berani mengambil risiko yang berlebihan – Memasukkan penilaian kinerja mengelola risiko kedalam proses penilaian kinerja pegawai