Universal Percaution

advertisement
Universal Precaution
Fitri Ulvia
Pembimbing
Drg. Yuli Fatzia Otza
Definisi
Universal Precaution saat ini dikenal dengan kewaspadaan
standar,kewaspadaan standar tersebut dirancang untuk
mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada petugas
kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun
yang tidak diketahui (Depkes, 2008).
Universal Precaution adalah suatu cara untuk mencegah
penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke
petugas kesehatan dan sebaliknya dari pasien ke pasien
lainnya.
Universal Precaution merupakan upaya pencegahan infeksi
yang telah mengalami perjalanan panjang, dmulai sejak
dikenalnya infeksi nosokomial (infeksi yang ditimbulkan dari
tindakan medis) yang terus menjadi ancaman bagi petugas
kesehatan dan pasien
kewaspadaan umum perlu diterapkan dengan
tujuan:
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten.
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka
yang tidak terdiagnosa
c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan
dan pasien.
d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
Tingkat kewaspadaan
Standard precaution:kombinasi
antara UP dan body substance
isolation (BSI).
Standard precautions:
▪ Darah
▪ Cairan tubuh
▪ Sekresi
▪ Ekskresi selain keringat
(mengandung darah atau tidak)
▪ Nonintact skin
▪ Membran mukosa
 berpotensi sbg agen infeksi
yang dapat ditularkan
 Standard precaution adalah praktik
pencegahan infeksi yg
diaplikasikan pada semua pasien.

Transmission Based Precaution: kewaspadaan
terhadap infeksi berdasarkan penularan,
diterapkan kepada pasien yg diduga
berpenyakit menular.

Tiga kewaspadaan Khusus

a. Airbone precaution

b. Droplet precaution

c. Contact precaution
Peran tenaga kesehatan dalam
pengendalian infeksi
Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan kesalamatan
dirinya dan orang lain. Tenaga kesehatan juga bertanggung
jawab dalam menggunakan sarana yang disediakan dengan
baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu siap
pakai dan dapat dipakai selama mungkin.
Secara rinci kewajiban dan tanggung jawab tersebut meliputi:
1. Bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga keselamatan
kerja di lingkungannya, wajib mematuhi intruksi yang
diberikan dalam rangka kesehatan dan keselamatan kerja,
dan membantu mempertahankan lingkungan bersih dan
aman
2. Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja,
pencegahan infeksi, dan mematuhinya dalam pekerjaan
sehari-hari
3. Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat
meningkatkan resiko penularan infeksi baik dari dirinya ke
pada pasien atau sebaliknya sebaiknya tidak merawat
pasien secara langsung
4. Sebagai contoh misalnya, pasien penyakit kulit yang basah
seperti eskim, bernanah, harus menutupi kelainan kulit
tersebut dengan plaster kedap air, bila tidak memungkinkan
maka tenaga tersebut sebaiknya tidak merawat pasien.
5. Bagi tenaga kesehatan yang mengindap HIV mempunyai
kewajiban moral untuk memberitahu atasannya tentang
status serologi bila dalam pelaksanaan pekerjaan status
serologi tersebut dapat menjadi resiko pada pasien,
misalnya tenaga kesehatan dengan status HIV positif dan
menderita eskim basah.
pelayanan kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi
individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5
kegiatan
pokok
yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian
alat
pelindung
di
antaranya
pemakaian
sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah dan
cairan infeksius lainnya
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan
jarum dan alat tajam untuk mencegah
perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
Alat Pelindung
Alat pelindung tubuh digunakan untuk
melindungi kulit dan selaput lendir petugas
dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh,
dan selaput lendir pasien.
Jenis tindakan beresiko mencakup tindakan
rutin, tindakan bedah tulang, atau perawatan
gigi dimana menggunakan bur dengan
kecepatan putar yang tinggi.
Jenis-jenis alat pelindung
1. Sarung tangan
2. Pelindung wajah/masker/kaca mata
3. Penutup kepala
4. Gaun pelindung (baju kerja/celemek)
5. Sepatu pelindung
Sarung Tangan
 3 Jenis sarung tangan:
1. Sarung tangan bersih : yang didisenfikasi tingkat tinggi,
digunakan sebelum tindakan rutin. Seperti pada perawatan gigi.
2. Sarung tangan steril : yang telah disterilkan, dan digunakan
pada tindakan bedah
3. Sarung tangan rumah tangga : terbuat dari lateks atau vinil
yang tebal, yang digunakan untuk membersihkan alat
kesehatan, permukaan meja dll.
.Cuci tangan harus selalu dilakukan pada saat pemakaian sarung
tangan dan saat melepas sarung tangan.
Pelindung wajah (masker &
kacamata)
Pelindung wajah terdiri dari dua macam yaitu masker dan
kacamata, dengan berbagai macam bentuk, yaitu ada
yang terpisah dan ada pula yang menjadi satu.
Digunakan untuk melindungi selaput lendir hidung, mulut
dan mata selama melakukan tindakan atau perawatan
pasien yang memungkinkan terjadinya percikan darah,
termasuk tindakan bedah ortopedi dan perawatan gigi.
Penutup Kepala
Untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme
yang ada dirambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat/ daerah steril dan juga
sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut
petugas dari percikan bahan” dari pasien.
Pada saat pembedahan atau ruang intensif
petugas maupun pasien harus menggunakan
penutup kepala yang menutupi kepala dengan
baik.
Baju Pelindung
Untuk melindungi petugas dari kemungkinan
genangan atau percikan darah atau cairan
tubuh lain yang dapat mencemari baju atau
seragam
Pengelolaan alat kesehatan
Bertujuan untuk mencegah penyebaran
infeksi melalui alat kesehatan Proses
penatalaksanaan dilakukan melalui 4 tahap
kegiatan
1. Dekontaminasi
2. Pencucian
3. Sterilisasi atau DTT
4. penyimpanan
Dekontaminasi
Menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran
dari suatu benda hingga aman untuk pengelolaan
selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama
bagi pengelolaan alat kesehatan bekas pakai atau
pengelolaan pencemaran lingkungan seperti
tumpahan darah/cairan tubuh
Dilakukan dengan bahan desinfektan, seperti larutan
klorin 0,5% atau 0,05% sesuai dengan intensitas
keperluan.
Pencucian Alat
Setelah dikontaminasi maka selanjutnya ialah
pencucian alat
Pembersihan dengan cara mencuci ialah
menghilangkan kotoran yang terlihat oleh
mata dengan sabun atau detergen dan air.
Cara pencucian alat menurut jenisnya
Desinfeksi
RESIKO TINGGI
Penggunaan alat yang memiliki resiko tinggi, apabila
terkontaminasi mikroorganisme atau sporabakterial.
Contohnya seperti; alat kesehatan bedah, implan dll.
Alat-alat dengan resiko tinggi harus disterilkan dengan
menggunakan otoklaf, apabila alat tersebut tidak tahan
panas, maka dilakukan sterilisasi kimiawi dengan
menggunakan glutaraldehide 2% atau peroksida 6%.
RESIKO SEDANG
Alat yang yang termasuk dalam katagori resiko sedang
ialah alat pernafasan, alat anastesi, endoskopi, dan ring
diagfarma. Alat yang menyentuh lapisan mukosa yang
utuh tanpa adanya luka ataupun lesi, dan cairan.
Pembersihannya dengan cara dibilas dengan air steril
dan diikuti dengan bilasan alkohol, dan pengeringan
dengan semprotan udara.
RESIKO RENDAH
Alat yang digunakan pada kulit utuh dan bukan untuk
lapisan mukosa.
Contoh alat yang termasuk; pispot, tensimeter, linen,
tempat tidur, kursi dental, dan peralatan lainnya yang
memiliki resiko rendah untuk menyebabkan infeksi,
namun dapat menjadi prantara skunder.
Oleh karena itu diperlukan disinfeksi tingkat rendah
DISINFEKSI  suatu proses untuk menghilangkan sebagian
atau semua mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali
endospora bakteri.
Penggunannya dengan cairan kimia dan pasteurisasi atau
perebusan.
Disinfektan kimiawi: alkohol, klorin, formaldehid, glutarldehid,
hidrogen peroksida, yodifora, asam parasetat, fenol.
Cara disinfeksi lainnya: radiasi sinar ultra violet, pasteurisasi,
mesin pencuci.
Sterilisasi
STERILISASI proses untuk menghilangkan seluruh
mikoorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora
bakteri. Baik sercara fisik maupun kimiawi.
Merupakan cari yang paling aman dan paling efektif untuk
pengelolaan alat.
Macam-macam sterilisasi
Fisik  pemanasan atau radiasi, filtrasi
Kimiawi menggunakan bahan kimia dengan cara merendam,
mis: larutan glutaraldehid, dan menguapi dengan gas kimia (gas
etilin oksida)
STERILISASI FISIK
1. Pemanasan
.Pemanasan basah  uap panas bertekanan tinggi
(otoklaf), suhu melebihi titik didih air (121˚C) dengan
waktu 20-30 menit.
.Pemanasan Kering  dryheat menggunakan oven,
sinar infra merah.
2. Radiasi
Menggunakan sinar Gamma. Tetapi sangat mahal, biasa
dilakukan untuk industri kesehatan skala besar.
3. Penyaringan (filtrasi)
Untuk sterilisasi larutan seperti serum, plasma, vaksin.
STERILISASI KIMIAWI  bahan yang digunakan
glutaraldehid dan gas etilen oksida (ETO).
Bahan-bahan ini sangat mahal dan hanya
dipakai untuk mensterilkan bahan ataupun
alat yang tidak tahan panas.
Pengolahan Limbah
Secara umum limbah dapat dibedakan dengan
limbah cair dan limbah padat.
Limbah medis dapat dibedakan menjadi limbah
klinis dan limbah labolaturium
Cara penanganan limbah klinis pertama
dimasukkan kedalam kantung kedap air, ikat
dengan rapat dengan ini 2/3 penuh. Lalu tempat
pembuangan akhir/pembakaran (insinerator).
Limbah bahan tajam, harus tahan bocor dan
tusukan, mempunyai pegangan yg dapat dijinjing,
mempunyai penutup, ditangani sama dengan
limbah medis
Kecelakaan Kerja
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk
jarum bekas pasien, terpercik cairan infeksius.
Yang pertama dilakukan mencuci dengan sabun antiseptik, dan
meminimalkan kuman masuk ke darah dengan cara penekanan
pada bekas luka hingga darah keluar.
Bila darah mengenai mulut maka ludahkan dan kumur-kumur
dengan air beberapa kali
Bila mengenai mata cucilah mata dengan air mengalir,
Bila mengenai hidung, hembuskan keluar hidung dan cuci denga air
Selanjutnya telaah pajanan (apakah memiliki resiko penularan
infeksi) contoh pajanan yang dapat menularkan infeksi :darah,
semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, cairan yang bercampur
darah,
Tentukan status infeksi: HbsAG positif, HCV positif, HIV positif, dll.
Kemudian berikan profilaksis pasca pajanan (PPP). HCV (PPP tidak
dianjurkan), HIV (PPP beberapa jam setelah pajanan. Pemberian
ARV jangka pendek untuk menurunkan resiko infeksi HIV)
Kemudian laksanakan tes laboraturium jika masih dicurigai
Unit Pelayanan Gigi
Pelayanan gigi dan mulut merupakan tindakan yang
beresiko terpajan cairan tubuh pasien.
Penularan dapat terjadi: kontak langsung dengan lesi yang
terinfeksi, penularan tidak langsung melalui alat
terkontaminasi, percikan atau tumpahan darah, air liur,
sekret nasofaringeal, dan penularan lewat udara.
Penerapan kewaspadaan universal di klinik gigi tidak
hanya melindungi petugas, namun juga melindungi
pasien .
Beberapa yang harus diperhatikan di klinik gigi:
Pemakaian gaun pelindung kedap air pada pasien
Kumur sebelum diperiksa
Pemberian antiseptik pada gigi yang akan diperiksa
cuci tangan dengan sabun selama 10-15 detik, kemudian
keringkan dengan handuk sekali pakai atau angin anginkan
Gunakan alat pelindung : sarung tangan (sekali pakai, cuci
tangan sebelum dan sesudah), pelindung wajah (mata dan
masker sampai ke dagu), gaun pelindung
Alat kesehatan dan pengelolaannya:
Sebelum tindakan : gelas kumur didisinfeksi dan dicuci
dengan air mengalir sebelum digunakan, gunakan larutan
hipoklorit 0,5%untuk didekontaminasi tumpahan darah atau
cairan tubuh dan bilas dengan air menggunakan lap basah.
Menggunakan satu alat pemeriksaan gigi untuk setiap pasien
atau sterilisasi dahulu sebelum penggunaan selanjutnya
Jika harus meninggalkan ruangan, lepaskan sarung tangan
dan ganti dengan yang baru ketika melanjutkan
Download