BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut pendapat Rachmadi, Waluyo (2010) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah
sebuah institusi perawatan kesehatan, yang dilayani oleh dokter, perawat dan tenaga
ahli kesehatan lainnya. Dalam upaya memenuhi tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, rumah sakit mulai melakukan pembenahan sistem pelayanan
maupun manajemennya. Paradigma baru pelayanan kesehatan mensyaratkan rumah
sakit memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasien
dengan tetap mengacu kode etik profesi dan medis.
Mengutip pandangan Jacobalis, Waluyo (2010) dijelaskan bahwa rumah sakit harus
memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik. Pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit menyangkut kualitas medis yang dapat berdampak buruk bagi pasien.
Lebih dijelaskan lagi bahwa rumah sakit adalah bagian dari sistem kesehatan
nasional dituntut untuk meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas, pelayanan dan
kemandirian. Dengan demikian rumah sakit merupakan salah satu pelaku pelayanan
kesehatan yang kompetitif yang harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa
wirausaha yang mampu menciptakan efisiensi keunggulan dalam kualitas pelayanan,
keunggulan dalam inovasi serta unggul dalam merespon kebutuhan pasien.
Mengikuti pendapat Irawan, Kurniati (2013) menjelaskan bahwa untuk memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal kualitas pelayanan ini pasien adalah
hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang menyatakan puas
dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan aset yang sangat berharga
karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa
pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua
kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Upaya untuk
1
2
perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi
oleh rumah sakit untuk dapat merebut pasien.
Salah satu strategi yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien yang sekaligus dapat
meningkatkan kualitas pelayanan adalah pemberian informasi yang jelas (pendidikan
kesehatan) yang diperlukan oleh pasien (Perry dan Potter, 2005). Dalam Undang-undang
No.44 Tahun 2009 pasal 29.l. dicantumkan bahwa setiap rumah sakit mempunyai
kewajiban memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien dan dalam pasal 32.j. dituliskan bahwa setiap pasien mempunyai hak
mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan.
Menurut hasil penelitian Suryawati dkk (2006) yang dilakukan di tiga rumah sakit
Jawa Tengah dijelaskan bahwa indikator kepuasan pasien yang berhubungan dengan
pelayanan keperawatan adalah penjelasan perawat terhadap tindakan yang akan
dilakukan, pemberian dan penjelasan obat, respon perawat terhadap keluhan pasien
serta sikap dan keterampilan perawat. Berdasarkan indikator tersebut sebanyak
13,23% pasien menyatakan tidak puas, dan 86,77% puas. Dengan demikian
komunikasi pemberian pendidikan kesehatan oleh perawat kepada pasien merupakan
salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam memenuhi kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan.
Hasil penelitian Health Service Medical Corporation, Inc. (Clinical Research
Group), Naitboho (2012) diperkirakan bahwa sekitar 80% dari semua kebutuhan dan
masalah kesehatan dapat diatasi di rumah. Oleh sebab, itu kebutuhan untuk
mendidik masyarakat mengenai cara merawat diri mereka sendiri perlu ditingkatkan
lagi. Selain itu, berbagai studi mencatat bahwa pasien yang dibekali informasi
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mematuhi rencana pengobatan medis dan
mendapatkan cara inovatif untuk mengatasi penyakit menjadi lebih mampu
mengatasi gejala penyakit, serta kemungkinan mengalami komplikasi lebih kecil.
3
Mengikuti kajian William dinyatakan bahwa informasi mengenai obat-obatan
sebagaimana yang dibutuhkan pasien ternyata tidak terpenuhi (Suharjo, 2013).
Berdasarkan studi terhadap 406 pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit, pasien
menginginkan informasi mengenai kondisi dan nama obat (73%), bagaimana kondisi
penyakit mempengaruhi aktivitas sehari-hari (76%), jenis pengobatan dan cara kerja
obat (90%), efek samping obat (51%), dan penyebab penyakit serta kemungkinan
pencegahannya (90%).
Hasil penelitian Vivi Yosafianti & Dera Alfiyanti di Rumah Sakit Rosmani Semarang
(2010), menunjukkan rata-rata kepuasan pasien setelah dilakukan pemberian pendidikan
kesehatan persiapan pulang tentang nutrisi sebesar 94,77%, sedangkan yang tidak
diberikan pendidikan sebesar 69,04%. Dengan demikian pemberian pendidikan
kesehatan persiapan pulang tentang nutrisi berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kepuasan pasien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan persiapan pulang tentang aktivitas sebesar 93,09%, dan pada kelompok yang
tidak diberikan pendidikan kesehatan sebesar 66,41%. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan persiapan pulang terhadap kepuasan pasien
tentang aktivitas dalam pelayanan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata kepuasan pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan persiapan pasien
tentang obat-obatan sebesar 93,43% dan pada kelompok yang tidak diberikan
pendidikan kesehatan sebesar 73,45%.
Mengutip hasil penelitian Lasmito, Naitboho (2012) menemukan fakta yang berbeda
tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan di Indonesia. Belum adanya standart khusus
bagi perawat mengenai pendokumentasian pemberian pendidikan kesehatan bagi pasi
en dan keluarga. Selain itu juga dalam penelitiannya dikatakan, meskipun sebenarnya
perawat bertanggungjawab dalam melakukan peran sebagai educator, namun fakta
menunjukkan bahwa hasilnya tidak memuaskan. Perawat hanya menyampaikan
informasi tentang jenis penyakit pasien dan obat yang harus diminum sesuai dengan
resep dokter.
4
Berdasarkan hasil survey awal penulis di rumah sakit pada tanggal 19 Maret 2014
didapat data rata-rata pasien rawat inap dari rekam medik di Ruangan Merak (II-A)
Ruangan Rajawali (II-B) dan Ruangan Melati (Lantai III-GL)
dua bulan terakhir
(Januari-Februari 2014) ini adalah sejumlah 1.751 orang dengan jumlah tempat tidur
102 tempat tidur dengan rata-rata BOR per bulannya di setiap ruangan adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.1.
Rata-rata BOR Per Bulan Ruangan Inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014
Variabel
Rawatan
II - A
II - B
III - GL
Januari
65,16%
80,48%
80,43%
Bulan
Februari
83,75%
106,39%
100,24%
Sumber : Unit Medical Record Rumah Sakit Sari Mutiara Medan
Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada 8 orang pasien yang sedang dirawat di
Rumah Sakit Umum Sari Mutiara ditemukan tiga orang dari antara mereka
mengatakan puas terhadap keramahan perawat tetapi belum puas dengan pelayanan
dokter dan perawat yang kurang memberikan informasi penyakit yang dialami
pasien, dan lima orang lagi mengatakan belum puas dari segi
kepedulian dan
ketanggapan perawat terhadap setiap keluhan pasien, dan juga masih kurangnya
perawat memberikan informasi penjelasan penyakit yang dialami oleh pasien, tiga
diantara lima orang tersebut adalah laki-laki. Berdasarkan fenomena di atas menarik
minat penulis untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pemberian Informasi
Pendidikan Kesehatan Oleh Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Inap Rumah
Sakit Umum Sari Mutiara Medan 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka masalah yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan pemberian informasi pendidikan
5
kesehatan oleh perawat dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit
Umum Sari Mutiara Medan 2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pemberian informasi pendidikan kesehatan oleh
perawat dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pemberian informasi pendidikan kesehatan oleh perawat pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan 2014
b. Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
Sari Mutiara Medan 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pasien untuk
mengetahui haknya sebagai pasien yaitu menerima informasi penyakit yang
dialami dengan cara yang tepat.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk rumah sakit, dalam
mengevaluasi pelayanan yang sudah diberikan kepada pasien. Selain itu hasil
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam memberikan
pelayanan sehingga mengoptimalkan kepuasan pasien.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi perawat dalam meningkatkan
kinerjanya terlebih dalam memberikan informasi pendidikan kesehatan kepada
pasien sebagai persiapan pasien selama menjalani pengobatan.
6
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk
melakukan penelitian yang
lebih lanjut terkait intervensi lainnya yang dapat
untuk meningkatkan kepuasan pasien rawat inap.
Download