(pai) di smk triguna utama jurusan pendidikan

advertisement
KONTRIBUSI BUDAYA BERAGAMA DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SMK TRIGUNA UTAMA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh:
ISMA RAHMAHWATI
1110011000122
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
KONTRIBUSI BUDAYA BERAGAMA DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLANI (PAI) DI SMK TRIGUNA UTAMA
Skripsi
Diajukan kepa<ia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Me.menuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. pd. I)
Oleh:
ISMA RAHMAHWATI
1110011000122
Diba
gan:
Dra. Hi. Zikri Neni Iska. M. Psi
NIP. 19690206 199503 2 001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t43s Ht20t4 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Kontribusi Budaya Beragama Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Triguna Utama disusun oleh Isrna
Rahmahwati, NIM. 1110017000122, Jurusan Pendidikan Agama Islam F-akultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang elitetapkan
oleh fakultas.
J
akarta, 3 0 Desemb er 201 4
Yang mengesahkan,
Pembimbing
Dra. Hi. Zikri Neni Iska. M. Psi
NIP. 19690206 199503 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Kontribusi Budaya Beragama dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
di SMK Triguna Utama
disusun oleh ISMA RAHMAHWATI Nomor
Induk Mahasiswa 1110011000122, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah
Keguruan
dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarla, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqosah pada 19 Januari 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana
Sl (S.Pdl)
dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, Januari 2015
Panitia Ujian Munaqosah
da Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program StLrdi)
Dr. H. Abdul Majid Khon. M. Ag
NIP: 19580707 195703 1 005
Sekretaris (Sekretaris JurLrsan/Prodi)
Marhamah Saleh. Lc.
-'Lol
MA
NIP: I 9720313 200801 2 010
.1r-0\i
Penguji I
Prof. Dr. Ahmad Syafi'l Noor. MA
NIP: 19470902 196712
|
001
Penguji II
fq -;n,,ruaiu
?arr
NIP: 19580918 198701 2 001
Mengetahui
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Nurlena
'1.
MA. Ph.D.
NIP: 19591020 198603 2 001
-
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Isma Rahamahrvati
Tempat/tgl. Lahir
Jakarta, l3 April 1992
NIM
I I 100 11000"22
Jurusan
Pendiclikan Agama Islam
Angkatan
20t0
Alamat
Jln. Lorong T no. 9b RT 009/005 Koja- Koja- Jakarta Utara
Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Zikri Neni Iska M.Psi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjuduI Kontribusi Budaya Beragama
Dalam Pcmbelajaran Pendiclikan Agama Islam di SMK Triguna Utama adalah
benar hasil karl,a sendiri dan saya bertanggLrng jawab secara akademis atas apa yang
saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta,
,'-)/tr^a
Rah nr ahrvat
NIM. 1110011000122
i
ABSTRAK
Isma Rahmahwati, NIM 1110011000122, Kontribusi Budaya Beragama Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Triguna Utama.
Skripsi. Jakarta : jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014.
Pendidkan Agama Islam di sekolah tidak selamanya berhasil dalam mendidik
siswa dalam upaya membentuk akhlak yang baik, faktanya masih banyak siswa
yang kurang berakhlak baik. Oleh karena itu, latar belakang dari penelitian ini
adalah kurang terinternalisasi budaya-budaya beragama di sekolah yang
mengakibatkan rusaknya akhlaksiswa. Pembelajaran Pendididkan Agama Islam
tidak terbatas pada teori di dalam kelas saja tetapi mencakup praktek di luar.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas saja belum cukup
menjadikan siswa beraklak baik. Oleh karenanya, perlu adanya kontribusi budaya
beragama guna mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. Adanya budaya
beragama di sekolah bertujuan untuk menjadikan siswa berakhlak mulia.
Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islamterhadap
penerapanbudaya beragama di SMK Triguna Utama. Teknik pengambilan data
dalam penelitian ini dengan teknik: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Untuk keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi. Dan untuk
analisis data peneliti menggunakan data deskriptif dengan langkah reduksi data,
data display, dan pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian ini memunjukkan bahwa pembelajaran Pendidian Agama
Islam di sekolah membutuhkan kontribusi budaya beragama untuk sarana
pengaplikasian pembelajaran siswa di dalam kelas. Adapun budaya beragama di
SMK Triguna Utama terdiri dari: membaca shalawat dan do’a sebelum dan
sesudah pembelajaran, senyum, sapa, salam, dan shalat zuhur berjama’ah,
marawis, muhadharah, tilawah al-Qur’an, membaca surat Yasin pada hari Jum’at
pagi sebelum memulai pembelajaran, tadarus sebelum mulai shalat Jum’at,
keputrian, dan infak setiap Jum’at, pengajian bulanan di masjid, pelaksanaan
PHBI (Perayaan Hari Besar Islam) seperti, Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi, sedekah
untuk hewan qurban dan pesantren kilat saat bulan Ramadhan.
i
ABSTRACT
Isma Rahmahwati, NIM 1110011000122, Contribution of Religious Culture
on Islamic Religious Education Lessons in SMK Triguna Utama. Skripsi of
Islamic Religious Education at Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of
State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Islamic Religious Education in school is not always successful in educating
students in an effort to establish good morals, in fact there are many students who
lack good moral. The background of this research is less internalized religious
cultures in schools which resulted in adolescent moral deterioration. Learning
Islamic Religious Education is not limited to theory in the classroom but includes
practice outside. Learning Islamic Religious Education in the classroom is not
enough to make students good morals. Therefore, the need for contribution of
religious culture to achieve the goal Islamic Religious Education. The religious
culture in school aims to make a student be a good morals.
This study is a qualitative study aimed to describe the implementation of
Learning Islamic Religious Education on the application of religious culture in
Triguna Utama. Data collection techniques in this study with the technique of
observation, interviews, and documentation. For the validity of the data the
researchers used a technique of triangulation. And for data analysis researchers
used desciption analysis with the step data reduction, display the data, and
making conclusions.
The results of this study indicate that Islamic Religious Education needs
contribution of religious culture for the means of the aplication of student
learning in the class. As for the religious culture in Triguna Utama consist of:
reading sholawat and prayer before and after learning, smiles, greetings,
greetings, and the zuhur prayer in congregation, marawis, muhadharah,
recitations of the Qur'an, read a surah Yasin on Friday morning before the start
of learning, tadarus before the start of Friday prayers, keputrian, and donation
every Friday, monthly lectures in mosques, implementation PHBI (Celebration of
the Great Islamic) like, Isras' Mi'raj, Birth of the Prophet , alms for qurban
animals and pesantren kilat during Ramadan.
ii
KATA PENGANTAR
 
 
Alhamdulillah segala syukur saya panjatkan kehadirat ilahi robbi yang mana
selalu memberikan saya segala rahmat, taufiq, dan hidayat serta ni’matnya
sehingga saya bisa bernafas dan terus belajar hingga detik ini.
Shalawat beriring salam saya curahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad Saw.
Nabi segala zaman yang membawa umatnya menuju cahaya. Penyusunan skripsi
ini merupakan kajian singkat tentang Pelekasanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) terhadap Budaya Beragama di SMK Triguna Utama. Saya
menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bimbingan,
bantuan , dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati saya berterimakasih kepada :
1.
Ibu Nurlaena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bpk. Abdul Majid Khon MA dan Ibu Marhamah Saleh, Lc., selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Dra. Zikri Neni Iska M.Psi, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan waktunya untuk selalu memotivasi dan membimbing dalam
penyusunan skripsi ini.
4.
Bpk. Masan AF M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan arahan dan motivasi kepada saya.
5.
Segenap jajaran dosen dan staff karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6.
Bpk. Nirachmat S.Pd. dan Bpk. Drs. Robani AR selaku Kepala Sekolah dan
Guru PAI (Pendidikan Agama Islam) SMK Triguna Utama.
7.
Kepala Yayasan, segenap jajaran guru dan staff karyawan SMK Triguna
Utama.
iii
8.
Bapak Iskandar dan mamah Soleha tercinta yang telah memberikan dorongan,
arahan, dan nasehat kepadaya saya, serta do’a yang tak henti-hentinya mereka
panjatkan kepada saya, betapa beruntungnya saya memiliki kalian.
9.
Sahabat Kura-Kura Ninja saya: Ela, Ana, Ina, dan Icong. Sahabat
Kepompong saya: Ismi, Ebot, dan Iqi. Teman kosan Aya dan Safa. Sahabat
Molose PAI C 2010 yang sangat luar biasa. Saudara PSR 12 dan teman-teman
di KSR PMI unit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Untuk dia, yang selalu memberi semangat dan memberikan segalanya kepada
saya. Semoga Allah memberikan kemudahan untuk urusan kita. Terimakasih
Muhammad Akhirudinku.
Atas semua kontribusi yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih saya
haturkan. Saya hanya bisa berdo’a semoga kita semua selalu di beri rahmat,
hidayah, dan keberkahan hidup dunia dan akhirat. Dan untuk semua yang
membantu saya, saya amat berterimakasih atas kebaikan kalian semoga Allah
memberikan pahala yang setimpal.
Jakarta, 08 Desember 2014
Penyusun
Isma Rahmahwati
NIM. 1110011000122
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .....................................................................................................
i
ABSTRACT ...................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................
5
D. Rumusan Masalah ....................................................................................
5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................
5
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................
7
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ........................................
7
1. Pembelajaran ......................................................................................
7
2. Pendidikan Agama Islam (PAI) .........................................................
10
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...........................................
10
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam .................................................
12
c. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...........................
13
B. Budaya Beragama ....................................................................................
15
1. Budaya ................................................................................................
15
2. Agama ................................................................................................
17
a. Pengertian Agama ........................................................................
17
b. Unsur-unsur Agama .....................................................................
24
3. Budaya Beragama ..............................................................................
25
C. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................
30
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................
33
B. Latar Penelitian ........................................................................................
33
C. Metode Penelitian .....................................................................................
33
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .........................................
34
E. Teknik Pengambilan Sampel ....................................................................
35
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ......................................
35
G. Analisis Data ............................................................................................
36
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................
38
A. Gambaran Umum Tentang Sekolah .........................................................
38
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ..............................................................
49
C. Deskripsi Data ..........................................................................................
50
1. Pelaksanaan Pemnelajaran PAI di SMK Triguna Utama ...................
50
2. Pelaksanaan Budaya Beragama di SMK Triguna Utama ...................
52
D. Pembahasan ..............................................................................................
67
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................
61
A. Kesimpulan ..............................................................................................
61
B. Implikasi ...................................................................................................
62
C. Saran .........................................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
63
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................
66
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Program Studi Teknik Instalasi Tenaga Listrik ...........................
42
Gambar 4.2 Program Studi Mekanik Industri .................................................
43
Gambar 4.3 Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan ............................
44
Gambar 4.4 Program Keahlian Administrasi Perkantoran ..............................
45
Gambar 4.5 Program Keahlian Bisnis dan Manajemen ..................................
46
Gambar 4.6 Tampak depan gedung SMK dan SMA Triguna Utama .............
48
Gambar 4.7 Tampak dalam gedung SMK Triguna Utama .............................
48
Gambar 4.8 Masjid SMK dan SMA Triguna Utama ......................................
48
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Foto Kegiatan Keberagamaan Siswa SMK Triguna Utama........
66
Lampiran II Instrumen Penelitian ..................................................................
68
Lampiran III Catatan Lapangan ......................................................................
69
Lampiran IV Hasil Wawancara .......................................................................
77
Lampiran V Data Siswa dan Tenaga Kependidikan .......................................
90
Lampiran VI Sarana dan Prasarana Sekolah ..................................................
95
Lampiran VII Struktur Organisasi SMK Triguna Utama ............................... 100
Lampiran VIIIContoh RPP Pendidikan Agama Islam .................................... 101
Lampiran IX Lembar Uji Refrensi dan Surat-surat ......................................... 105
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia dan penting untuk
kehidupan manusiakarena, dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan
kualitas dan taraf hidupnya. Seperti yang tertera dalam surat al- Mujadillah
ayat 11 :
         
      ....
 
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
AllahMaha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari ayat diatas dapat peneliti simpulkan betapa seriusnya Allah
menjajikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu.Manusia yang
berpendidikan itu derajatnya akan lebih tinggi dari manusia biasa.
Pendidikan terdengar selama ini hanya terbatas pada proses kegiatan belajar
mengajar dan segala aspek yang ada di dalamnya.Pendidikan dapat dilihat dari
dua segi yaitu, Pertama dilihat dari sudut masyarakat, diakui manusia memiliki
kemampuan asal atau potensi, disini ditekankan pada mencari apa yang ingin
dicanya. Kedua dilihat dari segi pandang individu, jadi di sini pendidikan dapat
didefinisikan sebagai proses untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan seseorang.1 Oleh karenanya pendidikan memiliki
fungsi juga tujuan agar pembelajaran dapat dilakukan secara optimal dan
peserta didik dapat meraih prestasi yang baik. Fungsi dan tujuan pendidikan
nasional dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003,
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
1
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka
Alhusna,1988),h. 56-57.
1
2
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.2 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dan
fungsi dari pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan pada peserta
didik agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, menjadi warga negara
yang baik, serta mampu memberi bekal yang diperlukan oleh peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan agama yang ada di Indonesia diterapkan di sekolah karena
memiliki tujuan. Salah satu tujuan pendidikan agama bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta
didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertakwa kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.3
Manusia hidup harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, bukan hanya
kebutuhan jasmani saja yang harus dipenuhi oleh manusia, akan tetapi
kebutuhan rohani pun harus dipenuhi. Menurut Zakiah Darajat yang dikutip
oleh Henry Narendrany Hidayati dan Andi Yudiantoro “disamping manusia
berusaha memenuhi kebutuhan fisik jasmaniahnya, ia juga harus memenuhi
kebutuhan mental ruhaniyahnya. Kebutuhan mental ruhaniyah inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya.”4
Pendidikan agama haruslah mulai ditanamkan kepada anak sejak dini.
Pendidikan tersebut diajarkan dalam lingkungan keluarga dan sekolah.
2
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2009), h. 64.
3
Muhaimin, Suti’ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004),h, 78.
4
Henry Narendrany Hidayati dan Andi Yudiantoro, Psikologi Agama, ( Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2007),h. 64.
3
Anak dikenalkan agama pertama kali yaitu di lingkungan keluarganya, oleh
karenannya pendidikan agama harus di mulai sejak tahap pertama
perkembangan psikologi pada manusia, yaitu dari umur 0 sama 7 tahun.Tahap
pertama ini bisa disebut juga golden age, karena masa ini merupakan masa
dimana seorang anak dapat menyerap segala informasi yang ada di
sekelilingnya dengan sempurna. Orang tua menjadi pendidik yang pertama
bagi pendidikan anak terutama dalam penanaman keimanan, yanng
manapenanaman keimanan tersebut sangat diperlukan oleh anak sebagai
landasan bagi akhlak mulia. Pendidikan agama sejak dini pula akan menjadi
bekal untuk pendidikan anak selanjutnya.
Pendidikan agama tidak berhenti di lingkunngan keluarga saja, sekolah
juaga memiliki peranan penting terhadap penenaman pendidikan agama anak.
Sekolah mampu mempengaruhi rasa keagamaan, akhlak dan aspek lainnya
melalui proses pembelajaran di dalam kelas maupun bimbingan di luar kelas.
Sekolah juga berfungsi memberikan kemampuan kepada anak agar mampu
membudidayakan
nilai-nilai
agama
dalam
kehidupannya.
Faktanya,
Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak selalu berhasil dalam mendidik
peserta didik dalam upaya membangun etika dan moral bangsa. Contohnya saja
pada tanggal 27 Januari 2013 seorang siswa di SMAN 1 Jatibarang Brebes
tewas karena berkelahi dengan teman sekelasnya.
Adanya contoh kenakalan pelajar di atas menunjukkan bahwasanya
internalisasi nilai-nilai agama pada anak masih belum berhasil, padah dari
pihak sekolah terutama dari guru Pendidikan Agama Islam senantiasa berusaha
untuk menanamkan akhlak mulia serta budi pekerti yang baik pada siswa
melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah. Kenyataannya
tidak jarang siswa dalam mengikuti mata pelajaran tersebut masih terbatas pada
formalitas, sehingga nilai-nilai agama yang diterapkan di sekolah tersebut
belum mampu menginternalisasi di dalam diri anak.
Dalam upaya menginternalisasi nilai-nilai agama pada diri anak sehingga
mampu tercermin pada perilaku mereka, maka diperlukan suatu penciptaan
budaya beragama di sekolah. Hal ini mengingat porsi waktu yang diberikan
4
pada mata pelajaran di sekolah hanya relatif sedikit pada setiap minggunya,
sehingga kesempatan guru untuk memberikan bimbingan serta arahan juga
relatif kecil. Selain itu, nilai-nilai agama yang ada pada diri anak seringkali
terkalahkan oleh budaya-budaya negatif di sekitarnya. Oleh karena itu perlu
adanya suatu budaya beragama yang dilakukan melalui proses pembelajaran
dengan pembiasaan-pembiasaan hidup disiplin, tertib, rapi, bersikap ramah,
sopan santun, rendah hati, mengucapkan salam ketika bertemu sesama, saling
menghargai, tolong menolong, rajin shadaqah, cinta terhadap lingkungan, taat
menjalankan ibadah, membaca Al-Quran, menghadiri kajian agama Islam, dan
lain-lain.
Budaya beragama yang terdapat di SMK Triguna Utama, seperti:
membaca do’a sebelum memulai pelajaran, sopan santun, disiplin, rapi
berpakaian, solat zuhur berjama’ah, dan lain-lain. Di SMK Triguna Utama
terdapat pula buku poin, yang mencakup tata tertib di sekolah.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang hal itu dan mengangkat judul: “Kontribusi Budaya Beragama dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Triguna Utama”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah:
1. Rusaknya akhlak siswa.
2. Kurangnya perhatian terhadap pendidikan agama siswa.
3. Masih adanya perilaku yang menyimpang dari siswa.
4. Siswa kurang memahami budaya positif di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan operasional, maka masalah pokok yang
akan diteliti dibatasi pada:
5
1. Budaya beragama di SMK Triguna Utama
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X Ob
3. Kontribusi budaya beragama dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang dipaparkan di atas maka
rumusan masalah yang diajukan penelitiantara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
kelas X Otomotif B?
2. Bagaimana budaya beragama di SMK Triguna Utama?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMK Triguna Utama
b. Untuk mengetahui pelaksanaan budaya beragama siswa SMK
Triguna Utama
c. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi budaya beragma dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana evaluasi
dalam rangka pelaksanaan pengembangan budaya beragama
lingkungan sekolah.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui
budaya-budaya agama yang dapat ditanamkan dan dikembangkan
pada peserta didik dalam rangka menciptakan generasi bangsa yang
berakhlak mulia.
6
c. Bagi penulis, untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan
tentang kontribusi budaya beragama dalam pembelajaran budaya
beragama di SMK TrigunaUtama.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelejaran PAI (Pendidikan Agama Islam)
1. Pembelajaran
Sebelum mengungkap pengertian pembelajaraan, kita ulas dahulu tentang
definisi belajar, karena pembelajaran berasal dari kata belajar. Teori belajar
banyak dikemukakan, dianntaranya:
a.
Teori Belajar Behavioristik sebagaimana yang di tuliskan oleh Asri
Budiningsih
Pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik adalah
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.1
b.
Teori Belajar Menurut Thorndike sebagaimana yang di tuliskan oleh
Asri Budiningsih
Belajar menurut teori Thorndike adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang
terjadinya kegiatan belajar seperti, pikiran, perasaan, atau hal-hal lain
yang dapat ditangkapmelalu alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berubah
pikiran, perasaan, atau gerak/tindakan.2
c.
Teori Belajar Menurut Waston sebagaimana yang di tuliskan oleh Asri
Budiningsih
Belajar menurut teori Wastonn adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus
1
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h, 20-
2
Ibid, h, 20-23.
23.
7
8
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat
diukur.3
d.
Teori Belajar Menurut Clark Hull sebagaimana yang di tuliskan oleh
Asri Budiningsih
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus
dan respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar.4
e.
Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie sebagaimana yang di tuliskan
oleh Asri Budiningsih
Demikian juga dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya
proses belajar. Ia menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan
respon cendrung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan
stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap.5
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah
interaksi antara stimulus dengan respon. Dapat dikatakan bahwa stimulus
adalah input guru kepada siswa, sedangkan respon adalah outputnya.
Stimulus adalah sesuatu pemahaman yang diberikan guru untuk merangsang
peserta didik berfikir, sedangkan respon adalah hasil berfikir peserta didik
tersebut.
Belajar sebagaimana yang dikatakan oleh Dimyati merupakan interaksi
antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus dari
lingkungan. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil
belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek
keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.6
Definisi belajar menurut Anthony Robbins dalam buku Mendesain
Model Pembelajaran Inovativ-Progresif karya Trianto, adalah belajar
3
Ibid, h, 20-23
Ibid, h, 20-23
5
Ibid, h, 20-23
6
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
4
h, 11.
9
sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang
sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari dimensi ini
belajar memuat beberapa unsur, yaitu: penciptaan hubungan, sesuatu hal
(pengetahuan) yang sudah dipahami, dan sesuatu pengetahuan yang baru.7
Dengan demikian definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar bukan
berawal
dari
sama
sekali
tidak
mengetahui
apapun,
akan
tetapi
menghubungkan antara satu pengetahuan yang sudah diketahui dengan
pengetahuan yang baru diketahui.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju suatu perubahan
pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku
tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang
baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya.8
Belajar bisa terjadi kapanpun di manapun. Belajar bisa terjadi baik secara
terancang ataupun tidak terancang, dan tidak ada pula batasan waktu untuk
belajar. Belajar dapat berlangsung sepanjang hayat. Sebagai umat muslim
wajib bagi kita untuk menuntut ilmu, sesuai hadis Nabi:
ْ‫عَنْ أَ َنسِ بْنِ مَانِكِ قَالَ قَالَ رَسُىْلُ اهللِ صَهَى اهلل عَهَيْهِ وَسَهَمَ أُطْهُبُىْا انعِهْمَ وَنَى‬
‫ِبانّصِيْنِ فَإِّنَ طَهَبَ انعِهْمِ فَرِيْضَةٌ عَهَى ُكمِ مُسْهِمٍ إِّنَ انمَآلئِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا‬
)‫ب انعِهْ ِم رِضًا بِمَا يَطْهُبُ (أخرجه إبن عبد انبر‬
ِ ِ‫نِطَان‬
Artinya: “dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
“carilah ilmu walaupun di ngeri China. Sesungguhnya mencari ilmu itu
wajib atas setiap Muslim. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya
bagi pencari ilmu karena rida dengan apa yang dicari”.9
Bila di atas saya sudah memaparkan definisi belajar, sekarang saya akan
memaparka definisi pembelajaran.
7
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011), h, 15.
8
ibid, h, 16-17.
9
Abdul Majid Khan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), h, 139.
10
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Trianto bahwa pembelajaran
merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang sepenuhnya tidak
dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam
makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar
dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarah interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkai mencapai tujuan yang
diharapkan.10
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.11
Dengan demikian pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara guru
dengan murid, yang mana interaksi ini menjadi sebuah komunikasi atau
transfer ilmu antara guru dengan murid, dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
2. PAI (Pendidikan Agama Islam)
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Majid
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertakwa dan
berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari al-Qur‟an dan
Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan
pengalaman.12
Di dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat (2) ditegaskan bahwa isi
kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara
lainpendidikan agama. Dan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa
pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan
10
11
Trianto, op.cit., h. 17.
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h,
57.
12
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2012) h, 11.
11
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh
peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam
masyarakat dalam mewujudkan persatuan nasional.
Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama laindalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkanpersatuan nasional.
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu berikut ini:
1) Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
2) Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti
ada yang dibimbing, diajari, dan dilatih dalampeningkatan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.
3) Pendidik atau guru Pendidikan Agama Islam yang melakukan kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan secara sadar terhadap peserta
didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
4) Kegiatan (pembelajan) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk
meningkatkan keyakkinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman
ajaran agama Islam dari peserta didik, yang di samping untuk
membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk
membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadi
itu diharapkan mampu memancar ke luar dalam hubungan keseharian
dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama
muslim), ataupun yang tidak seagama (hubungan dengan non muslim),
serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan
12
dan kesatuan nasional (ukhuwah wathaniyah) dan bahkan ukhuwah
insaniyah (persatuan dan kesatuan antar sesama manusia).13
Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar seorang guru untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Agama Islam peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan latihan yang telah
direncanakan gun amnecapai tujuan yang tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau di madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang Pendidikan yamg lebih tinggi.14
Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik
beberapa diemensi yang hendak ditingkakan dan dituju oleh kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu:
1) Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam
2) Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta
didik terhadap ajaran agama Islam
3) Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta
didik dalam menjalankan ajaran Islam
4) Dimensi pengalamnya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah
diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu
13
Muhaimin, Suti‟ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h, 75-76.
14
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2012) h, 16.
13
mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakan,
mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam
kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah Swt. serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.15
Tujuan Pendidikan Agama Islam yang di sebutkan di atas dapat di tarik
kseimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan peserta didik, pemahaman tentang Islam, penghayatan, dan
pengalaman peserta didik dalam menjalankan perintah ajaran agama,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Tujuan pendidikan Islam berlandaskan tujuan hidup manusia. Allah
menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Jadi tujuan hidup ini
tidak lain untuk mengabdi kepada Allah Swt., menjaga dan melestarikan
bumi, dan menjalankan kehidupan sesuai syari‟at yang Allah berikan.
Jika tugas manusia dalam kehidupan ini demikian penting, pendidikan harus
memiliki tujuan yang sama dengan tujuan penciptaan manusia. Bagaimana
pun, pendidikan Islam sarat dengan pengembanagan nalar dan penataan
perilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian,
tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah
dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara sosial.16
c. Model Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam)
Guru Pendidikan Agama Islam harus mengaplikasikan model-model
pembelajaran yang kreatif agar tercapai tujuan pembelajaran, seperti yang
15
Muhaimin, Suti‟ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h, 78.
16
Abdurrahman dan An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h, 117.
14
ditulis oleh Abdul Majid model pembelajaran Tadzkirah sesuai untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Makna Tadzkirah secara etimologis
diambil dari kata dzakara yang artinya ingat dan tadzkirah artinya peringatan.
Adapun makna Tadzkirah yang dimaksud oleh Abdul Majid adalah
sebuah model pembelajaran yang mempunyai makna sebagai berikut:
1) T = Tunjukan Teladan
Guru harus menjadi teladan bagi siswanya. Siswa lebih mudah
mengambil pelajaran dari apa yang ia lihat.
2) A = Arahkan (Berikan Bimbingan)
Bimbingan seorang guru kepada siswanya dilakukan dengan cara
memberikan alasan, penjelasan, pengarahan, diskusi-diskusi, teguran,
mencari tahu penyebab masalah, dan kritikan sehingga perilaku anak
berubah.
3) D = Dorongan (Motivasi)
Memotivasi anak adalah suatu kegiatan memberi dorongan agar anak
bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau perilaku yang diharapkan
oleh orang tua atau guru. Anak yang termotivasi akan memungkinkan ia
untuk mengembangkan dirinya.
4) Z = Zakiyah (Murni-Suci-Bersih)
Kata murni disini bermaksud ikhlas, rasa keikhlasan harus ditanamkan
kepada anak baik dalam belajar, bersikap, dan berbuat sekecil apapun.
Jika rasa ikhlas sudah tumbuh, maka keihklasan akan menjadi kekuatan
dalam hidup.
5) K = Kontinuitas
Ajaran-ajaran yang diberikan haruslah bersifat kontiyu atau terus
menerus agar anak terbiasa dan akan menjadi kebiasaan. Pembiasaan ini
harus dimulai sejak dini kepada anak agar akhirnya anak menjadi terbiasa
dan menjadi sebuah kebiasaan (habit)
6) I = Ingatkan
Dalam proses pembelajaran PAI (Pendidkan Agama Islam), guru harus
berusaha mengingatkan kepada siswa bahwa mereka diawasi oleh Allah
15
Swt. Disini juga guru harus mengingatkan kepada siswa akan ajaranajaran yang telah diajarkan.
7) R = Repetition (Pengulangan)
Pendidikan yang efektif dilakukan dengan berulang-ulang sehingga anak
menjadi mengerti. Pelajaran atau nasihat apa pun perlu dilakukan secara
berulang-ulang sehingga mudah dipahami oleh anak.
8) A = Aplikasikan atau Organisasikan
Puncaknya ilmu adalah amal. Dengan demikian, maka dalam mengajar
hendaknya guru mampu memvisualisasikan ilmu pengetahuan pada dunia
praktis.
9) H = Heart Hepar
Hati adalah sumber keimanan manusia. Oleh karena itu guru harus
menyentuh hati siswanya agar dapat dekat dengan Sang Khaliq.17
B. Budaya Beragama
1. Budaya
Budaya menurut Sarlito adalah “suatu set dari sikap, perilaku, dan
simbol-simbol
yang
dimiliki
bersama
oleh
manusia
dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya”.
dan
biasanya
18
Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau kekal.19 Kata
asing culture yang berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah,
mengerjakan dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah, memiliki
makna yang sama dengan kebudayaan. Arti culture berkembang sebagai
segala daya dan usaha manusisa untuk mengubah alam. Jika diingat sebagai
konsep kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang
17
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2012), h, 135-156.
18
Sarlito W Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2014), h, 3.
19
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 73.
16
harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu.20
Menurut HAR Tillar yang dikutip dari Primitive Culture karya Edward
B Taylor “budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks
dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta
kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat”. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara
“kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat)”.21
Dari keterangan di atas kebudayaan adalah kebiasaan dari segi
pengetahuan, seni, moral, dan lain-lain yang merupakan hasil dari usaha
seseorang atau kelompok.
Dalam membahas budaya kita sering kali kita tidak dapat melepas diri
dari istilah masyarakat, ras, dan etnik. Ketiga istilah tersebut sering digunakan
secara bergantian dan campur aduk. Berikut adalah penjelasan dari masingmasing istilah tersebut.
a.
Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang saling berbagi
tempat dan waktu (jika menyangkut tempat dan waktu tertentu biasa di
sebut komunitas atau community)
b.
Ras adalah sekelompok orang yang memiliki karakteristik fisik yang
sama dan diwariskan melalui genetik. Karakteristik tersebut antara lain,
warna kullit, bentuk hidung, dan bulu atau rambut di tubuh, serta mata.
c.
Etnis atau suku bangsa adalah sekelompok orang yang memiliki
kesamaan dan perbedaan dalam konteks kebudayaan budaya. Biasanya
suku bangsa dikaitkan dengan warisan budaya, pengelaman yang
diwariskan secara turun temurun oleh orang-orang yang memiliki
20
Koentjaraningrat, kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 9.
21
H.A.R. Tillar, Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1999), h. 39 dan 43.
17
kesamaan leluhur, bahasa, tradisi, seringkali agama, dan wilayah
geografis.22
Menurut Shiraev dan Levy dalam buku Psikologi Lintas Budaya karya
Sarlito W Sarwono, saat ini ada dua jenis pengaruh budaya. Kedua budaya
tersebut adalah budaya tradisional dan budaya non tradisional (modern).
Budaya tradisional adalah budaya yang berakar kepada tradisi, aturan,
simbol, dan prinsip yang kebanyakan dibuat di masa lalu. Sementara itu
budaya non-tradisional adalah budaya yang berdasar kepada prinsip ide,
dan kebiasaan yang relatif baru.23
Dengan demikian budaya itu terbagi menjadi dua, yaitu: budaya
tradisional yaitu, yang mengikuti adat dan tradisi yang berlaku sejak lama,
dan budaya non tradisional yaitu, budaya modren, yang diciptakan oleh
seseorang dan dilakukan secara berkelanjutan.
2. Agama
a. Pengertian Agama
Agama sebuah kata yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk diartikan
dan didefinisikan. Menjelaskan maksud agama memang mudah tetapi untuk
menjelaskan definisi agama ini sangat sulit, karena agama itu memiliki sifat
yang subyektif.
Menurut A. Mukti Ali dalam bukunya yang dikutip oleh Muhammad
Alim “barang kalitidak ada yang paling sulit diberi pengertian dan definisi
selain kata agama”. Beliau menjelaskan ada tiga yang mendukung
pernyataan tersebut, yaitu: pertama, karena pengalaman agama adalah soal
batini, subyektif dan sangat individualis sifatnya. Kedua, boleh jadi tidak
ada oranng yang berbicara begitu semangat dan emosional dari pada
membicarakan soal agama. Maka membahas arti agama itu selalu ada
luapan emosi yang kuat sekali, sehingga kata agama itu sulit didefinisikan.
Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang
memberikan definisi tersebut.24
Para ahli mengemukakan berbagai teori tentang pengertian agama. Ada
yang mengatakan bahwa kata agama diambil dari bahasa Sansakerta, yaitu
22
Sarlito W Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,
2014), h, 3-5.
23
Ibid, h, 6.
24
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2011), h, 26.
18
kata a = tidak, dan gama = kacau atau kocar-kacir. Dengan demikian berarti
agama tidak kacau, tidak kocar-kacir, teratur. Agama yang dimaksud di sini
adalah yang membuat seseorang tidak kacau dan menjadikanseseorang
teratur.25
Selanjutnya teori lain menyebutkan bahwa agama tersusun dari kata, a =
tidak, dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat,
diwarisi secara turun menurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu
sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi
lainnya. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan agama berarti teks
atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntunan,
karena agama mengandung ajaran-ajaran yanng dapat menjadi tuntunan bagi
penganutnya.26
Agama diucapkan oleh orang Barat dengan religios (bahasa latin),
Religion (bahasa Inggris, Perancis, Jerman) dan Religie (bahasa Belanda).
Adapun agama secara etimologi menurut sebagian tokoh sebagai berikut:
1) Religie (religion) menurut pujangga Kristen, Saint Augustinus. Berasal
dari “re dan eligare” yang berarti “memilih kembali” dari jalan yang sesat
ke jalan Tuhan.
2) Religie, menurut Lactantius, berasal dari kata “re dan ligare” yang
artinya “menghubungkan kembali sesuatu yang telah putus”. Yang
dimaksud adalah menghubungkan antara Tuhan dan manusia yang telah
terputus oleh karena dosa-dosanya.
3) Religie berasal dari “re dan ligare” yang berarti “membaca berulangulang bacaan suci” dengan maksud agar jiwa si pembaca terpengaruh
oleh kesuciannya. Demikian pendapat Cicero.27
Di bawa ini akan diikemukakan beberapa definisi agama dan
religionyang telah berhasil diformulasikan oleh para ahli:
25
Ibid, h, 27.
Ibid, h, 27.
27
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), h, 3.
26
19
1) WJS Poerwadarminto
“Agama adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa, dan
sebagainya) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.”
2) Sidi Gazalba
“Agama adalah kepercayaan manusia pada hubungan Yang Kudus,
dihayati sebagai hakikat gaib, hubungan mana menyatakan diri dalam
bentuk serta sistem kultus dan ritus serta sikap hidup berdasarkan doktrin
tertentu. Jadi hakikat agama adalah hubungan manusia dengan Yang
Kudus.”
3) Adi Negoro
“Agama adalah suatu keyakinan pada Yang Maha Kuasa, yang dirasa
manusia sebagai kekuatan gaibyang mempengaruhi kehidupannya dan
dianggap mempengaruhi segala yang ada, serta mula jadi segala-galanya
dalam alam ini.”
4) E.B. Taylor
“Religion is the belief in Spiritual Being” (Agama adalah kepercayaan
kepada barang-barang yang gaib). “Religion may broadly be defined as
acceptance of obligations toward powers higher than man him self”
(agama dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai peneriamaan atas tata
atiran dari kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia itu
sendiri).
5) Webster‟s Dictionary
“Agama adalah percaya kepada Tuhan atau kekuatan super human atau
kekuatan yang di atas dan disembah sebagai pencipta serta pemelihara
alam semesta.”28
Agama sebagaimana yang dikatakan Dwi Narwoko secara mendasar dan
umum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang
28
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2011), h, 30.
20
mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan
Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan
mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya.29
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa agama adalah sesuatu yang
menghubungkan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya,
dan manusia dengan lingkungannya. Agama juga bisa diartikan kembali
kepada jalan yang benar, yaitu jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Pengertian agama menurut Glock & Stark dalam Djamaluddin Ancok
dan Fuat Nashori adalah “sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan
sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada
persoala-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.”30
Agama adalah risalah yang dissampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai
petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan
manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyataserta mengatur
hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat seta
alam sekitarnya.
Dalam bahasa Arab agama berarti ad-Din, dalam tuturan orang Arab,
kata ad-din digunakan untuk menunjukkan lebih dari satu makna, diantaranya
adalah:
1) Makna kekuasaan, otoritas, hukum, dan perintah. Orang arab mengatakan
daana an-nasu yang artinya dia memaksa manusia untuk tunduk dan
dantuhu yang berarti saya menguasanya dan memilikinya.
2) Makna ketaatan, peribadatan, pengabdian, dan ketundukkan pada
kekuasaan dan dominasi tertentu. Orang arab mengatakannya dengan
dintuhum padaanu yang artinya aku memaksa mereka dan merekapun
taat.
29
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Penerapan,
(Jakarta: Kencana, 2011), h, 248.
30
Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, (Solusi Islam atas
Problem-problem Psikologi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 76.
21
3) Hukum, undang-undang, jalan, mazhab, agama, tradisi, dan taklid. Orang
arab mengatakan maadala dzalika dini wa didani yang artinya hal itu
tetap merupakan kebiasaanku dan tradisiku.
4) Balasan, imbalan, pemenuhan, dan perhitungan. Contohnya dapat kita
lihat dalam peribahasa arab yang mengatakan kamatadayanatadanayang
artinya kamu berbuat kepada orang lain, dan orang lain berbuat
kepadamu.31
Biasaanya, orang Arab menggunakan kata ad-din dalam makna tertentu
untuk satu kesempatan dan makna lain dalam kesempatan lain. Artinya,
pemakaian bahasa mereka sangat variatif karena disesuaikan dengan konteks
kebutuhan yang terjadi. Dengan demikian, kata ad-din, bersifat ambigu.
Setelah al-Quran turun, istilah ad-din mengalami kejelasan makna dengan
tetap bersandar pada empat makna etimologis di atas. Makna yang dimaksud
adalah yang menguasai dan memiliki otoritas yang tinggi (ilahiah), ketaatan
dan pengakuan terhadap kekuasaan dan otoritas dari pengikut ad-din, sistem
berpikir ilmiah yang dilahirkan dari sistem otoritas dan kekuasaan, dan
imbalan yang diberikan secara penuh oleh pemegang otoritas kepada pengikut
sistem melalui ketundukan dan keikhlasan atau balasan karena tidak menaati
sang pemegang otoritas. Untuk kepentingan tersebut, Abu al-„Ala al-Maududi
menyusun definisi ad-din berdasarkan makna-makna tersebut yang kemudian
beliau menghubungkan dengan ayat-ayat al-Quran. Hasil penyusunan beliau
adalah definisi ad-din berdasarkan surat al-mu‟min: 65, az-zumar:11, dan 14,
an-nahl: 52, yunus: 104, dan al-infithar: 17-19, yaitu sistem kehidupan yang
sempurna dan meliputi aspek-aspek kehidupan yang bersifat keyakinan,
penalaran, akhlak, dan pengamalan. Sesungguhnya, Allah SWT telah
menjelaskan bahwa sistem kehidupan yang diridhai Allah adalah sistem yang
dibangun atas ketaatan dan keikhlasan untuk menghambakan diri kepada
Allah semata. Dengan demikian, ad-din dapat didefinisikan melalui definisi
yang mencakup seluruh makna etimologis dan makna qur‟aniah, yaitu
31
Abdurrahman dan An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h,22-23.
22
hubungan ketundukan, kepatuhan, dan penghambaan yang melalui itu,
manusia dapat mengetahui Yang menciptakan, Yang Menghukum, Yang
Menjalankan aktivitas alam semesta, Yang Mahakuasa, Yang Mahaperkasa,
Yang menghidupkan, dan Yang mematikan. Allah telah menyusun sistem
yang sempurna dan mencakup berbagai aspek kehidupan. Dan manusialah
yang bertugas berjalan di atas sistem tersebut dan memahami balasan Allah
untuk mereka pada hari perhitungan nanti.32
Fairuzzabad dalam karyanya, yang di kutip oleh Muhammad Alim,
dalam kamus al-Muhith, menerangkan bahwa dien memiliki arti
kemenangan, kekuasaan, kerajaan, kerendahan, kemuliaan, perjalanan,
paksaan dan peribadatan. Selanjutnya pengertian al-dien di dalam kamus
al-Munjid, mengandung banyak makna, antara lain: balasan dan pahala,
ketentuan, kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat, patuh, dan kebiasaan.
Dalam bahasa Semit, al-dienberarti undang-undang atau hukum.33
Harun Nasution, dalam hal ini membantu kita menyimpulkan beberapa
definisi agama tersebut. Menurutnya, agama dapat diberi definisi sebagai
berikut:
1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib
yang harus dipatuhi
2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia
3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia
4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu
5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari
kekuatan gaib
6) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah
dan perasaan takut terhadap kekuataan misterius yang terdapat dalam
alam sekitar manusia
7) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
Rasul.34
Berbagai definisi di atas di samping memperlihatkan adanya perhatian
para ahli terhadap agama juga berarti bahwa agama tidak lepas dari respon
32
Ibid, h.23.
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2011), h, 28.
34
Ibid, h, 31
33
23
manusia terhadapnya. Dengan demikian, kesulitan akan terjadi apabila ada
orang memaksakan definisi yang dibuatnya untuk diberlakukan pada semua
agama. Selanjutnya mari kita meninjau definisi-definisi agama yang
dikemukakan oleh para ulama Islam, antara lain sebagai berikut:
1) Mahmud Syaltut
“Agama adalah ketetapan-ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada NabiNya untuk menjadi pedoman hidup manusia.”
2) Syaikh Muhammad Abdullah Badran
“Agama adalah hubungan antara dua pihak dimanayang pertama
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada yang kedua.”
3) Al-Syihristani
“Agama adalah ketaatan serta kepatuhan, dan terkadang bisa diartikan
sebagai pembalasan dan perhitungan terhadap amal perbuatan di akhirat.”
4) Al-Tahanwy
“Agama adalah institusi yang mengarahkan orang-orang yang berakal
dengan kemauan mereka sendiri untuk memperoleh kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat.”
5) K.H.M. Thaib Thahir Abdul Mu‟in
“Agama adalah sebagai peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seorang
yang mempunyai akal memegang peraturan Tuhan itu dengan
kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat.”
6) T. M. Hasbi Ash Shiddiqy
“Agama adalah dustur Ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi
pedoman hidup dan kehidupan manusia di alam dunia untuk mencapai
kesejahteraan dunia dan kesentosaan akhirat.”
7) Djarnawi Hadikusumo
“Agama adalah tuntunan Allah kepada manusia untuk berbakti dan
menyembah kepada Tuhan serta berbuat kebajikan di atas dunia.”35
35
Ibid, h, 31-32.
24
Dari definisi-definisi agama menurut ulama Islam dapat disimpulkan
bahwa, agama berisi peraturan-peraturan yang Allah berikan kepada manusia.
Agama pula sebagai pedoman hidup manusia yang bertujuan membuat
manusia baik di dunia dan bahagia di akhirat.
b. Unsur-unsur Agama
Dari beberapa definisi agama yang telah dikemukakan di atas, akhirnya
kita dapat memformulasikan ada empat unsur penting yang secara subtansif
harus ada pada tiap sesuatu yang disebut agama. Tanpa adanya keempat unsur
pokok itu, maka formulasi itu tidak dapat dikategorikan sebagai suatu agama.
Unsur-unsur penting itu sebagaimana dijelaskan oleh Harun Nasution sebagai
berikut.
Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib
tersebut dapat mengambil bentuk yang bermacam-macam. Dalam agama
primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda-benda yang
memiliki kekuatan misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada bendabenda yang memiliki kekuatan misterius, dewa-dewa dan Tuhan atau Allah
dalam istilah yang lebih khusus dalam agama Islam. Kepercayaan pada
adanya Tuhan adalah sebagai dasar yang utama sekali dalam setiap paham
keagamaan. Tiap-tiap agama kecuali Budhisme yang asli dan beberapa agama
lain berdasar atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib, dan cara hidup
tiap-tiap manusia yang percaya pada agama di dunia ini amat erat
hubungannya dengan kepercayaan tersebut.
Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik
dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan yang baik
itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula. Hubungan
baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peribadatan, selalu mengingatNya, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjahui larang-Nya.
25
Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional manusia. Respons tersebut
dapat mengambil bentuk rasa takut, seperti yang ada pada agama primitif,
atau perasaan cinta seperti yang terdapat pada agama-agama monoteisme.
Selanjutnya respons tersebut dapat pula mengambil bentuk penyembahan
seperti yang terdapat pada agama-agama monotaisme, dan pada akhirnya
respons tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat
yang bersangkutan.
Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam
bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran
agama
yang
bersangkutan,
tempat-tempat
tertentu,
peralatan
untuk
menyelanggarakan upacara dan sebagainya.36
Dengan demikian dapat dipahami bahwa unsur agama ada empat, yaitu
pecaya kepada yang gaib, percaya bahwa kehidupan di dunia dan di akhirat
telah dirancang oleh yang gaib, adanya respon dari manusia, dan percaya
bahwa yang gaib itu suci.
3. Budaya Bergama
Budaya beragama dalam penelitian ini memiliki makna yang sama
dengan “suasana religius atau suasana keagamaan.” Adapun makna suasana
keagamaan menurut M. Saleh Muntasir adalah “suasana yang memungkinkan
setiap anggota keluarga beribadah, kontak dengan Tuhan dengan cara-cara
yang telah ditetapkan agama, dengan suasana tenang, bersih dan hikmat.
Sarananya adalah selera religius, selera etis, estetis, kebersihan, itikad religius
dan ketenangan.”37
Budaya beragama di sekolah merupakan cara berfikir dan cara bertindak
warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religious (keberagamaan).
Budaya beragama disekolah merupakan sekumpulan nilai-niai agama yang
diterapkan di sekolah, yang meliputi : perilaku, tradisi, kebiasaan, keseharian
dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga sekolah, atau
36
Ibid, h, 33-34.
M. Saleh Muntasir, Mencari Evidensi Islam (Analisa Awal Sistem Filsafat, Strategi
dan Metodologi Pendidikan Islam), (Jakarta: Rajawali, 1985), h. 120.
37
26
perilaku-perilaku juga pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan dalam
lingkungan sekolah sebagai salah satu usaha untuk menanamkan akhlak mulia
pada diri anak.
a.
Penciptaan Budaya Beragama
Penciptaan budaya beragama, berati menciptakan suatu kebudayaan religi
atau pembiasaan diri yang merupakan penerapan hasil pengetahuan tentang
agama dan menumbuhkan sikap yang berjiwa Islami. Sikap dan berjiwa
Islami tersebut dicerminkan pada perilaku serta keterampilan hidup peserta
didik dan warga sekolah lainnya.
b. Pembiasaan Budaya Beragama
Pembiasaan adalah merupakan alat pendidikan yang penting sekali,
terutama pada anak. Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturanperaturan dengan jalan membiasakan dengan perbuatan-perbuatan yang baik,
di dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah, dan di tempat lain.38
Pembiasaan meupakan proses penanaman kebiasaan, membuat sesuatu
atau seseorang menjadi biasa atau terbiasa melaksanakan perilaku-perilaku
agamis sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pembiasaan merupakan salah satu
metode pendidikan yang penting. Agara anak memiliki akhlak terpuji, maka
anak tersebut harus terlebih dahulu dibiasakan untuk melakukan perilakuperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Jika seorang melakukan suatu
kegiatan secara terus menerus, maka kegiatan tersebut akan mejadi suatu
kebiasaan, dan jika suatu kegiatan sudah menjadi suatu kebiasaan, maka
orang tersebut akan dapat melaksanakan sesuatu dengan mudah dan senang
hati.
Menurut Ngalim Purwanto, supaya pembiasaan itu dapat segera tercapai
dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain:
1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu
mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan.
38
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 177.
27
2) Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan
secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang
otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.
3) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh
terhadap pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan memberi
kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah
ditetapkan itu.
4) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi
pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.39
Sebagaimana yang dikemukakan Ramayulis materi pembiasaan yang
dapat diterapkan kepada anak adalah sebagai berikut:
1) Akhlak, berupa pembiasaan untuk bertingkah laku yang baik, seperti
berbicara dan bersikap sopan santun, berpakaian yang bersih dan rapi.
2) Ibadat, berupa pembiasaan untuk salat berjamaah di masjid, mengucap
salam sewaktu masuk kelas, membaca basmalah dan hamdalah ketika
memulai dan menyudahi kegiatan.
3) Keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman sepenuh jiwa dan
hatinya,
dengan
memberikan
pengertian
kepada
anak
untuk
memperhatikan alam sekitar, penciptaan langit dan bumi, dan
sebagainya.
4) Sejarah, berupa pembiasaan agar anak membaca dan mendengarkan
mengenai sejarah kehidupan Rasulullah serta para sahabat, kemudian
anak-anak mampu menanamkan semangat jihad pada dirinya.40
Beberapa ahli mengemukakan teori yang berkaitan dengan pembiasaan,
antara lain:
1) Teori Thorndike sebagaimana yang diterjemahkan oleh Tri Wibowo yang
dituliskan oleh B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson
Teori ini dikenal dengan connectionism (perhatian, pertautan) karena dia
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses hubungan antara stimulus
39
Ibid. , h. 178.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h. 185.
40
28
dan respon. Sebelum tahun 1930, teori Thorndike mencakup hukum law
of exercise (hukum latihan) yang terdiri dari dua bagian, yaitu:
a) Koneksi antar stimulus dan respon akan menguat saat keduanya
dipakai. Melatih koneksi (hubungan) antar situasi yang menstimulasi
dengan suatu respon akan memperkuat hubungan di antara
keduanya. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of us
(hukum penggunaan). Berdasarkan teori di atas, agar belajar mampu
mencapai hasil yang baik maka harus ada latihan. Seseorang yang
sering melakukan latihan, maka hasilnya akan lebih baik dan
menjadi kebiasaan yang positif.
b) Koneksi antara situasi dan respon akan melemah apabila praktik
hubungan dihentikan. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law
of disuse (hukum ketidakgunaan).41
2) Teori Operant Conditioning B.F. Skinner sebagaimana yang dituliskan
oleh Sri Esti Wuryani
Operant
(perilaku
diperkuat
jika
akibatnya
menyenangkan)
merupakan tingkah laku yang ditimbulkan oleh organism. Operant
Conditioning dikatakan telah terbentuk bila dalam frekuensi telah terjadi
tingkah laku operant yang bertambah atau bila timbul tingkah laku
operant yang tidak tampak sebelumnya.
Pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning antara lain
sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcement bagi
tingkah laku yang akan dibentuk itu.
b) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi aspek-aspek kecil yang
membentuk tingkah laku yang dimaksud.
c) Mempergunakan secara urut aspek-aspek itu sebagai tujuan
sementara kemudian diidentifikasi reinforcer untuk masing-masing
aspek.
41
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theori of Learning(Teori Belajar),
Penerjemah: Tri Wibowo (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 65.
29
d) Melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan
aspek-aspek yang telah disusun itu.42
3) Teori Belajar Asosiatif Ivan Pavlov sebagaimana yang dikatakan Bimo
Walgito
Berdasarkan hasil eksperimen Ivan Pavlov terhadap seekor anjing, di
mana anjing yang semula tidak mengeluarkan air liur ketika mendengar
bunyi bel menjadi mengeluarkan air liur meskipun tidak ada makanan.
Berdasrkan
hasil
eksperimen
tersebut,
Pavlov
menyimpulkan
bahwasanya perilaku itu dapat dibentuk melalui sesuatu kebiasaan,
misalnya anak dibiasakan mencuci kaki sebelum tidur, atau mebiasakan
menggunakan tangan kanan untuk menerima suatu pemberian dari orang
lain.43
c.
Budaya Beragama (Religious Culture) dan nilai-nilai akhlak
yang dikembangkan di sekolah.
Budaya beragama (religous culture) yang diterapkan di sekolah ini
memiliki tujuan yang ingin dicapai, salah satunya adalah menanamkan akhlak
mulia pada diri pribadi peserta didik.44 Budaya beragama di sekolah seperti :
membaca do‟a sebelum mulai pelajaran, tadarus sebelum masuk jam
pelajaran, seenyum, menyapa masyarakat sekolah, memberi salam pada guru,
sholat berjama‟ah, dan lain-lain.
d. Proses Terbentuknya Budaya Beragama (Religious Culture)
Sekolah
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh praktisi pendidikan
untuk membentuk budaya religius sekolah sebagaimana yang dkatakan oleh
Ahmad Tafsir, antara lain:
42
Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. GRASINDO, 2006), h. 133.
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2003), h.
43
171.
44
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 169
30
1) Memberikan contoh (teladan)
2) Membiasakan hal-hal yang baik
3) Menegakkan disiplin
4) Memberikan motivasi dan dorongan
5) Memberikan hadiah terutama psikologis
6) Menghukum (mungkin dalam rangka kedisiplinan)
7) Penciptaan suasana religius yang berpengaruh bagi pertumbuhan anak.45
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiasaan budaya
beragama ini bisa diterapkan kepada siswa dengan cara guru mencontohkan
kepada siswa. Guru di sin imenjadi pedoman terciptanya budaya beragama.
Pembiasaan budaya beragama ini dengan cara memberi teladan kepada
siswa. Nilai-nilai agama yang intenalisasi ke siswa tidak akan berjalan baik
jika hanya di pandu oleh guru Pendidikan Agama Islam saja. Budaya
beragama di sekolah perlu adanya kerjasama antar guru-guru mata pelajaran
lain, kepala sekolah, dan organisasi sekolah.
Budaya beragama yang dimaksudkan di sini adalah mengintegrasi nilai-nilai
agama yang ada di sekolah, yang bertujuan menanamkan nilai-nilai agama
Islam yang diperoleh siswa dari hasil pembelajaran di sekolah, agar menjadi
kebiasaan siswa dalam berperilaku baik di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penulisan skripsi ini didukung oleh hasil penelitian yang relevan, yaitu
yang ditulis oleh:
1.
Mulatsih, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta yang
berjudul “Implementasi Religious Culture dalam Pendidikan Agama
Islam (Study Kasus di SMK N Wonosari Gunung Kidul)” tahun
45
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 112.
31
2013.Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa religious
culture di SMK N Wonosari Gunung Kidul sudah terlaksana, hasil ini
ditandai oleh adanya kegiatan-kegiatan beragama di sekolah seperti:
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an, kegiatan keagamaan di hari Jum‟at, infak,
TPA Jum‟at sore, pembiasaan solat Duha dan solat Zuhur berjama‟ah,
bakti sosial, perpustakaan agama, pembiasaan 3S, do‟a bersama, manasik
haji, PHBI, pengajian akhir semester, ekstrakurikuler keagamaan,
khatmil Qur‟an, kantin kejujuran, pesantren Ramadhan, dan jabat tangan
di pagi hari.46
2.
Siti Muawanatul Hasanah, Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Islam
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang berjudul “Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Agama di Komunitas
Sekolah: Studi Kasus di SMK Telkom Sandhy Putra Malang” Tahun
2009. Penelitian ini difokuskan pada kepemimpinan kepala sekolah
dalam mengembangkan budaya agama di komunitas sekolah: studi kasus
di SMK Telkom Sandhy Putra Malang. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
menjelaskan budaya agama di SMK Telkom Sandhy Putra Malang. (2)
menjelaskan strategi kepala sekolah dalam pengembangan budaya agama
di SMK Telkom Sandhy Putra Malang. (3) menjelaskan dukungan warga
sekolah dalam mengembangkan budaya agama di SMK Telkom Sandhy
Putra Malang.47
3.
Badrus Soleh, Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Islam UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang yang berjudul “Peran Kepala Sekolah dalam
Pengembangan Budaya Islami di SMA Negeri 2 Jember”. Penelitian ini
difokuskan kepada peran kepala sekolah dalam pengembangan budaya
Islami di sekolah. Kepala sekolah adalah “the key person” keberhasilan
pelaksanaan otonomi sekolah. Ia bertanggungjawab dalam mengelola dan
46
Mulatsih, Implementasi Religious Culture dalam Pendidikan Agama Islam (Study
Kasus di SMK N Wonosari Gunung Kidul), (Yogyakarta: Universitas Negeri Sunan Kalijaga,
2013).
47
Siti Muawanatul Hasanah, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Mengembangkan Budaya Agama di Komunitas Sekolah: Studi Kasus di SMK Telkom Sandhy
Putra Malang, (Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2009).
32
memberdayakan berbagai sumber yang tersedia untuk mewujudkan visi,
misi, dan tujuan sekolah. Kepala sekolah harus mampu berperan sebagai
innovator, dan motivator dalam pengembangan budaya Islami di
sekolah.48
48
Badrus Soleh, Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Budaya Islami di
SMA Negeri 2 Jember, (Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2010).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakanmulai dari hari Kamis, 18September sampai
30 September 2014. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Triguna Utama.
B. Latar Penelitian
SMK Triguna Utama bertempat di Jalan Ir. H. Juanda Km. 2Rt. 02/RW.
04Desa CempakaPutihKecamatan Ciputat Timur Kode Pos 15412. Berada pada
posisi strategis dekat dengan berbagai fasilitas pemerintah antara lain Kampus
UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatulloh Jakarta, JORR (Jakarta Outer
Ring Rood), dan wilayah perbatasan antara Pusat Ibu Daerah Khusus Ibu Kota
(DKI) Jakarta dengan Wilayah Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. SMK
Triguna Utama kedepan memiliki peranan yang penting khususnya dalam
menyediakan tenaga kerja dan pembentukan generasi muda bangsa yang berada di
posisi strategis sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat di masa yang akan
datang.
Penelitian akan dilakukan di sekolah. Penelitian akan dilakukan dengan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada
Kepala Sekolah SMK Triguna Utama, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan,
Guru Pendidikan Agama Islam SMK Triguna Utama, dan beberapa siswa SMK
Triguna Utama. Observasi dilakukan di lingkungan sekolah, mengamati budaya
beragam ayang telah diterapkan di sekolah. Dokumentasi juga dilakukan di
sekolah guna memperkuat terlaksananya budaya beragama di sekolah.
C. Metode Penelitian
Penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI)
terhadap Budaya Beragama di SMK Triguna Utama” ini adalah jenis penelitian
kualitatif yang termasuk dalam jenis penelitian lapangan, yaitu penelitian dengan
33
34
cara terjun langsung ke lokasi penelitian.1 Metode yang digunakan adalah metode
kualitatif,
sehingga
pengumpulan
datanya
dilakukan
dengan
observasi,
wawancara, dan metode lain yang bersifat deskriftif untuk mengungkap proses
terjadinya peristiwa yang dialami subjek penelitian.
D. ProsedurPengumpulan dan Pengolahan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
1.
Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstuksikan makna
dalam suatu topik tersebut.2 Pelaksanaan waawancara terdiri dari dua belah
pihak, yaitu pencari informasi dan yang memberi informasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara
mendalam. Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan informan, atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.3
Wawancara mendalam dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai budaya beragama yang diterapkan SMK Triguna Utama.
2.
Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan kegiatan keseharian manusia dengan
dengan menggunakan panca indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut,
dan kulit. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan.4 Observasi yang dilakukan oleh peneliti digunakan untuk
mengamati budaya beragama yang diterapkan di SMK Triguna Utama.
1
Joko Subagyo, Metologi Penelitian Teori dan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), h.
109
2
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h, 72.
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008), h. 108.
4
Ibid. , h. 115
3
35
3.
Teknik Dokumentasi
Metode dokumen adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis.5 Teknik ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data mengenai
kegiatan yang terjadi selama pembiasaan dilakukan dan mengambil data-data
sekolah yang diperlukan.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Tekknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik
sampeling yang digunakan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik non
probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi yang dipiling
menjadi sampel. Penelitian ini menggunakan jenis purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.6
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada.7 Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik. Menguji keabsahan data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 8 Teknik
penelitian yang dibandingkan oleh peneliti adalah dokumentasi dan observasi.
5
Ibid. , h. 121
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h, 54.
7
Sugiyono, Memahami Penelitian Kuaitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h, 83.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h, 373.
6
36
G. Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian
dari hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil dokumentasi. Data Analisis data
yang digunakan adalah analisis data secara deskriptif.
Analisis data penelitian deskriptif kualitatif adalah proses mengolah,
memisahkan, mengelompokkan dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan
di lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang
terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan hasil
penelitian.9
Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan untuk mendeskripsikan data
adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada h-h yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.10 Reduksi data dilakukan dengan
mengkaji mengenai perkembangan budaya beragama siswa.
2. Data Display
Data display atau penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat,
bagan,
hubungan
antar
kategori,
flowchart,
dan
sejenisnya.11Display data yaitu mensistematiskan data secara jelas
dalam bentuk uraian yang jelas untuk mengungkap budaya beragama
di SMK Triguna Utama
3. Pengambilan Kesimpulan
9
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptf Kualitatif, (Jakarta: GP Press Group,
2013), h, 120.
10
ibid, h, 199.
11
Sugiyono, op.cit., h, 95.
37
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikunya.12
12
ibid, h, 99.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Sekolah
1. Profil Sekolah
a. Visi dan Misi
Persaingan dan tantangan kehidupan di masa yang akan datang pastinya berat.
SMK Triguna Utama sebagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan
menengah kejuruan, mempunyai VISI dan MISI untuk menjawab tantangan
tersebut sebagai berikut:
VISI
Menjadikan SMK Triguna Utama yang terampil, unggul, berbudaya, beradab
dan berkeberadaban di tingkat Lokal, Nasional maupun Global.
MISI
1) Melaksanakan pendidikan agar sekolah menghasilkan tenaga yang terampil.
2) Menyelenggarakan Pelatihan agar sekolah unggul, berbudaya, beradap dan
berkeberadaban dalam persaingan Lokal, Nasional maupun global.
3) Menjadikan Sekolah sebagai kebanggan masyarakat.
4) Menjadikan Lingkungan sekolah cermin Dunia Usaha dan Industri.
5) Menciptakan kultur sekolah yang memiliki budi pekerti luhur, beriman dan
bertaqwa ke pada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Tujuan Sekolah
1) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif,
mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di
DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan
Kompetensi Keahlian pilihannya.
2) Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih
dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
38
39
mengembangkan sikap profesional dalam Kompetensi Keahlian
yang diminatinya.
3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik
secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
c. Lingkungan Sekolah
SMK Triguna Utama bertempat di Jalan Ir. H. Juanda Km. 2Rt. 02/RW.
04Desa CempakaPutihKecamatan Ciputat Timur Kode Pos 15412. Berdiri diatas
tanah seluas 2800 m2 dengan luas bangunan sebesar 1291 m2. Berada pada posisi
strategis dekat dengan berbagai fasilitas pemerintah antara lain Kampus UIN
(Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatulloh Jakarta, JORR (Jakarta Outer Ring
Rood), dan wilayah perbatasan antara Pusat Ibu Daerah Khusus Ibu Kota (DKI)
Jakarta dengan Wilayah Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. SMK Triguna
Utama kedepan memiliki peranan yang penting khususnya dalam menyediakan
tenaga kerja dan pembentukan generasi muda bangsa yang berada di posisi
strategis sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat di masa yang akan datang.
d. Keadaan Sekolah
Keadaan SMK Triguna Utama adalah sekolah standart Nasional dengan
predikat Terakreditasi “A” serta memiliki system managemen berdasarkan
standart mutu ISO 9001:2008 .Sepintas kegiatan penunjang di SMK Triguna
Utama antara lain meliputi:
1) Ruang Administrasi terdiri atas Ruang Guru,ruang Tata Usaha dan Ruang
Kepala Sekolah.
2) Ruang Kegiatan Belajar terdiri atas ruang kelas, Bengkel Praktek/workshop/
laboratorium Fisika, kimia dan Biologi, Lab Bahasa, Lab Komputer, dan
Moving Class.
3) Ruang Penunjang Lainnya yaitu Aula, Ruang Sanggar, Hall, Kantin sekolah,
Gudang dan Toilet.
40
e. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
SMK Triguna Utama berdiri pada tahun 1972. Pergantian periode Jabatan
Kepala sekolah dilaksanakan setiap 3 (Tiga) Tahun sekalai secara demokratis.
Sam dengan saat ini pergantian pejabat kepala sekolah sudah terjadi sebanyak
lebih dari 12 Kali, dimana pada setiap pergantian jabatan selalu diikuti
perkembangan sekolah secara khas pada kemajuan masing – masing bidang,
khususnya dalam bidang kompetensi Kejuruan.
Dalam melaksanakan tugasnya kepala Sekolah dibantu oleh tenaga
kependidikan. Saat ini sekolah memiliki 38 orang guru dengan perincian 16 Orang
sebagai GTY (Guru Tetap yayasan) dan 22 Orang GTT (Guru Tidak Tetap
yayasan).dari 38 guru sebanyak 10 % guru telah bersertifikat guru professional, 15
% Guru telah bergelar S-2, dan seluruh tenaga pendidik bergelar S-1 sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
Disamping itu Tenaga Kependidikan yang ada di SMK Triguna Utama
berjumlah 12 orang terdiri atas 1 Kepala Tata Usaha, 2 staf Tata Usaha, 2
Bendahara, 4 Toolman dan 4 tenaga kebersihan.
f. Peserta Didik
Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2014/2015 seluruhnya
1006
Peserta didik. Kondisi tersebut dibagi menjadi beberapa Program study yaitu,
Teknik Otomotif, Teknik Mesin, Teknik Listrik, Adminitrasi Akuntansi, dan
Administrasi Perkantoran Jumlah peserta didik pada Program Study Akuntansi =
94 Peserta didik, Prgram Perkantoran = 171 Peserta didik, Teknik Otomotif= 568
Peserta didik. Teknik Mesin = 111 Peserta didik, dan Teknik Listrik = 173 Peserta
didik.
Separuh dari peserta didik berasal dari DKI Jakarta dan separuhnya lagi dari
tangerang dengan latar belakang orang tua yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
10,92 %, Pegawai Swasta 42,11 %, Buruh 57,15 % dan pedagang 13,92 %.
41
g. Prestasi Sekolah
Banyak prestasi yang telah diraih oleh SMK Triguna Utama baik bidang
akademis atau non akademis, didalam perlombaan dari 18 kali perlombaan 2 kali
masuk mewakili tingkat nasional (11%). Prosentasi kejuaraan mendapatkan juara
1 sebanyak 72 % pada tingat Kota Tangerang Selatan dan 27 % mendapatkan
juara 2 pada periode tahun 2010/2011.
h. Struktur dan Muatan Kurikulum
SMK Triguna Utama memiliki lima program studi di antaranya:
1) Program Studi Teknik Instalasi Tenaga Listrik
2) Program Studi Pemeliharaan Mekanik industry
3) Program Studi Teknik Kendaraan Ringan
4) Program Studi Bisnis Manajemen (Kompetensi Keahlian Administrasi
Perkantoran)
5) Program Studi Bisnis Manajemen (Kompetensi Keahlian Akuntansi)
i. Mata Diklat (Kompetensi Keahlian) Program Umum
Materi diklat yang disamkan pada semua Program study di SMK Triguna
Utama meliputi :
1) Mata Diklat Formatif
a) Pendidikan Agama
b) Pendidikan Kewirausahaan
c) Bahasa Indonesia
d) Pendidikan Jasmani dan Olah Raga
e) Seni Budaya
2) Mata Diklat Adaftif:
a) Matematika
b) Bahasa Inggris
c) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
d) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
e) Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI)
42
f)
Kewirausahaan
j. Mata Diklat (Kompetensi Keahlian) Program Khusus (Kejuruan
Produktif)
1) Program Studi Teknik Instalasi Tenaga Listrik
Dasar Kompetensi Kejuruan:
a) Menganalisis
Rangkaian
Listrik
b) MenggunakanHasilPengukura
n
c) Menafsirkan Gambar Teknik
Listrik (GTL)
d) MelakukaPekerjaan
Mekanik
Gambar 4.1
Dasar
e) Menerapkan Keselamatan dan kesehatan Kerja
Kompetensi Kejuruan
a) Memahami Dasar-Dasar Elektronika
b) Memahami Pengukuran Komponen Elektronika
c) Merawat Peralatan Rumah Tangga Listrik
d) Memperbaiki Peralatan Rumah Tangga Listrik
e) Memasang Instalasi Penerangan Listrik Bangunan Sederhana
f) Memasang Instalasi Tenaga Listrik Bangunan Sederhana
g) Memasang Instalasi Penerangan Listrik Gedung Bertingkat
h) Memasang Instalasi Tenaga Listrik Gedung Bertingkat
i) Memperbaiki motor listrik (Mesin-Mesin Listrik / ML)
j) Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektronika (plus PLC)
k) MengoperasikanPeralatan Pengendali Daya Tegangan Rendah
(PDTR)
l) Mengoperasikan Sistem Pengendali Elektromagnetik (RPD)
m) Memasang Sistem Pentahanan Instalasi Listrik.
n) Merawat Panel Listrik dan switchgear.
43
 Muatan Lokal
a) Baca Tulis Al-Qur’an
b) English Mooving Clash
c) Teknik Audio Vidio
2) Program Studi Pemeliharaan Mekanik Industri
Dasar Kompetensi Kejuruan:
a) Menjelaskan Dasar Kekuatan
Bahan & Komponen Mesin
b) MenjelaskanPrinsipDasar
Kelistrikan
&
Konversi
Energi
Gambar 4.2
c) Menjelaskan Prinsip Dasar Perlakuan Logaml
d) Menjelaskan Proses Dasar Kejuruan Mesin
e) Menerapkan Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)
Kompetensi Kejuruan:
a) Memindahkan Material Secara Manual
b) Menggunakan Peralatan Pembanding / Alat Ukur Dasar
c) Mengukur dengan Alat Ukur Mekanik Presisi
d) Menggunakan Perkakas Tangan
e) Menggunakan Perkakas Bertenaga / Operasi Digenggam
f) Menggunakan Mesin Untuk Operasi Dasar
g) Melakukan Rutinitas Las Oksi-Asetilen (Las Karbit)
h) Melakukan Rutinitas Pengelasan Menggunakan Las Busur
Manual / Las Gas (Metal)
i) Membaca Gambar Teknik
j) Memonitor dan Mencatat Kondisi Peralatan
k) Mendatarkan
&
Menyebariskan
Mesin
/
Komponen
Permesinan
l) Membongkar / Memperbaiki / Mengganti / Merakit dan
Memasang Komponen Permesinan
44
m) Memelihara & Memperbaiki Rakitan Penggerak / Pmb Mkn
n) Memelihara Komponen Sistem Hidrolik.
o) Memelihara & Memperbaiki Komponen Sistem Hidrolik
p) Memelihara Komponen Sistem Pneumatik
q) Memperbaiki Komponen System Pneumatik
r) Mendiagnosa
dan
memperbaiki
Kesalahan
pada
Peralatan/komponen listrik AC/DC samp dgn 240V
s) Memperbaiki/mengoreksi kesalahan pd rangkaian listrik
 Muatan Lokal
a) Baca Tulis Al-Qur’an
b) English Mooving Clash
c) Merawat/membongkar,memperbaiki motor bensin.
3) Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Dasar Kompetensi Kejuruan:
a) Memahami
dasar-dasar
kejuruan mesin
b) Memahami
proses-proses
dasar pembentukan logam
c) Menjelaskan
Proses-proses
Gambar 4.3
mesin konversi energi
d) Menginterpretasikan gambar teknik
e) Menerapkan Prosedur keselamatan, K3.
f) Meng.Per dan perlengkapan ditempat kerja
g) Menggunakan alat-alat ukur (measuring tools)
Kompetensi Kejuruan:
a) Memperbaiki sistem hidrolik dan kompresor udara
b) Melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian,pemtPanas
c) Mengoverhaul sistem pendingin dan komponen-komponenya
d) Memelihara/servis sistem bahan bakar bensin
45
e) Memperbaiki sistem injeksi bahan bakar diesel
f) Memelihara/servis engine dan komponen-komponennya
g) Memperbaiki unit kopling dan komp.sistem pengoperasian
h) Memelihara transmisi
i) Memelihara unit final drive/gardan
j) Memperbaiki poros penggerak roda
k) Memperbaiki roda dan ban
l) Memperbaiki sistem rem
m) Memperbaiki sistem kemudi
n) Memperbaiki sistem suspensi
o) Memelihara Baterai
p) Memp.kerusakan ringan Rangk./ sistem kelistrikan,pengaman
q) Memperbaiki sistem pengapian
r) Memperbaiki sistem starter dan pengisian
s) Memelihara/servis sistem AC (Air Conditioner)
 Muatan Lokal
a) Baca Tulis Al-Qur’an
b) Teknik sepeda motor matic dan Konvensional
c) English Conversation
4) Program Keahlian Administrasi Perkantoran
Dasar Kompetensi Kejuruan:
a) Memahami Prinsip Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran
b) Mengaplikasikan
Keterampilan
Dasar
Komunikasi
c) Menerapkan
Kerjasama
Prinsip-Prinsip
dengan
Kolega
Dan Pelanggan
d) Mengikuti Prosedur keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Kompetensi Kejuruan:
Gambar 4.4
47
c) Memproses Dokumen Dana Kas di Bank
d) Memproses Entri Jurnal
e) Memproses Buku Besar
f) Mengelola Kartu Piutang
g) Mengelola Kartu Persediaan
h) Mengelola Kartu Aktiva Tetap
i) Mengelola Kartu utang
j) Menyajikan Laporan Harga Pokok Produk
k) Menyusun Laporan Keuangan
l) Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak
m) Mengoperasikan Paket Program pengolah Angka/Spreadsheet
n) Mengoperasikan Aplikasi Komputer Akuntansi
 Muatan Lokal
a) Baca Tulis Al-Qur’an
b) Mengelola Usaha Koperasi Sekolah dan Usaha Bengkel
c) Teori produktif
d) Praktik
48
Gambar 4.6
Tampak depan gedung SMK
dan SMA Triguna Utama
Gambar 4.7
Tampak dalam gedung SMK
Triguna Utama
Gambar 4.8
Masjid SMK dan SMA Triguna Utama
49
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Untuk mendapatkan data maka peneliti melakukan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Dari observasi peneliti mengamati budaya-budaya beragama yang
terlaksana di SMK Triguna Utama dan pelaksanaan pembelaaran Pendidikan
Agama Islam di dalam kelas.Untuk wawancara peneliti melakukan wawancara
dengan Kepala Sekolah SMK Triguna Utama, Wakil Kepala Sekolah SMK
Triguna Utama, Guru Pendidikan Agama Islam, dan siswa.Untuk dokumentasi
peneliti mengambil data atau dokumen-dokumen sekolah dan mengambil gambar
tentang budaya beragama di SMK Triguna Utama.
Pada observasi peneliti melakukan tiga fase.Pertama yaitu fase pra observasi,
peneliti melaukan observasi untuk megetahui apakah ada budaya beragama di
SMK Triguna Utama. Kedua yaitu fase saat observasi, pada saat observasi dengan
waktu yang sudah ditentukan peneliti mengamati budaya apa saja yang diterapkan
di sekolah baik di dalam maupun di luar kelas. Ketiga fase pasca observasi pada
fase ini peneliti peneliti menemukan budaya beragama di SMK Triguna Utama
dimulai sejak memasuki gerbang sampai bel pulang sekolah berbunyi.
Wawancara yang digunakan oleh peneliti yaitu wawancara yang mendalam
meliputi budaya beragama apa saja yang dilaksanakan di SMK Triguna Utama.
Wawancara yang dilakukan dengan responden sesuai teknik purposive sampling
yaitu mengambilsumber data atas pertimbangan tertentu. Adapun wawancara
dilakukan oleh sumber yang menurut peneliti paling tahu akan budaya beragama
di sekolah, yaitu: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru Pendidikan
Agama Islam, dan beberapa siswa.
Teknik dokumentasi peneliti mengambil data atau dokumen-dokumen
sekolah seperti: gambaran umum tentang sekolah, data guru dan siswa dan lainlain. Selain mengambil data-data sekolah yang diperlukan peneliti mengambil
gambar tentang budaya beragama di sekolah.
50
C. Deskripsi Data
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Triguna Utama
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Triguna Utama masih
menggunakan kurikulum KTSP 2006. Dalam kurikulum KTSP Pendidikan
Agama Islam mencakup lima aspek, yaitu: al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, Fikih, dan
Sejarah Kebudayaan Islam.
Pada pembelaran Pendidikan Agama Islam di kelas X guru Pendidikan
Agama Islam menggunakan buku yang diterbitkan oleh mediatama. Kelima aspek
Pendidikan Agama Islam dalam buku ini mencakup:
a.
Al-Qur’an
Kajian al-Qur’an pada kelas X ini mencakup surat : al-Baqarah ayat 30, alMukminun ayat 12-14, az-Zariyat ayat 56, an-Nahl ayat 78, yang mengkaji
tentang perilaku manusia di muka bumi sebagai khalifah. Kemudia surat alAn’am ayat 162-163 dan al-Bayyinah ayat 5 yang mengkaji tentang
keihklasan dalam beribadah. Surat al-A’raf ayat 180 yang mengkaji tentang
sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Asmaul Husna dan bagaimana
berdo’a dengan mengucapkan namaNya.
b.
Akidah
Kajian Akidah pada kelas X yaitu meningkatkan keimanan kepada Allah
melalui sifat-sifatnya yang terkandung dalam Asmaul Husna.
c.
Akhlak
Kajian Akhlak pada kelas X mengkaji tentang perilaku terpuji dengan
membiasakan perilaku husnudzan.
d.
Fikih
Kajian fikih pada kelas X meliputi kedudukan al-Quran dan al-Hadis sebagai
sumber hukum Islam, pemehaman hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah
ibadah.
e.
Sejarah Kebudayaan Islam
Pada kelas X ini sejarah yang dikaji adalah mengenai keteladanan Rasulullah
Saw dalam membina umat ketika periode Makkah.
51
Peneliti melakukan OBservasi di dalam kelas X Otomotif B dengan materi
QS. al-A’raf ayat 180 yang mengkaji tentang sifat-sifat Allah yang terkandung
dalam Asmaul Husna dan bagaimana berdo’a dengan mengucapkan namaNya.
Dengan standar kompetensi meningkatkan keimanan kepada Allah melalui sifatsifatNya.Dan kompetensi dasar memahami makna dari QS.Al-A’raf ayat 180.
QS. Al-A’raf ayat 180 menjelaskan tentang sifat-sifat Allah yang terkandung
dalam Asmaul Husna, dan menjelaskan tentang bermohon atau berdo’a hanya
kepada Allah dengan menyebut namaNya.
Peneliti disini akan memaparkan hasil OBservasi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di dalam kelas X OB.
a.
Kegiatan awal
Guru memasuki ruangan dengan mengucap salam dan dijawab oleh siswa.
Setelah mengucapkan salam guru memandu siswa untuk bershalawat dan
membaca do’a sebelum memulai pembelajaran dan siswa mengikutinya.
Setelah melihat barisan duduk siswa yang belum rapi guru memerintahkan
siswa untuk merapikan barisannya, setelah barisan siswa rapi guru
menanyakan materi sebelumnya, dan hanya ada beberapa siswa yang masih
mengingat materi sebelumnya.
b.
Kegiatan inti
Guru memerintahkan siswa menulis QS. Al-A’raf ayat 180 beserta
terjemahannya. Ketika kegiatan ini berlangsung masih ada siswa yang belum
menulis ayat tersebut. Selanjutnya guru menawarkan kepada siswa untuk
menjelaskan intisari dari QS. Al-A’raf ayat 180 dan ada satu siswa yang
menawakan diri untuk menjelaskan intisari dari QS. Al-A’raf ayat 180.
Setelah itu guru memberikan apresiasi kepada siswa tersebut dengan memuji
keberaniannya dan memberi ucapan terimakasih serta tepuk tangan.
Kemudian guru memerintahkan beberapa siswa untuk menjelaksan kembali
intisari dari QS. Al-A’raf ayat 180. Setelah beberapa siswa menjelaskan
intisari dari QS. Al-A’raf ayat 180 guru menambahkan penjelasan dari
beberapa siswa tersebut.
52
c.
Kegiatan akhir
Guru memberikan kesimpulan dari QS. Al-A’raf ayat 180 dan siswa
menyimaknya. Setelah itu gurumempersilahkan siswa untuk bertanya dan
tidak ada siswa yang ingin bertanya. Setelah bel berbunyi guru menutup kelas
dengan memandu siswa membaca do’a penutup kelas dan shalawat, pada saat
membaca do’a penutup dan shalawat siswa kurang menghayati pembacaan
do’a dan shalawat tersebut.
Pembelajaran yang sifatnya teori saja di dalam kelas hanya menyentuh aspek
kognitif siswa. Untuk aspek afektif dan psikomotorik belum tersentuh. Tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah bukan hanya siswa mengerti akan keagamaannya
akan tetapi siswa mampu bersikap dan mengaplikasikan materi yang
didapatkannya di dalam kelas.
Dari hasil observasi di dalam kelas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pemahaman QS.Al-A’raf ayat 180 di dalam kelas saja belum cukup untuk siswa
mengetahui dan mengamalkan berdo’a dengan khusyuk disertai menyebut
asmaNya.Dengan tidak bisaya siswa mengaplikasin pembelajaran yang mereka
dapat di dalam kelas maka jelas bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam ini tidak
dapat dicapai oleh karena itu, butuh adanya kontribusi budaya beragama di
sekolah guna mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
2. Pelaksanaan Budaya Beragama di SMK Triguna Utama
Budaya merupakan satu set perilaku, ide, adat-istiadat atau kesenian, dan
wujud benda yang diciptakan oleh seseorang atau sekelompok orang dan diikuti
oleh orang lain secara terus menerus. Budaya beragama di SMK Triguna Utama
adalah tatanan, perilaku atau benda yang bernafaskan islami.
Ketika peneliti memasuki gerbang SMK Trigunma Utama terlihat bahwa
adanya budaya di sekolah ini. Dengan bukti masjid SMK Triguna Utama yang
diletakkan di depan sekolah. Dengan struktur bangunan seperti ini maka peneliti
dapat melihat bahwa masjid yang diletakan didepan sekolah ini memiliki fungsi
53
yang banyak.Fungsi masjid ini adalah sarana ibadah dan pendukung terlaksananya
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Adapun budaya beragama di SMK Triguna Utama yang mencakup set ide dan
perilaku yaitu dengan adanya peraturan-peraturan siswa yang mana di dalamnya
terkandung pembetukkan akhlak siswa. Kegiatan sekolah pun berkontribusi
terlaksananya pembelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti adanya BTQ dan
Perayaan Hari Besar Islam (PHBI). Untuk adat-istiadat atau kesenian budaya yang
diterapkan di SMK Triguna Utama yaitu adanya estrakurikuler marawis. Dan
wujud fisik atau benda yang menjadi budaya islami di SMK Triguna Utama
adalah adanya masjid dan dekorasi sekolah yang dihiasi dengan Asmaul Husna.
Budaya beragama di SMK Triguna Utama dimulai sejak awal berdirinya
sekolah. Budaya yang di terapkan didukung oleh seluruh pihak sekolah terutama
guru Pendidikan Agama Islam. Guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan
dalam penerapan budaya di sekolah ini.
Dalam keseharian budaya beragama di SMK Triguna Utama sudah diterapkan
sejak siswa memasuki gerbang sekolah sampai bel pulang sekolah. Budaya
beragama di SMK Triguna Utama ada yang sifatnya setiap hari, setiap minggu,
setiap bulan, dan setiap tahun. Adapun secara kesluruhan budaya beragama di
SMK Triguna Utama adalah:
a.
Memberi salam atau berjabat tangan dengan guru dan sesama siswa
b.
Membaca do’a sebelum memulai pembelajaran dan sesudah berakhir
pembelajaran.
c.
Membaca Shalawat Nabi sebelum memulai pelajaran Pendidikan Agama
Islam
d.
Toleransi terhadap sesama umat dan antar umat beragama
e.
Melaksanakan shalat zuhur berjama’ah
f.
Membaca QS. Yasin
g.
Tadarus sebelum shalatJum’at
h.
Infak
i.
Menggunakan pakaian muslim
j.
Keputrian
54
k.
Muhadharah
l.
Marawis
m. Tilawah al-Qur’an
n.
Pengajian bulanan untuk para guru
o.
Pelaksanaan PHBI (Perayaan Hari Besar Islam).
Adapun waktu pelaksanaannya adalah memberi salam atau berjabat tangan
dengan guru atau sesama siswa dilakukan setiap hari. Membaca do’a dilakukan
setiap hari sebelum dan sesudah pembelajaran. Membaca shalawat dilakukan
setiap memulai dan mengakhiri pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh guru
Pendidikan Agama Islam sebelum dan sesudah memulai pembelajaran.
Melaksanakan shalat zuhur berjama’ah dilakukan setiap hari. Membaca QS. Yasin
dilaksanakan setiap pagi di hari Jum’at sebelum memulai pembelajaran atau
sehabis bel masuk berbunyi. Tadarus dilakukan sebelum memulai shalatJum’at
bagi siswa laki-laki. Infak dilakukan setiap hari Jum’at. Menggunakan pakaian
muslim di hari Jum’at. Keputrian dilaksanakan setiap hari Jum’at ketika siswa
laki-laki shalatJum’at. Muhadhoroh, marawis, dan tilawah al-Qur’an dilakukan
seminggu sekali pada hari sabtu. Pengajian bulanan untuk para guru dilaksanakan
sebulan sekali untuk waktu pelaksanaannya tergantung situasi dan kondisi para
guru. Dan pelaksanaan PHBI dilaksanakan setahun sekali.
Budaya beragama yang diterapkan di SMK Triguna Utama memiliki beberapa
tujuan, dan adapun salah satu tujuannya yang dilampirkan oleh kepala sekolah
bapak Nirachmat S.Pd adalah menjadikan anak berakhlakul karimah.1
Budaya beragama yang diterapkan oleh guru Pendidikan Agama Islam sesuai
dengan materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa. Tujuan adanya budaya
beragama di dalam maupun di luar kelas menurut guru Pendidikan Agama Islam
adalah menjadikan siswa aktif dalam keagamaannya. Guru Pendidikan Agama
Islam membiasakan siswa untuk berperilaku baik mulai dalam kelas.
1
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Triguna Utama pada tanggal 19
September 2014
55
Dari observasi peneliti penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
penerapan budaya beragama sebagai berikut:
Dari kegiatan pembelajaran yang guru Pendidikan Agama Islam dalam seharihari dapat dilihat budaya yang diterapkan di dalam kelas seperti; memberi salam,
membaca do’a sebelum dan sesudah pembelajaran, serta membaca shalawat.
Tujuan dari guru Pendidikan Agama Islam membiasakan siswa untuk membaca
shalawat adalah agar siswa terbiasa mengucapkan kalimat thoyibah setiap
harinya.2
Guru Pendidikan Agama Islam juga membiasakan siswa berani di dalam kelas.
Guru Pendidikan Agama Islam memberikan stimulus agar siswa aktif di dalam
kelas.
Bukan hanya di dalam kelas saja guru Pendidikan Agama Islam menerapkan
budaya beragma bagi siswa. Di luar kelas guru Pendidikan Agama Islam berperan
aktif dalam penerapan budaya beragama di sekolah, misalnya membaca QS. Yasin
pada hari Jum’at pagi dipimpin oleh guru Pendidikan Agama Islam, shalatzuhur
berjama’ah dipandu oleh guru Pendidikan Agama Islam, dan lain sebagainya.
Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan budaya beragama di
SMK Triguna Utama adalah memberi teori dan contoh kepada siswa akan budayabudaya yang ada. Selain itu, guru Pendidiakn Agama Islam turut serta mengawasi
siswa dalam pelaksanaan budaya-budaya tersebut.
Budaya beragama di SMK Triguna Utama tidak akan berjalan tanpa adanya
faktor-faktor pendukung. Adapun faktor pendukung terlaksananya budaya
beragama di SMK Triguna Utama adalah seluruh jajaran guru SMK Triguna
Utama, seluruh karyawan SMK Triguna Utama, staff dan pengurus YPITU
(Yayasan Perguruan Islam Triguna Utama), sarana dan prasarana, kurikulum, dan
lain-lain.3
2
Hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMK Triguna Utama pada
tanggal 18 September 2014
3
Hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMK Triguna Utama pada
tanggal 18 September 2014
56
Kegiatan sekolah pun mendukung akan pelaksanaan budaya beragama di sekolah.
Misalnya, adanya BTQ (Baca Tulis Qur’an) membantu siswa untuk mempelajari
tentang Agama Islam baik qiro’ah maupun ibadah, baik secara teori maupun
praktik.
BTQ diterapkan untuk kelas X (sepuluh) dan dilaksanakan setiap hari. Materi
yang di ajarkan dalam BTQ mengenai bacaan Al-Qur’an beserta tajwidnya juga
mengenai ibadah, mulai dari bacaan wudu, tata cara berwudu, bacaan shalat, tata
cara shalat dan lain-lain.
Terlaksananya budaya beragama di SMK Triguna Utama bukan berarti tidak ada
hambatan dalam pelaksanaannya. Adapun faktor penghambat terlaksananya
budaya beragama di SMK Triguna Utama adalah beberapa guru yang kurang
peduli terhadap budaya yang ada, kesibukan guru, latar belakang siswa yang
berbeda-beda, persamaan presepsi siswa, dan masjid yang kurang luas.
Budaya beragama yang ada pun tidak jarang dilanggar oleh siswa atau ada
beberapa siswa yang tidak menerapkannya. Untuk siswa yang tidak mengkuti
kegiatan beragama di SMK Triguna Utama akan mendapat sanksi dari guru
bidang kesiswaan dan guru. Dari beberapa faktor yang dijelaskan sebelumnya
peneliti simpulkan bahwa bahwa budaya beragama di SMK Triguna Utama belum
sepenuhnya berjalandengan baik.
Guru selalu memberi motivasi bahkanmemaksapara siswa untuk menjalankan
budaya beragama yang ada di SMK Triguna Utama, sebabtanpa adanya paksaan
tidak sedikit siswa yang tidak melaksanakannya, tetapi pada umumnya siswa
ikhlas menjalankannya.
Permasalahan yang ada bahwa masih banyak siswa yang terpaksa menjalankan
budaya beragama di sekolah, dan juga masih terlihat kurang rapi dalam
pelaksanaan budaya beragama di SMK Triguna Utama.
Dari data peneliti saran dari Bpk Choirudin selaku wakil kepala sekolah SMK
Triguna Utama bidang kemahasiswaan ia ingin siswa dibiarkan tanpa ada
paksaan. Guru hanya membimbing dan mengarahkan siswa tanpa harus
57
memarahinya, tujuannya agar siswa bisa sadar dengan sendirinya akan
kewajibannya selaku muslim.4
Budaya beragama di SMK Triguna Utama memberikan pengaruh yang positif
kepada siswa. Siswa bisa lebih sadar dengan keagamannya dengan adanya budaya
beragama di sekolah.
Dari data yang peneliti peroleh budaya beragama yang diterapkan di SMK
Triguna Utama sudah berhasil membentuk karakter siswa menjadi lebih baik,
akan tetapi guru hanya bisa melihat keberhasilan tersebut terbatas di sekolah saja.
Oleh karenanya penting bagi guru menanamankan motivasi beragama kepada
siswa agar siswa bisa melanjutkan kebiasaan beragama yang ada di sekolah ke
lingkungan di luar msyaakat.
Budaya beragama di sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
pemahaman keagamaan yang ditanamkan kepada siswa sejak ia kecil. Orang tua
pendidik yang paling pertama mendidik anak haruslah menanamkan budayabudaya positif kepada anak sejak mereka kecil.Adapun budaya-budaya positif
yang bisa diterapkan di rumah adalah membiasakan anak shalat berjama’ah,
berbicara yang baik kepada orang tua, memerintahkan anak untuk berperilaku
bersih, mengingatkan anak untuk berdo’a sebelum dan sesudah makan, berdo’a
sebelum dan sesudah tidur, dan lain sebagainya.
Guru dan orang tua harus bekerja sama dalam rangka penerapan budaya
beragama. Tidak hanya di sekolah saja budaya beragama diterapkan begitupun
sebaliknya. Akan tetapi alangkah baiknya budaya beragama tersebut dapat
diterapkan baik di sekolah maupun di rumah. Dengan ini anak akan sadar akan
keagamaannya dan akan membentuk akhlak anak menjadi lebih baik.
D. Pembahasan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas yang hanya 90 menit
dalam seminggu menjadi masalah yang krusial di Negara ini.Waktu yang hanya
4
Hasil wawancara wakil kepala sekolah bidang kemahasiswaan SMK Triguna Utama
pada tanggal 23 September 2014
58
2x45 menit dalam seminggu ini tetntu tidak cukup untuk mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki tantangan yang
besar. Jika membicarakan tujuan Pendiidkan Agama Islam secara umum yaitu
meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang
agma Islam, maka pembelajaran yang masih bersifat teori di dalam kelas belum
bisa meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang
agama Islam.
Jadi apa yang bisa diperoleh peserta didik dalam pembelajaran yang hanya 90
menit di dalam satu minggu. Jika hanya sebatas memberikan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang lebih menekankan kepada aspek kognitif, mungkin
guru bisa melakukannya, tetapi kalau memberikan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang meliputi aspek afektif dan psikomotorik, guru akan mengalami
kesilitan.
Dengan adanya problematika pembelajaran Pedidikan Agama Islam maka
SMK Triguna Utama membuat rancangan pengembangan budaya beragma di
sekolah guna tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam.
Budaya beragama di SMK Triguna Utama berkontribusi untuk terlaksananya
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.Dengan lingkungan sekolah
yang bernuansa islami. Buakan hanya lingkungan sekolah saja yang bernuansa
islami akan tetapi peraturan-peraturan sekolah dan kegiatan-kegiatan di sekolah
dijiwai dengan jiwa islami. Wujud nyata dari adanya budaya di sekolah tersebuat
adalah adanya masjid yang diletakan di depan sekolah.
Adapun kontribusi budaya beragama dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah sebagai berikut:
1.
Budaya yang merupakan tatanan atau peraturan di sekolah seperti: disiplin di
dalam sekolah, memberi salam, membaca do’a sebelum dan sesudah memulai
pembelajaran, toleransi antar umat beragama, shalat zuhur berjama’ah,
membaca QS. Yasin, tadarus sebelum shalat Jum’at, shalat duha bagi siswa
kelas XII dan menggunakan pakaian muslim di hari Jum’at.
59
2.
Budaya yang merupakan kegiatan di sekolah seperti: infak, keputrian,
muhadharah, tilawah al-Qur’an, dan pelaksanaan PHBI.
3.
Budaya yang merupakan wujud benda seperti adanya masjid dan dekorasi
sekolah yang dihiasi dengan Asmalul Husna.
Dari budaya-budaya tersebut terkandung nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam.Budaya yang disebutkan di atas mencakup kelima aspek Pendidikan Agama
Islam.
Aspek al-Qur’an yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah seperti
adanya kegiatan BTQ, pembacaan QS.Yasin, dan adanya tilawah al-Qu’an.
Dengan adanya kegiatan tersebut maka siswa akan mampu membaca al-Qu’an
dengan baik. BTQ yang diajarkan bukan hanya terkait bacaan al-Qur’an saja akan
tetapi mencakup ibadah.
Aspek Akidah yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah seperti:
membaca do’a sebelum dan sesudah memulai pembelajaran, dan do’a sehabis
shalat. Membaca do’a berarti meyakini bahwa Allah akan mengijabah do’a
mereka. Yang demikian ini merupakan aplikasi dari bentuk keimanan siswa, siswa
meyakini bahwa mereka hanyalah memohon atau miminta kepada Allah. Maka
dengan adanya budaya beragma seperti ini keimanan siswa akan tangguh.
Aspek Akhlak yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah seperti:
disiplin di dalam sekolah, memberi salam dan berjabat tangan dengan guru. Yang
demikian merupakan suatu aplikasi dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Budaya yang diterapkan seperti ini kepada siswa tentunya akan tertanam akhlakul
karimah dalam diri siswa.
Aspek Fikih yang terkandung dalam budaya beragama di sekolah seperti:
adanya BTQ yang mengajarkan tata cara beribadah dan shalatberjama’ah. Dengan
adanya budaya beragama seperti ini maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sudah teraplikasi.Dengan adanya shalat berjam’ah siswa diajarkan untuk terbiasa
dalam shalat yang merupakan suatu kewajiban.Adanya BTQ dan shalat
berjama’ah bertujuan agar siswa bisa mengaplikasikannya di luar sekolah di
dalam kehidupn sehari-harinya.
60
Aspek Sejarah Kebudayaan Islam yang terkandung dalam budaya beragama
di sekolah yaitu seperti adanya Perayaan Hari Besar Islam dan adanya kegiatan
estrakurikuler marawis. Dalam perayaan Hari-hari Besar Islam di SMK Triguna
Utama bukan hanya memanggil penceramah saja akan tetapi adanya perlombaanperlombaan salah satuny adalah lomba pidato. Lomba pidato ini merupakan
aplikasi dari materi yang siswa dapat kemudian dituangkan melalui tulisan dan
dipresentasikan di depan umum. Dengan ini maka pembelajaran Pendidikan
Agama Islam sudah teraplikasikan.
Saran dari peneliti untuk Perayaan Hari Besar Islam alangkah baiknya adanya
pemanfaatan mading. Dengan cara dibuat lomba menulis kisah para Nabi atau
para Sahabat Nabi, dengan semenarik mungkin. Bukan hanya tulisan tetap juga
bisa dengan gambar atau komik. Yang seperti ini akan menjadikan siswa
terpancing untuk mengeluarkan bakatnya.
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di dalam kelas yang hanya sifanya teori belum bisa
membentuk akhlak siswa.Oleh karenanya guru Pendidikan Agama Islam
membutuhkan kontribusi budaya beragama guna tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah
peneliti
menguraikan
hasil
penelitian
tentang
pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap budaya beragama
di SMK
Triguna utama, dan sesuai rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Triguna Utama masih
menggunakan kurikulum KTSP 2006. Dalam kurikulum KTSP Pendidikan
Agama Islam mencakup lima aspek, yaitu: al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, Fikih,
dan Sejarah Kebudayaan Islam. Pada pembelaran Pendidikan Agama Islam di
kelas X guru Pendidikan Agama Islam menggunakan buku yang diterbitkan
oleh Mediatama. Pembelajaran di dalam kelas masih bersifat kognitif, belum
menyentuh aspek afektif dan psikomotorik. Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di dalam kelas yang sifatnya teori saja belum cukup untuk mencapai
tujuan Pendidikan Agama Islam. Oleh karenyanya, butuh adanya kontribusi
budaya beragama guna mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam yang
ditetapkan.
2.
Budaya beragama di sekolah dapat memberikan kontribusi untuk mencapai
tujuan Pendidikan Agama Islam. Siswa mampu membaca al-Qur’an dapat
dilakukan dengan adanya kegiatan BTQ. Peningkatan keimanan siswa dapat
dilakukan dengan adanya budaya berdo’a sebelum dan sesudah memaulai
pembelajaran, serta berdo’a sehabis shalat. Penanaman akhlak bagi siswa
dapat dilakukan dengan berberilaku disiplin, memberikan salam dan berjabat
tangan. Pengaplikasian dari kajian fikih dapat dilakukan dengan adanya shalat
zuhur dan shalat duha berjama’ah. Untuk mempelajari sejarah Islam dapat
dilaksanakan dengan adanya Peringatan Hari Besar Islam. Dengan adanya
budaya beragama di sekolah seperti ini tentu sangat berkontribusi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
61
62
B. Implikasi
Pelaksanaan budaya beragama di SMK Triguna Utama memberikan pengaruh
positif terhadap siswa. Pengeruh positif ini dapat dilihat dari perubahan perilaku
siswa, berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa, siswa merasakan pengaruh
yang positif seperti, solat tanpa disuruh dan solat tepat pada waktunya. Maka
budaya beragama di SMK Triguna Utama harus tetap dipertahankan.
C. Saran
1. Untuk Mahasiswa
a. Penelitian ini harus dikembangkan kembali dan diperluas kembali.
2. Untuk Guru
a. Saling bekerjasama dalam rangka peningkatan keagamaan siswa
b. Jangan menitik beratkan budaya beragama yang ada di sekolah kepada
guru Pendidikan Agama Islam saja
c. Senantiasa mengontrol perkembangan keagamaan siswa
d. Selalu memberikan teladan yang baik terhadap siswa
3. Untuk Sekolah
a. Melengkapi sarana dan prasana yang belum ada
b. Mengontrol para guru dalam pelaksanaan budaya beragama
c. Meningkatkan kualitas sekolah baik dari segi guru maupun siswa
4. Untuk Pemerintah
a. Tingkatkan kualitas pendidikan bangsa dalam rangka mencerdaskan
anak bangsa dan memperbaiki moral anak bangsa.
66
LAMPIRAN 1
Foto Kegiatan Keberagamaan Siswa SMK Triguna Utama
Siswa sedang berwudhu untuk
menjalankan solat dzuhur
Siswa sedang berwudhu untuk
menjalankan solat dzuhur
Siswa putra sedang menjalankan
solat dzuhur berjama’ah
Siswa putri sedang menjalankan
solat dzuhur berjama’ah
67
Siswa hendak bersalaman dengan
guru
Siswa sedang bersalaman dengan
guru
Pelaksanaan Pembelajaran PAI
(Pendidikan Agama Islam) di kelas
Pembacaan QS. Yasin di hari
Jum’at
Tadarus
68
LAMPIRAN II
Instrumen Penelitian
A. Observasi
1. Gambaran umum sekolah
2. Kondisi umum sekolah, guru, siswa, kariyawan dll
3. Proses pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam)
4. Proses kegiatan keberagamaan di sekolah
B. Dokumentasi
1. Data dan profil sekolah
2. Struktur organisasi
3. Data guru dan staff karyawan
4. Sarana dan prasarana
5. Foto-foto tentang kegiatan keagamaan di SMK Triguna Utama
C. Wawancara
1. Wawancara Kepala Sekolah
2. Wawancara Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan
3. Wawancara Guru PAI (Pendidikan Agama Islam)
4. Wawancara Siswa
69
LAMPIRAN III
Catatan Lapangan dan Hasil Wawancara
Catatan Lapangan 1
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari dan Tanggal
: Rsbu, 17 September 2014
Jam
: 09.00
Lokasi
: Ruang Kepala Sekolah
Sumber Data
: Bpk. Nirachmat S.Pd.
Deskripsi Data
:
Peneliti berkunjung ke SMK Triguna Utama bertujuan untuk meminta izin
melaksanakan peneletian kepada Kepala Sekolah SMK Triguna Utama yaitu Bpk.
Nirachmat S.Pd. Disini peneliti menjabarkan ingin meneliti tetang budaya beragama
di SMK Triguna Utama.
Interpretasi Data
:
Peneliti memperoleh izin untuk melaksanakan penelitian di SMK Triguna Utama.
Peneliti memperoleh sedikit informasi tentang adanya budaya beragama di SMK
Triguna Utama
70
Catatan Lapangan 2
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari dan Tanggal
: Kamis, 18 September 2014
Jam
: 14.30
Lokasi
: Ruang Masjid
Sumber Data
: Bpk. Drs. Robbani A.R
Deskripsi Data
:
Wawancara yang dilakukan adalah tanya jawab tentang bagaimana pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dapat merubah akhlak siswa dan peran guru Pendidikan
Agama Islam terhadap Budaya beragama di Sekolah.
Interpretasi Data
:
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam kelas saja secara teori tidak dapat
merubah akhlak siswa, maka perlu adanya budaya beragama yang di terapkan di
sekolah.
71
Catatan Lapangan 3
Metode Pengumpulan Data
: Observasi
Hari dan Tanggal
: Kamis, 18 September 2014
Jam
: 08.30
Lokasi
: Ruang Kelas XI
Sumber Data
: Bpk. Drs. Robbani A.R
Deskripsi Data
:
Peneliti melakukan pengamatan budaya apa saja yang diterapkan oleh guru
Pendidikan Agama Islam di dalam kelas.
Interpretasi Data
:
Sholawat yang diajarkan oleh guru Pendidikan Agama Islam harus diterapkan secara
teratur, karena seseorang yang besholwat akan mendekatkan dirinya kepada Allah
dan Nabi-Nya.
72
Catatan Lapangan 4
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari dan Tanggal
: Jum’at, 19 September 2014
Jam
: 10.10
Lokasi
: Ruang Kepala Sekolah
Sumber Data
: Bpk. Nirachmat S.Pd
Deskripsi Data
:
Wawancara yang dilakukan menanyakan mengenai peran Kepala Sekolah terhadap
Budaya Beragama di SMK Triguna Utama dan budaya beragama itu berpengaruh
atau tidak kepada akhlak siswa.
Interpretasi Data
:
Budaya beragama sangatlah mampu untuk merubah akhlak siswa, karena budaya
adalah suatu pekerjaan yang dijadikan kebiasaan dan dari kebiasaan tersebut
terbentuklah akhlak.
73
Catatan Lapangan 5
Metode Pengumpulan Data
: Observasi
Hari dan Tanggal
: Senin, 22 September 2014
Jam
: 11.45
Lokasi
: Masjid Baitul Hikamah SMK Triguna Utama
Sumber Data
: SMK Triguna Utama
Deskripsi Data
:
Penelitian Melakukan Pengamatan terhadap pelaksanaan sholat dzuhur berjama’ah di
SMK Triguna Utama. Pada sholat dzhuhur masjid tampak penuh sehingga siswa
putra sholat di masjid dan siswa putri sholat berjama’ah di perpustakaan.
Intrepretasi Data
:
Sholat berjama’ah apabila dilaksanakan terus menerus akan menjadi kebiasaan dari
kebiasaan ini akan menjadi akhlak.
74
CatatanLapangan 6
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari dan Tanggal
: Kamis, 23 September 2014
Jam
: 11.00
Lokasi
: Ruang Tata Usaha
Sumber Data
: Bpk. Choiruddin S.Pd.
Deskripsi Data
:
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu berdiskusi mengenai faktor pendukung
dan penghambat penerapan budaya beragama di sekolah.
Interpretasi Data
:
Guru serta staff karyawan haruslah bekerjasama guna terlaksananya budaya beragama
di sekolah.
75
CatatanLapangan 7
Metode Pengumpulan Data
: Dokumentasi
Hari dan Tanggal
: Rabu, 24 September 2014
Jam
: 10.00
Lokasi
: Ruang Tata Usaha
Sumber Data
: SMK Triguna Utama
Deskripsi Data
:
Peneliti mengambil dokumen berupa profil sekolah, struktur organisasi, sarana dan
prasarana, ,kondisi siswa dan guru.
SMK Triguna Utama memiliki sarana dan prasarana yang memadai, guru yang
memadai sesuai bidangnya, dan struktur organisasi.SMK Triguna Utama memiliki
siswa 1023 dan staf guru 57.
Interpretasi Data
:
Peneliti mengetahui profil sekolah, sarana dan prasarana, dan kondisi siswa serta
guru.
76
Catatan Lapangan 8
Metode Pengumpulan Data
: Wawancara
Hari dan Tanggal
: Jum’at, 26September 2014
Jam
: 09.30
Lokasi
: Depan Ruang Kelas
Sumber Data
: Dede Rasman
Deskripsi Data
:
Peneliti melakukan diskusi dengan siswa mengenai budaya yang ada di sekolah.
Interpretasi Data
:
Budaya yang ada di sekolah harus diterapkan dengan rapih, agar siswa dapat
menjalankannya tanpa dengan baik dan tanpa paksaan.
77
LAMPIRAN IV
Hasil Wawancara
Wawancara 19 sep 2014
Kepala Sekolah
Bpk. Nirachmat S.Pd.
1. Apa itu budaya beragama?
 Budaya beragama adalah budaya positif yang bersifat keagamaan yang
diterapkan di sekolah
2. Bagaimana proses penerapan budaya beragama di sekolah?
 Prosesnya dari awal masuk sekolah sudah diterapkan budaya beragama
kepada siswa
3. Apa saja bentuk budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Dari awal meraka masuk ke sekolah sudah kita terapkan budaya
bersalaman atau berjabat tangan dengan guru. Adapun budaya beragama
di SMK Triguna Utama antara lain: bersalaman, solat zuhur dan ashar
berjama’ah, muhadhoroh, marawis, mengaji QS. Yasin, memakai baju
muslim, dan perayaan hari besar Islam.
4. Kapan pelaksanaan budaya-budaya tersebut?
 Untuk solat dzuhur dan ashar berjama’ah kita lakukan setiap hari,
muhadhoroh dan marawis dilakukan seminggu sekali di hari sabtu,
mengaji QS. Yasin setiap jum’at pagi sebelum memulai pembelajaran,
memakai baju muslim juga pada hari jum’at, dan untuk PHBI kami
lakukan setahun sekali seperti maulid Nabi besar Muhammad Saw. dan
Isra’ Mi’raj.
5. Tujuan apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan budaya beragama di SMK
Triguna Utama?
78
 Tujuan yang hendak saya capai sesuai dengan visi kota Tangerang Selatan
yaitu, cerdas, trampill, dan religius. Jadi saya ingin menjadikan pribadi
siswa yang religius, tentunya menjadikan anak berakhlakul karimah.
6. Apakah dengan adanya budaya beragama mampu manjadikan pribadi siswa
yang lebih baik?
 Iya menurut saya sudah mampu menjadikan pribadi siswa yang lebih baik,
walaupun tidak sepenuhnya siswa menjadi lebih baik.
7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan budaya
beragama di SMK Triguna Utama?
 Faktor pendukung: hampir semua guru dan karyawan turut serta
mendukung dan melaksanakan budaya beragama di sekolah ini, sarana dan
prasarana yang mendukung, dan kurikulum yang mendukung pula, seperti
adanya BTQ untuk kelas X (sepuluh).
 Faktor penghambat: latar belakang siswa yang berbeda-beda, kesibukan
beberapa guru, menyamakan presepsi siswa, dan masjid yang kurang luas.
8. Bagaimana peran bapak dalam pelaksanaan budaya beragama di SMK
Triguna Utama?
 Saya hanya mengawasi guru-guru saja, untuk siswa guru PAI yang paling
berperan dalam pelaksanaan budaya beragama ini.
9. Apakah seluruh warga sekolah terlibat dalam penerapan dan pelaksanaan
budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Seluruh warga terlibat dalam penerapan dan pelaksanaan budaya
beragama di sekolah
10. Bagaimana untuk siswa yang beda agama atau non muslim, apakah ada
toleransi dalam budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Tentu ada, siswa yang non muslim sangat toleran terhadap budaya
beragama yang ada di sekolah ini misalnya, ketika solat dzuhur
berjama’ah siswa yang non muslim ini menjaga tas teman-temannya di
kelas. Karena ketika mereka mendaftarkan diri untuk menjadi siswa di
79
sekolah ini kami memberi pengertian tentang adanya budaya beragama di
sekolah SMK Triguna utama.
11. Menurut bapak sudah sejauh mana keberhasilan penerapan budaya beragama
di sekolah dalam rangka menjadikan pribadi siswa yang lebih baik?
 Dari tahun 2001 sampai saat ini yang saya lihat sudah ada
keberhasilannya, untuk di kelas X (sepuluh) mungkin belum terlihat
bahwa budaya beragama itu berpengaruh untuk diri siswa, akan tetapi
ketika mereka kelas XII (dua belas) dan bahkan alumni sikap mereka
sudah berubah menjadi lebih baik, ini pertanda bahwa budaya itu sudah
berhasil menjadikan siswa menjadi pribadi yang lebih baik.
12. Untuk kedapannya apa yang ingin bapak perbaharui dari budaya beragama di
sekolah ini?
 Untuk kedepannya saya ingin memberi penghargaan bagi siswa yang
mampu menghapal surat-surat pilihan seperti, QS. Yasin, QS. Al-Mulk,
QS. Al-Waqi’ah, dan lain-lain.
80
Wawancara 23 September 2014
Wakapsek Bidang Kesiswaan
Bpk. Choiruddin S.Pd.
1. Kapan budaya beragama dimulai?
 Budaya beragama sudah dimulai sejak awal masuk sekolah.
2. Apakah hanya dengan pelajaran PAI sudah mampu membentuk pribadi siswa
menjadi pribadi yang baik?
 Belum bisa membentuk pribadi siswa menjadi lebih baik jika hanya teori
Pendidikan Agama Islam saja yang diberikan di dalam kelas.
3. Perlukah adanya budaya beragama di sekolah?
 Sangat perlu, karena budaya itu adalah cerminan. Dengan adanya budaya
beragama di sekolah siswa dapat beretika baik dan sopan santun.
4. Bagaimana antusias siswa dalam pelaksanaan budaya beragama di sekolah?
 Siswa kurang antusias karena menurut mereka ini hanya sebuah peraturan
sekolah. Pelaksanaan budaya beragama di sekolah ini harus ada paksaan
dari paksaan itu mereka akan terbiasa karena di sini pun kami hanya niat
untuk mendidik anak.
5. Apa saja budaya beragama yang ada di SMK Triguna Utama?
 Budaya yang kami terapkan bersifat etika dan ibadah, jadi ada beberapa
budaya di sekolah ini, seperti: memberi salam atau berjabat tangan
dengan guru, memberi salam setiap masuk ruangan, solat dzuhur
berjama’ah, pelaksanaan PHBI (Perayaan Hari Besar Islam), membaca
QS. Yasin pada jum’at pagi, dan lain-lain.
6. Apa tujuan dari budaya beragama yang diterapkan di SMK Triguna Utama?
 Tujuannya adalah untuk meningkatkan keimanan siswa dan agar siswa
sadar bahwa meraka adalah makhluk Allah.
81
7. Apakah ada siswa yang melanggar penerapan budaya beragama? Apa
konsikuensinya?
 Pasti ada saja siswa yang melanggar. Apabila mereka melanggar mereka
akan dapat hukuman baik dari guru PAI atau pun dari bidang kesiswaan.
8.
Apakah budaya beragama memberikan pengaruh yang positif bagi siswa?
 Sangat memberi pengaruh yang positif bagi siswa.
9. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan budaya beragama di
SMK Triguna Utama?
 Faktor pendukungnya adalah hampir seluruh guru mendukung adanya
budaya beragama di sekolah, yayasan pun mendukung budaya yang ada
di sekolah, sarana dan prasarana. Adapun faktor penghambatnya adalah
masih adanya guru yang kurang perhatian atas penerapan budaya
beragama dan latar belakang siswa yang berbeda baik dari keluarga dan
lingkungan sekitarnya.
10. Bagaimana peran bapak dalam pelaksanaan budaya beragama di SMK
Triguna Utama?
 Saya sangat berperan dalam pelaksanaan budaya beragama di sekolah ini,
karena saya terlibat langsung dalam pelaksanaan budaya beragama di
sekolah ini.
11. Menurut bapak, sudah sampai mana keberhasilan penerapan budaya beragama
dalam pembentukkan pribadi siswa yang lebih baik?
82
 Menurut saya, keberhasilan itu ada tetapi belum menyeluruh ke semua
siswa.
12. Kedepannya apa yang ingin bapak perbaiki dari penerapan budaya beragama
di SMK Triguna Utama?
 Untuk kedepannya saya ingin siswa tidak terpaksa dalam menjalankan
ibadah. Jadi saya ingim tanpa harus ada paksaan atau pukulan untuk
melakukan ibadah.
83
Wawancara 18 September 2014
Guru PAI (Pendidikan Agama Islam)
Bpk. Drs. Robbani A.R
1. Apakah hanya dengan pembelajaran PAI di kelas sudah mampu membentuk
pribadi siswa menjadi yang lebih baik?
 Belum cukup hanya dengan pembelajaran PAI di kelas membentuk
pribadi siswa yang lebih baik.
2. Apakah perlu adanya budaya beragama di sekolah?
 Iya, sangat perlu karena dengan budaya beragama tersebut sangat
membantu untuk pembentukan pribadi siswa.
3. Bagaimana proses penerapan budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Untuk saya sendiri menerapkan budaya beragama di dalam kelas saya
mulai sejak tahun 2005. Untuk budaya di luar kelas kami selaku guru PAI
mengajukannya ke atasan (yayasan) agar budaya-budaya ini berjalan
dengan baik.
4. Apa saja budaya tersebut dan kapan waktu pelaksanaannya?
 Budaya tersebut ada di setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan setiap
tahun.
Budaya yang berlaku setiap hari seperti: membaca sholawat dan do’a
sebelum dan sesudah pembelajaran, senyum, sapa, salam, dan solat
dzuhur berjama’ah.Budaya yang berlaku setiap minggu seperti: marawis,
muhadhoroh, tilawah Al-Qur’an, membaca surat Yasin pada hari jum’at
pagi sebelum memulai pembelajaran, tadarus sebelum mulai solat jum’at,
keputrian, dan infak setiap jum’at.Budaya yang berlaku setiap bulan
seperti: pengajian bulanan di masjid.Budaya yang berlaku setiap tahun
seperti: pelaksanaan PHBI (Perayaan Hari Besar Islam) seperti, Isra’
84
Mi’raj, Maulid Nabi, sedekah untuk hewan qurban dan pesantren kilat
saat bulan Ramadhan.
5. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan budaya beragama di SMK
Triguna Utama?
 Sejauh saya lihat ada beberapa siswa yang ikhlas menjalankannya dan ada
beberapa pula yang terpaksa menjalankannya. Sebenarnya siswa itu
dipaksa karena apabila tidak dipaksa sulit untuk siswa menaatinya, akan
tetapi paksaan ini niatnya untuk mendidik siswa tersebut.
6. Apa tujuan dari penerapan budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Tujuannya kami ingin siswa yang sebelumnya pasif dengan keagamaan
menjadi aktif, karena yang biasa menjadi terbiasa dan bisa.
7. Apakah penerapan budaya beragama di SMK Triguna Utama sudah
membantuk pribadi siswa yang lebih baik?
 Perlahan mulai terlihat, ketika mereka kelas X karakternya yang
sebelumnya keras ketika kelas XII menjadi sedikit lembut dan sopan, dan
mereka terlihat sudah dewasa.
8. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya beragama di
SMK Triguna Utama?
 Faktor pendukung: hampir semua guru mendukung adanya budaya
beragama di sekolah, dan yayasan pun mendukung. Adapun faktor
penghambatnya: kurang kepedulan dari beberapa guru, dan kurang
motivasi siswa.
9. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?
 Untuk guru kami hanya bisa mengajaknya dan untuk siswa kami beri
motivasi untuk menjalankan budaya tersebut.
10. Apakah budaya beragama memberikan pengaruh yang positif untuk siswa?
 Sangat memberikan pengaruh yang positif, setidaknya mereka spontan
untuk bersolawat dan bersalaman.
85
11. Apakah ada yang melanggar pembiasaan budaya beragama di SMK Triguna
Utama? Bagaimana konsikuensinya?
 Ada saja, jika siswa yang melanggar dapat hukuman dari guru PAI dan
bidang kesiswaan. Apabila guru yang melanggar hukuman akan diberikan
dari kepala sekolah terlebih dahulu lalu yayasan.
12. Bagaimana peran guru PAI dalam pelaksanaan budaya beragama di SMK
Triguna Utama?
 Kami salah satu penggerak yang utama untuk terlaksananya budayabudaya beragamam yang ada di sekolah.
13. Menurut bapak, sudah sejauh mana keberhasilan pelaksanaan budaya
beragama di SMK Triguna Utama dalam upaya pembentukkan karakter
siswa?
 Kami hanya bisa menilai mereka di sekolah, sejauh yang saya lihat sudah
agak berhasil untuk pembentukan karakter siswa. Sekarang ini anak sudah
terbiasa untuk menyapa dan memberi salam baik terhadap guru maupun
sesama siswa.
86
Wawancara 26 September 2014
Wawancara Siswa
Ria kelas XI AP (Administrasi Perkantoran)
1. Apakah kamu tahu ada budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Iya saya tahu
2. Apa saja yang kamu ketahui dari budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Muhadhoroh, marawis, solat dzuhur berjama’ah, mengaji QS. Yasin
setiap hari Jum’at., dan lain-lain
3. Apakah kamu terpaksa menjalankan buday aberagama di SMK Triguna
Utama?
 Untuk saya tidak berat dan tidak terpaksa sama sekali untuk
melakukannya, karena saya tahu ini adalah sebuah kewajiaban
4. Apakah ada perubahan dalam diri kamu dari budaya beragama yang
diterapkan di SMK Triguna Utama? Seperti apa perubahan itu?
 Alhamdulillah ada, sekarang saya menjalankan solat fardhu 5 waktu tanpa
disuruh oleh orang tua atau guru
5. Apakah yang ingin kamu perbaiki dari budaya beragama yang sudah
diterapkan di SMK Triugna Utama?
 Tidak ada, saya hanya mengikuti saja dari apa yang dirancang oleh
sekolah.
87
Wawancara 26 September 2014
Wawancara Siswa
Rahma kelas XI AP (Administrasi Perkantoran)
1. Apakah kamu tahu ada budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Iya saya tahu
2. Apa saja yang kamu ketahui dari budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Muhadhoroh, marawis, solat dzuhur berjama’ah, infak setiap Jum’at,
mengaji QS. Yasin setiap hari Jum’at., dan lain-lain
3. Apakah kamu terpaksa menjalankan buday aberagama di SMK Triguna
Utama?
 Saya tidak berat dan tidak terpaksa sama sekali untuk melakukannya,
karena saya tahu ini adalah sebuah kewajiaban
4. Apakah ada perubahan dalam diri kamu dari budaya beragama yang
diterapkan di SMK Triguna Utama? Seperti apa perubahan itu?
 Ada, saya sekarang sadar akan solat lima waktu.
5. Apakah yang ingin kamu perbaiki dari budaya beragama yang sudah
diterapkan di SMK Triugna Utama?
 Tidak ada, saya hanya mengikuti saja dari apa yang dirancang oleh
sekolah.
88
Wawancara 26 September 2014
Wawancara Siswa
Suryana kelas XI TKJ (Teknik Komputer Jaringan)
1. Apakah kamu tahu ada budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Iya saya tahu
2. Apa saja yang kamu ketahui dari budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Solat dzuhur berjama’ah, membaca sholawat sebelum dan sesudah
pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam), bersalaman dengan guru
ketika memasuki gerbang sekolah, dan mengaji QS. Yasin pada Jum’at.
3. Apakah kamu terpaksa menjalankan buday aberagama di SMK Triguna
Utama?
 Untuk solat dzuhur pasti ada paksaan dari guru, tetapi dari pribadi saya
menjalankannya tanpa terpaksa.
4. Apakah ada perubahan dalam diri kamu dari budaya beragama yang
diterapkan di SMK Triguna Utama? Seperti apa perubahan itu?
 Iya ada, sekarang saya solat lima waktu tepat pada waktunya, dan tidak
terpaksa untuk menjalankannya.
5. Apakah yang ingin kamu perbaiki dari budaya beragama yang sudah
diterapkan di SMK Triugna Utama?
 Untuk kedepannya yang saya inginkan maximalkan budaya beragama di
sekolah ini, dan untuk mengaji QS. Yasin di hari Jum’at saya ingin
mengajinya disatukan di masjid atau di lapangan tidak sendiri-sendiri di
kelas masing-masing.
89
Wawancara 26 September 2014
Wawancara Siswa
Dede Rasman kelas XII AK (Akutansi)
1. Apakah kamu tahu ada budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Iya saya tahu ada budaya beragama di sekolah
2. Apa saja yang kamu ketahui dari budaya beragama di SMK Triguna Utama?
 Tadarus, solat dzuhur berjama’ah, belajar tilawah kepada guru PAI
(Pendidkan Agama Islam), membaca sholawat sebelum dan sesudah
pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam), dan lain-lain.
3. Apakah kamu terpaksa menjalankan buday aberagama di SMK Triguna
Utama?
 Guru pasti memaksa siswa untuk menjalankan budaya-budaya yang ada
di sekolah ini, tetapi untuk saya tidak ada keterpaksaan untuk
menjalankannya, karena saya sadar selaku umat muslim saya wajib
menjalankan itu.
4. Apakah ada perubahan dalam diri kamu dari budaya beragama yang
diterapkan di SMK Triguna Utama? Seperti apa perubahan itu?
 Tentu ada, saya merasa lebih rajin beribadah dan lebih religius.
5. Apakah yang ingin kamu perbaiki dari budaya beragama yang sudah
diterapkan di SMK Triugna Utama?
 Saya ingin mengadakan tadarus setiap hari, agar bisa membuka hati
teman-teman saya yang masih belum sadar akan agama.
LAMPIRAN V
DATA PSB DAN SISWA PER TINGKAT
55
-
41
1
1
41 1
1
37
2
49
-
50
-
42
-
1
43 -
1
32
1
26
-
Teknik Kendaraan Ringan
150 1 144 1
3
Teknik Jaringan Komputer
Akutansi
Administrasi Perkantoran
50 4 44 4
9 30 9 25
8 40 8 32
1
1
1
Teknik Instalasi Tenaga
Listrik
Teknik Pemeliharaan
Mekanik Industri
15
5
46
9
8
1
4
4
25
32
1
1
1
Tk.
2
L P
Tk.3
16
4 151
1
34 2 11 28 1 7
10 30 2 10
P
Romb
el
L
Romb
el
Tk.
1
L P
Romb
el
SISWA
Romb
el
Kompetensi Keahlian
Pendaftaran
Siswa Baru
(PSB)
Pendaft Diterim
ar
a
L P L P
Tk.4
L
Total Siswa
P
L+P
128
101
468
-
87
100
140
20
50
30
28
1023
63
60
243 70
2
5
Keterangan : Rombel diisi dengan jumlah kelas per tingkat dan per kompetensi keahlian sesuai spektrum 2008
TOTAL
322 75 288 63
DATA SISWA MENURUT AGAMA DAN UMUR
Agama
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
JUMLAH SISWA
Tk. 1
356
7
2
-
Tk. 2
338
7
-
Tk. 3
307
5
1
-
Umur
Tk. 4
≤15
16
17
18
JUMLAH SISWA
Tk. 1
221
107
31
6
Tk. 2
24
207
85
20
Tk. 3
17
219
60
Tk. 4
90
Budha
Konghucu
TOTAL
365
345
≥19
TOTAL
313
365
9
345
17
313
DATA EKONOMI ORANG TUA SISWA DAN ASAL SEKOLAH SISWA BARU
Sekolah
JUMLAH SISWA
Ekonomi Orang Tua Siswa
Tk.1
Pra-sejahtera 1 (Miskin)
Menengah & Sejahtera
TOTAL
Tk. 2
Tk.3
Tk.4
Asal Pendaftar
SMP
MTs
Paket B
TOTAL
Jumlah
Siswa
Diterima
Tk.1
299
44
7
350
91
TENAGA KEPENDIDIKAN
N
o
Tenaga
Kependidikan
1. Kepala tata usaha
2 Tenaga
teknis
keuangan
Tenaga
3
perpustakaan
Tenaga
4
laboratorium
Tenaga
teknis
5
praktek kejuruan
Pesuruh/ Penjaga
6.
sekolah
Tenaga
7. administrasi
lainnya
TOTAL
N
o
Total
Pegaw
ai
1
2
Status
Kepegawaian
NON
PNS
PNS
P
P
P
P
T
T
T
T
T
T
1
2
Pendidikan
SL
TA
1
1
1
1
1
4
4
2
3
3
3
2
2
1
Nama Mata Pelajaran
1
3
Tot
al
Gu
ru
8
Status
Kepegawaian
PNS
G
G
S1/
D4
S
2
<35
1
1
1
13
Di
p
Non
PNS
G G
1
Jenis
Kelamin
Usia
3550
>51
L
1
P
Ideal
+/-
1
1
1
1
1
1
1
1
Kebutuhan
Pegawai
4
4
3
3
1
1
1
1
3
10
11
2
1
2
4
Pendidikan
Di
p
S1/
D4
S2
lulus
Sertif
i kasi
profe
si
Jenis
Kelami
n
Usia
<3
5
3551
≥51
L
P
Kebutuhan
Guru
Ideal
+/-
92
T
1
2
3
Normatif
Pendidikan Agama
Islam
Bahasa Indonesia
Pendidikan
Kewarganegaraan &
Sejarah
Pendidikan Jasmani &
Olah Raga
Seni & Budaya
BP/ BK
Muatan Lokal
Adaptif
Matematika
Bahasa Inggris
KKPI
IPA
IPS
Kewirausahaan
Fisika
Kimia
T
T
3
T
T
T
3
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
6
2
2
4
3
2
2
2
2
2
1
3
1
1
1
1
1
1
1
2
1
5
1
1
1
1
1
4
4
3
3
2
2
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
2
1
2
1
2
3
3
2
1
1
2
2
1
1
2
2
2
2
1
1
6
1
1
1
6
2
3
2
2
2
2
2
1
3
2
2
1
1
2
2
4
4
4
4
4
4
5
6
6
1
6
1
1
1
1
1
4
3
2
2
2
2
2
1
Produktif
Teknik Instalasi Tenaga
Lsitrik (Elektro)
Teknik Mekanik
Industri (Mesin)
Teknik Kendaraan
4
1
3
3
1
1
4
4
6
1
4
5
6
3
1
93
Ringan (Otomotif)
Teknik Komputer
Jaringan
Akuntansi
Administrasi
Perkantoran
TOTAL
4
4
2
2
57
3
2
2
1
30
23
1
2
2
47
1
1
8
2
1
16
3
4
4
4
2
1
1
2
2
1
1
2
53
41
16
58
Keterangan : PT = Pegawai tetap; PTT = Pegawai Tidak Tetap
94
LAMPIRAN VI
SARANA PRAKTEK PENUNJANG PEMBELAJARAN
Kondisi Saat Ini
Jumlah
Kebutuhan Alat
Jumlah
Jumlah
No
Nama Alat Praktek
Jumlah
Alat
Baik /
Rusak
Rusak Berat /
Ringan/ Tidak
Berfungsi Berfungsi
Tidak Berfungsi
Jumlah Alat
+/-
A
Alat Praktek Umum
5
3
8
8-3=
5
40
35
Ruang Lab. Komputer
1.
Komputer Laptop
5
1
2.
Komputer PC
80
80
3.
Komputer Server
3
3
4.
Router
2
2
5.
Switch Hub
10
10
6.
Access Point
3
3
7.
LCD
3
3
8.
Printer
8
8
9.
TV/Video
2
2
4
10.
B
Alat Praktek
Utama
Kejuruan
(standar minimal peralatan
95
kejuruan)
Ruang Praktek Otomotif
1.
Engine Scanner EFI
1
1
1
2.
Emision Analizer/Co Meter
1
1
1
3.
Radiator Cup tester
1
1
1
4.
Spooring Set
1
1
1
5.
Balancing Machine
1
1
1
6.
Engine Crane
1
1
1
7.
8.
9.
10.
Ruang Praktek Listrik
1.
Osciloscop
1
1
2.
LCD
1
1
3.
PLC
5
5
4.
Lux Meter Anolog
1
1
5.
Clamp Meter Digital
2
2
6.
Eart Tester
1
1
7.
Tacho Meter
1
1
8.
Mikro Meter
3
3
9.
Phase Meter
1
1
Ruang
Praktek
Mesin
96
Industri
1.
Mesin Bubut
15
15
15
2.
Mesin Skrap
1
1
1
3.
Mesin Bor
1
1
1
4.
Gerinda Potong
1
1
1
5.
Gerinda duduk
2
2
2
6.
Kompresor
1
7.
Mesin Gergaji Potong
2
1
8.
Tabung Oksigen
1
1
9.
Tabung Gerinda potong
1
10.
Travo las Listrik
4
1
1
1
2-1=
1
2
1
3
1
1
1
4
4-1=
3
PRASARANA SMK
Kondisi Saat Ini
No
A
Nama Ruang/Area Kerja
Ruang
Pembelajaran
Umum
1. Ruang Kelas
2. Ruang Lab. Fisika
3. Ruang Lab. Kimia
Kebutuhan Ruang
Luas
Total
Jumlah Jumlah
Jumlah RataJumlah
Luas
Rusak Rusak
Ruang rata
Baik
(m2)
Sedang Berat
(m2)
30
1
1
48
96
96
1440
96
96
30
1
1
-
-
Jumlah
ruang
Luas
(m2)
Total Luas
(m2)
-
-
97
4.
5.
6.
7.
Ruang Lab. Biologi
Ruang Lab. Bahasa
Ruang Lab. Komputer
Ruang Lab. Multimedia
Ruang Praktek Gambar
8.
Teknik
Ruang
Perpustakaan
9.
Konvensional
Ruang
Perpustakaan
10.
Multimedia
B
Ruang Khusus (Praktik)
Ruang
1.
Praktek/Bengkel/Workshop
R. Praktek Listrik/Elektro
R. Praktek Mesin
R. Praktek Otomotif
R.
Praktek
Komputer
Jaringan
R. Praktek Akuntansi
R. Praktek Perkantoran
R. Praktek BTQ dan
Peribadatan
C
1.
2.
3.
4.
5.
Ruang Penunjang
Ruang Kepala Sekolah &
Wakil
Ruang Guru
Ruang
Pelayanan
Administrasi (TU)
BP/BK
Ruang OSIS
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5
4
4
-
-
-
-
-
150
1
-
-
-
-
-
60
60
60
60
1
1
-
-
-
-
-
1
60
60
1
1
40
40
1
-
-
-
-
-
1
60
60
1
-
-
-
-
-
1
50
50
1
-
-
-
-
-
1
1
20
20
20
20
1
-
-
-
-
-
1
1
2
1
48
48
72
48
96
48
144
48
1
1
2
1
3
48
144
3
1
96
96
1
1
48
48
1
5
4
4
120
120
200
600
480
800
1
150
1
1
98
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Ruang Pramuka,
Koperasi,
UKS,
Ruang Ibadah
Ruang Bersama (Aula)
Ruang Kantin Sekolah
Ruang Toilet
Ruang Gudang
Ruang Penjaga Sekolah
Ruang Unit Produksi
Asrama Siswa
1
1
1
1
3
2
30
10
1
6
20
36
20
324
144
50
3
20
10
48
20
36
20
324
144
100
90
200
10
288
1
1
1
3
2
30
10
1
6
-
-
-
-
-
99
Kepala Sekolah
NIRACHMAT S.Pd
Kepala Tata Usaha
JUPRIYONO
PKS Bidang Kurikulum
HUMAS / HUBIN
PKS Bidang Kesiswaan
DRS. MARDIAS
SYAMSU RIZAL S.Pd MM
CHOIRUDIN S.Pd
Karun Mek. Industri
Karun Mek. Otomotif
Karun Listrik Instalasi
AHYADI S.Pd
AHYADI S.Pd
ISMANTO S.Pd
BP / BK
WALI KEAS / GURU
OSIS/SISWA / SISWI SMK TRIGUNA UTAMA
100
LEMBAR UJI REFERENSI
ISMA RAHMAHWA,TI
Nama
:
NIM
:1110011000122
JurusarVProdi
: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi
: Kontribusi Budaya Beragama dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) di SMK Triguna Utama
BAB I
NAMA BUKU
PARAF
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam MenghaCapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka
Alhusna. 1 98B). hal. 56-57
2
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (B andung: Citra Umbara, 2009), hal. 64.
Muhaimin, Suti'ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Upaya
MengefektiJkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: P'I Remaja
Rosda Karya, 2004), hal, 78.
Henry Narendrany Hidayati dan Andi Yudiantoro, Psikologi Agama, (
Jakarta: UIN Jakarla Press, 2
BAB
II
NO
NAMA BUKU
I
Asri Budiningsih, Belajctr datt Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), hal.')0-23.
Dimyati dan Mudjiono, Belcjar dan Pembelcjaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
2009),hal, i1.
Trianto, Mendesain Model Pembelaj aran Inovativ-Progresif, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), hal, 15.
Abdul Majid Khan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), hal, 139.
Oemar Hamalik, KurihLltLm deLn Pembelcrjaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), bal. 57.
Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikart Islctm Pendekatan
Historis, Teoritis, dan Praktis, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), hal,25.
Muhaimin, Suti'ah, Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam Llpaya
MengefektiJkan Pendidikctn Agama Islam di Sckolah, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2004), hal,75-76.
2
J
4
5
6
7
PARAF
\
tr\
?\\
',n
\"
\
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: pr Bumi Aksara,
2010), hal, 108-109.
Abdurrahman, An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rtmah, Sekolah dcm
Masyarakal, (Jakarta: Gema Insani, 1995). hal. 117.
Abdul Majid, Belajar dctn Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012). hal. 135-156.
Sarlito W Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: pT RajaGrafindo
Persada, 2014),hal,3.
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: pr Rineka cipta, 1996),
Koentj araningrat, kebudayaan Mentalit as dan p e mbangLman, (Jakaft a:
Gramedia Pustaka lJtama, 1992), hal. 9.
pr.
H.A.R. Tillar, Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat Maclani Indortesia,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1999), hal. 39 dan 43.
Sarlito w Sarwono, Psikologi Lintas Budaya, (Depok: pr RajaGrafindo
Persada, 2014), hal, 3-5.
N4uhammad Alirn, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: pr Remaja Rosda
a,201 1), hal, 26.
Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara,2004), hal, 3.
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: pr Remaja Rosda
Karya, 201l), hal, 30.
J' Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, sosiologi reks pengantar dan
Penerapan, (Jakafia: Kencana, 201 I ), hal, 248.
Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, psikologi Isram, (Sohtsi
Is I am at as P r o b I em -p r o b I e m P s i ko I o gi), (Yo gyakarla : pustaka p elaj ar,
1995), hal.76.
Abdurrahman, An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rtmah, Sekolah dan
Maqtarakal, (Jakarta: Gema Insani, 1995), hal,'22-23.
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: pr Remaja Rosda
Karya, 201l). hal,28.
M. Saleh Muntasir, Mencari Eviclensi Islart (Analisa Awal sistem Filscrfat,
sn'ategi cian Metodologi Pendidikan Lslam), (Jakarta: Rajawali, l9g5), hal.
120.
Ngaiim Purwanto, Ilmtr Penclidikun Teoritis clan praktis, (Banciur-rg: pr.
Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 177 .
Ramayulis, Ilmtt Pendidikan Islarn, (Jakarta: Kalam rr,r,rrrq rqga), l*1. 1gt
27
I
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson, Theori of Learning (Teori
Belajar), Penerjemah: Tri wibowo (Jakarla: prenada Media Group, 2009),
hal. 65.
Sri Esti wuryani, Psikologi pendidikan. (Jakarra: pr-RASrNDo,2006),
hal.133.
Bimo walgiro, Pengantar Psikologi (Jmttm, (yogyakarta: ANDI offset,
2003), hal. l7l,
29
30
BAB
U
III
NO
NAMA BUKU
I
Joko Subagyo, Metologi Penelitian Teori dan Praktek, (Jakarla: Rhineka
Cipta. 1991). hal. 109
Sugiyono, Memahami P eneliti an Kuaitatif, (B andung: Alfabeta, 201 4), hal,
2
+
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: PT Remai a Rosdakarya, 20 l2), hal. I 69
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT.
Remaia Rosdakarya, 2004), hal. I 12.
PARAF
ii
I
1i
72.
J
I
5
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008). hal. 108.
Mukhtar, Metode Praktis Peneiitian Deskriptf Ktrulitatif (Jakarla: GP Press
Group, 2073),h,720.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal,
i
f/\
U
373.
BAB VI
NO
NAN,{A BUKU
I
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2012), hal, 135-156
'1T"u
b,
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
No
FORM (FR)
Jl. k. H. Juanda No 95 Cipulat 1 5412 lndonesia
Dokumen
Tgl. Terbit
No. Revisi:
:
:
:
Ha
FITK-FR-AKD-082
1 Maret
01
1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.0llF. l/KM.01.31........12014
Larnp. : Outline/Proposal
Hal : Permohonan Izin Penelitian
Jakarta, 04 September 2014
Kepada Yth.
Kepala Sekolah
SMKTrigunaUtama
di
Tempat
As
s
alamu' al aikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahw4
Nama
Isma Ratr:nahwati
NIM
I 1 l00l 1000122
Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Semester
IX (Sembilan)
Judul Skripsi
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap
Budaya Beragama Siswa SMK Triguna Utanra
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Jakarta yang
sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di
instans7sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan
penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan'terima kasih.
Wqs
s
alamu' alaikum wr.wb.
idikan Agama Islam
ajid Khon, M.Ag
198703 1 005
Tembusan:
Dekan FITK
Pembantu Dekan Bidang Akademik
Mahasisrva yang bersangkutan
l.
2.
3.
2010
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
SMI( TRIGUNA UTAMA
Terakreditasi "A" NPSN :20603290, NSS : 324020417006, NDS z 4202040003
Jl. lr. H. Juanda Km.2 Rt. 002/04 Ciputat Timur 15412 Kota Tangerang Selatan
Tel p. 740 1 1 00 Fax. 7 47 07 543 http://www.trig u na-utama.sch. id
Nomor
Lamp.
Hal
: 003/
As/ SMK/ IX I 2014
: Surat
Izin Penelitian
Kqpada YIh
:
DekanFITK
Di Ternpat
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Sehubungan dengan surat pemohonan No : UN.01 /
F.l /KM.01.3/ D{,I 2014
tentang permohonan izinpenelitian di SMK Perguruan Triguna Utama
Isma Rahmahwati
1110011000122
Nama
MM
Tahun Akademik
Program
Waktu
Judul Skripsi
:
2014
:
- 20ts
Pendidikan Agama Islam ( P A I )
Kamis, 18 s/d 30 September 2014
PelaksanaanPembelajaranPendidikanAgamalslam
(PAI) Terhadap Budaya Beragama Siswa
SMK Triguna Utama
Maka kami atas nama Kepala SMK Triguna Utama rnemberikan izin untuk
mengadakan penelitian di sekolah kami.
Demikian surat ini disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
17 September 2014
Download