sistem ini adalah didapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa stacking gel dalam volume sampel yang sama (Ahmed 2005). Deteksi protein dalam gel dilakukan dengan berbagai macam pewarnaan seperti coomassie blue, silver nitrat, dan amido black (Ahmed 2005). Coomassie blue merupakan pewarnaan yang cepat dan sering digunakan untuk visualisasi protein pada gel poliakrilamid (Ahmed 2005; Bonner 2007). Protein dapat terdeteksi oleh coomassie blue apabila konsentrasi sampel protein yang diloading dalam gel sebelum tahapan rehidrasi sebanyak 500 µg sampai dengan 1 mg (Blot 2003). Dibandingkan dengan coomassie blue, pewarnaan silver nitrat jauh lebih sensitif (Janson & Ryden 1998; Blot 2003) bahkan pada konsentrasi nanogram, akan tetapi membutuhkan waktu lebih lama (Ahmed 2005). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juli 2010 di Laboratorium Embriologi dan Laboratorium Layanan Pendidikan Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peralatan bedah steril, pinset, mikropipet, tip, timbangan digital, biosafety cabinet, mikroskop, cawan petri steril, object glass, cover glass, gelas piala, gelas ukur, tabung konikal, tabung eppendorf, mikrofilter, spuit, hemositometer, dan mesin elektroforesis. Bahan–bahan yang digunakan antara lain otak tikus (Rattus norvegicus) umur 3 hari (newborn), medium kultur mDMEM (Dulbecco’s Modified Eagle Medium) yang dimodifikasi dengan penambahan asam amino non esensial (AANE) 10%, fetal bovine serum (FBS) 10%, sodium bikarbonat 3 mM, 2mercaptoetanol 0,1 mM dan gentamisin 50 µg/ml, phosphate buffered saline yang dimodifikasi dengan penambahan FBS 0,1% dan gentamisin 50 µg/ml (mPBS), insulin transferrin selenium (ITS), pewarna hematoksilin eosin, dan pewarna silver nitrat. Metode Isolasi Sel Saraf Otak Besar Tikus strain SD (Sprague Dawley) umur 3 hari dimatikan terlebih dahulu dengan menggunakan eter kemudian daerah kepala didesinfeksi dengan alkohol 70%. Otak bagian cerebrum diisolasi dan dicuci dengan larutan PBS. Suspensi otak dibuat dengan cara menyedot dan mengeluarkan kembali secara berulang menggunakan spuit 1 cc yang mengandung larutan mPBS. Suspensi dimasukkan ke dalam tabung dan dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 210 g selama 10 menit. Pencucian dilakukan dengan mPBS sebanyak 4 kali ulangan dan medium mDMEM sebanyak 1 kali ulangan. Terakhir pelet diresuspensi dalam larutan mDMEM sebanyak 1 ml. Kultur Sel Saraf Otak Suspensi otak dengan konsentrasi 104 sel/ml dikultur dalam 3 cawan petri yang telah dilapisi dengan gelatin 0,1% dan berisi 2 ml mDMEM dengan dan tanpa ITS. Kultur sel otak dilakukan dengan teknik aseptis di dalam clean bench untuk mencegah kontaminasi. Kultur diinkubasi dalam inkubator CO 2 5% pada suhu 37°C. Penggantian medium dilakukan setiap 2 hari untuk menyediakan kembali nutrisi yang berkurang dan membuang sisa metabolisme sel. Kultur dilakukan selama 11 hari atau sampai mencapai konfluen 90%. Pembuatan dan Koleksi Conditioned Medium Kultur yang telah konfluen dilakukan koleksi medium. Medium kultur primer dibuang dan dicuci dengan PBS tanpa FBS. Selanjutnya diganti dengan mDMEM tanpa FBS pada masing-masing petri sebanyak 2 ml. Setelah 2 hari medium dikoleksi dan disimpan dalam tabung eppendorf 1,5 ml pada refrigerator. Evaluasi Hasil Kultur Sel Otak Tipe-tipe Sel Identifikasi tipe-tipe sel yang tumbuh dilakukan berdasarkan morfologi sel baik secara natif maupun dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Kultur sel yang ditumbuhkan di atas cover glass dicuci menggunakan PBS kemudian difiksasi dalam larutan buffer paraformaldehid 4% selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan penyimpanan dalam alkohol 50% selama 2 jam kemudian dalam alkohol 70% sampai dengan dilakukan pewarnaan HE. Kultur yang disimpan dalam alkohol 70% sebelum diwarnai dilakukan stopping point dalam alkohol 50% selama 3 menit. Selanjutnya direndam dalam aquades selama 5 menit, hematoksilin 4 menit, dan dibilas dengan aquades. Selanjutnya dilakukan perendaman dalam eosin selama 2 menit dan dibilas dengan aquades. Pewarnaan dilanjutkan dengan dehidrasi bertingkat dalam alkohol 70%, 80%, 90%, 96%, absolut 3 kali ulangan, masing-masing 10 menit dan dilanjutkan dalam xilol dua kali ulangan kemudian dimounting pada object glass menggunakan entelan. Evaluasi dilakukan dengan mengamati morfologi sel dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 40x10. Tingkat Proliferasi dan Population Doubling Time Tingkat poliferasi ditentukan berdasarkan penghitungan jumlah sel sebelum dan setelah kultur mencapai konfluen 90%. Peningkatan (proliferasi) sel diketahui dari total sel yang tumbuh menggunakan kamar hitung hemositometer Improved Neubauer dengan perhitungan sebagai berikut: Total sel (sel /ml) = jumlah sel pada 5 kotak x faktor pengenceran x 104 Sedangkan Population Doubling Time (PDT) dihitung menggunakan rumus: PDT (hari) = 1 ( log jumlah sel akhir- log jumlah sel awal) x 3,32 waktu Pertumbuhan Panjang Akson dan Dendrit Pertumbuhan panjang akson dan dendrit diamati dengan mikroskop pada perbesaran 40x10 dan diukur menggunakan mikrometer. Satu skala mikrometer pada perbesaran 40x10 setara dengan 2,5 µm. Jumlah sel yang diukur sebanyak 50 sel untuk masing-masing ulangan. Identifikasi Protein Menggunakan Sodium Dodecyl Sulfate – Polyacrilamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) Elektroforesis diawali dengan pembuatan gel poliakrilamid yang terdiri atas dua bagian yaitu separating gel 12% dan stacking gel 4%. Selanjutnya chamber alat elektroforesis diisi dengan running buffer 1x sampai bagian bawah gel terendam. Sampel dari CM kultur sel saraf sebanyak 15 µl dicampurkan dengan loading buffer (1:2) dan dimasukkan ke dalam sumur gel. Larutan baku protein dimasukkan juga ke dalam gel sebagai marker. Elektroforesis dijalankan pada tegangan 120 V dan arus listrik sebesar 25 A selama 3 jam. Setelah proses running selesai, gel dilepaskan secara hati-hati dari lempeng kaca dan selanjutnya dilakukan visualisasi protein dengan pewarnaan silver nitrat. Rancangan Percobaan Kultur sel-sel saraf dibagi menjadi dua kelompok perlakuan berdasarkan kondisi medium yang digunakan yaitu (1) mDMEM dan (2) mDMEM yang ditambah dengan ITS (insulin 5 µg/ml, transferin 10 µg/ml, selenium 5 µg/ml) masing-masing sebanyak tiga kali ulangan. Parameter yang diamati adalah tipe sel yang tumbuh berdasarkan morfologi, panjang akson dan dendrit, komposisi sel saraf dan sel glia, tingkat proliferasi sel dan population doubling time, serta kandungan protein yang disekresikan. Data tipe-tipe sel berdasarkan morfologi sel serta gambaran protein diuraikan secara deskriptif sedangkan data kuantitantif yaitu tingkat proliferasi, PDT dan panjang akson-dendrit dianalisis menggunakan metoda statistik T-test dengan tingkat kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe-tipe Sel yang Tumbuh dan Berkembang dalam Kultur