TUGAS MAKALAH PENGANTAR TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN “ Peran Mikoriza Dalam Perkembangan Tumbuhan ” Oleh : Ainur Rahman (120311100008) KELAS B JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2012 KATA PENGANTAR Alahamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi rahmat-NYA kepada kami sehingga bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan para pengikutnya. Makalah yang yang berjudul “ Peran Mikoriza bagi Pertumbuhan Tanaman “, kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Produksi Tanaman. Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa tahu peran serta fungsi mikoriza bagi tanaman. Makalah yang kami buat ini masih belum sempurna, oleh karena itu, kami mengharap partisipasi pembaca dengan memberi kritik dan saran. Apabila masih terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami mohon maaf. Semoga makalah ini bermanfaat. Amien. Bangkalan, Desember 2012 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................ii DAFTAR ISI ...............................................................................................iii I. II. PENDAHULUAN - Latar Belakang ..................................................................... 1 - Tujuan ................................................................................. 1 - Rumusan Masalah ............................................................... 2 PEMBHASAN a. Mikoriza .............................................................................. 3 b. Macam-macam mikoriza Berdasarkan struktur dan cara jamur menginfeksi akar ................................................................. 4 III. c. Mikoriza Vesikular Arbuskular ............................................ 6 d. Manfaat Umum MVA .......................................................... 7 e. Mekanisme Penyerapan Fosfat oleh Mikoriza ..................... 8 f. Teknik Sederhana Perbanyakan Mikoriza ............................ 9 PENUTUP a. Kesimupulan ..................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12 I. PENDAHULUAN 3.1 Latar Belakang Tanah merupakan salah satu media tanam yang meneyediakan unsur hara ataupun bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Akan tetapi tidak semua tanah dengan kondisi tertentu mampu menyediakan bahan tersebut, salah satu contoh, yaitu: kondisi tanah yang kekurangan air atau kering justru membutuhkan treatment (perlakuan) khusus yang nantinya akan memperbaiki kembali kondisi secara fisik atau bahkan bisa meningkatkan produktivitas tanah tersebut. Salah satu treatment untuk memperbaiki kondisi tanah yang sedang kering, yaitu dengan pemberian mikoriza, karena mikoriza merupakan simbiosis mutualisme antara jamur di tanah dengan akar tanaman. Dan mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung, secara langsung melalui peningkatan penyerapan hara dan air, sedangkan secara tidak langsung melalui perbaikan sifat fisik. Penggunaan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah. Selain itu aplikasi mikoriza dapat membantu rehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan produktivitas tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan pada lahan-lahan marginal dan pakan ternak tanah. Inilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah dengan judul “ Peran Mikoriza Dalam Perkembangan Tumbuhan “ . 3.2 Tujuan Untuk mengetahuai peran pertumbuhan tanaman. dan manfaat mikoriza bagi 3.3 Rumusan Masalah - Apa Mikoriza ? - Apa Macam Mikoriza Berdasarkan struktur dan Cara Menginfeksinya? - Apa MVA (Mikoriza vesikula Arbuskular) ? - Apa Manfaat Umum MVA? - Apa Mekanisme Penyerapan Fosfat oleh Mikoriza? II. PEMBAHASAN a. Mikoriza Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman. Mikoriza adalah kelompok fungi (jamur) yang bersimbiosis dengan tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berpembuluh, Tracheophyta), khususnya pada sistem perakaran. Terdapat juga fungi yang bersimbiosis dengan fungi lainnya, tetapi sebutan mikoriza biasanya adalah untuk mereka yang menginfeksi akar. Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya. Sebaliknya, beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Beberapa jenis tumbuhan tidak tumbuh atau terhambat pertumbuhannya tanpa kehadiran mikoriza di akarnya. Sebagai misalnya, semaian pinus biasanya gagal tumbuh setelah pemindahan apabila tidak terbentuk jaringan mikoriza di sekitar akarnya. Hanya sedikit kelompok tumbuhan yang tidak menjadi simbion, seperti dari Brassicaceae, Commelinaceae, Juncaceae, Proteaceae, Capparaceae, Cyperaceae, Polygonaceae, Resedaceae, Urticaceae, dan Caryophyllales. Mikoriza dapat diinokulasi secara buatan. Namun demikian, inokulasi mikoriza komersial memerlukan bantuan mikoriza lokal, misalnya dengan menambahkan tanah dari tempat asal tumbuhan. Mikoriza yang umum ditemukan adalah mikoriza vesikula arbuskula. Mikoriza Vesikula Arbusklua (MVA) adalah suatu simbiosis yang ditemukan antara cendawan (Zygomycetes) dan akar, dan merupakan salah satu tipe beberapa tipe mikoriza yang dikenal. Beberapa jenis mikoriza yang telah ditemukan adalah ectomycoorhizae (ECM), vesikular-arbuskular (VAM/endomikoriza), ectendomycoorhizae, Ericoid mycoorhizae mycoorhizae, Orchid mycoorhizae, dan Arbutoid mycoorhizae (didasarkan pada struktur mikoriza). Lebih dari 200.000 spesies Angiospermae, terdiri dari cabang-cabang hifa yang berada pada bagian dalam sel akar tanaman inang atau lebih dari 90% dari 300.000 spesies yang berasosiasi dengan MVA pada tanah-tanah alami. MVA merupakan jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur ini membentuk vesikel dan arbuskula di dalam korteks tanaman. Karena 80% cendawan ini membentuk struktur vesikula dan arbuskula, maka cendawan ini disebut dengan cendawan mikoriza vesikula–arbuskula. Vesikel merupakan ujung hifa berbentuk bulat, berfungsi sebagai organ penyimpanan, sedangkan arbuskula merupakan hifa yang struktur dan fungsinya sama dengan houstoria dan terletak di dalam sel tanaman. MVA termasuk ke dalam kelas Zygomycetes, ordo Glomales dan genus Gigaspora, Scultellospora, Acaulospora, Entrophospora, Glomus, dan Sclerocystis. Terdapat sekitar 150 jenis (spesies) spora cendawan MVA yang telah dideskripsi. MVA tergolong dalam kelompok khusus dari populasi mikoriza yang sangat banyak mengkolonisasi rhizosfer, yaitu di dalam akar, permukaan akar, dan di daerah sekitar akar. Hifa eksternal yang berhubungan dengan tanah dan struktur infeksi seperti arbuskula di dalam akar menjamin adanya perluasan penyerapan unsur-unsur hara dari tanah dan peningkatan transfer hara (khususnya P) ke tumbuhan, sedangkan cendawan memperoleh C organik dari tumbuhan inangnya . b. Berdasarkan struktur dan cara jamur menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokan menjadi : Ektomikoriza (jamur yang menginfeksi tidak masuk ke dalam sel akar tanaman dan hanya berkembang diantara dinding sel jaringan korteks, akar yang terinfeksi membesar dan bercabang), Akibat serangannya, terlihat jalinan miselia berwarna putih pada bagian rambut-rambut akar, dikenal sebagai hartig net. Serangan ini dapat menyebabkan perubahan morfologi akar. Akar-akar memendek, membengkak, bercabang dikotom, dan dapat membentuk pigmen. Infektivitas tergantung isolat dan kultivar tumbuhan inang. Tumbuhan inangnya biasanya tumbuhan tahunan atau pohon. Beberapa di antaranya merupakan komoditi kehutanan dan pertanian seperti sengon, jati, serta beberapa tanaman buah seperti mangga, rambutan, dan jeruk. Selain itu pohon-pohon anggota Betulaceae, Fagaceae, dan Pinaceae juga menjadi inangnya. Pada umumnya ektomikoriza termasuk dalam Basidiomycota. Endomikoriza (Jamur yang menginfeksi masuk ke dalam jaringan sel korteks dan akar yang terinfeksi tidak membesar). Peranan penting FMA dalam pertumbuhan tanaman adalah kemampuannya untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Selain itu akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal pada mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah menjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat kemudian dipindahkan ke dalam hifa dan dipecah menjadi fosfat organik yang dapat diserap oleh sel tanaman. Efisiensi pemupukan P sangat jelas meningkat dengan penggunaan mikoriza. Hasil penelitian Mosse (1981) menunjukkan bahwa tanpa pemupukan TSP, produksi singkong pada tanaman yang tidak bermikoriza kurang dari 2 gr, sedangkan pada tanaman bermikoriza hampir 4 gr. Pada jenis endomikoriza, jaringan hifa cendawan masuk kedalam sel kortek akar dan membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang disebut vesicle dan sistem percabangan hifa yang disebut arbuscule, sehingga endomikoriza disebut juga vesicular-arbuscular micorrhizae (FMA ). FMA (FMA ) adalah struktur sistem perakaran yang terbentuk sebagai maniferstasi adanya simbiosis mutalistik anatara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza). Endomikoriza banyak mendapat perhatian karena penyebarannya lebih luas dan dapat berasosiasi dengan hampir 90 % spesies tanaman tingkat tinggi, salah satunya adalah FMA. c. Mikoriza vesikular-arbuskular MVA dan ektomikoriza berguna bagi pertanian dan kehutanan. Ektomokoriza dapat ditumbuhkan secara aksenik di laboratorium sehingga mudah dikembangkan. MVA sulit ditumbuhkan secara aksenik (media buatan) sehingga MVA dianggap merupakan simbion obligat (wajib). Vesikula berbentuk butiran-butiran di dalam sitoplasma yang mengandung lipid dan menjadi alat reproduksi vegetatif mikoriza, khususnya bila sel pecah akibat rusaknya korteks akar. Arbuskula berwujud kumpulan hifa yang menembus plasmalema dan membantu transportasi hara di dalam sel tumbuhan. Pembentukan vesikula dan arbuskula dalam sel menunjukkan bahwa simbiosis telah terjadi dengan sempurna dan tanaman sudah dapat menikmati hasil kerja sama dengan mikoriza berupa meningkatnya ketersediaan unsur hara yang diserap dari dalam tanah. Selain vesikula dan arbuskula, terbentuk hifa eksternal yang dapat membantu memperluas ruang penyerapan hara oleh akar. Pada bawang merah, misalnya, panjang hifa eksternal dapat mencapai 80 cm per satu cm panjang akar. Di luar akar, hifa dapat membentuk sporangium yang menghasilkan spora sebagai alat reproduksi. MVA banyak membawa keuntungan bagi tumbuhan simbionnya. Ia memperbaiki hasil tumbuhan dan mengurangi masukan pupuk pada tanaman pertanian. Ini terjadi karena MVA meningkatkan ketersediaan beberapa hara di tanah yang diperlukan tanaman, terutama fosfat. Peningkatan penyerapan fosfat diiringi dengan peningkatan penyerapan hara lain, seperti nitrogen (N), seng (Zn), tembaga (Cu), dan belerang (S). Selain itu, MVA memperluas ruang tanah yang dapat dijangkau oleh tanaman inang. Jeruk, umpamanya, dikenal responsif terhadap inokulasi MVA. Inokulasi ini dapat mengarah pada menurunnya penggunaan pupuk P. Selain meningkatkan ketersediaan hara, MVA meningkatkan toleransi tumbuhan terhadap kurangnya pasokan air. Luasnya jaringan hifa di tanah membantu akar menyerap air. MVA memengaruhi ketahanan tumbuhan inang terhadap serangan penyakit. MVA, tergantung jenisnya, dapat mengurangi pengaruh serangan jamur patogen. Demikian pula, juga dapat mengurangi serangan nematoda. Sebaliknya, tumbuhan yang terinfeksi MVA menurun ketahanannya terhadap serangan virus. Pengaruh MVA lain yang pernah teramati adalah dukungannya terhadap simbiosis antara bakteri bintil akar dan polong-polongan, produksi giberelin oleh Gibberella mosseae, memengaruhi sintesis fitohormon tertentu, dan memperbaiki struktur agregasi tanah. Arbuskula adalah struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohonpohon kecil yang mirip haustorium (membentuk pola dikotom), berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman inang dengan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi, diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang. Arbuskula dengan cepat mengalami desintegrasi atau terjadi lisis/pecah dan membebaskan P ke tanaman inang. Luas permukaan arbuskula aktif secara metabolik per meter akar berkurang dengan waktu, sedangkan hifa mempunyai area permukaan lebih besar sesudah 63 hari setelah tanam. Arbuskula menyediakan area permukaan yang lebih luas untuk pertukaran metabolik. Arbuskula merupakan struktur FMA yang bersifat labil di dalam akar tanaman. Sifat kelabilan tersebut sangat tergantung pada metabolisme tanaman, bahan makanan dan intensitas radiasi matahari. Pembentukan struktur tersebut dipengaruhi jenis tanaman, umur tanaman, dan morfologi akar tanaman. d. Manfaat Umum MVA Manfaat dari MVA dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu manfaat dalam ekosistem, manfaat bagi tanaman, dan manfaatnya bagi manusia. Manfaat mikoriza MVA dalam ekosistem sangat penting, yaitu berperan dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan menyalurkan karbohidrat dari akar tanaman ke organisme tanah yang lain, sedangkan manfaat bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama P. MVA ini dapat mengeluarkan enzim fosfatase dan asam-asam organik, khususnya oksalat yang dapat membantu membebaskan P. MVA dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan fosfat melalui dua cara, pengaruh langsung melalui jalinan hifa eksternal yang diproduksinya secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air dan pengaruh tidak langsung, dimana mikoriza dapat memodifikasi fisiologis akar sehingga dapat mengeksresikan asam-asam organik dan fosfatase asam ke dalam tanah. Fosfatase asam merupakan suatu enzim yang dapat mamacu proises mineralisasi P Organik dengan mengkatalisis pelepasan P dari kompleks organik menjadi kompleks anorganik. e. Mekanisme Penyerapan Fosfat oleh Mikoriza Peranan MVA tersebut dalam meningkatkan ketersediaan dan serapan P dan unsur hara lainnya melalui proses sebagai berikut : 1. Modifikasi Kimia oleh mikoriza dalam proses kelarutan P tanah Pengaruh Mikoriza Arbuskula Pada Ketersediaan dan Penyerapan Unsur Hara Pada tahap ini, terjadi modifikasi kimia oleh mikoriza terhadap akar tanaman, sehingga tanaman mengeksudasi asam-asam norganik dan enzim fosfatase asam yang memacu proses mineralisasi P. Eksudasi akar tersebut terjadi sebagai respon tanaman terhadap kondisi tanah yang kahat P, yang mempengaruhi kimia rizosfer. 2. Perpendekan jarak difusi oleh tanaman bermikoriza. Mekanisme utama bagi pergerakan P ke permukaan akarah melalui difusi yang terjadi akibat adanya gradien konsentrasi, serta merupakan proses yang sangat lambat. Jarak difusi ionion fosfat tersebut dapat diperpendek dengan hifa eksternal CMA, yang juga dapat berfungsi sebagai alat penyerap dan translokasi fosfat. 3. Penyerapan P tetap terjadi pada tanaman bermikoriza meskipun terjadi penurunan konsentrasi minimum P. Konsentrasi P yang ada di larutan tanah dapat menjadi sangat rendah dan mencapai konsentrasi minimum yang dapat diserap akar, hal ini terjadi sebagai akibat terjadinya proses penyerapan ion fosfat yang ada di permukaan akar. Di bawah konsentrasi minimum tersebut akar tidak mampu lagi menyerap P dan unsur hara lainnya, sedangkan pada akar bermikoriza, penyerapan tetap terjadi sekalipun konsentrasi ion fosfat berada di bawah konsentrasi minimum yang dapat diserap oleh akar. Proses ini ini terjadi karena afinitas hifa eksternal yang lebih tinggi atau peningkatan daya tarikmenarik ion-ion fosfat yang menyebabkan pergerakan P lebih cepat ke dalam hifa MVA. f. Teknik Sederhana Perbanyakan Mikoriza 1. Sterilisasi media Media perbanyakan yaitu pasir, pupuk kandang dan zeolith dipanaskan dalam autoclave selama 20 menit guna membunuh mikroorganisme yang hidup pada media perbanyakan sehingga mengurangi kompetisi antara mikoriza dengan mikroorganisme lainnya dan agar tanaman inang tidak terserang hama penyakit. Setelah steril, media perbanyakan dimasukkan kedalam pot – pot plastik, media perbanyakan siap untuk digunakan. 2. Penanaman Benih tanaman inang yaitu jagung dan sorghum dikecambahkan terlebih dahulu. Benih yang telah berkecambah akan meningkatkan prosentase pertumbuhannya karena media tanam yang digunakan miskin unsur hara. Buat lubang tanam pada media perbanyakan, sebaiknya lubang jangan terlalu dalam kira-kira 2-3 cm dari permukaan media. Masukkan stater mikoriza sebanyak 0,5 – 1 gr pada tiap lubang tanam kemudian tanam benih. 3. Inkubasi dan pemeliharaan Inkubasi dilakukan dengan mengontrol dan mengamat pertumbuhan tanaman inang yang diletakkan di suatu tempat. Letakkan pada tempat yang cukup sinar matahari dengan sesekali dilakukan penyiraman dan pemupukan. Penyiraman jangan terlalu sering namun cukup menjaga kelembaban permukaan media tanam dan pemupukan dilakukan secukupnya. Pemeliharaan benih yang telah tumbuh juga meliputi pengamatan hama penyakit, segera cabut tanaman yang terserang. 4. Stressing Stressing bertujuan untuk menghambat atau menekan pertumbuhan tanaman inang dengan kondisi tertentu agar mikoriza yang bersimbiosa dengan akar tanaman juga mengalami tekanan sehingga dalam kondisi tertekan tersebut mikoriza akan membentuk spora. Spora inilah yang akan dipanen. Stressing dilakukan dengan cara antara lain : - Tanpa penyiraman Dalam kondisi tanpa penyiraman, akar tanaman inang akan mencari sumber air dan pada saat inilah simbiosa antara akar dengan mikoriza akan berjalan optimal. Hifa-hifa mikoriza akan memanjang untuk membantu akar mencari sumber air. - Diletakkan dibawah sinar matahari Dalam kondisi tanpa penyiraman kemudian dikombinasikan dengan perlakuan pemaparan di bawah sinar matahari akan semakin menekan kondisi fisik tanaman inang sehingga diharapkan akan mempengaruhi juga kondisi mikoriza untuk membentuk spora dalam mempertahankan hidupnya. 5. Topping Topping bertujuan untuk memotong tajuk tanaman inang da menyisakan batang bawahnya kira-kira ¾ saja. Dalam kondisi ini tanaman inang dan mikoriza mengalami kondisi tekanan sangat tinggi. Tanaman inang akan mati dan mikoriza akan berusaha mempertahankan diri dimana hifa-hifa mikoriza akan mengerut dan membentuk spora. 6. Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah tanaman inang mengalami stressing, panen dilakukan dengan cara membongkar tanaman inang lalu campur dan aduk media tanam, potong kecil – kecil akar tanaman menggunakan gunting, campur potongan akar tersebut dengan zeolith kemudian dikemas dalam kantong plastik. 7. Aplikasi di lapang Mikoriza efektif digunakan pada saat pembibitan karena mikoriza akan segera menginfeksi jaringan akar muda sehingga bibit yang akan diaklimatisasi memiliki perakaran yang telah terlindungi dan terhindar dari serangan pathogen. Dosis yang disarankan minimal 15-20 g per bibit dan diberikan pada saat sore hari. III. PENUTUP Kesimpulan Mikoriza adalah kelompok fungi (jamur) yang bersimbiosis dengan tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berpembuluh, Tracheophyta), khususnya pada sistem perakaran. Terdapat juga fungi yang bersimbiosis dengan fungi lainnya, tetapi sebutan mikoriza biasanya adalah untuk mereka yang menginfeksi akar. Mikoriza dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan cara menginfeksinya, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Manfaat dari MVA dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu manfaat dalam ekosistem, manfaat bagi tanaman, dan manfaatnya bagi manusia. Manfaat mikoriza MVA dalam ekosistem sangat penting, yaitu berperan dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan menyalurkan karbohidrat dari akar tanaman ke organisme tanah yang lain, sedangkan manfaat bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama P. Teknik perbanyakan mikoriza yang sederhana diharapkan mampu dimanfaatkan dan dikembangkan di tingkat petani sehingga diharapkan petani mampu memproduksi mikoriza secara mandiri. Dengan kemampuan memproduksi secara mandiri maka para petani mampu mengatasi lahan-lahan kritis sehingga meningkatkan kuantitas dan kualitas produk pertanian di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Brundrett, M. 1996. Diversity and Classification of Mycorrhizal Associations. Biol.Rev. 79:473–495. Dewi, Intan Ratna. 2009. PERAN, PROSPEK DAN KENDALA DALAM PEMANFAATAN ENDOMIKORIZA. [on-line]. Hapsari, Rini , dkk.2012. APLIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DARI LAHAN GUNUNG DAN TEGAL DI PAMEKASAN PADA TANAMAN TEMBAKAU MADURA (Nicotiana tabacum). [on-line]. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-18878-Paper328040.pdf . diakses tanggal 20 november 2012. Kartika, Ardiana. 2012.PERBANYAKAN MIKORIZA.[on-line]. http://www.laboratoriumphpbanyumas.com/isiwebsite/AGENSIA %20HAYATI/PERBANYAKAN%20MIKORIZA.pdf. diakses tanggal 20 november 2012. Sartini. 2009. MIKORIZA ARBUSKULA DAN KASCING: PENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN. [Online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15492/1/kptapr2004-%281%29.pdf. Diakses tanggal 20 november 2012. Uyun, Yuyun Saepul. 2007. PENGGUNAAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSCULAR (CMA) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn. F) PADA LIMBAH MEDIA TUMBUH JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.). [online]. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46007/E06ys a.pdf?sequence=1. Diakses tanggal 20 november 2012.