ISOLASI MIKORIZA VESIKULAR-ARBUSKULAR PADA LAHAN KERING DI JAWA TIMUR Tutik Nurhidayati, Kristanti Indah Purwani, dan Dini Ermavitalini Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRACT The research aimed of determine spore of vesicular-arbuscular mycorrhizae collected from dry land of east Java. Sample were collected by stratified random sampling method. Spores were received through the stratified screening with the method wet sieving and decanting. The calculation of spores was carried out with haemocytometer and the identification of the kind mikoriza was carried out was based on the form of spores and was proposed to several books. Sample area research are Bangkalan, Tuban, Ponorogo and Magetan. There were 6 genus of mycorrhizae spores that dominated Glomus and Gigaspora. Further research is need information based to candidate spore of vesicular-arbuscular mycorrhizae at land dry biofertilization. Key words: Isolation, spore, vesicular-arbuscular mycorrhizae, dry land East Java PENGANTAR Luas lahan kering di Jawa Timur ada dapat dikembangkan adalah anggur, apel, mangga, puluhan ribu Hektar. Jumlah lahan kering tersebut jeruk, pisang, dan lain-lain (Anonimous, 2008). semakin meningkat pada musim kemarau karena ada Tanaman yang dikembangkan menjadi komoditas defisit air di beberapa lahan (Wignyosukarto, 2000). unggulan di suatu tempat hendaknya mengacu pada Penajaman teknologi sumberdaya lahan kering kesesuaian mutlak ini kelembaban, curah hujan, dan penerimaan cahaya. (Soemarno, 2004). Salah satu teknologi yang dapat Kondisi geofisik alami dan agroklimat serta jenis dikembangkan adalah Bioteknologi CMA (Cendawan tanaman Mikoriza Arbuscular). keberadaan mikrobia (seperti mikoriza) dalam lahan diperlukan dalam kondisi Cendawan Mikoriza seperti yang setempat, berbeda-beda, misalnya memungkinkan (CMA) tersebut juga beraneka ragam. Selain itu, kondisi suatu lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan cendawan tanah yang bersifat simbiotik obligat biji juga cocok untuk perkecambahan spora CAM. dengan diketahui Demikian pula kondisi edafik yang dapat mendorong mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan hifa CAM (Pascoe, 1991). Penelitian ini bertujuan serapan hara (Nuhamara, 1994). untuk mengisolasi cendawan mikoriza arbuscular termasuk kelompok akar endomikoriza tanaman Komoditas Arbuskula agroklimat yang pertanian yaitu telah tanaman pangan sehingga dapat digunakan sebagai informasi jenis unggulan di Jawa Timur yang dapat dikembangkan dan kelimpahan mikoriza vesikuler arbuskuler di meliputi padi, ubi kayu, jagung, kedelai, kacang Jawa hijau, ubi jalar, dan kacang tanah. Sedangkan digunakan sebagai bahan pertimbangan pemanfaatan komoditas potensial tanaman buah-buahan yang Timur. Data tersebut selanjutnya dapat mikoriza sebagai kandidat biofertilizer di lahan JSP : Jumlah Seluruh Potongan Akar yang kering. Diamati BAHAN DAN CARA KERJA HASIL Bahan yang digunakan meliputi akar dan Ekosistem alami mikoriza di daerah tropika tanah yang diambil disekitar perakaran tanaman (tropical rain forest) dicirikan oleh keragaman unggulan daerah setempat. spesies yang sangat tinggi (Munyanziza et al., 1997) Pengambilan Sampel tanah dilakukan di mohon dapus dilengkapi. Keberadaan tanaman yang daerah perakaran tanaman dengan batas setengah cocok dan compatible terhadap suatu jarak tanam dan sedalam sistem perakaran tanaman. mikoriza arbuskula berlanjut dengan peningkatan Selain itu sampel akar tanaman inang juga ikut pertumbuhan hifa dan infeksi mikoriza arbuskula. diambil, yaitu dengan mengambil akar yang masih Hifa mengadakan pertumbuhan terpolarisasi dan muda pada bagian ujung tanaman inang. membentuk apresorium. Jumlah dan morfologi Penelitian ini bersifat deskriptif-eksploratif apresorium akan berubah apabila mikoriza arbuskula yang dilakukan di empat daerah yang mewakili lahan bersinggungan kering di Jawa Timur. Empat Lokasi pengambilan tanaman yang tidak menjadi hifa dan masuk kedalam epidermis akar Magetan. tanaman inang, membentuk hifa interseluler, dan Metode pengambilan sampel untuk isolasi intraseluler, vesikel, serta arbuskula (Bagyaraj, 1991; mikoriza dilakukan secara acak berdasarkan strata Random Sampling). Jenis Bianciotto dan Bonfate, 1998 dalam Prihastuti, mikoriza 2007). diidentifikasi berdasarkan bentuk spora dan diacukan Hasil pada beberapa pustaka (Hall dan Fish, 1979; Wilson ini ada dalam Prihastuti jamur mikoriza yang mikoriza yang ada dalam tanah dan akar dari Bundert and Kendrick, 1990 dalam Prihastuti, 2007) nama isolat ditunjukkan pada Tabel 1 diperoleh dari hasil isolasi et al., 1983; Hall, 1984; Send and Harper, 1986; semua dengan merupakan inangnya. Apresorium akan tumbuh sampel adalah Bangkalan, Tuban, Ponorogo dan (Stratified spesies tanaman inang tempat pengambilan sampel. Hasil 2007 isolat dari tempat yang berbeda menunjukkan adanya Selanjutnya dilakukan pembuatan preparat akar semi keragaman dalam bentuk, jenis, ukuran, serta jumlah permanen pada sampel akar. Pembuatan preparat spora. Ukuran spora mikoriza bervariasi antara 100- tersebut, sesuai dengan metode Phylip & Hayman 600µm (1970) dalam Purwani (2003). Prosentase infeksi tergantung jenisnya (Prihastuti, 2007). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa keberadaan mikoriza dihitung: spora di lahan kering yang ada di Jawa Timur sangat beragam. Menurut Lovera dan Cuenca (1995) dalam % infeksi = Saptiningsih (2001), mikoriza arbuskula merupakan Keterangan : JAT cendawan yang tidak mempunyai inang spesifik : Jumlah Akar Terinfeksi bahkan sampel tanaman dari golongan Cyperaceae di Tabel 4.1 Jumlah dan Jenis Spora Mikoriza di Beberapa Lahan Kering Jawa Timur Lokasi pH Analisi Kimia Tanah Jenis Komoditas Jenis/Genus Jumlah Spora Pengambilan Sampel Bangkalan Tanah N P2O5 K2O Tanah 7,25 0,03 0,18 0,01 Kapur Jagung Rambutan Tuban 6,90 0,07 0,21 0,02 Kapur Kacang Tanah Belimbing Madu Ponorogo 6,82 0,05 0,14 0,03 Aluvial Vulkanik Ubi Kayu Jeruk Manis Magetan 6,74 0,09 0,11 0,05 Aluvial Vulkanik Padi Mikoriza yang ditemukan Gigaspora Scutellospora Acaulospora Entrophospora Glomus Sclerocystis Gigaspora Scutellospora Glomus Gigaspora Entrophospora Glomus Glomus Gigaspora (spora Gram/ Tanah) 79 51 48 41 bahwa perkembangan mikoriza dipengaruhi oleh mikoriza kepekaan tanaman inang terhadap suhu tanah, berkembang baik dengan membentuk arbuskula pada intensitas cahaya, kandungan unsur hara dan air daerah kortek. Dilaporkan pula bahwa satu individu tanah, pH tanah, bahan organik, residu akar dan tanaman dapat berasosiasi dengan lebih dari satu logam berat. daerah savana yang miskin hara, mikobion dan satu mikobion dapat berasosiasi Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa isolat dengan satu atau lebih autobion (Nuhamara et al., spora mikoriza daerah Bangkalan Madura dari jenis 1985 dalam Prihastuti, 2007). dan jumlahnya memiliki jumlah dan keragaman yang Selain itu, jumlah spora dalam tanah tinggi. Keragaman yang tinggi tersebut didukung dipengaruhi oleh musim dan umur tanaman. Pada oleh kondisi lingkungan daerah setempat. Daerah musim panas jumlah spora tertinggi, demikian halnya Bangkalan pada tanaman yang telah tua jumlah spora juga tinggi konsentrasi P yang tinggi. (Siradz & Kabirun, 2007). Solaiman dan Hirata terdapat dalam bentuk orthofosfat, P organik dan P (1995), mengatakan bahwa efektivitas mikoriza anorganik yang berikatan dengan Fe, Al, Ca, dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanah yang mineral tanah lainnya. Sejumlah 2%-5% fosfor meliputi faktor abiotik (konsentrasi hara, pH, kadar terdapat dalam bentuk orthofosfat (H2PO4- dan air, temperatur, pengolahan tanah, dan penggunaan HPO42-). Sebagian besar unsur hara fosfor dalam pupuk/pestisida) (interaksi bentuk tidak tersedia untuk tanaman (Tisdale et al., mikrobial, spesies cendawan, tanaman inang, tipe 1990). Dalam kondisi fosfor tidak tersedia, kolonisasi perakaran tanaman inang dan kompetisi antar mikoriza lebih cepat terbentuk. Hal ini disebabkan cendawan mikoriza). Adanya kolonisasi mikoriza fungsi utama infeksi mikoriza adalah penyerapan tapi respon tanaman yang rendah atau tidak ada sama fosfor dalam bentuk tidak tersedia atau fosfor yang sekali menunjukkan bahwa cendawan mikoriza lebih terserap partikel lempung (Moose, 1997). Apabila bersifat parasit. fosfor dalam bentuk tidak tersedia, hifa mikoriza dan faktor biotik merupakan derah berkapur dengan Fosfor di dalam tanah Faktor-faktor yang mempengaruhi tanaman akan mengeluarkan enzim fosfatase melepaskan inang juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan fosfor menjadi bentuk tersedia sehingga fosfor dapat perkembangan dan diserap tanaman. Fosfor sangat penting dalam sintesis Linderman (1996) dalam Prihastuti (2007) dikatakan ATP. ATP berfungsi dalam penyerapan unsur hara mikoriza. Menurut Pfleger melalui membran sel akar tanaman yang pada dalam Subiksa (2002), bahwa media yang subur dan akhirnya, unsur hara lain selain fosfor dapat diserap meningkatnya dengan baik seperti Mg, Ca, K, dan sebagainya menurunkan aktivitas dan infeksi mikoriza, bahkan (Fakuara, 1994) mohon dapus dilengkapi. Dilaporkan populasinya akan berkurang karena sebagian mati. unsur P dalam tanah dapat pula oleh Vaat (1996) dalam Subiksa (2002), bahwa Data pada Tabel 1 juga menunjukkan pengaruh inokulasi dengan VAM lebih baik pada adanya pengaruh jenis komoditi tanaman terhadap tanaman yang dipupuk dengan pupuk P yang kurang jumlah dan jenis spora mikoriza yang ditemukan. tersedia daripada yang dipupuk dengan pupuk P yang Secara umum, komoditi yang diteliti mempunyai mudah tersedia bagi tanaman. respon yang baik terhadap mikoriza sekalipun dalam Selain itu, ketersedian unsur hara N dan K di daerah Bangkalan lebih tingkatan yang berbeda. Genus Gigaspora dan rendah dibandingkan Glomus dijumpai pada semua daerah pengambilan dengan daerah lain. Ketersediaan hara yang rendah sampel. Jenis ini merupakan genus mikoriza yang akan dengan daerah penyebarannya cukup luas (Prihastuti, 2007). memperluas daerah penyerapan sekaligus juga dapat Dengan demikian dapat disarankan bahwa dalam menembus daerah penipisan nutrien (zone of nutrient aplikasi mikoriza alami di lahan kering, khususnya di depletion) sehingga hara dari media yang tidak dapat daerah diserap oleh akar dengan adanya pengaruh mikoriza, pengembangan jenis Gigaspora dan Glomus yang dapat mengoptimalkan fungsi akar dan hara terserap sudah teradaptasi pada lingkungan tersebut. mengoptimalkan kerja mikoriza lebih banyak dan dapat meningkatkan metabolisme Jawa Timur Berdasarkan dapat hasil diawali dengan penelitian dapat tumbuhan (Smith & Read, 1997). Selanjutnya infeksi disimpulkan bahwa di lahan kering Jawa Timur mikoriza tanaman ditemukan 6 genus mikoriza yang didominasi oleh sehingga jenis Glomus dan Gigaspora. Faktor lingkungan (pH arbuskula mempengaruhi pada tanaman akar inang menimbulkan perubahan pada morfologi, fisiologi, dan dan pengeluaran eksudat akar. Perubahan yang terjadi mempengaruhi keragaman bentuk, jenis, dan jumlah pada tanaman akan mempengaruhi populasi mikrobia spora termasuk mikoriza (Paulitz dan Linderman, 1991). arbuskular di lahan kering Jawa Timur dapat Di daerah yang memiliki unsur hara yang unsur hara) mikoriza. serta Potensi jenis tanaman mikoriza inang vesicular- dikembangkan sebagai biofertilizer. lebih tinggi dan struktur tanah yang lebih gembur seperti yang dijumpai di daerah Magetan dan Ponorogo keragaman jenis dan jumlahnya relatif lebih rendah. Hal ini disebabkan pada saat unsur hara dalam keadaan cukup, akar tanaman dapat berperan sebagai organ penyerap hara sehingga tanaman mengakumulasi unsur hara dalam jumlah yang tinggi. Kondisi tersebut akan menyebabkan respon yang negatif terhadap kolonisasi mikoriza (Smith & Read, 1997). Informasi ini dipertegas oleh White (1998) Kepustakaan Anonimous. 2008. Pengembangan Kelembagaan Partnership Dalam Pemasaran Komoditas Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta Hall IR dan Fish BJ, 1979. A key to Endogonaceae. Trans. Br. Mycol.Soc. 73: 261-270 Moose B, 1997. Role of Mychorrizae in Legume. Nutrition. dalam AS Whitney dan J Bose (Eds.), Exploiting The LegumeRhizobium in Tropical Agriculture. Departement of Argon. and Soil Sci. Univ. of Hawai: 275-289 Munyanziza, E., H.K. Kehri, and D.J. Bagyaraj.1997. Agricultural Intensification, soil biodiversity and agro-ecosystem function in the tropics: the role of mychoriza in crops and trees. Applied Soil Ecology 6: 77-85 Nuhamara ST, 1994. Peranan Mikoriza Untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Prihastuti, 2007. Isolasi dan karakterisasi Mikoriza Vesikular-Arbuskular di Lahan Kering Masam, Lampung Tengah. Berk.Penel.Hayati.12 (99-106) Purwani KI, 2003. Pengaruh Vesikular Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah Salin Yang Tercemar Merkuri. Tesis. Fakultas Biologi. Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Jogjakarta. Paulitz TC and Linderman RG, 1991. Mycorrhizal Interaction with Soil Organisms. dalam DK Arora dkk (Eds.), Handbook of Applied Mycology: Soil And Plants, Volume I. Marcel Dekker, Inc. New York. Sen, R. and C.M. Hepper. 1986. Characterization of vecular-arbuscular mycorrhizal fungi (Glomus spp.) by selective enzyme staining following polyacrlamide gel electrophoresis. Soil Biol.Biochem, 18:2934 Pascoe, 1991. Mycorrhizal http://mycorrhiza.ag.utk.edu/ Fungi. Saptiningsih E, 2001. Pertumbuhan Vigna radiate L. Wilezeck Dalam Persaingan Dengan Cyperus rotundus L. Pada Perlakuan Inokulasi Rhizobium Dan Mikorhiza Arbuskula. Fakultas Biologi. Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Jogjakarta Solaiman MZ and Hirata, 1995. Effect of indigenous Arbuscular Mycorrhizal Fungi in Paddy Fields on Rice Growth and NPK nutrition Under Different water regimes. Soil Sci. Plant Nutr., 41 (3): 505-514 Subiksa IGM, 2002. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Penanggulangan Lahan Kritis. http://rudyct.tripod.com/sem2-012/igmsubiksa.htm.Access: 21 Agustus 2005 Smith SE and Read DJ, 1997. Mychorrhizal Symbiosis. Academic Press. Harcourt Brace And Company Publishers, San Diego: 96 Siradz SA dan Kabirun, S 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir Pantai Dengan Bioteknologi Masukan Rendah. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan Vol.7 N. 2: 82-92 Soemarno. 2004. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur Jawa Timur. Surabaya Tisdale SL, Werner LN dan James DB, 1990. Soil Fertility and Fertilizers. Mac Millan Publishing Company, New York Wignyosukarto, B.S. 2000. Water Management Patern Development Concept Review. Forum Teknik. Universitas Gadjag Mada. Yogyakarta. Mohon diperiksa lagi. Terima kasih.