peranan tenaga kerja sektor tersier terhadap produk

advertisement
PERANAN TENAGA KERJA SEKTOR TERSIER TERHADAP PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI DKI JAKARTA
Albert Gamot Malau ([email protected])
Universitas Terbuka
ABSTRACT
DKI Jakarta province have the potential of sufficient resources, resources sector secondary
and tertiary sectors. This resource has a great opportunity to be developed to increase the
income of the province DKI Jakarta tertiary sector. The purpose of this research is: First, to
examine factors that affect the job market, investment and tertiary sector’s income. Second,
to foresee the impact of the economic policy to labor market, investment and tertiary sector’s
income in the province of DKI Jakarta year of 2007 – 2010. Results of research indicate that
the economic policy toward the labor market investment and wages of DKI Jakarta province
has not changed. Employment in the province of DKI Jakarta is still dominated tertiary
sector. The factors that affect the job market of the tertiary sector are labor market, labor
absorbent, Wages, Income and Investment. Labor market is influenced by the regional
minimum wage, the number of productive population, the number of people not productive
and economic crisis dummy. Labor absorbent sector tertiary is influenced by the wage
sector, investment, regional gross domestic product, and trend. Wages tertiary is influenced
by the regional minimum wages, labor absorbent, and labor market. Investment influenced
by interest rate credit bank loans, local taxes, regional domestic product and gross regional
provinces DKI Jakarta affected by the absorption of labor, investment and development
expenditure in the tertiary sector. DKI Jakarta government policy is to increase the labor
market, employment, wage, investment and income with exercise increased the minimum
wage regional Jakarta, development expenditure in the tertiary sector to make policy or
increase the minimum wage regional Jakarta, local taxes, development expenditures and a
decrease in interest rate credit loans. Policy is doing to reduce unemployment in the
province of DKI Jakarta.
Keyword: investment, labor absorbent, labor market, regional minimum wage, tertiary
sector, the gross regional domestic product.
Menurut Todaro (2000), pembangunan di Indonesia yang berkesinambungan diarahkan
kepada perubahan struktur, dari struktur yang berlandaskan pertanian menjadi struktur yang
berlandaskan industri modern. Menurut Ananta (1991), perubahan dari sektor primer ke sektor
sekunder dan kemudian dari sektor sekunder ke sektor tersier. Perubahan struktur ini mempunyai
tiga dimensi. Dimensi pertama sumbangan sektor pertanian secara relatif menurun sedangkan
sektor non pertanian meningkat, dimensi kedua, persentase tenaga kerja yang bekerja pada sektor
pertanian akan semakin kecil dan dimensi ketiga, peningkatan produksi di semua bidang akan
menjadi lebih bersifat industri.
Suharsono (1999), pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir setiap daerah disertai
dengan perubahan struktur perekonomian, yaitu menurunnya pangsa sektor primer dan
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008, 113-129
meningkatnya pangsa sektor sekunder dan tersier. Menurut Prihawantoro (2002), sumbangan sektor
primer terhadap Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta tidak lebih dari 1%. Sedangkan sektor
tersier menyumbang lebih dari 60%. Pada tahun 2005 sumbangan terhadap PDRB DKI Jakarta
sebesar 62.43%, dan mengalami peningkatan hingga tahun 2006 menjadi 68,20%. Tingginya
kontribusi sektor tersier terhadap PDRB DKI Jakarta sejalan dengan tingginya penyerapan kerja.
Bahkan persentasenya lebih tinggi dari persentase PDRB sektor primer dan sekunder. Pada tahun
2005 hingga tahun 2006, penyerapan kerja sektor tersier sekitar 70%. Jumlah angkatan kerja di
Provinsi DKI Jakarta selalu bertambah dari tahun ke tahun, yang disebabkan oleh tingginya tingkat
migrasi dan kelahiran. Tingginya angka migrasi di provinsi DKI Jakarta disebabkan oleh Provinsi DKI
Jakarta masih merupakan tempat yang menjanjikan untuk mencari pekerjaan. Angkatan kerja baru
sebagian besar terserap di sektor tersier. Daya serap sektor tersier sebelum krisis mengalami
peningkatan sebesar 2% yaitu dari 75,23 % menjadi 76,59%, akan tetapi pada saat krisis mengalami
penurunan menjadi 74,48%.
Menurut Dawan (2003), salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja
sektor tersier adalah upah. Secara rata-rata upah sektor tersier lebih rendah dari sektor sekunder
tetapi lebih tinggi dari sektor primer. Upah disektor tersier tahun 2005 sebesar Rp 312.138 dan tahun
2006 sebesar Rp 987.417. Rendahnya upah di sektor tersier tidak terlepas dari produktivitas kerja
sektor tersier. Produktivitas yang dicerminkan dari peran sektor tersier terhadap PDRB Provinsi DKI
menunjukkan bahwa produktivitas sektor tersier lebih rendah dari sektor sekunder. Dengan 75,23%
penduduk yang bekerja di sektor tersier pada tahun 2005, akan tetapi hanya menyumbang sebesar
62,43% terhadap total PDRB. Sedangkan sektor sekunder, dengan 23,23% pekerja dari total pekerja
di DKI Jakarta tahun 2005 mampu menyumbang PDRB DKI Jakarta tahun 2005 sebesar 37,35%
terhadap total PDRB DKI Jakarta.
Permasalahan ketenagakerjaan di DKI Jakarta, baik dari pihak pengusaha maupun
karyawan, dirasa perlu campur tangan pemerintah untuk membuat sebuah kebijakan. Dengan
kebijakan ini, diharapkan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi DKI Jakarta dapat terjaga. Sering
sekali kebijakan yang dikeluarkan pemerintah justru menimbulkan permasalahan bagi
ketenagakerjaan.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Tenaga Kerja Sektor Tersier
Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta. Secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi angkatan kerja sektor tersier?
2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan kerja sektor tersier?
3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi upah sektor tersier?
4. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi investasi sektor tersier?
5. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produk domestik regional bruto sektor tersier?
6. Meramalkan peran tenaga kerja sektor tersier terhadap produk domestik regional bruto Provinsi
DKI Jakarta 2007 – 2010.
Pembentukan model merupakan suatu proses berulang (iteratif) sampai diperoleh suatu
model yang lebih valid yang dapat menangkap fenomena yang ada. Keterkaitan antara peubah
dalam model pasar kerja sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta (Gambar 1).
114
Malau, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Jumlah Penduduk
Produktif
Migrasi
Jumlah Penduduk
tidak Produktif
Angkatan Kerja Jakarta
Inflasi
Upah Minimum Regional
Jakarta
Pengeluaran
Pembangunan
Upah Sektor Tersier
Suku Bunga
Penyerapan Kerja Sektor
Tersier
Pajak Daerah
Investasi Sektor Tersier
Produk Domestik
Regional Bruto Sektor
Tersier DKI Jakarta
= variabel endogen
= variabel endogen
Gambar 1. Kerangka model pasar kerja sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta
115
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008, 113-129
Pasar tenaga kerja sektor tersier ini dimodelkan dalam persamaan-persamaan angkatan
kerja, penyerapan, upah, investasi dan PDRB sektor tersier. Model yang dibentuk adalah model
sistem persamaan simultan yang terdiri 20 persamaan yakni 18 persamaan struktural dan 5
persamaan identitas. Jumlah peubah eksogen sebanyak 49, dan total peubah model sebanyak 69,
dan persamaan-persamaan sebagai berikut:
Angkatan Kerja Jakarta
AKJt = a0 + a1 UMRJRt-1 + a2JPPt + a3 JPTPt + a4 DM + a5 AKJt-1 + U1
Parameter dugaan (hipotesis) adalah:
a0,a1,a2 ,a3 ,a4 > 0 ; 0 < a5 <1
Penyerapan Tenaga Kerja
PTPt = b0 + b1 (UPPR-UPPRt-1) + b2 PDBPRt-1 + b3 T + b4 PTPt-1 + U2
PTAt = c0 + c1 (UPAR-UPARt-1) + c2 PDBARt + c3 DM+ c4PTAt-1 + U3
PTBt = d0 + d1 (UPBR-UPBRt-1) + d2 (PDBBR-PDBBRt-1) + g3 T + U4
PTJt = e0 + e1 (UPJR-UPJRt-1) + e2 PDBJRt + e3 PTJt-1 + U5
PTTt = PTPt + PTAt + PTBt +PTJt
TPTJt = PTTt + PTPRIt + PTSEKt
Parameter dugaan adalah:
b0, c0, d0, e0, b2,c2,d2 , e2,b3,c3, e3, c4,e4 > 0; b1,c1,d1,e1 < 0 ; 0 < b4, c4, e3 < 1
Upah Sektor Tersier
UPPRt = f0 +f1 UMRJRt + f2 AKJt + f3 PTPt + f4UPPRt-1 + U6
UPARt = g0 + g1 UMRJRt + g2 AKJt-1 + g3 (PTA-PTAt-1) + g4 T + U7
UPBRt = h0 + h1UMRJRt + h2 AKJt-1 + h3 (PTB-PTBt-1) + h4 UPBRt-1 + U8
UPJRt = i0 + i1UMRJRt-1 + i2 AKJt + i3 PTJt + l4 DM + U9
Parameter dugaan adalah:
f0, f1, f3,g0,g1,g3,h0,h1,h3,i0,i1,i3,i4 > 0 ;f1,g2,h2,i2 < 0 ; 0 < f4,h4, < 1
Upah Minimum Regional Jakarta
UMRJRt = j0 +j1 (INFt-INFt-1)+ j2 (AKJt-AKJt-1)+ j3 (TPTJt-TPTJt-1)+ j4 UMRJRt-1 + U10
Parameter dugaan adalah:
j0,j1,j3, > 0 ; 0 < j4<1 ;j2 < 0;
Pengangguran
PNGt = AKJt – TPTJt
Investasi Sektor Tersier
IPt = k0 + k1 (SBKR-SBKRt-1)+k2 (PDR-PDRt-1) +k3 (PDBRT-PDBRTt-1)+ U11
IAt = l0 + l1 (SBKR-SBKRt-1) + l2 (PDR/PDRt-1) + l3 PDRBT + U12
IBt= m0 +m1 (SBIR-SBIRt-1)+m2(PDR-PDRt-1)+ m3(PDBRT-PDBRTt-1)+m4 IBt-1+U13
IJt = n0 + n1 (SBKR-SBKRt-1) + n2 PDRt + n3 PDRBTt + n4 IJt-1 + U14
ITT = IP + IA + IB + IJ
Parameter dugaan adalah:
k0,k3,l0,,l3,m0,m3, n0,n3, > 0; k1,k2,l1,l2,m1,m2 , n1,n2 < 0 ; 0 < m4, n4<1
116
Malau, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto
PDBPRt = o0 + o1PTPt + o2 IPt-1 + o3 EXPRt-1 + o4 PDBPRt-1 + U15
PDBAR1 = p0 + p1PTAt + p2 (IA-IAt-1) + p3 EXARt + p4 PDBARt-1 + U16
PDBBRt = q0+q1 (PTB-PTBt-1)+q2(IB-IBt-1)+ q3 EXBRt-1 +q4T +q5 PDRBBt-1+ U17
PDRBJt = r0 +r1PTJt-1 + r2 (IJ-IJt-1) + r3 EXJRt + r4 T + r5 PDRBAt-1+ U18
PDRBTt = PDRBPt + PDRBAt + PDRBBt + PDRBJt
Parameter dugaan adalah:
o0,o1, o2, o3,p0,p1,p2,p3, q1,q2,q3,r0,r1,r2,r3 > 0; 0<o4,p4,q4, r4<1
Sebelum dilakukan pendugaan, model diidentifikasi dengan order condition
(Koutsoyianis,1977). Dalam identifikasi model pasar kerja, investasi dan pendapatan sektor tersier di
Provinsi DKI Jakarta, K = 69 variabel terdiri dari 20 endogen dan 49 variabel eksogen, G = 20, dan M
= 5 variabel maka (K-M) ≥ (G – 1)= 69 – 5 ≥ 20 – 1. Hasil ini menunjukkan semua persamaan adalah
overidentified. Pendugaan model dilakukan dengan model 2SLS. Untuk menguji apakah masingmasing peubah penjelas secara individu berpengaruh nyata terhadap peubah endogen pada
masing-masing persamaan, digunakan uji statistik t. Untuk mengetahui respon peubah endogen
terhadap perubahan peubah penjelasnya, dilakukan perhitungan elastisitas. Hasil validasi model
peran tenaga kerja sektor tersier menunjukkan bahwa kriteria-kriteria RMSPE dan U-Theil dipenuhi
dengan menggunakan dua kriteria tersebut, model yang telah diduga cukup valid digunakan untuk
analisis simulasi.
Skenario yang ditetapkan antara lain (1) kenaikan UMR rata-rata sektor tersier Jakarta
sebesar 20%, (2) kenaikan faktor eksternal (penyerapan kerja dan investasi) pada masing-masing
sub-sektor sebesar 10%, (3) kenaikan pengeluaran pembangunan pemerintah dan pendapatan pajak
daerah masing-masing sebesar 10%, serta penurunan suku bunga sebesar 5%, dan (4) gabungan
(1) dan (3) dengan beberapa pilihan sesuai tujuan yang akan dilihat. Untuk mengkaji kebijakan
ketenagakerjaan pasar kerja sektor tersier di provinsi DKI Jakarta, digunakan data deret waktu tahun
1985 – 2006. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik, Departemen Tenaga Kerja dan
Trasmigrasi, Badan Perencanan Pembangunan Nasional, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Pengolah data menggunakan program komputer SAS/ETS release 6.12.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Angkatan Kerja
Peubah Upah Minimum Regional tahun sebelumnya, jumlah penduduk produktif, dummy krisis
ekonomi dan peubah angkatan kerja tahun sebelumya berpengaruh terhadap angkatan kerja Jakarta.
Koefisien determinasi R2 = 0,9480 berarti 94,80% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh
peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah endogen
(AKJ) terhadap semua peubah-peubah penjelas dalam jangka pendek adalah inelastis. Namun
dalam jangka panjang, peubah jumlah penduduk produktif responsif (elastis) terhadap perubahan
angkatan kerja. Ini mengindikasikan bahwa angkatan kerja Jakarta sangat dipengaruhi oleh jumlah
penduduk produktif.
117
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008, 113-129
Penyerapan Kerja
Sub sektor perdagangan
Peubah upah sub-sektor perdagangan, dan penyerapan tenaga kerja tahun sebelumnya
berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sub-sektor perdagangan. Koefisien
determinasi R2 = 0,9516 berarti 95,16% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubahpeubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah endogen (PTP)
terhadap semua peubah penjelas adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang.
Sub sektor angkutan
Peubah produk domestik regional bruto sub sektor angkutan dan penyerapan tenaga kerja sub
sektor angkutan tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja sub-sektor
angkutan. Koefisien determinasi R2 = 0,9363 berarti 93,63% variasi peubah endogen dapat
dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon
peubah endogen (PTA) terhadap semua peubah penjelas dalam jangka pendek dan jangka panjang
adalah inelastis.
Sub sektor perbankan
Peubah dummy krisis ekonomi berpengaruh nyata terhadap penyerapan kerja sub-sektor
perbankan. Koefisien determinasi R2 = 0,8792 berarti 87,92% variasi peubah endogen dapat
dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon
peubah endogen (PTB) terhadap semua peubah penjelas adalah inelastis dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa krisis ekonomi yang menimpa
Indonesia pada tahun 1987 sangat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sub
sektor perdagangan.
Sub sektor jasa
Peubah produk domestik regional bruto sub sektor jasa dan penyerapan kerja sub sektor jasa
tahun lalu berpengaruh nyata terhadap penyerapan kerja sub-sektor jasa. Koefisien determinasi R2 =
0,6035 berarti 60,35% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang
dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah endogen (PTJ) terhadap semua peubah
eksogen adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Upah
Sub sektor perdagangan
Peubah upah minimum regional Jakarta dan upah sub sektor perdagangan tahun lalu
berpengaruh nyata terhadap tingkat upah sub-sektor perdagangan. Koefisien determinasi R2 =
0,9431 berarti 94,31% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang
dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah endogen (UPPR) terhadap semua peubah
penjelas adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
118
Malau, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Sub sektor angkutan
Peubah upah minimum regional Jakarta dan penyerapan kerja sub sektor angkutan
berpengaruh nyata terhadap tingkat upah sub-sektor angkutan. Koefisien determinasi R2 = 0,7856
berarti 78,56% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang
dimaksutkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah tingkat upah sub sektor angkutan terhadap
peubah UMRJR adalah elastis dalam jangka pendek.
Sub sektor perbankan
Peubah UMR rata sektor tersier dan lag endogen berpengaruh nyata terhadap tingkat upah
sub-sektor perbankan. Koefisien determinasi R2 = 0,9026 berarti 90,26% variasi peubah endogen
dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut.
Respon peubah endogen (UPBR) terhadap semua peubah penjelas dalam jangka pendek adalah
inelastis. Namun dalam jangka panjang, UPBR bersifat elastis terhadap peubah UMRJR.
Sub sektor jasa
Peubah UMR rata sektor tersier, angkatan kerja, penyerapan kerja, dan dummy krisis ekonomi
berpengaruh nyata terhadap tingkat upah riil sub-sektor jasa. Koefisien determinasi R2 = 0,77 berarti
77,92% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan
dalam persamaan tersebut. Respon peubah endogen (UPJR) terhadap peubah-peubah penjelas
adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Upah Minimun Regional Jakarta
Peubah inflasi, angkatan kerja, total penyerapan kerja sektor tersier, dan total pengeluaran
pembangunan pemerintah pada sektor tersier berpengaruh nyata terhadap Upah Minimum Regional
Jakarta. Koefisien determinasi R2 = 0,4592 berarti 45,92% variasi peubah endogen dapat dijelaskan
oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah
endogen (UMRJR) terhadap kedua peubah penjelas di atas adalah inelastis dalam jangka pendek.
Tingkat Investasi
Sub sektor perdagangan
Peubah pendapatan pajak daerah dan total investasi pada sektor tersier berpengaruh nyata
terhadap investasi sub-sektor perdagangan. Koefisien determinasi R2 = 0,4046 berarti 40,46% variasi
peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam
persamaan tersebut. Respon peubah endogen (IP) terhadap peubah ITT adalah elastis dalam jangka
pendek, sementara terhadap peubah PDR adalah inelastis dalam jangka pendek.
Sub sektor angkutan
Hanya peubah total investasi yang ditanamkan pada sektor tersier yang berpengaruh nyata
terhadap investasi sub-sektor angkutan. Koefisien determinasi R2 = 0,6047 berarti 60,47% variasi
peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam
persamaan tersebut. Respon peubah endogen (IA) terhadap peubah ITT adalah elastis dalam jangka
pendek.
119
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008, 113-129
Sub sektor perbankkan
Peubah UMR rata sektor tersier dan lag endogen berpengaruh nyata terhadap investasi pada
sub-sektor perbankan. Koefisien determinasi R2 = 0,9026 berarti 90,26% variasi peubah endogen
dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut.
Respon peubah endogen (UPBR) terhadap semua peubah penjelas dalam jangka pendek adalah
inelastis. Namun dalam jangka panjang, UPBR bersifat elastis terhadap peubah UMRJR.
Sub sektor jasa
Peubah pendapatan pajak daerah, PDRB sub-sektor jasa, total investasi sektor tersier, dan
lag endogen berpengaruh nyata terhadap investasi sub-sektor jasa. Koefisien determinasi R2 =
0,7917 berarti 79,17% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang
dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah endogen (IJ) terhadap semua peubah
penjelas adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, kecuali peubah PDBJR.
Terhadap peubah PDBJR, peubah IJ bersifat elastis baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Produk Domestik Regional Bruto
Sub sektor perdagangan
Peubah pengeluaran pembangunan pemerintah dan lag endogen berpengaruh nyata terhadap
PDRB sub-sektor perdagangan. Koefisien determinasi R2 = 0,9620 berarti 96,20% variasi peubah
endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan
tersebut. Respon peubah endogen (PDBPR) terhadap kedua peubah penjelas signifikan adalah
inelastis dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, PDBPR bersifat responsif terhadap
peubah EXPR1.
Sub sektor angkutan
Peubah penyerapan kerja dan pengeluaran pembangunan pemerintah pada sub-sektor
angkutan serta lag endogen berpengaruh nyata terhadap PDRB sub-sektor angkutan. Koefisien
determinasi R2 = 0,9534 berarti 95,34% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubahpeubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah endogen (PDBAR)
terhadap semua peubah penjelas adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Sub sektor perbankan
Peubah pengeluaran pembangunan pemerintah pada sub-sektor perbankan, trend waktu, dan
lag endogen berpengaruh nyata terhadap PDRB sub-sektor perbankan. Koefisien determinasi R2 =
0,9305 berarti 93,05% variasi peubah endogen dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang
dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon peubah endogen (PDBBR) terhadap peubah
EXBR1, T, dan PDBBR1 adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
Sub sektor jasa
Peubah penyerapan kerja, trend waktu, dan lag endogen berpengaruh nyata terhadap PDRB
sub-sektor jasa. Koefisien determinasi R2 = 0,9590 berarti 95,90% variasi peubah endogen dapat
dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimaksudkan dalam persamaan tersebut. Respon
120
Malau, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto
peubah endogen (PDBJR) terhadap semua peubah penjelas adalah inelastis baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
Simulasi Model Peran Tenaga Kerja Sektor Tersier Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Provinsi DKI Jakarta,Tahun 2007-2010
Adapun skenario yang ditetapkan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan kenaikan upah minimum regional Jakarta sebesar 20%.
2. Kebijakan penurunan tingkat suku bunga sebesar 5%
3. Kebijakan peningkatan penerimaan terhadap pajak daerah sebesar 10%
4. Kebijakan peningkatan pengeluaran pembangunan Provinsi DKI Jakarta sebesar 10%
5. Skenario gabungan (1) dan (2) dengan beberapa pilihan sesuai tujuan yang akan dilihat.
6. Skenario gabungan (3) dan (4) dengan beberapa pilihan sesuai tujuan yang akan dilihat.
7. Skenario gabungan (1),(3),(4) dan (2) dengan beberapa pilihan sesuai tujuan yang akan dilihat.
8. Skenario gabungan (3) dan (2) dengan beberapa pilihan sesuai tujuan yang akan dilihat.
9. Skenario gabungan (2) dan (4) dengan beberapa pilihan sesuai tujuan yang akan dilihat.
Seluruh skenario akan diramalkan peran tenaga kerja sektor tersier terhadap kelompok
peubah-peubah endogen seperti angkatan kerja, penyerapan kerja, upah, investasi dan produk
domestik regional bruto sub-sektor tersier, dan melihat kebijakan apa yang layak dilakukan pada
tahun 2007-2010. Pada Tabel 1 disajikan hasil skenario kebijakan peranan tenaga kerja sektor tersier
terhadap produk domestik regional bruto provinsi DKI Jakarta pada tahun 2007-2010.
Tabel 1. Hasil Skenario kebijakan Peran Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik
Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta, tahun 2007-2010
Peubah
Endogen
AKJ
PTP
PTA
PTB
PTJ
PTT
TPTJ
PNG
UPPR
UPAR
UPBR
UPJR
UMRJR
IP
IA
IB
IJ
ITT
PDBPR
PDBAR
PDBBR
PDBJR
PTB
Sim. DSR
Predict
4516
1526
405.5566
2866
1709
6507
7167
-2651
368.3879
479.7527
693.4926
824.957
439.151
5002
23791
14715
10098
53605
29680
8986
30666
13194
2866
1
2.1036
-0.5898
-0.2753
0.1047
0.5851
0.0307
0.0419
-3.5081
3.8970
6.5293
5.0474
1.6430
10.000
-0.1000
-0.0462
-0.0887
-0.0396
-0.0579
-0.1415
-0.1002
0.0130
0.0910
0.1047
2
0.0000
0.0000
-0.0012
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
-0.0003
-0.0007
-0.0004
-0.0005
-0.0004
-0.1599
-0.0841
-0.4010
-0.0594
-0.1716
0.0000
0.0000
0.0000
-0.0076
0.0000
3
0.0000
0.0000
-0.0008
0.0000
-0.0585
-0.0154
-0.0140
0.0000
-0.0022
-0.0034
-0.0025
-0.0036
-0.0028
-0.1999
-0.0630
-0.4621
-0.4060
-0.2481
0.0000
0.0000
0.0000
-0.0531
0.0000
4
0.0000
0.0655
0.5789
0.0349
0.8777
0.2920
0.2651
0.7167
0.0916
0.2702
0.0829
0.0890
0.0947
0.9796
1.0844
1.1825
1.1091
1.1062
0.9299
1.2241
1.2979
1.4173
0.0349
121
Simulasi
5
2.1036
-0.5898
-0.2753
0.1047
0.5851
0.0307
0.0419
-3.5081
3.8970
6.5293
5.0474
1.6430
-0.0028
-0.1000
-0.0462
-0.0887
-0.0396
-0.0579
-0.1415
-0.1002
0.0130
0.0910
0.1047
6
0.0000
0.0655
0.5793
0.0349
0.8192
0.2766
0.2651
0.6790
0.0898
0.2674
0.0808
0.0858
0.0923
0.9396
1.1013
1.1213
0.7526
1.0298
0.9299
1.2241
1.2979
1.3718
0.0349
7
2.1036
-0.4587
0.3096
0.1047
1.4043
0.3227
0.2930
-2.7914
3.9183
6.6903
5.0480
1.7201
10.000
1.0196
1.1433
1.4465
0.7724
1.1467
0.7918
1.1240
1.3076
1.4704
0.1047
8
0.0000
0.0000
-0.0008
0.0000
-0.0585
-0.0154
-0.0140
0.0000
-0.0022
-0.0034
-0.0025
-0.0036
-0.0028
-0.1999
-0.0630
-0.4621
-0.4060
-0.2481
0.0000
0.0000
0.0000
-0.0531
0.0000
9
2.1036
-0.4587
0.3093
0.1047
1.4628
0.3227
0.3070
-2.7537
3.9183
6.6902
5.0480
1.7229
10.000
1.0396
1.1223
1.5079
1.1289
1.2232
0.7918
1.1240
1.3076
1.5158
0.1047
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008, 113-129
Hasil Skenario kebijakan Peningkatan Upah Minimum Regional Jakarta 20%, Tahun 2007-2010
Kebijakan peningkatan upah minimum regional Jakarta 20% dapat dilihat pada kenaikan
UMRJR sebesar 20% berdampak meningkatkan angkatan kerja Jakarta 2,10%, meningkatkan tingkat
upah sub sektor perdagangan, angkutan, perbankan dan jasa sebesar 3,89, 6,52, 5,04, dan 1,64%.
Kenaikan upah minimum regional Jakarta berdampak menurunkan penyerapan tenaga kerja pada
sub-sektor perdagangan dan angkutan sebesar 0,59 dan 0,27%, sedangkan sub sektor perbankan
dan jasa mengalami peningkatan sebesar 0,10 dan 0,58%.
Secara makro dampak kenaikan UMRJR tersebut pada pasar tenaga kerja adalah total
penyerapan tenaga kerja Jakarta mengalami peningkatan sebesar 0,04%. Sedangkan pada sisi
angkatan kerja Jakarta, terjadi peningkatan sebesar 2,10%. Hal ini mengakibatkan terjadi penurunan
tingkat pengangguran sebesar 3,50%. Sedangkan dari sisi pendapatan sektor tersier Provinsi DKI
Jakarta mengalami penurunan sebesar 0,04%.
Hasil Skenario kebijakan Penurunan Tingkat Suku Bunga (SB) 5%, Tahun 2007-2010
Penurunan tingkat suku bunga dapat menekan laju investasi pada sub-sektor tersier.
Karena kondisi yang memadai bagi kenaikan investasi adalah mendorong penurunan suku bunga.
Jika Pemerintah dapat mendorong penurunan suku bunga sebesar 5%, akan berdampak
menurunkan investasi pada sub-sektor perbankan sebesar 7,72%, sedangkan pada sub sektor
lainya tidak mengalami perubahan. Secara makro penurunan tingkat suku bunga sebesar 5%,
berdampak terhadap peningkatan angkatan kerja Jakarta, dan penyerapan tenaga kerja. Namun, di
sisi lain kebijakan ini berdampak terhadap penurunan tingkat investasi sektor tersier sebesar 0,06%.
Hasil Skenario kebijakan Peningkatan Pajak Daerah 10%, Tahun 2007-2010
Jika Pemerintah DKI Jakarta memutuskan meningkatkan besaran pajak daerah sebesar 10%
berdampak langsung menurunkan investasi yang ditanamkan pada sub-sektor perdagangan sebesar
0,19%, sub-sektor angkutan sebesar 0,06%, sub-sektor perbankan sebesar 0,46, dan sub sektor jasa
sebesar 0,40%.
Penurunan investasi pada masing-masing sub-sektor selanjutnya berdampak menurunkan
PDRB pada masing-masing sub-sektor. Pada sub sektor perdagangan, angkutan dan perbankan
tidak mengalami perubahan sedangkan pada sub sektor jasa mengalami penurunan sebesar 0,05%.
Pada satu sisi, kenaikan pajak telah berdampak menurunkan total penyerapan tenaga kerja Jakarta
sebesar 0,01 dan menurunkan tingkat investasi sektor tersier sebesar 0,24%.
Hasil Skenario kebijakan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah DKI Jakarta 10%
Jika pemerintah meningkatkan pengeluaran pembangunan Pemerintah DKI Jakarta sebesar
10% maka akan berdampak meningkatkan PDRB sub-sektor perdagangan sebesar 0,92%, subsektor angkutan sebesar 1,22%, sub-sektor perbankan sebesar 1,29%, dan sub-sektor jasa 1,41%.
Kenaikan PDRB sub-sektor selanjutnya berdampak meningkatkan investasi dan penyerapan tenaga
kerja masing-masing sub-sektor. Pada investasi sub-sektor perdagangan, terjadi kenaikan sebesar
0,97%, sub-sektor angkutan sebesar 1,08%, pada sub-sektor perbankan sebesar 1,18% sedangkan
pada sub sektor jasa sebesar 1,10%. Dampak pada penyerapan tenaga kerja adalah terjadi kenaikan
penyerapan pada sub-sektor perdagangan sebesar 0,06%, sub-sektor angkutan sebesar 0,57%,
sub-sektor perbankan sebesar 0,03%, sedangkan pada sub-sektor jasa sebesar 0,87%. Dampak
kenaikan penyerapan tenaga kerja berlanjut pada kenaikan upah masing-masing sub-sektor. Pada
sub-sektor perdagangan upah meningkat sebesar 0,09%, sub-sektor angkutan sebesar 0,27%, sub-
122
Malau, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto
sektor perbankan sebesar 0,08%, dan sub-sektor jasa sebesar 0,08%. Secara keseluruhan kenaikan
pengeluaran pembangunan Pemerintah telah meningkatkan total penyerapan tenaga kerja Jakarta
sebesar 0,26%, dan pada sisi penawaran tenaga kerja, angkatan kerja Jakarta tidak mengalami
perubahan. Kondisi ini menyebabkan terjadi peningkatan pengangguran mencapai 0,71% dan
meningkatkan PDRB Provinsi DKI Jakarta dari sektor tersier sebesar 1,17%.
Hasil Skenario kebijakan Simulasi Gabungan Upah, Pajak Daerah, Pengeluaran
Pembangunan Pemerintah, dan Suku Bunga
Hasil Skenario kebijakan Peningkatan Upah Minimum Regional Jakarta sebesar 20% dan Penurunan
Suku Bunga sebesar 5%, Tahun 2007-2010
Jika peningkatan upah minimum regional Jakarta sebesar 20% dan penurunan tingkat suku
bunga 5%, akan berdampak meningkatkan upah masing-masing sub-sektor. Sub sektor
perdagangan meningkat sebesar 3,89%, sub sektor angkutan sebesar 6,53%, sub sektor perbankan
sebesar 5,04%. Penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan yaitu sub sektor perdagangan
sebesar 0,59%, sub sektor angkutan sebesar 0,27% sedangkan sub sektor perbankan dan jasa
mengalami peningkatan sebesar 0,10 dan 0,58%. Sedangkan investasi mengalami penurunan
sebesar 0,04 sampai 0,10%. Akibat penurunan tingkat investasi maka PDRB mengalami penurunan
terutama sub sektor perdagangan sebesar 0,14, sub sektor angkutan sebesar 0,10% sedangkan sub
sektor perbankan dan jasa mengalami peningkatan sebesar 0,01 dan 0,09%.
Secara makro penurunan tingkat suku bunga 5% dan peningkatan upah minimum regional
Jakarta sebesar 20% akan mengakibatkan total penyerapan tenaga kerja Jakarta mengalami
peningkatan sebesar 0,04%. Angkatan kerja Jakarta mengalami peningkatan sebesar 2,10%,
investasi juga mengalami penurunan sebesar 0,05% dan mengakibatkan PDRB juga mengalami
penurunan sebesar 0,04%. Sedangkan tingkat pengangguran mengalami penurunan sebesar 3,50%.
Skenario kebijakan Kenaikan Pajak Daerah dan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah 10%,
Tahun 2007-2010
Apabila pajak daerah dan pengeluaran pembangunan pemerintah ditingkatkan 10%, maka
akan berdampak meningkatkan upah sub-sektor perdagangan, angkutan, perbankan, dan jasa
sebesar 0,08 sampai 0,26%. Penyerapan tenaga kerja pada sub-sektor perdagangan, angkutan,
perbankkan dan jasa sebesar 0,03 sampai 0,81%, investasi mengalami peningkatan pada semua
sub-sektor sebesar 0,75 sampai 1,12%, dan produk domestik regional bruto keempat sub-sektor
juga mengalami peningkatan sebesar 0,92 sampai 1,37%.
Secara makro skenario ini berdampak terhadap peningkatan total penyerapan tenaga kerja
Jakarta sebesar 0,26%, tingkat investasi sektor tersier sebesar 1,14% dan Produk Domestik
Regional Jakarta dari sektor tersier meningkat sebesar 1,16% dan angkatan kerja Jakarta meningkat
sebesar 0,01%. Kebijakan ini juga mengakibatkan tingkat pengangguran mengalami peningkatan
sebesar 0,67%.
Hasil Skenario kebijakan Kenaikan UMRJR sebesar 20% dan Pajak Daerah, Pengeluaran
Pembangunan Pemerintah 10%, dan Penurunan Suku Bunga 5%,Tahun 2007-2010
Apabila skenario gabungan peningkatan UMRJR sebesar 20% dan Pajak daerah,
pengeluaran pembangunan pemerintah ditingkatkan 10% serta penurunan tingkat suku bunga
diturunkan 5% akan berdampak meningkatkan angkatan kerja Jakarta, penyerapan kerja, upah ,
123
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008, 113-129
investasi dan PDRB pada semua sub-sektor. Bila Skenario (7) dilakukan akan berdampak
meningkatkan angkatan kerja sebesar 2,10% kecuali sub sektor perdagangan yang mengalami
penurunan sebesar 0,45%, upah juga mengalami peningkatan sebesar 1,72% sampai 6,69%, dan
PDRB juga mengalami peningkatan sebesar 0,79% sampai 14,49% dan angkatan kerja Jakarta juga
mengalami peningkatan sebesar 2,10%.
Secara makro, skenario ini berdampak meningkatkan total penyerapan tenaga kerja Jakarta
sebesar 0,29%, angkatan kerja Jakarta sebesar 2,10%, total investasi sektor tersier Jakarta sebesar
1,14%, Produk domestik regional bruto sektor tersier juga mengalami peningkatan sebesar 1,47%.
Akan tetapi skenario ini juga berdampak terhadap tingkat pengangguran yang mengalami
pengurangan yang cukup berarti sebesar sebesar 2,79%.
Hasil Skenario Kebijakan Kenaikan Pajak Daerah sebesar 10% dan Penurunan Tingkat Suku
Bunga 5%, Tahun 2007-2010
Apabila pemerintah melakukan kebijakan dengan meningkatkan penerimaan terhadap pajak
daerah sebesar 10%, dan penurunan tingkat suku bunga sebesar 5%, maka skenario ini akan
berdampak terhadap penurunan upah sebesar 0,22% sampai 0,01%, dan penurunan yang besar
terjadi pada sub sektor perdagangan. Sedangkan tingkat investasi sektor tersier juga mengalami
penurunan sebesar 0,06% sampai 0,46%, penyerapan tenaga kerja sebesar 0,00% sampai 0,06%
dan produk domestik regional bruto sektor tersier sebesar 0,00% sampai 0,05%.
Sebaliknya secara makro skenario ini berdampak terhadap penurunan total penyerapan
kerja Jakarta sebesar 0,01%, tingkat investasi sektor tersier sebesar 0,41%, Produk Domestik
Regional Jakarta dari sektor tersier sebesar 0,01% dan angkatan kerja Jakarta tidak mengalami
perubahan. Akan tetapi skenario ini tidak berdampak terhadap tingkat pengangguran di Jakarta.
Hasil Skenario kebijakan Kenaikan Upah Minimum Regional Jakarta sebesar 20% dan Peningkatan
Pengeluaran Pembangunan sebesar 10%, Tahun 2007-2010
Apabila skenario peningkatan upah minimum regional Jakarta sebesar 20% dan pengeluaran
pembangunan sebesar 10%, maka berdampak terhadap peningkatan upah sub sektor perdagangan
sebesar 3,92%, sub sektor angkutan sebesar 6,69%, sub sektor perbankan sebesar 5,05% dan sub
sektor jasa sebesar 1,72%. Skenario ini juga berdampak terhadap investasi sektor tersier yang
meningkat sebesar 1,04 sampai 1,51%, Produk Domestik Regional Bruto sektor tersier sebesar 0,79
sampai 1,51% dan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja sektor tersier, sub sektor angkutan
meningkat sebesar 0,31%, sub sektor perbankan sebesar 0,10%, sub sektor jasa sebesar 1,46%.
Sedangkan terhadap sub sektor perdagangan mengalami penurunan sebesar 0,44%. Secara makro
skenario ini berdampak dalam meningkatkan total penyerapan kerja Jakarta sebesar 0,31%, tingkat
investasi sektor tersier sebesar 1,22% dan Produk Domestik Regional Jakarta dari sektor tersier
meningkat sebesar 1,13% dan angkatan kerja Jakarta meningkat sebesar 2,10%. Skenario ini
berdampak kepada penurunan tingkat penganguran sebesar 2,75%.
Ringkasan Skenario kebijakan dan Prioritas Skenario Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier
terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2007-2010
Hasil simulasi menunjukkan, kebijakan menaikan UMRJR sebesar 20% hanya dapat
meningkatkan upah pada masing-masing sub-sektor. Hal ini diterima baik oleh pihak pekerja karena
kenaikan upah adalah wujud kenaikan pendapatan mereka. Kenaikan UMRJR berdampak positif
124
Malau, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto
bagi penyerapan kerja, dan berdampak negatif terhadap peningkatan investasi dan pertumbuhan
PDRB masing-masing sub-sektor tersier, serta mengurangi tingkat pengangguran yang cukup besar.
Meskipun bukan merupakan suatu kebijakan, dan hanya bersifat faktor eksternal yang
mungkin dapat digerakkan, skenario penurunan suku bunga, pajak daerah dan pengeluaran
pembangunan dimaksudkan untuk melihat dampak yang terjadi pada peubah endogen lainnya. Jika
kedua skenario itu benar-benar dapat terwujud, penurunan tingkat suku bunga mampu menurunkan
investasi, PDRB dan upah masing-masing sub-sektor. Skenario ini tidak merubah tingkat
pengangguran. Skenario kenaikan pajak memberikan dampak yang negatif bagi semua peubah
endogen dalam model. Sedangkan, Skenario kenaikan pengeluaran pembangunan pemerintah
berdampak meningkatkan penyerapan tenaga kerja, investasi, PRBR, maupun upah masing-masing
sub-sektor.
Skenario gabungan kenaikan UMRJR 20% dan kenaikan pajak daerah, pengeluaran
pembangunan sebesar 10%, dan penurunan suku bunga 5% masih memberikan dampak yang positif
terhadap penyerapan tenaga kerja, upah sektor tersier, investasi, PDRB dan menguranggi
pengangguran. Sementara jika pemerintah hanya memberlakukan kebijakan menaikan pajak dan
pengeluaran pembangunan 10%, masih juga berdampak menurunkan investasi dan upah sektor
tersier. Jika pemerintah hanya memberlakukan kebijakan meningkatkan pengeluaran pembangunan
sebesar 10% dan peningkatan UMRJR berdampak meningkatkan penyerapan tenaga kerja,
investasi, upah, dan PDRB masing-masing sub-sektor, serta menurunkan tingkat pengangguran.
Beberapa skenario pilihan yang dapat diterapkan Pemerintah DKI Jakarta dalam mendorong
pertumbuhan sektor tersier adalah, skenario ke-5 adalah prioritas pertama (A), skenario ke-6 adalah
prioritas kedua (B), skenario ke-7 adalah prioritas ketiga (C), dan skenario ke-5 adalah prioritas
keempat (D).
Tabel 2. Ringkasan Skenario Kebijakan dan Prioritas Peran Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta, tahun 2007-2010 (%)
Alternatif Skenario
Angkatan Penyerapan Upah (%) Investasi (%) PDRB (%) Pengangguran
Kerja (%)
TK (%)
(%)
Kenaikan UMRJR 20%
2,1036
0,0419
4,2792
-0,0579
-0,0436
-3,5081
Penurunan suku bunga 5%
0,0000
0,0000
-0,0008
-0,1716
-0,0012
0,0000
Peningkatan Pajak Daerah 10%
0,0000
-0,0140
-0,0003
0,2481
-0,0085
0,0000
Kenaikan pengl. Pembagunan 10%
0,0000
0,2651
0,1334
1,1062
1,1766
0,7167
Penurunan tingkat suku bunga 5% dan 2,1036
0,0419
4,2792
-0,0579
-0,0436
-3,5081
peningkatan UMRJR 20% (A)
Peningkatan Pajak Daerah 10% dan
0,0000
0,2651
0,1309
1,0298
1,1693
0,6790
peningkatan pengeluaran
pembanggunan 10% (B)
Kenaikan UMRJR 20%, pajak, pengl.
2,1036
0,2930
4,2792
1,1467
1,1281
-2,7914
pembangunan 10%, penurunan suku
bunga 5% (C)
Peningkatan Pajak Daerah 10% dan
0,0000
0,0000
-0,0036
-0,2481
-0,0085
0,0000
penurunan suku bunga 5%
Peningkatan UMRJR 20% dan
2,1036
0,3070
4,3448
1,2232
1,1354
-2,7537
pengeluaran pembangunan 10% (D)
Keterangan: (A) = Simulasi kebijakan pertama
(B) = Simulasi kebijakan kedua
(C) = Simulasi Kebijakan ketiga.
125
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008, 113-129
Jika Pemerintah DKI Jakarta ingin memutuskan untuk meningkatkan pendapatan, investasi,
tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja maka pilihan skenario (7) adalah tepat untuk dijalankan.
Jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ingin meningkatkan penerimaan pajak daerah, maka skenario
(8) dapat dijalankan dengan risiko terjadi sedikit penurunan pada investasi sektor tersier. Jika
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih berpihak kepada para pekerja dengan menaikan UMRJR dan
meningkatkan pendapatan dan menurunkan tingkat penganguran maka skenario (9) dapat
dijalankan. Pada Tabel 2 disajikan hasil ringkasan skenario kebijakan dan Prioritas Skenario Peran
Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi DKI Jakarta, Tahun
2007 -2010.
PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sesuai tujuan
penelitian ini adalah : (1) Angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta dipengaruhi oleh upah minimum
Regional Jakarta, jumlah penduduk produktif, dummy krisis ekonomi dan besaran angkatan kerja
Jakarta tahun sebelumnya. Jumlah penduduk produktif sangat responsif mempengaruhi angkatan
kerja Jakarta, sedangkan upah minimum regional tidak responsif terhadap angkatan kerja Jakarta.
Kadaan ini menunjukan bahwa semakin tinggi jumlah penduduk produktif maka angkatan kerja
Jakarta semakin tinggi, akan tetapi tingkat upah tidak merangsang angkatan kerja Jakarta. (2)
Penyerapan kerja sektor tersier dipengaruhi oleh upah masing-masing sub sektor tersier, produk
domestik regional Jakarta, dan tingkat penyerapan kerja tahun sebelumnya. Penyerapan kerja sub
sektor perdagangan dipengaruhi oleh upah sub sektor perdagangan. Penyerapan kerja sub sektor
angkutan dipengaruhi oleh upah sub sektor angkutan, produk domestik regional bruto sub sektor
angkutan dan penyerapan kerja tahun lalu. Produk domestik regional bruto sub sektor angkutan
sangat responsif mempengaruhi penyerapan kerja sub sektor angkutan. Penyerapan kerja sub sektor
perbankan dipengaruhi oleh upah sub sektor perbankan. Sedangkan penyerapan kerja sub sektor
jasa hanya dipengaruhi oleh pengeluaran pembangunan sub sektor jasa. (3) Upah sektor tersier
dipengaruhi oleh tingkat upah minimum regional Jakarta, angkatan kerja, tingkat penyerapan kerja.
Upah sub sektor perdagangan dipengaruhi oleh upah minimum regional Jakarta, angkatan kerja
Jakarta dan penyerapan kerja sub sektor perdagangan. Upah sub sektor angkutan hanya
dipengaruhi oleh upah minimum regional Jakarta. Upah sub sektor perbankan hanya dipengaruhi
oleh upah minimum regional Jakarta dan responsif dalam jangka panjang. Sedangkan untuk upah
sub sektor jasa dipengaruhi oleh upah minimum regional Jakarta, angkatan kerja Jakarta dan
penyerapan kerja sub sektor jasa. (4) Investasi yang ditanamkan pada sub-sektor tersier dipengaruhi
oleh tingkat suku bunga, besaran pajak daerah dan total produk domestik regional bruto. Investasi
sub sektor perdagangan dipengaruhi oleh pajak daerah dan total investasi sektor tersier, dalam
jangka pendek total investasi sektor tersier responsif mempengaruhi investasi sub sektor
perdagangan. Investasi sub sektor angkutan hanya dipengaruhi oleh selisih pajak daerah tahun
sekarang dengan tahun lalu dan selisih total produk domestik regional Jakarta. Investasi sub sektor
perbankan dipengaruhi oleh suku bunga, pajak daerah, selisih total produk domestik regional bruto
tahun lalu dan investasi sub sektor perbankan tahun lalu. Sedangkan sub sektor perbankan
dipengaruhi secara nyata oleh pajak daerah, total produk domestik regional bruto sektor tersier dan
investasi sub sektor jasa tahun lalu.(5) Produk Domestik Regional Bruto Sektor Tersier dipengaruhi
oleh penyerapan kerja sektor tersier, investasi sektor tersier, pengeluaran pembangunan. Produk
Domestik Regional Bruto sub sektor perdagangan hanya dipengaruhi oleh pengeluaran
pembangunan sub sektor perdagangan dan responsif mempengaruhi Produk Domestik Regional
126
Malau, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Bruto dalam jangka panjang. Produk Domestik Regional Bruto sub sektor angkutan hanya
dipengaruhi oleh penyerapan kerja sub sektor angkutan dan pengeluaran pembangunan sub sektor
angkutan. Produk Domestik Regional Bruto sub sektor perbankan hanya dipengaruhi oleh
pengeluaran pembangunan sub sektor perbankan. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto sub
sektor jasa hanya dipengaruhi oleh penyerapan kerja sub sektor jasa. (6) Jika pemerintah daerah
DKI Jakarta ingin mengambil suatu kebijakan pada tahun 2007-2010, dengan hanya menaikan upah
minimum regional Jakarta sebesar 20% maka akan mengakibatkan angkatan kerja Jakarta,
penyerapan kerja dan upah akan meningkat, sedangkan investasi dan pendapatan provinsi DKI
Jakarta akan menurun. Tingginya tingkat penyerapan kerja, dan upah akan mengakibatkan tingkat
penganguran semakin kecil. (7) Jika pemerintah daerah DKI Jakarta dan Bank Indonesia megambil
kebijakan pada tahun 2007-2010, dengan menurunkan tingkat suku bunga sebesar 5%, maka akan
mengakibatkan upah, investasi dan produk domestik regional Jakarta menurun. Sedangkan angkatan
kerja Jakarta dan penyerapan tenaga kerja tidak terpengaruh dengan penurunan tingkat suku bunga,
begitu juga dengan tingkat penganguran yang tidak mengalaimi perubahan. (8) Jika pemerintah
daerah DKI Jakarta mengambil kebijakan ekonomi pada tahun 2007-2010 dengan melakukan
peningkatan penerimaan pajak daerah sebesar 10%, kebijakan yang diambil adalah meningkatkan
upah minimum regional Jakarta, pajak daerah, pengeluaran pembangunan serta menurunkan tingkat
suku bunga. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan angkatan kerja Jakarta, penyerapan
tenaga kerja Jakarta, upah sektor tersier, investasi dan produk domestik regional bruto sektor
tersier. Dampak yang sangat nyata adalah meningkatnya jumlah tingkat penganguran di Jakarta.
Hasil pendugaan dan analisis alternatif kebijakan dari model peran tenaga kerja sektor
tersier terhadap produk domestik regional bruto Provinsi DKI Jakarta dapat disarankan beberapa
implikasi kebijakan sebagai berikut (1) Untuk meningkatkan angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta,
pada tahun 2007-2010, maka pemerintah daerah DKI Jakarta melakukan kebijakan dengan
meningkatkan upah minimum regional Jakarta sebesar 20%, akan tetapi implikasi kebijakan
peningkatan upah minimum regional Jakarta sebesar 20% mengakibatkan menurunnya tingkat
investasi dan pendapatan sektor tersier di DKI Jakarta serta meningkatkan tingkat pengangguran di
provinsi DKI Jakarta. (2) Untuk meningkatkan angkatan kerja, penyerapan kerja, tingkat upah,
investasi, pendapatan dan menurunkan tingkat pengangguran di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 20072010, maka pemerintah daerah DKI Jakarta melakukan kebijakan dengan melakukan skenario (7)
dan (9). Skenario tersebut akan meningkatkan angkatan kerja Jakarta, penyerapan tenaga kerja,
tingkat upah, investasi dan pendapatan sektor tersier dan mengurangi tingkat pengangguran.
REFERENSI
Ananta, A. (1991). Ketimpangan pasar kerja di Indonesia. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Dawan, M.R. (2003). Peranan pekerja dalam pembangunan ekonomi. Jurnal Reformasi Ekonomi,
4(1), 51-70.
Suharsono, Y. (1999). Kondisi ketenagakerjaan pada masa krisis dan era globalisasi. Jurnal Studi
Indonesia, 9(1), 33-50.
Todaro, M.P. (2000). Pembangunan ekonomi di dunia ketiga. Jakarta: Erlangga.
127
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 4, Nomor 2, September 2008, 113-129
Lampiran
Keterangan variabel dalam Model sebagai berikut:
t
= menyatakan unit waktu (tahun)
U
= menyatakan komponen random (error)
AKJt
= angkatan kerja Jakarta pada tahun ke-t (orang)
UMRJRt-1 = upah minimum regional Jakarta pada tahun lalu (rupiah/bulan)
JPPt
= jumlah penduduk produktif (usia 25-54 tahun) tahun ke-t (orang)
JPTPt
= jumlah penduduk tidak produktif (usia 15 – 24 tahun) tahun ke-t (orang)
DM
= dummy krisis ekonomi (0 = sebelum krisis; 1 = setelah krisis)
AKJt-1
= angkatan kerja Jakarta pada tahun lalu
PTPt
= penyerapan kerja sub sektor perdagangan tahun ke-t(orang)
PTAt
= penyerapan kerja sub sektor angkutan tahun ke-t (orang)
PTBt
= penyerapan kerja sub sektor perbankkan tahun ke-t(orang)
= penyerapan kerja sub sektor jasa tahun ke-t (orang)
PTJt
PTTt
= total penyerapan kerja sektor tersier tahun ke-t (orang)
TPTJt
= total penyerapan kerja Jakarta tahun ke-t (orang)
PTPRI
= penyerapan kerja sektor primer tahun ke-t (orang)
PTSEK
= penyerapan kerja sektor sekunder tahun ke-t (orang)
PDBPRt-1 = produk domestik regional bruto sub sektor perdagangan pada tahun lalu (milyar
rupiah)
PDBARt-1 = produk domestik regional bruto sub sektor angkutan pada tahun lalu (milyar rupiah).
PDBJRt
= produk domestik regional bruto sub sektor jasa pada tahun ke-t (milyar rupiah)
T
= tren waktu (1,2,3....20)
= penyerapan tenaga kerja sub sektor perdagangan tahun lalu (orang)
PTPt-1
PTAt-1
= penyerapan tenaga kerja sub sektor angkutan tahun lalu (orang)
PTBt-1
= penyerapan tenaga kerja sub sektor perbankkan tahun lalu (orang)
PTJt-1
= penyerapan tenaga kerja sub sektor jasa tahun lalu (orang)
UPPRt
= upah sub sektor perdagangan tahun ke-t (Rp/bulan)
= upah sub sektor angkutan tahun ke-t (Rp/bulan)
UPARt
UPBRt
= upah sub sektor perbankkan tahun ke-t (Rp/bulan)
UPJRt
= upah sub sektor jasa tahun ke-t (Rp/bulan)
= upah sub sektor perdagangan tahun lalu (Rp/bulan)
UPPRt-1
UPBRt-1
= upah sub sektor perbankkan tahun lalu (Rp/bulan)
UMRJRt = upah minimum regional Jakarta tahun ke-t (Rp/bulan)
= tingkat inflasi di Jakarta tahun ke-t (persen)
INFt
TPTJt
= total penyerapan kerja Jakarta tahun ke-t (orang)
TPTJt-1
= total penyerapan kerja Jakarta tahun lalu (orang)
PNGt
= tingkat pengangguran tahun ke-t (orang)
= investasi sub sektor perdagangan tahun ke-t (milyar rupiah)
IPt
IAt
= investasi sub sektor angkutan tahun ke-t (milyar rupiah)
IBt
= investasi sub sektor perbankkan tahun ke-t (milyar rupiah)
IJt
= investasi sub sektor jasa tahun ke-t (milyar rupiah)
= investasi sub sektor jasa tahun lalu (milyar rupiah)
IJt-1
PDRt
= pajak daerah provinsi DKI Jakarta tahun ke-t (milyar rupiah)
128
Malau, Peranan Tenaga Kerja Sektor Tersier terhadap Produk Domestik Regional Bruto
SBKRt
SBKRt-1
SBIRt
SBIRt-1
PDRBTt
PDBRTt-1
PDBPRt
PDBARt
PDBBRt
PDBJRt
EXPRt-1
EXARt
EXBRt-1
EXJRt
PDRBTt
IPt-1
IAt-1
IBt-1
IJt-1
= suku bunga kredit perbangkan tahun ke-t (persen)
= suku bunga kredit perbangkan tahun lalu (persen)
= sertifikat bank indonesia tahun ke-t (persen)
= sertifikat bank indonesia tahun lalu (persen)
= total produk domestik regional bruto DKI Jakarta ( milyar rupiah)
= total produk domestik regional bruto provinsi DKI Jakarta tahun lalu (milyar rupiah)
= produk domestik regional bruto sub sektor perdagangan Provinsi DKI Jakarta tahun
ke-t (milyar rupiah)
= produk domestik regional bruto sub sektor angkutan Provinsi DKI Jakarta tahun ke-t
(milyar rupiah)
= produk domestik regional bruto sub sektor perbankkan Provinsi DKI Jakarta tahun
ke-t (milyar rupiah)
= produk domestik regional bruto sub sektor jasa Provinsi DKI Jakarta tahun ke-t
(milyar rupiah)
= pengeluaran pembangunan Provinsi DKI Jakarta sub sektor perdagangan tahun lalu
(milyar rupiah)
= pengeluaran pembangunan Provinsi DKI Jakarta sub sektor angkutan tahun ke-t
(milyar rupiah)
= pengeluaran pembangunan Provinsi DKI Jakarta sub sektor perbankkan tahun lalu
(milyar rupiah)
= pengeluaran pembangunan Provinsi DKI Jakarta sub sektor jasa tahun ke-t (milyar
rupiah)
= total produk domestik regional bruto sektor tersier tahun ke-t (milyar rupiah)
= investasi sub sektor perdagangan tahun lalu (milyar rupiah)
= investasi sub sektor angkutan tahun lalu (milyar rupiah)
= investasi sub sektor perbangkan tahun lalu (milyar rupiah)
= investasi sub sektor jasa tahun lalu (milyar rupiah)
129
Download