RMK MANAJEMEN RITEL RUANG LINGKUP DAN PARADIGMA

advertisement
RMK MANAJEMEN RITEL
RUANG LINGKUP DAN PARADIGMA BISNIS RITEL DI INDONESIA
OLEH:
Kelompok 1
Agus Yoga Pratama
()
Putu Dharmayoga Kusuma
( 1306205091)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
1.1 PENGERTIAN BISNIS RITEL
Kata ritel berasal dari bahasa perancis “ ritellier” yang berarti memotong atau memecah
sesuatu. Terkait dengan aktivitas yang dijalankan, maka ritel menunjukan upaya untuk
memecah barang atau produk yang dihasilkan dan didistribusikan oleh manufaktur atau
perusahaan dalam julah besar dan massal untuk dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir dalam
jumlah kecil sesuai dengan kebutuhannya.
Bisnis ritel dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang
atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan
penggunaan bisnis. Ritel juga merupakan salah satu perangkat dari aktivitas bisnis yang
melakukan penambahan nilai terhadap produkdan layanan penjualan kepada konsumen dalam
penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga.
Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis ritel adalah menjual berbagai produk atau jasa,
atau keduanya, kepada para konsumen untuk keperluan pribadi, tetapi bukan untuk keperluan
bisnis dengan memberikan upaya terhadap penambahan nilai terhadap barang dan jasa
tersebut. Para peritel berusahan untuk memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencoba
memenuhi kesesuaian barang barang yang dimiliknya pada harga, tempat, dan waktu seperti
yang diinginkan pelanggan. Ritel juga menyediakan pasar bagi para produsen untuk menjual
produk mereka. Dengan demikian, ritel adalah kegiatan terakhir dalam jalur distribusi yang
menghubungkan produsen dengan konsumen.
PERUSAHAAN
PEDAGANG
BESAR
RITEL
KONSUMEN
AKHIR
Ritel merupakan mitra dari agen atau distributor yang memiliki nama lain wholesaler
(pedagang partai besar). Jalur distribusi barang dagangan diatas sering disebut sebagai saluran
penjualan tradisional, karena masing masing pihak memiliki tugas yang terpisah. Perusahaan
atau produsen memiliki tugas mendesai, membuat, memberi merek, menetapkan harga,
mempromosikan dan menjual, dan tidak menjual langsung kepada konsumen. Pedagang besar
biasanya melakukan fungsi pembelian, stocking, promosi, penjualan, pengiriman,
pembayaran kepada produsen, tidak menjual langsung kepada konsumen. Sementara ritel
menjalankan fungsi pembelian, stocking, promosi, penjualan, pengiriman, pembayaran
kepada agen, tetapi tidak menjual kepada peritel lain.
Saluran penjualan tradisional telah berubah menjadi saluran penjualan vertical. Saluran
ini merupakan suatu saluran distribusi yang melbatkan sekumpulan perusahaan anggota
saluran, dimana terdiri dari produsen, pedagang besar dan ritel bertindak sebagai suatu system
yang menyatu dan terintegrasi.
PERUSAHAAN
PEDAGANG
BESAR
RITEL
KONSUMEN
AKHIR
Saluran penjualan vertical ini dapat didominasi oleh produsen, pedagang besar, atau ritel.
System ini muncul akibat adanya upaya anggota saluran yang lebih kuat untuk mengendalikan
perilaku saluran dan menghilangkan konflik yang terjadi bila para anggota saluran independen
mengejar tujuan mereka sendiri.
1.2 FUNGSI YANG DIJALANKAN RITEL
Ritel memiliki fungsi fungsi penting yang dapat meningkatkan nilai produk dan jasa yang
mereka jual pada konsumen dan memudahkan distribusi produk produk tersebut bagi para
produsen. Adapun fungsi fungsi yang dijalankan ritel sebagai berikut
1. Menyediakan berbagai macam produk dan jasa
Konsumen selalu memiliki pilihan sendiri terhadap berbagai macam produk dan jasa
yang dibutuhkan. Untuk itu fungsi ritel berusaha menyediakan berbagai macam
kebutuhan konsumen yaitu beraneka ragam produk dan jasa baik dari sisi
keanekaragaman jenis, merek, dan ukuran barang dagangan.
2. Memecah
Memecah disini berarti memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil, yang
akhirnya menguntungkan produsen dan konsumen. Jika produsen memproduksi
barang dan jasa dalam jumlah yang besar maka harga barang pun menjadi tinggi
sedangkan konsumen juga membutuhkan barang atau jasa tersebut tidak dalam
ukuran besar dan menghendaki harga lebih rendah. Sehingga ritel menawarkan
produk tersebut dalam jumlah yang kecil dan disesuaikan dengan pola konsumsi para
konsumen secara individual
3. Perusahaan penyimpan persediaan
Rite juga dapat berposisi sebagai perusahaan yang menyimpan stok atau persediaan
dengan ukuran lebih kecil. Dalam hal ini konsumen akan diuntungkan karena terdapat
jaminan ketersediaan barang atau jasa yang disimpan ritel.
4. Penghasil jasa
Dengan adanya ritel maka konsumen akan mendapat kemudahan dalam
mengkonsumsi produk produk yang dihasilkan produsen. Selain itu ritel juga dapat
mengantar produk hingga ketempak konsumen. Ritel juga menyediakan jasa
(providing service) yang membuatnya mudah bagi konsumen dalam membeli dan
menggunakan produk.
5. Meningkatkan nilai produk dan jasa
Dengan adanya beberapa jenis barang dan jasa maka untuk suatu aktivitas pelanggan
yang memerlukan beberapa barang, pelanggan akan membutuhkan ritel karena tidak
semua barang dijual dalam keadaan lengkap. Pembelian salah satu barang ritel
tersebut akan menambah nilai barang tersebut terhadap kebutuhan konsumen
1.3 KlASIFIKASI BISNIS RITEL
Klasifikasi bisnis ritel dapat digunakan sebagai dasar dalam pengelompokkan jenis ritel.
Terdapat tiga klasifikasi bisnis ritel yaitu :
a. Pengelompokkan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan
kebutuhan konsumen
b. Pengelompokkan berdasarkan sarana atau media yang digunakan
c. Pengelompokkan berdasarkan kepemilikan
A. Pengelompokkan
Berdasarkan
Unsur-unsur
yang
Digunakan
Ritel
untuk
Memuaskan Kebutuhan Konsumen
Pengelompokkan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan
kebutuhan konsumen adalah campuran unusur-unsur yang digunakan oleh peritel untuk
memuaskan kebutuhan konsumen. Terdapat empat unsur yang dapat digunakan ritel untuk
memuaskan kebutuhan pelanggan yang berguna untuk menggolongkan ritel. Unsur tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Jenis Barang yang Dijual
Ritel juga dapat dibedakan berdasarkan produk-produk yang dijualnya. Misalnya,
untuk produk alat-alat olahraga, pada jenis ritel ini juga dapat dibagi lagi menjadi
peralatan olahraga untuk anak-anak, perempuan maupun laki-laki. Selain itu menurut
jenis olahraga itu sendiri. Sedangkan jenis ritel lainnya adalah toko makanan, toko
busana, dan toko buku yang berbeda-beda karena perbedaan produk yang dijualnya.
2. Perbedaan dan Keanekaragaman Barang yang Dijual
Perbedaan baraang yang dijual adalah jumlah kategori-kategori barang yang
ditawarkan ritel. Sedangkan keanekaragaman barang yang dijual adalaj jumlah barangbarang yang berbeda dalam katgori barang. Tiap barang yang berbeda SKU(stock
keeping unit). Contohnya warehouse store, toko diskon, dan toko mainan yang menjual
mainan. Namun, warehouse store dan diskon menjual aneka barang lain selain
mainan(banyak macamnya).
3. Tingkat Layanan Konsumen
Ritel juga berbeda dalam jasa yang mereka tawarkan pada konsumen. Beberapa ritel
memint upah atau tambahan biaya untuk layanan-layan lain, seperti pengiriman ke
rumah dan pembungkusan kado. Sebaliknya, para ritel yang melayani pelanggan
dengan berbabsis layanan konsumen, menawarkan layanan-layanan dengan tidak
menerima upah atau tambahan biaya.
Terdapat beberapa tren attau kecenderungan yang disarankan dalam pertumbuhan ritel
atau jasa, misalnya populasi yang lebih banyak orang usia tua maka akan banyak
permintaan untuk pelayananyang disesuaikan dengan kebutuhan orang tua, demikian
halnya di lingkungan orang muda. Hal ini akan menjadi peluang besar bagi
perkebambangan ritel layanan atau jasa.
4. Harga Barang Dagangan
Ritel dapat dibedakan dari tingkat harga dan biaya produk yang dikenakannya. Pada
ritel jenis department storendengan jenis toko diskon, terdapat perbedaan pada
penetapan harga produk yang dijual. Department store memiliki tingkat harga yang
lebih tinggi karena adanya biaya yang lebih tinggi dalam hal persediaan produk
fashionable. Pemotongan harga produk-produk yang dijual dilakukan ketika terdapat
kesalahan dalam pembuatan. Selain itu, pada department store terdapat penggunaan
layanan penjualan perorangan dan memiliki lokasi toko yang bagus. Sedangkan pada
toko diskon, biasanya menyediakan berbagai produk dengan tingkat harga yang lebih
rendah, dan memiliki pelayanan yang lebih sedikit, bahkan produk yang dijual
memiliki keterbatasan dalam ukuran dan warna.
B. Pengelompokkan Berdasarkan Penggunaan Sarana atau Media yang Digunakan oleh
Ritel
Pada bisnis ritel, terdapat dua bentuk utama dalam penggunaan sarana atau media. Dua
bentuk utama bisnis ritel tersebut adalah ritel dengan sistem toko dan ritel dengan sistem nontoko.
1. Penjualan Melalui Toko
Pada ritel yang menggunakan toko untuk pemasaran produk, jelas bahwa terdapat
aktivitas pendistribusian produk dari produsen kepada konsumen melalui ritel dan
wholesaler. Konsumen dapat mendatangi ritel seperti layaknya dalam aktivitas jual beli
nyata untuk mendapatkan produk yang diinginkannya. Pada bisnis ritel dengan sistem
toko ini, banyak melibatkan berbagai tenaga penjual. Di antara penjual dan pembeli
terdapat hubungan secara langsung, yaitu melalui tatap muka dan komunkasi langsung.
2. Penjualan Tidak Melalui Toko
a. Electronic retailing
Ritel elektronik adalah format bisnis ritel yang menggunakan komunikasi dengan
pelanggan mengenai produk, layanan, dan penjualan melalui internet. Penjual dan
pembeli menggunakan sarana internet guna mencapai, berkomunikasi, dan
bertransaksi secara potensial satu sama lain. Dalam ritel elektronik terdapat
beberapa hal yang berkaitan dengan aktivitas jual beli, yaitu (1) menggambarkan
jasa dan produk yang ditawarkan penjual melalui situs internet, (2) memungkinkan
pembeli mencari informasi, mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan atau
inginkan serta memesan dengan menggunaka kartu kredit.
b. Katalog dan Pemasaran Surat Langsung
Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau lebih
katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengirimkan katalog
barang dagangan lini penuh, katalog konsumen khusus, dan katalog bisnis yang
biasanya dalam bentuk cetakan, tetapi terkadang juga berbentuk CD,video, atau
secara online. Sedangkan pemasaran surat langsung terdiri dari pengiriman
tawaran, pemberitahuan, pengingat, atau barang-barang lain kepada seseorang di
alamat tertentu. Dengan menggunakan daftar alamat yang selektif, pemasara
langsung mengirimkan jutaan paket pos setiap tahun dalam bentuk surat, selebaran,
brosur, dan lain-lain.
c. Pemasaran Langsung
Pemasaran langsung adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu
atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat
diukur pada suatu lokasi bentuk pemasaran ini memainkan peranan yang lebih luas,
yaitu membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Tanpa adanya toko
atau tempat memajang dan mempromosikan produk-produk mereka, banyak tokotoko virtual menerapkan penjualan langsung untuk berkomunikasi dengan
konsumen.
d. Television home shopping
Merupakan format ritel dengan menggunakan televise. Pelanggan akan melihat
program TV yang menayangkan demonstrasi produk dagangan dan kemudian
menyampaikan order melaui telepon. Tiga format dari television home shopping
tersebut adalah :

Saluran kabel yang dikhususkan untuk television shopping

Infomercials

Direct response selling
e. Vending Machine retailing
Bisnis ritel ini merupakan format non-store yang menyimpan dagangan atau jasa
pada satu mesin dan menyalurkan ke pelanggan ketika pelanggan memasukkan
uang tunai atau kredit ke dalam mesin.
C. Pengelompokkan Berdasarkan Kepemilikan
Ritel dapat diklasifikasikan pula secara luas menurut bentuk kepemilikan. Berikut adalah
klasifikasi utama dari kepemilikan ritel, yaitu :
a. Pendirian Toko Tunggal atau Mandiri
Ritel tunggal atau mandiri adalah ritel yang dimiliki oleh seseorang atau kemitraan dan
tidak dioperasikan sebagai bagian dari lembaga ritel yang lebih besar.
b. Rangkaian Perusahaan
Ritel yang dimiliki dan dioperasikan sebagai satu kelompok atau oleh sebuah
organisasi. Berdasarkan bentuk kepemilikan ini, banyak tugas administrasif ditangani
oleh kantor pusat untuk keselurahan rantai. Kantor pusat biasanya memusatkan
pembelian barabng-barang dagangan yang akan didistribusikan untuk dijual pada tokotokonya
c. Warlaba
Ritel yang dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dan
organisasi pendukung yang lebih besar. Waralaba(franchise)menggabungkan
keuntungan-keuntungan dari dari organisasi rantai toko.
Franchising adalah suatu hubungan yang terus menurus di mana seorang pemilik
waralaba memberikan kepada seorang penyewa waralaba hasil bisnis untuk
mengoperasikan atau menjual produk.
1.4 PELUANG BISNIS RITEL DI INDONESIA
Bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun
terakhir ini, dengan berbagai macam format serta jenisnya. Hal ini, diakibatkan oleh adanya
perkembangan usaha manufaktur dan peluang pasar yang cukup terbuka, maupun upaya
pemerintah untuk mendorong perkembangan bisnis ritel. Pemerintah berperan dalam melakukan
perlindungan terhadap ritel nasional yaitu, melalui peraturan pemerintah dan undang-undang.
Investasi perusahaan ritel asing ke Indonesia dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (1) kemitraan
sistem wiralaba seperti, Body shop, JC Panic, Mark and Spencer, (2) kerja sama operasi(technical
assistance atau KSO) seperti Sogo dan Seibu, dan (3) kemitraan bersama pengusaha kecil(joint
venture). Hal ini memungkinkan rite lasing untuk berinvestasi di Indonesia.
Secara makro, perkembangan industry ritel tidak terlepas dari pengaruh tiga faktor utama
yaitu :
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang menunjang pertumbuhan industri ritel terutama adalah pendapatan
per kapita penduduk Indonesia. Presentase penjualan barang berdasarkan GDP(Gross
Domestic Product) telah membaik sejak krisis ekonomi 1998. Dari 22,1%, penjualan ritel
meningkat menjadi 22,5% dan 22,9% untuk tahun 2002 dan 2003. Peningkatan ini
disebabkan dengan pertumbuhan GDP yang lambat yaitu hanya 11,2% dan 20,1% pada
tahun 2002 dan 2003.
Meski penjualan ritel telah meningkat pada tahun 2002, para ritel masih berpikir bahwa
kenaikan tersebut dapat lebih ditingkatkan pada tahun 2003. Meski pengeluaran
masyarakat semakin meningkat karena kenaikan tarid dasar listrik dan bahan bakar, para
peritel tetap yakin bahwa kondisi tersebut akan membaik. Penjualan ritel berdasarkan
pengeluaran konsumen mencapai 32,7% pada tahun 2002. Meski masyarkat menjadi lebih
berhati-hati dan focus dalam memilih produk makanan, tetapi pengeluaran masyarakat
tetap meningkat pada tahun 2002. Penjualan ritel diyakini akan terus meningkat pada tahun
2004, terutama didukung dengan kinerja yang diberikan oleh para peritel.
2. Faktor Demografi
Faktor edua adalah faktor demografi yaitu peningkatan jumlah penduduk di Indonesia.
Berdasarkan data BPS(Badan Pusat Statistik) laju pertumbuhan penduduk di Indonesia dari
tahun 1980 sampai tahun 1990 adalah 1,98% per tahun. Jumlah penduduk tahun 2000
tercatat kurang lebih dari 211 juta jiwa dan di prediksi akan berjumlah 242 juta jiwa pada
tahun 2010. Sedangkan elemen pentinng dari fakor yang mendorong pertumbuhan industry
ritel adalah meningkatnya jumlah penduduk golongan menengah, yang merupakan pasar
potensial bagi industry ritel. Melihat prediksi jumlah penduduk di Indonesia, terlihat bahwa
kapasitas industry ritel Indonesia cukup besar. Perbandingan dengan total populasi
penduduk Indonesia yang lebih dari 220 juta jiwa adalah satu supermarket melayani sekitar
500.00 jiwa.
3. Faktor Sosial Budaya
Faktor ketiga adalah faktor sosial budaya seperti terjadinya perubahan gaya hidup dan
kebiasaan berbelanja. Konsumen saati ini menginginkan tempat berbelanja yang aman,
lokasinya mudah dicapai, ragam barang yang bervariasi, dan sekaligus dapat digunakan
sebagai tempat rekreasi.
Ketiga faktor tersebut menunjukkan besarnya peluang bisnis ritel di Indonesia. Selain
faktor ekonomi, demografi dan sosial budaya, perkembangan bisnis ritel di Indonesia juga
dipengaruhi oleh praktik bisnis ritel di negara maju terutama dalam pengaplikasian teknologi
informasi dalam operasional kegiatan sehari-hari bisnis ritel.
DAFTAR PUSTAKA
Download