III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Pada umumnya peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Adanya risiko dalam kegiatan bisnis pada umumnya akan menimbulkan dampak negatif terhadap pelaku bisnis. Pengertian lain tentang risiko menurut Darmawi (2006) adalah penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Kountur (2004) risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko (Kountur 2008): 1. Merupakan suatu kejadian. 2. Kejadian tersebut mengandung kemungkinan. 3. Jika terjadi akan mengakibatkan kerugian. Siegel dan Shim (1999) diacu dalam Fahmi (2010) mendefinisikan risiko pada tiga hal: 1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan. 2. Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variabel keuangan lainnya. 3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industri. 3.1.2 Klasifikasi Risiko Risiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya (Kountur 2008): 1. Risiko dari sudut pandang penyebab Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan yaitu manusia, teknologi, dan alam. 2. Risiko dari sudut pandang akibat Ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan, yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja atau bisa berakibat merugikan atau menguntungkan. Apabila suatu kejadian berakibat hanya merugikan saja dan tidak memunginkan adanya keuntungan maka risiko tersebut adalah risiko murni, misalnya risiko kebakaran. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan, misalnya risiko investasi. 3. Risiko dari sudut pandang aktivitas Ada berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Misalnya pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit. Demikian juga seseorang yang melakukan perjalanan menghadapi risiko yang disebut risiko perjalanan. Pemberian nama risiko dilihat dari faktor penyebabnya bukan aktivitas. 4. Risiko dari sudut pandang kejadian Risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Misalnya kejadian kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Dalam suatu aktivitas pada umumnya terdapat beberapa kejadian sehingga kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas. Suatu risiko dapat dilihat dari keempat sudut pandang ini. Misalnya risiko kebakaran, dari sudut pandang penyebabnya risiko kebakaran masuk kategori risiko operasional karena disebabkan oleh faktor-faktor operasional dan bukan faktor keuangan. Dilihat dari sudut pandang akibatnya, risiko kebakaran masuk kategori risiko murni karena jika terjadi kebakaran, yang ada hanya rugi saja. Sedangkan dari sudut pandang aktivitas, risiko kebakaran dapat dimasukkan sebagai salah satu bagian dari aktivitas, misalnya mengendarai mobil. Banyak akivitas yang bisa menimbulkan kebakaran seperti memasang kabel listrik, memasak, dan lain-lain. 3.1.3 Risiko Operasional Risiko operasional menurut Muslich (2007) mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko kerugian yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumberdaya manusia perusahaan, kerusakan atau kesalahan sistem, kerugian yang disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran hukum atau peraturan perusahaan. Djohanputro (2008) menyatakan bahwa risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor eksternal lainnya. Kountur (2008) mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan yaitu manusia, teknologi, dan alam. Pada penelitian ini, risiko operasional yang digunakan adalah penggabungan antara teori yang dipaparkan oleh Kountur (2008) dengan Djohanputro (2008). Penggabungannya terletak pada faktor yang digunakan sebagai penyebab terjadinya risiko operasional. Faktor penyebab risiko operasional yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sumberdaya manusia, teknologi, alam, dan proses. Pada usaha pemasaran benih ikan patin, keberhasilan usaha tergantung oleh kegiatan operasional. Kegiatan pemasaran benih ikan patin yang terdiri dari kegiatan pengadaan benih, proses penanganan serta distribusi benih membutuhkan kecakapan sumberdaya manusia, teknologi yang mumpuni, alam yang mendukung serta proses yang berjalan baik. Risiko operasional akan muncul ketika faktor manusia, teknologi, alam, dan proses tidak dapat terpenuhi dalam kegiatan pemasaran benih sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Alam ikut berpengaruh karena benih ikan merupakan makhluk hidup yang keberlangsungan hidupnya sedikit banyak bergantung pada alam. Kompetensi sumberdaya manusia, teknologi, dan proses yang baik dalam pemasaran sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan usaha. Risiko sumberdaya manusia adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena manusia. Ada tiga kelompok besar penyebab-penyebab kejadian yang merugikan dari faktor manusia yaitu sesuatu yang berhubungan dengan kompetensi, moral, dan selera. Risiko teknologi adalah potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. Teknologi menyangkut perangkat keras seperti mesin, alat-alat, sistem dan prosedur, atau perangkat lunak berupa program-program komputer atau program-program lainnya yang dibuat oleh manusia untuk digunakan dalam memudahkan kehidupan manusia. Faktor-faktor teknologi yang dapat menyebabkan suatu risiko atau kejadian yang merugikan antara lain terkait kesesuaian, keusangan, fungsi, kualitas, atau kebenaran. Risiko alam adalah potensi penyimpangan hasil karena ketidakmampuan perusahaan dalam menghadapi alam. Faktor-faktor yang menyebabkan risiko pada alam dapat terjadi karena bencana alam, kondisi alam, dan makhluk alam. Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumberdaya (SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan material) dank arena perubahan lingkungan (Djohanputro, 2008). Hal yang perlu diperhatikan dari proses disini adalah serangkaian langkah sistematis atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika setiap tahapan ditempuh secara konsisten, maka akan mengarah pada hasil yang diharapkan. 3.1.4 Manajemen Risiko Pengertian manajemen risiko sangat beragam namun memiliki konsep yang sama. Secara umum manajemen risiko merupakan suatu alat atau instrumen yang digunakan untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Menurut Darmawi (2006) manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Kountur (2004) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Perusahaan dapat melaksanakan manajemen risiko dengan baik akan memperoleh beberapa manfaat, diantaranya: 1. Menjamin pencapaian tujuan Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Jalan untuk mencapai tujuan akan lebih mudah jika sekiranya segala rintangan yang mungkin terjadi, apakah itu telah diketahui atau belum diketahui sebelumnya dapat ditangani dengan baik. Manajemen risiko adalah suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian. 2. Memperkecil kemungkinan bangkrut Tidak ada jaminan bahwa sebuah perusahaan tidak akan bangkrut. Setiap perusahaan punya kemungkinan bangkrut. Perusahaan yang menjalankan manajemen risiko dengan baik akan sanggup menangani berbagai kemungkinan yang merugikan yang akan terjadi sehingga memperkecil kemungkinan bangkrut. Dengan demikian eksistensi perusahaan lebih dapat dipertahankan. 3. Meningkatkan keuntungan perusahaan Manajemen risiko yang baik dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Penanganan risiko yang baik membuat segala kemungkinan rugi yang dapat menimpa perusahaan bisa dibuat sekecil-kecilnya sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. 4. Memberikan keamanan pekerjaan Kemampuan memahami dan menangani risiko merupakan keharusan bagi setiap manajer. Manajer yang dapat menangani risiko dengan baik tidak saja dapat menyelamatkan perusahaannya dari kemungkinan rugi tapi juga dirinya. Apabila perusahaan yang dia tangani dapat semaksimal mungkin terhindar dari kemungkinan rugi sehingga perusahaan dapat menikmati kemajuan, kariernya pun akan ikut maju. Proses dari manajemen risiko operasional dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terdapat di perusahaan. Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko. Daftar risiko merupakan output atau hasil dari identifikasi risiko. Setelah semua risiko yang dapat dikenali diidentifikasi dan daftar risiko telah dibuat, langkah berikutnya adalah mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi tersebut. Maksud dari pengukuran risiko adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut (Kountur, 2004). Langkah-langkah dalam proses manajemen risiko operasional tersaji dalam Gambar 4 berikut ini: Identifikasi Pengukuran Penanganan Gambar 4. Tahapan dalam Proses Manajemen Risiko Sumber: Kountur, 2004. Sebelum risiko dapat ditangani, terlebih dahulu risiko-risiko tersebut harus dapat diidentifikasi dengan baik. Memahami cara-cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko sehingga risiko-risiko yang pada awalnya seolaholah tidak kelihatan akan lebih mudah teridentifikasi sangat diperlukan. Ada tiga hal yang perlu diketahui dalam proses identifikasi risiko, yaitu (Kountur, 2004): 1. Mengetahui dimana saja risiko berada 2. Mengetahui penyebab timbulnya risiko 3. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab risiko. Tahap identifikasi ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Maksud dari pengukuran risiko ini untuk menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko sehingga kita bisa mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana risiko berada dalam suatu peta (Kountur, 2008). Posisi risiko inilah yang kemudian akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat untuk pengelolaan risiko yang terjadi (Kountur, 2004). Salah satu indikator jika suatu perusahaan telah melaksanakan manajemen risiko dengan benar dan profesional adalah jika setiap unit dalam perusahaan memiliki peta risiko dan ada status risikonya. Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian manajemen melakukan penanganan risiko. penanganan risiko dimaksudkan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan. Tahapan terakhir dalam proses manajemen risiko adalah mengimplementasikan program-program yang telah dipilih untuk mengatasi kerugian (penanganan risiko). Tahap ini adalah tahap dimana ditetapkan setiap penanggung jawab pengelolaan risiko, apa dan siapa yang harus dilatih agar implementasinya dapat berjalan lancar serta pengelolaan risiko dapat diintegrasikan di dalam proses manajemen secara keseluruhan. Mengidentifikasi, menganalisis, dan menangani suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktik, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal, mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui efektivitas respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah. Ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif. 3.1.5 Pengukuran Risiko Menurut Batuparan (2001) dalam Lestari (2009), pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar (tolak ukur) untuk memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha. Signifikansi suatu risiko maupun portofolio risiko dapat diketahui atau disimpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap dimensi risiko, yaitu: 1. kuantitas risiko yaitu jumlah kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya risiko 2. kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko. Semakin tinggi tingkat kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) maka semakin besar pula tingkat risikonya. Semakin tinggi dampak yang ditimbulkan dari terjadinya suatu risiko maka semakin besar tingkat risikonya. Pengukuran kemungkinan terjadinya risiko bertujuan untuk mengetahui risiko apa saja yang besar dan risiko apa saja yang kecil sehingga dalam penanganannya dapat diketahui risiko-risiko yang perlu diprioritaskan. Setiap kali terjadi risiko maka akan memberikan dampak kerugian. Pada umumnya kerugian dapat dihitung dalam rupiah sehingga jika terjadi risiko, perusahaan akan mengetahui besar kerugian yang diderita dalam rupiah. Setelah semua risiko diukur baik probabilitasnya maupun dampaknya, maka selanjutnya yang dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak (Kountur, 2008). Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen. Gambar peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5. Probabilitas(%) Besar Kuadran I Kuadran II Kecil Kuadran III Kuadran IV Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 5. Peta Risiko Sumber: Kountur (2008) 3.1.6 Teknik Pemetaan Djohanputro (2008) mengatakan bahwa risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Gambar 6 berikut merupakan contoh hasil pemetaan. Tinggi D a m p a k Risiko II Risiko I Risiko berbahaya yang jarang terjadi Sedang Mengancam pencapaian tujuan perusahaan Risiko IV Risiko III Risiko yang terjadi secara rutin Risiko tidak berbahaya Rendah Rendah Gambar 6. Diagram Pemetaan Risiko Sumber: Djohanputro (2008) Sedang Tinggi Probabilitas Dimensi pertama, probabilitas menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya, probabilitas dibagi kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Dimensi kedua berupa dampak, yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumberdaya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi ke dalam tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang, rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area yang dihuni oleh risiko dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri dari risiko-risiko yang masuk dalam prioritas I atau prioritas utama. Bila risikorisiko pada kuadran I terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran II merupakan dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Ciri dari risiko dalam kuadran II memiliki tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dampaknya tinggi bila risiko tersebut menjadi kenyataan. Artinya risiko-risiko dalam kuadran II cukup jarang terjadi, mungkin hanya setahun sekali atau bahkan bisa kurang namun apabila terjadi maka tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai. Dalam kondisi terburuk, perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut. Kuadran III dihuni oleh berbagai risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Namun biasanya perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul. Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas IV. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun terjadi, dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko yang masuk dalam kuadran IV cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut namun manajemen tetap perlu memonitor risiko dalam kuadran IV. Suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk ke dalam kuadran IV bisa pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal secara signifikan. 3.1.7 Penanganan Risiko Berdasarkan peta risiko kemudian dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko yaitu preventif dan mitigasi (Kountur, 2008). 3.1.7.1 Preventif Sebelum risiko terjadi harus ada cara-cara preventif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 7 adalah risiko-risiko yang probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar. Dengan demikian strategi untuk menangani risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II adalah strategi preventif. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Kuadran II Kecil Kuadran III Kuadran IV Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 7. Peta Risiko – Strategi Preventif Sumber: Kountur (2008) Strategi preventif akan membuat sedemikian rupa sehingga risiko-risiko yang berada pada kuadran I bergeser ke kuadran III dan risiko-risiko yang berada pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur Banyak risiko-risiko yang disebabkan oleh manusia dan teknologi dapat diperkecil jika sistem dan prosedurnya ada dan baik. b. Mengembangkan sumberdaya manusia Ada banyak risiko yang disebabkan oleh manusia yang tidak kompeten, lalai, atau dengan sengaja melakukan hal-hal yang merugikan. Jika dengan sengaja melakukan atau mungkin juga lalai, bisa diperkecil dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur. Namun jika risiko disebabkan oleh karena manusianya tidak kompeten maka yang dapat dilakukan adalah memperbaiki atau mengembangkan sumberdaya manusianya. Pengembangan sumberdaya manusia dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan baik pelatihan on-the-job atau pelatihan-pelatihan eksternal. c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik Beberapa risiko dapat dihindari kejadiannya atau setidaknya diperkecil kemungkinan terjadinya dengan memasang (jika belum ada) atau memperbaiki (jika sudah ada namun belum baik). Misalnya risiko kebakaran dapat diminimalkan kejadiannya jika dipasang alat fire detector yang secara otomatis mendeteksi jika ada asap atau api yang kemudian secara otomatis menyemburkan air. 3.1.7.2 Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Semua risiko yang berada pada kuadran II dan IV dimana dampaknya besar ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada di kuadran II dapat bergeser ke kuadran I dan risiko pada kuadran IV bergeser ke kuadran III. Dengan demikian strategi mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang memiliki dampak yang sangat besar, sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 8. Probabilitas (%) Besar Kuadran I Kuadran II Kecil Kuadran III Kuadran IV Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 8. Peta Risiko – Strategi Mitigasi Sumber: Kountur (2008) Adapun beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b. Penggabungan Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pada penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau melakukan akuisisi. c. Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Maksud dari pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko ke pihak lain sehingga jika terjadi kerugian maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya dengan cara asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana aset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada aset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut. Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract, option, dan swap. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perikanan. Kegiatan utama perusahaan ini adalah menampung dan mendistribusikan benih ikan dari petani sampai ke konsumen. Jenis benih ikan yang didistribusikan antara lain ikan patin, ikan lele, ikan nila, ikan gurame, ikan bawal, ikan mas, lobster air tawar, serta udang galah dengan komoditi yang menjadi sumber pendapatan utama adalah ikan patin dengan kontirbusi hampir 80 %.. Usaha pemasaran benih ikan patin kerap dihadapkan pada risiko yang dapat menghambat usaha ini. Risiko yang muncul pada usaha pemasaran benih ikan adalah risiko operasional yang bersumber dari manusia, teknologi, alam, dan proses. Risiko operasional terdapat dalam kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan benih, penanganan benih, serta distribusi. Proses distribusi merupakan sumber risiko terbesar yang dihadapi pemasar benih ikan. Pada usia benih, ikan memiliki kondisi tubuh yang lemah, gerakannya lambat, dan belum memiliki kemampuan perlindungan diri dari serangan hama dan penyakit. Berbagai kelemahan benih tersebut membuat proses pendistribusian benih ikan tidaklah mudah dan tidak jarang memberikan kerugian yang cukup besar. Risiko ini bisa muncul apabila pembenih tidak bisa menekan mortalitas benih. Proses penanganan benih ikan ikut berpengaruh dalam risiko ini. Faktor manusia, teknologi, alam, dan proses membuat tingkat mortalitas benih menjadi tinggi. Adanya mortalitas benih ikan patin akan menyebabkan penerimaan perusahaan berfluktuatif terkait pendapatan yang diterima seharusnya lebih besar apabila mortalitas tersebut tidak terjadi. Kebutuhan akan sistem pengelolaan risiko operasional sangat diperlukan PT MMN untuk dapat mengatasi segala kemungkinan kejadian yang merugikan di unit penanganan dan distribusi. Selama ini penerapan manajemen risiko yang dilakukan perusahaan dalam mengendalikan risiko belum dilakukan secara serius dan efektif. Analisis manajemen risiko perusahaan dapat dilakukan untuk mengetahui kegiatan perusahaan dalam melakukan manajemen risiko serta dapat digunakan untuk mengantisipasi dan mengelola risiko yang akan terjadi. Analisis awal yang dilakukan adalah dengan melakukan proses identifikasi risiko. Proses identifikasi risiko ini dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber risiko apa saja yang sering terjadi di perusahaan. Risiko yang telah teridentifikasi dapat dibuat daftar risiko, kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar tersebut diukur. Pengukuran risiko bertujuan untuk memberikan masukan kepada pihak perusahaan sebagai bahan pertimbangan lain dalam menetapkan kebijakan perusahaan terkait dengan manajemen risiko untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Pengukuran risiko juga dimaksudkan untuk menghasilkan status dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko sehingga diketahui risiko mana yang lebih berisiko dan tidak terlalu berisiko. Peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga diketahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Klasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dilakukan untuk mengetahui seberapa krusial sumber risiko yang terdapat dalam perusahaan. Pengukuran probabilitas dilakukan dengan metode nilai standar sedangkan pengukuran dampak sumber risiko dilakukan dengan metode VaR (Value at Risk). Data yang digunakan untuk dampak sumber risiko pemasaran adalah data pembelian benih oleh MMN, data penjualan benih patin, data tingkat mortalitas benih patin, data kasus-kasus serta data penggunaan kendaraan dalam proses pengiriman benih pada kurun waktu September 2010 hingga Januari 2011. Setelah posisi sumber-sumber risiko diketahui, selanjutnya ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengatasi risiko operasional pada kegiatan pemasaran. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis strategi yang dapat diterapkan melalui data-data yang telah diperoleh. Analisis ini berdasarkan pada pengukuran risiko yang dilakukan dengan peta risiko sebagai acuan penilaian. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 9. PT Mitra Mina Nusantara Unit Pemasaran Benih Ikan Patin Pemasaran benih ikan tidak maksimal yang terlihat dari besarnya tingkat mortalitas benih ikan yang didistribusikan Penerimaan berfluktuasi Identifikasi sumber-sumber risiko operasional: Analisis deskriptif terkait risiko operasional yang terjadi pada kegiatan pemasaran Identifikasi probabilitas dan dampak risiko: Metode Nilai Standar Metode Value at Risk (VaR) Risiko Operasional yang disebabkan oleh: Sumberdaya manusia Teknologi Alam Proses Strategi penanganan risiko operasional Gambar 9. Kerangka Pemikiran Operasional