Manajemen risiko operasional pada pemasaran

advertisement
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Konseptual
3.1.1 Risiko
Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang
terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat
keputusan. Pada umumnya peluang suatu kejadian dalam kegiatan bisnis dapat
ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan data historis atau pengalaman
selama mengelola kegiatan usaha. Adanya risiko dalam kegiatan bisnis pada
umumnya akan menimbulkan dampak negatif terhadap pelaku bisnis.
Pengertian lain tentang risiko menurut Darmawi (2006) adalah penyebaran
hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Kountur (2004) risiko
merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau
perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan. Ada tiga unsur
penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko (Kountur 2008):
1.
Merupakan suatu kejadian.
2.
Kejadian tersebut mengandung kemungkinan.
3.
Jika terjadi akan mengakibatkan kerugian.
Siegel dan Shim (1999) diacu dalam Fahmi (2010) mendefinisikan risiko
pada tiga hal:
1.
Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya
dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil
keputusan.
2.
Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variabel keuangan lainnya.
3.
Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja
operasi
perusahaan
atau
posisi
keuangan,
seperti
risiko
ekonomi,
ketidakpastian politik, dan masalah industri.
3.1.2 Klasifikasi Risiko
Risiko dapat dibedakan dalam beberapa jenis tergantung dari sudut
pandang mana kita melihatnya. Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang,
diantaranya (Kountur 2008):
1.
Risiko dari sudut pandang penyebab
Apabila dilihat dari sebab terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko
keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan
mata uang asing. Sedangkan risiko operasional adalah risiko-risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan yaitu manusia, teknologi, dan
alam.
2.
Risiko dari sudut pandang akibat
Ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan, yaitu risiko
murni dan risiko spekulatif. Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja
atau bisa berakibat merugikan atau menguntungkan. Apabila suatu kejadian
berakibat hanya merugikan saja dan tidak memunginkan adanya keuntungan
maka risiko tersebut adalah risiko murni, misalnya risiko kebakaran. Risiko
spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian
tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan, misalnya risiko investasi.
3.
Risiko dari sudut pandang aktivitas
Ada berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Misalnya
pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit. Demikian juga
seseorang yang melakukan perjalanan menghadapi risiko yang disebut risiko
perjalanan. Pemberian nama risiko dilihat dari faktor penyebabnya bukan
aktivitas.
4.
Risiko dari sudut pandang kejadian
Risiko sebaiknya dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Misalnya kejadian
kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Dalam suatu aktivitas pada
umumnya terdapat beberapa kejadian sehingga kejadian adalah salah satu
bagian dari aktivitas.
Suatu risiko dapat dilihat dari keempat sudut pandang ini. Misalnya risiko
kebakaran, dari sudut pandang penyebabnya risiko kebakaran masuk kategori
risiko operasional karena disebabkan oleh faktor-faktor operasional dan bukan
faktor keuangan. Dilihat dari sudut pandang akibatnya, risiko kebakaran masuk
kategori risiko murni karena jika terjadi kebakaran, yang ada hanya rugi saja.
Sedangkan dari sudut pandang aktivitas, risiko kebakaran dapat dimasukkan
sebagai salah satu bagian dari aktivitas, misalnya mengendarai mobil. Banyak
akivitas yang bisa menimbulkan kebakaran seperti memasang kabel listrik,
memasak, dan lain-lain.
3.1.3 Risiko Operasional
Risiko operasional menurut Muslich (2007) mempunyai ruang lingkup
yang mencakup risiko kerugian yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan
sumberdaya manusia perusahaan, kerusakan atau kesalahan sistem, kerugian yang
disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran
hukum atau peraturan perusahaan. Djohanputro (2008) menyatakan bahwa risiko
operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak
berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor eksternal lainnya. Kountur
(2008) mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko-risiko yang disebabkan
oleh faktor-faktor non keuangan yaitu manusia, teknologi, dan alam.
Pada
penelitian
ini,
risiko
operasional
yang
digunakan
adalah
penggabungan antara teori yang dipaparkan oleh Kountur (2008) dengan
Djohanputro (2008). Penggabungannya terletak pada faktor yang digunakan
sebagai penyebab terjadinya risiko operasional. Faktor penyebab risiko
operasional yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sumberdaya manusia,
teknologi, alam, dan proses.
Pada usaha pemasaran benih ikan patin, keberhasilan usaha tergantung
oleh kegiatan operasional. Kegiatan pemasaran benih ikan patin yang terdiri dari
kegiatan
pengadaan
benih,
proses
penanganan
serta
distribusi
benih
membutuhkan kecakapan sumberdaya manusia, teknologi yang mumpuni, alam
yang mendukung serta proses yang berjalan baik. Risiko operasional akan muncul
ketika faktor manusia, teknologi, alam, dan proses tidak dapat terpenuhi dalam
kegiatan pemasaran benih sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan. Alam ikut berpengaruh karena benih ikan merupakan makhluk hidup
yang keberlangsungan hidupnya sedikit banyak bergantung pada alam.
Kompetensi sumberdaya manusia, teknologi, dan proses yang baik dalam
pemasaran sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan usaha.
Risiko sumberdaya manusia adalah potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena manusia. Ada tiga kelompok besar penyebab-penyebab
kejadian yang merugikan dari faktor manusia yaitu sesuatu yang berhubungan
dengan kompetensi, moral, dan selera. Risiko teknologi adalah potensi
penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan
kondisi. Teknologi menyangkut perangkat keras seperti mesin, alat-alat, sistem
dan prosedur, atau perangkat lunak berupa program-program komputer atau
program-program lainnya yang dibuat oleh manusia untuk digunakan dalam
memudahkan
kehidupan
manusia.
Faktor-faktor
teknologi
yang
dapat
menyebabkan suatu risiko atau kejadian yang merugikan antara lain terkait
kesesuaian, keusangan, fungsi, kualitas, atau kebenaran.
Risiko alam adalah potensi penyimpangan hasil karena ketidakmampuan
perusahaan dalam menghadapi alam. Faktor-faktor yang menyebabkan risiko
pada alam dapat terjadi karena bencana alam, kondisi alam, dan makhluk alam.
Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam
kombinasi sumberdaya (SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan
material) dank arena perubahan lingkungan (Djohanputro, 2008). Hal yang perlu
diperhatikan dari proses disini adalah serangkaian langkah sistematis atau tahapan
yang jelas dan dapat ditempuh berulang kali, untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Jika setiap tahapan ditempuh secara konsisten, maka akan mengarah
pada hasil yang diharapkan.
3.1.4 Manajemen Risiko
Pengertian manajemen risiko sangat beragam namun memiliki konsep
yang sama. Secara umum manajemen risiko merupakan suatu alat atau instrumen
yang digunakan untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Menurut Darmawi
(2006) manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.
Kountur (2004) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan manajemen
risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai
permasalahan
yang
disebabkan
oleh
adanya
risiko.
Perusahaan
dapat
melaksanakan manajemen risiko dengan baik akan memperoleh beberapa
manfaat, diantaranya:
1.
Menjamin pencapaian tujuan
Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen
menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan
perusahaan. Jalan untuk mencapai tujuan akan lebih mudah jika sekiranya
segala rintangan yang mungkin terjadi, apakah itu telah diketahui atau belum
diketahui sebelumnya dapat ditangani dengan baik. Manajemen risiko adalah
suatu cara untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul yang
disebabkan oleh adanya ketidakpastian.
2.
Memperkecil kemungkinan bangkrut
Tidak ada jaminan bahwa sebuah perusahaan tidak akan bangkrut. Setiap
perusahaan punya kemungkinan bangkrut. Perusahaan yang menjalankan
manajemen risiko dengan baik akan sanggup menangani berbagai
kemungkinan yang merugikan yang akan terjadi sehingga memperkecil
kemungkinan bangkrut. Dengan demikian eksistensi perusahaan lebih dapat
dipertahankan.
3.
Meningkatkan keuntungan perusahaan
Manajemen risiko yang baik dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
Penanganan risiko yang baik membuat segala kemungkinan rugi yang dapat
menimpa perusahaan bisa dibuat sekecil-kecilnya sehingga biaya menjadi
lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan
yang lebih besar.
4.
Memberikan keamanan pekerjaan
Kemampuan memahami dan menangani risiko merupakan keharusan bagi
setiap manajer. Manajer yang dapat menangani risiko dengan baik tidak saja
dapat menyelamatkan perusahaannya dari kemungkinan rugi tapi juga
dirinya. Apabila perusahaan yang dia tangani dapat semaksimal mungkin
terhindar dari kemungkinan rugi sehingga perusahaan dapat menikmati
kemajuan, kariernya pun akan ikut maju.
Proses
dari
manajemen
risiko
operasional
dimulai
dengan
mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terdapat di perusahaan.
Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko. Daftar risiko
merupakan output atau hasil dari identifikasi risiko. Setelah semua risiko yang
dapat dikenali diidentifikasi dan daftar risiko telah dibuat, langkah berikutnya
adalah mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi tersebut. Maksud dari
pengukuran risiko adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan
terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut (Kountur,
2004). Langkah-langkah dalam proses manajemen risiko operasional tersaji dalam
Gambar 4 berikut ini:
Identifikasi
Pengukuran
Penanganan
Gambar 4. Tahapan dalam Proses Manajemen Risiko
Sumber: Kountur, 2004.
Sebelum risiko dapat ditangani, terlebih dahulu risiko-risiko tersebut harus
dapat diidentifikasi dengan baik. Memahami cara-cara yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi risiko sehingga risiko-risiko yang pada awalnya seolaholah tidak kelihatan akan lebih mudah teridentifikasi sangat diperlukan. Ada tiga
hal yang perlu diketahui dalam proses identifikasi risiko, yaitu (Kountur, 2004):
1.
Mengetahui dimana saja risiko berada
2.
Mengetahui penyebab timbulnya risiko
3.
Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab risiko.
Tahap identifikasi ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang
kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Maksud dari pengukuran risiko ini
untuk menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status
risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko sehingga kita bisa
mengetahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak
terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran
risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana risiko berada dalam
suatu peta (Kountur, 2008). Posisi risiko inilah yang kemudian akan membantu
membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat untuk pengelolaan risiko
yang terjadi (Kountur, 2004). Salah satu indikator jika suatu perusahaan telah
melaksanakan manajemen risiko dengan benar dan profesional adalah jika setiap unit
dalam perusahaan memiliki peta risiko dan ada status risikonya.
Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian manajemen melakukan
penanganan risiko. penanganan risiko dimaksudkan untuk memberikan usulan apa
yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan.
Tahapan terakhir dalam proses manajemen risiko adalah mengimplementasikan
program-program yang telah dipilih untuk mengatasi kerugian (penanganan
risiko). Tahap ini adalah tahap dimana ditetapkan setiap penanggung jawab
pengelolaan risiko, apa dan siapa yang harus dilatih agar implementasinya dapat
berjalan lancar serta pengelolaan risiko dapat diintegrasikan di dalam proses
manajemen secara keseluruhan.
Mengidentifikasi, menganalisis, dan menangani suatu risiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun manajemen risiko
tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktik, pengalaman, dan terjadinya
kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan
mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor
proses dari awal, mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk
mengetahui efektivitas respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi
adanya risiko yang baru maupun berubah. Ketika suatu risiko terjadi maka respon
yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
3.1.5 Pengukuran Risiko
Menurut Batuparan (2001) dalam Lestari (2009), pengukuran risiko
dibutuhkan sebagai dasar (tolak ukur) untuk memahami signifikansi dari akibat
(kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik secara
individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan
usaha. Signifikansi suatu risiko maupun portofolio risiko dapat diketahui atau
disimpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap dimensi risiko, yaitu:
1.
kuantitas risiko yaitu jumlah kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya
risiko
2.
kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko.
Semakin tinggi tingkat kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) maka
semakin besar pula tingkat risikonya. Semakin tinggi dampak yang ditimbulkan
dari terjadinya suatu risiko maka semakin besar tingkat risikonya.
Pengukuran kemungkinan terjadinya risiko bertujuan untuk mengetahui
risiko apa saja yang besar dan risiko apa saja yang kecil sehingga dalam
penanganannya dapat diketahui risiko-risiko yang perlu diprioritaskan. Setiap kali
terjadi risiko maka akan memberikan dampak kerugian. Pada umumnya kerugian
dapat dihitung dalam rupiah sehingga jika terjadi risiko, perusahaan akan
mengetahui besar kerugian yang diderita dalam rupiah.
Setelah semua risiko diukur baik probabilitasnya maupun dampaknya,
maka selanjutnya yang dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah
gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu
vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan
dampak (Kountur, 2008). Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat
dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan
kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu
dampak besar dan dampak kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kecil
ditentukan oleh manajemen. Gambar peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5.
Probabilitas(%)
Besar
Kuadran I
Kuadran II
Kecil
Kuadran III
Kuadran IV
Kecil
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 5. Peta Risiko
Sumber: Kountur (2008)
3.1.6 Teknik Pemetaan
Djohanputro (2008) mengatakan bahwa risiko selalu terkait dengan dua
dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama.
Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan
dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Gambar 6 berikut merupakan contoh hasil
pemetaan.
Tinggi
D
a
m
p
a
k
Risiko II
Risiko I
Risiko berbahaya yang
jarang terjadi
Sedang
Mengancam pencapaian
tujuan perusahaan
Risiko IV
Risiko III
Risiko yang terjadi secara
rutin
Risiko tidak berbahaya
Rendah
Rendah
Gambar 6. Diagram Pemetaan Risiko
Sumber: Djohanputro (2008)
Sedang
Tinggi
Probabilitas
Dimensi pertama, probabilitas menyatakan tingkat kemungkinan suatu
risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin
perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan risiko
terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian
kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya, probabilitas dibagi kedalam tiga
kategori yaitu tinggi, sedang, rendah.
Dimensi kedua berupa dampak, yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang
terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin
tinggi dampak suatu risiko maka semakin perlu mendapat perhatian khusus.
Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin
rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumberdaya untuk
menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi ke
dalam tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang, rendah.
Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama.
Kuadran I merupakan area yang dihuni oleh risiko dengan tingkat probabilitas
sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri
dari risiko-risiko yang masuk dalam prioritas I atau prioritas utama. Bila risikorisiko pada kuadran I terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan
perusahaan.
Kuadran II merupakan dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Ciri dari
risiko dalam kuadran II memiliki tingkat probabilitas kejadian antara rendah
sampai sedang, namun dampaknya tinggi bila risiko tersebut menjadi kenyataan.
Artinya risiko-risiko dalam kuadran II cukup jarang terjadi, mungkin hanya
setahun sekali atau bahkan bisa kurang namun apabila terjadi maka tujuan dan
target perusahaan bisa tidak tercapai. Dalam kondisi terburuk, perusahaan bisa
tutup atau dinyatakan bangkrut.
Kuadran III dihuni oleh berbagai risiko dengan tingkat probabilitas
kejadian yang tinggi namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi
ini tidak terlalu mengganggi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai
kenyataan. Namun biasanya perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak
yang muncul.
Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas IV. Risiko
dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun
terjadi, dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko
yang masuk dalam kuadran IV cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan
tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut
namun manajemen tetap perlu memonitor risiko dalam kuadran IV. Suatu risiko
bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk ke dalam kuadran IV bisa pindah ke
kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal secara
signifikan.
3.1.7 Penanganan Risiko
Berdasarkan peta risiko kemudian dapat diketahui cara penanganan risiko
yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko yaitu preventif
dan mitigasi (Kountur, 2008).
3.1.7.1 Preventif
Sebelum risiko terjadi harus ada cara-cara preventif yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan apabila
probabilitas risiko besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II
sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 7 adalah risiko-risiko yang
probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar. Dengan demikian strategi untuk
menangani risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II adalah strategi
preventif.
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran I
Kuadran II
Kecil
Kuadran III
Kuadran IV
Kecil
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 7. Peta Risiko – Strategi Preventif
Sumber: Kountur (2008)
Strategi preventif akan membuat sedemikian rupa sehingga risiko-risiko
yang berada pada kuadran I bergeser ke kuadran III dan risiko-risiko yang berada
pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV. Strategi preventif dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya:
a.
Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur
Banyak risiko-risiko yang disebabkan oleh manusia dan teknologi dapat
diperkecil jika sistem dan prosedurnya ada dan baik.
b.
Mengembangkan sumberdaya manusia
Ada banyak risiko yang disebabkan oleh manusia yang tidak kompeten, lalai,
atau dengan sengaja melakukan hal-hal yang merugikan. Jika dengan sengaja
melakukan atau mungkin juga lalai, bisa diperkecil dengan membuat atau
memperbaiki sistem dan prosedur. Namun jika risiko disebabkan oleh karena
manusianya tidak kompeten maka yang dapat dilakukan adalah memperbaiki
atau mengembangkan sumberdaya manusianya. Pengembangan sumberdaya
manusia dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan baik pelatihan on-the-job
atau pelatihan-pelatihan eksternal.
c.
Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik
Beberapa risiko dapat dihindari kejadiannya atau setidaknya diperkecil
kemungkinan terjadinya dengan memasang (jika belum
ada) atau
memperbaiki (jika sudah ada namun belum baik). Misalnya risiko kebakaran
dapat diminimalkan kejadiannya jika dipasang alat fire detector yang secara
otomatis mendeteksi jika ada asap atau api yang kemudian secara otomatis
menyemburkan air.
3.1.7.2 Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Semua risiko yang berada
pada kuadran II dan IV dimana dampaknya besar ditangani dengan cara mitigasi.
Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada di kuadran II dapat bergeser ke
kuadran I dan risiko pada kuadran IV bergeser ke kuadran III. Dengan demikian
strategi mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang memiliki dampak yang
sangat besar, sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 8.
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran I
Kuadran II
Kecil
Kuadran III
Kuadran IV
Kecil
Besar
Dampak (Rp)
Gambar 8. Peta Risiko – Strategi Mitigasi
Sumber: Kountur (2008)
Adapun beberapa cara yang termasuk dalam strategi mitigasi adalah:
a.
Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat
sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan
semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan
risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.
b.
Penggabungan
Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan
pada penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak
perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan
merger atau melakukan akuisisi.
c.
Pengalihan risiko
Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan
mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Maksud dari pengalihan risiko
ini adalah mengalihkan risiko ke pihak lain sehingga jika terjadi kerugian
maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain,
diantaranya dengan cara asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset
perusahaan yang dampak risikonya besar sehingga jika terjadi kerugian maka
pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan
sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan
pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana aset digunakan tetapi
kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada aset tersebut
maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut.
Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain
untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak
menanggung kerugian
melainkan pihak
yang melakukan pekerjaan
tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara
pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi
penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract, option,
dan swap.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dibidang perikanan. Kegiatan utama perusahaan ini adalah
menampung dan mendistribusikan benih ikan dari petani sampai ke konsumen.
Jenis benih ikan yang didistribusikan antara lain ikan patin, ikan lele, ikan nila,
ikan gurame, ikan bawal, ikan mas, lobster air tawar, serta udang galah dengan
komoditi yang menjadi sumber pendapatan utama adalah ikan patin dengan
kontirbusi hampir 80 %..
Usaha pemasaran benih ikan patin kerap dihadapkan pada risiko yang
dapat menghambat usaha ini. Risiko yang muncul pada usaha pemasaran benih
ikan adalah risiko operasional yang bersumber dari manusia, teknologi, alam, dan
proses. Risiko operasional terdapat dalam kegiatan pemasaran yang meliputi
pengadaan benih, penanganan benih, serta distribusi.
Proses distribusi merupakan sumber risiko terbesar yang dihadapi pemasar
benih ikan. Pada usia benih, ikan memiliki kondisi tubuh yang lemah, gerakannya
lambat, dan belum memiliki kemampuan perlindungan diri dari serangan hama
dan penyakit. Berbagai kelemahan benih tersebut membuat proses pendistribusian
benih ikan tidaklah mudah dan tidak jarang memberikan kerugian yang cukup
besar. Risiko ini bisa muncul apabila pembenih tidak bisa menekan mortalitas
benih. Proses penanganan benih ikan ikut berpengaruh dalam risiko ini. Faktor
manusia, teknologi, alam, dan proses membuat tingkat mortalitas benih menjadi
tinggi.
Adanya mortalitas benih ikan patin akan menyebabkan penerimaan
perusahaan berfluktuatif terkait pendapatan yang diterima seharusnya lebih besar
apabila mortalitas tersebut tidak terjadi. Kebutuhan akan sistem pengelolaan risiko
operasional sangat diperlukan PT MMN untuk dapat mengatasi segala
kemungkinan kejadian yang merugikan di unit penanganan dan distribusi. Selama
ini penerapan manajemen risiko yang dilakukan perusahaan dalam mengendalikan
risiko belum dilakukan secara serius dan efektif. Analisis manajemen risiko
perusahaan dapat dilakukan untuk mengetahui kegiatan perusahaan dalam
melakukan manajemen risiko serta dapat digunakan untuk mengantisipasi dan
mengelola risiko yang akan terjadi.
Analisis awal yang dilakukan adalah dengan melakukan proses identifikasi
risiko. Proses identifikasi risiko ini dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber
risiko apa saja yang sering terjadi di perusahaan. Risiko yang telah teridentifikasi
dapat dibuat daftar risiko, kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar tersebut
diukur. Pengukuran risiko bertujuan untuk memberikan masukan kepada pihak
perusahaan sebagai bahan pertimbangan lain dalam menetapkan kebijakan
perusahaan terkait dengan manajemen risiko untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan. Pengukuran risiko juga dimaksudkan untuk menghasilkan status dan
peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko
sehingga diketahui risiko mana yang lebih berisiko dan tidak terlalu berisiko. Peta
risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga diketahui
dimana risiko berada dalam suatu peta.
Klasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dilakukan untuk mengetahui
seberapa krusial sumber risiko yang terdapat dalam perusahaan. Pengukuran
probabilitas dilakukan dengan metode nilai standar sedangkan pengukuran
dampak sumber risiko dilakukan dengan metode VaR (Value at Risk). Data yang
digunakan untuk dampak sumber risiko pemasaran adalah data pembelian benih
oleh MMN, data penjualan benih patin, data tingkat mortalitas benih patin, data
kasus-kasus serta data penggunaan kendaraan dalam proses pengiriman benih
pada kurun waktu September 2010 hingga Januari 2011.
Setelah posisi sumber-sumber risiko diketahui, selanjutnya ditentukan
strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengatasi risiko operasional pada
kegiatan pemasaran. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis strategi
yang dapat diterapkan melalui data-data yang telah diperoleh. Analisis ini
berdasarkan pada pengukuran risiko yang dilakukan dengan peta risiko sebagai
acuan penilaian. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar
9.
PT Mitra Mina Nusantara
Unit Pemasaran Benih Ikan Patin
Pemasaran benih ikan tidak maksimal yang
terlihat dari besarnya tingkat mortalitas benih
ikan yang didistribusikan
Penerimaan berfluktuasi
Identifikasi sumber-sumber risiko operasional:
 Analisis deskriptif terkait risiko operasional
yang terjadi pada kegiatan pemasaran
Identifikasi probabilitas dan dampak risiko:
 Metode Nilai Standar
 Metode Value at Risk (VaR)
Risiko
Operasional yang
disebabkan oleh:
 Sumberdaya
manusia
 Teknologi
 Alam
 Proses
Strategi penanganan risiko
operasional
Gambar 9. Kerangka Pemikiran Operasional
Download