III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub babsub bab berikut. 3.1.1. Konsep Risiko Suatu usaha pasti tidak akan bisa terlepas dari risiko, begitu pandangan sebagian besar mereka yang melakukan usaha. Apalagi jika usaha yang dilakukan merupakan usaha pada komoditas agribisnis yang memiliki karakter perishable, voluminous, dan bulky. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi risiko yang dapat membantu pembaca dalam memahami konsep risiko dengan jelas. Risiko merupakan ketidakpastian yang mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan sering berkaitan dengan kerusakan atau kerugian ( Bodie dan Merton 1998, diacu dalam Harwood et al. 1999). Ketidakpastian disini dijelaskan kembali oleh Harwood et al. (1999) dalam bukunya Managing Risk in Farming yaitu ketidakpastian yang bermasalah dan dapat menyertakan kemungkinan hilangnya uang, kemungkinan ancaman bagi kesehatan manusia, akibat yang mempengaruhi sumberdaya seperti irigasi dan modal. Sedangkan ketidakpastian memiliki pengertian suatu situasi dimana seseorang tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Ketidakpastian merupakan hal penting bagi risiko agar dapat bertahan, namun bukan ketidakpastian yang menuntun ke situasi penuh risiko. Basyaib (2007) yang tidak diinginkan, mendefinisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang atau kerugian terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian non-finansial. 17 Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Darmawi (1997) menghubungkan risiko dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain bahwa penggunaan kata „kemungkinan‟ tersebut sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Sedangkan kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena berbagai sebab, antara lain : a. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya. b. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan. c. Keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik mengambil keputusan, dan sebagainya. 3.1.2. Sumber Risiko Risiko pada kegiatan pertanian bersifat unik dibanding lainnya. Hal ini dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam terutama seperti iklim dan cuaca. Harwood et al. (1999) menyatakan terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian, yaitu meliputi : 1) Production or Yield Risk Faktor risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan adanya beberapa hal yang tidak dapat dikontrol terkait dengan iklim dan cuaca, seperti curah hujan, temperatur udara, hama dan penyakit. Selain itu teknologi juga berperan dalam menimbulkan risiko pada kegiatan pertanian. Misalnya penggunaan teknologi baru tanpa adanya penyesuaian maka justru dapat menyebabkan penurunan produksi. 18 2) Price or Market Risk Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan input. Pada umumnya kegiatan produksi pertanian merupakan proses yang lama. Sementara itu, pasar bersifat kompleks dan dinamis. Oleh sebab itu petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang diharapkan pada saat panen.begitupun dengan harga input yang berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap return yang diperoleh petani. 3) Institutional Risk Risiko institusi berhubungan dengan kebijakan dan program pemerintah yang berpengaruh terhadap sektor pertanian. Secara umum, risiko ini cenderung tidak dapat diantisipasi. Misalnya kebijakan pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi harga input pertanian. 4) Financial Risk Risiko finansial dihadapi oleh petani saat meminjam modal dari lembaga keuangan seperti bank. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi tingkat suku bunga pinjaman. 5) Human or Personal Risk Risiko sumberdaya manusia berkaitan dengan perilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data, kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. Menurut Calkin (1983) terdapat enam faktor yang mendorong adanya risiko pada kegiatan bisnis, yaitu fluktuasi produksi, fluktuasi harga, penggunaan teknologi yang baru, adanya program pemerintah, permasalahan legalitas (legal problem), dan perubahan pada selera konsumen. Menurut Anderson (1977) sumber-sumber risiko ketidakpastian hasil usaha, produksi, khususnya dalam ketidakpastian bidang harga, pertanian dan meliputi ketidakpastian keuntungan. Sementara Miller (2004) menyatakan bahwa sumber-sumber risiko pada usaha pertanian meliputi risiko produksi, risiko harga, casualty risk, dan risiko teknologi. 19 Menurut Elton dan Gruber (1995), diacu dalam Utami (2009) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai variance dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat. menganalisis risiko Hasil keputusan yang tepat dalam suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Dengan mengetahui besaran risiko dan tingkat pengembalian yang diperoleh dari kegiatan usaha, pelaku usaha dapat mengambil keputusan untuk menentukan sikap dalam memilih kegiatan usaha yang berisiko. 3.1.3. Risiko Portofolio Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko 20 yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu tipe investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa tipe investasi. Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang memiliki korelasi negatif atau positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat dikurangi. Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini koefisien korelasi diasumsikan memiliki nilai (+1) atau memiliki korelasi positif diantara kedua komoditas yang digabungkan. Adapun aset yang dikombinasikan adalah bibit tipe krisan spray dengan krisan standar. 3.1.4. Manajemen Risiko Menurut Darmawi (2008), manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu dipahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. 21 Menurut Kountur (2004), manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik segala kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Ada empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menghindari dengan tidak mengambil kemungkinan risiko, terjadinya mencegah risiko, timbulnya mengurangi risiko untuk meminimalkan kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibatnya, mengalihkan risiko ke pihak lain. Suatu risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang terbaik untuk menangani risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak dapat menghindar dan harus menghadapi risiko maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah; membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil mungkin. Selain mencegah kerugian, akibat dari kerugian itu perlu dikurangi, pengurangan kerugian akibat risiko dilakukan terutama jika konsekuensi dari risiko tersebut besar. Dengan demikian pengurangan kerugian dilakukan untuk memperkecil konsekuensi. Beberapa risiko tidak dapat dicegah, kemungkinan terjadinya dikurangi konsekuensinya. Jika risiko tersebut tidak dapat dicegah atau dikurangi, ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu menyiapkan dana atas risiko tersebut. Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada beberapa cara yaitu dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah bagaimana cara menangani semua risiko yang ada didalam perusahaan tanpa memilih risiko risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC). 22 3.1.5. Peta Risiko Salah satu cara yang dapat digunakan sebelum merumuskan strategi manajemen risiko adalah dengan menggunakan peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran dari posisi suatu risiko dalam kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan. Peta risiko umumnya dibuat berdasarkan ukuran probabilitas dan dampak dari risiko tersebut. Kountur (2008) menyusun peta risiko dengan menggunakan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko, dapat dilihat pada Kecil Besar PROBABILITAS (%) Gambar 3. Kecil Besar DAMPAK (Rupiah) Gambar 3. Peta Risiko Sumber : Kountur (2008) Setelah menyusun peta risiko maka dapat dirumuskan strategi manajemen risiko yang tepat untuk risiko tersebut. Secara umum, terdapat tiga tipe strategi yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko, antara lain : 1) Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : (a) membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, (b) mengembangkan sumberdaya manusia, dan (c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif dapat mengatisipasi risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2 dalam peta risiko. Selanjutnya risiko ini digeser ke kuadran 3 dan 4. Berikut ilustrasi mengenai strategi preventif yang dapat dilihat pada Gambar 4. 23 Kuadran 3 Kuadran 4 Besar Kuadran 2 Kecil (%) PROBABILITAS Kuadran 1 Kecil Besar DAMPAK (Rupiah) Gambar 4. Peta Perpindahan Risiko pada Strategi Preventif Sumber : Kountur (2008) Mitigasi Mitigasi adalah strategi penangan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak risiko. Strategi ini dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak besar. Beberapa cara yang termasuk strategi mitigasi antara lain diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak besar dapat digeser ke kuadran yang memiliki dampak kecil dengan menggunakan startegi mitigasi. Strategi ini mengantisipasi sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko pada kuadran 4 bergeser ke kuadran 3. Berikut ilustrasi strategi mitigasi pada Gambar 5. Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 Besar Kuadran 1 Kecil (%) PROBABILITAS 2) Kecil Besar DAMPAK (Rupiah) Gambar 5. Peta perpindahan Risiko pada Strategi Mitigasi Sumber : Kountur (2008) 24 3) Alternatif Strategi Manajemen Risiko Hanafi (2009) menghadapi risiko memberikan selain beberapa dengan cara alternatif preventif dan strategi mitigasi, untuk yaitu pengelompokkan risiko didasarkan pada matriks frekuensi dan signifikansi. Selanjutnya dilakukan penyesuaian antara pengelompokkan risiko yang dilakukan Kountur (2008) dan Hanafi (2009) dalam memberikan alternatif Besar Kecil (%) PROBABILITAS strategi manajemen risiko, yang dapat dilihat pada Gambar 6. Kuadran 1 Kuadran 2 Monitoring Prevent at source Kuadran 3 Kuadran 4 Low control Detect and monitor Kecil Besar DAMPAK (Rupiah) Gambar 6. Peta Alternatif Strategi Menghadapi Risiko Modifikasi Model Kountur (2008) dan Hanafi (2009) Sumber : Hanafi (2009) Gambar 6. menunjukkan bahwa terdapat empat alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengantisipasi risiko yang terdapat dalam tiap kuadran pada peta risiko, diantaranya (a) Low control untuk probabilitas kecil dan dampak kecil, (b) Detect and monitor untuk probabilitas kecil dan dampak besar, (c) Monitoring untuk probabilitas besar dan dampak kecil, dan (d) Prevent at source untuk probabilitas besar dan dampak besar. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Perusahaan dalam mengusahakan komoditas krisan menghadapi kendala dalam kegiatan produksinya, hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan hama penyakit, dan faktor – faktor lainnya yang mempengaruhi fluktuasi produksi. Hal ini mengindikasikan adanya risiko produksi. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi terhadap faktor – faktor yang menjadi sumber risiko produksi. Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar tingkat risiko yang terjadi dilakukan analisis risiko dengan menghitung nilai expected return, peluang, 25 variance, standart deviation, dan coefficient variation. Setelah mengetahui besar risiko produksi yang terjadi, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis manajemen risiko yang dilakukan perusahaan. Kemudian memilih alternatif strategi manajemen risiko yang sesuai untuk dapat diterapkan pada perusahaan. Metode yang dipilih untuk menganalisis manajemen risiko pada penelitian ini yaitu melalui peta risiko. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 7. Perusahaan Natalia Nursery Produksi krisan yang berfluktuasi, mengindikasikan adanya risiko produksi Analisis Deskriptif : Analisis sumber – sumber risiko Analisis Manajemen Risiko mnggunakan peta risiko Analisis Kuantitatif: Analisis Risiko Spesialisasi Analisis Risiko Portofolio Analisis Dampak Risiko Rekomendasi strategi manajemen risiko produksi bagi perusahaan Natalia Nursery Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Krisan Potong di Kecamatan Tenjolaya Kabuaten Bogor. 26