ROLE MODEL PENDAHULUAN Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang ada di lingkungan masyarakat. Tidak hanya itu perawat bahkan dapat dijumpai sampai pelosok tanah air. Oleh karena itu perawat hidup ditengah masyarakat haruslah menjadi panutan/contoh (Role Model) dalam berkehidupan di masyarakat. Karena perawat merupakan publik figure yang ada di tengah masyarakat Indonesia, maka semua perilaku atau kebiasaan perawat akan menjadi contoh di masyarakat. Terlebih lagi kebiasaan dalam bidang kesehatan, misal perilaku hidup bersih dan sehat, ini akan menjadi sorotan masyarakat. Oleh karena perawat dituntut menjadi Role Model / contoh di tengah masyarakat maka perawat harus terlebih dahulu mengenali diri sendiri sebelum menjadi contoh untuk masyarakat. Maka sebelum menjadi Role Model ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat. ANALISA DIRI PERAWAT PENGERTIAN Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspel-aspek yang dimiliki di dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara terapeutik kepada klien. Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif terhadap stres yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik. Instrumen utama yang dipakai adalah diri perawat sendiri. Jadi, analisa diri sendiri merupakan dasar utama untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Fokus analisa diri yang penting adalah kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan, kemampuan menjadi model, altruisme dan rasa tanggung jawab. Khususnya dalam berhubungan dengan klien anak, perawat perlu mengkaji pengalaman masa kanakkanaknya karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara terapeutik untuk menolong klien tanpa merusak integritas diri. ASPEK-ASPEK ANALISA KESADARAN DIRI PERAWAT A. KESADARAN DIRI Helper yang efektif adalah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya? Perawat adalah orang yang care akan kebutuhan pasien baik biologi, psikologik dan sosiokultural denganmelihat rata-rata penampilan yang dimilikinya. Perawat belajar 1 tentang kecemasan, kemarahan,kesedihan dan kegembiraan dalam membantu pasien terhadap kontinyu sehat dan sakit.Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perawat perlu menjawab pertanyaan ? Siapa saya ? Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilakunya secara pribadi maupun sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima perbedaan dan keunikan klien. Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model keperawatan secara holistik meliputi komponen psikologik, fisik, lingkungan dan pilosopi : 1. Komponen psikologi Termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti. 2. Komponen fisik Adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk sensasi tubuh,gambaran diri dan potensial fisik 3. Komponen lingkungan Berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan pengetahuan tentanghubungan antara manusia dan alam. Komponen pilosopi Adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang kehidupan dan kematian baik yang disadari maupun tidak disadari termasuk kemampuan superior, tetapi juga meliputi tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata. Kesemua komponen merupakan model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran diri dan perkembangan diri perawat dan pasien untuk mengerti akan dirinya. Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik dapat lebih efektif. Johari Window (Stuart dan Sunden. 1987, h.98) menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang melalui gambar berikut: DIRI TERBUKA (diketahui diri sendiri dan orang lain) DIRI BUTA Tidak diketahui diri sendiri, tapi diketahui orang lain DIRI TERSEMBUNYI / RAHASIA (diketahui diri sendiri tapi tidak diketahui orang lain DIRI GELAP (tidak diketahui diri sendiri maupun orang lain) 2 Kuadran 1 Adalah kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan yang diketahui oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran 2 sering disebut kuadran buta karena hanyadiketahui oleh orang lain. Kuadran 3 Disebut rahasia karena hanya diketahui oleh individu. Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu : 1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain. 2. Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya kurang. 3. Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara (Stuart dan Sundeen, 1987,h.98 99) yaitu : 1. Mempelajari diri sendiri. Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku,termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi. Caranya meningkatkan pengetahuan diri, diperlukan dengan belajar tentang diri sendiri.Individu perlu menampilkan keikhlasan dalam menampilkan emosinya, identifikasi kebutuhandan kemampuan personal, dan penampilan bentuk tubuh terhadap kebebasan, kegembiraan, danspontan. Yang termasuk penampilan personal meliputi pikiran, perasaan, memori danrangsangan. 2. Belajar dari orang lain. Belajar dan mendengar orang lain. Pengetahuan tentang diri tidak bisadiketahui oleh diri sendiri. Juga berhubungan dengan orang lain, individu mempelajari dirisendiri, juga belajar untuk mendengar secara aktif dan terbuka menerima umpan balik dari oranglain. Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri. Aspek yang negatif memberi kesadaran bagi individu untuk memperbaikinya sehingga individu akan selalu berkembang setiap menerima umpan balik. 3 3. Membuka diri. Keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian yang sehat. Untuk iniharus ada teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang merupakan rahasia.Proses peningkatan kesadaran diri sering menyakitkan dan tidak mudah khususnya jikaditemukan konflik dengan ideal diri. Tetapi merupakan tantangan untuk berubah dan tumbuh. B. KLARIFIKASI NILAI Perawat harus mampu menjawab, apa yang penting untuk saya? Kesadaran membantu perawat untuk sayang dan tidak menjauhi pasien dan membantu sesuai dengan kebutuhannya. Walaupun hubungan perawat dengan klien merupakan hubungan timbal balik, tetapi kebutuhan klien selalu di utamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dan keamanannya. Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat menyadari dan mengklarifikasi agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan perawat dengan klien. Dengan menyadari sistem nilai yang dimiliki perawat, misalnya kepercayaan, seksual, ikatan keluarga, perawat akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem nilai yang dimiliki. C. EKSPLORASI PERASAAN Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapatmenggunakan dirinya secara terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1987,h.102).Jika perawat terbuka pada perasaannya maka ia mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien. Sewaktu berbicaradengan klien, perawat harus menyadari responnya dan mengontrol penampilannya. D. KEMAMPUAN MENJADI MODEL (ROLE MODEL) Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien (Stuart dan Sundeen, 1987, h.102). Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapat memisahkan hubungan professional dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin pada asuhan kesehatan jiwa karena perawat memakai dirinya secara terapeutik dalam menolong klien. Perawat yang efektif adalah perawat yang 4 dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran dan memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung jawab atas perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya. Ciri perawat yang dapat menjadi role model : 1. Puas akan hidupnya 2. Tidak didominasi oleh stress 3. Mampu mengembangkan kemampuan 4. Adaptif E. ALTRUISME Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari manusia tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan dan penyelesaian dari kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan keseimbangan antara kedua kebutuhan tersebut. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara altruistik diri juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri. Akhirnya, altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah semua profesional harus dapat membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan mengembangkan kemampuan sosial. Secara legitimasi diperlukan peran perawat dalam melakukan pekerjaannya untuk mengadakan perubahan struktur yang besar dan proses perubahan sosial dalam meningkatkan kesehatan individu dan kemampuan dirinya. F. ETIK DAN TANGGUNG JAWAB Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa kesadaranakan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya menampilkan penguatan nilai hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian pelayanan yang merupakan rujukan untuk semua perawat dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab sosial. 5 Pilihan etik bertanggung jawab dalam menentukan pertanggung jawaban, risiko, komitmen dan keadilan. Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab untuk merubah perilaku. Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga dilakukan oleh anggota tim kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali pengetahuan dan kemampuan dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna dipertanggung jawabkan. 6 DAFTAR PUSTAKA Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (1987), Principles and Practice of Psychiatric Nursing (3rd Ed), St Louis, USA: C.V. Mosby Co. Rakhmat, Jalaludin, (1994), Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung. 7