STRATEGI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MIN DI KECAMATAN DAHA UTARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Bustami Pengawas MIN Kecamatan Daha Utara Kabupaten HSS ABSTRAKSI Guru sebagai icon dan agen perubahan dalam dunia pendidikan mempunyai peran untuk kemajuan bangsa ke depan. Sebagai agen perubahan guru harus meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan dibantu orang lain yang professional, yakni supervisor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan data manusia dan non manusia. Temuan dalam penelitian ini adalah 1) strategi supervisor dalam meningkatkan profesionalisme Guru MIN di Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan didasarkan pada desain program/rencana yang disusun bersama pengawas Kemenag Kab HSS lainnya, dibuat bersama tanpa melihat perbedaan kondisi dan karaktert guru dan madrasah yang dibina; dan 2) faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu supervisor jarang mendapatkan diklat atau pelatihan dibandingkan dengan guru-guru terkait teori dan teknik pembelajaran, kurang pelatihan tentang kepengawasan, dan umumnya supervisor tidak berlatar belakang profesi. Kata kunci: supervisor, profesionalisme guru ABSTRACT Teachers as icons and change agents in education have role to progress the nation forward. Teachers as change agents must improve their professional competence with the help of another person, a professional, the supervisor. This study used a qualitative descriptive approach, the data obtained through interviews, observation, and documentation by using the data of human and non-human. The findings in this study were 1) Supervisor Strategies In Improving Teacher Professionalism in the District Daha MIN Northern District of Upper South River is based on the design of the program/plan prepared with the district superintendent Kemenag other HSS, made together irrespective of differences and character conditions and madrassa teachers who nurtured; and 2) the factors that influence, that supervisors rarely get training or training than teachers related theory and techniques of learning, lack of supervisory training, and supervisors generally not professional background. Keywords: supervisor, teacher professionalism 126 KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 PENDAHULUAN Supervisi merupakan strategi dalam pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja guru-guru dalam sekolah. Melalui bimbingan dan bantuan supervisor, diharapkan kualitas profesional guru dan lembaga akan senantiasa bisa dijaga dan ditingkatkan. Oleh karena itu, strategi supervisor dalam proses pengelolaan pendidikan dalam perbaikan kegiatan belajar mengajar menduduki strategi yang sangat penting. Kegiatan supervisi di sekolah sangat dominan dalam rangka meningkatkan kualitas pekerjaan sekolah tersebut. Kegiatan ini lebih khusus difokuskan kepada guru yakni untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan profesi mengajar. Kualitas pembelajaran dalam kelas menjadi tujuan pokok dan strategi supervisi pendidikan. Supervisor ditantang harus mampu melakukan perubahan-perubahan dalam rangka perbaikan dan pembinaan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru di sekolah. Supervisor harus bersedia memfasilitasi bahan, sarana pembelajaran sampai quality control layanan pendidikan. Supervisi merupakan mesin yang menggerakkan semua aspekaspek administratif pencapaian tujuan, yakni mulai merencanakan, mengorganisir, sampai kepada pengawasan harus dijalankan. Tanggung jawab dan tuntutan terhadap kegiatan supervisi dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama layanan pembinaan terhadap para guru dalam proses kegiatan pembelajaran sangat berat. Konsekuensinya seorang supervisor harus memiliki kompetensi yang memadai, sehingga ia mampu memberikan bantuan profesional bagi guru-guru jika ia 127 tidak memiliki sumber daya yang efektif untuk menjawab problem-problem yang dihadapi para guru. Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang supervisor dalam melaksana-kan tugas-tugasnya, yaitu kompetensi human relation; kompetensi administrative; dan kompetensi evaluasi (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2009:383). Semua kompetensi tersebut harus dimiliki oleh supervisor dalam rangka melakukan strategi-strategi pembinaan dan meningkatkan profesional guru. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peniliti terlihat bahwa guru-guru di MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS masih memerlukan bantuan orang lain dalam strategi supervisor untuk meningkatkan profesional. Mereka membutuhkan bantuan dalam mencoba memahami tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum, dan instruksional secara operasional yang berkaitan dengan persiapan guru dalam proses belajar mengajar (administrasi guru). Mereka mengharapkan apa dan bagaimana cara memberi pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat yang sedang berkembang, seperti penggunaan media pembelajaran. Kemudian dari pihak supervisor tergambar bahwa strategi pembinaan yang dilakukan belum maksimal. Dalam melaksanakan pembinaan kepada guru-guru masih ada sikap mental yang kurang menunjang, hubungan profesional yang kaku, kurang akrab dan tidak luwes, menempatkan guru bukan sebagai kolega, tetapi sebagai bawahan, sikap otoriter terhadap guru, dan kurangnya pengetahuan tentang kesupervisian. Selain itu pada umumnya supervisi dilakukan atas dasar kemauan supervisor, tidak atas dasar kemauan dan kebutuhan guru. Karena supervisi cenderung bersifat birokratis dan KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 evaluatif, maka guru-guru cenderung menghindar disupervisi. Mereka juga berpendapat bahwa supervisor lebih banyak bicara dan mengarahkan daripada menanyakan serta mendengarkan apa yang menjadi pusat perhatian (concern) dan kebutuhan guru. Demikian pula selama ini pada umumnya supervisor lebih banyak mengawasi (controlling) dari pada berbagi ide dan pengalaman (sharing ideas and experiences). Akibatnya data hasil pengamatan tidak sistematis, bersifat subyektif dan tidak jelas yang dapat menimbulkan konflik antara supervisor dan guru. Kondisi seperti ini, dapat mengurangi manfaat dan efektifitas dari supervisi yang dilaksanakan. Bertolak dari kenyataan di atas, maka pada saat ini sudah semestinya proses pelaksanaan supervisi pada MIN di Kec. Daha Utara Kab. HSS diharapkan efektif dan dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan mengajarnya atau kemampuan belajar siswanya dalam rangka pembinaan profesional guru. Oleh karenanya supervisor perlu meningkatkan strategi-strategi pembinaan dalam kegiatan supervisinya. Kompetensi supervisor yang standar dan bagus akan menunjang unjuk kerjanya dengan mendemonstrasikan cara mengajar siswa dengan baik. Hal ini akan membantu guru dalam meningkatkan atau memperbaiki unjuk kerja mengajarnya, dan memberikan do-rongan atau memotivasi guru untuk mampu mengembangkan dirinya sendi-ri. Berkaitan dengan halhal tersebut, konsep supervisi pastinya memberi peluang kepada supervisor untuk diaplikasikan dalam melaksanakan fungsi supervisinya. Untuk melihat lebih jauh tentang strategi-strategi supervisor ini maka, penulis tertarik untuk melakukan pengakjian lebih mendalam dan memaparkan dalam penelitian ini. 128 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Supervisi Menurut Sahertian, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran. Kata kunci supervisi adalah bantuan dan layanan kepada para guru untuk memperbaiki pengajarannya (Sahertian 2008:19). Sedangkan menurut Arikunto supervisi adalah suatu kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-hal yang sudah benar, mana yang belum benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan pembinaan. Kegaiatan pokoknya adalah melaksanakan pembinaan kepada sekolah/ madrasah pada umumnya dan khususnya para guru strategi kualitas pembelajaran lebih baik, yang gilirannya meningkatkan prestasi belajar siswa (Arikunto, 2004:5). Tujuan umum supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru termasuk staf sekolah lainnya agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama untuk mengembangkan situasi belajar mengajar di kelas. Artinya tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan dalam rangka meningkatkan situasi belajar mengajar di dalam kelas yang lebih baik. Usaha ke arah perbaikan belajar mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dan pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga untuk pengembangan potensi kualitas guru. KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 Kompetensi Supervisor dan Profesional Guru Untuk dapat berstrategi dengan baik dan melaksanakan tugasnya secara efektif, sorang supervisor harus memiliki kompetensi yang diperlukan untuk hal itu. Menurut Alfonso dkk, dikutip oleh Sri Banun Muslim bahwa seorang supervisor harus memiliki kompetensi teknis dan kompetensi manajerial (Muslim, Sri Banun 2010: 68). Kompetensi teknis di sini, terutama bidang akademik yang berhubungan dengan pekerjaan orang-orang yang disupervisi dalam hal ini para guru yang melaksanakan kegiatan sebagai tugas utamanya. Sasaran utama dari supervisi atau kepengawasan adalah para guru, strategi mereka dapat melaksanakan tugasnya secara profesional baik pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar maupun dalam hal menunjang kegiatan pembinaan dan peningkatan profesional guru. Menurut Purwanto yang dikutip oleh Suparlan profesionalisme guru diperoleh melalui penguasaan kompetensi-kompetensi yang mesti dimilikinya dalam melaksanakan tugasnya yakni melakukan pembelajaran dan pembimbingan kepada para siswa. Keberadaan standar dalam ini kompetensi untuk menentukan guru sebagai profesi, sehingga memungkinkan tidak semua orang menjadi guru (Suparlan, 2006:80). Adapun sepuluh kompetensi guru yaitu: (1) memiliki kepribadian sebagai guru; (2) menguasai landasan pendidikan; (3) menguasai bahan pelajaran; (4) menyusun program pengajaran; (5) melaksanakan proses belajar mengajar; (6) melaksanakan penilaian pendidikan; (7) melaksanakan bimbingan; (8) melaksanakan administrasi sekolah; (9) menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan masyarakat; (10) melaksanakan penelitian sederhana. 129 Model-model dan Pendekatan Supervisi Sahertian (2008:34) memberikan empat model supervisi pendidikan yang berkembang, yaitu sebagai berikut: 1. Model Supervisi yang Konvensional (Tradisional) Pola supervisi seperti ini merupakan cermin dari kondisi masyarakat pada saat itu kekuasaannya bersifat otoriter dan feodal dan mempengaruhi kepada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin lebih suka untuk mencari-cari kesalahan. Model supervisi seperti dapat dilihat perilaku yang ada yaitu mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan. 2. Model Supervisi yang Bersifat Ilmiah Supervisi ini memiliki ciri-ciri yaitu: a. dilaksanakan secara berencana dan kontinu; b. sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu; c. enggunakan instrumen pengumpulan data; dan d. ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil. 3. Model Supervisi Klinis Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui proses observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah tingkah laku mengajar guru. 4. Model Supervisi Artistik Dalam model ini digambarkan bahwa seorang supervisor akan berstrategi menampakkan dirinya terutama dalam relasi atau berhubungan dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa nyaman dan diterima. KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 Peranan Supervisor dalam Pembinaan Profesionalisme Guru Dharma (2005:2) mengemukakan bahwa strategian umum pengawas sekolah/madrasah yaitu. 1. Observer (pemantau), yaitu mengawasi kegiatan belajar mengajar. 2. Supervisor, yaitu kegiatan melaksanakan supervisi yang meliputi supervisi akademik dan supervisi manajerial. 3. Evaluator (pengevaluasi pelaporan), yaitu kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang,dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. 4. Successor (penindak lanjut hasil pengawasan), yaitu mengkaji, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan mutu proses pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru melalui pendekatan dialog, bimbingan, nasihat dan konsultasi dalam nuansa kemitraan yang profesional. Dilihat dari sifat kerjanya ada empat jenis strategian pengawas pendidikan (Sahertian, 1981:32) yaitu. 1. Pengawasan korektif, yaitu pengawas menempatkan setiap persoalan dan kekurangan pada tempatnya dalam seluruh proses pendidikan dan pengajaran. 2. Pengawasan preventif, yaitu pengawas berstrategi guru-guru pada persoalan yang mungkin akan dihadapi pada masa datang. 3. Pengawasan konstruktif, yaitu mengembangkan pertumbuhan lebih banyak daripada memindahkan kesalahan. 4. Pengawasan kreatif, lebih menekankan pada kebebasan agar guruguru dengan kemampuanya berpikirnya dapat mencapai hasil dengan lebih efektif. 130 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian yang berkaitan dengan supervisi pendidikan ini yang sudah ada dilakukan yaitu: 1. Muhammad Gazali (2010), memfokuskan tentang bagaimana strategi kepengawasan yang digunakan dalam meningkatkan profesional guru PAI di Banjarmasin, termasuk kendala-kendala yang ditemui di lapangan. Temuan yang diperoleh bahwa beberapa teknik strategi yang diprogramkan pengawas terlihat ada strategi yang telah dilaksanakan dan yang belum sepenuhnya dilaksanakan. 2. Ahd. Husaini (2007), mendeskripsikan tentang pelaksanaan supervisi pengajaran di madrasah, dan gambaran sikap para guru terhadap supervisi, serta kendala yang dihadapi. Temuannya bahwa kegiatan supervise didasarkan atas program kerja tahunan, yang dibuat pada setiap awal tahun, fokusnya adalah pada supervisi pengajaran. 3. Laeli Kurniati (2007), menemukan permasalahan bahwa kreatifitas kepemimpinan kepala madrasah dan supervisi pengajaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru di SMK Negeri 1 Purbalingga. 4. Saifudin (2012), menemukan bahwa upaya pengawas dalam membina profesionalisme guru MTs Swasta Wilayah 3 Kab. HSS didasarkan pada program yang disusun bersama pengawas kemenag Kab HSS lainnya, dibuat sama tanpa melihat perbedaan kondisi dan karakter guru dan madrasah yang dibina. Upaya pembinaan masih terpokus pada kunjungan kelas, wawancara dan rapat, dengan menggunakan pendekatan kolaboratif. Balikan dilakukan setelah kunjungan kelas berakhir, dengan pembahasan berupa kekurangan dan kelebihan guru dalam PBM. KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 131 KERANGKA BERPIKIR METODE PENELITIAN Strategi yang dilakukan oleh pengawas madrasah dalam peningkatan profesionalisme guru, akan menemui banyak kendala baik yang datangnya dari pengawas madrasah itu sendiri ataupun dari guru-guru yang dibina. Sebagaimana juga berlaku untuk semua kegiatan, strategi bantuan ini tidak akan sukses apabila tidak ada keinginan untuk bekerja sama dan tidak ada kooperatif baik dari pihak yang dibantu yakni guru sendiri atau-pun pengawas. (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2007: 242) Semua ini menjadi bahan pertimbangan bagi pengawas madrasah dalam melaksanakan strategi-strategi pembinaan terhadap peningkatan kompetensi guru madrasah. Proses Strategi pengawas madrasah dalam rangka membina dan meningkatkan profesional guru dapat dilihat dari kerangka berpikir dalam bagan berikut. Jenis dan Sumber Data Jenis penelitian ini adalah deskriftif kualitatif yang mana penelitian kualitatif adalah berfikir secara induktif. Setiap masalah penelitian dipandang sebagai kasus yang bersifat mikro, baru kemudian ditarik dalam konteks yang lebih umum. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kepala dan wakil kepala madrasah, kepala TU dan guru-guru MIN di Kec. Daha Utara Kab. HSS. Data sekunder diperoleh dari gambaran lokasi penelitian yang diperoleh dari tulisan-tulisan, rekaman, gambar-gambar atau foto-foto. Konvensional Ilmiah Model Supervisi Pendidikan Klinis Artistik Direktif Pendekatan Non Direktif Kolaboratif Manajerial Jenis Kolaboratif Individual Teknik Individual Gambar 1: Strategi Pengawas dalam Melakukan Pembinaan Sumber: Dit. Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK : 2005 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan dokumenter. Teknik Analisis Data dan Teknik Pengecekan Keabsahan Data Analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan keadaan apa adanya mengenai data lapangan baik dalam bentuk tabel maupun uraian kalimat. Data yang sudah diperoleh, dianalisis kemudian ditarik kesimpulan dengan metode induktif yaitu mengambil kesimpulan berdasarkan faktor-faktor khusus yang ditemukan di lapangan. Kriteria derajat kepercayaan digunakan sebagai pengukur keabsahan data dengan teknik perpanjangan pengamatan, ketekunan pengamatan, trianggulasi, dan mengadakan member check. Trianggulasi dilakukan dengan pengecekkan data dari berbagai sumber dengan cara, tringgulasi sumber, teknik, referen dan member check. KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rencana Strategi Supervisor di MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi yang dilakukan supervisor dalam rangka pembinaan profesional guru secara umum dilakukan berdasarkan perencanaan atau program yang sudah disusun secara bersama-sama para supervisor baik program tahunan maupun semester yang diuraikan lagi menjadi program bulanan, yang dilakukan setiap akhir tahuan dan akhir bulan dalam rapat kerja. Dari program semester ganjil dan genap (terlampir) dapat terlihat selain melakukan rapat-rapat koordinasi baik dengan sesama pengawas, juga dengan kepala madrasah dan pihak instansi terkait, melakukan kegiatan penyusunan program tahunan/ semester, penyusunan jadwal kegiatan bulanan/mingguan juga penyusunan dan menganalisis laporan. Tergambar juga dalam program tersebut melakukan konsultasi baik dengan guru agama ataupun kepala madrasah, melakukan pembinaan guru melalui pertemuan MGMP dan KKM/ K3MI. Selain itu dalam program tersebut tergambar juga kegiatan monitoring baik ulangan semester maupun UN. Terkait langsung dengan kegiatan pembelajaran guru dilakukan juga supervisi kelas termasuk supervisi administrasinya. Dalam program itu juga dilakukan kunjungan madrasah dalam hal supervisi pengelolaan, supervisi standar proses, supervisi persiapan UN/US, supervisi pengelolaan nilai US, dan supervisi penilaian. Dari ilustrasi program pengawas itu tampaknya direncakan dalam satu tahun melakukan strategi pembinaan baik yang berbentuk pengawasan 132 akademik maupun pengawasan manajemen dengan tiga tahapan yakni diawali melakukan persiapan termasuk perencanaannya terutama yang bersifat adminstrasi terutama mengenai aspek-aspek, tujuan, sasaran, indikator keberhasilan yang mesti dilakukan dalam pelaksanaan nanti, proses berikutnya adalah tahapan pelaksanaan dengan berbagai pendekatan dan tekinik, yang terakhir adalah tahapan laporan dan tindak lanjut sebagai sarana melihat keberhasilan dan kendala yang dihadapi serta langkah berikutnya terutama untuk membuat program selanjutnya. Selain program tahunan dan semester, perlengkapan lain yang terkait dengan program atau perencanaan yang masih diperlukan dalam strategi pembinaan guru, seperti program. manajerial dan akademis yang dijabarkan ke dalam format-format khusus misalnya format monitoring administrasi guru, format kunjungan/observasi kelas, format monitoring UN, Ulangan Kenaikan Kelas, dan format lainnya. Semua format atau blanko itu diseragamkan sama untuk semua supervisor yang dibagikan oleh koordinator. Meskipun para supervisor dalam melaksanakan strategi pembinaan terhadap profesional guru telah memiliki program dan secara umum dilaksanakan sesuai perencanan, akan tetapi program dan perencanaan itu dibuat secara bersama-sama, tidak ada perbedaan diantara para supervisor terhadap wilayah binaan madrasah masing-masing. Program yang dibuat sama secara bersama-sama tentu mengabaikan konsep adanya perbedaan individu baik dari pihak supervisor, guru maupun kepala madrasah sebagai pengelola madrasah, yang gilirannya strategi supervisor menjadi kurang efektif. Sebaiknya program pengawas itu disusun sendiri-sendiri disesuaikan KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 dengan kondisi kompetensi supervisor dan kompetensi guru serta kompetensi kepala madrasah. Termasuk juga harus diperhatikan kondisi sarana dan prasarana serta lingkungan madrasah yang menjadi binaan masing-masing. Apalagi kalau melihat kepada teknik dan pendekatan yang digunakan untuk pembinaan guru tentunya satu sama lain tidak sama, harus diperhatikan karakter masing-masing individu. Terkait dengan program yang telah disusun bersama-sama itu, kemudian sebelum melaksanakan programprogram yakni melakukan supervisi dalam rangka strategi pembinaan guru para supervisor perlu melakukan persiapan dan langkah-langkah seperti mengetahui terlebih dulu job/tugas yang akan dilaksanakan atau program apa yang dilaksanakan apakah kunjungan kelas, monitoring ujian/ulangan atau kegiatan lainnya, yang tentunya berkaitan dengan format atau blanko yang disiapkan, termasuk juga berkoordinasi dengan pihak madrasah (kepala madrasah dan guru). Pelaksanaan Strategi Supervisi di MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS Untuk memperjelas program tersebut, kapan tepatnya Strategi supervisor (supervisi) itu berlangsung. Dalam program itu disebutkan supervisi kunjungan kelas pada semester ganjil empat kali dan pada semester genap dua kali atau enam kali dalam setahun. Dalam realisasinya frekuensi supervisi kelas dan jumlah guru yang disupervisi bervariasi antara supervisor satu dengan yang lainnya. Umumnya kunjungan kelas dilakukan oleh supervisor minimal dua dalam satu semester. Di samping itu terkadang para supervisor dalam melakukan pembinaan guru dalam hal ini kunjungan kelas dilakukan secara TIM (bersama- 133 sama para supervisor) kepada madrasah tertentu. Untuk kunjungan/observasi kelas ini agar lebih terarah dijadwalkan yang dilakukan dalam rapat bulanan para pengawas. Selain agar lebih terkoordinir dengan pihak madrasah jadwal kuinjungan kelas itu dikompromikan dengan pihak madrasah. Sedangkan bentuk strategi-strategi supervisor yang dilakukan dalam rangka membina dan meningkatkan profesional guru pada MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS dari data yang diperoleh diketahui yaitu selain melakukan supervisi kelas juga pembinaan menyeluruh termasuk manajemen madrasah (supervisi manajerial). Kegiatan ini dilakukan agar lebih efektif dan efesien pembinaan profesional guru yang diinginkan, sebab pembinaannya menyeluruh dengan melibatkan semua personil madrasah, termasuk sharing pemikiran bersama dalam pengelolaan administrasi. Dalam melaksanakan Strategi-strategi pembinaan terhadap guru, sebelumnya dilihat dulu kelengkapan administrasi guru, kemudian melakukan pembinaan-pembinaan seperti pembinaan kesulitan menentukan metode yang cocok dalam pembelajaran, dan adminitrasi lainnya. Strategi-strategi supervisor dalam pembinaan dan peningkatan profesional guru selain dilakukan dengan kunjungan kelas, juga dalam bentuk wawancara dan pengarahan seluruh guru atau wawancara kelompok terutama dalam hal terkait dengan kesulitan guru dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Bentuk Strategi supervisor dalam pembinaan dan peningkatan profesional guru MIN kec. Daha Utara dilakukan selain dengan kunjungan kelas juga dilaksanakan pembinaan adminitrsai baik dilakukan dengan wawancara pribadi ataupun wawancara kelompok. Lebih khusus terkait ten- KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 tang strategi supervisor yakni teknik supervisi yang umum dan sering digunakan untuk membina profesional guru MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS adalah bersifat individual seperti wawancara pribadi terkait kesulitan tentang pembuatan adminitrasi guru, juga teknik kelompok (rapat/pengarahan dengan semua guru) dan kunjungan/observasi kelas. Menurut John Minor Gwyn dikutip oleh A. Sahertian, secara garis besar teknik atau cara untuk melakukan pembinaan terhadap guru, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni teknik yang bersifat individual, seperti kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, intervitasi (saling mengunjungi kelas), menilai diri sendiri, dan teknik yang bersifat kelompok, seperti pertemuan orientasi bagi guru baru, panitia penyelenggara, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar-menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium, demonstrasi mengajar, perpustakaan jabatan, buletin supervisi, membaca langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum, dan perjalanan madrasah untuk anggota staf (Sahertian, 2008:52-125). Dengan demikian Strategi supervisor dalam rangka pembinaan dan peningkatan Kompetensi profesional guru pada MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS masih belum maksimal, karena bentuk strategi yang dilakukan masih hanya kepada tiga hal saja yakni kunjungan kelas, wawancara perorangan (terhadap guru tertentu) dan pengarahan atau memberikan bimbingan melalui rapat dewan guru. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah terkadang ada supervisor yang senang dengan langsung (direktif), tak langsung (non-direktif). Terkait dengan pendekatan yang digunakan supervisor sebagai 134 sebuah strategi dalam peningkatan profesional guru pada MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS. Dengan menerapkan strategi supervisi modern yang mempokuskan pada pendekatan yang didasari pada prinsip-prinsip psikoilogis. Suatu pendekatan pemberian supervisi sangat tergantung pada tipe guru. Apabila tipe guru profesional maka pendekatan yang digunakan adalah non-direktif. Seorang supervisor berprilaku mendengarkan, menjelaskan, memberikan, memecahkan masalah dan teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan aktif. Apabila tipe guru tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah direktif, dalam hal ini seorang supervisor harus berprilaku menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan. Sedangkan apabila tipe guru yang suka mengkritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang paling cocok diterapkan adalah pendekatan kolaboratif, seorang supervisor mesti berprilaku menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan maslah, negosiasi. Teknik yang dipakai percakapan pribadi, serta dialog menjelaskan. Selain itu untuk menggambarkan bagaimana supervisor melaksanakan kegiatan kunjungan kelas. Dalam kegiatan kunjungan kelas ini supervisor memusatkan perhatian pada guru, siswa atau interaksi guru dan siswa. Untuk kegiatan guru yang mendapat fokus pengamatan antara lain; bagaimana guru memulai tugasnya (keterampilan membuka pelajaran). Kemudian bagaimana guru melakukan kegiatan inti, dan bagaimana guru menutup pelajaran. Hampir semua guru yang disupervisi dengan teknik kunjungan kelas yang bersifat individual diikuti dengan percakapan atau pertemuan supervisi yang merupakan sarana pemberian balikan oleh supervisor kepada guru. KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 Kegiatan balikan yang dilakukan oleh supervisor terkadang langsung dilakukan setelah selesai kunjungan kelas kalau memang satu orang guru saja, akan tetapi apabila jumlah guru banyak dengan beberapa hari kunjungan kelas pada madrasah itu maka proses balikannya dilakukan pada hari terakhir kegiatan. Adapun materi atau bahan yang dilakukan dalam proses balikan umumnya terkait mengenai pembinaan prilaku dan materi kegiatan proses belajar mengajar. Dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijabarkan lagi dalam Peraturan Pemerintah nomor 1974 tahun 2008 dan diperkuat dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun 2007, bahwa kompetensi guru meliputi (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) profesional (Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2007: 78). Untuk memenuhi kompetensi di atas supervisor perlu kerja keras dalam Strateginya untuk membina guru ke arah profesional, sebab di lapangan masih banyak guru ditemukan permasalahan yang terkait dengan kompetensi yang mesti dimilki guru itu. Secara umum terkait dengan kunjungan kelas dan balikan yang diberikan oleh supervisor kepada guru-guru, supervisor belum pernah mencontohkan atau mensimulasikan bagaimana cara mengajar yang baik yang dilakukan di dalam kelas, tentu ini dalam rangka peningkatan profesional dan memenuhi kompetensi guru sangatlah diperlukan oleh para guru itu sendiri, hal ini terungkap. Tampaknya para guru perlu penguatan tentang bagaimana cara mengajar yang baik, maka perlu contoh yang konkrit di dalam kelas, yang mereka harapkan dari supervisor yang membimbingnya demi meningkatkan 135 kompetensi guru MIN Kecamatan Daha Utara dan juga kemajuan lembaga madrasahnya, sehingga seorang supervisor harus mampu memberikan contoh cara mengajar yang baik sebagai bahan dan model agar dapat ditiru oleh para guru. Para guru senang mendapatkan bimbingan dari supervisor melalui kegiatan balikan baik dalam bentuk arahan mapun dengan cara kritikan. Mereka berstrategi dan berkeinginan untuk mengikuti materi balikan yang diberikan (menjadi lebih baik), karena mereka beranggapan balikan sebagai bimbingan, mendapatkan solusi untuk lebih maju. Di samping itu untuk memudahkan dan memperlancar agar menjadi efektif dan efesien strategi pembinaan peningkatan profesional guru pada MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS, hendaknya para supervisor lebih meningkatkan strateginya dan juga menciptakan hubungan yang baik secara psikologis dengan pihak madrasah baik dengan kepala madrasah maupun guru-gurunya, dengan cara seperti pendekatan kekeluargaan, tidak bersikap sebagai atasan tetapi mitra kerja, sharing, pembinaan secara pelan-pelan, dan lebih sering datang ke madrasah untuk melalukan pembinaan. Pendekatan ini akan lebih menyentuh dan lebih memunculkan keakraban antara supervisor dengan pihak madrasah baik guru maupun kepala madrasahnya, menghindari akan adanya image atasan dan bawahan. Supervisor berstrategi melakukan pendekatan dalam pembinaan terhadap para guru dengan berposisi sebagai mitra kerja, tidak bersifat diktator, maunya sendiri, dilakukan dengan bertukar pengalaman dan pemikiran. Supervisor beranggapan bahwa guru sudah banyak yang profesional dan mengetahui adminitrasi guru. Meskipun demikian mereka secara khusus KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 masih perlu dibina secara perlahanlahan. Ada beberapa prinsip yang mesti diperhatikan oleh supervisor dalam melakukan kegiatan supervisinya. Bagaimana mengubah pola pikir yang korektif dan bersifat otokrat menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Sikap yang dapat menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Maka kaitannya dengan kondisi di atas maka prinsip supervisi yang dilakukan diantaranya adalah prinsip demokratis yakni servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guruguru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan. Prinsip kerja sama yakni mengembangkan usaha bersama atau ‘sharing of idea, sharing of experience’, memberi support mendorong, menstimulusi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama. prinsip kontruktif dan kreatif yakni setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan (Sahertian, 2008:20). Selain upaya di atas dalam rangka memperlancar dan menjadi efektif dan efesien Strategi supervisi pembinaan peningkatan profesional guru, hendaknya supervisor menciptakan hubungan/komunikasi yang baik sesama supervisor Kemenag di Kab. HSS dengan cara seperti melakukan pertemuan-pertemuan. Para supervisor melakukan pertemuan pada hari tertentu di kantor Pokjawas manakala tidak ada jadwal 136 kunjungan ke madrasah biasanya hari Senin, Kamis dan Jum’at. Materi yang dibicarakan temuan-temuan yang ada di madrasah, untuk didiskusikan mencari jalan keluarnya. Hal ini membantu supervisor yang belum mendapatkan solusinya ketika menemukan permasalahan di madrasah. Selain hal permasalahan yang ada di lapangan juga terkadang dibicarakan tentang program pengawas yang waktunya dilaksanakan bisa sebulan sekali dan hari-hari kerja. Strategi Supervisor dalam Evaluasi Strategi Supervisi Berupa Laporan dan Tindak lanjutnya Kegiatan evaluasi atau yanmg sering kita kenal dalam istilah supervisi adalah tindak lanjut dan laporan kegiati hasil supervisor dan yang disupervisi merupakan bagian dari kegiatan strategi supervisor dalam rangka pembinaan dan peningkatan profesional guru pada MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS, untuk mengetahui sejauh mana strategi pembinaan itu dilaksanakan dan permasalahan yang ditemui di lapangan, kemudian dijadikan acuan untuk kegiatan strategi yang berikutnya. Hasil dari kegiatan supervisi disampaikan kepada pokjawas untuk disampaikan ke mapenda kemenag Kab. HSS sebagai bahan laporan dan bahan pembinaan berikutnya. Semua kegiatan pembinaan di madrasah termasuk permasalahan yang mendasar dilaporkan ke pokjawas dan diteruskan ke mapenda Kabupaten HSS dilakukan setiap bulan. Permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada program berikutnya. Menurut Azhari bahwa pelaksanaan supervisi itu mencakup persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Untuk kegiatan evaluasi dan tindak lanjut akan dilakukan diantaranya hasil supervisi, kendala yang ditemukan dalam supervisi, langkah-langkah pem- KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 binaan dan program supervisi selanjutnya dan ini dilakukan secara berkesinambungan dan pada akhir tahun dievaluasi secara menyeluruh (Azhari, 2003:7). Untuk kemajuan dan kesuksesan pendidikan secara keseluruhan pihak madrasah memberikan saran dan harapan kepada supervisor agar di masa akan datang hendaknya strategi supervisor lebih ditingkatkan lagi, diawali terutama dengan cara peningkatan kompetensi supervisor, maka perlu dilakukan pembinaan secara khusus dalam hal ini oleh kementrian agama sehingga supervisor dapat memahami bagaimana melakukan pembinaan kepada pihak madrasah khususnya para guru. Selain itu diharapkan supervisor memberikan contoh yang sebenarnya, lebih sering lagi berkunjung ke madrasah dalam pembinaan baik terjadwal maupun dadakan sehingga guru semakin professional. Banyak guru berharap agar supervisor menambah wawasan pengetahuan (profesional), bertukar tempat tugas (roling) yang diharapkan agar guru tidak jenuh dan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi supervisor itu sendiri yang gilirannya juga memberikan wawasan yang banyak bagi guru-guru. Supervisor hendaknya juga melakukan bentuk Strategi yang lain (teknik supervisi) yakni melakukan pelatihan-pelatihan kepada guru, agar dapat menambah dan meningkatkan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Gambaran di atas menunjukkan bahwa saran dan harapan yang ditujukan kepada supervisor ataupun yang terkait adanya keinginan dari pihak madrasah untuk berusaha memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dengan melalui terlebih dulu peningkatan kompetensi dan profesional para supervisornya. 137 Faktor-faktor yang Menjadi Kendala Supervisor dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan terlihat adanya beberapa kendala yang ditemui supervisor dalam strategi pembinaan (pelaksanaan supervisi di lapangan) dalam rangka pembinaan profesional guru, dilihat dari pihak guru masih enggan atau sungkan menyelesaikan masalahnya dan masih ada yang tidak mau disupervisi kelas dengan alasan belum siap, tidak cukup terbuka dengan supervisor, profesional penguasaan materi pelajaran perlu ditingkatkan, kurang penguasaan skill teknologi seperti laptop/komputer. Ada juga kendala yang lain sebagai akibat dari strategi kepala madrasah yang kurang perhatian kepada guru, sehingga mereka menjadi sungkan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Rasa tanggung jawabnya masih kurang meskipun sudah lulus sertifikasi guru, yang seyogyanya dapat berefek lebih untuk bertanggung jawab sebagai guru yang profesional, tunjangan profesi itu bukan hanya dilihat sehingga suatu rejeki saja. Ini suatu problem yang perlu pembinaan lagi kepada para guru sehingga nantinya memiliki tanggung jawab tinggi. Ditemukan juga kendala bahwa ada beberapa guru yang terlihat tidak aktif karena mereka dekat purna tugas (pensiun), hal ini juga menjadi problem pembinaan profesional guru secara keseluruhan. Penguasaan dan pengembangan kompetensi guru pada MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS masih perlu mendapat perhatian khusus, agar kegiatan pendidikan terutama pada proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan tujuan pendidikan secara nasional. Konteksnya KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 dengan pembinaan profesional, guru seyogianya memiliki kompetensi baik yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas guru dalam membimbing siswa belajar maupun sebagai penunjang kegiatan pembelajaran dalam rangka mensukseskan mutu pendidikan. Seorang guru harus mengetahui bagaimana bersikap yang baik terhadap profesinya, dan bagaimana seharusnya sikap profesinya itu dikembangkan sehingga mutu pelayanan setiap guru kepada masyarakat makin lama makin meningkat. Kendala dari pihak supervisor, dari hasil data yang diperoleh bahwa karena kemajuan teknik pembelajaran dan teori-teori baru bermunculan sedangkan supervisor jarang mendapatkan pelatihan atau diklat sementara guru-guru sudah lebih dulu mengetahuinya hal ini menjadi persoalan. Kondisi seperti harus menjadi perhatian khusus baik dari supervisor itu sendiri ataupun pihak yang berwenang dalam hal ini kementrian agama ditingkat kota maupun provinsi. Di samping itu masih ada supervisor merasa masih banyak kekurangan (proses peralihan dari guru menjadi pengawas), belum banyak mengikuti pelatihan tentang kepengawasan, sementara ini masih berdasarkan pengalaman sewaktu menjadi guru dalam membina guru terutama tentang administrasi guru. Kendala lain dari pihak supervisor adalah umumnya supervisor tidak berlatar belakang profesi sehingga teori-teori kepengawasan, seperti pendekatan supervisi (antara direktif, nondirektif dan kolaboratif) digunakan untuk semua guru. Kendala yang ditemui juga dilihat dari latar belakang pendidikannya dan pekerjaan sebelum menjadi supervisor, ada yang sebelumnya bukan sebagai pendidik tetapi pegawai Tata Usaha dan latar belakang pendidikan 138 S2 Manajemen Pendidikan, sebagaimana dikemukan oleh salah satu supervisor Kemenag Kab. HSS bahwa, “sebelumnya guru padaun MIN Pandak Daun. S.2 pada Pascasarjana STIPAN Banjarmasin jurusan Manajemen Pendidikan”. Ada juga yang berpengalaman mengajar sebagai guru IPA dan latar pendidikan MIPA, sementara tugas sekarang adalah sebagai supervisor Pendidikan Agama Islam yang menjadi objeknya adalah guru-guru PAI (Fiqih, Aqidah Akhlak, SKI dan Al Qur’an Hadist). Muncul juga dalam penelitian sebagai bagian dari kendala dalam Strategi pembinaan guru, bahwa supervisor dalam kunjungannya ke madrasah terbatas waktunya dan hanya memberikan saran tanpa dengan contoh-contoh yang konkrit. Kendala yang lain dalam strategi pembinaan guru, bahwa supervisor hanya menekankan pada kekurangan administrasinya saja. Kemudian kendala lain dari sisi sarana, umumnya madrasah khususnya MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS bahwa masih banyak sarana terbatas. Ilustrasi yang digambarkan di atas menunjukkan betapa minimnya sarana dan prasana MIN Kec. Daha Utara Kab HSS yang dimiliki lebihlebih sarana yang berteknologi yang canggih. Kondisi seperti juga menjadi kendala yang cukup dominan dalam Strategi-strategi pengawas untuk meningkatkan professional guru khususnya MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS. PENUTUP Kesimpulan Setelah dilakukan pembahasan terhadap temuan yang didapatkan di lapangan dalam penelitian ini, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 1. Strategi supervisor dalam meningkatkan profesionalisme guru MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS, didasarkan program yang disusun secara bersama-sama supervisor lainnya, baik program tahunan, semester maupun bulanan. Program dibuat sama tanpa memperhatikan perbedaan kondisi baik karakter guru dan sarana dari wilayah masing-masing. Program atau perencanaan seperti program manajerial dan akademis dijabarkan ke dalam format-format khusus atau blanko yang sudah baku. Sebelum melaksanakan programprogram supervisor perlu melakukan persiapan seperti mengetahui terlebih dulu job/tugas yang diberikan atau program apa yang dilaksanakan, termasuk juga berkoordinasi dengan pihak madrasah. Teknik yang dipergunakan dalam kegiatan supervisi adalah teknik individual dan kelompok yang terfokus kepada kunjungan kelas dan wawancara serta rapat. Pendekatan yang digunakan langsung (direktif), tak langsung (non-direktif), tetapi umumnya menggunakan pendekatan kolaboratif. Balikan diberikan secara langsung segera setelah pelaksanaan supervisi kunjungan kelas berakhir. Adapun isi balikan yang disampaikan berupa kelemahan atau kekurangan serta kelebihan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, tetapi belum pernah dsimulasikan bagaimana cara mengajar yang baik. Respon atau sikap guru terhadap suvervisi yang diberikan positif, berterimakasih dan berkeinginan untuk mengikuti apa yang diberikan (menjadi lebih baik). Para supervisor berStrategi juga menciptakan hubungan yang baik secara psikologis dengan pihak madrasah dengan cara seperti pendekatan 139 kekeluargaan, mitra kerja, sharing. Hasil dari kegiatan supervisi disampaikan kepada pokjawas untuk disampaikan ke mapenda Kemenag Kab. Hulu sungai Selatan sebagai bahan laporan dan bahan evaluasi pembinaan berikutnya. 2. Kendala-kendala yang ditemui supervisor dalam meningkatkan profesionalisme guru MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS, bahwa kemajuan teknik pembelajaran dan teori-teori baru bermunculan, sementara supervisor jarang mendapatkan diklat sedangkan guru-guru sudah lebih dulu mengetahuinya. Masih ada supervisor merasa banyak kekurangan (proses peralihan dari guru menjadi pengawas), kurang pelatihan tentang kepengawasan, hanya didasarkan pengalaman sewaktu menjadi guru terutama tentang administrasi guru. Masih rendah pengalaman kerja, hanya paling tinggi dua (2) tahun, bahkan yang jadi pengawas/supervisor Kepala madrasah yang mendekati purna tugas sehingga ada indikasi diragukan kinerja dan kreativitasnya. Umumnyasupervisor tidak berlatar belakang profesi sehinga pendekatan digunakan sama untuksemua guru. Guru masih enggan menyelesaikan masalahnya dan masih ada yang tidak mau disupervisi kelas, rasa tanggung jawabnya dan profesionalnya masih kurang meskipun sudah lulus sertifikasi guru, kurang penguasaan skill teknologi seperti laptop/komputer. Sisi sarana, bahwa masih banyak sarana yang dimilikiMTs Swastawilayah 3 Kab. HSS mempunyai sarana yang terbatas dan kurang memenuhi syarat secara fisik maupun jumlahnya. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa saran KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu. 1. Kepada supervisor dalam melakukan strategi pembianaan profesional guru baik berkenaan supervisi akademik maupun supervisi manaje-rial dalam membuat program sebaiknya harus bersama-sama dengan pihak madrasah. Cara melaksanakan pembinaan yang sesuai dengan prinsip dan teknik-teknik serta pendekatan supervisi. Untuk meningkatkan kompetensi supervisor dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan/pelatihan tentang kepengawasan dan dengan aktif diinternet, berlangganan jurnal pendidikan, majalah, dan koran, dan sering berdiskusi teman sejawat. 2. Kepada pihak madrasah hendaknya siap menerima dan terbuka serta dapat bekerja sama untuk dilakukan pembinaan baik bidang akademik maupun bidang manajerial oleh pihak supervisor. 3. Kepada pimpinan (Kepala Kemenag Kab. HSS dan Kepala Kanwil Kemenag. Prov. Kalsel) diharapkan dapat lebih menghargai kinerja supervisor, dan selalu melibatkan dalam kebijakan-kebijakan penting terutama di bidang pendidikan, yang pada akhirnya tumbuh kerja sama yang harmonis bagi semua pihak. DAFTAR PUSTAKA __________. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. __________. 2005. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. __________. 2008. Peraturan Pemerintah nomor 1974 tahun 2008. 140 __________. 2009. Supervisi Pendidikan, cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Yogyakarta: Rineka Cipta. Azhari, Ahmad. 2003. Supervisi Rencana Program Pembelajaran Ciputat: Rian Putra. Departemen Agama RI. 1999. Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 381 Tahun 1999 Tanggal 29 Juli 1999 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama dan Angka Kreditnya. Jakarta: Depag RI. Depdikbud. 2004. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Direktorat Pendidikan Dasar. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun 2007. Dirjen Pendidikan Islam Depag RI. 2007. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Jakarta: Depag RI. Husaini, Ahmad. 2007. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs Swasta) Se-Kota Banjarmasin. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Laeli Kurniati. 2007. Pengaruh Supervisi Kepala Madrasah dan Motivasi Kerja terhadap Guru SMK Negeri 1 Purbalingga. Muslim, Sri Banun. 2009, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Mataram: Alfabeta Sahertian, Piet A. 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014 Saifudin. 2012. Strategi Pengawas Madrasah dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Madrasah di MTs Swasta Wilayah 3 Kabupaten HSS. Banjarmasin: STIE Pancasetia. Suparlan. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2006. Surya, Dharma. 2005. Manajemen Kinerja: Falsafah Teori dan Penerapannya. Jakarta: Pustaka Pelajar. 141