STRATEGI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN

advertisement
STRATEGI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN
PROFESIONALISME GURU MIN DI KECAMATAN DAHA UTARA
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
Bustami
Pengawas MIN Kecamatan Daha Utara Kabupaten HSS
ABSTRAKSI
Guru sebagai icon dan agen perubahan dalam dunia pendidikan
mempunyai peran untuk kemajuan bangsa ke depan. Sebagai agen perubahan guru harus meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan
dibantu orang lain yang professional, yakni supervisor. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan data manusia dan non manusia. Temuan dalam penelitian ini adalah 1)
strategi supervisor dalam meningkatkan profesionalisme Guru MIN di
Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan didasarkan pada desain program/rencana yang disusun bersama pengawas Kemenag
Kab HSS lainnya, dibuat bersama tanpa melihat perbedaan kondisi dan
karaktert guru dan madrasah yang dibina; dan 2) faktor-faktor yang
mempengaruhi, yaitu supervisor jarang mendapatkan diklat atau pelatihan dibandingkan dengan guru-guru terkait teori dan teknik pembelajaran, kurang pelatihan tentang kepengawasan, dan umumnya supervisor
tidak berlatar belakang profesi.
Kata kunci: supervisor, profesionalisme guru
ABSTRACT
Teachers as icons and change agents in education have role to progress
the nation forward. Teachers as change agents must improve their professional competence with the help of another person, a professional, the
supervisor. This study used a qualitative descriptive approach, the data
obtained through interviews, observation, and documentation by using
the data of human and non-human. The findings in this study were 1)
Supervisor Strategies In Improving Teacher Professionalism in the District Daha MIN Northern District of Upper South River is based on the
design of the program/plan prepared with the district superintendent Kemenag other HSS, made together irrespective of differences and character conditions and madrassa teachers who nurtured; and 2) the factors
that influence, that supervisors rarely get training or training than teachers related theory and techniques of learning, lack of supervisory training, and supervisors generally not professional background.
Keywords: supervisor, teacher professionalism
126
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
PENDAHULUAN
Supervisi merupakan strategi
dalam pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja guru-guru
dalam sekolah. Melalui bimbingan dan
bantuan supervisor, diharapkan kualitas profesional guru dan lembaga
akan senantiasa bisa dijaga dan ditingkatkan. Oleh karena itu, strategi
supervisor dalam proses pengelolaan
pendidikan dalam perbaikan kegiatan
belajar mengajar menduduki strategi
yang sangat penting.
Kegiatan supervisi di sekolah
sangat dominan dalam rangka meningkatkan kualitas pekerjaan sekolah
tersebut. Kegiatan ini lebih khusus
difokuskan kepada guru yakni untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan profesi mengajar.
Kualitas pembelajaran dalam kelas menjadi tujuan pokok dan strategi
supervisi pendidikan. Supervisor ditantang harus mampu melakukan perubahan-perubahan dalam rangka
perbaikan dan pembinaan kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh
para guru di sekolah. Supervisor harus bersedia memfasilitasi bahan, sarana pembelajaran sampai quality
control layanan pendidikan.
Supervisi merupakan mesin
yang menggerakkan semua aspekaspek administratif pencapaian tujuan,
yakni mulai merencanakan, mengorganisir, sampai kepada pengawasan
harus dijalankan. Tanggung jawab
dan tuntutan terhadap kegiatan supervisi dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan, terutama layanan pembinaan terhadap
para guru dalam proses kegiatan
pembelajaran sangat berat. Konsekuensinya seorang supervisor harus memiliki kompetensi yang memadai, sehingga ia mampu memberikan bantuan profesional bagi guru-guru jika ia
127
tidak memiliki sumber daya yang efektif untuk menjawab problem-problem
yang dihadapi para guru.
Ada tiga kompetensi dasar yang
harus dimiliki seorang supervisor dalam melaksana-kan tugas-tugasnya,
yaitu kompetensi human relation;
kompetensi administrative; dan kompetensi evaluasi (Suharsimi Arikunto
dan Lia Yuliana, 2009:383). Semua
kompetensi tersebut harus dimiliki
oleh supervisor dalam rangka melakukan strategi-strategi pembinaan dan
meningkatkan profesional guru.
Berdasarkan wawancara yang
dilakukan oleh peniliti terlihat bahwa
guru-guru di MIN Kec. Daha Utara
Kab. HSS masih memerlukan bantuan
orang lain dalam strategi supervisor
untuk meningkatkan profesional. Mereka membutuhkan bantuan dalam
mencoba memahami tujuan-tujuan
pendidikan, kurikulum, dan instruksional secara operasional yang berkaitan
dengan persiapan guru dalam proses
belajar mengajar (administrasi guru).
Mereka mengharapkan apa dan
bagaimana cara memberi pengalaman
belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat
yang sedang berkembang, seperti
penggunaan media pembelajaran.
Kemudian dari pihak supervisor
tergambar bahwa strategi pembinaan
yang dilakukan belum maksimal. Dalam melaksanakan pembinaan kepada
guru-guru masih ada sikap mental
yang kurang menunjang, hubungan
profesional yang kaku, kurang akrab
dan tidak luwes, menempatkan guru
bukan sebagai kolega, tetapi sebagai
bawahan, sikap otoriter terhadap guru,
dan kurangnya pengetahuan tentang
kesupervisian.
Selain itu pada umumnya supervisi dilakukan atas dasar kemauan
supervisor, tidak atas dasar kemauan
dan kebutuhan guru. Karena supervisi
cenderung bersifat birokratis dan
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
evaluatif, maka guru-guru cenderung
menghindar disupervisi. Mereka juga
berpendapat bahwa supervisor lebih
banyak bicara dan mengarahkan daripada menanyakan serta mendengarkan apa yang menjadi pusat perhatian
(concern) dan kebutuhan guru. Demikian pula selama ini pada umumnya
supervisor lebih banyak mengawasi
(controlling) dari pada berbagi ide dan
pengalaman (sharing ideas and experiences). Akibatnya data hasil pengamatan tidak sistematis, bersifat subyektif dan tidak jelas yang dapat menimbulkan konflik antara supervisor dan
guru. Kondisi seperti ini, dapat mengurangi manfaat dan efektifitas dari supervisi yang dilaksanakan.
Bertolak dari kenyataan di atas,
maka pada saat ini sudah semestinya
proses pelaksanaan supervisi pada
MIN di Kec. Daha Utara Kab. HSS diharapkan efektif dan dapat membantu
guru dalam meningkatkan kemampuan mengajarnya atau kemampuan
belajar siswanya dalam rangka pembinaan profesional guru. Oleh karenanya supervisor perlu meningkatkan
strategi-strategi pembinaan dalam
kegiatan supervisinya.
Kompetensi supervisor yang
standar dan bagus akan menunjang
unjuk kerjanya dengan mendemonstrasikan cara mengajar siswa dengan
baik. Hal ini akan membantu guru dalam meningkatkan atau memperbaiki
unjuk kerja mengajarnya, dan memberikan do-rongan atau memotivasi
guru untuk mampu mengembangkan
dirinya sendi-ri. Berkaitan dengan halhal tersebut, konsep supervisi pastinya memberi peluang kepada supervisor untuk diaplikasikan dalam
melaksanakan fungsi supervisinya.
Untuk melihat lebih jauh tentang
strategi-strategi supervisor ini maka,
penulis tertarik untuk melakukan
pengakjian lebih mendalam dan memaparkan dalam penelitian ini.
128
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Tujuan Supervisi
Menurut Sahertian, supervisi
adalah usaha dari petugas-petugas
sekolah dalam memimpin guru-guru
dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan
dan perkembangan guru-guru dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode mengajar
dan evaluasi pengajaran. Kata kunci
supervisi adalah bantuan dan layanan
kepada para guru untuk memperbaiki
pengajarannya (Sahertian 2008:19).
Sedangkan menurut Arikunto
supervisi adalah suatu kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-hal
yang sudah benar, mana yang belum
benar, dan mana pula yang tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan pembinaan.
Kegaiatan pokoknya adalah melaksanakan pembinaan kepada sekolah/
madrasah pada umumnya dan khususnya para guru strategi kualitas
pembelajaran lebih baik, yang gilirannya meningkatkan prestasi belajar
siswa (Arikunto, 2004:5).
Tujuan umum supervisi ialah
memberikan layanan dan bantuan
teknis dan bimbingan kepada guru
termasuk staf sekolah lainnya agar
personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar di kelas. Artinya tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan
bantuan dalam rangka meningkatkan
situasi belajar mengajar di dalam kelas yang lebih baik. Usaha ke arah
perbaikan belajar mengajar ditujukan
kepada pencapaian tujuan akhir dan
pendidikan yaitu pembentukan pribadi
anak secara maksimal. Bukan saja
memperbaiki kemampuan mengajar
tetapi juga untuk pengembangan potensi kualitas guru.
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
Kompetensi Supervisor dan Profesional Guru
Untuk dapat berstrategi dengan
baik dan melaksanakan tugasnya secara efektif, sorang supervisor harus
memiliki kompetensi yang diperlukan
untuk hal itu. Menurut Alfonso dkk,
dikutip oleh Sri Banun Muslim bahwa
seorang supervisor harus memiliki
kompetensi teknis dan kompetensi
manajerial (Muslim, Sri Banun 2010:
68). Kompetensi teknis di sini, terutama bidang akademik yang berhubungan dengan pekerjaan orang-orang
yang disupervisi dalam hal ini para
guru yang melaksanakan kegiatan sebagai tugas utamanya.
Sasaran utama dari supervisi
atau kepengawasan adalah para guru,
strategi mereka dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional baik pada
saat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar maupun dalam hal menunjang kegiatan pembinaan dan peningkatan profesional guru. Menurut Purwanto yang dikutip oleh Suparlan
profesionalisme guru diperoleh melalui
penguasaan kompetensi-kompetensi
yang mesti dimilikinya dalam melaksanakan tugasnya yakni melakukan
pembelajaran dan pembimbingan kepada para siswa. Keberadaan standar
dalam ini kompetensi untuk menentukan guru sebagai profesi, sehingga
memungkinkan tidak semua orang
menjadi guru (Suparlan, 2006:80).
Adapun sepuluh kompetensi guru yaitu: (1) memiliki kepribadian sebagai guru; (2) menguasai landasan
pendidikan; (3) menguasai bahan pelajaran; (4) menyusun program pengajaran; (5) melaksanakan proses belajar mengajar; (6) melaksanakan penilaian pendidikan; (7) melaksanakan
bimbingan; (8) melaksanakan administrasi sekolah; (9) menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat
dan masyarakat; (10) melaksanakan
penelitian sederhana.
129
Model-model dan Pendekatan Supervisi
Sahertian (2008:34) memberikan empat model supervisi pendidikan
yang berkembang, yaitu sebagai berikut:
1. Model Supervisi yang Konvensional (Tradisional)
Pola supervisi seperti ini merupakan cermin dari kondisi masyarakat
pada saat itu kekuasaannya bersifat otoriter dan feodal dan mempengaruhi kepada sikap pemimpin
yang otokrat dan korektif. Pemimpin lebih suka untuk mencari-cari
kesalahan. Model supervisi seperti
dapat dilihat perilaku yang ada yaitu mengadakan inspeksi untuk
mencari kesalahan.
2. Model Supervisi yang Bersifat
Ilmiah
Supervisi ini memiliki ciri-ciri yaitu:
a. dilaksanakan secara berencana
dan kontinu;
b. sistematis dan menggunakan
prosedur serta teknik tertentu;
c. enggunakan instrumen pengumpulan data; dan
d. ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
3. Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu
pengembangan profesional guru
dalam pengenalan mengajar melalui proses observasi dan analisis
data secara objektif, teliti sebagai
dasar untuk usaha mengubah tingkah laku mengajar guru.
4. Model Supervisi Artistik
Dalam model ini digambarkan bahwa seorang supervisor akan berstrategi menampakkan dirinya terutama dalam relasi atau berhubungan dengan guru-guru yang
dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa nyaman
dan diterima.
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
Peranan Supervisor dalam Pembinaan Profesionalisme Guru
Dharma (2005:2) mengemukakan bahwa strategian umum pengawas sekolah/madrasah yaitu.
1. Observer (pemantau), yaitu mengawasi kegiatan belajar mengajar.
2. Supervisor, yaitu kegiatan melaksanakan supervisi yang meliputi
supervisi akademik dan supervisi
manajerial.
3. Evaluator (pengevaluasi pelaporan), yaitu kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur,
jenjang,dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan.
4. Successor (penindak lanjut hasil
pengawasan), yaitu mengkaji, menilai, memperbaiki, meningkatkan,
dan mengembangkan mutu proses
pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru melalui pendekatan dialog, bimbingan, nasihat
dan konsultasi dalam nuansa
kemitraan yang profesional.
Dilihat dari sifat kerjanya ada
empat jenis strategian pengawas pendidikan (Sahertian, 1981:32) yaitu.
1. Pengawasan korektif, yaitu pengawas menempatkan setiap persoalan dan kekurangan pada tempatnya dalam seluruh proses pendidikan dan pengajaran.
2. Pengawasan preventif, yaitu pengawas berstrategi guru-guru pada
persoalan yang mungkin akan
dihadapi pada masa datang.
3. Pengawasan konstruktif, yaitu
mengembangkan pertumbuhan lebih banyak daripada memindahkan
kesalahan.
4. Pengawasan kreatif, lebih menekankan pada kebebasan agar guruguru dengan kemampuanya berpikirnya dapat mencapai hasil
dengan lebih efektif.
130
Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian yang berkaitan dengan supervisi pendidikan ini
yang sudah ada dilakukan yaitu:
1. Muhammad Gazali (2010), memfokuskan tentang bagaimana strategi kepengawasan yang digunakan dalam meningkatkan profesional guru PAI di Banjarmasin, termasuk kendala-kendala yang ditemui
di lapangan. Temuan yang diperoleh bahwa beberapa teknik strategi yang diprogramkan pengawas
terlihat ada strategi yang telah dilaksanakan dan yang belum sepenuhnya dilaksanakan.
2. Ahd. Husaini (2007), mendeskripsikan tentang pelaksanaan supervisi
pengajaran di madrasah, dan gambaran sikap para guru terhadap supervisi, serta kendala yang dihadapi. Temuannya bahwa kegiatan supervise didasarkan atas program
kerja tahunan, yang dibuat pada
setiap awal tahun, fokusnya adalah
pada supervisi pengajaran.
3. Laeli Kurniati (2007), menemukan
permasalahan bahwa kreatifitas kepemimpinan kepala madrasah dan
supervisi pengajaran berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru di
SMK Negeri 1 Purbalingga.
4. Saifudin (2012), menemukan bahwa upaya pengawas dalam membina profesionalisme guru MTs
Swasta Wilayah 3 Kab. HSS didasarkan pada program yang disusun
bersama pengawas kemenag Kab
HSS lainnya, dibuat sama tanpa
melihat perbedaan kondisi dan karakter guru dan madrasah yang dibina. Upaya pembinaan masih terpokus pada kunjungan kelas, wawancara dan rapat, dengan menggunakan pendekatan kolaboratif.
Balikan dilakukan setelah kunjungan kelas berakhir, dengan pembahasan berupa kekurangan dan
kelebihan guru dalam PBM.
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
131
KERANGKA BERPIKIR
METODE PENELITIAN
Strategi yang dilakukan oleh
pengawas madrasah dalam peningkatan profesionalisme guru, akan menemui banyak kendala baik yang datangnya dari pengawas madrasah itu
sendiri ataupun dari guru-guru yang
dibina. Sebagaimana juga berlaku untuk semua kegiatan, strategi bantuan
ini tidak akan sukses apabila tidak ada
keinginan untuk bekerja sama dan tidak ada kooperatif baik dari pihak yang
dibantu yakni guru sendiri atau-pun
pengawas. (Soetjipto dan Raflis
Kosasi, 2007: 242)
Semua ini menjadi bahan pertimbangan bagi pengawas madrasah
dalam melaksanakan strategi-strategi
pembinaan terhadap peningkatan
kompetensi guru madrasah. Proses
Strategi pengawas madrasah dalam
rangka membina dan meningkatkan
profesional guru dapat dilihat dari kerangka berpikir dalam bagan berikut.
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah deskriftif kualitatif yang mana penelitian
kualitatif adalah berfikir secara induktif. Setiap masalah penelitian dipandang sebagai kasus yang bersifat
mikro, baru kemudian ditarik dalam
konteks yang lebih umum.
Sumber data dalam penelitian ini
terbagi menjadi dua bagian, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kepala dan wakil
kepala madrasah, kepala TU dan
guru-guru MIN di Kec. Daha Utara
Kab. HSS. Data sekunder diperoleh
dari gambaran lokasi penelitian yang
diperoleh dari tulisan-tulisan, rekaman, gambar-gambar atau foto-foto.
Konvensional
Ilmiah
Model
Supervisi Pendidikan
Klinis
Artistik
Direktif
Pendekatan
Non Direktif
Kolaboratif
Manajerial
Jenis
Kolaboratif
Individual
Teknik
Individual
Gambar 1: Strategi Pengawas dalam
Melakukan Pembinaan
Sumber: Dit. Tenaga Kependidikan
Ditjen PMPTK : 2005
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan wawancara, observasi, dan
dokumenter.
Teknik Analisis Data dan Teknik
Pengecekan Keabsahan Data
Analisis data dilakukan dengan
deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan keadaan apa adanya mengenai
data lapangan baik dalam bentuk tabel maupun uraian kalimat. Data yang
sudah diperoleh, dianalisis kemudian
ditarik kesimpulan dengan metode induktif yaitu mengambil kesimpulan
berdasarkan faktor-faktor khusus yang
ditemukan di lapangan.
Kriteria derajat kepercayaan digunakan sebagai pengukur keabsahan data dengan teknik perpanjangan
pengamatan, ketekunan pengamatan,
trianggulasi, dan mengadakan member check. Trianggulasi dilakukan dengan pengecekkan data dari berbagai
sumber dengan cara, tringgulasi sumber, teknik, referen dan member
check.
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Rencana Strategi Supervisor di MIN
Kec. Daha Utara Kab. HSS
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Strategi yang dilakukan supervisor dalam rangka pembinaan profesional guru secara umum dilakukan
berdasarkan perencanaan atau program yang sudah disusun secara bersama-sama para supervisor baik program tahunan maupun semester yang
diuraikan lagi menjadi program bulanan, yang dilakukan setiap akhir tahuan dan akhir bulan dalam rapat kerja.
Dari program semester ganjil
dan genap (terlampir) dapat terlihat
selain melakukan rapat-rapat koordinasi baik dengan sesama pengawas,
juga dengan kepala madrasah dan
pihak instansi terkait, melakukan kegiatan penyusunan program tahunan/
semester, penyusunan jadwal kegiatan bulanan/mingguan juga penyusunan dan menganalisis laporan. Tergambar juga dalam program tersebut
melakukan konsultasi baik dengan
guru agama ataupun kepala madrasah, melakukan pembinaan guru melalui pertemuan MGMP dan KKM/
K3MI.
Selain itu dalam program tersebut tergambar juga kegiatan monitoring baik ulangan semester maupun
UN. Terkait langsung dengan kegiatan
pembelajaran guru dilakukan juga supervisi kelas termasuk supervisi administrasinya. Dalam program itu juga
dilakukan kunjungan madrasah dalam
hal supervisi pengelolaan, supervisi
standar proses, supervisi persiapan
UN/US, supervisi pengelolaan nilai
US, dan supervisi penilaian.
Dari ilustrasi program pengawas
itu tampaknya direncakan dalam satu
tahun melakukan strategi pembinaan
baik yang berbentuk pengawasan
132
akademik maupun pengawasan manajemen dengan tiga tahapan yakni
diawali melakukan persiapan termasuk perencanaannya terutama yang
bersifat adminstrasi terutama mengenai aspek-aspek, tujuan, sasaran, indikator keberhasilan yang mesti dilakukan dalam pelaksanaan nanti, proses berikutnya adalah tahapan pelaksanaan dengan berbagai pendekatan
dan tekinik, yang terakhir adalah tahapan laporan dan tindak lanjut sebagai sarana melihat keberhasilan dan
kendala yang dihadapi serta langkah
berikutnya terutama untuk membuat
program selanjutnya.
Selain program tahunan dan semester, perlengkapan lain yang terkait
dengan program atau perencanaan
yang masih diperlukan dalam strategi
pembinaan guru, seperti program.
manajerial dan akademis yang dijabarkan ke dalam format-format khusus
misalnya format monitoring administrasi guru, format kunjungan/observasi
kelas, format monitoring UN, Ulangan
Kenaikan Kelas, dan format lainnya.
Semua format atau blanko itu diseragamkan sama untuk semua supervisor yang dibagikan oleh koordinator.
Meskipun para supervisor dalam
melaksanakan strategi pembinaan terhadap profesional guru telah memiliki
program dan secara umum dilaksanakan sesuai perencanan, akan tetapi
program dan perencanaan itu dibuat
secara bersama-sama, tidak ada perbedaan diantara para supervisor terhadap wilayah binaan madrasah masing-masing.
Program yang dibuat sama
secara bersama-sama tentu mengabaikan konsep adanya perbedaan individu baik dari pihak supervisor, guru
maupun kepala madrasah sebagai
pengelola madrasah, yang gilirannya
strategi supervisor menjadi kurang
efektif. Sebaiknya program pengawas
itu disusun sendiri-sendiri disesuaikan
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
dengan kondisi kompetensi supervisor
dan kompetensi guru serta kompetensi kepala madrasah. Termasuk juga
harus diperhatikan kondisi sarana dan
prasarana serta lingkungan madrasah
yang menjadi binaan masing-masing.
Apalagi kalau melihat kepada teknik
dan pendekatan yang digunakan untuk pembinaan guru tentunya satu
sama lain tidak sama, harus diperhatikan karakter masing-masing individu.
Terkait dengan program yang telah disusun bersama-sama itu, kemudian sebelum melaksanakan programprogram yakni melakukan supervisi
dalam rangka strategi pembinaan guru
para supervisor perlu melakukan persiapan dan langkah-langkah seperti
mengetahui terlebih dulu job/tugas
yang akan dilaksanakan atau program
apa yang dilaksanakan apakah kunjungan kelas, monitoring ujian/ulangan
atau kegiatan lainnya, yang tentunya
berkaitan dengan format atau blanko
yang disiapkan, termasuk juga berkoordinasi dengan pihak madrasah
(kepala madrasah dan guru).
Pelaksanaan Strategi Supervisi di
MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS
Untuk memperjelas program tersebut, kapan tepatnya Strategi supervisor (supervisi) itu berlangsung. Dalam program itu disebutkan supervisi
kunjungan kelas pada semester ganjil
empat kali dan pada semester genap
dua kali atau enam kali dalam setahun. Dalam realisasinya frekuensi
supervisi kelas dan jumlah guru yang
disupervisi bervariasi antara supervisor satu dengan yang lainnya.
Umumnya kunjungan kelas dilakukan
oleh supervisor minimal dua dalam
satu semester.
Di samping itu terkadang para
supervisor dalam melakukan pembinaan guru dalam hal ini kunjungan kelas dilakukan secara TIM (bersama-
133
sama para supervisor) kepada madrasah tertentu. Untuk kunjungan/observasi kelas ini agar lebih terarah dijadwalkan yang dilakukan dalam rapat
bulanan para pengawas. Selain agar
lebih terkoordinir dengan pihak madrasah jadwal kuinjungan kelas itu dikompromikan dengan pihak madrasah.
Sedangkan bentuk strategi-strategi supervisor yang dilakukan dalam
rangka membina dan meningkatkan
profesional guru pada MIN Kec. Daha
Utara Kab. HSS dari data yang diperoleh diketahui yaitu selain melakukan
supervisi kelas juga pembinaan menyeluruh termasuk manajemen madrasah (supervisi manajerial).
Kegiatan ini dilakukan agar lebih
efektif dan efesien pembinaan profesional guru yang diinginkan, sebab
pembinaannya menyeluruh dengan
melibatkan semua personil madrasah,
termasuk sharing pemikiran bersama
dalam pengelolaan administrasi. Dalam melaksanakan Strategi-strategi
pembinaan terhadap guru, sebelumnya dilihat dulu kelengkapan administrasi guru, kemudian melakukan pembinaan-pembinaan seperti pembinaan
kesulitan menentukan metode yang
cocok dalam pembelajaran, dan adminitrasi lainnya.
Strategi-strategi supervisor dalam pembinaan dan peningkatan profesional guru selain dilakukan dengan
kunjungan kelas, juga dalam bentuk
wawancara dan pengarahan seluruh
guru atau wawancara kelompok terutama dalam hal terkait dengan kesulitan guru dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Bentuk Strategi supervisor dalam pembinaan dan peningkatan profesional guru MIN kec. Daha Utara dilakukan selain dengan kunjungan kelas juga dilaksanakan pembinaan adminitrsai baik dilakukan dengan wawancara pribadi ataupun wawancara
kelompok. Lebih khusus terkait ten-
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
tang strategi supervisor yakni teknik
supervisi yang umum dan sering digunakan untuk membina profesional
guru MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS
adalah bersifat individual seperti wawancara pribadi terkait kesulitan tentang pembuatan adminitrasi guru, juga
teknik kelompok (rapat/pengarahan
dengan semua guru) dan kunjungan/observasi kelas.
Menurut John Minor Gwyn
dikutip oleh A. Sahertian, secara garis
besar teknik atau cara untuk melakukan pembinaan terhadap guru, dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni
teknik yang bersifat individual, seperti
kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, intervitasi (saling
mengunjungi kelas), menilai diri sendiri, dan teknik yang bersifat kelompok,
seperti pertemuan orientasi bagi guru
baru, panitia penyelenggara, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi
sebagai proses kelompok, tukar-menukar pengalaman, lokakarya, diskusi
panel, seminar, simposium, demonstrasi mengajar, perpustakaan jabatan,
buletin supervisi, membaca langsung,
mengikuti kursus, organisasi jabatan,
laboratorium kurikulum, dan perjalanan madrasah untuk anggota staf (Sahertian, 2008:52-125).
Dengan demikian Strategi supervisor dalam rangka pembinaan dan
peningkatan Kompetensi profesional
guru pada MIN Kec. Daha Utara Kab.
HSS masih belum maksimal, karena
bentuk strategi yang dilakukan masih
hanya kepada tiga hal saja yakni kunjungan kelas, wawancara perorangan
(terhadap guru tertentu) dan pengarahan atau memberikan bimbingan melalui rapat dewan guru. Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah
terkadang ada supervisor yang senang dengan langsung (direktif), tak
langsung (non-direktif).
Terkait dengan pendekatan
yang digunakan supervisor sebagai
134
sebuah strategi dalam peningkatan
profesional guru pada MIN Kec. Daha
Utara Kab. HSS. Dengan menerapkan
strategi supervisi modern yang mempokuskan pada pendekatan yang didasari pada prinsip-prinsip psikoilogis.
Suatu pendekatan pemberian supervisi sangat tergantung pada tipe guru.
Apabila tipe guru profesional maka
pendekatan yang digunakan adalah
non-direktif. Seorang supervisor berprilaku mendengarkan, menjelaskan,
memberikan, memecahkan masalah
dan teknik yang diterapkan dialog dan
mendengarkan aktif. Apabila tipe guru
tidak bermutu, maka pendekatan yang
digunakan adalah direktif, dalam hal
ini seorang supervisor harus berprilaku menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan
tolak ukur, dan menguatkan. Sedangkan apabila tipe guru yang suka
mengkritik atau terlalu sibuk, maka
pendekatan yang paling cocok diterapkan adalah pendekatan kolaboratif,
seorang supervisor mesti berprilaku
menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan maslah, negosiasi. Teknik yang dipakai percakapan
pribadi, serta dialog menjelaskan.
Selain itu untuk menggambarkan bagaimana supervisor melaksanakan kegiatan kunjungan kelas. Dalam kegiatan kunjungan kelas ini supervisor memusatkan perhatian pada
guru, siswa atau interaksi guru dan
siswa. Untuk kegiatan guru yang mendapat fokus pengamatan antara lain;
bagaimana guru memulai tugasnya
(keterampilan membuka pelajaran).
Kemudian bagaimana guru melakukan
kegiatan inti, dan bagaimana guru menutup pelajaran.
Hampir semua guru yang disupervisi dengan teknik kunjungan kelas
yang bersifat individual diikuti dengan
percakapan atau pertemuan supervisi
yang merupakan sarana pemberian
balikan oleh supervisor kepada guru.
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
Kegiatan balikan yang dilakukan oleh
supervisor terkadang langsung dilakukan setelah selesai kunjungan kelas kalau memang satu orang guru
saja, akan tetapi apabila jumlah guru
banyak dengan beberapa hari kunjungan kelas pada madrasah itu maka
proses balikannya dilakukan pada hari
terakhir kegiatan. Adapun materi atau
bahan yang dilakukan dalam proses
balikan umumnya terkait mengenai
pembinaan prilaku dan materi kegiatan proses belajar mengajar.
Dalam Undang-undang nomor
14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, dijabarkan lagi dalam Peraturan Pemerintah nomor 1974 tahun
2008 dan diperkuat dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia nomor 16 tahun 2007, bahwa kompetensi guru meliputi (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi
kepribadian, (3) kompetensi sosial,
dan (4) profesional (Dirjen Pendidikan
Islam Depag RI, 2007: 78). Untuk
memenuhi kompetensi di atas supervisor perlu kerja keras dalam Strateginya untuk membina guru ke arah
profesional, sebab di lapangan masih
banyak guru ditemukan permasalahan
yang terkait dengan kompetensi yang
mesti dimilki guru itu.
Secara umum terkait dengan
kunjungan kelas dan balikan yang
diberikan oleh supervisor kepada
guru-guru, supervisor belum pernah
mencontohkan atau mensimulasikan
bagaimana cara mengajar yang baik
yang dilakukan di dalam kelas, tentu
ini dalam rangka peningkatan profesional dan memenuhi kompetensi
guru sangatlah diperlukan oleh para
guru itu sendiri, hal ini terungkap.
Tampaknya para guru perlu
penguatan tentang bagaimana cara
mengajar yang baik, maka perlu contoh yang konkrit di dalam kelas, yang
mereka harapkan dari supervisor yang
membimbingnya demi meningkatkan
135
kompetensi guru MIN Kecamatan Daha Utara dan juga kemajuan lembaga
madrasahnya, sehingga seorang supervisor harus mampu memberikan
contoh cara mengajar yang baik sebagai bahan dan model agar dapat
ditiru oleh para guru.
Para guru senang mendapatkan
bimbingan dari supervisor melalui kegiatan balikan baik dalam bentuk arahan mapun dengan cara kritikan. Mereka berstrategi dan berkeinginan untuk mengikuti materi balikan yang diberikan (menjadi lebih baik), karena
mereka beranggapan balikan sebagai
bimbingan, mendapatkan solusi untuk
lebih maju.
Di samping itu untuk memudahkan dan memperlancar agar menjadi efektif dan efesien strategi pembinaan peningkatan profesional guru
pada MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS,
hendaknya para supervisor lebih meningkatkan strateginya dan juga menciptakan hubungan yang baik secara
psikologis dengan pihak madrasah baik dengan kepala madrasah maupun
guru-gurunya, dengan cara seperti
pendekatan kekeluargaan, tidak bersikap sebagai atasan tetapi mitra kerja,
sharing, pembinaan secara pelan-pelan, dan lebih sering datang ke madrasah untuk melalukan pembinaan.
Pendekatan ini akan lebih menyentuh dan lebih memunculkan keakraban antara supervisor dengan pihak
madrasah baik guru maupun kepala
madrasahnya, menghindari akan adanya image atasan dan bawahan.
Supervisor berstrategi melakukan pendekatan dalam pembinaan terhadap para guru dengan berposisi sebagai mitra kerja, tidak bersifat diktator, maunya sendiri, dilakukan dengan
bertukar pengalaman dan pemikiran.
Supervisor beranggapan bahwa guru
sudah banyak yang profesional dan
mengetahui adminitrasi guru. Meskipun demikian mereka secara khusus
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
masih perlu dibina secara perlahanlahan.
Ada beberapa prinsip yang mesti diperhatikan oleh supervisor dalam
melakukan kegiatan supervisinya. Bagaimana mengubah pola pikir yang
korektif dan bersifat otokrat menjadi
sikap yang konstruktif dan kreatif. Sikap yang dapat menciptakan situasi
dan relasi di mana guru-guru merasa
aman dan merasa diterima sebagai
subjek yang dapat berkembang sendiri. Maka kaitannya dengan kondisi di
atas maka prinsip supervisi yang dilakukan diantaranya adalah prinsip
demokratis yakni servis dan bantuan
yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang
akrab dan kehangatan sehingga guruguru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya.
Menjunjung tinggi harga diri dan
martabat guru, bukan berdasarkan
atasan dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan. Prinsip kerja
sama yakni mengembangkan usaha
bersama atau ‘sharing of idea, sharing
of experience’, memberi support mendorong, menstimulusi guru, sehingga
mereka merasa tumbuh bersama.
prinsip kontruktif dan kreatif yakni setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara
menakutkan (Sahertian, 2008:20).
Selain upaya di atas dalam
rangka memperlancar dan menjadi
efektif dan efesien Strategi supervisi
pembinaan peningkatan profesional
guru, hendaknya supervisor menciptakan hubungan/komunikasi yang baik
sesama supervisor Kemenag di Kab.
HSS dengan cara seperti melakukan
pertemuan-pertemuan.
Para supervisor melakukan pertemuan pada hari tertentu di kantor
Pokjawas manakala tidak ada jadwal
136
kunjungan ke madrasah biasanya hari
Senin, Kamis dan Jum’at. Materi yang
dibicarakan temuan-temuan yang ada
di madrasah, untuk didiskusikan mencari jalan keluarnya. Hal ini membantu
supervisor yang belum mendapatkan
solusinya ketika menemukan permasalahan di madrasah. Selain hal permasalahan yang ada di lapangan juga
terkadang dibicarakan tentang program pengawas yang waktunya dilaksanakan bisa sebulan sekali dan
hari-hari kerja.
Strategi Supervisor dalam Evaluasi
Strategi Supervisi Berupa Laporan
dan Tindak lanjutnya
Kegiatan evaluasi atau yanmg
sering kita kenal dalam istilah supervisi adalah tindak lanjut dan laporan
kegiati hasil supervisor dan yang disupervisi merupakan bagian dari kegiatan strategi supervisor dalam rangka
pembinaan dan peningkatan profesional guru pada MIN Kec. Daha Utara
Kab. HSS, untuk mengetahui sejauh
mana strategi pembinaan itu dilaksanakan dan permasalahan yang ditemui di lapangan, kemudian dijadikan
acuan untuk kegiatan strategi yang
berikutnya. Hasil dari kegiatan supervisi disampaikan kepada pokjawas untuk disampaikan ke mapenda kemenag Kab. HSS sebagai bahan laporan
dan bahan pembinaan berikutnya.
Semua kegiatan pembinaan di
madrasah termasuk permasalahan
yang mendasar dilaporkan ke pokjawas dan diteruskan ke mapenda Kabupaten HSS dilakukan setiap bulan.
Permasalahan yang akan ditindaklanjuti pada program berikutnya. Menurut
Azhari bahwa pelaksanaan supervisi
itu mencakup persiapan, pelaksanaan,
evaluasi dan tindak lanjut. Untuk
kegiatan evaluasi dan tindak lanjut
akan dilakukan diantaranya hasil supervisi, kendala yang ditemukan dalam supervisi, langkah-langkah pem-
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
binaan dan program supervisi selanjutnya dan ini dilakukan secara
berkesinambungan dan pada akhir
tahun dievaluasi secara menyeluruh
(Azhari, 2003:7).
Untuk kemajuan dan kesuksesan pendidikan secara keseluruhan pihak madrasah memberikan saran dan
harapan kepada supervisor agar di
masa akan datang hendaknya strategi
supervisor lebih ditingkatkan lagi, diawali terutama dengan cara peningkatan kompetensi supervisor, maka
perlu dilakukan pembinaan secara
khusus dalam hal ini oleh kementrian
agama sehingga supervisor dapat memahami bagaimana melakukan pembinaan kepada pihak madrasah khususnya para guru.
Selain itu diharapkan supervisor
memberikan contoh yang sebenarnya,
lebih sering lagi berkunjung ke madrasah dalam pembinaan baik terjadwal
maupun dadakan sehingga guru semakin professional. Banyak guru berharap agar supervisor menambah
wawasan pengetahuan (profesional),
bertukar tempat tugas (roling) yang
diharapkan agar guru tidak jenuh dan
dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi supervisor itu sendiri
yang gilirannya juga memberikan wawasan yang banyak bagi guru-guru.
Supervisor
hendaknya juga
melakukan bentuk Strategi yang lain
(teknik supervisi) yakni melakukan
pelatihan-pelatihan kepada guru, agar
dapat menambah dan meningkatkan
pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas.
Gambaran di atas menunjukkan
bahwa saran dan harapan yang ditujukan kepada supervisor ataupun
yang terkait adanya keinginan dari
pihak madrasah untuk berusaha
memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dengan melalui terlebih dulu
peningkatan kompetensi dan profesional para supervisornya.
137
Faktor-faktor yang Menjadi Kendala
Supervisor dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan terlihat adanya
beberapa kendala yang ditemui supervisor dalam strategi pembinaan
(pelaksanaan supervisi di lapangan)
dalam rangka pembinaan profesional
guru, dilihat dari pihak guru masih
enggan atau sungkan menyelesaikan
masalahnya dan masih ada yang tidak
mau disupervisi kelas dengan alasan
belum siap, tidak cukup terbuka
dengan supervisor, profesional penguasaan materi pelajaran perlu ditingkatkan, kurang penguasaan skill
teknologi seperti laptop/komputer.
Ada juga kendala yang lain sebagai akibat dari strategi kepala madrasah yang kurang perhatian kepada
guru, sehingga mereka menjadi
sungkan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Rasa tanggung jawabnya masih kurang meskipun sudah
lulus sertifikasi guru, yang seyogyanya
dapat berefek lebih untuk bertanggung
jawab sebagai guru yang profesional,
tunjangan profesi itu bukan hanya
dilihat sehingga suatu rejeki saja. Ini
suatu problem yang perlu pembinaan
lagi kepada para guru sehingga nantinya memiliki tanggung jawab tinggi.
Ditemukan juga kendala bahwa
ada beberapa guru yang terlihat tidak
aktif karena mereka dekat purna tugas
(pensiun), hal ini juga menjadi problem pembinaan profesional guru
secara keseluruhan.
Penguasaan dan pengembangan kompetensi guru pada MIN Kec.
Daha Utara Kab. HSS masih perlu
mendapat perhatian khusus, agar kegiatan pendidikan terutama pada proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang
diharapkan berdasarkan tujuan pendidikan secara nasional. Konteksnya
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
dengan pembinaan profesional, guru
seyogianya memiliki kompetensi baik
yang secara langsung berhubungan
dengan aktivitas guru dalam membimbing siswa belajar maupun sebagai
penunjang kegiatan pembelajaran dalam rangka mensukseskan mutu pendidikan. Seorang guru harus mengetahui bagaimana bersikap yang baik
terhadap profesinya, dan bagaimana
seharusnya sikap profesinya itu dikembangkan sehingga mutu pelayanan setiap guru kepada masyarakat
makin lama makin meningkat.
Kendala dari pihak supervisor,
dari hasil data yang diperoleh bahwa
karena kemajuan teknik pembelajaran
dan teori-teori baru bermunculan sedangkan supervisor jarang mendapatkan pelatihan atau diklat sementara
guru-guru sudah lebih dulu mengetahuinya hal ini menjadi persoalan.
Kondisi seperti harus menjadi
perhatian khusus baik dari supervisor
itu sendiri ataupun pihak yang berwenang dalam hal ini kementrian
agama ditingkat kota maupun provinsi.
Di samping itu masih ada supervisor
merasa masih banyak kekurangan
(proses peralihan dari guru menjadi
pengawas), belum banyak mengikuti
pelatihan tentang kepengawasan, sementara ini masih berdasarkan pengalaman sewaktu menjadi guru dalam
membina guru terutama tentang administrasi guru.
Kendala lain dari pihak supervisor adalah umumnya supervisor tidak
berlatar belakang profesi sehingga
teori-teori kepengawasan, seperti pendekatan supervisi (antara direktif, nondirektif dan kolaboratif) digunakan untuk semua guru.
Kendala yang ditemui juga dilihat dari latar belakang pendidikannya
dan pekerjaan sebelum menjadi supervisor, ada yang sebelumnya bukan
sebagai pendidik tetapi pegawai Tata
Usaha dan latar belakang pendidikan
138
S2 Manajemen Pendidikan, sebagaimana dikemukan oleh salah satu supervisor Kemenag Kab. HSS bahwa,
“sebelumnya guru padaun MIN Pandak Daun. S.2 pada Pascasarjana
STIPAN Banjarmasin jurusan Manajemen Pendidikan”. Ada juga yang
berpengalaman mengajar sebagai
guru IPA dan latar pendidikan MIPA,
sementara tugas sekarang adalah sebagai supervisor Pendidikan Agama
Islam yang menjadi objeknya adalah
guru-guru PAI (Fiqih, Aqidah Akhlak,
SKI dan Al Qur’an Hadist).
Muncul juga dalam penelitian
sebagai bagian dari kendala dalam
Strategi pembinaan guru, bahwa supervisor dalam kunjungannya ke madrasah terbatas waktunya dan hanya
memberikan saran tanpa dengan contoh-contoh yang konkrit.
Kendala yang lain dalam strategi
pembinaan guru, bahwa supervisor
hanya menekankan pada kekurangan
administrasinya saja. Kemudian kendala lain dari sisi sarana, umumnya
madrasah khususnya MIN Kec. Daha
Utara Kab. HSS bahwa masih banyak
sarana terbatas.
Ilustrasi yang digambarkan di
atas menunjukkan betapa minimnya
sarana dan prasana MIN Kec. Daha
Utara Kab HSS yang dimiliki lebihlebih sarana yang berteknologi yang
canggih. Kondisi seperti juga menjadi
kendala yang cukup dominan dalam
Strategi-strategi pengawas untuk meningkatkan professional guru khususnya MIN Kec. Daha Utara Kab. HSS.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan
terhadap temuan yang didapatkan di
lapangan dalam penelitian ini, maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
1. Strategi supervisor dalam meningkatkan profesionalisme guru MIN
Kec. Daha Utara Kab. HSS,
didasarkan program yang disusun
secara bersama-sama supervisor
lainnya, baik program tahunan,
semester maupun bulanan. Program dibuat sama tanpa memperhatikan perbedaan kondisi baik
karakter guru dan sarana dari wilayah masing-masing. Program atau
perencanaan seperti program manajerial dan akademis dijabarkan
ke dalam format-format khusus
atau blanko yang sudah baku.
Sebelum melaksanakan programprogram supervisor perlu melakukan persiapan seperti mengetahui
terlebih dulu job/tugas yang diberikan atau program apa yang dilaksanakan, termasuk juga berkoordinasi dengan pihak madrasah.
Teknik yang dipergunakan dalam
kegiatan supervisi adalah teknik individual dan kelompok yang terfokus kepada kunjungan kelas dan
wawancara serta rapat. Pendekatan yang digunakan langsung (direktif), tak langsung (non-direktif),
tetapi umumnya menggunakan
pendekatan kolaboratif. Balikan diberikan secara langsung segera
setelah pelaksanaan supervisi kunjungan kelas berakhir. Adapun isi
balikan yang disampaikan berupa
kelemahan atau kekurangan serta
kelebihan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas,
tetapi belum pernah dsimulasikan
bagaimana cara mengajar yang
baik. Respon atau sikap guru terhadap suvervisi yang diberikan
positif, berterimakasih dan berkeinginan untuk mengikuti apa yang
diberikan (menjadi lebih baik). Para
supervisor berStrategi juga menciptakan hubungan yang baik secara
psikologis dengan pihak madrasah
dengan cara seperti pendekatan
139
kekeluargaan, mitra kerja, sharing.
Hasil dari kegiatan supervisi
disampaikan kepada pokjawas untuk disampaikan ke mapenda Kemenag Kab. Hulu sungai Selatan
sebagai bahan laporan dan bahan
evaluasi pembinaan berikutnya.
2. Kendala-kendala yang ditemui supervisor dalam meningkatkan profesionalisme guru MIN Kec. Daha
Utara Kab. HSS, bahwa kemajuan
teknik pembelajaran dan teori-teori
baru bermunculan, sementara supervisor jarang mendapatkan diklat
sedangkan guru-guru sudah lebih
dulu mengetahuinya. Masih ada
supervisor merasa banyak kekurangan (proses peralihan dari guru
menjadi pengawas), kurang pelatihan tentang kepengawasan, hanya
didasarkan pengalaman sewaktu
menjadi guru terutama tentang administrasi guru. Masih rendah pengalaman kerja, hanya paling tinggi
dua (2) tahun, bahkan yang jadi
pengawas/supervisor Kepala madrasah yang mendekati purna tugas
sehingga ada indikasi diragukan
kinerja dan kreativitasnya. Umumnyasupervisor tidak berlatar belakang profesi sehinga pendekatan
digunakan sama untuksemua guru.
Guru masih enggan menyelesaikan
masalahnya dan masih ada yang
tidak mau disupervisi kelas, rasa
tanggung jawabnya dan profesionalnya masih kurang meskipun sudah lulus sertifikasi guru, kurang
penguasaan skill teknologi seperti
laptop/komputer. Sisi sarana, bahwa masih banyak sarana yang dimilikiMTs Swastawilayah 3 Kab.
HSS mempunyai sarana yang terbatas dan kurang memenuhi syarat
secara fisik maupun jumlahnya.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil
penelitian, maka ada beberapa saran
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
yang dapat dikemukakan dalam
penelitian ini, yaitu.
1. Kepada supervisor dalam melakukan strategi pembianaan profesional guru baik berkenaan supervisi
akademik maupun supervisi manaje-rial dalam membuat program sebaiknya harus bersama-sama dengan pihak madrasah. Cara melaksanakan pembinaan yang sesuai
dengan prinsip dan teknik-teknik
serta pendekatan supervisi. Untuk
meningkatkan kompetensi supervisor dapat dilakukan dengan cara
mengikuti pendidikan/pelatihan tentang kepengawasan dan dengan
aktif diinternet, berlangganan jurnal
pendidikan, majalah, dan koran,
dan sering berdiskusi teman sejawat.
2. Kepada pihak madrasah hendaknya siap menerima dan terbuka
serta dapat bekerja sama untuk dilakukan pembinaan baik bidang
akademik maupun bidang manajerial oleh pihak supervisor.
3. Kepada pimpinan (Kepala Kemenag Kab. HSS dan Kepala Kanwil Kemenag. Prov. Kalsel) diharapkan dapat lebih menghargai kinerja supervisor, dan selalu melibatkan dalam kebijakan-kebijakan
penting terutama di bidang pendidikan, yang pada akhirnya tumbuh
kerja sama yang harmonis bagi
semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
__________. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
__________. 2005. Undang-undang
nomor 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen.
__________. 2008. Peraturan Pemerintah nomor 1974 tahun 2008.
140
__________. 2009. Supervisi Pendidikan, cetakan kedua. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Azhari, Ahmad. 2003. Supervisi
Rencana Program Pembelajaran
Ciputat: Rian Putra.
Departemen Agama RI. 1999. Keputusan Menteri Agama RI Nomor:
381 Tahun 1999 Tanggal 29 Juli
1999 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Fungsional Pengawas Pendidikan Agama dan
Angka Kreditnya. Jakarta: Depag RI.
Depdikbud. 2004. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah
Dasar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Direktorat Pendidikan Dasar.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik
Indonesia nomor 16 tahun 2007.
Dirjen Pendidikan Islam Depag RI.
2007. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
RI tentang Pendidikan Jakarta:
Depag RI.
Husaini, Ahmad. 2007. Pelaksanaan
Supervisi Pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs
Swasta) Se-Kota Banjarmasin.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Laeli Kurniati. 2007. Pengaruh Supervisi Kepala Madrasah dan Motivasi Kerja terhadap Guru SMK
Negeri 1 Purbalingga.
Muslim, Sri Banun. 2009, Supervisi
Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Mataram: Alfabeta
Sahertian, Piet A. 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.
KINDAI Volume 10 Nomor 2, April – Juni 2014
Saifudin. 2012. Strategi Pengawas
Madrasah dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
Madrasah di MTs Swasta Wilayah 3 Kabupaten HSS. Banjarmasin: STIE Pancasetia.
Suparlan. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing,
2006.
Surya, Dharma. 2005. Manajemen Kinerja: Falsafah Teori dan Penerapannya. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
141
Download