etika pemasaran - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI
DAN HUKUM BISNIS
Pokok Bahasan
Dasar Etika Pemasaran
--------------------------------------------Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Program Pasca Sarjana
Tatap Muka
Magister Akuntansi
8
Kode MK
Dosen
55005
Dr. Achmad Jamil
Kelas A2155005EL
ETIKA PEMASARAN
Dalam dunia usaha yang semakin bersaing, tantangan yang dihadapi para
produsen barang akan semakin berat dalam usahanya untuk memasukkan barangnya
ke arena pertukaran. Segala usaha di bidang pemasaran (marketing) harus ditempuh
sehingga penggarapan secara sungguh-sungguh agar tidak terlempar ke luar
"percaturan" akibat semakin banyaknya orang yang sama dalam bidang yang telah
digarap. Dalam persaingan yang semakin ketat, kegiatan peningkatan produksi tidak
lagi dipandang sebagai masalah yang berat dibandingkan dengan kegiatan memasarkan
barang yang dihasilkannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan
dalam memasarkan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perusahaan.
Kegiatan pemasaran memiliki nilai positif baik dilihat dari sisi konsumen maupun
dari sisi produsen. Dari sisi konsumen, pemasaran dipandang sebagai kegiatan yang
dapat menawarkan berbagai alternatif alat pemuas kebutuhan, sehingga nilai kepuasan
itu sendiri bertambah besar. Dari sisi produsen, pemasaran sebagai kegiatan untuk
lebih meningkatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan konsumen. Oleh karena itu,
pemasaran sesungguhnya bukan sematamata berkaitan dengan kepentingan produsen
saja melainkan juga kepentingan konsumen. Pemasaran merupakan salah satu dari
kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Arti pemasaran
biasanya sering disalah artikan dengan pengertian penjualan, perdagangan dan
distribusi. Padahal istilah-istilah tersebut hanya merupakan satu bagian dari aktivitas
pemasaran secara keseluruhan. Proses pemasaran dimulai jauh sebelum barang
diproduksi dan tidak berakhir dengan penjualan tetapi bagaimana dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen.
Menurut American Marketing Association. “Pemasaran merupakan suatu proses
perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide,
barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan
individu dan organisasi.” Menurut Philip Kotler (2012). “Pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
2016
2
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mereka
butuhkan
dan
inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan,
dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.”
Pengertian tersebut bersandar pada konsep inti pemasaran, yang meliputi:
kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan permintaan (demands); produk (barang, jasa,
dan gagasan); nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan
jaringan; pasar; serta pemasar dan prospek. Konsep inti pemasaran di atas beroperasi
di dalam suatu lingkungan yang terus-menerus berkembang sebagai konsekuensi sosial
dari perusahaan, tetapi juga dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri
dan peraturan yang ada. Bagi pemasaran, perubahan lingkungan dapat merupakan
tantangan baru yang memerlukan tanggapan dan cara penyelesaian yang baru pula,
atau sebaliknya dapat berupa suatu peluang atau kesempatan untuk mengembangkan
usaha. Sehubungan dengan hal itu, dibutuhkan suatu keahlian yang mampu memilah
dan melaksanakan kegiatan pemasaran dalam pencapaian tujuan perusahaan serta
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Kegiatan pemasaran ini harus
dikoordinasikan dan dikelola dengan cara yang benar, maka dikenalilah istilah
manajemen pemasaran.
I.
Hubungan Etika dan Pemasaran
Konsep sebuah pertukaran antar seorang pembeli dan penjual sangatlah
sentral terhadap “pasar” dan merupakan ide inti di balik pemasaran. Pasar merupakan
mitra sasaran dan sumber penghasilan yang dapat menghidupi dan mendukung
pertubuhan perusahaan. Oleh karena itu segala upaya dalam bidang pemasaran selalu
berorientasi pada kepuasan pasar. Dan jika pasar dilayani oleh perusahaan, kemudian
pasar merasa puas, maka hal ini membuat pasar tetap loyal terhadap produk
perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Untuk itu kita dituntut bukan saja
mempercanggih teknik pemasaran kita tetapi juga memperhatikan tanggung jawab
terhadap konsumen dan masyarakat.
Pemasaran melibatkan semua aspek dari menghasilkan sebuah produk atau
jasa dan membawanya ke pasar dimana pertukaran dilakukan. Dengan demikian etika
pemasaran memeriksa tanggung jawab yang berkaitan dengan membawa sebuah
produk ke pasar, mempromosikan produk kepada pembeli, dan mempertukarkannya
dengan pembeli. Akan tetapi model sederhana dari seorang penjual membawa
produknya ke pasar, dan etika yang tersirat di dalamnya, dengan segera menciptakan
2016
3
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kerumitan yang cukup menyulitkan. Ada tiga kata kunci yang kuat dari konsep Kotler
dan Amstrong mengenai pemasaran:
 Pemasar harus memahami dan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
(itu sebabnya dengarkan konsumen Anda!);
 Menciptakan hubungan yang kuat dengan pelanggannya; dan
 Akhirnya mendapatkan imbalan dari pelanggan sebagai gantinya.
Dalam kenyataannya tidak pernah ada hubungan yang langgeng dari pelanggan
terhadap pemasar kalau pembeli tidak untung. Ujungnya, ini kemungkinan besar
merugikan pemasar juga. Dulu kita memahami kata bijak ini: satu konsumen yang tidak
puas akan bercerita pada sembilan orang lainnya. Namun di zaman informasi saat ini,
ternyata satu konsumen dapat menyebarkan informasi secara luas melalui media sosial.
Etika pemasaran adalah standar etika yang berkaitan dengan pemasaran.
Pemasaran adalah bidang yang sering dipandang sebagai inheren tidak etis, tetapi
sebenarnya diatur oleh hukum dan standar perilaku sama seperti bidang lainnya.
Orang-orang yang aktif bekerja di bidang pemasaran diharapkan untuk mempelajari
dan mematuhi standar etika industri, dan akademisi tertarik dalam studi pemasaran
juga melihat bagaimana etika diterapkan. Kesadaran standar etika yang sangat
dipromosikan di banyak perguruan tinggi dan universitas yang mengajarkan praktik
pemasaran, dan beberapa lembaga bahkan memiliki asosiasi mahasiswa yang
didedikasikan untuk pengembangan dan promosi praktek etis dalam bisnis, termasuk
bidang pemasaran.
Ada sejumlah bidang yang menjadi perhatian etis dalam pemasaran. Tujuan
pemasaran adalah untuk menjual produk, jasa, dan ide kepada orang-orang, dan ini
dapat dilakukan dalam berbagai cara, namun tidak semua etis dilakukan. Pemasar harus
berhati-hati tentang bagaimana mereka menjalankan kampanye untuk menghindari
tindakan yang melanggar hukum, dan untuk mengatasi wilayah abu-abu etika yang
tidak dapat dilindungi oleh hukum.
Banyak konsumen yang sadar bahwa etika pemasaran telah bergeser secara
radikal. Pada pertengahan abad ke-20, misalnya, pengiklan membuat klaim yang secara
sederhana tidak benar tentang produk yang mereka jual. Etika pemasaran saat
mengerutkan kening pada praktek ini, seperti halnya hukum. Pemasar didorong
menemukan cara-cara untuk mempromosikan produk dan jasa dengan cara yang
2016
4
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membuat mereka menarik tanpa menipu atau memaksa, dan etika pemasaran juga
mencakup hubungan profesional seperti antara pemasar dan klien mereka.
Etika pemasaran memainkan peran penting dalam etika perusahaan dan etika
media, baik yang berhubungan dengan pemasaran pada berbagai tingkatan. Praktek
bisnis yang etis merupakan penyebab meningkatnya keprihatinan di banyak daerah di
dunia sebagai konsumen menjadi lebih aktif tentang cara mengenali dan mendorong
kembali terhadap praktek-praktek yang mereka merasa garis etis lintas. Akibatnya,
etika pemasaran mulai menjadi lebih jelas pada akhir abad ke-20, dan pemasar mulai
menyusun standar etika yang mereka bisa memanfaatkan sebagai pedoman bagi
industri.
Prinsip Etika dalam bauran pemasaran, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Etika pemasaran dalam kontek produk
a.
Produk yang berguna dan dibutuhkan;
Sebelum produk dipasarkan, harus melakukan strategi pemasaran seperti
produk apa yang sedang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini dan tentunya
berguna bagi konsumen. Apabila produk tersebut sudah tepat sasaran dan
konsumen puas terhadap produk yang dibelinya, maka produk tersebut dapat
dikembangkan.
b.
Produk yang berpotensi ekonomi atau benefit;
Produk barang maupun jasa adalah kebutuhan sehari-hari manusia, untuk itu
perusahaan memproduksi barang atau jasa sifatnya ekonomi yaitu sesuai
kebutuhan konsumen. Perusahaan memproduksi barang atau jasa akan
mendapat keuntungan (benefit) jika produk tersebut layak untuk dipasarkan.
c.
Produk yang bernilai tambah yang tinggi;
Produk yang ingin dipasarkan harus layak karena jika produk tersebut
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, selain itu produk harus mempunyai
nilai tambah yang tinggi baik bagi internal perusahaan maupun eksternal
perusahaan
d.
Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan sosial;
Pemasaran produk yang baik adalah memproduksi sesuai standar, dan
didistribusikan kepada konsumen dengan melihat tingkat keadaan ekonomi dan
sosial wilayah yang akan menjadi target pasar.
e.
2016
Produk yang dapat memuaskan masyarakat.
5
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Produk yang ekonomis dan mempunyai kualitas baik adalah produk yang sudah
pasti laku di pasaran. Oleh karena itu produk harus dapat membuat para
konsumen puas.
2.
a.
Etika pemasaran dalam konteks harga :
Beban cost produksi yang wajar;
Sebelum diproduksi perusahaan harus merencanakan anggaran produksi agar
biaya yang dikeluarkan tidak lebih besar dari penerimaan.
b.
Sebagai alat kompetisi;
Perusahaan yang satu dengan yang lain bersaing secara sehat dalam konteks
harga. Produk yang banyak diminati pembeli adalah produk yang dengan harga
ekonomis dan kualitas barang yang baik.
c.
Diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat;
Perusahaan menentukan harga suatu produk dengan melihat kondisi konsumen
dalam kemampuan daya belinya.
d.
Margin perusahaan yang layak;
Yang dimaksud margin perusahaan yang layak adalah jaminan wajib jual beli
barang dalam suatu perusahaan agar risiko yang ditimbulkan tidak besar.
e.
Sebagai alat daya tarik bagi konsumen.
Harga suatu produk apabila ekonomis akan menarik konsumen untuk membeli
dan loyal terhadap produk tersebut
3.
a.
Etika pemasaran dalam kontek distribusi
Kecepatan dan ketepatan waktu;
Distribusi suatu produk harus cepat dan tepat waktu agar konsumen percaya
kepada perusahaan tersebut, serta barang yang dihasilkan juga efisien.
b.
Keamanan dan keutuhan barang;
Keamanan dan keutuhan suatu barang sangat penting untuk dijadikan alat
pertimbangan distribusi produk. Agar konsumen tidak mendapat produk yang
rusak atau cacat.
c.
Konsumen mendapat palayanan tepat dan cepat.
Apabila konsumen mendapat pelayanan tepat dan cepat maka konsumen akan
puas terhadap produk atau perusahaan tersebut.
2016
6
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4.
Etika pemasaran dalam konteks promosi
a.
Sarana memperkenalkan barang;
Iklan adalah salah satu sarana dalam memperkenalkan suatu produk barang
atau jasa. Iklan sangat penting dalam kegiatan promosi.
b.
Informasi kegunaan dan kualifikasi barang.
Dalam kegiatan promosi, perusahaan harus memberi informasi yang akurat
mengenai kegunaan dan kualifikasi barang atau jasa kepada konsumen agar
konsumen paham betul dengan kegunaan produk tersebut.
c.
Sarana daya tarik barang terhadap konsumen;
d.
Promosi yang menarik akan membuat konsumen tertarik untuk membelinya.
Oleh karena itu promosi harus benar-benar dilakukan agar konsumen percaya.
e.
Informasi fakta yang ditopang kejujuran.
Informasi mengenai suatu barang atau jasa harus sesuai fakta yang ada.tidak
boleh hiperbola karena itu akan membuat konsumen kecewa apabila barang
atau jasa tersebut tidak sesuai dengan fakta.
II.
Faktor-Faktor dalam Menjalankan Bisnis
Dalam menjalankan bisnis, ada hal-hal yang harus diperhatikan untuk membuat
suatu bisnis bisa berjalan dengan baik. ‘Mengemudikan’ sebuah bisnis berarti selalu
memperhatikan speedometer, jumlah bahan bakar yang tersedia, tingkat panasnya
mesin, tingkat kecepatan kendaraan, lalu lalang pesaing yang melakukan manuver
untuk menjadi yang terdepan dan tidak lupa juga memperhatikan arah jalan yang telah
ditentukan sesuai dengan peta bisnis. Jadi, selalu fokus, konsentrasi dan berpikir detail
sama dengan menjalankan bisnis agar bisa tumbuh. Ada 6 faktor penting yang
mempengaruhi laju pergerakan dan pertumbuhan usaha, yaitu:
1. Menjaga kualitas adalah kunci utama untuk bertahan (Survive)
2. Peluang pasar yang baik
3. Inovasi yang berproses
4. Membangun keunggulan proses dan operasional yang prima dengan sistem
manajemen kualitas yang baik
5. Memotivasi sumber daya manusia
2016
7
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. Menghargai pelanggan/ konsumen
Hasil survei
tentang aksioma
mengenai kualitas
(kebenaran kualitas)
(Sumber: Fokus: Masa Depan Perusahaan Anda Ditentukan Oleh Fokus. Al Ries dan
Hermawan Kertajaya. 1996. Elex Media Computindo) adalah sebagai berikut:
1. Setidak-tidaknya
87%
dari
perusahaan-perusahaan
Amerika
mempraktekkan Total Quality Management (TQM)
2. 80% manajer dari pemimpin perusahaan di Amerika berpendapat bahwa kualitas
akan menjadi sumber fundamental keunggulan bersaing di tahun-tahun
mendatang
3. Ketika 455 manajer senior di industri elektronika ditanya mengenai apa yang
menjadi faktor utama keberhasilan bersaing, maka kualitas adalah jawaban
nomor satu
4. Kualitas menempati urutan nomor satu sebagai faktor kesuksesan sebuah bisnis
dalam survei selama 6 tahun terakhir
Telah kita ketahui bahwa syarat utama bisnis dapat bertahan dan tetap eksis di
pasar dalam persaingan yang super ketat seperti sekarang ini adalah tingkat kualitas
produk yang selalu dijaga dengan mempertahankan tingkat populeritas produk dan
bisnis dimata pelanggan. Konsumen membeli sebuah produk dengan 2 manfaat
langsung yaitu manfaat fungsional (kualitas) dan manfat emosional (populeritas).
Kualitas dan populeritas selalu menyatu utuh yang tidak dapat dipisahkan seperti
keeping mata uang, karena jika salah satu dipisahkan maka bisnis akan mengalami
masalah. Menjaga konsistensi kualitas dengan menerapkan prosedur sistem mutu akan
membuat fondasi kinerja operasional bisnis terbangun dengan baik, setelah itu fokus
pada bisnisnya.
III.
Tanggung Jawab Terhadap Produk
Hukum tentang tanggung jawab produk ini termasuk dalam perbuatan
melanggar hukum tetapi diimbuhi dengan tanggung jawab mutlak, tanpa melihat
apakah ada unsur kesalahan pada pihak pelaku. Dalam kondisi demikian terlihat bahwa
adagium caveat emptor (konsumen bertanggung jawab telah ditinggalkan) dan kini
berlaku caveat venditor (pelaku usaha bertanggung jawab).
2016
8
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Istilah Product Liability (Tanggung Jawab Produk) baru dikenal sekitar 60 tahun
yang lalu dalam dunia perasuransian di Amerika Serikat, sehubungan dengan
dimulainya produksi bahan makanan secara besar-besaran. Baik kalangan produsen
maupun penjual mengasuransikan barang-barangnya terhadap kemungkinan adanya
resiko akibat produk-produk yang cacat atau menimbulkan kerugian tehadap
konsumen.
Produk secara umum diartikan sebagai barang yang secara nyata dapat dilihat,
dipegang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Namun dalam kaitan
dengan masalah tanggung jawab produser (Product Liability) produk bukan hanya
berupa tangible goods tapi juga termasuk yang bersifat intangible seperti listrik, produk
alami (mis. Makanan binatang piaraan dengan jenis binatang lain), tulisan (mis. Peta
penerbangan yang diproduksi secara masal), atau perlengkapan tetap pada rumah real
estate (mis. Rumah). Selanjutnya, termasuk dalam pengertian produk tersebut tidak
semata-mata suatu produk yang sudah jadi secara keseluruhan, tapi juga termasuk
komponen suku cadang.
Tanggung jawab produk (product liability), menurut Hursh bahwa product
liability is the liability of manufacturer, processor or non-manufacturing seller for injury
to the person or property of a buyer third party, caused by product which has been sold.
Perkins Coie juga menyatakan Product Liability: The liability of the manufacturer or
others in the chain of distribution of a product to a person injured by the use of product.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan product liability adalah suatu
tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk
(producer, manufacture) atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses
untuk menghasilkan suatu produk (processor, assembler) atau orang atau badan yang
menjual atau mendistribusikan produk tersebut.
Bahkan dilihat dari konvensi tentang product liability di atas, berlakunya
konvensi tersebut diperluas terhadap orang/badan yang terlibat dalam rangkaian
komersial tentang persiapan atau penyebaran dari produk, termasuk para pengusaha,
bengkel dan pergudangan. Demikian juga dengan para agen dan pekerja dari badanbadan usaha di atas. Tanggung jawab tersebut sehubungan dengan produk yang cacat
sehingga menyebabkan atau turut menyebabkan kerugian bagi pihak lain (konsumen),
baik kerugian badaniah, kematian maupun harta benda. Seperti di kemukakan di atas,
bahwa jika dilihat secara sepintas, kelihatan bahwa apa yang di atur dengan ketentuan
2016
9
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
product liability telah diatur pula dalam KUHPerdata. Hanya saja jika kita menggunakan
KUHPerdata, maka bila seorang konsumen menderita kerugian ingin menuntut pihak
produsen (termasuk pedagang, grosir, distributor dan agen), maka pihak korban
tersebut akan menghadapi beberapa kendala yang akan menyulitkannya untuk
memperoleh ganti rugi.
Kesulitan tersebut adalah pihak konsumen harus membuktikan ada unsur
kesalahan yang dilakukan oleh pihak produsen. Jika konsumen tidak berhasil
membuktikan kesalahan produsen, maka gugatan konsumen akan gagal. Oleh karena
berbagai kesulitan yang dihadapi oleh konsumen tersebut, maka sejak tahun 1960-an,
di Amerika Serikat di berlakukan prinsip tanggung jawab mutlak.
Dengan diterapkannya prinsip tanggung jawab mutlak ini, maka setiap
konsumen yang merasa dirugikan akibat produk atau barang yang cacat atau tidak
aman dapat menuntut kompensasi tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidak
adanya unsur kesalahan di pihak produsen.
Alasan-alasan mengapa prinsip tanggung jawab mutlak diterapkan dalam hukum
tentang product liability adalah:
a.
Di antara korban/konsumen di satu pihak dan produsen di lain pihak, beban
kerugian
(resiko)
seharusnya
ditanggung
oleh
pihak
yang
memproduksi/mengeluarkan barang-barang cacat/berbahaya tersebut di
pasaran;
b. Dengan menempatkan/mengedarkan barang-barang di pasaran, berarti
produsen menjamin bahwa barang-barang tersebut aman dan pantas untuk
dipergunakan, dan bilamana terbukti tidak demikian, dia harus bertanggung
jawab;
c.
Sebenarnya tanpa menerapkan prinsip tanggung jawab mutlak-pun produsen
yang melakukan kesalahan tersebut dapat dituntut melalui proses penuntutan
beruntun, yaitu konsumen kepada pedagang eceran, pengecer kepada grosir,
grosir kepada distributor, distributor kepada agen, dan agen kepada produsen.
Penerapan strict liability dimaksudkan untuk menghilangkan proses yang
panjang ini.
Dengan demikian apapun alasannya, pelaku usaha harus bertanggung jawab
apabila ternyata produk yang dihasilkannya cacat atau berbahaya. Informasi
2016
10
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
akurat dan lengkap merupakan hak konsumen. Apabila kewajiban ini tidak
dipenuhi, maka sudah semestinya pelaku usaha dimintai pertanggungjwaban.
IV.
Hak dan Kewajiban Konsumen
Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan
kewajiban.Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa
bertindak sebagaikonsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya
tindakan yang tidakadil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu.
Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya.
Dengan kata lain, ia tidak hanyatinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya
telah dilanggar oleh pelaku usaha.
Berdasarkan UU Perlindungan konsumen pasal 4, hak-hak konsumen sebagai berikut :
 Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa.
 Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
 Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa.
 Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
 Hak
untuk
mendapatkan
advokasi, perlindungan
konsumen, dan
upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
 Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
 Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
 Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian jika barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian dan tidak sebagaimana
mestinya.
Selain itu, konsumen juga memiliki beberapa kewajiban sebagaimana disebutkan dalam
pasal 5 UUPK, antara lain :
2016
11
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
 Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa.
 Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
 Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
V.
Fungsi Iklan
Iklan merupakan sebuah proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk
orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan. Iklan
ditujukan untuk mempengaruhi perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap,
pendapat, pemikiran dan citra konsumen yang berkaitan dengan suatu produk atau
merek, tujuan periklanan ini bermuara pada upaya untuk dapat mempengaruhi perilaku
konsumen dalam membeli sebuah produk yang ditawarkan.
Kata Iklan sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah upaya
menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian secara komprehensif atau luas
adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang
ataupun jasa secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu.
(Durianto, dkk, 2003).
Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis (1993), iklan adalah
setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan
produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah
mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan
si pemasang iklan.
Di sini sebenarnya iklan melakonkan tiga peran sekaligus. Pertama, iklan
informatif. Jenis iklan ini bertujuan untuk menginformasikan secara objektif kepada
konsumen kualitas dari barang tertentu yang diproduksi, nilai-lebih dari barang
tersebut, fungsi-fungsinya, harga serta tingkat kelangkaannya. Kedua, iklan persuasif
atau sugestif. Jenis iklan ini tidak sekadar menginformasikan secara objektif barang dan
jasa yang tersedia, tetapi menciptakan kebutuhan-kebutuhan akan barang dan jasa
yang diiklankan. Dan ketiga, iklan kompetitif. Meskipun meliputi juga iklan informatif
dan persuasif, jenis iklan ini lebih dimaksud untukmempertahankan serta memproteksi
secara kompetitif kedudukan produsen di hadapan pelaku produksi lainnya.
2016
12
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi yang benar kepada
konsumen, ada tiga pihak yang terlibat dan bertanggung jawab secara moral atas
informasi yang disampaikan sebuah iklan.
 Produsen yang memiiki produk tersebut .
 Biro iklan yang mengemas iklan dalam segala dimensinya: etis, estetik, informatif,
dan sebagainya.
 Bintang iklan, dalam hal ini tanggung jawab moral atas informasi yang benar
tentang sebuah produk pertama-tama dipikul pihak oleh pihak produsen.
Ada beberapa persoalan etis yang ditimbulkan oleh iklan,khususnya iklan yang
manipulatif dan persuasif non-Rasional.
 Iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia.Iklan membuat manusia tidak
lagi dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk memberi produk
tertentu.
 Dalam kaitan dengan itu iklan manipulatif dan persuasive non –rasional
menciptakan kebutuhan manusia dengan dengan akibat manusia modern
menjadi konsumtif.
 Iklan memanipulatif dan persuasive non-rasional malah membentuk dan
menentukan identitas atau citra diri manusia modern.
 Bagi masyarakat dengan tingkat perbedaan ekonomi dan sosial yang sangat
tinggi,iklan merongrong rasa keadilan sosial masyarakat iklan yang menampilkan
yang serba mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial dimana banyak anggota
masyarakat masih berjuang untuk sekedar hidup.
Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya rasa solidaritas dengan sesamanya yang
tinggi Ada baiknya kami paparkan beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan
dalam iklan.
 Iklan tidak boleh menympaikan informasi yang palsu dengan maksud
memperdaya konsumen
 Iklan wajib menyampaikan tentang produk tertentu,khususnya menyagkut
keamanan dan keselamatan manusia
 Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan,khusunya secara kasar dan terangterangan
 Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas
5.1
2016
Makna etis menipu dalam iklan
13
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Prinsip iklan di dalam etika bisnis yang paling releevan adalah prinsip kejujuran
yaitu mengatakan hal yang benar dan tidak menipu. Ada yang mengatakan bahwa iklan
adalah menipu dan berbohong. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tipu
mengandung pengertian perbuatan atau perkataan yang tidak jujur(bohong, palsu dan
sebagainya)
dengan
maksud
untuk
menyesatkan,
mengakali
atau
mencari
untung(penekanan ditambahkan). Dengan kata lain, menipu adalah mengenakan tipu
muslihat, mengecoh, mengakali, memperdaya, atau juga perbuatan curang yang
dijalankan dengan niat yang telah direncanakan. Sedangkan kata bohong diartikan
sebagai perkataan atau pernyataan yang tidak sesuai dengan hal atau keadaan yang
sebenarnya. Bohong adalah mengatakan hal yang tidak benar, yaitu apa yang dikatakan
tidak sesuai dengan kenyataan. Dari pengertian menipu dan berbohong diatas dapat
disimpulkan bahwa bohong dapat menjadi menipu, tetapi tidak semua bohong itu
menipu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa iklan yang menipu dan karena itu
secara moral yang dikutuk adalah iklan yang secara sengaja menyampaikan pertanyaan
yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan maksud menipu atau yang menampilkan
pernyataan yang bisa menimbulkan penafsiran yang keliru pada pihak konsumen yang
sesungguhnya berhak mendapatkan informasi yang benar apa adanya tentang produk
yang ditawarkan dalam pasar. Dengan kata lain, berdasarkan prinsip kejujuran, iklan
yang baik dan diterima secara moral adalah iklan yang memberi pernyataan atau
informasi yang benar sebagaimana adanya.
5.2
Kebebasan konsumen
Dalam bukunya The Affluent Society, John K. Galbraith, mengatakan bahwa
produksilah yang menciptakan permintaan, yang kemudian dipuaskannya. Dengan kata
lain bukan permintaan yang melahirkan produksi, melainkan sebaliknya produksi yang
melahirkan permintaan. Artinya, apa yang dianggap sebagai permintaan masyarakat
sesungguhnya disebabkan, ditimbulkan, dan diciptakan oleh adanya produksi. Kode etik
periklanan tentu saja sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan ini. Tetapi,
perumusan kode etik ini harus melibatkan berbagai pihak: ahli etika, konsumen (atau
lembaga konsumen), ahli hukum, pengusaha, pemerintahan, tokoh agama dan tokoh
masyarakat tertentu, tanpa harus berarti merampas kemandirian profesi periklanan.
Yang juga penting adalah bahwa profesi periklanan dan organisasi profesi periklanan
2016
14
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perlu benar-benar punya komitmen moral untuk mewujudkan iklan yang baik bagi
masyarakat.
VI. Isu-Isu Etika dalam Komunikasi Pemasaran
Etika dalam konteks ini adalah masalah benar atau salah, atau tindakan moral yang
berkenaan dengan setiap aspek komunikasi pemasaran.
Isu-isu etika dalam komunikasi pemasaran terdiri dari :
1. Masalah etika pada targeting,
Perusahaan harus mengarahkan penawarannya kepada segmen pelanggan yang
spesifik, dan tidak menggunakan cara pintas
2. Masalah etika pada advertising
a. Tidak jujur dan memperdaya
b. Dimanipulasi
c. Ofensif dan berselera rendah
d. Dibentuk dengan mempertahankan gaya klise.
e. Orang membeli yang bukan kebutuhan mereka
f. Menyebabkan kekuatiran dan tidak aman
3. Masalah etika dalam hubungan masyarakat
a. Publisitas negative  pemasaran produk yang dianggap tidak aman
b. Masalah etisnya adalah apakah perusahaan mengakui kekurangan
produknya dan memberitahukan duduk perkaranya, atau mencoba
menutupi permasalahan tersebut
4. Masalah etika dalam personal selling dan telemarketing
a. Membuat klaim-klaim yang tidak mempunyai dasar dan janji-jani yang
tidak dapat dibuktikan
b. Terkesan memaksa dalam menawarkan produk
5. Masalah etika pada kemasan
a. Informasi label
b. Keadaan kemasan
c. Keamanan kemasan
d. Dampak terhadap lingkungan dari kemasan.
2016
15
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. Masalah etika pada promosi penjualan, pertimbangan etika meliputi semua segi
dari promosi penjualan yang meliputi : promosi manufaktur, berhubungan
dengan pedagang besar dan ritel dan ke konsumen.
7. Masalah etika pemasaran online, meliputi etika dalam periklanan dan promosi.
8. Perkembangan etika komunikasi pemasaran,
2016
16
Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis
Dr. Achmad Jamil
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download