1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah dalam memacu proses industrialisasi pertanian adalah dengan introduksi sistem pertanian yang mampu mendorong produksi dan produktivitas sektoral. Upaya ini merupakan salah satu strategi pembangunan karena teknologi umumnya diciptakan untuk tujuan efisiensi dan efektivitas. Penerapan sistem tepat-guna dalam skala tertentu juga mampu menunjukkan efisiensi ekonomi tinggi (Sudaryanto et al, 1997). Salah satu teknologi alternatif yang akhir-akhir ini sedang memperoleh perhatian dan dukungan adalah pertanian organik. Dukungan tersebut berasal dari para petani sebagai produsen, masyarakat sebagai konsumen, industri sebagai pelaku bisnis, dan pemerintah sebagai fasilitator dan regulator.1 Pembangunan pertanian yang didasarkan pada kebijakan Revolusi Hijau cenderung tidak menunjukkan adanya suatu keberlanjutan baik secara sosial, ekonomi maupun ekologi. Sehubungan dengan itu, Salikin (2003) menyatakan bahwa konsep keberlanjutan telah mendapat perhatian yang besar sebagai kritik atas pendekatan industrial pada proses pembangunan pertanian. Sebagaimana dikutip dari Reijntjes et al. (1999) dengan munculnya konsep Pembangunan Pertanian Berkelanjutan yang diperkenalkan pada Tahun 1987 dalam sidang WCED (World Commission on Environment and Development), pertanian organik merupakan salah satu bagian dari pendekatan pertanian berkelanjutan. Semakin tumbuhnya kesadaran maupun pemahaman masyarakat akan bahaya bahan kimia sintesis dalam jangka waktu yang lama, maka mulai diliriklah cara pertanian alamiah dalam hal ini pertanian organik. Hingga kini perkembangan penerapan pertanian organik semakin pesat dan menjadi alternatif jalan penghidupan yang berkelanjutan. Introduksi dan diseminasi sistem pertanian modern ke pedesaan tidak diikuti dengan penataan kelembagaan pertanian. Sebagaimana yang dikutip dari Suradisastra (1997) bahwa dalam sejarah perkembangan pertanian dan 1 Disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Kasumbogo Untung, MSc. Guru Besar Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta, 20 Mei 2008 (pada kata pengantar buku Pertanian Organik Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan). 2 industrialisasi pertanian pedesaan sangat jarang dijumpai pendekatan yang menekankan pentingnya peran kelembagaan dan organisasi lokal. Alternatif utama yang mampu mendorong dan mengembangkan pertumbuhan kelembagaan dan organisasi lokal yang bersifat partisipatif adalah dengan memfasilitasi petani untuk menyelenggarakan proses pengembangan maupun penataan kelembagaan dan organisasi yang selaras dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain kelembagaan pertanian yang sifatnya tradisional juga muncul kelembagaan pertanian yang dikelola dengan cara lebih modern yaitu kelompok tani, kelompok pemakai air, kelompok kredit usaha, koperasi desa dan lain sebagainya. Kemitraan juga dapat menjadi salah satu aspek yang dapat dikembangkan sejalan dengan penataan kelembagaan karena mengutip Hafsah (2000) kemitraan dapat menjadi salah satu solusi menghilangkan ketimpangan dan menjadi alternatif dalam upaya memberdayakan petani. Di Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, terdapat komunitas petani padi sawah yang sejak Tahun 2001 telah menerapakan sistem pertanian padi sehat2 yang merupakan transisi dari pertanian modern dengan input luar berbahan kimia menuju pertanian organik. Sehubungan dengan penerapan sistem pertanian padi sehat muncul kebutuhan-kebutuhan dan mekanisme pengaturan baru yang dibutuhkan agar dapat menunjang kegiatan pertanian sehingga dilakukan penataan kelembagaan guna memenuhi kebutuhan petani. Penataan kelembagaan yang dilakukan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) ini juga membawa perubahan pada bentuk organisasi dan pembentukan kemitraan pertanian. Seiring pergeseran paradigma pembangunan dari Revolusi Hijau ke Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, penting untuk melihat bagaimana perubahan yang terjadi pada kelembagaan pertanian. Oleh sebab itu, kajian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana penataan kelembagaan dan pembentukan kemitraan pertanian dalam penerapan sistem pertanian padi sehat? 2 bebas residu pestisida 3 1.2. Masalah Penelitian Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) baik di tingkat pusat maupun daerah berisi arah dan kebijakan dasar pembangunan untuk jangka waktu dua puluh tahun yang berkedudukan sebagai pedoman bagi semua pihak dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan jangka menengah. Dalam setiap rencana pembangunan, sektor pertanian masih menjadi perhatian utama. Pendekatan pembangunan ini dilakukan dengan berpedoman pada etika modernisasi yang berlandaskan pada kemajuan sistem sebagai sumber utama perubahan sosial. Lebih jauh lagi sejak munculnya konsep pembangunan pertanian berkelanjutan yang salah satunya dilakukan melalui pengembangan sistem pertanian organik maka semakin mewarnai dinamika perubahan dan perkembangan sektor pertanian di Indonesia. Sebagaimana dikutip dari Lauer (2006), Perspektif Materialistis menyatakan bahwa tatanan masyarakat sangat ditentukan oleh sistem. Veblen terutama memusatkan perhatian pada pengaruh sistem terhadap pikiran dan perilaku manusia. Perspektif Materialistis ini mengakui juga adanya interaksi antara sistem dan ide tetapi memberikan tekanan pada salah satu faktor yaitu faktor sistem. Dalam hal ini, ide pemikiran atau gagasan mengenai konsep Pembangunan Pertanian Berkelanjutan mengawali munculnya sistem pertanian organik. Namun dikembangkan gagasan ini juga diikuti dengan untuk pembuatan pupuk organik sistem-sistem dengan yang melibatkan mikroorganisme yang juga sebagai sebuah sistem. Berdasarkan pandangan tersebut perlu dilihat bagaimana penerapan sistem pertanian padi sehat dapat menyebabkan perubahan sosial? Modernisasi menimbulkan perubahan di berbagai bidang kehidupan. Berbagai pakar meletakkan tekanan pada jenis perubahan yang berbeda. Namun sebagian besar memandang penting perubahan struktural dalam hubungan, organisasi dan ikatan antara unsur-unsur masyarakat. Sebagaimana dikutip dari Lauer (2006), alasan dibalik lebih seringnya penekanan ditujukan pada perubahan struktural dibanding tipe lain adalah karena perubahan struktural itu lebih mengarah kepada perubahan sistem sebagai keseluruhan dibandingkan perubahan di dalam sistem sosial saja. Struktur sosial merupakan sejenis kerangka 4 pembentukan masyarakat dan operasinya. Jika strukturnya berubah, maka semua unsur lain cenderung berubah pula. Berdasarkan konsep yang dikemukakan di atas, penelitian ini diarahkan pada pertanyaan yaitu bagaimana perubahan sosial sebagai akibat dari penerapan sistem pertanian padi sehat berpengaruh terhadap penataan kelembagaan pertanian? Sektor pertanian dirasakan masih memberikan peluang bagi terjadinya penyerapan tenaga kerja. Bertambahnya kegiatan-kegiatan baru dalam penerapan sistem pertanian padi sehat, maka dalam kajian ini juga akan dilihat sejauhmana penerapan sistem pertanian padi sehat dapat memberikan peluang pada penyerapan tenaga kerja pertanian. Sebagaimana dikutip dari Reijntjes et al. (1999) bahwa perubahan dari sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian yang seimbang secara ekonomis, ekologis, dan sosial memerlukan suatu proses transisi, yaitu penyesuaian terhadap perubahan yang dilakukan secara sadar untuk membuat sistem usahatani lebih seimbang dan berkelanjutan. Transisi berhubungan dengan tenaga kerja, lahan atau uang dan pengambilan resiko, sehingga dibutuhkan strategi yang sesuai dengan kondisi lahan pertaniannya. Dukungan, kepercayaan diri dan imaginasi, serta perbaikan pemasaran dan kebijakan harga yang cocok sangat diperlukan petani dalam proses transisi tersebut. Merujuk pada pandangan Reijntjes, sebagai upaya mengakomodir segala kubutuhan dalam proses transisi tersebut diperlukan penataan kelembagaan modern yang dapat menunjang kegiatan pertanian lebih berkelanjutan. Pembentukan jejaring kerja atau kemitraan dapat menjadi solusi bagi petani dalam proses transisi tersebut karena melalui kemitraan antar petani maupun antar petani dengan pihak luar baik lembaga atau instansi diharapkan dapat meningkatkan kapasitas petani. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana perubahan bentuk organisasi dan pembentukan kemitraan pertanian yang telah dibangun dalam penerapan sistem pertanian padi sehat? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis penataan kelembagaan pertanian dalam penerapan sistem pertanian padi sehat. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian, yakni: 5 1. Menelaah penerapan sistem pertanian padi sehat. 2. Menganalisis hubungan penerapan sistem pertanian padi sehat terhadap penyerapan tenaga kerja pertanian. 3. Menganalisis hubungan penerapan sistem pertanian padi sehat terhadap perubahan bentuk organisasi. 4. Menganalisis hubungan penerapan sistem pertanian organik terhadap pembentukan kemitraan pertanian. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang menaruh perhatian pada studi perubahan sosial khususnya pada aspek penataan kelembagaan dan pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan pertanian, khususnya kepada: 1. Peneliti yang ingin mengkaji atau melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan sosial dalam kaitannya dengan konsep pembangunan sebagai perubahan berencana melalui teknologi sebagai sumber perubahan. 2. Kalangan akademisi, dapat menambah khasanah literatur khususnya mengenai penataan kelembagaan pertanian. 3. Masyarakat umum, dapat mengetahui sejauhmana pertanian organik mempengaruhi sistem sosial masyarakat khususnya petani. 4. Para pengambil kebijakan, praktisi dan berbagai unsur lainnya yang terkait dengan pembangunan pertanian, dapat memberikan tambahan informasi, masukan atau bahan pertimbangan dalam kaitannya dengan penerapan sistem pertanian padi sehat (menuju) organik dan perubahan sosial yang menyertainya.