makalah kolokium

advertisement
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Gebyar Trisula Pinandita /I34100031
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Sofi Nur Ariyati /I34100047
Dr. Ir. Titik Sumarti MC, MS. / 19610927 198601 2 001
Peran dan Status Perempuan dalam Program Go Organik
2010
24 Maret 2014, 10.00-11.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Go Organik 2010 merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk
menunjang program ketahanan dan kemandirian masyarakat dibidang pertanian. Dengan
digulirkannya program pertanian tersebut, berdampak pada sektor swasta sebagai pelaku usaha
untuk turut serta berpartisipasi mensukseskan ketahanan dan kemandirian dibidang pertanian.
Program “Go Organik 2010” tidak lepas dari kesadaran para pelaku usaha pertanian akan kelestarian
berupa sumberdaya alam pertanian. Disamping itu, status sosial pelaku pertanian organik meningkat
yang ditandai dengan meningkatnya prestise yang mereka peroleh ketika menerapkan pertanian padi
organik.
Tujuan dari dijalankannya program Go Organik 2010 adalah untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat bagi petani, menghasilkan pangan yang cukup, aman dan berkualitas
sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis, serta
meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan impressive
premium produk. Dengan diberlakukannya program-program pertanian baru seharusnya dapat
meningkatkan kualitas hidup petani beserta keluarganya, namun pada kenyataannya keadaan mereka
tidak banyak berubah. Terutama pada petani perempuan yang masih mendapatkan akses dan kontrol
yang kecil terhadap upah maupun sumberdaya pertanian lainnya.
Pembangunan dalam sektor pertanian ini belum sesuai dengan relasi gender atau dapat
dikatakan bias gender. Relasi gender dapat diartikan sebagai sebuah faktor penentu yang dapat
menentukan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, sumberdaya, kesehatan, harapan hidup, dan
kebebasan dalam bergerak dan kebebasan dalam menentukan pilihan (Mugniesyah 2007). Di bidang
pertanian, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, selama periode 2001-2006 jumlah
masyarakat Indonesia yang berperan sebagai petani adalah sebanyak 40.136.242 orang, dimana
didalamnya terdiri dari perempuan yang mencapai 55,2% dari total petani saat itu. Sedangkan petani
laki-laki hanya 44%. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 D ayat (2) disebutkan: ”Setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja”. Ini berarti negara kita tidak menghendaki adanya diskriminasi dalam pekerjaan, baik
pekerja laki-laki maupun perempuan. Kedua-duanya berhak mendapat imbalan dan perlakuan adil
dalam pekerjaan.
Besarnya penyerapan tenaga kerja perempuan di sektor pertanian ini tidak diimbangi dengan
setaranya akses, kontrol, maupun manfaat yang diterima antara laki-laki dengan perempuan.
Sebagian besar buruh perempuan hanya mendapatkan upah 2/3 dari buruh laki-laki. Hasil penelitian
Lembaga Demografi FE UI menemukan bahwa buruh tani perempuan mendapat upah Rp 14.099 per
hari atau 80% dari upah buruh tani laki-laki yang sebesar Rp 17.438. Kenyataan yang diskriminatif ini
dikuatkan dengan adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 tahun 1988 yang berisi bahwa
perempuan tidak mendapatkan tunjangan kesehatan bila suami sudah mendapatkan hak yang
serupa.
Peran perempuan dalam sektor pertanian pun semakin terancam dengan semakin banyaknya
lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. Kementerian Pertanian (Kementan)
mengungkap fakta, bahwa sepanjang tahun 2008 hingga 2010, laju konversi lahan sawah di Pulau
Jawa sebesar 600 ribu hektar, atau bila dirata-ratakan mencapai 200 ribu hektar/tahun. Selain itu,
penurunan kondisi pertanian di Indonesia juga ditunjukan oleh hasil Sensus Pertanian Badan Pusat
Statistik tahun 2013 tentang penurunan jumlah rumah tangga di sektor pertanian. BPS mencatat
jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 26,13 juta, menurun dibandingkan tahun lalu
sebanyak 31,17 juta. Hal ini juga berimplikasi pada jumlah produksi yang kian lama juga kian
menurun.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masalah pertanian dikarenakan sektor pertanian
memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi nasional.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang
menggantungkan hidupnya disektor pertanian sebagai petani. Sektor pertanian terdiri dari pertanian,
peternakan, perikanan dan kehutanan memiliki potensi yang sangat besar dalam menyerap tenaga
kerja di Indonesia. Selain itu, banyak juga lahan-lahan di Indonesia yang dijadikan sebagai lahan
pertanian yang dapat menunjang kehidupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani. Desa ini telah melaksanakan program pemerintah yang
mengutamakan pertanian organik yang bebas dari pupuk kimia dan pestisida sejak tahun 2002. Pada
tahun 2004, Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Yayasan Dompet Dhuafa Republika mendukung
pengembangan pertanian organik khususnya padi sehat melalui Program Pemberdayaan Pertanian
Sehat (seperti memberikan pelatihan pada para petani) dan memberi jaminan pasar beras sehat
tersebut. Kerjasama antara kelompok tani, koperasi, dan LPS ini mampu menciptakan sebuah produk
unggulan, yaitu beras Sehat, Aman, Enak (SAE) dan telah memiliki jaringan distribusi yang relatif
tetap. Hasil panen padi yang dihasilkan juga tidak lagi mengandung bahan pestisida kimia, sehingga
aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Seiring dengan suksesnya program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy ini, peran petani
menjadi sangat penting dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Namun, kegiatan yang
dilaksanakan oleh program tersebut masih lebih banyak diikuti oleh petani laki-laki saja sedangkan
petani perempuan kurang diikutsertakan. Oleh karena itu penting untuk melihat peran dan
status perempuan dalam program Go Organik 2010.
1.2 Masalah Penelitian
1. Bagaimana peran dan status perempuan dalam program Go Organik 2010?
2. Apakah karakteristik individu berhubungan dengan peran dan status perempuan dalam
program Go Organik 2010?
3. Apakah karakteristik sosial-ekonomi rumahtangga berhubungan dengan peran dan status
perempuan dalam program Go Organik 2010?
4. Bagaimana tingkat akses terhadap sumberdaya pertanian dan hubungannya dengan peran dan
status perempuan yang terjadi dalam program Go Organik 2010?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian umum pada penelitian ini
adalah menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran dan status perempuan dalam
program Go Organik 2010 yang terdapat di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Adapun tujuan-tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis peran dan status perempuan dalam program Go Organik 2010.
2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan peran dan status perempuan dalam
program Go Organik 2010.
3. Menganalisis hubungan karakteristik sosio-ekonomi rumahtangga dengan peran dan status
perempuan dalam program Go Organik 2010.
4. Menganalisis hubungan tingkat akses sumberdaya pertanian terhadap peran dan status
perempuan dalam program Go Organik 2010.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.
2.
3.
4.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, antara lain:
Bagi penulis sebagai syarat kelulusan sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian
mengenai peran dan status perempuan dalam Program Pertanian. Penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi acuan atau literatur bagi akademisi yang ingin meneliti lebih jauh
mengenai peran dan status perempuan dalam program pertanian di Indonesia.
Bagi pembuat kebijakan atau pihak pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu rujukan mengenai peran dan status perempuan dalam program pertanian di
Indonesia, yang selanjutnya dapat menjelaskan mengenai alasan banyaknya petani
perempuan yang masih belum mengalami kesejahteraan. Melalui hasil penelitian ini,
pemerintah diharapkan dapat membuat kebijakan atau memberikan solusi untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan petani perempuan melalui program pertanian yang berasaskan
gender.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai peran
dan status perempuan dalam program pertanian di Indonesia.
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Konsep Peran dan Status
a. Peran
Palit (2009) mengatakan peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseornag yang
memiliki status atau posisi tertentu dalam masyarakat. Peran merupakan aspek dinamis dari status,
dan apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka
orang tersebut menjalankan sebuah peranan.
Menurut Soekanto (1990), peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yakni : (1) Peranan
norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2)
Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi, dan (3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial dalam masyarakat. Dalam suatu sistem sosial, setiap orang memiliki posisi, dan setiap posisi ini
mempunyai fungsi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Peran merupakan fungsi yang
melekat pada posisi. Peran dapat dilihat dari aspek status dalam masyarakat yang dapat dibedakan
berdasarkan pada jenis pekerjaan, umur, dan jenis kelamin.
Terdapat banyak perbedaan perlakuan yang diterima oleh perempuan dalam dunia kerja
sehingga berpengaruh pada rendahnya kedudukan mereka. Sebagaimana dikutip oleh Saptari (1997)
menurut Alison Scott, seorang ahli sosiologi Inggris melihat berbagai bentuk marginalisasi dalam
empat bentuk yaitu: (1). Proses pengucilan, perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau jenis kerja
tertentu, (2) Proses pergeseran perempuan ke pinggiran (margins) dari pasar tenaga kerja, berupa
kecenderungan bekerja pada jenis pekerjaan yang memiliki hidup yang tidak stabil, upahnya rendah,
dinilai tidak atau kurang terampil, (3) Proses feminisasi atau segregasi, pemusatan perempuan
pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), atau pemisahan yang semata-mata dilakukan
oleh perempuan saja atau laki-laki saja. (4) Proses ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat yang
merujuk di antaranya perbedaan upah.
Proses marginalisasi terhadap perempuan dapat dilihat pada program pemerintah orde baru
yang menyebabkan terpinggirnya perempuan ke tempat semula akibat diterapkannya teknologi
canggih, misalnya, mengganti tenaga bagian linting rokok, pengepakan dan proses produksi dalam
suatu perusahaan dengan mesin-mesin yang lebih praktis dan ekonomis, sementara pekerja di
bidang ini yang mayoritas ditekuni perempuan memupus harapan mereka untuk tetap dapat bekerja
dalam rangka mengangkat derajat ekonomi keluarga. Mesin-mesin potong padi menggantikan
pekerjaan ani-ani yang biasanya ditekuni perempuan, menjadikan mereka kehilangan pekerjaan.
Khusnul Khatimah (2009) mengungkapkan rendahnya kedudukan perempuan juga dirasakan
dalam sektor umum lainnya. Di sektor publik, masalah umum yang dihadapi perempuan dalam
pekerjaan adalah kecenderungan perempuan terpinggirkan pada jenis-jenis pekerjaan yang upahnya
rendah, kondisi kerja buruk, dan tidak memiliki keamanan kerja. Hal ini berlaku khusus bagi
perempuan berpendidikan menengah ke bawah. Pekerjaan di kota adalah sebagai buruh pabrik,
sedangkan di pedesaan adalah sebagai buruh tani. Hal yang perlu digaris bawahi disini adalah bahwa
kecenderungan perempuan terpinggirkan pada pekerjaan marginal tersebut tidak semata-mata
disebabkan faktor pendidikan. Dari kalangan pengusaha sendiri, terdapat preferensi untuk
mempekerjakan perempuan pada sektor tertentu dan jenis pekerjaan tertentu karena upah
perempuan lebih rendah dari laki-laki.
b. Status
Status menurut Linton dalam Wiryono (1994) merupakan tempat yang diduduki oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu yang
diwujudkan dalam perilaku yang dinamakan peranan. Kedudukan atau posisi seseorang dalam
masyarakat dapat ditempatkan berdasarkan kelahiran (ascribed) dan kemampuan (achieved).
Soerjono Soekanto (1990) dengan mengutip Inkeles mendeskripsikan keduanya sebagai berikut :
1. Ascribed status, yaitu posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat yang dicapai
berdasarkan kelahiran, garis keturunan, kasta dan agama. Misalnya kedudukan anak seorang
bangsawan adalah bangsawan pula atau status seseorang dari kasta yang tinggi dalam
masyarakat akan lebih terhormat dari orang yang berasal dari kasta yang lebih rendah.
2. Achieved status, yaitu posisi atau kedudukan yang dicapai oleh seseorang melalui usaha atau
tindakan yang dilakukannya. Dengan kata lain achieved status adalah posisi atau kedudukan yang
dicapai seseorang
berdasarkan kemampuan/prestasinya. Achieved status kebanyakan
berhubungan dengan dunia politik dan pekerjaan atau profesi. Misalnya, setiap orang dapat
menjadi seorang dokter asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut bergantung
pada yang bersangkutan bisa atau tidak menjalaninya. Apabila yang bersangkutan tidak dapat
memenuhi persyaratan tersebut, ia tidak akan mendapat kedudukan yang diinginkannya.
Konsep Gender
a. Pengertian Gender
Gender adalah suatu konstruksi sosial yang bervariasi lintas budaya, berubah sejalan
perjalanan waktu dalam suatu kebudayaan tertentu, bersifat relasional, karena feminitas dan
maskulinitas memperoleh maknanya dari fakta dimana masyarakat kitalah yang menjadikan mereka
berbeda (Wood, 2001 dalam Mugniesyah, 2007).Gender diartikan pula sebagai perbedaan-perbedaan
(dikotomi) sifat perempuan dan laki-laki yang tidak hanya berdasarkan biologis semata tetapi lebih
pada hubungan-hubungan sosial-budaya antara perempuan dan laki-laki yang dipengaruhi oleh
struktur masyarakatnya yang lebih luas (Donnel, 1988; Eviota 1993 dalam Mugniesyah, 2007).
Disamping itu, Fakih (1996) mengartikan konsep gender sebagai sifat yang melekat pada kaum lakilaki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Berdasarkan definisi
tersebut, diketahui bahwa gender tidak bersifat universal dan bersifat dinamis dalam kerangka waktu
tertentu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin merupakan kodrat sedangkan
gender bukanlah kodrat.
Perbedaan gender ini kemudian melahirkan pembagian kerja gender. Pembagian kerja gender
ini tercermin dalam tiga peran gender yaitu reproduktif, produktif dan sosial. Peran reproduktif adalah
kegiatan yang berkaitan dengan melahirkan dan mempersiapkan keperluan keluarga setiap hari.
Peran produktif, yaitu kegiatan yang menghasilkan produksi barang atau jasa, untuk dikonsumsi
sendiri atau dijual. Sedangkan peran sosial adalah kegiatan yang mencakup kegiatan sosial dan
gotong royong dalam kehidupan masyarakat. Ini terlihat dari kegiatan perayaan, selamatan, kesertaan
dalam organisasi tingkat komunitas, kesertaan dalam kegiatan politik di tingkat komunitas dan lainnya.
b. Ketidakadilan Gender dan Alat Analisis Gender
Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan
ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan
gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki, maupun perempuan.
Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik laki-laki maupun perempuan
menjadi korban dalam sistem tersebut.
Ketidakadilan gender, menurut Handayani (2002) terjadi selain karena adanya konstruksi
sosial dan budaya, juga terjadi akibat adanya hegemoni patriarki yang menganggap bahwa laki-laki
sebagai bapak berkuasa atas perempuan dan anak-anak. Hal ini menyebabkan dominasi laki-laki
berlanjut dalam masyarakat dan berbagai bidang kehidupan. Ketidakadilan gender juga terjadi karena
berlakunya sistem kapitalis yaitu, siapa yang mempunyai modal besar itulah yang menang. Selain itu,
terjadinya ketidakadilan gender disebabkan pula oleh pembagian kerja gender yang tidak adil.
Fakih (1996) menyatakan beberapa bentuk ketidakadilan gender yaitu:
- Marginalisasi Perempuan
Proses marginalisasi menyebabkan kemiskinan. Dari sumbernya bisa berasal dari kebijakan
pemerintah, tafsiran agama, keyakinan tradisi, kebiasaan dan bahkan ilmu pengetahuan. Proses
marginalisasi misalnya adalah revolusi hijau, secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan
dari pekerjaannya sehingga memiskinkan mereka.
- Subordinasi
Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan
bahwa perempuan itu irrasional atau emosional menyebabkan perempuan tidak bisa tampil
memimpin. Akibatnya muncul sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.
- Stereotipe
Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu.
Stereotipe sering kali merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe
bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu yang
umumnya adalah perempuan yang bersumber dari penandaan yang dilekatkan kepada mereka.
- Kekerasan
Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun integritas
mental psikologis seseorang. Pada dasarnya, kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan
kekuatan yang ada dalam masyarakat. Banyak macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan
sebagai kekerasan gender diantaranya adalah pemerkosaan, pemukulan atau serangan fisik,
penyiksaan yang mengarah pada organ alat kelamin, pelacuran, pornografi, kekerasan terselubung,
pelecehan seksual dan lain sebagainya.
- Beban Kerja
Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak
cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah
tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya banyak kaum perempuan yang
harus bekerja keras menyelesaikan segala pekerjaan rumah tangganya. Di kalangan keluarga miskin
beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih-lebih jika perempuan
tersebut harus bekerja, maka ia memikul peran kerja ganda.
Untuk menggambarkan keadaan dan hubungan antara perempuan dan laki-laki maka perlu
adanya analisis gender. Analisis gender adalah alat analisis sosial (meliputi aspek ekonomi, budaya,
dan sebagainya) yang melihat perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi kondisi (situasi) dan
kedudukan (posisi) di dalam keluarga dan komunitas atau masyarakat. Fokus utama analisis situasi
gender meliputi tiga bagian utama, yaitu: (1) pembagian kerja atau peran, (2) akses dan kontrol
terhadap sumberdaya serta manfaat program pembangunan, dan (3) partisipasi dalam kelembagaan
dan pengambilan keputusan di dalam keluarga (Prasodjo et al., 2003).
Pada tingkat keluarga/rumahtangga, analisis gender dilihat dari (a) pembagian kerja antara
perempuan dan laki-laki dalam kegiatan produktif, reproduktif dan pengelolaan kelembagaan
masyarakat serta curahan waktu dalam kegiatan tersebut, (b) akses dan kontrol perempuan dan laki-
laki terhadap sumberdaya keluarga (lahan, anak, harta, pendidikan). Pada tingkat masyarakat,
analisis gender menyoroti akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya yang
mencakup informasi, kredit, teknologi, pendidikan/penyuluhan/pelatihan, sumberdaya alam, peluang
bekerja dan berusaha; sementara di tingkat negara/pemerintah dapat dipelajari melalui kebijaksanaan
pembangunannya (Donnel, 1988; Feldstein dan Poats, 1989; Fao, 1990; Anonymous, 1991 dalam
Mugniesyah et al., 2002
Salah satu kategori utama alat analisis gender adalah kerangka Harvard. Alat ini digunakan
untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek
pembangunan yang menjelaskan pentingnya tiga komponen dan interaksi satu sama lain, yaitu: profil
aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt, 1985 dalam Handayani dan Sugiarti, 2002). Alat ini
berguna untuk menganalisis situasi keluarga/rumahtangga dan komunitas masyarakat. Pada
kerangka analisis Harvard, terdapat tiga komponen utama yaitu: (1) pembagian kerja (dapat dilihat
dari profil kegiatan laki-laki dan perempuan), (2) profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan
manfaat, dan (3) faktor-faktor yang mempengaruhi profil kegiatan, akses dan kontrol terhadap
sumberdaya dan manfaat, partisipasi dalam lembaga dan pengambilan keputusan (Prasodjo et al.,
2003).
Overholt et. al (1986) dalam Handayani (2002) menyatakan komponen teknik analisis Harvard
berupa :
a. Profil Aktivitas, didasarkan pada pembagian kerja gender (siapa mengerjakan apa, di dalam rumah
tangga dan masyarakat. Aktivitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu produktif, reproduktif dan
sosial.
b. Profil Akses, didasarkan pada siapa yang mempunyai akses terhadap sumber daya, hal-hal yang
diperoleh laki-laki dan perempuan, serta apa yang dinikmati laki-laki dan apa yang dinikmati
perempuan.
c. Profil Kontrol, didasarkan pada pengambilan keputusan terhadap sumber daya dan manfaat.
Adapun teknik lainnya yakni Teknik Analisis Moser. Teknik ini digunakan untuk menilai,
mengevaluasi, merumuskan usulan dalam tingkat kebijaksanaan program dan proyek yang lebih peka
gender dengan menggunakan pendekatan terhadap persoalan perempuan. Analisis ini dilakukan
untuk mengetahui apakah suatu program telah mempertimbangkan kebutuhan praktis dan kebutuhan
strategis baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Haryanto (2008) mengungkapkan analisis gender dalam kegiatan ekonomi tidak dapat
dipisahkan dari analisis tentang keluarga. Ekonomi dan keluarga merupakan dua lembaga yang saling
berhubungan sekalipun tampak keduanya terpisah satu sama yang lainnya. Ketidakseimbangan
berdasarkan gender (Gender Inequality) mengacu pada ketidakseimbangan pada akses ke sumbersumber yang langka dalam masyarakat. Sumber yang penting yang ada di masyarakat ini antara lain
meliputi kekuasaan atas material, jasa, prestise, peran dalam masyarakat, kesempatan memperoleh
pendidikan, kesempatan memperoleh pekerjaan dan sebagainya. Pendapat tentang ketimpangan
gender ini tampaknya kurang memperhatikan aspek sosial budaya yang mengkonstruksi terjadinya
ketimpangan tersebut.
Faktor yang Menentukan Perbedaan Peran dan Status
a. Karakteristik Individu
Novrianti (2011) mengatakan bahwa karakeristik individu yang mempengaruhi
posisi/kedudukan perempuan adalah usia dan tingkat pendidikan. Usia adalah lamanya seseorang
hidup didunia yang diukur dalam satuan tahun dan berperan besar pada seseorang dalam menerima
atau mengadopsi berbagai perubahan lingkungan dan sosial. Usia dibagi menjadi tiga kategori, antara
lain :
 Dewasa Awal (18-30 tahun)
 Dewasa Pertengahan (31-50 tahun)
 Dewasa Tua (>50 tahun)
Sedangkan tingkat pendidikan adalah lamanya waktu yang dijalani responden dalam
menempuh pendidikan formal dan dihitung dalam satuan tahun. Pengkategorian ini antara lain :



Rendah (pendidikan formal selama 1-3 tahun)
Sedang (pendidikan formal selama 4-6 tahun )
Tinggi (pendidikan formal lebih dari 6 tahun)
Novriani (2011) menyebutkan bahwa budaya / suku adalah identitas yang didasarkan pada
asal daerah responden. Khusnul Khatimah (2009) mengatakan bahwa subordinat peran dapat terjadi
dalam segala bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu. Di Jawa misalnya,
dahulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya juga akan ke
dapur. Dalam rumah tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbata, dan harus
mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya, maka anak laki-laki akan mendapatkan
prioritas utama. Praktik seperti itu sesungguhnya berangkat dari kesadaran gender yang tidak adil.
b. Karakteristik sosial- ekonomi
Prastiwi (2010) mengatakan bahwa karakteristik sosial ekonomi perempuan juga akan
mempengaruhi besarnya akses, kontrol serta pembagian kerja yang akan diterima oleh perempuan.
Karakteristik sosial-ekonomi yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah status pernikahan,
tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan. Status pernikahan dianggap memiliki hubungan dengan
besarnya akses, kontrol serta pembagian kerja yang diterima oleh perempuan karena status
pernikahan perempuan akan memperlihatkan bsarnya jumlah tanggungan yang akan mereka
tanggung. Jika perempuan yang sudah menikah sering kali memliki tanggungan yang besar terhadap
kelurganya sehingga menuntut dia untuk bekerja lebih banyak untuk mendapatkan upah yang lebih
besar. Hal ini terjadi karena mereka memiliki tanggung jawab untuk menghidupi keluarga mereka.
Program Go Organik 2010
Kementerian Pertanian [KEMENTAN 2001] mengungkapkan Program pengembangan
pertanian organik (Go Organik 2010) adalah salah satu pilihan program untuk terwujudnya
pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (eco-agribisnis) guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya petani. Misi yang diemban dalam program Go Organik 2010 adalah
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan
mendorong berkembangnya pertanian organic yang berdaya saing dan berkelanjutan. Sedangkan
pencapaian yang ingin dicapai dalam program ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai salah satu
produsen dan pengekspor pangan organic utama didunia pada tahun 2010.
Tujuan dan keuntungan yang dapat dipetik dari program pengembangan pertanian organik
adalah, antara lain:
- Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan
impressive premium produk;
- Menghasilkan pangan yang cukup, aman dan berkualitas sehingga meningkatkan kesehatan
masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis;
- Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;
- Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian;
- Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan;
- Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan sosial dipedesaan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Karakteristik individu tani berhubungan dengan besarnya peran dan status perempuan dalam
program pertanian Go Organik 2010. Karakteristik yang berpengaruh tersebut terdiri dari jenis
kelamin, usia , serta tingkat pendidikan yang berhasil mereka tempuh. Karena hal-hal tersebut
berpengaruh terhadap stereotipe para penerima program dalam menentukan besarnya peran yang
akan diberikan oleh perempuan. Selain itu, karakteristik sosial-ekonomi juga memiliki hubungan
terhadap peran dan status yang nantinya akan dimiliki oleh perempuan. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan perempuan akan mendapatkan pengaruh dari hal-hal yang melekat didalam dirinya,
seperti posisi mereka dalam masyarakat maupun status kependudukan mereka ditempat tersebut.
Besarnya peran dan status yang dimiliki oleh perempuan dalam program Go Organik 2010 juga
memiliki hubungan dengan tingkat akses terhadap sumberdaya yang dimiliki oleh perempuan. Karena
ketika perempuan sudah dengan mudah mengakses segala sumberdaya yang disediakan oleh
program, maka peran yang dilakukan pun akan lebih terlihat dan hal ini jga akan berkorelasi dengan
status yang nantinya akan didapatkan oleh perempuan. Peran yang dimiliki oleh perempuan dapat
dilihat dengan pembagian kerja yang didapatkan dalam program Go Organik 2010. Ketika pekerjaan
yang didapatkan oleh perempuan sudah sesuai dengan kebutuhan mereka, maka peran yang mereka
lakukan dalam kegiatan tersebut pun dapat maksimal dan dikerjakan sesuai dengan kemampuan.
Sedangkan status yang melekat pada perempuan nantinya dapat dilihat dengan besarnya kontrol
yang dapat dilakukan oleh perempuan dalam mengelola sumberdaya pertanian yang disediakan oleh
program Go Organik 2010.
Karakteristik
Individu :
- Jenis Kelamin
- Usia
- Tingkat
Pendidikan
Karakteristik Sosioekonomi :
- Status
Pernikahan
- Tingkat
Pendapatan
- Posisi dalam
Masyarakat
- Status
Kependudukan
Peran dan Status
Perempuan:
- Tingkat
Pembagian Kerja
- Tingkat Kontrol
Terhadap
Sumberdaya
Pertanian
Tingkat Akses
Terhadap Sumberdaya
Pertanian :
-Teknologi
-Pelatihan Pertanian
-Bibit dan Benih
-Pupuk
Gambar 1. Kerangka Analisis Peran dan Status Perempuan dalam Program Go Organik 2010
Berhubungan
2.3 Hipotesis Penelitian
1. Karakteristik individu berhubungan dengan peran dan status perempuan dalam program Go
Organik 2010.
2. Karakteristik sosio-ekonomi berhubungan dengan peran dan status perempuan dalam
program pertanian Go Organik 2010.
3. Akses terhadap sumberdaya berhubungan dengan peran dan status perempuan dalam
program pertanian Go Organik 2010.
2.4 Definisi Operasional
- Karakteristik individu adalah ciri-ciri personal yang melekat pada seseorang yang membedakan
dengan orang lain. Beberapa variabelnya, antara lain:
a. Jenis Kelamin adalah identitas biologis responden. Diukur menggunakan skala nominal,
yakni:
Laki-laki : 1
Perempuan : 2
b. Usia, yaitu lamanya seseorang hidup didunia yang diukur dalam satuan tahun dan berperan
besar pada seseorang dalam menerima atau mengadopsi berbagai perubahan lingkungan
dan perubahan sosial. Untuk keperluan penelitian, dilakukan pengelompokan umur
berdasarkan Teori Perkembangan Havighurst (Mugniesyah 2006), diukur menggunakan
skala ordinal yaitu :
- Usia 18-30 tahun : masa awal dewasa ; skor 1
- Usia 30-50 tahun : masa usia pertengahan ; skor 2
- Usia >50 tahun : masa tua ; skor 3
b. Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan formal/sekolah tertinggi yang pernah diikuti.
Diukur menggunakan skala ordinal, dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
- Tidak tamat / tamat SD
- Tamat SMP
- Tamat SMA
- Karakteristik sosio-ekonomi adalah keadaan sosial ekonomi responden didalam keluarga.
Beberapa variabelnya antara lain :
a. Status Perkawinan adalah identitas pernikahan responden ketika sedang dilakukan proses
wawancara. Diukur menggunakan skala ordinal, dibedakan menggunakan skala ordinal
menjadi tiga kategori, yakni :
- Belum kawin
:1
- Kawin
:2
- Cerai
:3
b. Tingkat Pendapatan adalah perolehan uang tunai hasil kegiatan produktif, baik dibidang
pertanian maupun non pertanian. Diukur menggunakan skala ordinal, dibedakan menjadi tiga
kategori, yakni :
- Rendah : < x - ½ sd
- Sedang : x – ½ sd < x < x + ½ sd
- Tinggi : > x + ½ sd
c. Posisi dalam masyarakat adalah kedudukan yang dimiliki responden didalam masyarakat.
Diukur menggunakan skala ordinal, dibedakan menjadi tiga kategori, yakni :
- Warga biasa
:1
- Aktivis Desa
:2
- Tokoh masyarakat : 3
d. Status Kependudukan adalah identitas kependudukan seseorang yang diukur dari seberapa
lama seseorang menetap disuatu tempat. Diukur menggunakan skala ordinal, dibedakan
menjadi dua kategori, yakni :
- Pendatang : setiap orang yang menetap disuatu daerah dalam waktu tidak lebih dari 5
tahun. (1)
- Penduduk asli: setiap orang yang lahir di suatu wilayah dan menetap di sana dengan
status orisinal atau asli sebagai kelompok etnis disana. Skor (2)
- Akses adalah peluang yang dimiliki baik oleh laki-laki maupun perempuan untuk menikmati
sesuatu yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap perilaku dalam mengakses
sumberdaya pertanian (Wahyuningsih 2013) . Alat yang digunakan adalah siapa yang memiliki
kesempatan (laki-laki dan perempuan) dalam mengakses sumberdaya yang berkaitan dengan
-
-
kegiatan produktif. Tingkat akses dalam program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy, Kecamatan
Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat diukur berdasarkan ordinal dalam kuisioner. Terbagi
menjadi :
a. Rendah : 15-17 ; skor 1
b. Sedang : 18-20 ; skor 2
c. Tinggi : 21-22 : skor 3
Sumberdaya pertanian adalah sumberdaya yang dapat digunakan oleh responden dalam
melakukan kegiatan pertanian. Beberapa variabelnya antara lain :
a. Teknologi adalah alat yang digunakan oleh responden untuk mempermudah kinerja yang
dilakukan dalam bidang pertanian.
b. Bibit dan benih adalah bahan dasar tanaman yang dibutuhkan petani ketika melakukan
proses penanaman.
c. Pelatihan Pertanian adalah pelatihan yang diberikan untuk menambah keterampilan petani
dalam melakukan kegiatan pertanian seperti menanam, mengolah hasil pertanian, dan
menjual produk hasil pertanian.
Peran dan Status perempuan
a. Pembagian kerja adalah pekerjaan/tugas yang dikerjaan oleh responden sebagai hasil dari
proses pembagian yang dilakukan oleh semua anggota kelompok tersebut (Wahyuningsih
2013). Pembagian kerja dalam program Go Organik 2010 meliputi pembuatan pupuk,
penanaman tanaman, perawatan tanaman, pemanenan, pengolahan hasil panen,
pengemasan produk pertanian hingga pemasaran. Hal ini dapat diukur berdasarkan interval
dalam kuesioner. Terbagi menjadi :
Rendah : 23-25 ; skor 1
Sedang : 26-28 ; skor 2
Tinggi :29-32 ; skor 3
b. Kontrol adalah sejauh mana kemampuan yang dimiliki laki-laki dan perempuan dalam
pengambilan keputusan yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap perilaku
dalam mengontrol sumberdaya pertanian (Wahyuningsih 2013). Tingkat akses dalam
program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat diukur berdasarkan interval dalam kuisioner. Terbagi menjadi :
Rendah : 33-35 ; skor 1
Sedang : 36-38 ; skor 2
Tinggi : 39-42 ; skor 3
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan
kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Hal ini dilakukan untuk memperkaya data dan
lebih memahami fenomena sosial yang diteliti (Singarimbun et al. 1989). Teknik Penelitian survei
adalah penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh
populasi. Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian survei adalah informasi dari responden
dengan menggunakan kuesioner. Unit analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah individu.
Penelitian kualitatif dilakukan dengan teknik penelitian wawancara tidak terstruktur, wawancara
mendalam, observasi, dan analisa data sekunder yang terkait dengan topik penelitian peneliti.
Penelitian kualitatif yang dilakukan berguna untuk melengkapi data terkait pembagian kerja, akses
dan kontrol perempuan yang akan mempengaruhi peran dan statusnya dalam program Go Organik
2010.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan aktifnya
kegiatan pertanian yang berjalan disana. Berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait
dengan keberadaan program Go Organik 2010 yang membuat pendapatan petani semakin
meningkat baik dalam hal produksi pertanian dan pendapatan finansial, produk pertanian yang
dihasilkan juga merupakan produk pertanian dengan kualitas yang baik dan sehat. Selain itu,
sebagian besar masyarakat disana menjadikan bidang pertanian sebagai lahan utama mereka dalam
mencari nafkah.
Proses penelitian dimulai dari pembuatan proposal penelitian pada bulan Februari 2014.
Penelitian di lapangan dilakukan selama 3 minggu, yaitu pada bulan April 2014. Kegiatan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal
penelitian, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang
skripsi, dan perbaikan skripsi.
Tabel 1 Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Penyusunan
proposal skripsi
Kolokium
Perbaikan proposal
penelitian
Pengambilan
lapangan
data
Pengolahan
data
dan analisis data
Penulisan
skripsi
draft
Sidang skripsi
Perbaikan skripsi
3.3 Teknik Penentuan Informan dan Responden
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Masyarakat di Desa Ciburuy, Kecamatan
Cigombong, Kabupaten Bogor. Unit penelitian atau unit yang akan diteliti oleh peneliti adalah individu
laki-laki dan perempuan yang menjalankan program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy. Hal ini sesuai
dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui peran dan status perempuan didalam program Go
Organik 2010 . Oleh karena itu, individu yang akan dianalisa pada penelitian adalah individu yang
sudah pernah mendapatkan bantuan dari program Go Organik 2010 tersebut. Sedangkan informan
yang akan dimintai keterangan mengenai informasi maupun data yang relevan untuk mendukung
penelitian ini adalah ketua Gapoktan Silih Asih, Ketua kelompok Tani dan Penyuluh dari kantor
Kelurahan Desa Ciburuy.
Metode penarikan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah secara simple
random sampling. Populasi penelitian akan dibagi ke dalam petani perempuan penerima program
dan petani laki-laki penerima program. Dari masing-masing kelompok akan dipilih secara acak
sebanyak 25 responden tiap kelompok. Data pengelompokan penerima program didapatkan dari data
yang dimiliki oleh Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy.
3.4 Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang didapatkan peneliti melalui kuesioner, dan wawancara mendalam kepada
responden dan informan secara langsung di lokasi penelitian. Observasi dilakukan oleh peneliti
dengan cara mengamati kondisi fisik dan aktivitas yang terdapat di lokasi penelitian. Kuesioner
diberikan kepada 50 orang responden yang sudah ditentukan sebelumnya. Wawancara mendalam
dilakukan kepada responden dan informan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Data sekunder
diperoleh peneliti melalui studi literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga
diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti GAPOKTAN SIlih Asih dan
Kelurahan Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Data sekunder yang diambil
dari lembaga-lembaga tersebut adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, seperti profil
Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, daftar anggota GAPOKTAN di Desa Ciburuy, Kecamatan
Cigombong, Kabupaten Bogor, data penerima program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy,
Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, dan data-data lain yang terkait.
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Data Kuantitatif yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan
tabulasi silang, untuk mengetahui pengaruh karakteristik individu dan sosial ekonomi terhadap peran
dan status perempuan dalam Program Go Organik 2010 dan hubungan antara tingkat akses terhadap
sumberdaya dengan peran dan status perempuan dalam Program Go Organik 2010. Untuk melihat
hubungan yang signifikan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik melalui uji Rank
Spearman (data berbentuk ordinal). Membandingkan antara dengan dan tanpa adanya program
dilihat pada desa bandingan. Pengujian data menggunakan program komputer SPSS versi 20. Data
Kualitatif sebagai data pendukung akan diolah dan dianalisis dengan konten analisis.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Rumah Tangga Tani. Jakarta (ID) : Biro Pusat
Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Tenaga Kerja Pertanian. Jakarta (ID) : Biro Pusat Statistik.
Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pelajar.
Pustaka
Handayani, T dan Sugiarti 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Edisi Revisi.
Muhammadiyah Malang.
Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender.
Press.
Universitas
Malang:
UMM
[KEMENTAN] Kementerian Pertanian Republik Indonesia .2001. Program Go Organik 2010.
Jakarta (ID).
Khotimah, Khusnul. 2009. Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan dalam Sektor
Pekerjaan. Jurnal studi gender dan anak (04) [Internet]. [diunduh 2013 Sept 29];
04(01):
158-180.
Tersedia
pada:
http://ejournal.stainpurwokerto.ac.id/files/journals/3/articles/98/public/98- 388-1-PB.pdf
Mugniesyah, Siti Sugiah. 2007. “Gender, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan”
dalam
Ekologi Manusia. Editor Soeryo Adiwibowo. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor.
Mugniesyah, Siti Sugiah, Winati Wigna dan Endang Husaini. 2002. Jender dan
Perilaku
Masyarakat Petani Lahan Kering dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan.
Laporan
Penelitian. Pusat Studi Wanita Institut Pertanian Bogor.
Palit MAP. 2009. Status dan Peran Wanita Tani Etnik Papua Dalam Pengambilan Keputusan
Rumahtangga Di Di Distrik Sentani Kabupaten Sentani Provinsi Papua. [Thesis]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Prastiwi DL. 2012. Analisis Gender Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan CSR Bidang
Pemberdayaan Ekonomi Lokal PT Holcim Indonesia Tbk (Kasus: Baitul Maal wa Tamwil/BMT
Swadaya Pribumi , Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten
Bogor,
Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Saptari,
Ratna
dan
Brigett Holzner.1997.
Perempuan Kerja
dan
Sosial, Sebuah Pengantar Studi Perempuan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Perubahan
Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (UUD 1945).
Wiryono B. 1994. Diferensiasi Peranan Wanita Dalam Mencari Nafkah dan Pola Pengasuhan Anak
Di Pedesaan (Studi Kasus Di Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta). [Thesis]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Wahyuningsih RT. 2013. Analisis Relasi Gender dalam Keberhasilan Usaha Kecil dan
UKM Kerajinan Tas. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Menengah
LAMPIRAN

Lampiran1. Kuesioner Penelitian
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
POSISI DAN KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM PERTANIAN GO ORGANIK 2010
Petunjuk :
 Berilah silang (X) pada pilihan yang telah disediakan
 Untuk kolom yang di dalamnya terdapat titik-titik, maka isilah sesuai dengan informasi
yang ditanya
Identitas Karakteristik Responden
1
No
:
Responden
2
Nama
:
…………………………………………………………………
3
Usia
:
……………………………tahun
4
Jenis kelamin
: …………………………………………………………………...
5
Agama
: …………………………………………………………………...
6
Suku
: …………………………………………………………………...
7
Pendidikan
:
(1) Tidak Tamat SD
(2) Tamat SD
(3) Tamat SLTP/SMP
(4) Tamat SLTA/SMA
(5) Perguruan Tinggi
(6) Lainnya :…………………………………………………
8
Pekerjaan Utama
:
9
Pekerjaan
Sampingan/
Tambahan
:
11
Jumlah pendapatan
per bulan
Status Pernikahan
:
Status
Kependudukan
:
12
13
:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Petani
Buruh Tani
PNS
Pedagang
Ibu Rumah Tangga (IRT)
Lainnya,sebutkan…….
Petani
Buruh Tani
PNS
Pedagang
Ibu Rumah Tangga (IRT)
Lainnya,sebutkan…….
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………..
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………
14
Posisi dalam
Keluarga
:
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………
Akses Responden terhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010
Pertanyaan
Jawaban
No
15
Alat pertanian apa yang anda gunakan dalam proses menanam :
(1) Tenaga Hewan
(2) Cangkul
(3) Traktor
16
Apakah anda mendapatkan bantuan alat dan bahan pertanian dari (1) Ya
program Go Organik 2010 ?
(2) Tidak
17
Alat dan bahan pertanian apa saja yang anda dapatkan dari
program Go Organik 2010 ?
(Sebutkan, boleh lebih dari satu)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
18
Benih apa saja yang anda dapatkan dari program Go Organik
2010?
(Sebutkan, boleh lebih dari satu)
Pupuk jenis apa saja yang didapatkan dari program Go Organik
2010 ?
(Sebutkan, boleh lebih dari satu)
Berapa banyak pupuk yang anda dapatkan dari program Go
Organik 2010 ?
(1) Padi
(2) Sayur-sayuran
Berapa sering anda mendapatkan pupuk dari program Go
Organik 2010 ?
Jenis pelatihan pertanian seperti apa yang pernah anda ikuti :
(Sebutkan, boleh lebih dari satu)
………………………. kali/bulan
19
20
21
22
Pembagian Kerja dalam Program Pertanian Go Organik 2010
Pertanyaan
No
23
Apakah anda melakukan pembersihan lahan ketika akan memulai
kegiatan pertanian?
Cangkul
Pupuk kimia
Pupuk organik
Benih tanaman
Traktor
Pengemasan produk
(1) Pupuk Kimia
(2) Pupuk Organik
(1) 1-4 Kg
(2) 5-8 Kg
(3) > 8 Kg
(1) Pelatihan penanaman
(2) Pelatihan Pembuatan pupuk
(3) Pelatihan pengolahan hasil
produksi
(4) Pelatihan pengemasan produk
hasil pertanian
Jawaban
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
24
Apakah anda dilibatkan dalam pembuatan pupuk organik yang
digunakan dalam proses penanaman?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
25
Apakah anda melakukan kegiatan penanaman dilahan pertanian?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
26
Apakah anda merawat tanaman yang sudah anda tanam?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
27
Apakah anda melakukan proses pemanenan ketika waktu panen
tiba?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
28
Apakah anda melakukan proses pembersihan lahan ketika lahan
sudah selesai dipanen?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
29
Apakah anda mengolah hasil produksi pertanian yang dihasilkan
dilahan pertanian?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
30
Apakah anda dilibatkan dalam proses pengemasan produk
pertanian hasil panen?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
31
Apakah anda melakukan proses penjualan hasil produksi
pertanian yang dihasilkan dilahan pertanian?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, anda bertugas dalam hal
32
Berapa lama anda melakukan pekerjaan pertanian setiap harinya?
………………………jam/hari
Kontrol Responden terhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010
Pertanyaan
Jawaban
No
33
Apakah anda berperan dalam proses pemilihan anggota penerima (1) Ya
bantuan program Go Organik 2010 ?
(2) Tidak
34
Apakah anda berperan dalam proses pengaturan penggunaan
cangkul,traktor dan alat pertanian lainnya yang disediakan oleh
program Go Organik 2010 ?
(1) Ya
(2) Tidak
35
Apakah anda berperan dalam proses pengaturan penggunaan bibit
dan benih yang disediakan oleh program Go Organik 2010 ?
(1) Ya
(2) Tidak
36
Apakah anda berperan dalam proses pendistribusian bibit dan
benih yang disediakan oleh program Go Organik 2010?
(1) Ya
(2) Tidak
37
Apakah anda berperan dalam proses pendistribusian pupuk yang
disediakan oleh program Go Organik 2010?
(1) Ya
(2) Tidak
38
Apakah anda berperan dalam penentuan jumlah pupuk yang akan
(1) Ya
dibagikan kepada para petani penerima bantuan
2010?
Go Organik
(2) Tidak
39
Apakah anda berperan dalam proses pelaksanaan pelatihan yang
diadakan oleh program Go Organik 2010?
(1) Ya
(2) Tidak
40
Apakah anda terlibat dalam proses pemilihan peserta pelatihan
yang akan dilakukan?
(1) Ya
(2) Tidak
41
Apakah anda terlibat dalam penentuan tempat pelatihan yang
akan dilakukan?
(1) Ya
(2) Tidak
42
Apakah anda terlibat dalam penentuan tanggal pelatihan yang
akan dilakukan?
(1) Ya
(2) Tidak

Lampiran 2. Panduan Pertanyaan
Responden
i.
1.
2.
3.
4.
Keikutsertaan dalam Program Go Organik 2010
Sejak kapan Bapak/ibu bergabung dalam Gapoktan Silih Asih?
Sejak kapan Bapak/Ibu mengikuti program Go Organik 2010?
Mengapa Bapak/Ibu tertarik untuk mengikuti program Go Organik 2010?
Bagaimana Bapak/ibu bisa bergabung dalam program Go Organik 2010?diajak atau keinginan
sendiri?
ii.
Pembagian Kerja,Akses dan Kontrol dalam Program Go Organik 2010
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pekerjaan yang saat ini sedang dijalankan?terlalu
ringan,cukup,atau bahkan terlalu berat?
2. Bila pekerjaan yang didapatkan dirasa kurang tepat, bagaimana cara Bapak/Ibu untuk mendapatkan
pekerjaan yang dirasa adil dan mampu untuk dikerjakan?
3. Adakah kesulitan yang dirasakan ketika menjalankan program Go Organik 2010?
4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai jumlah benih dan bibit yang diberikan apakah dirasa sudah
adil dalam pembagiannya dan memenuhi kebutuhan?
5. Adakah kesulitan yang dirasakan ketika melakukan proses peminjaman teknologi pertanian yang
disediakan oleh program Go Organik 2010?
6. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pelatihan yang diberikan oleh program Go Organik 2010?
7. Kesulitan apa yang dirasakan ketika ingin menghadiri pelatihan dari program Go Organik 2010?
8. Manfaat apa yang didapatkan ketika mengikuti program Go Organik 2010?
9. Perubahan dalam hal apa yang paling dirasakan setelah bergabung dalam program Go Organik
2010?
iii.
Informan
Program Go Organik 2010
1. Sejak kapan Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy melakukan program Go Organik 2010?
2. Kenapa Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy melakukan program Go Organik 2010?
3. Siapa saja yang berhak menerima bantuan dari program Go Organik 2010?
4. Adakah persyaratan khusus yang harus dimiliki oleh anggota yang ingin bergabung dalam program
Go Organik 2010?
iv.
Pembagian Kerja,Akses dan Kontrol dalam Program Go Organik 2010
1. Bagaimana cara pembagian kerja yang terjadi didalam program Go Organik 2010?
2. Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses pembagian kerja dalam program Go Organik 2010?
3. Apakah teknologi yang ada sudah bisa diakses oleh semua anggota Gapoktan yang bergabung dalam
program Go Organik 2010?
4. Bagaimana mekanisme pembagian bibit,benih dan pupuk yang dilakukan pada anggota program Go
Organik 2010? Apakah pembagian pupuk dibagikan secara rata atau tidak?
5. Siapa saja pihak yang mempunyai kontrol dalam hal pembagian benih,bibit dan pupuk serta dalam hal
peminjaman teknologi pertanian yang disediakan?
6. Apakah pelatihan yang diadakan oleh program Go Organik 2010 dihadiri oleh seluruh anggota
Gapoktan Silih Asih?atau hanya pihak-pihak tertentu saja?
7. Bagaimana tingkat partisipasi anggota terhadap program Go Organik 2010?sudahkah setara
keterlibatan perempuan dan laki-laki didalamnya?

Lampiran 3. Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah Penelitian
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
2.4 Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANG
3.1 Lokasi dan Waktu
3.2 Pengumpulan Data
3.3 Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis dan Ekonomi
4.2 Karakteristik Responden dan Pelapisan pada Masyarakat
4.3 Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik Masyarakat
5. KARAKTERISTIK INDIVIDU PENERIMA PROGRAM GO ORGANIK 2010
5.1 Usia
5.2 Tingkat Pendidikan
6. KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI PENERIMA PROGRAM GO ORGANIK 2010
6.1 Status Pernikahan
6.2 Status Kependudukan
6.3 Tingkat Pendapatan
6.4 Posisi dalam Masyarakat
7. TINGKAT AKSES PEREMPUAN PENERIMA PROGRAM TERHADAP SUMBERDAYA
PERTANIAN YANG DISEDIAKAN OLEH PROGRAM GO ORGANIK 2010
8. PERAN DAN STATUS DALAM PROGRAM GO ORGANIK 2010
8.1 Pembagian kerja dalam program Go Organik 2010
8.2 Kontrol dalam program Go Organik 2010
9. HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERAN DAN STATUS DALAM PROGRAM
GO ORGANIK 2010
10. HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN DAN STATUS DALAM
PROGRAM GO ORGANIK 2010
11. HUBUNGAN TINGKAT AKSES PEREMPUAN TERHADAP SUMBERDAYA YANG DISEDIAKAN
DENGAN PERAN DAN STATUS DALAM PROGRAM GO ORGANIK 2010.
12. PENUTUP
12.1 Kesimpulan
12.2 Saran
13. DAFTAR PUSTAKA
14. LAMPIRAN
Download