BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kecerdasan emosional merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan menentukan keberhasilan seseorang siswa dalam proses komunikasi dan interaksi. Kecerdasan emosional merupakan suatu keadaan dan kondisi yang harus dimiliki oleh siswa, apabila seorang siswa mengharapkan prestasi yang optimal. Oleh karena itu dengan kecerdasan emosional yang tinggi, seorang siswa dapat ditumbuhkan rasa tenang dan percaya diri yang tinggi dalam mengkomunikasikan baik dengan sesama teman sebayanya maupun kepada guru di sekolah. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih popular, lebih mudah bergaul dan lebih peka (Goleman, 2002). Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus, menerus merasa frustasi (Goleman, 2002). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain. Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri seseorang dengan kemampuannya untuk mengkomunikasikan antrar pribadi dari hasil perasaan-perasaan, serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku. Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena tanpa komunikasi interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi. Manusia memerlukan kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar interaksi manusia berlangsung dalam situasi Komunikasi Antar Pribadi (Effendy, 2000). Proses komunikasi yang terjadi di dalam sekolah khususnya yang menyangkut komunikasi antara guru dan siswa merupakan faktor penting dalam menciptakan suatu proses belajar yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari hubungan guru yang memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana yang positif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara siswa dan guru. Salah satu faktor pendukung kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu adalah kecerdasan interpersonal. Siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal ini mempunyai beberapa ciri antara lain mempunyai banyak teman, suka bersosialisasi baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar, banyak terlibat dalam kegiatan positif di luar sekolah dan berprestasi di sekolah. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu kemampuan dalam kecerdasan interpersonal yang dimiliki individu, dengan komunikasi antar pribadi yang baik diharapkan individu dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Komunikasi antar pribadi sangatlah perlu dalam pembelajaran. Komunikasi antar pribadi siswa dalam pembelajaran mengandung arti adanya kegiatan komunikasi antara siswa dengan guru, dan komunikasi antara siswa dengan orang tua. Komunikasi antar pribadi siswa dengan guru dapat terjadi baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Siswa yang komunikasi antar pribadinya tinggi menjadi lebih aktif dalam bertanya ketika mengalami kesulitan belajar baik kepada guru dan teman yang lebih mengerti. Sri Mulyani dalam tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor – Faktor Kecerdasan Emosi terhadap Komunikasi Interpersonal di RSJD. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2008. Pengembangan keterampilan dalam komunikasi merupakan kiat yang sukses bagi seorang perawat. Waktu terbanyak yang digunakan oleh perawat adalah melakukan komunikasi dengan cara mendengar dan berbicara, perawat dituntut mempunyai keterampilan komunikasi antar pribadi yang baik. Perawat yang mampu melakukan komunikasi antar pribadi dengan pasien akan membantu kesembuhan pasien. Hal ini berhubungan dengan kecerdasan emosional seorang perawat. Pada penelitian awal ini juga ditemukan lemahnya kecerdasan emosi perawat. Faktor faktor kecerdasan emosional yang lemah pada perawat yaitu Pengendalian diri 32 %, motivasi 20 % dan hubungan sosial 40 %. Pihak rumah sakit menyarankan perawat yang mempunyai kecerdasan yang lebih dikhususkan untuk mengikuti pelatihan dan seminar sebagai pengembangan diri khususnya dalam meningkatkan kecerdasan emosional berpengaruh dalam komunikasi interpersonal. Kecerdasan emosi juga dapat dikaitkan dengan pengelolaan konflik antar pribadi, yang pernah diteliti oleh Marettina Antaristi (2001) dalam skripsinya yang berjudul : Kemampuan Mengelola Konflik Interpersonal Ditinjau dari Kecerdasan Emosi Pada Karyawan PT. Tiga Manunggal Sinthetic Industries. Yang menyatakan hubungan yang signifikan antara kemampuan mengelola konflik Interpersonal ditinjau dari kecerdasan emosi, yang artinya semakin karyawan memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka semakin baik pula kemampuan karyawan dalam mengelola konflik interpersonal. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi yang dimiliki oleh karyawan maka makin rendah pula tinngkat kemampuan karyawan dalam mengelola konflik interpersonal. Berdasarkan latar belakang dan hasil wawancara guru BK, masih ada beberapa siswa yang tingkat kecerdasan emosional rendah di kelas VIII hal ini dibuktikan melalui iklim belajar dan suasana pergaulan siswa. Masih ada siswa yang kurang mampu mengelola emosi atau kemampuan dalam mengendalikan dorongan hati, memotivasi diri, menghibur diri melepaskan perasaan cemas, kemurungan bahkan perasaan ketersinggungan akibatakibat perselisihan pendapat dengan teman sepergaulainya. Tercatat paling sering siswa kelas VIII mendapat kasus perselisihan maupun pertengkaran. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti adakah kemungkinan hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional siswa dengan komunikasi antar pribadi siswa SMP Negeri 5 Salatiga. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang peneliti ambil adalah: “Adakah hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Salatiga?” 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ditulis, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui signifikasi hubungan kecerdasan emosional dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Salatiga. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Apabila dalam penelitian ini, ditemukan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kecerdasan Emosional dengan Komunikasi Antar Pribadi, maka sejalan dengan hasil penelitian (Marettina Antaristi, 2001) yang berjudul Kemampuan Mengelola Konflik Interpersonal Ditinjau dari Kecerdasan Emosi, artinya semakin baik seseorang tingkat kecerdasan emosionalnya semakin baik pula tingkat kemampuannya dalam mengelola konflik interpersonal. Sebailiknya teori ini berbalik penelitian yang dikemukakan oleh Sri Mulyani (2008), dalam tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor – Faktor Kecerdasan Emosi terhadap Komunikasi Interpersonal di RSJD. Amino Gondohutomo Semarang. Hal ini berhubungan dengan kecerdasan emosional seorang perawat. Pada penelitian awal ini juga ditemukan lemahnya kecerdasan emosi perawat. Faktor faktor kecerdasan emosional yang lemah pada perawat yaitu Pengendalian diri 32 %, motivasi 20 % dan hubungan sosial 40 %. Dikemukakan dalam hasil penelitiannya adalah semakin rendah tingkat kecerdasan emosi seseorang (perawat) semakin rendah pula tingkat komunikasi interpersonal. Pihak rumah sakit menyarankan perawat yang mempunyai kecerdasan yang lebih dikhususkan untuk mengikuti pelatihan dan seminar sebagai pengembangan diri khususnya dalam meningkatkan kecerdasan emosi yang nantinya dapat berpengaruh dalam komunikasi interpersonal perawat. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi peneliti, peneliti dapat mengintegrasikan ilmunya yang telah diperoleh selama pendidikan untuk dapat diterapkan langsung di lapangan khususnya tentang hubungan kecerdasan emosional dengan komunikasi antar pribadi siswa di SMPN 5 Salatiga. 2. Jika benar ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan komunikasi antar pribadi, maka guru di sekolah perlu mengembangkan kecerdasan emosional siswa yaitu, bersikap empati menjaga perasaan orang lain, sehingga diharapkan komunikasi antar pribadi siswa menjadi lebih baik. 1.5. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran tentang isi proposal ini dibawah ini penulis cantumkan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB 1 : Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : Berisi Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Komunikasi Antar Pribadi siswa yang mencangkup definisi komunikasi antar pribadi, ciri – ciri komunikasi antar pribadi, aspek – aspek komunikasi empati, keterbukaan, rasa positif yang berkaitan dengan aspek –aspek terhadap kecerdasan emosional maupun hungan antar keduanya. BAB III : Berisi metodologi penelitian, berisi: jenis penelitian, variabel penelitian, devinisi operasioal, populasi dan sampel, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas alat ukur, analisis data. Bab IV : Analisis dan Pembahasan, berisi: gambaran umum penelitian, pelaksanaan penelitian, deskripsi dan hasil penelitian, analisis korelasi dan pembahasan hasil penelitian. Bab V : Penutup, berisi: kesimpulan dan saran.