BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gangguan jiwa merupakan masalah yang serius dan penting, karena menyangkut individu dan dapat merugikan baik untuk klien itu sendiri, keluarga, masyarakat, bahkan bisa sampai pemerintah. Fenomena yang terjadi dan berkembang di Indonesia diantaranya adalah tingginya atau semakin bertambahnya klien dengan gangguan jiwa. Hasil studi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebutkan dalam kurun waktu hanya tiga tahun, sejak 2005 hingga 2007, diketahui sedikitnya ada 50.000 orang Indonesia bunuh diri. Studi tersebut menyebutkan, kemiskinan dan impitan ekonomi merupakan penyebab tingginya jumlah orang yang mengakhiri hidupnya sendiri. Berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 1995 menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa pada penduduk rumah tangga dewasa di Indonesia, yaitu 185 kasus per 1.000 penduduk. Hasil SKMRT juga menyebutkan, gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas mencapai 140 kasus per 1.000 penduduk, sedangkan, pada rentang usia 5 - 14 tahun ditemukan 104 kasus per 1.000 penduduk. Menurut Direktur RSJD Amino Gondohutomo, Semarang, dr Sri Widiya Yati SPPK MKes, mengatakan, angka kejadian penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah berkisar antara 3.300 orang hingga 9.300 orang. Angka kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Dilihat dari angka kejadian diatas penyebab paling sering timbulnya gangguan jiwa adalah masalah himpitan ekonomi, kemiskinan. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang ini berakibat makin kompleks kebutuhan masyarakat. Semua ini berakibat makin banyaknya masalah pada kehidupan tidak terkecuali problem sosial. Kurangnya adaptasi untuk mengikuti trend itu menjadi masalah baru dalam kehidupan masyarakat. Ketidakmampuan dalam beradaptasi tersebut berdampak pada kebingungan, kecemasan dan frustasi pada sebagian masyarakat, konflik batin dan gangguan emosional menjadi ladang subur bagi tumbuhnya penyakit mental. Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Jika sejak dini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat, perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang sampai mencederai diri, mengkritik diri sendiri, pandangan hidup yang pesimis, penurunan aktivitas dan penolakan terhadap kemampuan diri (Townsend, 1998). Menurut studi pendahuluan pada bulan Desember 2010 di ruang VI (Gatotkoco) RSJD Dr. Aminogondohutomo dari 25 klien, yang mengalami harga diri rendah mencapai 5 orang atau 20%, halusinasi 10 atau 40%, perilaku kekerasan orang 7 atau 28%, menarik diri 3 orang atau 12%. Ratarata dari mereka berkisar antara usia 25-40 tahun. Tanda-tanda HDR yang ditemukan pada klien diantaranya rasa bersalah dan khawatir pada diri sendiri, menarik diri dari realitas serta gangguan berhubungan yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga. Atas dasar fenomena di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah pada klien Tn S diruang VI/gatotkoco di RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang. B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Untuk menggambarkan Asuhan keperawatan pada Tn S dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah di ruang Gatotkoco Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondo Hutomo Semarang. 2. Tujuan Khusus Mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada pasien selama memberikan asuhan keperawatan gangguan konsep diri harga diri rendah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan : a. Mendeskripsikan hasil pengkajian data yang diperoleh pada Tn. S dengan harga diri rendah. b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan harga diri rendah. c. Mendeskripsikan intervensi pada pasien dengan harga diri rendah. d. Mendeskripsikan implementasi dan evaluasi pada pasien dengan harga diri rendah C. METODE PENULISAN Metode yang dipakai adalah deskriptif dengan pendekatam proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi. Deskriptif merupakan gambaran kasus yang dikelola dengan cara pengumpulan data yang diperoleh saat pengkajian sampai dengan evaluasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Wawancara Mengadakan tanya jawab dengan pihak yang terkait pasien, keluarga maupun tim kesehatan mengenai data pasien gangguan konsep diri harga diri rendah, wawancara dilakukan selama proses keperawatan berlangsung. 2. Observasi Dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung pada pasien selama di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang. 3. Dokumentasi Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan perawatan maupun pengobatan. 4. Studi kepustakaan Menggunakan dan mempelajari literatu-literatur medis maupun perawatan yang menunjang sebagai pedoman toritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan keperawatan. D. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah BAB II Tinjauan teori meliputi pengertian, rentang respon, penyebab, tanda dan gejala, mekanisme koping, faktor predisposisi, faktor presipitasi, masalah keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan. BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, pohon masalah, diagnosa keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. BAB IV Pembahasan BAB V Penutup meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA rencana keperawatan,