KECERDASAN VERBAL-LINGUISTIK SEBAGAI ASPEK DARI PENERAPAN DWI BAHASA DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI Oleh : Asrikah Dwi Bahasa (Billingual) Sebagai Bahasa Pengantar Dalam Pembelajaran adalah metode pembelajaran dengan menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahuikecerdasan verbal-linguistik sebagai efek dari penerapan Dwi Bahasa (Billingual). Subyek dalam penelitian ini terdiri atas kepala sekolah, guru, dan murid. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi dengan pendekatan deskriptif. Metode yang digunakan mengambil data dalam kelas, metode yang digunakan menentukan responden, metode yang digunakan dalam menganalisa keabsahan data digunakan metode interview,observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan dapat diketahui bahwa Dwi Bahasa (Billingual) sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran yang digunakan di TK Islam Bina Lembaga sudah sesuadengan konsep atau metode pendidikan anak usia dini, yaitu menggunakan metode bermain, karena karakteristik anak usia dini adalah dengan bermain. Di TK Islam Bina Lembaga terdiri dari enam kelas dengan jumlah 113 anak, dan guru berjumlah 11 orang. Hasil menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan VerbalLinguistik bisa berdialog = 95% (107 anak), sedang yang belum mampu berdialog = 5% (6 anak). Kecerdasan Verbal ternyata sebagai efek dari penerapan metode Dwi Bahasa (Billingual). Dwi Bahasa (Billingual) diantaranya adalah mengenalkan kosa kata bahasa Inggris secara sederhana kepada anak sejak usia dini, memotivasi anak dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dan mempermudah anak dalam berkomunikasi, berdialog, serta bercerita. Kemajuan bidang pendidikan mencapai puncaknya dengan timbulnya konsepsi pendidikan baru yang berbeda dengan konsep pendidikan yang sudah ada dan telah lama berlangsung yaitu pendidikan sekolah atau formal. Dalam konsepsi pendidikan baru tersebut, diketengahkan tentang pendidikan luar sekolah yang merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan. Jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan luar sekolah sebagai suatu sub sistem pendidikan yaitu pendidikan informal (pendidikan keluarga) dan pendidikan non formal yang akhir-akhir ini berkembang pesat. Yang dimaksud pendidikan non normal adalah “Pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat” (Joesoef, 2004:79). Dalam penelitian ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah Pendidikan Non Formal, khususnya Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia nol sampai enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Program pendidikan anak usia dini memiliki macammacam program, yaitu taman penitipan anak, kelompok bermain, taman kanak-kanak, taman kanak-kanak Al Quran (TKA). Pendidikan anak usia dini ini memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab pendidikan anak usia din imerupakan pondasi dasar bagi kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktifitas. Pada akhimya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Pendidikan anak usia dini dapat dijadikan sebagai cermin untuk melihat bagaimana keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang mendapat layanan yang baik semenjak usia nol hingga usia delapan tahun memiliki harapan besar untuk meraih keberhasilan dimasa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadahi, membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya. Kehidupan dimasa kanak-kanak ibarat cuaca : pagi hari. Ia akan meramalkan bagaimana siannya. Namun demikian kondisi mendungselamanya hujan. Artinya kalaupun kondisi dan pengalaman kehidupan dimasa kanak-kanak kurang menguntungkan bukan berarti kehancuran bagi masa depannya. Masih teramat besar potensi manusia yang dapat dikembangkan (Hibana, 2002:6). Anak usia dini memiliki karakter yang khas, baik secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang diterapkan untuk anak usia dini perlu disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki oleh anak. Hibana (2002:8) menyebutkan rahwa seorang guru/pendidik di Taman kanak-kanak perlu memperhatikan tujuantujuan belajar dan ruang lingkup kegiatan belajar TK adalah membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar TK meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral pancasila, agama, disiplin,perasaan/emosi dan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, ketrampilan dan jasmani. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu digunakan metode pembelajaran yang sesuai bagi pendidikan anak usia dini. Metode yang diterapkan pada anak didik di TK Islam Bina Lembaga dengan menggunakan dwibahasa (billingual) sebagai bahasa pengantar dalam pembelajarannya yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan agar anak didik dapat menguasai Bahasa Inggris sejak dini, sehingga untuk mempunyai ketrampilan/kemampuan yang menjadi sangat penting dalam era informasi dan komunikasi saat ini dan anak mampu menguasai bahasa internasional (Bahasa Inggris) serta dapat berinteraksi secara global, selain itu secara akademis anak dapat mengembangkan ilmu pengetahuannya karena banyak literature atau buku-buku ilmu pengetahuan dalam bahasa Inggris. Melihat kenyataan yang ada, di Kota Yogyakarta khususnya di Kabupaten Bantul keberadaan TK yang menerapkan Dwi Bahasa (Billingual) sebagai bahasa pengantar dalam pembelajarannya sudah banyak kita jumpai. Mengajarkan anak dengan Dwi Bahasa(Billingual) seringkali menimbulkan pertentangan karena adanya alasan anak belum mampu membaca dan menulis dengan baik. Akan tetapi bukan berarti kita tidak boleh mengajarkan bahasa asing kepada anak usia dini, karena salah satu aspek penting dalam perkembangan anak adalah aspek bahasa, oleh karena itu masa kanakkanak merupakan masa yang sangat peka terhadap perkembangan bahasa terlebih lagi didukung daya ingat anak yang masih sangat bagus, karena 80% perkembangan otak manusia terjadi pada usia nol sampai delapan tahun (Hibana, 2002:5). Selain itu anak dikenalkan atau diajarkan Bahasa Inggris/asing agar mereka mempunyai perbendaharaan kosa kata lebih banyak, sehingga anak mampu menggunakan bahasa secara efektif dalam mengekspresikan diri baik lisan maupun tulisan. Hal ini bisa terjadi karena semakin perbendaharaan kosakata maka semakin baik ketrampilan membaca dan berkomunikasi, dengan demikian akan menambah semakin tinggi kepercayaan dirinya (Donchahadha, 2004:153) Selain itu anak juga dapat menyerap informasi baru dengan cepat atau dengan kata lain anak tersebut cerdas. Dalam hal edukasi dan sosialisasi dengan orang lain, karena berbahasa dalam arti berbicara berkaitan erat dengan proses berfikir yaknin bagaimana anak merangkai urusan peristiwa menjadi informasi yang ia sampaikan dengan menggunakan kata yang tepat untuk membentuk kalimat yang efektif sehingga mudah dimengerti oleh orang lain. Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penggunaan dwibahasa sebagai bahasa pengantar, maka diperlukan adanya suatu penelitian. Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengangkat tema tersebut dalam skripsi dengan judul “Manfaat Dwi Bahasa (Billingual) Sebagai Bahasa Pengantar Menurut Dagun, MS (2005:89) ada beberapa pengertian tentang bahasa, diantaranya bahasa diartikan sebagai: a. Kumpulan kata-kata, arti kata dan bentuk-bentuk ujaran yang digunakan sebagai metode alat komunikasi, b. Cara apa saja yang bisa digunakan untuk menyatakan isi kesadaran seperti: perasaan emosi, keinginan, pikiran dan pola arti yang konsisten, c. Kegiatan universal insan untuk membentuk simbol-simbol sesuai aturan yang diterima umum (bahasa memerlukan simbol-simbol seperti katakata, bunyi-bunyi yang diatur dan dihubungkan dalam suatu sistem. Simbol-simbol ini dapat digunakan untuk menyatakan atau menerangkan hal-hal seperti obyek material luar, hal-hal mental internal, kualitas-kualitas, relasi-relasi, tanda-tanda logikamatematik, fungsi-fungsi, keadaan-keadaan, proses-proses, kejadian-kejadian, dan lain-lain). Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa baik lisan maupun tulisan yang digunakan berinteraksi memankan peranan yang sangat penting. Dilihat perkembangan bahasa pada anak terdapat tiga aspek, yaitu : a) anak usia dua tahun mengembangkan kemampuan mereka untuk mendengarkan bahasa dan memahami apa maksudnya, b) anak mengeksplorasi proses belajar bicara, menggabungkan suara untuk membuat kata-kata dan menggabungkan kata-kata untuk membuat kalimat, c) anak belajar berbicara dengan orang lain, bagaimana mereka menggunakan kemampuan pendengaran dan berbicara untuk berkomunikasi (Stanley Mary, 2003 :114) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa pada Anak Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu : a. Faktor Kesehatan Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak, terutama pada usia awal kehidupannya. b. Kecerdasan/Intelegensia Perkembangan bahasa dapat dilihat dari tingkat kecerdasannya. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau di atas normal. c. Status Sosial Ekonomi Keluarga Hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga yaitu adanya perbedaan kecerdasan dan kesempatan belajar. d. Jenis Kelamin Mulai usia dua tahun anak perempuan menunjukan perkembangan bahasa yang lebih cepat dari anak laki-laki. e. Hubungan keluarga Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anaknya. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat antara orang tua dan anak akan mengakibatkan anak mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasa (Gardner, 1991:www.pusatbahasa-depdiknas.com). Selain faktor-faktor diatas, faktor bawaan membantu anak untuk menguasai bahasa yang begitu rumit (komplek). Manusia sejak lahir telah dilengkapi dengan suatu kemampuan bawaan yang khas, yang memungkinkan manusia menciptakan dan memperoleh bahasa. Dengan kata lain, manusia telah diciptakan menjadi makhluk berbahasa. Dalam masyarakat manapun, mereka akan menciptakan alat berkomunikasi karena manusia telah diprogram dan dilengkapi dengan segala sesuatu, seperti: otak, alat-alat pengucap dan lain-lain untuk tujuan itu (Sumarsono, 2004:73). Pengertian Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Hibana (2002:4), pembelajaran anak usia dini dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu (a) secara mikro yang dimaksud dengan pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Sedangkan pemahaman pendidikan anak usia dini, (b) secara makro diawali dari pendidikan keluarga dilanjutkan dengan kelompok bermain atau Play Group, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar sampai kelas dua. Seiring dengan perkembangan di dunia pendidikan, pengertian yang makro inilah yang kini semakin banyak dijadikan pegangan. Pendidikan anak usia dini adalah usaha sadar dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan penyediaan pengalaman dan stimulasi yang kaya dan bersifat mengembangkan secara terpadu dan menyeluruh melalui lembaga Pendidikan Non Formal yaitu kelompok bermain. Hal ini dilakukan agar anak dapat bertumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma dan harapan masyarakat (Ishak A, 2003:25). Sementara itu Tientje (2004:10) menambahkan, pembelajaran anak usia dini adalah sarana untuk menggali dan mengembangkan Multiple Intelligencesanak melalui bermain. Dari beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan pendidikan anak berusia antara dua sampai empat tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan yang membantu pertumbuhan jasmani dan rohani serta memberikan rangsangan yang dapat mengoptimalkan perkembangan kapabilitasintelegensi anak, bakat, dan potensi yang dimiliki anak melalui Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak. Menurut Tientje (2004:9-10), proses pelaksanaan pembelajaran anak usia dini hendaknya memperhatikan sembilan kemampuan belajar anak (Multiple Intelligences) yang meliputi : a. Kecerdasan linguistic (linguistic intelligences) b. Kecerdasan logika-matematika (logical-mathematical intelligences) c. Kecerdasan visual-spasial (visual-spasial intelligences) d. Kecerdasan kinestik tubuh (bodily-kinestetic intelligences) e. Kecerdasan musical (musical/rhythmic intelligences) f. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligences) g. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligences) Pengelolaan Pembelajaran Anak Usia Dini Anak usia dini mempunyai karakteristik yang khas, baik dalam sikap kemampuan, perhatian dan minat. Segala hal yang ia lihat, ia dengar, ia rasakan akan mengendap dan membangun struktur kepribadian anak. Pengalaman yang ia lalui tidak akan terhapus melainkan hanya tertutupi oleh pengalaman berikutnya. Menumpuk pengalaman demi pengalaman sehingga terbangun struktur kepribadian yang khas. Kekhasan dunia anak inilah yang mengakibatkan perlunya strategi dan metode pembelajaran anak yang khas juga. Pendidikan anak usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak, karena rasa ingin tahu anak usia dini berada pada posisi puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang menyimpan rasa ingin tahu melebihi usia ini khususnya bagi anak usia tiga hingga empat tahun. Ada hal yang harus diketahui bahwa orientasibelajar pada anak usia dini bukan untuk mengejar prestasi, bukan seperti kemampuan membaca, menulis, menghafal dan lain-lain. Akan tetapi untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi kemampuan dasar pada anak. Orientasi belajar anak lebih baik bila mengarah pada sikap mental yang positif. Apabila hal ini tercapai, maka akan menjadi asset yang tidak ternilai harganya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, semangat belajar menyala-nyala, gemar membaca, mampu mengembangkan kreatifitas diri dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus mengembangkan diri. Menurut Hibana (2002:72), perencanaan pembelajaran anak usia dini harus mengarah kepada : a. Pengembangan potensi dan kemampuan dasar b. Pengembangan sikap dan minat belajar c. Membangun dasar kepribadian dan sikap mental positif Namun demikian perencanaan pembelajaran harus menuju pada upaya pencapaian hasil belajar, disamping tiga hal diatas. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran anak usia dini, antara lain : a. Ruangan, halaman perlu diatur guna menumbuhkan dan membangkitkan minat bereksplorasi anak dengan cara meletakkan media pembelajaran secara menarik. Pengaturan ini tentu disesuaikan dengan tema mingguan. b. Metode pembelajaran yang dipilih hendaknya merangsang anak untuk bereksplorasi (penjajagan), menemukan dan memanfaatkan benda- benda disekitarnya (Ditjen PLSP, 2002:16) Fungsi dan Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini Program pendidikan anak usia dini, telah banyak diselenggarakan oleh masyarakat bahkan sampai saat ini menjadi kebutuhan masyarakat. Berbagai bentuk lembaga pendidikan anak usia dini mulai bermunculan dengan segala kekhasannya. Hal ini menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan. Pendidikan anak usia dini mempunyai fungsi dan tujuan : a. Penanaman akidah dan keimanan, b. Pembentukan dan kebiasaan perilaku positif, c. Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar, d. Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif, e. Pengembangan sikap potensi yang dimiliki (Hibana, 2002:48-49). Fungsi dan tujuan pendidikan anak usia dini adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya sesuai dengan potensi yang dimiliki anak usia dini. Maka secara tidak langsung membantu dan memfasilitasi potensi anak bangsa secara utuh. Fungsi dan tujuan pendidikan anak usia dini yang tersebut diatas saling berkaitan satu sama lain. Maka dapat disimpulkan bahwa program pendidikan anak usia dini sangat penting dan harus mendapatkan perhatian demi perkembangan kehidupan anak yang positif menuju ke tahap perkembangan kehidupan manusia seutuhnya. TK Islam Bina Lembaga Trirenggo Bantul didirikan pada tanggal 8 September 1989 oleh Bapak H. Kasimin Hadipurwanto dalam naungan Yayasan Tarbiyatul Falaah, mula-mula merupakan TK LKMD kemudian tanggal 17 september 1996 berubah menjadi TK Islam Bina Lembaga, di Bidang Pendidikan dengan tujuan antara lain untuk pengenalan agama sejak dini, pengenalan Bahasa Inggris, makan bersama, rekreasi dan pengenalan lingkungan sekitar, hafalan hadist-hadist pendek ayat pilihan dan doa-doa harian. TK Islam Bina Lembaga Trirenggo Bantul lokasinya sangat strategis karena jauh dari keramaian, tetapi dekat dengan jalan raya sehingga mudah dijangkau alat transportasi. 1. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana TK. Islam Bina Lembaga Trirengo meliputi: a. Ruang Kelas Ruang kelas yang nyaman dan bersih dengan ukuran 6 x 6 m yang dilengkapi dengan hiasan dinding berupa gambar-gambar binatang, buah-buahan, angka, poster huruf hijaiyyah dan lainlain. b. Loker untuk menyimpan buku dan alat tulis yang mendukung pembelajaran c. Rak buku untuk menyimpan buku, alat tulis dan hasil pekerjaan anak didik sesuai dengan nama masing-masing anak didik. d. Alat permainan edukasi (APE), Pengumpulan data tentang manfaat Dwi Bahasa (Billingual) sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran terhadap kecerdasan berbahasa anak usia dini, diperoleh melalui dokumen kelas interview dan observasi. Apa yang telah dijelaskan oleh kepala sekolah dan guru yang ada di TK Islam Bina Lembaga ini, bahwa bilingual itu sangat berpengaruh pada kecerdasan Verbal-Linguistik anak sehingga menentukan keberhasilan atau lancarnya dialog pada anak setelah mengikuti pembelajaran melalui Dwi Bahasa (Billingual), juga sangat mendukung anak dalam berinteraksi serta mengenal nama-nama apa yang ada di sekelilingnya dengan Bahasa Inggris, anak lebih percaya diri dalam pergaulannya. Mengapa semua anak belum bisa berhasil dalam dialognya? Karena kemampuan daya fikir semua anak itu tidak sama, tetapi dari tabel diatas dapat diketahui bahwa anak yang belum bisa berdialog selalu berakhir dengan keberhasilan, ini dapat dilihat dari hasil kemampuan dialog pada akhir semester. Keberhasilan dalam penyampaian pembelajaran dengan Dwi Bahasa (Billingual) dikatakan memuaskan, namun tidak lepas dari hambatanhambatan. Kecerdasan Verbal-Linguistik itu sebagai akibat dari penerapan Dwi Bahasa (Billingual) seperti yang dituturkan Kepala Sekolah berikut ini: “Penerapan Dwi Bahasa (Billingual) sangat berpengaruh pada kecerdasan Verbal-Linguistik pada anak dan sangat berkaitan dengan kemampuan dialognya, setelah diterapkan billingual anak termotivasi untuk mengungkapkan ide dan gagasanya. Menyadari bahwa masa usia dini adalah masa golden ageyaitu masa emas dimana anak dapat dengan mudah menyerap berbagai informasi yang masuk kedalam otak. Dan diharap anak terbiasa mengenal dan mendengar kosa kata Bahasa Inggris sehingga akan mudah belajar karena sudah terbiasa. Ibu Erna sebagai guru mengatakan “bahwa anak yang mengikuti billingual sangat percaya diri dalam pergaulanya berani bertanya dan memimpin teman-temannya saat berdiskusi, bermain, ataupun dalam kegiatan lainnya. Berdasarkan hasil analisis data khusus, maka hasil pengamatan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa Dwi Bahasa (Billingual) sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran bermanfaat untuk : 1. Meningkatkan kosa kata bahasa inggris secara sederhana kepada anak sejak usia dini. 2. Memotivasi anak dalam meningkatkan kemampuan berbahasa. 3. Mempermudah anak dalam berkomunikasi, berdialog atau bercerita. Dalam pengamatan anak yang mengikuti pembelajaran dengan satu bahasa yang diajarkan jika dibandingkan dengan yang mengikuti pembelajaran dengan Dwi Bahasa (Billingual) tampak jelas penguasaan kosa kata mereka lebih banyak. Selain itu, berdasarkan hasil observasi atau pengamatan dapat diketahui bahwa Dwi Bahasa (Billingual) sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran yang digunakan di TK Islam Bina Lembaga Trirenggo, sudah cukup sesuai dengan konsep atau metode pendidikan anak usia dini. Salah satu metode yang paling mutlak digunakan di TK Islam Bina Lembaga adalah metode bermain, karena bagi anak-anak bermain adalah kegiatan serius, tetapi menyenangkan atau dengan kata lain belajar sambil bermain. Menurut Hughes (1999) dalam Tientje (2004:13), karakteristik bermain yaitu: meningkatkan motivasi, pilihan bebas (sendiri tanpa paksaan), non linier, menyenangkan dan pelaku terlibat aktif. Cara berfikir anak usia dini adalah konkrit atau nyata, oleh karena itu kegiatan belajar harus nyata dan sesuai dengan kehidupan anak. Terutama pada pembelajaran pengembangan bahasa yang dilakukan melalui pengenalan bahasa Inggris (bilingual) sejak dini, akan lebih baik menggunakan alat-alat peraga (media belajar) atau langsung menunjuk pada benda sekitar. Proses belajar pada anak, ketika anak menyentuh, mengenal, mencoba, dan berinteraksi dengan orang lain. Contohnya, seperti yang dilakukan di TK Islam Bina Lembaga, ketika guru akan mengajarkan warna dalam dwibahasa, guru mengajarkan nama buah dalam dwibahasa. Selain itu, seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang menarik, menyenangkan dan tidak membosankan. Seperti yang kita ketahui, anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik maupun mental dan mengingat Bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia, maka pembelajarannya atau pemilihan materinya harus disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki anak dan sesuai dengan usia anak. Selain itu, suasana yang menyenangkan haruslah menjadi perhatian yang utama berhasilnya pembelajaran. Misalnya, melalui bermain dan menyanyi pembelajaran Dwi Bahasa (Billingual) akan lebih menarik dan menyenangkan tanpa meninggalkan kaidah-kaidah bahasa yang benar. Hibana (2002 : 8) menyebutkan bahwa seorang guru/pendidik di TK perlu memperhatikan tujuan-tujuan belajar dan ruang lingkup kegiatan belajar anak dalam pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran menggunakan Dwi Bahasa (Billingual) pada anak usia dini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : 1. Guru atau pendidik yang berkualitas (menguasai dua bahasa) dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak didik. 2. Sarana dan prasarana yang memadahi dan memenuhi syarat untuk mendukung pembelajaran. 3. Metode dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini dan menarik bagi anak didik. 4. Lingkungan yang aman, sehat dan bersih bagi anak. Pembelajaran menggunakan dwibahasa di TK Islam Bina Lembaga Trirenggo dilakukan melalui pengenalan kosa kata sederhana dan pemberian perintah yang disampaikan dalam dua bahasa, hal ini dimaksudkan agar anak memahami arti kata atau kalimat yang diucapkan. Selain itu, banyak metode yang dilakukan, antara lain : 1. Story Telling(bercerita), “bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang rekaan belaka” (Heri H, 2003:43). Bercerita mempunyai makna yang penting bagi perkembangan anak usia dini, salah satunya yaitu mengembangkan kemampuan bahasa pada anak. 2. Role Play(bermain peran), misalnya seperti yang dilakukan di TK Islam Bina Lembaga yaitu anak diajak bermain peran dengan menggunakan boneka plastik, hal ini dilakukan guna melatih konsentrasi anak, perkembangan imajinasinya dan menceritakan suasana yang menyenangkan bagi anak. 3. Games(permainan), pengenalan bahasa inggris kepada anak usia dini, melalui permainan sangat efektif karena bermain adalah bagian dari kegembiraan sekaligus sebagai proses belajar bagi anak usia dini. 4. Music and movement(lagu dan gerak), metode ini dilakukan dengan anak-anak untuk memperagakan suatu gerakan yang sesuai dengan lagu yang dinyanyikan. Berdasarkan pengamatan penulis, metode music and movementsebagai pendekatan dalam pengenalan Bahasa Inggris untuk anak usia dini yang sangat efektif, karena metode in dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik bagi anak, serta membantu anak agar giat belajar untuk memahami suatu materi ajar. Selain itu menurut penulis akan lebih baik jika pengenalan Bahasa Inggris untuk anak usia dini dilakukan mulai dari pengucapan kosakata yang paling sederhana dalam Bahasa Inggris. Hal ini akan lebih efektif jika pengucapan juga diikuti dengan gerak tubuh dan benda nyata (alat peraga) yang sesuai makna yang dimaksud. Ini dimaksudkan agar anak tidak mengalami kebingungan dalam memperoleh infomasi dalam dua bahasa sekaligus, karena mengingat penguasaan bahasa ibu pada anak usia dini belumlah sempurna. Sehingga jika pengenalan bahasa asing tidak dilakukan secara tepat dapat menyebabkan language disorder (anak tidak dapat menaruh Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris ditempat yang semestinya). Pembelajaran menggunakan dwibahasa (billingual) pada anak usia dini sangat efektif jika dilakukan sesuai dengan materi yang sesuai perkembangan anak usia dini, karena anak usia dini lebih cepat mengingat bahasa yang diajarkan dibandingkan dengan orang dewasa. Semakin dini, anak belajar bahasa inggris, semakin mudah anak menguasai bahasa itu, karena daya ingat atau penyerapan bahasa pada anak usia dini berfungsi secara otomatis. Selain itu, pembelajaran menggunakan Dwi Bahasa (billingual) yang tidak didukung oleh lingkungan keluarga (orang tua) akan mengakibatkan perolehan bahasa pada anak kurang lancar. Maka dari itu, sebaiknya orang tua juga membiasakan untuk berkomunikasi verbal dengan anak dalam Bahasa Inggris, walaupun hanya dalam kosakata yang sederhana, karena hal tersebut sangat membantu perkembangan bahasa anak yang berdampak pada kemampuan kognitifnya kelak atau pada jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi bahasa jelas berkaitan erat, karena proses berfikir selain menggunakan logika juga menggunakan bahasa sebagai modal utama dalam penalaran, atau dengan kata lain “bahasa dapat berfungsi untuk menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.” Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapatditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan Dwi Bahasa (Billingual) sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran anak usia dini berpengaruh pada kecerdasan verbalLinguistiknya. Ini berdasarkan hasil analisa data yang dapat dilihat dari hasil berdialog dengan Dwi Bahasa (Billingual). Sehingga semakin banyak penggunaan dwibahasa sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran, maka semakin meningkat penguasaan kosa kata anak. 2. Bermanfaat untuk memotivasi anak dalam meningkatkan kemampuan berbahasa, sehingga anak lebih kaya akan penguasaan kata dalam berdialog. 3. Mempermudah anak dalam berkomunikasi serta berceritera tentang apa yang telah dialami dengan lingkungannya secara sederhana. Daftar Pustaka Campbell et. Al, 2002. Multiple Intelligences, Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok. Inisiasi Press. Ditjen, 2002. Acuan Menu Pembelajaran pada Kelompok Bermain. Jakarta: Depdikbud. Gardner, 1991.Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) (online).Tersedia: http://www.pusatbahasadepdiknas.go.id/artikel (25Februari 2007). Heri. H, 2003. Aktivitas Mengajar Anak Taman Kanak-Kanak. Bandung: Kataris. Hibana, SR, 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : PGTK Press. Ishak, A, 2003. Konseptualisasi dan Pemetaan Tatanan Kebijakan serta Sistem dan Program PAUD di Indonesia dalam Buletin Pendidikan Anak Usia Dini. Tidak diterbitkan. R. Conny, 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam TarafUsia Dini. Jakarta: Prenhalino. Satyadarma dan Waruru, 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Popular Obor. Server, 2003. Bagaimana Bersikap pada Anak Prasekolah Anda Bersikap Baik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Siegel Sidney, 1997. Statistik Non Parametik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Soegeng Santoso, 2002. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka Cipta. Stanly Mary, 2003.Meningkatkan Kecerdasan Anak Lewat Kemampuan Berbahasa dan Kekuatan Berimaginasi. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Sumarsono, 2003. Buku Ajar Filsafat Bahasa. Jakarta : PT. Grasindo. Tienje, 2004. Pendidikan Anak Usia Dini untuk Mengembangkan Multiple Intelegensi dalam Buletin Pendidikan Anak Usia Dini. Tidak Diterbitkan.