ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN

advertisement
Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 hal 20-26
Jurnal Ekonomi
Pembangunan FE-Unhalu
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI
TENGGARA1)
Muhammad Nur Afiat2)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengeluaran
pemerintah terhadap perubahan struktur ekonomi di Propinsi Sulawesi
Tenggara. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil publikasi Badan
Pusat Statistik Sulawesi Tenggara periode 1994-2008. Struktur ekonomi diproxi
dengan produksi sektor industri. Adapun metode yang di gunakan dalam
penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh
signifikan terhadap perubahan struktur ekonomi. Hasil analisis memperlihatkan
koefisien estimasi sebesar 0,518 yang menunjukkan bahwa peningkatan
pengeluaran pemerintah akan mendorong pertumbuhan sektor industri di
Propinsi Sulawesi Tenggara.
Kata Kunci : pengeluaran pemerintah , industri, struktur ekonomi
I. PENDAHULUAN
Secara umum peningkatan belanja pemerintah lebih didominasi untuk
fungsi pelayanan umum. Berdasarkan klasifikasi belanja negara menurut fungsi,
belanja negara dibedakan menjadi belanja untuk fungsi pelayanan umum, dan
fungsi ekonomi. Anggaran fungsi pelayanan umum tersebut antara lain
mencakup: program-program pelayanan umum yang dilakukan oleh kementerian
negara/lembaga, pemberian berbagai jenis subsidi, pembayaran bunga utang,
program penataan administrasi kependudukan, program pemberdayaan
masyarakat, pembangunan daerah, serta program penelitian dan pengembangan
iptek. Sementara itu, belanja pada fungsi ekonomi dialokasikan untuk
mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan
memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan transportasi,
pertanian, infrastruktur, dan energi. Walaupun menunjukan peningkatan, jumlah
anggaran yang dialokasikan untuk fungsi ini tidak lebih besar daripada fungsi
pelayanan umum.
___________________________________________
1) Hasil Penelitian
Jurnal
Ekonomi
Pembangunan
8, Desember
2) Dosen
Fakultas Ekonomi
dan BisnisVolume
UniversitasXVI
HaluTahun
Oleo Kendari
2015
20
Belanja negara juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis belanjanya.
Berdasarkan jenis belanja tersebut, perkembangan belanja pemerintah pusat
masih didominasi oleh pengeluaran yang sifatnya wajib (non discretionary
expenditure) daripada pengeluaran yang bersifat tidak mengikat. Pengeluaran
yang sifatnya wajib meliputi: belanja pegawai, pembayaran bunga utang, subsidi,
dan sebagian belanja barang. Pengeluaran yang tidak mengikat seperti: belanja
modal, bantuan sosial, sebagian belanja barang dan belanja lain-lain.
Berdasarkan Tabel 1
selama priode 1994-2008 pertumbuhan
pengeluaran konsumsi pemerintah di Provinsi Sulawesi Tenggara terus
mengalami peningkatan. Dari sisi persentase kontribusi pengeluaran pemerintah
atas PDRB cukup fluktuatif, ini terlihat antara tahun 1998 hingga 2008.
Tabel 1
Kontribusi Pengeluaran Pemerintah Atas PDRB Sulawesi Tenggara
Tahun 1994-2008
Tahun
Pengeluaran Pemerintah
Juta Rupiah
%
1994
1995
361.657.890
23,94
423.039.980
23,25
1996
511.817.600
24,35
1997
529.429.270
22,18
1998
795.666.470
18,18
1999
953.756.600
20,15
2000
1.139.489.120
19,89
2001
1.374.755.190
20,05
2002
1.711.924.440
19,62
2003
1.980.013.880
19,53
2004
2.324.907.940
22,64
2005
2.846.857.720
23,94
2006
3.341.165.220
23,25
2007
3.684.979.050
24,35
2008
4.129.121.993
22,18
Sumber : BPS (Diolah)
Menurut Tambunan (2001) pengeluaran pemerintah secara langsung dan
tidak langsung dapat mempengaruhi Perubahan Struktur Ekonomi. Menurut
Todaro (1991), bahwa Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan
pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara sedang
berkembang, yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada
sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan sangat
didominasi oleh sektor industri dan jasa. Meskipun sektor pertanian mampu
menjadi penyelamat perekonomian Indonesia untuk keluar dari krisis, tetapi
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
21
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional masih tetap rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memandang perlu melakukan penelitian
tentang hubungan antara pengeluaran pemerintah dan perubahan struktur
ekonomi di propinsi Sulawesi tenggara.
II. KAJIAN PUSTAKA
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. (Mangkoesoebroto, 1994).
Pengeluaran pemerintah mempunyai dasar teori yang dapat dilihat dari identitas
keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + (X-M) yang
merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur
tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari persamaan diatas dapat ditelaah
bahwa kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan atau
menurunkan pendapatan nasional. Banyak pertimbangan yang mendasari
pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya. Pemerintah
tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya.
Tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati
kebijaksanaan tersebut. Memperbesar pengeluaran dengan tujuan semata-mata
untuk meningkatkan pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja
adalah tidak memadai. Melainkan harus diperhitungkan siapa yang akan
terpekerjakan atau meningkat pendapatannya. Pemerintah pun perlu menghindari
agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak melemahkan kegiatan
pihak swasta. (Dumairy, 1997)
Teori mengenai pengeluaran pemerintah juga dapat dikelompokan
menjadi 2 bagian yaitu teori makro dan teori mikro. (Mangkoesoebroto, 1994).
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya
kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin besar
dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah
yang bersangkutan. (Suparmoko, 1987). Dalam teori ekonomi makro,
pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan
sebagai: (a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa; (b)
Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai; dan (c) Pengeluaran pemerintah
untuk transfer payment. (Boediono,1999)
Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah
dipasar barang melainkan mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada
warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung
kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga
untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer
payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai
meskipun secara administrasi keduanya berbeda. (Boediono, 1999)
Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada
mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara sedang berkembang,
yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
22
menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh
sektor industri dan jasa (Todaro, 1991).
Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan
proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan
ekonomi (Tambunan 2001). Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi antara lain:
1. Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri
Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi sudah memiliki
industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses
industrialisasi yang lebih pesat.
2. Besarnya pasar dalam negeri
Pasar dalam negeri yang besar merupakan salah satu faktor insentif bagi
pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industri, karena menjamin adanya
skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi.
3. Pola distribusi pendapatan
Merupakan faktor pendukung dari faktor pasar. Tingkat pendapatan tidaklah
berarti bagi pertumbuhan industri-industri bila distribusinya sangat pincang.
4. Karakteristik Industrialisasi
Mencakup cara pelaksanaan atau strategi pembangunan industri yang
diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan
insentif yang diberikan.
5. Keberadaan sumber daya alam
Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah, terlambat melakukan industrialisasi, tidak
berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada
negara yang miskin SDA.
6. Kebijakan perdagangan luar negeri
Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking
policy), pola hasil industrialisasinya akan berkembang tidak efisien
dibandingkan negara-negara yang menerapkan outward looking policy.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data runtun waktu (time
series) dari tahun 1994-2008 yang bersumber dari beberapa publikasi. Variabel
struktur ekonomi diukur dengan indikator sektor industry. Teknik analisis
statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi, dengan formula:
Y1 = β0+β1X1 + e
Keterangan:
Y1
X1
β0
β1
e
=
=
=
=
=
Perubahan Struktur Ekonomi (produksi sektor industri)
Pengeluaran Pemerintah
Konstanta
Koefisien estimasi
Standard Error
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
23
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara sepanjang tahun 20012008. Di tahun 2001, pengeluaran rutin sebesar 134.968 juta rupiah, dan
mencapai lebih dari 306.632 juta rupiah di tahun 2008. Pengeluaran
pembangunan sepanjang tahun 2001-2008 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan pada setiap tahunnya. Pada sisi lain, dari aspek produksi dan
pertumbuhan sektor industri sebagaimana Tabel 3 memperlihatkan adanya
peningkatan produksi sektor industri. Pada tahun 2001, sumbangan dari Sektor
Industri sebesar 417 milyar rupiah, dan mencapai lebih dari 800 milyar di tahun
2008. Di sisi lain, perubahan pertumbuhan dari Sektor Industri mengalami
penurunan pada tahun 2005 sebesar 4,61%, dan juga di tahun 2008 yang
mencapai 5,82%.
Tabel 2
Realisasi Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran
Pembangunan di Provinsi Sultra (Juta Rupiah) Periode 2001-2008
Tahun
Pengeluaran
Rutin
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: BPS Sultra
134.968,00
163.364,85
260.541,19
235.530,21
343.505,62
270.994,71
287.754,92
306.632,50
Pengeluaran
Pembangunan
43.488,76
87.780,47
91.014,90
125.797,80
148.680,04
290.208,86
471.306,15
502.899,62
Selanjutnya hasil estimasi pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
perubahan struktur ekonomi yang diolah melalui regresi menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel pengeluaran pemerintah terhadap
perubahan struktur ekonomi. Hasil analisis memperlihatkan koefisien sebesar
0,518, dengan nilai thitung sebesar 2,326 dan Sig t sebesar 0,038. Karena nilai thitung
lebih besar daripada ttabel (2,326 > 2,179) dan nilai Sig t lebih kecil dari 5%
(0,038 < 0,05). Karena koefisien bertanda positif (0,518), mengindikasikan
hubungan positif atau searah. Artinya jika semakin tinggi pengeluaran
pemerintah, akan semakin tinggi perubahan struktur ekonomi. Sebaliknya, jika
semakin rendah pengeluaran pemerintah, akan semakin rendah perubahan
struktur ekonomi.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
24
Secara teoritis hasil penelitian ini sejalan dengan pemikiran Tambunan
(2001) bahwa perubahan struktur ekonomi juga dipengaruhi secara langsung dan
tidak langsung oleh intervensi pemerintah dalam kegiatan ekonomi Dalam
konsep ekonomi makro pengeluaran pemerintah akan meningkatkan
perekonomian nasional. Pengeluaran pemerintah yang mendorong perekonomian
ini tentunya dengan asumsi bahwa pengeluaran pemerintah digunakan
sepenuhnya untuk kegiatan-kegiatan ekonomi atau yang memberikan dorongan
bagi perkembangan kegiatan ekonomi. Dalam hal intervensi pemerintah,
kebijakan yang berpengaruh langsung terhadap perubahan struktur ekonomi
adalah misalnya pemberian insentif bagi sektor industri, atau tidak langsung
lewat pengadaan infrastruktur.
Tabel 3 Produksi dan Pertumbuhan Sektor Industri
Periode 2001-2008 (ADHK 2000)
Industri
Tahun
(juta
Pertumbuhan (%)
rupiah)
2001
417.996
2002
9,98
459.714
2003
8,94
500.816
2004
12,27
562.262
2005
4,83
589.433
2006
28,37
756.674
2007
10,42
835.500
2008
6,18
887.093
Sumber: BPS Propinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Fakta yang mendukung pentingnya peranan dari pengeluaran pemerintah
terhadap perubahan struktur ekonomi di provinsi Sulawesi antara lain: (1)
Pengeluaran pemerintah daerah provinsi Sulawesi tenggara berdasarkan realisasi
pengeluaran pembangunan sejak tahun 2001 sampai tahun 2008 terus mengalami
peningkatan. Hal ini memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan industri
dan jasa melalui: bantuan modal, alat dan mesin, pelatihan peningkatan kualitas
produk bagi UKM, serta pengembangan pasar tradisional untuk para pedagang
kecil; dan (2) Kondisi infrastruktur jalan di provinsi Sulawesi tenggara yang
semakin membaik selama priode tahun 2001-2008. Infrasuktur jalan di provinsi
Sulawesi tenggara khususnya jalan dengan kondisi rusak berat yang semula
sepanjang 1.719 km kemudian terus mengalami penurunan menjadi 1.262 km.
Perbaikan kualitas infrastruktur jalan ini dapat mempermudah akses pemasaran
barang dan jasa sehingga semakin mendorong pertumbuhan sektor industri dan
jasa antar wilayah kabupaten.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
25
V. SIMPULAN DAN SARAN
Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap perubahan
struktur ekonomi di provinsi sulawesi Tenggara. Semakin tinggi pengeluaran
pemerintah, akan semakin tinggi perubahan struktur ekonomi dari sektor
Pertanian ke sektor Industri dan sektor Jasa. Sebaliknya, jika semakin rendah
pengeluaran pemerintah, akan semakin rendah perubahan struktur ekonomi dari
sektor Pertanian menuju sektor Industri dan sektor Jasa. Oleh karena itu
diperlukan peran pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran pembangunan dan
di arahkan pada proyek-proyek yang dapat menyerap tenaga kerja serta
memperlancar aktivitas ekonomi seperti pembangunan infrastruktur.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 1993 - 2009, Statistik Indonesia.
BPS, 2000 - 2014, Sulawesi Tenggara Dalam Angka.
Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE-UGM, Yogyakarta
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga
Mangkoesoebroto, Guritno. 1994, Kebijakan Ekonomi Publik Di Indonesia :
Substansi dan Urgensi, cetakan pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Kuantitatif, Pendekatan R&D. CV Alfabeta.
Bandung.
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Teori Dan Temuan
Empiris. Jakarta: Indonesia.
Todaro, Michael P dan Smith C. Stephen (1991), Pembangunan Ekonomi Dunia
Keiga, Edisi ke delapan, Erlangga, Jakarta.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
26
Download