Document 928573

advertisement
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Tinjauan Tema
Tema yang penulis angkat pada skripsi yang berjudul Rumah Susun Sederhana
Sewa ini adalah Arsitektur Tropis, untuk mendukung judul agar di dapatkan sebuah
identitas yang kuat bagi hasil rancangan dengan didasari pertimbangan kenyamanan
termal maupun visual yang di butuhkan oleh penghuni, dan mampu menekan
dampak negatif terhadap lingkungan termasuk kontaminasi air, tanah, udara suhu
lingkungan dan banjir.
3.1.1 Pengertian Tema
Arsitektur
tropis
merupakan
karya
arsitektur
yang
diharapkan
mampu
mengantisipasi permasalahan yang ditimbulkan iklim tropis (sumber : Tri Harso
Karyono 2008). Rancangan arsitektur tropis dapat berwujud apapun sepanjang
mampu mengatasi problematik yang ditimbulkan iklim tropis seperti halnya, hujan
deras, terik matahari, suhu udara tinggi, kelembaban tinggi (untuk tropis basah)
ataupun kecepatan angin yang rendah.
Kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekadar ‘bentuk’ atau
estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik
ruang yang ada di dalamnya : suhu ruang rendah, kelembaban tidak tinggi,
pencahayaan alam cukup, pergerakan udara memadai, terhindar dari hujan, dan
terhindar dari terik matahari. Dalam bangunan yang dirancang menurut kriteria tropis
ini semacam ini pengguna bangunan harus dapat merasakan kondisi yang lebih
nyaman di banding ketika mereka berada di luar bangunan.
3.2 Tinjauan Teoritis Tentang Tema
3.2.1 Iklim Tropis Lembab
Iklim tropis lembab dicirikan dengan suhu udara tinggi, radiasi matahari yang kuat,
kelembaban tinggi, pergerakan udara lambat, dan hujan deras. Umumnya kota-kota
di Indonesia memiliki ciri-ciri tersebut dengan pengecualian kota-kota di dataran
tinggi.
3.2.2 Rumah susun Tropis
Rumah susun tropis adalah bangunan rumah susun yang dirancang sedemikian rupa
agar mampu memecahkan permasalahan yang ditimbulkan iklim tropis. Rumah
susun tropis harus mampu menghadirkan kenyamanan penghuni tanpa banyak
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
bergantung pada penggunaan peralatan elektrik – mekanik, seperti lampu dan AC,
sehingga dapat meminimalkan penggunaan energi listrik.
3.2.3 Aspek Kenyamanan dalam Rumah Susun Tropis
Kenyamanan manusia terkait dengan kenyamanan psikis dan fisik. Kenyaman psikis
merupakan bentuk kenyamanan yang tidak terukur dan bersifat personal-subyektif.
Sementara kenyamanan fisik lebih bersifat obyektif, universal dan terukur. Terdapat
empat aspek kenyamanan fisik : kenyamanan spasial, visual, termal, dan auditorial.
3.2.4 Pencapaian Kenyamanan Termal secara Alamiah
Penelitian kenyamanan termal di Jakarta memperlihatkan rentang suhu nyaman
responden berkisar antara 24.5 hingga 28.5ºC. Dengan suhu udara maksimum yang
dapat mencapai 34 ºC, rancangan rumah susun di Jakarta memerlukan penanganan
rancangan yang lebih cermat agar kenyamanan termal penghuni dapat dicapai tanpa
menggunakan mesin pengkondisian udara (AC).
3.2.5 Meminimalkan perolehan panas matahari
Beberapa cara dapat dilakukan. Pertama, menghindari radiasi langsung matahari
mengenai dinding transparan untuk menghindari terjadinya efek rumah kaca. Kedua,
mengurangi konduksi panas dari dinding masif yang terkena radiasi matahari
langsung kedalam ruang utama (ruang tidur, ruang duduk) dengan cara berikut :

Menempatkan ruang-ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang, dsb.)
Pada sisi jatuhnya radiasi matahari langsung (sisi timur dan barat)

Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit-langit (pada bangunan
rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. Seandainya
tidak, panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan ke bawah,
kedalam ruang di bawahnya.

Ventilasi atap, sangat berarti untuk pencapaian suhu udara yang rendah.

Membuat dinding Pelapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya.
3.2.6 Orientasi bangunan utara-selatan (memanjang timur – barat)
Efek dari orientasi bangunan, ketebalan dinding dan warna dinding terhadap
suhu udara didalam bangunan diperlihatkan oleh percobaan Givoni (1998). Di
kawasan sekitar equator, sisi barat-timur mendapatkan panas yang lebih tinggi di
banding sisi utara-selatan. Dalam percobaan dengan dinding warna putih, terlihat
bahwa suhu udara ruang berfluktuasi terhadap suhu udara luar. Pada siang hari
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
umumnya suhu udara di dalam bangunan lebih rendah di banding suhu luar.
Semakin tebal dinding, fluktuasi semakin besar, karena kondisi suhu udara udara di
dalam bangunan semakin stabil. Efek orientasi bangunan terhadap suhu udara di
dalam bangunan juga tampak jelas. Suhu ruang rata-rata pada sisi dinding timurbarat lebih tinggi di banding suhu ruang pada sisi selatan. Perbedaan suhu ruang
rata-rata timur-barat dengan ruang sisi selatan mencapai hampir 1ºC untuk dinding
tipis (10cm) dan lebih dari 1.5ºC untuk dinding tebal (20cm). Dinding tebal membuat
fluktuasi suhu semakin kecil.
3.2.7 Organisasi ruang
Ruang-ruang utama, seperti ruang tidur, ruang keluarga, dan lainnya tidak di
tempatkan di sisi barat, kecuali jika ada pembayangan dari bangunan lain. Dinding
bagian barat bangunan akan mendapatkan panas matahari siang dan sore yang
menyengat dan menimbulkan pemanasan ruang di dalamnya. Sisi barat rumah yang
tidak mendapat pembayangan harus digunakan untuk ruang-ruang servis seperti
gudang, tangga, KM/WC, dapur, dan lainnya.
3.2.8 Memaksimalkan pelepasan panas bangunan : Ventilasi
Rancangan arsitektur harus memungkinkan terjadinya aliran udara silang secara
maksimum di dalam bangunan. Aliran udara sangat berpengaruh dalam menciptakan
‘efek dingin’ pada tubuh manusia, sehingga sangat membantu pencapaian
kenyamanan suhu.
3.2.9 Meminimalkan radiasi panas dari plafond (untuk lantai atas)
Atap adalah komponen penting yang mempengaruhi apakah ruang di dalam
bangunan akan sejuk, atau sebaliknya, panas. Jika panas matahari yang jatuh ke
atap dapat dibuang maka ruang didalam bangunan cenderung akan lebih dingin.
Atap yang tinggi (volume ruang antara penutup atap dan langit-langit besar)
membantu mengurangi pemanasan ruang-ruang di dalam bangunan.
Ruang atap harus diberi bukaan untuk memaksimalkan ventilasi udara. Udara panas
yang terperangkap di dalam ruang atap akibat radiasi matahari harus dibuang atau
dialirkan keluar. Hal ini untuk mencegah terjadinya pemindahan panas ke plafond
melalui proses konveksi. Jika hal ini terjadi, maka suhu plafond akan naik dan
memancarkan panas ke ruang di bawahnya.
Ventilasi pada atap harus dapat mencegah masuknya binatang semacam burung
atau kelelawar. Diperlukan kawat ayam (ayakan pasir) untuk menutup lubang
ventilasi tersebut.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
3.2.10 Memanfaatkan Cahaya Langit untuk penerangan ruang
Usahakan untuk menggunakan cahaya langit (bukan sinar matahari langsung) untuk
menerangi ruang. Cahaya langit adalah cahaya yang dihasilkan dari penyebaran
cahaya matahari yang di pantulkan ke segala arah oleh awan dan benda-benda lain
yang terkena sinar matahari. Cahaya pantul ini tidak memberikan efek panas
terhadap ruang yang diterangi. Untuk wilayah Indonesia di selatan equator, sisi
selatan bangunan tidak akan mendapatkan sinar matahari langsung antara bulan
April sampai September, Sementara sisi utara bangunan tidak akan mendapatkan
sinar matahari langsung antara bulan Oktober hingga Maret.
3.2.11 Mengoptimalkan ventilasi silang (untuk bangunan non-AC)
Untuk bangunan/ruang non-AC perlu diusahakan agar aliran udara yang menerus
(ventilasi silang) berlangsung dengan baik. Hindari menggunakan seluruh lahan
untuk bangunan sehingga tidak tersedia ruang di sisi-sisi bangunan. Jika hal ini
terjadi maka ventilasi silang tidak mungkin berlangsung.
3.2.12 Hindari pemanasan permukaan tanah sekitar bangunan
Perlu meminimalkan penggunaan material keras (beton,aspal) untuk menutup
permukaan halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh. Material keras yang
terkena radiasi matahari langsung akan menaikan suhu udara sekitar dan akhirnya
membuat ruangan di dalam menjadi panas. Penelitian di Afrika Selatan yang
dilaporkan Lippsmeier (1980) diungkap bahwa suhu di atas permukaan rumput
pendek 4ºC lebih rendah dari suhu di atas permukaan beton dan 5ºC lebih rendah
jika rumput tersebut terlindung dari sinar matahari.
3.2.13 Warna dan Tekstur Selubung Bangunan
Warna gelap menyerap lebih banyak panas sementara warna terang cenderung
memantulkan panas. Dinding Luar dan permukaan atap bangunan di wilayah iklim
panas banyak menerima radiasi matahari. Untuk mengurangi pemanasan dinding
dan
atap
perlu
dipertimbangkan
agar
selubung
luar
bangunan
tersebut
menggunakan warna terang (misalnya putih). Untuk wilayah beriklim dingin dengan
suhu rata-rata rendah, selubung luar bangunan sebaiknya berwarna gelap. Hal ini
dimaksudkan agar lebih banyak panas yang dapat diserap oleh bangunan untuk
kemudian diteruskan ke dalam bangunan agar ruang di dalam bangunan hangat.
Tekstur material permukaan luar bangunan berpengaruh terhadap penyerapan
radiasi matahari. Tekstur kasar menyerap lebih banyak panas di banding tekstur
halus.
Heri Priana 41207120003 / Rusunawa di Otista. 2012
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Download