pengaruh cognitive behavior therapy terhadap kepatuhan menelan

advertisement
PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY TERHADAP KEPATUHAN MENELAN OBAT
PADA PASEN TB PARU DI POLIKLINIK RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG
Hj.Mariana Nuryati dan Anah Sasmita
Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Keperawatan
ABSTRAK
Kepatuhan pasen dalam menelan obat menjadi kendala untuk mencapai kesembuhan pasen. Hal ini
banyak dipengaruhi oleh ketidak tahuan, ketidak mauan dan ketidak mampuan serta daya tahan tubuh
pasen yang menurun dapat menjadi faktor pencetus kekambuhan. Kepatuhan menelan obat dapat
ditingkatkan dengan menghilangkan faktor-faktor negative yang mempengaruhinya terutama faktor
pengetahuan. Dalam penanggulangan TB penyuluhan perlu dilakukan karena masalah TB banyak
berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh tingkat pengetahuan dengan kepatuhan menelan obat pada pasen TB paru di poliklinik RSUP
DR Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan cross sectional, desain
penelitiannya adalah pre dan post test dengan dua sampel yang independen. Besar sampel adalah
ditentukan dengan estimasi satu proporsi. Pemilihan sampel dengan sistim acak, analisa data dilakukan
dengan uji Mann- Whithney.
Hasil penelitian menggunakan uji Mann- Whithney, dengan uji dua sisi diperoleh nilai probabilitas di
bawah 0,05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian cognitive
behavior therapy terhadap kepatuhan menelan obat pada pasen TB paru, untuk itu kami memberikan
saran hendaknya CBT dapat diterapkan pada setiap pasen TB paru, untuk memberikan pemahaman
sehingga pengobatan TB akan berhasil dan pasen dinyatakan sembuh
Kata kunci: Pasen TB, Cognitive Behavior Therapy, Kepatuhan menelan Obat
A. PENDAHULUAN
Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberkulosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam paru-paru kemudian
menyebar ke organ tubuh lain melalui peredaran darah, kelenjar limfe (Anderson
Sylvia,1995).Klasifikasi TB didasarkan pada hasil pemeriksaan dahak dengan hasil BTA (+), hasil
foto thoraks (+),sedangkan untuk TB ekstra paru didasarkan kepada tingkat keparahan pasen.
Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Pada tahap
intensif pengawasan ketat sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat, sedangkan
pada tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persiter (dominant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan. Apabila panduan obat yang digunakan tidak adekuat, kuman TB akan
berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten).
Kepatuhan pasen dalam menelan obat menjadi kendala untuk mencapai kesembuhan pasen.
Hal ini banyak dipengaruhi oleh ke tidak tahuan, ke tidak mauan, ke tidak mampuan serta faktor
daya tahan tubuh pasen yang menurun dapat menjadi faktor pencetus kekambuhan.
Masyarakat banyak mempersepsikan tentang TB merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dan memalukan sehingga diharapkan adanya penyuluhan yang dapat mengubah
persepsi masyarakat dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan memalukan menjadi suatu
penyakit yang berbahaya tapi dapat disembuhkan.
Data yang diperoleh dari poliklinik Paru RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung memberikan
informasi bahwa jumlah pasen TB menunjukkan angka yang fluktuatif, selengkapnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Pasen TB Paru di poliklinik RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung Bulan
Januari sampai Mei 2008
No
Bulan
Jumlah Kunjungan
Jumlah
Lama
Baru
1.
Januari
349
46
395
2.
Pebruari
309
54
363
3.
Maret
321
39
360
April
4.
446
65
551
Mei
5.
350
46
396
Kecenderungan jumlah kunjungan yang fluktuatif, dimana pada kunjungan pasen lama
maupun pasen baru menunjukkan angka yang bervariasi, hal ini dapat diasumsikan bahwa masih
terdapat penyakit TB Paru di masyarakat yang perlu mendapatkan penanganan yang lebih serius.
Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk mengetahui penyebab dari kejadian tersebut.
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian kegiatan
yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan (DepKes RI,2001)
Penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah
pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TB.
Cognitive Behavior Therapy ( CBT ) menekankan pentingnya peranan kognitif terhadap apa
yang dirasakan dan dilakukan sehingga terapis CBT tidak mengatakan apa yang harus dilakukan
tetapi mengajarkan apa yang belum diketahui pasen dan bagaimana melakukannya. Tujuan terapi
ini adalah mengajak pasen untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan
bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah-masalah yang dihadapi (
Oemarjoedi Kasandra,2003 )
Berkaitan dengan hal tersebut sangat penting dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan
menganalisa lebih dalam tentang Pengaruh Cognitive Behavior Therapy ( CBT) terhadap
Kepatuhan Menelan Obat pada pasen TB Paru di poliklinik RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
B. METODOLOGI PENELITIAN
KEPATUHAN
MENELAN OBAT
SEBELUM INTERVENSI
KEPATUHAN MENELAN
OBAT SETELAH
INTERVENSI
CBT
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah akan menganalisa dengan secara dalam tentang
pengaruh Cognitive Behavior Therapy ( CBT ) terhadap kepatuhan menelan obat pada pasen TB
dan metoda yang akan digunakan adalah metoda eksperimen dengan model desain pre dan post
test. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah : variabel dependen yaitu kepatuhan menelan
obat, sedangkan variabel independen yaitu Cognitive Behavior Therapy
Sampel dalam penelitian ini adalah pasen TB yang berkunjung ke poliklinik paru RSUP Dr
Hasan Sadikin Bandung. Besar sampel ditentukan dengan estimasi satu proporsi, sehingga jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 150 orang pasen, sedangkan cara pengambilan sampel akan
dilakukan dengan simpel random sampling
Analisis dilakukan untuk menguji pengaruh variabel dependen dan independen yang meliputi
analisis univariat dengan descriptive analysis, dan analisis bivariat dengan uji data dua sampel tidak
berhubungan yaitu uji Mann Whitney.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkannya data yang menunjukkan
adanya pengaruh CBT terhadap kepatuhan menelan obat pada pasen TB, sehingga hasilnya dapat
digunakan sebagai data dasar oleh institusi pelayanan kesehatan dalam menyusun program
preventive dan pendidikan kesehatan tentang penyakit TB Paru di beberapa daerah yang memiliki
resiko tinggi terjadinya TB Paru pada warga masyarakat.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisa Univariat
Analisa ini dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi kepatuhan menelan obat pasen
TB Paru sebelum mendapatkan CBT dan setelah mendapatkan CBT pada kelompok yang
berbeda. Selengkapnya kami sajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Gambaran Kepatuhan Pasien
Kepatuhan
Patuh
Tidak patuh
Total
Group
Tidak
intervensi
99
51
150
Intervensi
Total
119
31
150
218
82
300
Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa terdapat 51 orang pasen yang tidak patuh
menelan obat pada kelompok yang tidak dilakukan intervensi dan 31 orang pasen yang tidak
patuh menelan obat setelah dilakukan intervensi. Berdasarkan angka tersebut dapat dipastikan
bahwa terdapat penurunan jumlah pasen yang tidak patuh menelan obat setelah dilakukan
intervensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh CBT terhadap kepatuhan menelan
obat pasen TB paru. Analisa yang digunakan untuk mengetahui pangaruh CBT adalah analisa
statistik dengan menggunakan uji Mann- Whitney.
Uji ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data adalah data dua sampel tidak saling
berhubungan dan skala data adalah nominal. Hasil analisa uji tersebut kami sajikan dalam tabel
di bawah ini :
Tabel 3. Hasil Uji Hubungan Kepatuhan Pasien
Mann – Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig.(2 – tailed)
kepatuhan
9750,000
21075,000
- 2,587
,010
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan uji Mann- Whitney dengan dua sisi diperoleh nilai
probabilitas di bawah 0,05, maka H0 ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan
pemberian cognitive behavior therapy terhadap kepatuhan menelan obat pada pasen TB Paru.
Berdasarkan hasil uji analisis diatas, maka dapat diketahui bahwa Cognitive behavior therapy
(CBT) menekankan pentingnya peranan kognitif terhadap apa yang dirasakan dan dilakukan
sehingga terapis CBT tidak mengatakan apa yang harus dilakukan tetapi mengajarkan apa yang
belum diketahui pasen dan bagaimana melakukannya. Tujuan terapi ini adalah mengajak pasen
untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang
bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah-masalah yang dihadapi (Oemaryoedi
Kasandra, 2003).
Pada pasen TB paru yang baru pertama kali terdiagnosa dan datang ke poliklinik tentunya
memiliki pemahaman yang beragam tentang prosedur pengobatan TB. Pengobatan TB
memerlukan waktu sekitar enam bulan dan ini akan menimbulkan kebosanan. Pemberian terapis
CBT, memungkinkan pemahaman pasen terhadap suatu prosedur akan meningkat. Hal ini
terbukti ketika pasen baru datang ke poliklinik, kemudian dilakukan terapi CBT, ternyata pasen
memiliki pemahaman yang baik dan kemauan yang kuat untuk menyelesaikan program
pengobatan TB sehingga jumlah pasen yang patuh menjadi meningkat.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Jumlah kunjungan pasen lama dan pasen baru menunjukkan angka yang bervariasi, hal ini
membuktikan bahwa masih terdapat penyakit TB Paru di masyarakat yang perlu
mendapatkan penanganan yang lebih serius.
b. Dari hasil analisa adanya peningkatan jumlah pasen yang patuh menelan obat setelah
dilakukan CBT
c. Berdasarkan hasil uji statistik, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan
pemberian cognitive behavior therapy (CBT) terhadap kepatuhan menelan obat pada pasen
TB paru.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas kami memberikan saran hendaknya CBT dapat
diterapkan pada setiap pasen baik pasen lama maupun pasen baru, untuk memberikan
pemahaman sehingga pengobatan TB akan berhasil dan menurunkan angka kesakitan.
KEPUSTAKAAN
Anderson, Sylvia, (1995), Patofisiologi, EGC, Jakarta
Arikunto, S (2000), Manajemen Penelitian, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Black, J.M, & Jacobs, EM. (1997). Medical Surgical Nursing, clinical management for continuity of care,
(5 th ed.).Philadelpia; W B Sounders
Burns, N and Grove, S.K. (1999),Understanding nursing research. (2nd ed) Philadelphia: W.B Sounders
Dep.Kes RI, (2001), Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (cetakan ke 6) Jakarta.
Mansjoer Arif dkk, (2001) Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FK-UI
Monintja, Jesse.A.(2009), Modules & Reading Materials: Pelatihan Perilaku Rasional, Teori & Aplikasi
Cognitive Behavior Therapy. Bandung
Monintja, Jesse, A (2009), Workshop sehari Cognitive Behavioral Therapy For Anxiety, Bandung
Oemarjoedi, Kasandra, (2003) Cognitive Behavior Therapy, edisi 1, Jakarta
Phipps, W.J, Cassmeyer,V.L, Sand,J.K, & Lehman,M.K (1995) Medical surgical nursing :concepts and
clinical practice (5 th ed). St Louis: CV Mosby
Polit,D.F and Hungler,B.P (1999).Nursing research : Principles and method.(6 th ed). Philadelphia :
Lippincott
Pollit.D.F. (1996), Data analysis & Statistic for nursing research. Connecticut : Apleton & Lange
Download