PANDANGAN DUNIA TENTANG SPIRITUAL DALAM KUMPULAN CERPEN CELENG SATU CELENG SEMUA KARYA TRIYANTO TRIWIKROMO Oleh Elen Anggun Kusuma NIM 11210141031 [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) struktur tematik dalam kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua yang mencerminkan pandangan dunia spiritual (2) kondisi sosial yang melatarbelakangi lahirnya kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua (3) pandangan dunia kelompok sosial pengarang tentang spiritual dalam kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua (4) ekspresi pandangan dunia pengarang dalam kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua. Subjek penelitian ini adalah kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua karya Triyanto Triwikromo. Penelitian difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan masalah pandangan dunia tentang spiritual yang dikaji secara strukturalisme genetik. Data diperoleh dengan teknik pustaka, simak dan catat, kemudian dianalisis dengan metode dialektik menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui validitas semantis dan realibilitas (intrarater dan interrater). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) struktur tematik dalam kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua melalui hubungan antartokoh dan tokoh dengan objek sekitar melakukan pencarian otentik terhadap pandangan dunia yang berkaitan dengan spiritual kultural dan humanis, (2) kondisi sosial yang melatarbelakangi lahirnya kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua merupakan kehidupan spiritual di Indonesia dan Madinah serta pada masa transisi Orde Baru tahun 1998 (3) pandangan dunia tentang spiritual ditunjukkan melalui mempertanyakan kembali wujud spiritual manusia dalam kehidupan modern, nilai-nilai ketuhanan, humanism dan keberagaman kultural, (4) ekspresi pandangan dunia kelompok sosial pengarang dalam kumpulan Celeng Satu Celeng Semua merupakan kesadaran Triyanto Triwikromo dan kelompok sosialnya dalam memperjuangkan gagasannya atas berbagai peristiwa yang melatarbelakangi kumpulan cerpen ini terbit, mengenai pemahaman yang mendalam tentang hubungan manusia dengan Tuhan, alam dan manusia itu sendiri dan diekpresikan melalui tokoh hero problematik. Kata kunci : pandangan dunia, strukturalisme genetik, cerpen, spiritual. iv WORLD VIEW ABOUT SPIRITUALISM IN THE SHORT STORIES COLLECTION CELENG SATU CELENG SEMUA BY TRIYANTO TRIWIKROMO By Elen Anggun Kusuma NIM 11210141031 [email protected] ABSTRACT This study is intended to describe: (1) tematic structure in the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua which mirror spiritual world view (2) the social condition which become the background for the creation of the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua (3) the world view of a writer's social group about spiritualism in the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua (4) the writer's expression of world view in the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua. The subject of the study is the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua by Triyanto Triwikromo. The study focuses on the problem of the world view about spiritualism using genetic structuralism theory. The data is obtained with pustaka techinque, listen and note, then analised with dialectic method using qualitative discriptive analysis. The data validity is obtained through semantic and readability validity (intrarater and interrater). The result of this study shows that: (1) there is tematic structure in the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua through the relationship between characters and the characters with the object around them in authentic search of world view in connection with cultural and humanism spiritualism, (2) the social condition which become the background of the writing process of the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua is a spiritual existence in Indonensia and Madinah and on the Orde Baru transition period in 1998, (3) the world view about spiritualism is shown through the requestioning the form of human spiritualism in modern life, (4) the expression of world view of the writer's social group in the short stories collection Celeng Satu Celeng Semua is Triyanto Triwikromo's and his social group's awareness to struggle to defend his ideas of various events which become the base of this short stories collection to be published and about the deep understanding of the relationship of man and God, nature and man which expressed through problematic hero character. Key words: world view, genetic structuralism, short stories, spritualism, strukturalisme genetic. iv Celeng Semua, dengan menyajikan A. PENDAHULUAN berbagai hal, peristiwa dan konflik Karya sastra merupakan karya yang terlihat begitu kompleks.. imajinatif yang mempunyai hubungan Triyanto erat dengan hal-hal di luar karya. spiritual masyarakat dalam karyanya. membentuk karya sastra, Karena karya tersebut pengarang yang diciptakan berperan Hubungan manusia dengan manusia oleh dan sebagai Triyanto masyarakat itu sendiri. Demikian juga karya-karya seperti dalam kumpulan menampilkan konflik yang beragam Triwikromo dalam kumpulan cerpen seperti konflik toleransi keagamaan, Celeng Satu Celeng Semua. spiritualistas dan eksistensi manusia. Di dalam fiksi dimensi waktu yang dalam menjadi cerpen Celeng Satu Celeng Semua halnya dengan cerpen-cerpen Triyanto hal selalu Triyanto. Tema spiritual yang diangkat ide dari peristiwa yang terjadi di sebuah Tuhannya pembahasan anggota masyarakat yang mengambil adalah juga banyak menampilkan potret kehidupan Faktor sejarah dan lingkungan ikut sastra Triwikromo Keberagaman tematik itu, sekaligus perlu memperlihatkan perhatian pengarang diperhatikan. Waktu yang berkenaan atas berbagai masalah yang terjadi di dengan alur dan latar menjadi sangat negeri ini terutama masalah spiritual. vital keberadaannya dalam sebuah Sebuah sikap etik yang sering kali cerita. Sebuah karya yang dihasilkan menjadi kegelisahan mereka yang seorang pengarang menjadi refleksi peduli atas lingkungan di sekitarnya. masa depan kelak. Penggambaran peristiwa masa lalu bukan hal mustahil Pandangan jika digambarkan ulang dalam masa Triwikromo depan dengan dimensi waktu yang menggunakan tinjauan strukturalisme sama. Triyanto Triwikromo kiranya genetik berhasil mengolah konsep tersebut jalinan antar tokoh juga latar di dalam dalam kumpulan cerpen Celeng Satu kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng 1 ini Triyanto untuk menarik diteliti mengetahui apakah Semua mengandung tegangan kuat dan melakukan pencarian otentik. dalam menciptakan kembali sejarah Dunia spiritual yang menolak tatanan dan kondisi sosial terutama kehidupan yang ada sangat jelas tergambar pada spiritual masyarakatnya. Penelitian ini tokoh-tokohnya. Seperti halnya tokoh juga meneliti pandangan Triyanto Hamzah yang muncul sebagai pejuang Triwikromo secara kritis sehingga perang yang terbunuh di medan perang pembaca bahan Uhud pada cerpen “Seperti Gerimis mengetahui yang Meruncing Merah”. Muncul memiliki pertimbangan untuk keterpihakkannya. sosok Dalam penerapan teori tersebut ada beberapa syarat yang Hindun, perempuan yang menaruh dendam pada Hamzah karena harus telah membunuh ayahnya. Kedua dipenuhi oleh sebuah karya sebagai sosok dalam cerpen ini muncul lagi objek kajian. Syarat tersebut adalah pada zaman berbeda berabad-abad sebuah kemudian. karya memiliki masterpiece Dalam cerita yang problematic) melompati ruang dan waktu ini, tokoh berhadapan dengan kondisi sosial yang Setan justru ditampilkan sebagai sosok memburuk (degraded) dan berusaha yang hendak mencegah terjadinya mendapat pengulangan pembunuhan ini. value). (hero yang nilai otentik Degradasi (authentic adalah suatu Untuk mengetahui pandangan keadaan yang bersangkutan dengan tidak dunia pengarang penelitian ini juga terjembatani antara sang hero dengan menyertakan analisis latar sosial dari dunia pengarang dan kondisi sosial yang adanya perpecahan (Goldmann yang melalui Faruk, melatarbelakangi 2001:92). karya. Syarat-syarat hero problematic lahirnya sebuah karya sastra Karena terdapat pada tokoh-tokoh di dalam sesungguhnya tidak kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng pandangan pengarang Semua karya Triyanto Triwikromo , masyarakatnya. Pengarang memiliki mereka mengalami kondisi degradasi pandangan dalam menyingkapi fakta 2 terlepas pada tentang sosial pada msyarakatnya. Pandangan pandangan dunia pengarang dan kelas pengarang dalam karyanya tersebut sosial merupakan pandangan ditekankan pada fakta-fakta dalam subjek kolektif terhadap masalah yang sebuah karya sastra yang selanjutnya terjadi pada msyarakat. Dalam karya dicari hubungannya dengan realitas sastra cerpen sosial yang melingkupi penciptaannya. Celeng Satu Celeng Semua akan Jadi melalui pendekatan strukturalisme muncul bagaimana sikap Triyanto genetik dapat diketahui pandangan Triwikromo sebagai individu maupun dunia serta kelompok sosial pengarang kelompok sosial terhadap kenyataan dan ekspresi pandangan dunia spiritual dari yang dimiliki Triyanto Triwikromo manifestasi melalui sudut kumpulan pandang sehingga dapat perasaan, pengalaman pengarang, diketahui batin kegelisahan-kegelisahannya. pandangan dunia diharapkan bukan gagasa, serta Celeng Semua. hanya B. METODE PENELITIAN ini dapat Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah pandangan dunia makna kontekstual atau refensial. pengarang yang ada dalam kumpulan cerpen tersebut. Objek tersebut akan genetik dianalisis secara cermat dan jelas dapat dilihat sebagai suatu usaha melalui setiap susunan kalimat-kalimat menganalisis karya sastra dalam dua pandangan. Pandangan dalam kumpulan cerpen Celeng Satu pertama Celeng didasarkan pada pemikiran bahwa karya sastra hanya ada karya Triyanto penerbit Gramedia Pustaka Utama pada bulan Juli tahun 2013 melalui eksistensinya ada jika dibaca sehingga mampu Semua Triwikromo yang diterbitkan oleh dalam kesadaran pembaca, artinya bahwa pembaca kedua Melalui pengarang srukturalisme Analisis dalam kumpulan cerpen Celeng Satu memunculkan makna tekstual, tetapi Teori pengarang. tinjauan memaknainya. strukturalisme genetik. Penelitian ini akan difokuskan pada Pandangan kedua didasarkan pada 3 objek penelitian terhadap pandangan untuk analisis mengenai hubungan dunia dalam antar variable dengan memetakannya kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng di dalam keseluruhan struktur sosial Semua karya Triyanto Triwikromo. yang terikat. spiritual pengarang Dalam penelitian ini, teknik C. HASIL analisis data yang digunakan adalah PENELITIAN PEMBAHASAN teknik analisis deskriptif kualitatif. 1. Hasil Penelitian Teknik deskriptif kualitatif digunakan a. Struktur karena memang data-data DAN Tematik dalam dalam Kumpulan Cerpen Celeng Satu penelitian ini berupa kata, kalimat atau Celeng Semua karya Triyanto paragraf yang berada di dalam cerita, Triwikromo. sehingga bentuknya Penjelasan dalam kualitatif. paragraph Goldmann ini Faruk, ini peneliti menampilkan penjelasan segala sesuatu sosial pengarang terkandung, unsur digunakan dalam cerita utama dengan tokoh-tokoh lain yang yang dianggap berpengaruh dalam peristiwa penyampaian cerita. Dalam kaitannya dengan strukturalisme genetik, stuktur tematik sangat dihubungkan satu sama lain dengan berpengaruh besar dalam penemuan pandangan dunia kelompok metode dialektik yang berlaku pada sosial pengarang. Pandangan dunia level karya sastra, yaitu menyelaraskan pengarang dicerminkan melalui tokoh- keseluruhan bagian sampai terbentuk dengan perhatian hubungan antar tokoh hero atau tokoh yang Data-data di dalam penelitian ini akan struktur Pusat antartokoh yang dimaksudkan, ialah pandangan dunia. sebuah 2012:72). dalam stuktur tematik adalah relasi yang menunjukkan adanya pandangan dunia kelompok konsep struktur yang bersifat tematik (via dilakukan secara deskriptif, dalam hal mengenai memiliki tokoh koherensi hero problematik yang diciptkannya dalam karya-karyanya. maksimal, khususnya stuktur oposisi biner, analisis dialektik juga digunakan 4 Tema besar karya-karya Indonesia pasca Orde Baru 1998, di Triyanto Triwikromo adalah ragam Semarang dan Madinah. kehidupan spiritual manusia. Beberapa c. Pandangan penelitian menggolongkan Triyanto Spiritual sebagai napas Cerpen hero Semua penulis dengan posmodern. Melalui problematik yang Triyanto tokoh diciptakannya memberikan realitas dialaminya pengertian sosial dengan tentang kenabian menggunakan sentuhan yang permasalah gagasan, di Triyanto langsung. Menurut pandangan dunia aspirasi, perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota suatu kelompok sosial tertentu dan pandang kepercayaan lain. Melatarbelakangi Celeng merupakan kompleks menyeluruh dari seringkali cerpennya yang membicarakan sudut Sosial karya bersifat Goldmann dalamnya meskipun ada beberapa b. Kondisi Satu mata menggambarkan fakta empiris melihat Islami Celeng Kumpulan Pandangan dunia tidak semata- spiritual. Karya-karya Triyanto yang bertemakan dalam tentang Triwikromo. kepada pembaca tentang konflik batin yang Dunia mempertentangkannya dengan kelompok sosial lain (Faruk, 1988:74). yang Kondisi Penulisan sosial ini kemudian menstrukturasi struktur karya dalam Kumpulan Cerpen Celeng Satu pandangan Celeng Semua Karya Triyanto dunia. Melihat hero problematik dalam kumpulan cerpen Triwikromo. Celeng Satu Celeng Semua karya Berdasarkan catatan publikasi Triyanto karya kumpulan cerpen ini antara masalah tahun 2002 hingga tahun 2012 kondisi spiritual, sosial yang melatarbelakangi lahirnya sebuah pemahaman tentang spiritual, kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng serta mempertanyakan kembali nilai Semua spiritual yang selama ini telah ada. adalah kondisi sosial di 5 Triwikromo muncul berbagai tentang bagaimana hakikat memandang d. Ekpresi Pandangan Pengarang Cerpen dalam Celeng Semua penderitaan adalah sebuah keindahan Dunia seperti kutipan berikut. Kumpulan Satu karya Celeng Ya, bagi saya penderitaan memang memesona. Bagi iblis, Ia merasuk, meracun, mencandu dan nyaris jadi tunangan kekal. Maka saya tak kaget ketika berada dalam puncak kebahagiaan sebagai muslim yang pada tahun 2002 naik haji, sang maha-derita mengajak saya memahami sisi gelap, kesombongan, ketakaburan, kebrengsekan saya sebagai manusia (Triyanto, 2013:3) Triyanto Triwikromo Setelah penentuan pandangan dunia maka selanjutnya menentukan genetis dari kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua karya Triyanto Triwikromo. Ekpresi pandangan dunia Tema-tema Triyanto berangkat kelompok sosial pengarang dalam dari pengalaman Triyanto sebagai kumpulan cerpen Celeng. perekam gerak fenomena sosial yang 2. Pembahasan a. Struktur ada di sekelilingnya. Dalam catatan dalam pengantar untuk kumpulan cerpen Kumpulan Cerpen Celeng Satu Sayap Anjing yang diterbitkan Kompas Celeng Semua karya Triyanto pada tahun 2003 Triyanto menuliskan Triwikromo. pengalaman panjangnya dalam yang Secara Tematik tematik berhubungan dengan kelahiran karya- Triyanto Triwikromo menggunakan tema-tema karyanya. spiritual dalam beberapa karyanya, tersebut pada akhirnya melahirkan dalam halnya ini spiritual Islam. cerpen Ditinjau dari beberapa judul karyanya Takroni” pada tahun 2002. Struktur nampak jelas Triyanto memasukkan tematik kumpulan cerpen Celeng Satu unsur-unsur Islami. Salah satunya Celeng Semua akan dijabarkan sebagai kumpulan cerpennya Ular di Mangkuk berikut. Nabi yang diterbitkan pada tahun 2009 a. oleh Utama. penerbit Gramedia Triyanto Pengalaman “Mata Sunyi menganggap 6 Perempuan Kebenaran Bukan Milik Sekelompok Orang. Pustaka Triyanto Tokoh narasi Zubaedah panjang memberikan dialami oleh semua anaknya perempuan orang Takroni begitu juga beranggapan Ibu Zubaedah. Kebutaan pada cerpen bahwa memberikan makan merpati ini rupanya memiliki makna tersendiri dengan habbah merupakan wujud dengan dimunculkannya pandangan cinta kepada nabi. Eksisten Tuhan baru tentang dunia. Zulaekha. sangat Zubaedah jelas Zubaedah. untuk tersebut Ia terlihat pada sosok menganggap untuk Entah karena bertanya mengapa aku dilahirkan sebagai perempuan Takroni atau disebabkan oleh penyakit keturunan atau hal lain, pada usia yang sedang mekar, aku benar-benar buta. Dan Ayah, sebagaimana pria Takroni lain, tak meratapi peristiwa duka nestapa itu. “Sudah kubilang..jangan usil. Jangan mempertanyakan apa-apa. Jangan melihat yang tak pantas dilihat. Jangan…” Maryam—Ibuku, perempuan yang seindah dan secantik buah zaitun—selalu memprotes pendapat Ayah. “Engkau hanya tahu Hajar Aswad berwarna hitam. Tetapi kau tak tahu Nabi juga memuliakan Bilal, nenek moyang kita yang rupawan. Engkau hanya tahu peziarah mengenakan ihram putih, tetapi tak tahu betapa Kakbah diselimuti kain hitam bertabur benang emas. (Triwikromo, 2013:5) menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi Ia tak perlu susah payah masuk makam dan menangis berdoa di atas pusara makam yang dianggap mulia oleh orang Madinah namun hanya cukup memberikan habbah kepada merpatimerpati yang terbang di atas makam Nabi seperti kutipan berikut ini. Karena itu anakku, memberi makan mereka sama saja memberikan cinta tak habis-habis kepada Kanjeng Nabi. Jika hanya ingin berbagi rasa cinta, kau tak perlu memasuki makam keramat. Kau tak perlu menangis dan meratap sepanjang waktu di gundukan-gundukan tanah yang dimuliakan oleh orang-orang Madinah. Apalagi kau perempuan, anakku. Apalagi kau hanya orang Takroni. (Triwikromo, 2013:4) Pemahaman yang sama juga terlihat pada tokoh Kufah dan Abu Jenar. Kufah adalah seorang gadis belia yang tinggal di sebuah kampung di Menjadi seorang wanita buta ujung tanjung yang nyaris tenggelam akibat abrasi. Iya berteman dengan menyandang sebagai orang dengan Zaenab, seorang perempuan Takroni merupakan beban tersendiri dengan kulit bersisik dan lidah yang bagi Zubaedah. Terlebih lagi kebutaan 7 ikannya kepanasan. 2013:73-74) bercabang. Kufah merupakan anak perempuan dari Kiai Siti. Ia setia (Triwikromo, menjaga makam Syekh Muso, orang Kebenaran milik sekelompok yang dituakan di kampung tersebut orang juga terlihat pada konflik yang dan juga kakek buyut Kufah. terjadi pada Azwar dalam cerpen Suatu malam Abu Jenar “Burung Api Siti”. mendatangi kampung dan menemui Kiai Siti bermaksud Azwar, ayah Siti, hanya karena tidak pernah mau bergabung dengan para serdadu dan orang-orang yang mengaku paling suci, kali ini tak terhindarkan harus menjadi makhluk buruan paling dibenci. Puluhan orang dari kampung sebelah—tentu bersama para serdadu dan laki-laki beringas berjubah serbaputih— menyerbu kampung di ujung tanjung setelah Isya yang sangat tenang itu. Mereka mengasah amarah sambil menjulur-julurkan lidah, mengacungacungkan parang, dan meneriakkan kebesaran Allah berulang-ulang agar segala tindakan tersucikan dari kesalahan. (Triwikromo, 2013:82) akan menghancurkan makam Syekh Muso dengan meledakkannya. Kufah terlihat sebagai sosok yang sangat menghormati makam tersebut terlebih Ia tidak ingin ikan-ikan yang hidup sekeliling makam tersebut mati akibat ledakan tersebut terlihat pada kutipan. Seperti pada hari-hari sebelumnya, tidak ada yang berani Pemahaman kebenaran milik melawan Abu Jenar. Karena itu dalam benak Kufah yang belum sekelompok bisa orang seperti yang menggapai nalar, itu berarti Abu Jenar dijelaskan pada akhirnya mengalami akan dituruti. Makam Syekh Muso perpecahan. Kebenaran yang telah akan diledakkan. Api akan melahap direlatifkan oleh sekelompok orang kampung. memaksa kepentingan individu untuk “Dan aku kira malam ini adalah saat paling tepat untuk meledakkan makam itu. Bersiaplah kalian melaksanakan perjuangan besar ini!!” cerocos Abu Jenar lagi, menjijikkan. Sambil membayangkan api yang bakal melahap makam, Kufah teringat pada ikan-ikan yang berkecipakan di sekitarmakam. Dia tak ingin melihat ikan- bergerak masuk ke dalam lingkup kelompok sehingga kebenaran yang bersifat subjektif diperhitungkan lagi. 8 sudah tidak cintanya b. Spiritual Sebagai Pemahaman menempatkan Ketuhanan yang Luas makam Spiritual yang lebih kepada yang Ia dapatkan sekarang. anak laki-laki berumur 10 tahun. Ia Menjelang Ayah meninggal, dia berdoa, “Tuhan yang Maha Melihat, telah Engkau butakan anakku, telah Engkau minta kembali segala keindahan cahaya Madinah dari matanya. Aku tak akan marah, ya Allah. Aku tak akan marah. Tetapi Engkau Yang Maha Memberi, berilah cahaya hati yang paling terang di tengah-tengah kegelapan yang senantiasa menguntit kehidupannya. (Triwikromo, 2013: 6) merupakan anak dari Azwar. Azwar yang pembenci Allah. Oleh sebab itu Azwar diburu dirinya yang sebagai orang suci untuk dibunuh dan dibantai. “Kami harus membunuh mereka karena sebelumnya mereka akan membunuh kami,” kata seorang serdadu. “Kami harus membantai orangorang yang menistakan agama ini karena mereka telah membunuh para jenderal terlebih dahulu,” kata seorang pemuda berjubah putih. (Triwikromo, 2013:81) Tokoh Zubaedah yang mengapa Ia selalu mensyukuri apa kejadian di sekeliling. Siti seorang mengatasnamakan Tuhan beberapa hal yang menjadi alasan sosok yang mampu merekam segala kampung pemahaman mampu menyentuh Tuhan namun ada Api Siti”. Ia digambarkan sebagai orang metode Melalui kebutaannya Ia bukan lagi problematik dalam cerpen “Burung dan bentuk subjektif dengan cara yang unik. Triyanto. Siti merupakan tokoh hero agama sebagai adalah hero problematik yang diciptakan oleh menistakan gundukan-gundukan Apa yang dikemukakan Zubaedah yang begitu luas terlihat pada tokoh orang Triyanto menemukan esensi Tuhan itu senditri. mengantarkan pemahaman pada Tuhan sebagai Nabi. keagamaan dan Zubaedah mampu dorongan roh atau jiwa manusia dianggap kepada c. Islam sebagai Jalan Menuju Kebaikan Tema spiritual yang cerminkan Triyanto melalu tokoh-tokohnya merupakan pemahaman spiritual yang luas memiliki dalam memahami Tuhan. Pemahaman yang luas tersebut terlihat pemahaman yang luas terhadap bentuk 9 pada tokoh Setan dan Jamuri. Di Kondisi dalam cerpen “Seperti Gerimis yang menempatkan Meruncing kelompok Merah” tokoh Setan sosial dua yang yang kepentingan berbeda juga muncul sebagai tokoh yang bisa ditampilkan kembali oleh Triyanto berubah menjadi tokoh lain dalam Triwikromo pada tokoh Siti dan cerita. Tokoh Setan bisa merubah Azwar pada cerpen “Burung Api Siti”. menjadi Hamzah dan mampu melewati Pada batas ruang dan waktu sehingga dijelaskan bahwa tokoh Azwar mampu berubah lagi menjadi tokoh merupakan orang yang menjadi Rosa yang merupakan teman sekantor burunon Hindun. Setan digambarkan sebagai menistakan agama. tokoh utama yang memegang kendali Apa yang disembunyikan oleh bangau-bangau dan pohon bakau? Jika saja telinga Siti tidak ditulikan oleh kicauan bangau, sesungguhnya ada jerit panjang terakhir yang menyayat dari sebelas perempuan dan laki-laki dewasa yang lehernya dipancung oleh para pembantai dari kampung sebelah. Para pembantai itu meneriakkan nama Allah berulang-ulang sebelum dengan hati dingin mengayunkan parang, sebelum dengan kegembiraan bukan alang kepalang menusukkan bayonet ke lambung. (Triwikromo, 2013:81) cerita. Tokoh Setan menaruh banyak perhatian pada Hindun. Dan kau, Hindun, mengapa masih mengasah pedang juga? Mengapa pada saat tak ada burung-burung ababil melintas di atas kuburan kau tetap mengenang pertempuran sengit di Jabal Uhud itu? Bukankah telah kau hentikan segala puasa dan sakit yang mengaharubiru Sudah kuduga kau mengabaikan teriakan parauku. Bersama kaum Quraisy—wahai pahlawan-pahlawan kencanaku—kau bergegas menghitung dan mencari orang-orang yang gugur dalam perang besar itu. Aha! Kuhitung 55 tentara Nabi telah tewas. Sedang pasukan Quraisy Cuma 22 orang. Ini jelas kemenangan tak terperi. Kemenangan terindah setelah jauh sebelumnya, kudengar suara Ibnu Qami’ah berteriak membelah gurun, “ pembahasan warga sebelumnya karena dianggap Pada latar cerpen “Burung Api Siti” merupakan sebuah malam yang mencekam dengan datangnya sekelompok orang yang menganggap merekalah yang paling benar. Azwar dituduh menistakan Islam karena Ia menolak untuk bergabung dengan kelompok tersebut. Pada kutipan di 10 atas jelas terlihat bahwa kelompok akhirnya mendorong Triyanto untuk radikal di kampung Azwar memaksa menciptakan untuk mengikuti kepercayaan yang (Kompas, 2003) dan juga beberapa dianut oleh kelompoknya tersebut. cerpen pada kumpulan cerpen Celeng b. Kondisi Satu Celeng Semua. Tokoh Zubaedah Sosial yang Melatarbelakangi kiranya Lahirnya karya mampu Sayap mewakili Anjing semua Kumpulan Cerpen Celeng Satu penderitaan yang ditangkap Triyanto. Celeng Semua karya Triyanto Madinah pada kenyataannya adalah Triwi kromo. sebuah tempat suci yang menyimpan Kondisi sosial cerita pilu untuk beberapa orang yang seperti apa yang Triyanto kemukakan melatarbelakangi lahirnya kumpulan pada essai pengantarnya. cerpen Celeng Satu Celeng Semua Pada saat semacam itu, saya diingatkan betapa di tengah-tengah kesuntukan menjadi tamu Allah, kita masih menjadi binatang rakus yang menyepelekan manusia lain, saling sikut daat mencium hajar aswad atau berdoa di raudah, adu cepat ketika melakukan tawaf, dan memukul pendoa lain manakala barisan kita didesak. Saya lupa betapa mencintai Allah dengan mendebukan atau mengubah diri saya menjadi zarah ternyata menerbitkan penderitaan juga. Dan saya yakin penderitaan yang sama akan dialami oleh orang-orang yang dalam kehidupan keseharian dianjingkan atau dinajiskan oleh lingkungan. (Triwikromo, 2003:4) dapat dikategorikan berdasarkan latar belakang sosial budaya yang menjadi acuan cerpen ini, serta hubungan pengarang dengan latar belakang kehidupannya. Kondisi sosial tersebut mendorong Triyanto melahirkan tokoh-tokoh hero problematik yang selanjutnya mengalami degrade dan berusaha bergerak melakukan perncarian. Kondisi sosial di Madinah yang Isu-isu penuh dengan penderitaan yang seakan G30S tersebut Kabbah tergambar jelas pada cerepen “Burung mengantarkan Triyanto menemukan Api Siti”. Kampung tempat tinggal Siti makna yang merupakan sebuah kampung di pesisir sesungguhnya. Kondisi sosial tersebut dan dikelilingi hutan bakau. Siti tertutup oleh keindahan penderitaan 11 terlahir sebagai seorang anak dari pada Azwar. Ia tinggal di sebuah kampung “Seperti Gerimis yang Meruncing muslim dan Siti digambarkan sebagai Merah”. Realitas tersebut kemudian seorang anak yang taat beribadah. menjadi fakta kemanusiaan sebagai Kemiripian latar pada cerpen ini juga latar kondisi sosial yang carut marut terlihat bahwa di dalam kampung Siti akibat pemberontakan seperti yang terdapat juga makam keramat yang digambarkan pada kutipan berikut ini. gelap dan berada diujung tanjung dan Maka ketika kota ini diamuk oleh kerusuhan dan hampir semua perempuan berkulit kuning gading diperkosa beramairamai oleh para zombie bayaran, kubisikkan kata-kata busuk ke telinga Hamzah. “Ayo Hamzah! Kapan lagi kalau tak sekarang!” sambil mengenang arwah Hamzah lain yang kupastikan berusaha menghalang-halangiku, kalau Singa Gurun itu masih hidup. (Triwikromo, 201316) diperlihatkan pada kutipan berikut. Karena penasaran, Siti dari masjid hendak bergegas ke rumah, tiba-tiba berbalik arah menuju tanah lapang ytang dikelilingi hutan bakau tak jauh dari makam yang dikeramatkan. Dari tanah lapang itulah, ia akan bisa dengan saksama mnelihat segala yang terjadi pada burung-burung bangau yang berkerumun di tanah becek, diantara pohon-pohon bakau. Tentu jika memang benar ular-ular raksasa itu melahap secara sembarangan burung-burung bangau kesayangan, dengan oncor yang terus menyala Siti akan mengusir binatang-binatang menyeramkan itu. (Triwikromo, 2013:2013:80 Isu-isu politik G30S Triyanto tersebut kemudian dicerminkan Kufah” kelam Indonesia cerpen latar cerita digambarkan pantai. Kampung tempat tinggal Kufah berada di ujung tanjung dikelilingi oleh hutan bakau. Kampung kecil yang dihuni sebagian orang muslim yang taat realitas beribadah tersebut memiliki sebuah makam keramat tetua kampung tiap yang dihormati bernama Syekh Muso. karyanya melalui tokoh ataupun latar. Sejarah dalam berada pada sebuah kampung pesisir yang pada Setan Pada cerpen “Ikan Terbang terjadi di Indonesia juga direkam jelas oleh tokoh Konflik terjadi ketika sekelompok tersebut orang yang dipimpin oleh Abu Jenar menjadi sebuah potret perang dan akan membangun sebuah resor dan kekacauan seperti yang digambarkan 12 menghancurkan makam Syekh Muso dengan manusia dan alam. Hal tersebut yang terlihat pada kutipan berikut ini. ditunjukkan oleh tokoh Zubaedah pada cerpen Pandangan Sosial sebagai berikut. Karena itu anakku, memberi makan mereka sama saja memberikan cinta tak habis-habis kepada Kanjeng Nabi. Jika hanya ingin berbagi rasa cinta, kau tak perlu memasuki makam keramat. Kau tak perlu menangis dan meratap sepanjang waktu di gundukan-gundukan tanah yang dimuliakan oleh orang-orang Madinah. Apalagi kau perempuan, anakku. Apalagi kau hanya orang Takroni. (Triwikromo, 2013:4) Kelompok Beberapa penulis berada pada Pengarang Tentang satu kelompok sosial pengarang yang Kumpulan karyanya merupakan perwakilan dari dalam Celeng Semua Satu karya Celeng suatu kelompok tersebut. Pandangan Triyanto Triwikromo Triyanto tentang humanis tersebut pernyataan Melalui Triyanto Perempuan Dunia Spiritual Cerpen Sunyi Takroni” melalui sebuah ucapannya Kufah tidak percaya pada akhirnya orang-orang kota benar-benar akan menghancurkan makam Syekh Muso yang menjulur di ujung tanjung yang dikepung oleh hutan bakau dan cericit ribuan bangau. Mereka akan membangun resor di kampung penuh ikan terbang itu. Kufah keberatan bukan karena nisan Syekh Muso sering menguarkan cahaya hijau yang menyilaukan mata, tetapi jika sewaktu-waktu tanjung itu turut dilenyapkan, ia tidak akan bisa berlamalama memandang bulan sambil mengecipakkan kaki di kebeningan air laut yang jika pasang tiba, kerap mengempaskan segala benda tak terduga. (Triwikromo, 2013:71) c. “Mata spiritual tokoh-tokohnya menganggap dinilai dari Tuhan namun bahwa hubungannya juga senada dengan Kuntowijoyo bahwa akhirnya bergeser pada Ma’ruf dalam arti sederhananya adalah menyuruh kepada kebaikan. Dalam yang bersifat humanis. Ia tidak hanya berpikir Islam humanisme atau amar ma’ruf. Amar pemahaman Islam merupakan sebuah kebebasan mutlak konsep penafsiran lebih lanjut, amar ma’ruf keimanan dimaknakan dengan “pemanusiaan” hubungannya 13 sebagai upaya Upaya berjudul “Ikan Terbang Kufah”. Abu humanisasi dapat berarti upaya untuk Jenar dan para pengikutnya akan melawan segala bentuk dehumanisasi membangun sebuah resor di kampung dan Kufah (emansipasi/humanisasi). loneliness (privatisasi dan akibatnya konflik tersebut individuasi). Dehumanisasi ini terjadi muncul dengan berbagai kepentingan di individu dan akhirnya mengorbankan antaranya karena dipakainya dalam masyarakat, teknologi di misalnya sebuah pabrik nyawa yang tak berdosa. yang humanisme Kufah tidak percaya pada akhirnya orang-orang kota benar-benar akan menghancurkan makam Syekh Muso yang menjulur di ujung tanjung yang dikepung oleh hutan bakau dan cericit ribuan bangau. Mereka akan membangun resor di kampung penuh ikan terbang itu. Kufah keberatan bukan karena nisan Syekh Muso sering menguarkan cahaya hijau yang menyilaukan mata, tetapi jika sewaktu-waktu tanjung itu turut dilenyapkan, ia tidak akan bisa berlamalama memandang bulan sambil mengecipakkan kaki di kebeningan air laut yang jika pasang tiba, kerap mengempaskan segala benda tak terduga. (Triwikromo, 2013:71) pandang Pandangan yang serupa juga kepentingan yang berbeda. Dalam dikemukakan oleh Emha Ainun Nadjib cerpen Terbakar melalui bukunya Sedang Tuhanpun Kuntowijoyo Cemburu (Bentang, 2015) . Emha memperlihatkan tindakan sewenang- Ainun Nadjib (2015:71) menyebut wenang seorang santri yang membakar bahwa kulturalisme merupakan sebuah rumah keberlangsungan menjadikan manusia semata objek dan menciptakan bergerak otomatisme secara (manusia otomatis tanpa kesadaran) (Kuntowijoyo, 1997). Kecenderung bahwa Triyanto dan Kuntowijoyo merupakan satu kelompok sosial terlihat dari tokohtokoh hero problematik yang diciptakan. Suatu kelompok orang tidak memahami disebabkan oleh Rumah (Kompas, arti sudut yang 2013) tempat menimbulkan pelacuran korban yang sosial ketika orang-orang sejumlah kesepakatan aturan, etika, tidak berdosa. Konflik yang terjadi norma hukum, logika, politik, nalar senada dalam cerpen Triyanto yang profesionalisme, rasionalitas birokrasi 14 “Kami harus membunuh mereka karena sebelumnya mereka akan membunuh kami,” kata seorang serdadu. “Kami harus membantai orangorang yang menistakan agama ini karena mereka telah membunuh para jenderal terlebih dahulu,” kata seorang pemuda berjubah sebaputih. (Triwikromo, 2013:81) atau juga patok-patok keagamaan— menjadi relatif atau sengaja direlatifkan oleh pola-pola tertentu dari budaya komunitas pelakunya. Hal tersebut seperti yang digambarkan Triyanto pada toko hero yang mewakili dalam cerpen-cerpennya. Tokoh Siti dan Azwar pada Pandangan spiritual tentang cerpen Burung Api Siti merupakan Tuhan yang terbentur melalui agama salah satu tokoh yang mencerminkan dan pandangan Triyanto pemikiran yang cenderung subjektif. menciptakan konflik serupa dengan Agama setidaknya merupakan sebuah dibangunnya jalan tersebut. sebuah kelompok ritus-ritusnya pembenaran menyebabkan seperti yang masyarakat yang menyebut dirinya dikemukakan Emha (2013:74) bahwa suci membantai orang-orang yang agama dianggapnya agama. pembenar kemapanan kultur. Nilai- Azwar merupakan tokoh yang menjadi nilai agama diterima sejauh merupakan buronan utama untuk dibantai terlihat pembenaran, bukan sebuah kebenaran. pada kutipan berikut ini. Ritus keagamaan yang kaku pada Apa yang disembunyikan oleh bangau-bangau dan pohon bakau? Jika saja telinga Siti tidak ditulikan oleh kicauan bangau, sesungguhnya ada jerit panjang terakhir yang menyayat dari sebelas perempuan dan laki-laki dewasa yang lehernya dipancung oleh para pembantai dari kampung sebelah. Para pembantai itu meneriakkan nama Allah berulang-ulang sebelum dengan hati dingin mengayunkan parang, sebelum dengan kegembiraan bukan alang kepalang menusukkan bayonet ke lambung. Islam tentang haram dan tidak juga menistakan hanya berfungsi sebagai dimunculkan Triyanto pada konflik yang terjadi pada cerpen “Lengtu Lengmua”. Jamuri merupakan seorang peternak celeng yang bersikukuh akan membiakkannya di sebuah kampung yang Islami. apa yang dilakukan Jamuri 15 dianggap sebagai khotbah tamu berjenggot yang lebih dikenal sebagai Panglima Langit Abu Jenar tersebut. Hanya, karena dalam bayangan Kufah, Abu Jenar tampak sebagai raksasa yang bengis dan rakus serta bersiap melahap apapun, Ia selalu meninggalkan rumah ketika Kiai Siti dan hantu bermulut penuh lender itu bercakap tentang perjuangan akbar dan hutan bakau yang bakal digusur. Ia juga tidak suka pada Abu Jenar karena Sang Panglima Langit selalu memandang dengan mata nakal setiap bersitatap dengan dirinya. Ia makin benci ketika mendengar gunjingan Abu Jenar hendak menjadikannya diri sebagai istri keempat. (Triwikromo, 2013:72-73) penyimpangan dikarenakan sebagian besar penduduk kampung tidak ada yang berani memegang hewan yang dianggap haram tersebut. “Celeng-celeng itu akan mati kalau Allah tak menghendaki!” kata Kiai Siti sesaat setelah Rajab melaporkan segala yang dia alami kepada tetua kampung yang hampir-hampir tak pernah marah itu di masjid. “Tetapi kita tetap saja harus menolak Jamuri membiakkan celeng di sini, Kiai. Di kota telah berkembang wabah celeng loreng. Siapa pun yang diseruduk celeng akan bertabiat seperti babi liar.” “Kalau Allah tak menghendaki wabah itu datang, kampung kita akan aman..”. (Triwikromo, 2013:94) Ketaatan terhadap ajaran kepada guru atau orang yang disegani di sebuah kampung lengkap dengan Melalui pembacaan tokoh atribut Setan dalam memahami baik dan jahat pemahaman secara relatif memperoleh pemahaman pada setiap dengan berjenggot berkembang lingkup Islami dan memakai atribut dan memakai di Jawa para kiai merupakan kelompok pimpinan agama keagamaan yang dipandang sebagai belum radikal. sebagai guru. Sejak Islam masuk dan cerpen ini. Manusia yang hidup dalam taat sangat sorban putih tidak pantas diakui juga diberdebatkan dalam kumpulan yang merupakan sebagai orang yang paham agama individu. Berbagai pemahaman tentang spiritual muslim yang ini Sosok Abu Jenar yang digambarkan bahwa kebaikan dan kejahatan bersifat subjektif keagamaan yang kompak, mempunyai karisma tentu kepemimpinan, kultur dan gaya hidup seluruhnya baik. yang sangat homogenous) Kufah suka sekali mengintip dan mendengarkan secara serampangan serasi sehingga (highly dapat dikatakan memiliki ciri-ciri kelompok 16 yang oleh Durkheim ditandai oleh mereka sebagai manusia bebas dalam ikatan hal ini bebas berkehendak. Secara solidaritas mekanistik (mechanical solidarity), sehingga tidak terang-terangan ada yang ideologi bahwa kebenaran itu mutlak melanggar moral agama dan lain- terlebih masalah spiritual. Kebenaran lainnya. (Wahid, 1999:80) spiritual adalah milik pribadi dan persoalan adanya Triyanto kiai menganggap Triyanto menolak bukan milik sekelompok orang seperti ketimpangan sosio-kultural tersebut yang akibat pengaruh dari budaya kota Zubaedah pada cerpen “Mata Sunyi (urban Perempuan Takroni”. culture) pedesaan. yang Tokoh masuk Abu ke kiai atau orang yang disegani yang telah terpengaruh oleh budaya kota dan pada akhirnya tokoh Abu Jenar mengalami dorongan untuk melakukan tindakan kepentingan individu berdasarkan dan oleh tokoh Karena itu anakku, memberi makan mereka sama saja memberikan cinta tak habis-habis kepada Kanjeng Nabi. Jika hanya ingin berbagi rasa cinta, kau tak perlu memasuki makam keramat. Kau tak perlu menangis dan meratap sepanjang waktu di gundukan-gundukan tanah yang dimuliakan oleh orang-orang Madinah. Apalagi kau perempuan, anakku. Apalagi kau hanya orang Takroni. (Triwikromo, 2013:4) Jenar merupakan bentuk dari salah satu kelompok digambarkan tidak Pandangan terlepas dari faktor sosial politik. dunia tentang kebenaran bukan milik sekelompok d. Ekspresi Pengarang Pandangan dalam orang Dunia juga “Burung Kumpulan terlihat Api pada Siti”. tidak lagi cerpen Kebebasan Cerpen Celeng Satu Celeng Semua berpendapat dihargai. karya Triyanto Triwikromo. Kebenaran individu tidak diakui oleh beberapa kelompok. Oleh sebab itu Dengan menggunakan tokohtokoh kejiwaan yang problematis, kelompok memberikan rasa independen dalam melakukan perbuatan pemaksaan agar tiap mampu beberapa orang yang tidak sependapat mematahkan apa yang telah menindas dengannya mau tidak mau menjadi tokohnya dan 17 tersebut akhirnya bagian dari kelompoknya. Konflik tempat dikebumikan tetua kampung sosial mereka Syekh Muso, sementara bagi dan tertentu kepentingan kelompok mengakibatkan Azwar penduduk kota menjadi buronan. Pandangan dunia dianggap tempat Triyanto terlihat pada kutipan berikut membangun resort. Pada peristiwa ini. tersebut menunjukkan perbedaan dua Akan tetapi Oktober yang kian panas dan ganas tetap saja tak memiliki cara lembut untuk memperkenalkan kematian kepada Siti. Para pemberani—yang dari bisikbisik di kampung sebelah telah dirasuki arwah para jenderal yang dibunuh di kota yang jauh—sepanjang siang sepanjang malam mencari siapapun yang dianggap sebagai para pemuja iblis, yakni iblis-iblis yang senantiasa mengibar-ngibarkan bendera palu-arit dan menari-nari sambil bernyanyi-nyanyi saat menghajar para jenderal dan para pemeluk teguh. Azwar,ayah Siti, hanya keran tidak pernah mau bergabung dengan para sedadu dan orang-orang yang mengaku paling suci, kali ini tak terhindarkan harus menjadi makhluk buruan paling dibenci. (Triwikromo, 2013:85) kepentingan yang berbeda dan Kufah Triyanto peristiwa dan makam untuk Syekh Ia resor tidak ataupun Muso, Ia mempermasalahkan hal yang lebih dekat dengannya yaitu ikan-ikan yang hidup di sekeliling makam Syekh Muso seperti pada kutipan berikut. Kufah tidak percaya pada akhirnya orang-orang kota benar-benar akan menghancurkan makam Syekh Muso yang menjulur di ujung tanjung uang dikepung oleh hutan bakau dan cericit ribuan bangau. Mereka akan membangun resor di kampung penuh ikan terbang itu. Kufah keberatan bukan karena nisan Syekh Muso sering menguarkan cahaya hijau yang menyilaukan mata, tetapi jika sewaktu-waktu tanjung itu turut dilenyapkan, ia tidak akan bisa berlamalama memandang bulan sambil mengecipakkan kaki di kebeningan air laut yang jika pasang tiba, kerap mengempaskan segala benda tak terduga. (Triwikromo, 2013:71) menggambarkan kepentingan. strategis tersebut. mempermasalahkan makam sebagai pergulatan berbagai kekuasaan tersebut hadir sebagai tokoh yang merekam Pada cerpen “Ikan Terbang Kufah” kampung Bagi penduduk kampung makam tersebut dianggap keramat karena disitulah 18 Pandangan Triyanto mengenai kelompok sosialnya. Triyanto spiritual juga ditunjukkan melalui menganggap tokoh Abu Jenar yang dianggapnya merupakan hal yang relatif. Pandangan sebagai tetua kampung yang dihormati dunia dengan namun tokohnya memberikan semangat baru memiliki sifat kurang baik. Metode terhadap karya sastra Indonesia yang keagamaan menjadi sebuah aturan kini tengah dilanda carut marut konflik yang kaku dan banyak disalahgunakan. sosial dan budaya. memakai sorban bahwa Triyanto kebenaran melalui tokoh- Tokoh Abu Jenar pada cerpen “Ikan Terbang Kufah” secara jelas D. PENUTUP mencerminkan pemahaman Islam yang a. salah kaprah. Berdasarkan Kufah suka sekali mengintip dan mendengarkan secara serampangan khotbah tamu berjenggot yang lebih dikenal sebagai Panglima Langit Abu Jenar tersebut. Hanya karena dalam bayangan Kufah, Abu Jenar tampak sebagai raksasa yang bengis dan rakus serta bersiap melahap apapun, ia selalu meninggalkan rumah ketika Kiai Siti dan hantu bermulut penuh lendir itu bercakap tentang perjuangan akbar dan hutan bakau bakal digusur. Ia juga tidak suka pada Abu Jenar karena Sang Panglima Langit selalu memandang dengan mata nakal setiap bertatap dengan dirinya. Ia makin benci ketika mendengar gunjingan Abu Jenar hendak menjadikan dia sebagai istri keempat. (Triwikromo, 2013:72-73) Triwikromo sebagai berikut. (1) Analisis struktur tematik yang dilakukan terhadap kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua memperlihatkan dan kemudian tema besar yang digunakan Triyanto Triwikromo yang kemudian digunakan untuk menemukan pandangan dunia Triyanto Triwikromo. Struktur tematik yang ditemukan adalah kebenaran bukan milik sekelompok orang, spiritual dilihat sebagai pemahaman ketuhanan tentang yang luas dan Islam sebagai jalan spiritualnya dicerminkan pada tokohtokohnya pembahasan, dapat disimpulkan sejumlah rumusan Relasi antara pandangan dunia Triyanto Kesimpulan menuju kebenaran. Struktur tematik mereka tersebut terlihat dari interaksi dan memulai pencarian terhadap nilai di 19 ideologi yang dibawakan oleh tokoh yang terjadi di negara Arab, maraknya hero problematik yang merupakan isu-isu politik masa transisi Orde Baru. cermin pandangan dunia Triyanto Dampaknya adalah maraknya tindak Triwikromo. kriminalitas dan anarkis dari kelompok Relasi antar tokoh dengan separatis yang terjadi di masyarakat. objek yang ada di sekitarnya sebagian (3) Analisis terhadap struktur besar mengacu pada kehidupan Islami. tematik latar tempat sebagian besar berada di Celeng Satu Celeng Semua dapat sebuah dengan ditemukan pandangan dunia pengarang nilai mengenai spiritual. Dalam kumpulan spiritual yang tinggi. Suasana latar cerpen Celeng Satu Celeng Semua sosial pada kumpulan cerpen ini Triyanto melalui beberapa tokohnya adalah mempertanyakan kampung masyarakat pesisir yang memiliki ketimpangan sosial dari dalam kumpulan kembali perbedaan kelas sosial. Ketimpangan spiritual tersebut beberapa kehidupan kelompok orang memiliki pendapat ketuhanan, humanisne yang keberagaman kultural. menyebabkan berbeda dan menimbulkan berbagai konflik. (2) Kondisi cerpen manusia nilai terutama modern, di nilai-nilai dan Melalui kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng sosial yang Semua Triyanto mencoba melatarbelakangi lahirnya kumpulan mengemukakan kepada dunia yang cerpen Celeng Satu Celeng Semua serba adalah kehidupan spiritual masyarakat kebenaran relative, kebenaran bukan Indonesia. hanya kelompok Munculnya berbagai milik termasuk sekelompok tentang orang. Munculnya Melalui bagian-bagian dari kumpulan kelompok keagamaan yang beragam cerpen Celeng Satu Celeng Semua tersebut pada akhirnya menimbulkan Triyanto gejolak pandang dalam melihat nilai spiritual Perbedaan keagamaan. relatif, di tengah masyarakat. kepentingan antara memperbincangkan sudut dan memaknai Tuhan dalam diri masyarakat kota dan desa. Perbudakan manusia. 20 (4) Ekspresi pandangan dunia A. Saran kelompok sosial pengarang dengan Beberapa saran dari peneliti kumpulan cerpen Celeng Satu Celeng Semua melalui tokoh ini, melihat hasil kesimpulan yang hero telah disampaikan di atas maka saran problematiknya mencerminkan kondisi sosial dimana negara yang Indonesia memiliki kepercayaan. berbagai Indonesia umumnya, merupakan seseorang namun Selain itu, pembaca juga diharapkan mampu lebih mengenal beberapa teori dari sastra, terutama yang digunakan dalam bagaimana Ia memaknai Tuhan secara menyeluruh beserta alam dan hubungannya dengan manusia itu penelitian adalah bagaimana nilai manusia ini mampu memacu untuk memantik spiritual penelitian-penelitian berikutnya yang hidup lebih baik. Kedua, manusia itu sendiri. Triyanto menolak dominan memperioritaskan hak-hak pembaca sastra. Bagi peneliti, semoga penelitian berimbang dengan Tuhan, alam dan ideologi sehingga tersebut untuk mengkaji sebuah karya tokoh kejiwaan yang problematis, memaknai ini, mampu mengerti manfaat dari teori sendiri. Dengan menggunakan tokoh- Triyanto ini mengenai model penelitian sastra. bukan dilihat penelitian mampu mengembangkan pengetahuan dilihat dari atribut keagamaan atau ketaatannya semoga mampu menambah wawasan serta keagamaan. Triyanto mengungkapkan spiritual sebagai Pertama, bagi pembaca pada sistem negara yang sensitif terhadap isu bahwa dikemukakan berikut. dipandang sebagai negara kesatuan yang akan cerita-cerita yang dituturkan dalam kumpulan cerpen ini yang dikemas dengan sangat pintar dan suatu menarik untuk dijadikan bahan bacaan komunitas yang umum dan abstrak di dan pembelajaran karena isinya sarat atas hak-hak individual. dengan ajaran-ajaran yang menambah wawasan. Pandangan dunia spiritual 21 http//regional.kompas.com pada 14 Juli 2016. Triyanto diharapkan mampu menumbuhkan rasa kepedulian Kuntowijoyo. 1997. Menuju Ilmu Sosial Profetik dalam Republika, Kamis, 7 Agustus 1997, Jakarta terhadap sesama, saling menghormati antar pemeluk agama. Penulis menyadari masih banyak hal yang dapat dipelajari dalam kumpulan ______. 1999. Cetakan Ke-2. Manusia dan Kebudayaan. Yogyakarta: Tiara Wacana. cerpen Celeng Satu Celeng Semua dan dapat dijadikan sebagai bahan _______. 2001. Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental. Bandung: Mizan. penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Bisri, KHA. Mustofa. 2016. Saleh Ritual, Saleh Sosial. Yogyakarta: DIVA Press Faruk diakses ______. 2013. Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi: Kumpulan Cerpen Kompas. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. HT. 1988. Strukturalisme Genetik dan Epistemologi Sastra. Yogyakarta: Lukman Offset Nadjib, Emha Ainun. 2015. Sedang Tuhanpun Cemburu. Jakarta: Bentang Pustaka. ________. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai PostModernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. _______. 2015. Tuhanpun Berpuasa. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ________. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik Sampai PostModernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Edisi revisi. Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Triwikromo, Triyanto. 2013. Celeng Satu Celeng Semua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. http//antaranews.com diakses pada 14 Juli 2016. 22 Wardaya, Baskara T. 2006. Menengok Kembali Pemerintahan Soeharto dan Orde Baru Secara Kritis dalam Soeharto Sehat (ed. Islah Gusmian). Yogyakarta: Galang Press Wahid, Abdurrahman. 1999. Prisma Pemikiran Gusdur. Yogyakarta: LKiS Wellek, Rene & Austin Warren. 1995. Teori Kesusasteraan. (eds. V, Terjemahan Melanie Budianta). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Zuchdi, D. 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta : PT. Gramedia. 23