Menulis adalah Kesepian yang Ramai Oleh Setia

advertisement
Menulis adalah Kesepian yang Ramai
Oleh Setia Naka Andrian
Menulis adalah kesepian yang ramai. Sepi ketika menulis dijadikan sebuah proses kreatif
yang mampu dilakukan walau hanya seorang diri. Menulis juga merupakan sebuah proses kreatif
yang bersifat berdikari, benar-benar berdiri diatas kaki sendiri, dapat menanggung dan mengurus
dirinya sendiri dan tidak perlu bantuan orang lain.
Dikatakan ramai, karena menulis merupakan proses kreatif yang paling liar dan mampu
menembus kemana-mana. Entah itu hal cinta, menembak pacar, patah hati, kematian,
kesengsaraan dan Ilmu pengetahuan apa pun dapat terjamah. Hingga masalah sosial, agama,
ekonomi, politik, ilmu matematika dan farmasi sekalipun.
Simak puisi berikut ini, karya Ruwaida, seorang siswi SMA N 2 Kendal, jurusan IPA.
//Dialog Ruang Ujian// Bu, aku lupa bagaimana rumus inersi// Mereka malah berkata, “tak ada
rumus inersi”// Bu, aku bingung bagaimana menjawab soal uji// Mereka malah berkata, “coret
saja sesuka hati”// Bu, waktu sudah hampir beranjak pergi// Mereka malah berkata, “dasar
goblok belum diisi”//
Jelas dan tegas, bahwa menulis itu adalah hal yang mudah. Tak perlu repot-repot untuk
mencari bahan yang muluk-muluk atau beberapa hal tentang materi tak terjangkau yang akan
ditulis. Tulis saja sesuatu yang dekat dengan diri anda. Jangan takut bila ide yang anda temukan
adalah ide yang kecil atau tak ternilai. Karena semua ide adalah besar, ketika kita mampu
menuangkan ide yang sekecil apa pun kepada seseorang tapi ternyata baru teringat ketika
membaca tulisan anda.
Maka jangan pernah sekali pun takut untuk menulis. Atau jangan pernah merasa akan
kehabisan uang saku ketika menulis. Karena menulis adalah proses kreatif yang paling murah,
bila dibandingkan dengan proses kreatif kesenian yang lainnya. Ambil segera bolpoin dan
selembar kertas atau nyalakan laptop/ komputer anda, lalu mulai lah menulis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menulis:
1. Jangan berpikir panjang untuk memulai menulis. Langsung lakukan dan jangan
menunda-nunda atau menunggu lama.
2. Siapkan buku catatan kecil/ hand phone untuk menulis ide/ segala sesuatu yang terlintas
dalam pikiran. Sekali pun itu hanya satu kata.
3. Kembangkan tulisan yang berawal dari kata-kata yang tertulis dari buku catatan kecil/
hand phone anda. Setiap kata menjadi frasa, kalimat, hingga menjadi satu kesatuan
tulisan yang utuh.
4. Tuangkan dan muntahkan segala yang ada dalam pikiran anda. Tentang berbagai
pengalaman lahir dan batin dengan mengalir hingga benar-benar selesai/ habis.
5. Lakukan perenungan/ kontemplasi setelah anda menyatakan tulisan telah selesai.
Dengan penuh pendalaman serta penghayatan yang benar-benar mendalam. Hingga
pada tahap ini anda akan mengetahui kira-kira bagian mana yang terasa layak
dipertahankan atau bagian mana yang harus dihilangkan/ dibuang.
6. Yakin dan percayalah pada tulisan anda, karena itu lah yang telah anda lahirkan dan
benar-benar menjadi hak milik pribadi yang siap untuk diapresiasikan kepada orang
lain.
1
7. Jangan pernah takut terhadap kesalahan atau segala hal negatif tentang tulisan anda
setelah tulisan tersebut diapresiasikan kepada orang lain. Entah nantinya tulisan anda
akan dikritik habis-habisan atau bahkan dihina dengan diludahi hingga satu ember oleh
orang lain yang mengapresiasinya. Anda harus mau menerima dengan lapang dada
terbuka selebar-lebarnya tentang apa pun yang akan diterima tulisan anda selanjutnya.
Karena semua itu adalah bagian dari proses.
8. Jangan pernah merasa puas ataupun lengah dengan pujian orang lain terhadap tulisan
anda. Karena semua itu hanya akan membuat anda merasa telah usai/ rampung untuk
berproses menulis. Tentunya akan berdampak pada pemikiran telah selesainya pula
proses kreatif anda dan tidak ada kemauan untuk melanjutkan lagi agar melahirkan/
menciptakan karya baru yang lebih bagus dari yang telah anda tulis.
Nah, kali ini mari kita lanjutkan perjalanan ke tahap selanjutnya. Beberapa hal diatas
adalah hal-hal yang dapat kita praktekkan dalam menulis puisi, cerpen, esai atau berbagai tulisan
lainnya. Dapat juga dikatakan bahwa beberapa hal tersebut merupakan sebuah dasar yang perlu
kita terapkan dalam menulis.
Lalu kali ini mari kita menginjak ke dalam tulisan cerpen. Karena bagi saya, seseorang
yang telah mampu menulis puisi belum tentu mampu menulis cerpen. Tetapi bila seseorang yang
mampu menulis cerpen, pasti dia juga mampu menulis puisi. Saya berkata seperti itu karena
menulis cerpen bukan hal yang mudah. Kali ini penulis sangat membutuhkan stamina yang
ekstra kuat dalam hal pemertahanan keutuhan cerita yang benar-benar mengalir. Maka jangan
heran bila banyak terdapat seorang cerpenis yang juga berperan sebagai penyair. Tetapi jarang
seorang penyair yang juga sebagai cerpenis.
Cerpen merupakan sebuah cerita yang di dalamnya terdapat tokoh dengan berbagai peran
yang dimainkan dalam sebuah cerita tertentu berdasarkan alur yang terbentuk karena perwatakan
dari tokoh.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen:
1. Penulis cerita/ cerpen adalah pengatur segalanya, mengetahui segalanya dan dapat
mengubah apa pun yang terjadi pada sebuah cerita yang diciptakan. Penulis dapat
mengubah hal yang tidak nyata menjadi nyata, ataupun sebaliknya. Karena penulis
berlaku sebagai tuhan dalam cerita yang dituliskannya.
2. Penulis harus memiliki tema terlebih dahulu sebelum memulai untuk menulis. Tema
dapat berasal dari apa pun. Entah itu dari ide pribadi atau mungkin dari berbagai hal
yang dilihat dan didengar dari orang lain/ keadaan sekitar. Tema dapat berasal dari satu
kata. Misalkan dari kata “batu”.
3. Menentukan tokoh yang ada dalam cerita. Tokoh dapat berupa benda hidup ataupun
benda mati. Misalkan “batu” tadi juga dapat menjadi tokoh dalam sebuah cerita.
4. Setelah itu penulis harus mampu mengembangkan tema tersebut, yang kemudian secara
langsung akan membentuk alur cerita. Walaupun itu hanya satu kata, “batu”. Batu dapat
kita kembangkan menjadi alur cerita apa pun yang kita kehendaki. Batu dari mulai batu
yang utuh, menuju tukang batu dan batu tersebut akan dipecah-pecah menjadi potonganpotongan kecil, lalu batu dijadikan sebagai bahan bangunan, menjadi tembok rumah,
lalu batu tersebut akan menyaksikan segala tindakan orang-orang yang berada dalam
2
rumah, dari mulai kebiasaannya tidur hingga kebiasaan di dalam kamar mandi
sekalipun, dst.
5. Penulis harus benar-benar hidup dalam cerita tersebut. Memahami segala hal yang
terjadi dan yang dimungkinkan akan terjadi selanjutnya. Hal ini dapat membantu
penulis dalam kekuatan pemertahanan sebuah cerita. Ketika penulis benar-benar mampu
memasuki cerita, maka kemungkinan besar penulis akan tetap bertahan dan mampu
menggiring tokoh untuk berbuat segala hal dalam pembentukan cerita. Karena penulis
benar-benar hidup dalam cerita. Dalam hal ini penulis berperan sebagai pencipta
sekaligus sebagai pelaku cerita.
6. Penulis harus mampu menentukan jalan pembentuk cerita. Yakni sebagai berikut:
a. Keadaan sesuatu/ lingkungan sesuatu, setting (tempat, susana, waktu) membentuk
sebuah cerita.
Misalnya: penunjukan identitas/ nama pada suatu tempat tertentu dan berbagai hal
tentang keadaannya hingga akan membentuk sebuah keutuhan cerita. Dari berbagai
hal fenomena suatu tempat tertentu akan membentuk sebuah cerita yang utuh. Hal ini
tidak akan menimbulkan sebuah penafsiran dari pembaca. Hal yang diceritakan
diterima oleh pembaca sebagai hal yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
penulis.
b. Cerita yang membentuk keadaan sesuatu/ lingkungan sesuatu, setting (tempat,
susana, waktu).
Misalnya: cerita yang berawal dengan membeberkan suasana, masalah tokoh yang
mengenakan tanda-tanda sebuah pakaian/ benda lain yang dikenakan dengan tanpa
menunjuk identitas/ nama sesuatu, maka dari hal tanda-tanda tersebut akan diketahui
maksud cerita yang berbeda-beda dari pembaca satu dengan pembaca lainnya. Hal ini
dimungkinkan akan menimbulkan berbagai macam penafsiran dari pembaca.
7. Mulailah menulis! Jangan hiraukan apa pun yang membuat anda menundanya! Karena
dengan tulisan seseorang mampu merekam dan menceritakan sesuatu hal kepada orang
lain tentang berbagai hal yang dialami. Karena tidak setiap orang memiliki pengalaman
yang sama dan juga tidak semua orang dapat mengalami segala hal yang dialami oleh
orang lain. Juga tidak semua orang dapat menjelajahi segala tempat yang ada di seluruh
permukaan bumi ini. Maka dengan tulisan, seseorang dapat mengetahui berbagai tempat
yang ada di berbagai belahan dunia ini dengan leluasa dan tanpa batas.***
3
Download