8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam
operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan
kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak
ada rugi. Atau dengan kata lain Break even point adalah suatu tehnik atau cara
yang digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam mencari volume
penjualan yang harus dicapai agar tidak mengalami rugi dan tidak berlaba.
Ada beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai arti
sebenarnya dari break even point tersebut diantaranya adalah :
a. “ Break Even Point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total
pengeluaran atau biaya, titik dimana laba sama dengan nol “ Mowen
(2006:274).
b. “ Break Even Point adalah volume penjualan dimana pendapatan dan
jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih “ Horngren
( 2005:75 ).
c. “ Break Even Point adalah tingkat penjualan dimana laba sama dengan
nol, atau total penjualan sama dengan total beban atau titik dimana total
margin kontribusi sama dengan total beban tetap “ Garrison ( 2006:335 ).
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
d. Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan yang
pendapatan penjualannya sama dengan total jumlah biayanya atau
besarnya kontribusi margin, sama dengan total biaya tetap, dengan kata
lain perusahaan ini tidak untung dan tidak rugi ( Bustam, 2006:208 ).
Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisa break even
mempelajari hubungan antara, biaya keuntungan dan volume kegiatan, dan dapat
digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan berapakan perusahaan akan
impas menutupi biaya – biaya. Dan suatu perusahaan dikatakan Break Even Point
yaitu apabila setelah disusun perhitungan laba – rugi untuk suatu periode tertentu,
perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian.
Dalam analisa Break Even Point dapat diketahui hubungan antara volume
produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya variabel, biaya tetap
serta laba dan rugi. Analisa ini juga mempelajari seberapa besar biaya dan volume
penjualan akan berpengaruh jika ada kenaikan atau perubahan laba. Salah satu
tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan.
Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga
langkah sebagai berikut, yaitu :
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendahrendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan
kuantitas.
2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara
terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan
saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap
seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan
sering dilukiskan dalam Break Even Point, sehingga mudah untuk memahami
hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
B. Kegunaan Analisis Break Even Point
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa analisa Break Even Point adalah suatu
cara atau tehnik untuk mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga
jual, biaya yang terjadi dan laba perusahaan, dengan adanya informasi diatas maka
teknik titik impas dapat digunakan untuk menetapkan sasaran dan tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam prosesn perencanaan
anggaran. Hal tersebut sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk
mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah
penjualan, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Adapun manfaat Break Even Point menurut Carter ( 2006:270 ) adalah
sebagai berikut :
1. Membantu
manajemen
memberikan
dalam
informasi
memecahkan
maupun
pedoman
masalah-masalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
lain
kepada
yang
11
dihadapinya, misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas
pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya.
2. Membantu manajemen dalam mengambil keputusana menutup usaha
atau tidak serta memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut
diberhentikan/ditutup.
Sedangkan manfaat atau kegunaan dari Break Even Point menurut (Bustam,
2006:208) adalah :
1. Untuk
mengetahui
jumlah
penjualan
minimum
yang
harus
dipertahankan perusahaan agar tidak mengalami kerugian.
2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
tingkat keuntungan tertentu.
3. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan
tidak menderita kerugian.
4. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume
penjualan.
5. Menetukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah
laba yang ditargetkan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam
biaya variabel dan biaya tetap.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional
dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya
variabel per unitnya adalah tetap.
3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya
tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume
kegiatan.
4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk
yang diproduksi.
5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6. Perusahan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari
satu jenis komposisi masing-masing produk dianggap konstan (tetap).
Analisa Break even point juga dapat digunakan oleh pihak manajemen
perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan antara lain mengenai :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang
terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume
penjualan terhadap laba yang diperoleh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Break Even Point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah,
namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan
beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya
variabel dengan biaya tetap.
2. Menelaah dampak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai
jika perusahaan menginginkan Break Even Point dalam suatu proyek
yang diusulkan.
Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus Break
Even Point untuk mengetahui :
a. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
c. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan
batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
d. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
Analisa break Break Even Point memberikan penerapan yang luas untuk
menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatifalternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa Break Even Point
tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even
saja, akan tetapi analisa Break Even Point mampu memeberikan informasi kepada
pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
Sedangkan kegunaan Break Even bagi manajemen, yaitu :
1. Analisa Break Even dan Keputusan Penambahan Investasi
Hubungan antara biaya, volume dan laba juga akan dapat membantu atau
memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam
memecahkan masalah – masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah
penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva
tetap lainnya : apakah penambahan / penggantian aktiva tetap ini
memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi ? atau apakah dengan
penambahan / penggantian.
2. Kegunaan lain dari analisa Break Even bagi Manajer adalah bantuannya
dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak ( dapat menberikan
informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dihentikan saja ). Kapan
sebaiknya suatu usaha tersebut dihentikan saja ? untuk menjawab
pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan analisa break
even. Pada tingkat break even perusahaan tidak memperoleh keuntungan
karena jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya, tetapi suatu
perusahaan yang selalu break even tidak harus ditutup, karena dalam
keadaan break even tersebut perusahaan masih mendapatkan sisa uang (
jumlah penerimaan uang lebih besar daripada pengeluarannya ). Hal ini
dapat terjadi karena biaya yang terjadi dalam suatu periode pada dasarnya
terdiri dari biaya tunai yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran uang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
(sunk cost), misalnya biaya depresiasi tetap, kerugian piutang dan
pengeluaran – pengeluaran lainnya yang dilakukan pada masa lalu yang
manfaatnya masih dinikmati hingga sekarang. Suatu usaha harus dihentikan
atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya
tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha
harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus break even.
C. Asumsi Break Event Point (BEP)
Kesulitan atau kemudahan didalam menggunakan break even poin bergantung
pada konsep-konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan. Oleh sebab itu
banyak asumsi yang apabila digunakan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan maka
akan menimubulkan banyak kelemahan dalam penerapan break even pointnya.
Pada umumnya konsep atau asumsi dasar yang digunakan dalam analisa break
even point adalah sebagai berikut :
Menurut Carter (2006:98) penerapan break even point didasarkan pada
asumsi-asumsi berikut :
1. Biaya dikelompokkan berdsarkan perilaku biaya dalam kaitannya dari
volume produksi, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
2. Harga jual per satuan produk adalah tetap pada berbagai tingkat
kegiatan dalam periode yang bersangkutan hingga grafik total
penerimaan ( total revenue ) berbentuk garis lurus.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3. Biaya variabel per unit adalah tetap untuk tiap produk yang
diproduksi, dijual pada periode yang bersangkutan.
4. Total biaya tetap adalah konstan dalam batas kepastian tertentu dan
dalam periode yang bersangkutan.
5. Bauran penjualan akan tetap konstan, efisien dan produktivitas tidak
berubah.
6. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan relatif konstan serta
semua
barang
yang
diproduksi
terjual
pada
periode
yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Garrison (2006:350) asumsi yang mendasari titik
impas adalah :
1. Harga jual adalah konstan. Harga produk atau jasa tidak berubah ketika
volume berubah.
2. Biaya adalah linier dan dapat dengan mudah dibagi menjadi elemen
variabel dan tetap. Elemen variabel adalah konstan per unit dan elemen
tetap adalah konstan secara total dalam rentang yang relevan.
3. Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah
konstan.
4. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah dalam jumlah
unit yang diproduksi sama dengan unit yang dijual.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
D. Pengertian Biaya
Terjadinya biaya merupakan suatu akibat dari pengorbanan nilai – nilai
produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya merupakan pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Glenn A. Welsch seperti
yang diterjemahkan oleh Karl M. Saragih dalam buku Budgeting Profit Planning
and Control membagi biaya dalam beberapa golongan sebagai berikut:
1.
Biaya tetap (fixed costs)
Biaya tetap adalah semua biaya yang jumlah totalnya tidak berubah walaupun
aktivitas produksi berubah. Penggolongan suatu biaya sebagai biaya tetap hanya
berlaku jika diasumsikan bahwa kondisi yang mendasarinya tidak berubah. Jadi
tidak ada biaya tetap yang mutlak bersifat tetap. Dalam jangka panjang, semua
beban bersifat variabel. Biaya ini merupakan “time cost”. Contoh: dari biaya tetap
adalah gaji direksi, penyusutan
gedung, penyusutan mesin, penyusutan
kendaraan. Faktor–faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Controllability: semua biaya tetap dapat dikendalikan oleh manajemen
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Relationship to Activity:
biaya
tetap berasal dari kapasitas untuk
memproduksi ataupun untuk melaksanakan beberapa kegiatan dan bukan
merupakan hasil dari pelaksanaan kegiatan, biaya tetap dipengaruhi bukan
hanya oleh faktor waktu (passage of time), tetapi tidak oleh hasil
pelaksanaan aktivitas ataupun output.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
c. Relevant Range: biaya tetap
harus berkaitan/berhubungan dengan
relevant range dari aktivitas. Relevant range adalah batas–batas aktivitas
terendah dan tertinggi, di mana biaya tetap dalam aktivitas tersebut adalah
tetap constant (jumlahnya tidak berubah).
d. Management Regulated: estimasi atas
beberapa jumlah biaya tetap
adalah merupakan realisasi dari keputusan kebijaksanaan manajemen. Jadi
jumlah
biaya
tetap
dapat
berubah
jika
manajemen
mengubah
kebijaksanaannya.
e. Time Costs: karena biaya tetap bertambah sesuai dengan waktu yang
berlalu, maka jumlah biaya tetap harus berhubungan dengan suatu periode
waktu tertentu.
f. Practical Application: pertimbangan praktis tidak mengharuskan suatu
biaya adalah tetap secara mutlak. Dalam aplikasinya suatu biaya tetap
adalah suatu yang constant untuk semua tujuan–tujuan yang praktis.
2.
Biaya variabel (variable costs)
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah secara
proporsional sesuai dengan perubahan output ataupun kegiatan pusat biaya
(responsibility centre). Yang termasuk dalam golongan biaya variabel adalah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan bakar dan lain–lain.
Adapun faktor–faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Controllability:
dari
biaya
variabel
juga
kontrol manajemen untuk jangka pendek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
merupakan
subjek
19
b. Proportionally Related to Activity: biaya variabel berubah secara
proporsional terhadap output ataupun aktivitas, dan bukan karena
berlalunya waktu (passage of time).
c. Relevant
Range:
biaya
variabel
harus
berkaitan/berhubungan
dengan aktivitas dalam suatu “normal or relevant range of operations
(normal atau relevan cakupan operasi)”.
d. Management Regulated: banyak dari biaya variabel dapat dipengaruhi
oleh keputusan
manajemen sendiri. Misalnya dalam hal ini adalah
masalah penurunan tarif bahan baku.
e. Activity Costs: karena biaya variabel berubah secara proporsional terhadap
tingkat kegiatan, maka adalah penting untuk menentukan satuan pengukur.
Misalnya dalam hal ini adalah man hours, dan sebagainya ukuran ini
disebut dengan “activity–base”.
f. Variable in Total but Fixed per Unit: biaya variabel ditinjau dari segi
biaya per unit sifatnya adalah tetap, tetapi jika dilihat dari total output,
maka jumlahnya adalah variabel tergantung dari beberapa besar jumlah
output yang dihasilkan.
g. Practical Considerations: dalam aplikasinya biaya variabel tidak harus
mutlak variabel. Kurva biaya cukup mendekati garis lurus dalam suatu
relevant range yang sempit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
3.
Biaya semi variabel (semi variable costs)
Biaya semivariabel merupakan biaya–biaya yang meningkat ataupun menurun
sesuai dengan peningkatan ataupun penurunan aktivitas tetapi tidak secara
proporsional. Umumnya variability dari biaya semivariabel dipengaruhi oleh
kombinasi faktor–faktor, yaitu: berlalunya waktu, besarnya aktivitas atau output,
dan pertimbangan kebijaksanaan manjemen. Contoh: biaya semivariabel adalah
biaya pemeliharaan gedung, biaya listrik, telepon, sewa mesin dan lain
sebagainya.
E. Perincian Biaya
Rincian biaya PT. Swadharma Kerry Satya, untuk lebih jelasnya
biaya – biaya tersebut dapat disusun atau dipisahkan menjadi biaya tetap dan
biaya variabel seperti format sebagai berikut :
a. Food & Beverage Department :
1. Labour Cost (Biaya Tenaga Kerja)
2. Cost of Food Sold
3. Cost of Beverage Sold
4. Variable FOH (Biaya Overhead Pabrik Variabel)
a. Banquet Expenses
b. Cleaning & Cleaning Supplies
c. Communication Costs
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
d. Flowers & Decorations
e. Kitchen Fuel
f. Kitchen Utensils
g. Laundry & Dry Cleaning – Linen
h. Laundry & Dry Cleaning – Uniforms
i. Menus & Beverage Lists
j. Music & Entertainment
k. OE – Chinaware
l. OE – Glassware
m. OE – Linens
n. OE – Silverware
o. Printing & Stationery
p. Supervision Fees
q. Supplies - Food Hygiene
r. Supplies – Guests
s. Supplies – Operating
t. Travelling, Meals & Entertainment
u. Uniforms
v. Miscellaneous
5. Variable of Commercial Expenses
a. Variable of Administrative & General
b. Variable of Advertising & Business Promotion
6. Fixed FOH (Biaya Overhead Pabrik Tetap)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
a. Maintenance
b. Utilities
c. Fixed of Administrative & General
d. Fixed of Advertising & Business Promotion
e. Management Fees
f. Property Tax
g. Property Insurance
h. Depreciation & Amortisation
i. Foreign Exchange Gain/(Loss)
j. Interest Income
k. Interest Expense
l. Other Income/(Expenses)
F. Teknik Pemisahan Biaya Semi Variabel
Pemisahan biaya semi variabel diperlukan untuk merencanakan, menganalisa,
mengendalikan, mengukur atau mengevaluasi biaya dalam berbagai tingkat
kegiatan dan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan.
Ada 3 (tiga) metode untuk menetapkan biaya tetap dan biaya variabel dari biaya
semi variabel dalam akuntansi biaya : Penekanan Marjinal menurut Horngreen,
(2006:135), yaitu :
1.
Metode Titik Tertinggi - Terendah ( High Low Point Method )
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Dalam metode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling tinggi
dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat kegiatan terendah dimasa lalu.
Metode ini sering digunakan karena sederhana perhitungannya dan mudah
digunakan. Selisih biaya yang dihitung merupakan unsur biaya variabel dalam
biaya tersebut. Menurut Mulyadi (2007:514) Penyajian persamaan biaya untuk
metode titik tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut :
Y=a+bx
Biaya Variabel (b)
=
Biaya Volume tertinggi - Biaya Volume terendah
Volume tertinggi - Volume terendah
Biaya Tetap
=
Total Biaya - Biaya Variabel
Dimana :
Y = Jumlah biaya semi variabel
a = Biaya tetap per periode
b = Biaya variabel per periode
x = Kapasitas yang diharapkan akan dijalankan
2.
Metode Titik Sebar Statistik ( The Statistical Scattergraph )
Metode ini merupakan bidang grafik untuk menempatkan data yang
tersedia. Grafik yang disebut juga diagram pancar ini terdiri dari titik-titik, dimana
setiap titik merupakan suatu hasil perpaduan dua variabel yang berhubungan yaitu
biaya semi variabel dan volume kegiatannya. Dari titik-titik sebar itu kita akan
dapat menarik garis yang menunjukkan antara kedua variabel tersebut, dari garis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
itu dapat terlihat mana yang biaya tetap dan biaya variabel. Metode ini dinilai
lebih baik daripada metode titik tertinggi dan titik terendah, namun kelemahan
metode ini yang utama adalah penarikan garis biaya yang bersifat subjektif hingga
setiap orang dapat mempunyai garis biaya yang berbeda dari sumber data yang
sama, akibatnya biaya yang dihasilkan berbeda pula.
3.
Metode Kuadrat Terkecil ( Least - Squares Method )
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan volume
kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan persamaan garis regeresi
Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo, (2005:28) dapat disajikan dengan
persamaan berikut :
Y = a + bx
Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut :
Biaya Tetap ( a )
=
∑Y - b ∑X
n
Biaya Variable/unit ( b )
=
n ∑XY - ∑X∑Y
n ∑X² - (∑X)²
Dimana :
Y = Biaya Periodik
X = Kegiatan Periodik
n = Jumlah Sampel
a = Biaya Tetap
b = Biaya Variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
G. Metode Penghitungan Analisa Break Even Point
Dalam menghitung Titik Impas ( Break Even ) dapat dipergunakan tiga
pendekatan,yaitu :
1.
Pendekatan Persamaan
Pendekatan persamaan adalah laba sama dengan hasil penjualan dikurangi
dengan biaya, atau dapat dinyatakan dengan persamaan. Persamaan ini diturunkan
dari laporan laba/rugi keuangan perusahaan, menurut Garrison, (2006:334)
disajikan dengan persamaan berikut yaitu :
Laba = Total Pendapatan - (Total Biaya variabel + Total Biaya Tetap)
Atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Y=cx–bx–a
Dimana :
Y = Laba
c = Harga jual per satuan
x = Jumlah produk yang di jual
b = Biaya variabel per satuan
a = Biaya tetap
Total Pendapatan = Total Biaya Tetap – (Total Biaya Variabel + Laba)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Hubungan tersebut dapat dirumuskan dalam persaman secara matematis dalam
bentuk persamaan linear, sebagai berikut :
P = BT – (VC x P) + L
P – (VC x P) = BT + L
P = ( 1 – VC) = BT + L
P = BT + L
1 – VC
Dalam keadaan Break Even, apabila laba sama dengan nol, dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :
BEP ( Rp )
=
BT
Vc
1P
ATAU
BEP ( Q )
=
BT
Ps - Vs
Dimana :
P = Total Penjualan
BT = Total Biaya Tetap
Vc = Biaya Variabel
L = Laba
Ps = Penjualan Satuan
Vs = Biaya Variabel satuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
2.
Pendekatan Marjin Kontribusi
Pendekatan marjin Kontribusi adalah perhitungan biaya, volume dan laba
dengan menghitung Marjin Kontribusi terlebih dahulu. Marjin Kontribusi
diperoleh dengan pengurangan total penjualan dengan total biaya variabel,
sehingga diperoleh marjn kontribusi per unit dan marjin kontribusi rasio menurut
(Abdul Halim dan Bambang S, 2005: 52-53) disajikan dengan persamaan sebagai
berikut :
MK
= P – VC
MK rasio = MK : P
maka :
BEP ( unit )
=
FC
MK / Unit
BEP ( rp )
=
BT
MK rasio
Dimana :
MK
= Marjin Kontribusi
P
= Total Penjualan
BEP (unit)
= Titik Impas dlm unit
BT
= Biaya Tetap
BEP (Rp)
= Titik Impas dlm rupiah
VC
= Biaya variable
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
3.
Pendekatan Grafik
Pendekatan Grafik adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan
menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas ( Break Even ) digambarkan
sebagai titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total. Dengan
grafik break even point manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara
biaya, penjualan ( volume penjualan ) dan laba selain dari itu dengan grafik break
even point manajemen juga akan mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya
tetap dan biaya variabel, serta mengetahui tingkat volume penjualan yang masih
menimbulkan kerugian dan tingkat penjualan yang menimbulkan laba.
Break Even Point dalam grafik titik perpotongan antara garis biaya dengan
garis penghasilan. Data yang diperlukan untuk membuat grafik break even point
adalah rangkuman penghasilan, biaya tetap dan biaya variable.
Garis input
konvensional ini dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat grafik horizontal sebagai sumbu X yang menggambarkan
penjualan dalam rupiah, jumlah unit atau persentase.
b. Membuat grafik vertikal sebagai sumbu Y yang menggambarkan volume
penjualan dan biaya dalam rupiah.
c. Membuat garis biaya tetap, sejajar dengan sumbu X ini titik pada sumbu X
membuat garis total biaya yang ditarik dari titik biaya tetap menuju titik
pada sumbu Y (pada sisi kanan).
d. Membuat garis total penghasilan yang ditarik dari sumbu 0 (titik potong
sumbu X dan sumbu Y) menuju titik sumbu Y (pada sisi kanan).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
e. Menentukan titik impas yang merupakan antara garis total dan total
penghasilan, yang pada contoh ini terletak pada penjualan. Daerah sebelah
kiri titik impas merupakan daerah rugi sedangkan daerah sebelah kanan
titik impas merupakan daerah laba.
Langkah – langkah dalam pembuatan grafik break even point akan dijabarkan
sebagai berikut :
1.
Menggambarkan Grafik Fungsi Pendapatan (TR).
Grafik TR akan dimulai dari titik nol. Berarti pada saat itu perusahaan belum
memperoleh pendapatan dan ketika itu pula produksi atau penjualannya sama
dengan nol. Grafik ini akan naik dari titik nol ke kanan atas.
2.
Menggambarkan Grafik Biaya Tetap (FC).
Grafik biaya tetap ini sejajar dengan sumbu kuantitas dari kiri ke kanan.
Berarti biaya tetap ini menunjukkan biaya yang tidak berubah walaupun produk
yang dihasilkan berubah.
3.
Menggambarkan Biaya Total ( TC ).
Grafik biaya total (TC) ini dimulai dari titik potong antara grafik FC dengan
sumbu vertikal ke kanan atas memotong grafik TR. Grafik TC dimulai dari grafik
FC karena titik TC merupakan penjumlahan antara biaya tetap (FC) dan biaya
variabel (VC). Ketika itu perusahaan belum berproduksi maka biayatotal adalah
sebesar dengan biaya tetap.
4.
Menggambarkan Biaya Variabel (VC)
5.
Daerah yang berada di dibawah atau disebelah kiri break even point
merupakan daerah arsiran dimana perusahaan menderita kerugian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
6.
Daerah yang berada diatas atau disebelah kanan break even point merupakan
daerah arsiran dimana perusahaan memperoleh keuntungan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini :
RP
X
TOTAL PENDAPATAN
TOTAL
BIAYA
LABA
BEP
BIAYA VARIABEL
Rugi
BIAYA
TETAP
Y=
Kuantitas
(Unit)
Gambar 2.1 Grafik Break Even Point
H. Perencanaan Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal mungkin,
dengan pengeluaran biaya sekecil mungkin. Untuk mencapai laba / keuntungan
yang sebelumnya telah direncanakan, perusahaan perlu melakukan perencanaan
berapa tingkat laba yang akan dicapai oleh penjualan produknya. Hal ini perlu
dilakukan agar perusahaan dapat mengambil keputusan tentang perencanaan laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen untuk masa yang akan
datang. Perencanaan laba atau penganggaran mempunyai manfaat bagi perusahaan
untuk :
a. Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan permasalahan
b. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan
terhadap masalah yang dihadapi dan menanamkan kebiasaan pada
organisasi
untuk
mengadakan
telaah
yang
seksama
sebelum
mengambil suatu keputusan.
c. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba.
d. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai
segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan
akhir dan rencana saling berkaitan.
e. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi
atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbaharui
kebijakan dan pedoman dasar secara berkala Adolph Matz (1992:6).
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi perencanaan merupakan proses terpenting dari fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan dan
pengontrolan serta pengawasan tidak akan dapat berjalan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Untuk mengambil keputusan tentang perencanaan laba maka menurut
(Bambang Riyanto, 2001:37) dapat dicari dengan menggunakan rumus yang dapat
digunakan adalah :
FC + Keuntungan
Penjualan
=
1-
Biaya Variabel
Penjualan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download