BAB 4 KEPADATAN DAN KESESAKAN

advertisement
BAB 4 KEPADATAN DAN KESESAKAN
A. Pengertian Kepadatan
Definisi kepadatan beberapa ahli :
- Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu
sejumlah
manusia
dalam
setiap
unit
ruangan.
- Sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan
lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFaring, 1978; Stokols
dalam Schmidt dan Keating, 1978).
- Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada
suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas
ruangannya (Sarwono, 1992).
Penelitian tentang kepadatan manusia berawal dari penelitian terhadap
hewan yang dilakukan oleh John Calhoun. Penelitian Calhoun (dalam
Worche dan Cooper, 1983) bertujuan untuk mengetahui dampak negatif
kepadatan dengan menggunakan hewan percobaan tikus. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya perilaku kanibal pada hewan tikus seiring dengan
bertambahnya jumlah tikus. Pertumbuhan populasi yang tak terkendali,
memberikan dampak negatif terhadap tikus – tikus tersebut. Terjadi
penurunan fisik pada ginjal, otak, hati, dan jaringan kelenjar, serta
penyimpangan perilaku seperti hiperaktif, homoseksual, dan kanibal. Akibat
keseluruhan dampak negatif tersebut menyebabkan penurunan kesehatan dan
fertilitas, sakit, mati, dan penurunan populasi.
Penelitian terhadap manusia pernah dilakukan oleh Bell (dalam
Setiadi, 1991) mencoba memerinci: bagaimana manusia merasakan dan
bereaksi terhadap kepadatan yang terjadi; bagaimana dampaknya terhadap
tingkah laku sosial; dan bagaimana dampaknya terhadap task performance
(kinerja tugas)? Hasilnya memperlihatkan ternyata banyak hal-hal yang
negatif akibat dari kepadatan, diantaranya :
1. ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah, hingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada
kelompok manusia tertentu.
2.peningkatan agresivitas pada anak – anak dan orang dewasa (mengikuti
kurva linear) atau menjadi sangat menurun (berdiam diri/murung) bila
kepadatan tinggi sekali (high spatial density). Juga kehilangan minat
berkomunikasi, kerjasama, dan tolong-menolong sesama anggota kelompok.
3. terjadi penurunan ketekunan dalam pemecahan persoalan atau pekerjaan.
Juga penurunan hasil kerja terutama pada pekerjaan yang menuntut hasil
kerja yang kompleks.
Dalam penelitian tersebut diketahui pula bahwa dampak negatif
kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria atau dapat dikatakan bahwa pria
lebih memiliki perasaan negatif pada kepadatan tinggi bila dibandingkan
wanita. Pria juga bereaksi lebih negatif terhadap anggota kelompok, baik
pada kepadatan tinggi ataupun rendah dan wanita justru lebih menyukai
anggota kelompoknya pada kepadatan tinggi.
Pembicaraan tentang kepadatan tidak terlepas dari masalah kesesakan.
Kesesakan
atau
crowding
merupakan
persepsi
individu
terhadap
keterbatasan ruang, sehingga lebih bersifat psikis (Gifford, 1978; Schmidt
dan Keating, 1979; Stokois dalam Holahan, 1982). Kesesakan terjadi bila
mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik karena individu
atau kelompok terlalu banyak berinteraksi dengan yang lain tanpa diinginkan
individu tersebut (Altman, 1975).
Baum dan Paulus (1987) menerangkan bahwa proses kepadatan dapat
dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian
individu berdasarkan empat faktor, yaitu:
a. seting fisik.
b. seting sosial.
c. personal.
d. Kemampuan beradaptasi.
B. Pengertian Kesesakan
1. PENGERTIAN KESESAKAN
Kesesakan
merupakan
fenomena
yang
akan
menimbulkan
permasalahan bagi setiap negara didunia dimasa yang akan datang. Hal ini
dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumbar daya alam yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah
manusia di dunia tidak terbatas.
Kesesakan timbul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada
masa kini telah menimbulkan berbagai masalah sosial dibanyak negara(mis:
Indonesia, Cina, India dan sebagainya), baik permasalahan yang bersifat
fisik maupun psikologis. Dalam perspektif Psikologis dari kesesakan adalah
semakin banyaknya orang yang mengalami stres dan berperilaku agresif
destrukif.
2. PENYEBAB PENDUDUK DUNIA MAKIN PADAT
Masalah kepadatan penduduk disebabkan akibat menurunnya tingkat
kematian dengan tanpa disertai menurunnya tingkat kesuburan. Umumnya
dinegara-negara berkembang sudah mampu menurunkan tingkat kesuburan,
sedangkan dinegara-negara yang sedang berkembang belum mampu
menurunkan tingkat kematian dan kesuburan.
Ada alasan-alasan tertentu mengapa tingkat pertambahan penduduk di
negara yang sedang berkembang itu tetap tinggi. Beberapa pendapat yang
diperkuat oleh hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat pertambahan
penduduk
yang
tinggi
tersebut
antara
lain
disebabkan
oleh
:
1. Kesuburan yang tinggi merupakan jawaban terhadap kematian yang tinggi
untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga bangsa dan agama.
2. Dinegara-negara yang sedang berkembang , anak adalah kekayaan orang
tua karena merupakan jaminan sosial, ekonomi, dan emosi dihari tua.
3. Dinegara berkembang, perkawainan pada usia remaja sering dilakukan,
terutama di desa-desa.
4. Para orang tua dan mertua selalu mengharapkan perkawinan anaknya
segera dikaruniani anak.
5. Menurut Masri Singarimbun(1977), para orang tua di Sunda dan Jawa,
baik di desa maupun dikota mempunyai konsep yang sama tentang besarnya
keluarga ideal. Keluarga ideal tersebut terdiri dari suami, istri, dan 4 orang
anak.
3. TEORI KESESAKAN
Kepadatan memang mengakibatkan kesesakan, tetapi bukan satusatunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Ada 3 konsep yang
menjelaskan terjadinya kesesakan, yaitu teori information overload, teori
behavioral constraint, teori ecological model (Stocols dalam Heimstra dan
McFarling, 1978; Holahan, 1982; Jain;1987). Ketiga konsep tersebut
menjelaskan hubungan kepadatan fisik dengan kesesakan. Semakin padat
suatu kawasan semakin banyak informasi yang melintas dihadapan penghuni
adalah dinamika yang tidak terhindarkan, bila informasi tersebut melampaui
batas kemampuan penerimaannya , maka timbulah maslah psikologis.
Semakin banyak penduduk dalam wilayah yang terbatas juga bisa
menyebabkan adanya constrain bagi individu. Konsep ini berkaitan dengan
konsep ekologi. Ketika daya dukung wilayah tidak mencukupi maka
lingkungan alam dan sosial akan saling terkait dalam menimbulkan masalah(
Sulistyani et al., 1993).
Dalam suasana sesak dan padat, kondisi psikologis negatif mudah
timbul sehingga memunculkan stres dan bernagai macam aktivitas sosial
negatif( Wrightsman dan Deaux,1981). Bentuk aktivitas tersebut antara lain :
1) munculnya bermacam-macam penyakit fisik dan psikologis, stres,
tekanan darah meningkat, psikosomatis dan gangguan jiwa;
2) munculnya patologi sosial seperti kejahatan dan kenakalan remaja;
3) munculnya tingkah laku sosial yang negatif, seperti agresi, menarik diri,
prososial, dan kecenderungan berprasangka;
4) menurunya prestasi kerja.
Teori 2 Kesesakan :
1. Teori Beban Stimulus
Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu
banyak (melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan
dalam memproses stimulus atau info dari lingkungan.
Menurut Keating, Stimulus adalah hadirnya banyak orang dan aspekaspek interaksinya, kondisi lingkunga fisik yang menyebabkan
kepadatan social. Informasi yang berlebihan dapat terjadi karena :
a. Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan
b. Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat
c. Suatu percakapan yang tidak dikehendaki
d. Terlalu banyak mitra interaksi
e. Interaksi yang terjadi dirasa terlalu dalam atau terlalu lama
2. Teori Ekologi
Membahas kesesakan dari sudut proses social
a. Menurut Micklin :
Sifat-sifat umum model pada ekologi manusia :
1. Teori ekologi perilaku : Fokus pada hubungan timbale balik antara
manusia dan lingkungan.
2. Unit analisisnya : Kelompok social, bukan individu dan organisasi
social memegang peranan penting
3. Menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material
dan sosial
b. Menurut Wicker :
Teori Manning : Kesesakan tidak dapat dipisahkan dari factor setting
dimana hal itu terjadi.
3. Teori Kendala Perilaku
Kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa sehingga
individu merasa terhambat untuk melakukan sesuatu.Kesesakan akan terjadi
bila system regulasi privasi seseorang tidak berjalan secara efektif lebih
banyak kontak social yang tidak diinginkan. Kesesakan timbul karena ada
usaha-usaha yang terlalu banyak, yang butuh energy fisik maupun psikis,
guna mengatur tingkat interaksi yang diinginkan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan
1. Faktor Personal
a.
Kontrol
Pribadi
dan
Locus
Of
Control;
Selligman,
dkk
:
Kepadatan meningkat bias menghasilkan kesesakan bila individu sudah
tidak punya control terhadap lingkungan sekitarnya. Control pribadi dapat
mengurangi kesesakan. Locus Of Control ibternal : Kecendrungan individu
untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaab yang ada di
dalam dirinya lah yang berpengaruh kedalam kehidupannya.
b. Budaya, pengalaman dan proses adaptasi
Menurut
Sundstrom
:
Pengalaman
pribadi
dalam
kondisi
padat
mempengaruhi tingkat toleransi.
Menurut Yusuf : Kepadatan meningkat menyebabkan timbulnya kreatifitas
sebagai intervensi atau upaya menekankan perasaan sesak.
c. Jenis kelamin dan usia
Pria lebih reaktif terhadap kondisi sesak
Perkembangan, gejala reaktif terhadap kesesakan timbul pada individu usia
muda.
2. Faktor Sosial
a. Kehadiran dan perilaku orang lain
b. Formasi koalisi
c. Kualitas hubungan
d. Informasi yang tersedia
3. Faktor Fisik
- Goves dan Hughes : Kesesakan didalamnya rumah berhubungan dengan
factor-faktor fisik, jenis rumah, urutan lantai, ukuran, suasan sekitar.
- Altman dan Bell, dkk : Suara gaduh,panas, polusi, sifat lingkungan, tipe
suasana, karakteristik setting mempengaruhi kesesakan.
Download