plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERBA
ANDINGA
AN SISTE M PENILAIAN AN TARA KU
URIKULU
UM
TING
GKAT SA TUAN PE
ENDIDIKA
AN (KTSP))
DENGA
AN KURIK
KULUM 2 013
T
TUGAS
AKHIR
Diaju
ukan Untuk
k Memenu
uhi Salah Satu
S
Syaraat
M
Memperole
h Gelar Sa
arjana Pen
ndidikan
Program Studi
S
Pend
didikan Ek
konomi
Bidan g Keahlian
n Khusus Pendidika
P
an Akuntan
nsi
Disusun oleh:
o
Marrkus Krisn
na Bintara
N
NIM:
0713
334055
PROG
GRAM STU
UDI PEND
DIDIKAN EKONOM
MI
BID
DANG KEA
AHLIAN KHUSUS
K
PENDIDIK
P
KAN AKU
UNTANSI
JU RUSAN P ENDIDIK
KAN ILMU
U PENGET
TAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGU
URUAN DA
AN ILMU PENDIDIIKAN
U
UNIVERSI
ITAS SAN
NATA DHA
ARMA
Y
YOGYAKA
ARTA
2014
4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PE
ERBAND
DINGAN SISTEM
M PENILA
AIAN AN
NTARA
KURIK
KULUM TINGKA
AT SATU
UAN PEN
NDIDIKA
AN (KTS
SP)
D
DENGAN
N KURIK
KULUM 2013
T
TUGAS
AKHIR
Diaju
ukan Untuk
k Memenu
uhi Salah Satu
S
Syaraat
M
Memperole
h Gelar Sa
arjana Pen
ndidikan
Program Studi
S
Pend
didikan Ek
konomi
Bidan g Keahlian
n Khusus Pendidika
P
an Akuntan
nsi
Disusun oleh:
o
Marrkus Krisn
na Bintara
N
NIM:
0713
334055
PROG
GRAM STU
UDI PEND
DIDIKAN EKONOM
MI
BID
DANG KEA
AHLIAN KHUSUS
K
PENDIDIK
P
KAN AKU
UNTANSI
JU RUSAN P ENDIDIK
KAN ILMU
U PENGET
TAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGU
URUAN DA
AN ILMU PENDIDIIKAN
U
UNIVERSI
ITAS SAN
NATA DHA
ARMA
Y
YOGYAKA
ARTA
2014
4
i PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada dunia pendidikan supaya lebih baik
dan satu demi satu karya tulis semoga dapat membangkitkan semangat
untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
iv PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTO
ƒ
Never give up (tidak pernah menyerah)
v PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
PERBANDINGAN SISTEM PENILAIAN ANTARA KURIKULUM
KTSP DENGAN KURIKULUM 2013
Markus Krisna Bintara
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2014
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem
penilaian dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
kurikulum 2013. Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah
bagaimanakah sistem penilaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
dan pada kurikulum 2013 ?. paparan dalam makalah ini ditulis berdasarkan
studi pustaka.
Sistem penilaian merupakan suatu sistem yang dibuat untuk
menafsirkan dan memproses hasil pengukuran dan penentuan hasil belajar
siswa. Sistem penilaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan menganut
prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya
memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri.
Karena itu, penilaian dilaksanakan dalam kerangka penilaian berbasis kelas,
yang dalam prakteknya harus memperhatikan dan menilai secara
proporsional ketiga ranah (domain): (1) ranah pengetahuan (kognitif); (2)
ranah sikap (afektif); (3) ranah keterampilan (psikomotorik). Penilaian
dalam kurikulum 2013: (1) kompetensi inti 1 (sikap spiritual); (2)
kompetensi inti 2 (sikap sosial); (3) kompetensi inti 3 (pengetahuan); (4)
kompetensi inti 4 (keterampilan). Kurikulum 2013 memakai sistem
penilaian otentik (mengukur sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil). Penilaian ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik secara lebih otentik.
kesimpulan dari makalah ini adalah dalam perjalanannya sistem
penilaian kurikulum tingkat satuan pendidikan memiliki banyak kekurangan
dua di antaranya: (1) penilaian yang dominan pada kognitif saja; (2) teknik
penilaian yang digunakan hanya berupa tes saja. Kemudian kurikulum 2013
dapat mengatasi kekurangan itu dengan: (1) standar penilaian menggunakan
penilaian otentik; (2) penilaian mencangkup aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian.
viii PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
THE COMPARISON OF THE ASSESSMENT SYSTEM BETWEEN
CURRICULUM OF EDUCATION UNIT LEVEL AND 2013
CURRICULUM
Markus Krisna Bintara
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2014
The purpose of this paper is to find out how the assessment system
of the curriculum of education and 2013 curriculum were carried out. This
paper is a literature study.
The assessment system is a system created to interpret and process
the measurement results and the fact finding in student learning outcomes.
The assessment system on the curriculum of education unit level follows
the principle of continuous and comprehensive assessment to support the
efforts of students selfstudy of the student cooperation, and self assessment.
Therefore, the assessments are carried out in accordance with classroombased assessment framework, which in practice must consider and assess
proportionately three domains: (1) cognitive domain; (2) affective domain;
(3) the psychomotoric domain. The assessment of 2013 education based on:
(1) the first core is (spiritual attitude); (2) the second core competence
(social attitudes); (3) the third core competence (knowledge); (4) the fourth
core competence (skills). 2013 Curriculum applied authentic assessment
system ( for measuring attitudes, skills, and knowledge based the processes
and outcomes). This assessment is able to describe the improvement of
learning outcomes of the learners becomes more authentic.
This paper can be concluded that the assessment system of education
unit level has many short comings. Some of them: (1) the dominant
assessment is only on cognitive assessment; (2) the technique of assessment
is only based on tests. Those short comings are overcome by the 2013
curriculum by applying authentic assessment and the assessment which
cover aspects of attitudes, knowledge and skills by using a variety of
evaluation techniques.
ix PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sesuai dengan yang
diharapkan.
Tugas akhir ini berjudul PERBANDINGAN SISTEM PENILAIAN
ANTARA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
DENGAN KURIKULUM 2013. Adapun maksud dan tujuan penyusunan
tugas akhir ini sabagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyususnan skripsi ini
bukan hanya kerja penulis sendiri tetapi juga karena banyaknya dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Indra Darmawan, M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan
Sosial,
Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan,Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi,Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P, M.Pd., selaku dosen
pembimbing dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal
penulisan tugas akhir hingga selesai.
5. Segenap jajaran dosen dan karyawan Prodi Pendidikan Akuntansi yang
telah membimbing selama proses perkuliahan.
6. Kepada orang tua saya Bapak Ignatius Bardiono dan Ibu Anastasia Sri
Subekti yang telah memberikan doa, motivasi, pengertian, dan
dukungan material.
x PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAHAN............................................................iv
HALAMAN MOTO....................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.....................................vii
ABSTRAK..............................................................................................viii
ABSTRACT................................................................................................ix
KATA PENGANTAR.................................................................................x
DAFTAR ISI...........................................................................................xii
DAFTAR TABEL....................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Batasan Masalah.................................................................................5
D. Tujuan................................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................7
A. Kurikulum..........................................................................................7
1. Sejarah Singkat Perkembangan Kurikulum di Indonesia.................7
xii PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Pengertian Kurikulum..................................................................13
3. Beberapa Pengertian Kurikulum...................................................16
4. Beberapa Definisi kurikulum.......................................................17
5. Fungsi Kurikulum........................................................................22
6. Komponen – Komponen Kurikulum.............................................27
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..............................................54
1. Pengertian Kurikulum KTSP........................................................54
2. Acuan Operasional KTSP.............................................................58
3. Hakikat KTSP..............................................................................62
4. Pengembangan KTSP...................................................................66
5. Prinsip Pengembangan KTSP.......................................................69
6. Karakteristik KTSP......................................................................72
7. Komponen Kurikulum KTSP........................................................74
C. Kurikulum 2013................................................................................80
1. Pengertian Kurikulum 2013.........................................................80
2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013....................................80
3. Karakteristik Kurikulum 2013......................................................84
4. Tujuan Kurikulum 2013...............................................................85
5. Kerangka Dasar Kurikulum 2013.................................................85
6. Landasan Yuridis.........................................................................90
7. Struktur Kurikulum 2013.............................................................91
BAB III PEMBAHASAN...................................................................102
A. Sistem Penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan........102
1. Penilaian dalam KTSP..............................................................102
xiii PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Hakikat dan Prinsip Penilaian KTSP.........................................107
3. Teknik dan Instrumen Penilaian................................................114
4.
Prosedur Penilaian...................................................................152
5. Mekanisme Penilaian................................................................156
B. Sistem Penilaian dalam Kurikuum 2013...........................................167
1. Penilaian Kurikulum 2013.........................................................167
2. Pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013................................173
3. Karakteristik Penilaian..............................................................189
4. Ruang Lingkup, Teknik dan Instrumen Penilaian.......................196
5. Mekanisme Penilaian................................................................228
6. Prosedur Penilaian....................................................................233
C. Analisis Perbandingan Sistem Penilaian antara KTSP dengan
Kurikulum 2013..............................................................................238
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................240
DAFTAR PUSTAKA............................................................................243
xiv PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1. Struktur Kelompok Mata Pelajaran Wajib dalam Kurikulum
SMA atau ..................................................................................94
Tabel 2. Struktur Mata Pelajaran Peminatan dalam Kurikulum
SMA atau MA............................................................................95
Tabel 3. Uraian tentang Kompetensi Inti untuk Jenjang Sekolah
Menengah Atas atau Madrasah Aliyah .......................................99
Tabel 4. Penilaian untuk Kegiatan Tatap Muka dan Penugasan ..............123
Tabel 5. Aspek yang Dinilai dalam Berbagai Mata Pelajaran .................125
Tabel 6. Dimensi dan Indikator Sebagai Rambu - rambu Penilaian
Akhlak Mulia ..........................................................................128
Tabel 7. Penilaian Terhadap Aspek Kepribadian Peserta Didik ..............130
Tabel 8. Klasifikasi Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen .................143
Tabel 9. Contoh Instrumen Observasi (Lembar Pengamatan)
Lari 100 meter ........................................................................144
Tabel 10. Pedoman Penskoran untuk Instrumen Penilaian
Tugas Projek ...........................................................................146
Tabel 11. Pedoman Penskoran untuk Instrumen Penilaian
Tugas Produk ........................................................................147
Tabel 12. Contoh Instrumen Inventori Menggunakan Skala Beda
(Berdiferensi) Semantik ........................................................148
Tabel 13. Contoh Instrumen Inventori Menggunakan Skala Likert .........149
xv PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel 14. Instrumen Penilaian Diri yang Berhubungan dengan
Kegiatan Mata Pelajaran Biologi ...........................................150
Tabel 15. Ketuntasan Belajar .................................................................171
xvi PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Kurikulum
yang ada di Indonesia sudah mengalami perkembangan sejak periode
sebelum tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006 yang berlaku sampai
akhir tahun 2012 lalu. Selama proses pergantian kurikulum tidak ada
tujuan lain selain untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta
rancangan pembelajaran yang ada di sekolah.
Menurut beberapa pakar, perubahan kurikulum dari masa ke masa,
baik di Indonesia maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan
masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman
yang cenderung berubah. Perkembangan kurikulum dianggap sebagai
penentu masa depan anak bangsa. Oleh karena itu, kurikulum yang baik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2 akan sangat diharapkan dapat dilaksanakan di Indonesia sehingga akan
menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada
kemajuan bangsa dan negara. Setiap kurikulum yang telah berlaku di
Indonesia dari periode sebelum tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006,
memiliki beberapa perbedaan sistem. Perbedaan sistem yang terjadi bisa
merupakan kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri.
Kekurangan dan kelebihan tersebut dapat berasal dari landasan,
komponen, evaluasi, prinsip, metode, maupun model pengembangan
kurikulum. Untuk memperbaiki kekurangan yang ada, maka disusunlah
kurikulum yang baru yang diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan tuntutan zaman. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia
akan senantiasa berkembang untuk menciptakan pendidikan nasional yang
lebih baik.
Pendidikan nasional adalah
pendidikan
yang
berakar
pada
kebudayaan bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui sistem pendidikan antara lain dilakukan melalui proses
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3 pendidikan yang terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien, sehingga
diharapkan setiap individu diberi kesempatan untuk mengembangkan
semua potensi pribadinya.
Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan yang berfungsi
untuk membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dari
pendidikan yang diterima anak di bangku sekolah, akan mampu mengubah
pola pikir dan daya kreativitas untuk menciptakan negara dengan taraf
kesejahteraan yang baik dan perekonomian yang meningkat. Sekolah ada
merupakan bagian dari rancangan yang dibuat oleh pemeritah di bidang
pendidikan dengan landasan operasionalnya adalah kurikulum. Dari
kurikulum inilah tujuan dari pendidikan bangsa diharapkan dapat tersusun
dengan sistematis untuk mencapai tujuan bangsa dan negara Indonesia.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi
dan
bahan
pelajaran
penyelenggaraan
kegiatan
yang
dikembangkan
pembelajaran
untuk
sebagai
mencapai
pedoman
tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik serta kebutuhan lapangan kerja.
Subandiyah (2001:4-6) mengemukakan ada lima komponen kurikulum
yaitu, komponen tujuan, komponen isi atau materi, komponen media
(sarana dan prasarana), komponen strategi, dan komponen proses belajar
mengajar. Kurikulum yang digunakan saat ini di Indonesia adalah
kurikulum KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4 sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan
di masing - masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
yang
dijabarkan
ke
dalam
sejumlah
peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut memberikan
arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Namun, isu terhangat saat ini adanya penyempurnaan kurikulum
KTSP menjadi kurikulum 2013 yang mendapatkan pro dan kontra dari
berbagai pihak baik dari kalangan pendidikan maupun dari masyarakat
umum. Kurikulum 2013 justru dianggap dapat menekan kreativitas dan
otonomi di bidang pendidikan karena kurikulum dan persiapan proses
pembelajaran akan disediakan dalam bentuk produk jadi (completely-built
up product). Di sisi lain, sebagian orang beranggapan justru dengan
adanya kurikulum 2013 dapat memicu pengembangan kompetensi siswa
ke arah yang lebih analisis dan tuntutan guru agar lebih kreatif dan inovatif
dalam pembelajaran karena guru dianggap mampu semua hal yang dapat
membantu siswa berkembang. Hal ini sangat menarik, apakah kurikulum
KTSP lebih baik dari kurikulum 2013, atau justru adanya pengembangan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5 kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 ini akan melahirkan output
yang sesuai dengan tuntutan masyarakat saat ini dan yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sistem penilaian dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan?
2. Bagaimanakah sistem penilaian dalam kurikulum 2013?
C. Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas mengenai penilaian hasil belajar,
hakikat dan prinsip penilaian, prosedur dan mekanisme penilaian,
pengembangan indikator, kisi - kisi, dan instrumen penilaian, dilengkapi
dengan contoh berbagai format yang berkaitan dengan penilaian hasil
belajar peserta didik.
D. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem penilaian dengan menggunakan
kurikulum satuan pendidikan?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6 2. Untuk mengetahui bagaimana sistem penilaian dengan menggunakan
kurikulum 2013?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum
1. Sejarah Singkat Perkembangan Kurikulum Di Indonesia
Dalam perjalanannya dunia pendidikan Indonesia telah
menerapkan 6 kurikulum yaitu:
a. Kurikulum 1968
Setelah berakhirnya orde lama, keluar ketetapan MPRS
No
XXVII/MPRS/1966
yang
berisi
tujuan
pendidikan:
membentuk manusia pancasilais yang sejati. Dua tahun
kemudian lahirlah kurikulum 1968, sebuah pedoman praktis
pendidikan yang terstruktur pertama kali (Cony Semiawan,
1980). Tujuan pendidikan menurut kurikulum 1968 adalah
mempertinggi mental - moral budi pekerti dan memperkuat
keyakinan agama, mempertinggi keterampilan, serta membina
atau menggembangkan fisik yang kuat dan sehat. Ketentuan ketentuan dalam kurikulum 1968 adalah:
1) Bersifat: correlated subject curriculum (kurikulum subjek
berkorelasi).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8 2) Jumlah mata pelajaran untuk SD sebanyak 10 bidang studi,
SMP sebanyak 11 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan
Bahasa Indonesia I dan Bahasa Indonesia II) SMA jurusan A
sebanyak 18 bidang studi, SMA jurusan B sebanyak 20
bidang studi dan SMA jurusan C sebanyak 19 bidang studi.
3) Penjurusan SMA dilakukan di kelas dua. Pada waktu
diberlakukan Kurikulum 1968 yang menjabat menteri
pendidikan adalah Mashuru, S.H.
b. Kurikulum 1975
Ketentuan - ketentuan dalam Kurikulum 1975 adalah:
1) Sifat:
integrated
curriculum
organization
(organisasi
kurikulum terpadu).
2) SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9 bidang
studi.
3) Pelajaran Ilmu Alam dan Ilmu Hayat menjadi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
4) Pelajaran Ilmu Aljabar dan Ilmu Ukur menjadi Matematika.
5) Jumlah mata pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang
studi.
6) Penjurusan SMA dibagi menjadi 3 yaitu : IPA, IPS, Bahasa
dimulai pada permulaan semester ke - 2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9 Karena kurikulum ini tidak dapat diimplemasikan di
masing - masing sekolah di Indonesia maka Kurikulum ini
diganti oleh kurikulum 1984.
c. Kurikulum 1984
Ketentuan - ketentuan dalam kurikulum 1984 adalah:
1) Sifat: Content Based Curriculum (kurikulum berbasis
konten).
2) Program pelajaran mencakup 11 bidang studi.
3) Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi.
4) Jumlah mata pelajaran SMA menjadi 15 bidang studi
untuk program inti, 4 bidang studi untuk bidang pilihan.
5) Penjurusan SMA dibagi menjadi lima yaitu program A1
(Ilmu Fisika), A2 (Ilmu Biologi), A3 (Ilmu Sosial), A4 (Ilmu
Budaya), A5 (Ilmu Agama).
6) Penjurusan dilakukan pada kelas 2.
Dalam perjalanan kurikulum 1984 dianggap oleh banyak
kalangan sarat beban sehingga diganti dengan Kurikulum 1994
yang lebih sederhana.
d. Kurikulum 1994
Ketentuan - ketentuan dalam kurikulum 1994 adalah:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10 1) Bersifat: objective based curriculum (kurikulum berbasis
objektif).
2) Nama SMP diganti menjadi SLTP, dan SMA diganti SMU.
3) Mata
pelajaran
PSPB
dihapus,
(Pelajaran
Sejarah
Perjuangan Bangsa).
4) Program pengajaran SD dan SLTP disusun oleh 13 mata
pelajaran.
5) Program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata
pelajaran.
6) Penjurusan di SMA dilakukan di kelas 2 yang terdiri dari
program IPA, program IPS, program Bahasa.
Ketika reformasi bergulir, kurikulum 1994 mengalami
penyesuaian - penyesuaian dalam rangka mengakomodasi
tuntutan - tuntutan oleh karena itu muncul suplemen 1994 yang
lahir tahun 1995. Dalam suplemen - suplemen tersebut ada
penyesuaian - penyesuaian yaitu: mata pelajaran sosial seperti
PPKN, Sejarah, dan beberapa mata pelajaran yang lainnya.
Bersamaan dengan lahirnya dengan Undang - Undang Nomor 23
Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
yang
menggantikan undang - undang nomor 2 Tahun 1989,
pemerintah
melalui
Departemen
Pendidikan Nasional
menggagas kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11 e. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pendidikan di Indonesia dianggap hanya melahirkan
lulusan yang akan menjadi beban negara dan masyarakat. Karena
kurang ditunjang dengan kompetensi yang memadai ketika terjun
ke dalam masyarakat. Untuk merespon hal tersebut pemerintah
melalui
Departemen
Pendidikan
Nasional
menawarkan
kurikulum yang dianggap mampu menjawab problematika
seputar rendahnya mutu pendidikan dewasa ini, karena dalam
kurikulum berbasis kompetensi peserta didik diarahkan untuk
menguasai sejumlah kompetensi sesuai dengan standar yang
telah ditentukan (Kunandar 2005). Ketentuan - ketentuan dalam
kurikulum berbasis kompetensi (Kompas, 16 Agustus 2005)
adalah:
1) Bersifat: competency based curriculum (kurikulum berbasis
kompetensi).
2) Penyebutan SLTP menjadi SMP dan SMU menjadi SMA.
3) Program pengajaran SD disusun dalam 7 mata pelajaran.
4) Program pengajaran SMP disusun dalam 11 mata pelajaran.
5) Program pengajaran SMA disusun dalam 17 mata pelajaran.
6) Penjurusan SMA dilakukan dikelas II, terdiri atas Ilmu
Alam, Sosial, dan Bahasa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12 Kurikulum ini belum disahkan oleh Menteri Pendidikan
walaupun sudah diuji coba di beberapa sekolah melalui pilot
project. Hal tersebut disebabkan kurikulum ini menuai kritik
dari beberapa kalangan baik dari para ahli pendidikan dan
praktisi pendidikan. Beberapa kritik terhadap kurikulum ini:
1) Masih sarat dengan materi sehingga ketakutan guru akan
dikejar - kejar materi seperti yang terjadi pada Kurikulum
1994 akan terulang kembali.
2) Pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional masih terlalu intervensi terhadap kebijakan
sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum
tersebut.
3) Masih belum jelasnya pengertian kompetensi sehingga
ketika diterapkan pada standar kompetensi kululusan
belum terlalu aplikatif.
4) Adanya sistem penilaian yang belum jelas dan terukur.
Melalui
kebijakan
pemerintah,
kurikulum
berbasis
kompetensi mengalami revisi, dengan dikeluarkannya Permen
Diknas No.23 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Permen
Diknas No.24 tentang pelaksanaan kedua Permen di atas yang
dikeluarkan pada tahun 2006. Dengan dikeluarkannya ketiga
Permen
di
atas
seakan
menjawab
ketidakjelasan
nasib
KBK yang selama ini sudah diterapkan di beberapa sekolah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13 f. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP
merupakan
revisi
dan
pengembangan
dari
kurukulum berbasis kompetensi atau ada yang menyebut
kurikulum 2004. KTSP lahir karena KBK masih sarat dengan
beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas
masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan
kurikulum. Oleh karena itu dalam KTSP beban belajar siswa
agak berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru,
dan
komite
sekolah)
diberikan
kewenangan
untuk
mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus,
dan beberapa komponen kurikulum lainnya.
2. Pengertian kurikulum
Setiap orang, kelompok masyarakat, atau bahkan ahli
pendidikan dapat mempunyai penafsiran yang berbeda tentang
pengertian kurikulum. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh
banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat
ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut pandangan lama
dan pandangan baru (Oemar Hamalik, 2007). Pandangan lama, atau
sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
murid untuk memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai
implikasi sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14 a. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran.
b. Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan,
sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa akan
membentuk
mereka
menjadi
manusia
yang
mempunyai
kecerdasan berpikir.
c. Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau.
d. Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoeh
ijazah.
e. Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari
mata pelajaran yang sama.
f. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem
penuangan (imposisi).
Sebagai perbandingan, ada baiknya kita kutip pula pendapat
lain, seperti yang dikemukakan oleh Romine (1954) Pendapat ini
dapat digolongkan sebagai pendapat yang baru (modern), yang
dirumuskan sebagai berikut: “Curriculum is interpreted to mean all
of the organized courses, activities, and experiences which pupil
have under direction of the school, whether in the clasroom or not”,
("Kurikulum
ditafsirkan
berarti
semua
program
yang
diselenggarakan, kegiatan, dan pengalaman yang harus diterima
murid di bawah arahan sekolah, baik di kelas atau tidak").
Implikasi perumusan di atas adalah sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15 a. Tafsiran tentang kurikulum bersifat luas, karena kurikulum
bukan hanya terdiri atas mata 5 pelajaran (courses) tetapi
meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi
tanggung jawab sekolah.
b. Tidak ada pemisahan antara intra dan ekstra kurikulum.
c. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya dibatasi pada keempat
dinding kelas saja, melainkan dilaksanakan baik di dalam
maupun di luar kelas, sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
d. Sistem penyampaian yang dipergunakan oleh guru disesuaikan
dengan kegiatan atau pengalaman yang akan disampaikan, oleh
karena itu guru harus mengadakan berbagai kegiatan belajar
mengajar yang bervariasi, sesuai dengan kondisi siswa.
e. Tujuan penididikan bukanlah untuk menyampaikan mata
pelajaran (courses) atau bidang pengetahuan yang tersusun
(subject), melainkan pembentukan pribadi anak dan belajar cara
hidup di dalam masyarakat.
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru
menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh
mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah
itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim
digunakan adalah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum
sama artinya dengan rencana pelajaran. Hilda Taba dalam bukunya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16 Curriculum Development, Theory and Practice mengartikan sebagai
“a plan for learning”, yakni sesuatu yang direncanakan untuk
pelajaran anak.
3. Beberapa pengertian kurikulum:
a. Pengertian Kurikulum Secara Etimologis
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa
Inggris ditulis “curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu
“curir” yang berarti “pelari”, dan “curere” yang berarti “tempat
berpacu”. Tidak heran jika dilihat dari arti harfiahnya, istilah
kurikulum tersebut pada awalnya digunakan dalam dunia olah
raga, seperti bisa diperhatikan dari arti “pelari dan tempat
berpacu”, yang mengingatkan kita pada jenis olah raga atletik.
b. Pengertian Kurikulum Berdasarkan Istilah
Berawal dari makna “curir” dan “curere” kurikulum
berdasarkan istilah diartikan sebagai “jarak yang harus ditempuh
oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk
memperoleh medali atau penghargaan”. Pengertian tersebut
kemudian diadaptasikan ke dalam dunia pendididikan dan
diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi
memeroleh ijazah”.
c. Kurikulum Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17 Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah
“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu” (Bab I Pasal 1 ayat 19).
4. Beberapa Definisi Kurikulum:
a. Menurut Dr. Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh
sekolah bagi murid - murid di dalam dan di luar sekolah dengan
maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam
segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan
tujuan - tujuan pendidikan.
b. Menurut Olivia (1997 : 60)
Secara semantik, kurikulum senantiasa terkait dengan
kegiatan
pendidikan. Kurikulum
sebagai
jembatan
untuk
mendapatkan ijasah. Secara konseptual, kurikulum adalah
perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap
kebutuhan dan tantangan masyarakat.
c. Menurut Kerr, J. F (1968)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18 Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang
dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
d. Menurut Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh
pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil
pembelajaran yang sudah ditentukan.
e. Menurut Neagley dan Evans (1967)
kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan
dikemukakan oleh pihak sekolah.
f. Menurut Beauchamp (1968)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi
mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai
mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam
kehidupan sehari - hari.
g. Menurut Good V. Carter (1973)
Kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan
pelajaran yang sistematik.
h. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
i. Menurut Daniel Tanner & Laurel Tanner
Kurikulum merupakan pengalaman pembelajaran yang
terarah dan juga terencana secara terstruktur dan tersusun melalui
sebuah proses rekonstruksi pengetahuan dan juga pengalaman
yang secara sistematis berada di bawah pengawasan lembaga
pendidikan sehingga para pembelajar dapat terus memiliki
motivasi dan minat untuk belajar, sehingga memiliki dasar
pemikiran
bahwa
belajar
adalah
bagian
dari
sebuah
kompetensional yang ada di pribadinya.
j. Menurut George A. Beaucham (1976)
Kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori
yatu teori kuriklum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga
sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem.
k. Menurut Harsono (2005)
Kurikulum
merupakan
gagasan
pendidikan
yang
diekspresikan dalam praktik. Dalam bahasa Latin, kurikulum
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20 berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin
berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya
gagasan pendidikan tetapi juga termasuk keseluruhan program
pembelajaran yang terencana dari suatu institusi.
l. Menurut Hilda Taba (1991)
Kurikulum pada umumnya berisi pernyataan tujuan dan
tujuan khusus, menunjukkan seleksi dan organisasi konten,
mengimplikasikan, dan menginfestasikan pola belajar mengajar
tertentu, karena tujuan menuntut mereka atau karena organisasi
konten mempersyaratkannya. Pada akhirnya, termasuk di
dalamnya program evaluasi outcome.
m. Menurut Lloyd Trump dan Delmas F. Miller
Dalam buku school improvement, menurut mereka dalam
kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara
mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga
mengajar, bimbingan dan penyuluhan, administrasi dan hal - hal
struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemingkinan
memilih mata pelajaran.
n. Menurut Valiga, T & Magel, C.
Kurikulum adalah urutan pengalaman yang ditetapkan
oleh sekolah untuk mendisiplinkan cara berfikir dan bertindak.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21 o. Menurut Grayson (1978)
kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan
keluaran (out - comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu
bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk
mengembangkan strategi pembelajaran
(Materi
di
dalam
kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran) dan
tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
p. Menurut B. Bara, Ch (2008)
Kurikulum yakni bahwa konsep kurikulum dapat
diklasifikasikan ke dalam empat jenis pengertian yang meliputi:
1) kurikulum sebagai produk.
2) kurikulum sebagai program.
3) kurikulum sebagai hasil yang diinginkan.
4) kurikulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta didik.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas maka
dapat saya simpulkan bahwa kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang direncanakan, diprogramkan, dan dirancang
sedemikian rupa secara sistematis yang berisi bahan ajar serta
pengalaman belajar sehingga dalam program pendidikan memiliki
arah dan tujuan yang akan dicapai dan dari hasil yang dicapai kita
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22 dapat merevisi ulang dan mengembangkan program pendidikan
untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya sehingga
suatu kurikulum pembelajaran dapat dikatakan selalu berubah - ubah
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan.
5. Fungsi Kurikulum
Dalam proses belajar kurikulum memiliki kedudukan yang
sangat penting, karena dengan kurikulum peserta didik sebagai
individu yang berkembang akan memperoleh manfaat. Selain itu,
kurikulum juga berfungsi bagi kepentingan - kepentingan yang lain,
di antaranya:
a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
adalah sebagai alat atau usaha untuk mencapai tujuan - tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan meliputi:
1) Tujuan nasional (pendidikan nasional).
2) Tujuan institusional (lembaga atau institusi).
3) Tujuan kurikuler (bidang studi).
4) Tujuan instruksional (penjabaran dari tujuan kurikuler).
b. Fungsi
kurikulum
bagi
peserta
didik, kurikulum
sebagai
organisasi disiapkan bagi peserta didik sebagai salah satu
konsumsi pendidikan mereka. Dengan demikian diharapkan
peserta didik akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23 kelak dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak,
guna melengkapi bekal hidupnya.
c. Fungsi kurikulum bagi pendidik.
1) Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir
pengalaman belajar para peserta didik.
2) Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan
peserta
didi
dalam
rangka
menyerap
sejumlah pengalaman yang diberikan.
d. Fungsi kurikulum bagi KS dan PS.
1) Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yaitu
memperbaiki situasi belajar.
2) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi
dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar
peserta didik ke arah yang lebih baik.
3) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi
dalam
memberikan
bantuan
kepada
pendidik
untuk
memperbaiki situasi mengajar.
4) Sebagai administrator, kurikulum dapat dijadikan pedoman
untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut.
5) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan
belajar - mengajar.
e. Fungsi kurikulum bagi orang tua.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24 1) Agar orang tua dapat membantu usaha sekolah dalam
memajukan peserta didik (putranya).
2) Mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan peserta
didik (putranya).
3) Ikut berpartisipasi membimbing peserta didik (putranya).
f. Fungsi kurikulum bagi sekolah dan tingkatan di atasnya.
1) Pemeliharaan
keseimbangan
proses
pendidikan
dapat
dilakukan bila:
a) Bila sebagian dari kurikulum sekolah tersebut telah
diajarkan pada sekolah yang berada di bawahnya, maka
sekolah dapat meninjau kembali perlu atau tidaknya
bagian tersebut diajarkan lagi.
b) Bila kecakapan - kecakapan tertentu yang dibutuhkan
untuk mempelajari kurikulum suatu sekolah belum
diajarkan pada sekolah yang berada di bawahnya,
sekolah dapat mempertimbangkan untuk memasukkan
program mengenai kecakapan - kecakapan tersebut ke
dalam kurikulum.
2) Penyiapan tenaga baru.
g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah:
1) Ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan
program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan
pihak orang tua atau masyarakat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25 2) Ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam
rangka penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar
lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan
kerja.
6. Peranan Kurikulum
Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni
peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif.
a. Peranan Konservatif
Salah
satu
tanggung
jawab
kurikulum
adalah
mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial bagi generasi
muda. Dengan demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial
dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku siswa sesuai
dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan
dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini
seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi
sebagai jembatan antara siswa selaku anak didik dengan orang
dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam
kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena
ikut membantu proses tersebut. Dengan adanya peranan
konservatif ini, maka sesungguhnya kurikulum itu berorientasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26 pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini sangat
mendasar sifatnya.
b. Peranan Kritis dan Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah
tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga
menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan
diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada unsur berpikir
kritis. Nilai - nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan
di masa mendatang dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan
perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus merupakan
pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
c. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan
kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun
suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa
mendatang.
Untuk
membantu
setiap
individu
dalam
mengembangkan semua yang ada padanya, maka kurikulum
menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan,
dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi
masyarakat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27 Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara
seimbang, atau dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara
ketiganya. Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan
waktu dan keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa
depan.
7. Komponen - Komponen Kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu: tujuan,
materi, strategi pembelajaran, organisasi kurikulum dan evaluasi.
Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak
bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan
tentang masing - masing komponen tersebut.
a. Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir
di
setiap negara telah
mewajibkan
para
warganya
untuk
mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis
penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara,
keadaan sosial - politik kemampuan sumber daya dan keadaan
lingkungannya masing - masing. Kendati demikian, dalam hal
menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi
yang sama. Seperti yang disampaikan oleh Hummel (Uyoh
Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara universal akan
menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28 1) Autonomy
Autonomy gives individuals and groups the maximum
awarenes, knowledge, and ability so that they can manage
their personal and collective life to the greatest possible
extent, (otonomi memberikan individu dan kelompok
maksimum
kesadaran,
pengetahuan,
dan
kemampuan
sehingga mereka dapat mengatur kehidupan pribadi dan
kolektif mereka untuk sedapat mungkin).
2) Equity
Equity enable all citizens to participate in cultural
and economic life by coverring them an equal basic
education, (keadilan memungkinkan semua warga negara
untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya dan ekonomi
dengan memberikan mereka pendidikan dasar yang sama).
3) Survival
Survival permit every nation to transmit and enrich
its cultural heritage over the generation but also guide
education towards mutual understanding and towards what
has become a worldwide realization of common destiny,
(Kelangsungan hidup mengizinkan setiap bangsa untuk
mengirimkan dan memperkaya warisan budaya melalui
generasi tetapi juga membimbing pendidikan menuju saling
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29 pengertian dan terhadap apa yang telah menjadi realisasi
seluruh dunia nasib yang sama,).
Dalam
perspektif
pendidikan nasional,
tujuan
pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan
Nasional,
bahwa:
”Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan
nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang
sekolah atau satuan pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan
bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah
dirumuskan
mengacu
kepada
tujuan
umum
pendidikan berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30 1) Tujuan pendidikan dasar
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti
pendidikan
lebih
lanjut
sesuai
dengan
kejuruannya.
Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian
dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler, yaitu tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang
dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.
Berikut ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31 berkaitan
dengan
pembelajaran
ekonomi,
sebagaimana
diisyaratkan dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2007 tentang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar:
1) Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
SMP/MTS:
a) Mengenal konsep - konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai - nilai
sosial dan kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional, dan global.
2) Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi di SMA:
a) Memahami
sejumlah
konsep
ekonomi
untuk
mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan
kehidupan
sehari
-
hari,
terutama
yang
terjadi
dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan
negara.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32 b) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah
konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu
ekonomi.
c) Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab
dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu
ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat
bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara.
d) Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai
nilai - nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang
majemuk,
baik
dalam
skala
nasional
maupun
internasional
3) Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan pada SMK/MAK:
a) Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari,
terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat.
b) Berwirausaha dalam bidangnya.
c) Menerapkan
perilaku
kerja
prestatif
dalam
kehidupannya.
d) Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha.
4) Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di
SMK/MAK:
a) Memahami konsep - konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33 b) Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c) Berkomitmen
terhadap
nilai
-
nilai
sosial
dan
kemanusiaan.
d) Berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional,
dan global.
Tujuan - tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional
sampai dengan tujuan mata pelajaran masih bersifat abstrak dan
konseptual, oleh karena itu perlu dioperasionalkan dan dijabarkan
lebih
lanjut
dalam
pembelajaran
bentuk
merupakan
tujuan
tujuan
pembelajaran.
pendidikan
Tujuan
yang
lebih
operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
dari setiap mata pelajaran.
Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan
lebih bersifat spesifik dan lebih menggambarkan tentang “what
will the student be able to do as result of the teaching that he was
unable
to
do
before”
(Rowntree
dalam
Nana
Syaodih
Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat
operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik
apa
yang
hendak
dicapai
peserta
didik
melalui
proses
pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom, maka perubahan
perilaku tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34 dan psikomotor. Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa
ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) memberikan gambaran
spesifikasi
dari
tujuan
yang
ingin
dicapai
pada
tujuan
pembelajaran, yakni:
1) Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh
peserta didik, dengan:
a) Menggunakan
kata - kata kerja yang menunjukkan
perilaku yang dapat diamati.
b) Menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku
peserta didik.
c) Memberikan pengkhususan tentang sumber - sumber
yang dapat digunakan peserta didik dan orang - orang
yang dapat diajak bekerja sama.
2) Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh
peserta didik, dalam bentuk:
a) Ketepatan atau ketelitian respons.
b) Kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons.
3) Menggambarkan kondisi - kondisi atau lingkungan yang
menunjang perilaku peserta didik berupa:
a) kondisi atau lingkungan fisik.
b) kondisi atau lingkungan psikologis.
Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti
yang
sangat
penting.
Keberhasilan
pencapaian
tujuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35 pembelajaran pada tingkat operasional ini akan menentukan
terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya.
Terlepas dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan
kurikulum sangat terkait erat dengan filsafat yang melandasinya.
Jika kurikulum yang dikembangkan menggunakan dasar filsafat
klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) sebagai
pijakan utamanya maka tujuan kurikulum lebih banyak diarahkan
pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan
pada upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif.
Apabila kurikulum yang dikembangkan menggunakan
filsafat progresivisme sebagai pijakan utamanya, maka tujuan
pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan
aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada upaya
pengembangan aspek afektif. Pengembangan kurikulum dengan
menggunakan
filsafat
rekonsktruktivisme
sebagai
dasar
utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya
pemecahan masalah sosial yang krusial dan kemampuan bekerja
sama.
Sementara
kurikulum
yang
dikembangkan
dengan
menggunakan dasar filosofi teknologi pendidikan dan teori
pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan
pada pencapaian kompetensi. Dalam implementasinnya bahwa
untuk mengembangkan pendidikan dengan tantangan yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36 sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk
merumuskan tujuan - tujuan kurikulum dengan hanya berpegang
pada satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu
secara konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu untuk
mengakomodir tantangan dan kebutuhan pendidikan yang sangat
kompleks sering digunakan model eklektik, dengan mengambil
hal - hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran
filsafat yang ada, sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan
lebih diusahakan secara berimbang.
b. Materi Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar
tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan
kurikulum
yang
didasari
filsafat
klasik
(perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran
menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran
disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:
1) Teori
Teori adalah seperangkat konstruk atau konsep,
definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang
menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan - hubungan antara variabel -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37 variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan
gejala tersebut.
2) Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk oleh
organisasi dari kekhususan - kekhususan, merupakan definisi
singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3) Generalisasi
Generalisasi adalah kesimpulan umum berdasarkan
hal - hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau
pembuktian dalam penelitian.
4) Prinsip
Prinsip yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam
materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa
konsep.
5) Prosedur
Prosedur yaitu seri langkah - langkah yang berurutan
dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6) Fakta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38 Fakta adalah sejumlah informasi khusus dalam
materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi,
orang dan tempat serta kejadian.
7) Istilah
Istilah adalah Kata - kata perbendaharaan yang baru
dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8) Contoh atau ilustrasi
Contoh atau ilustrasi yaitu hal atau tindakan atau proses
yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau
pendapat.
9) Definisi
Definisi yaitu penjelasan tentang makna atau
pengertian tentang suatu hal atau kata dalam garis besarnya.
10) Preposisi
Preposisi
yaitu
cara
yang
digunakan
untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai
tujuan kurikulum.
Materi
pembelajaran
yang
didasarkan
pada
filsafat
progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan
kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39 harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu
sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat
konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa
dalam bentuk tema - tema dan topik - topik yang diangkat dari
masalah - masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi,
sosial
bahkan
tentang
alam.
Materi
pembelajaran
yang
berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari
disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu
kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas
dirinci menjadi bagian - bagian atau sub - sub kompetensi yang
lebih kecil dan obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat
dari filsafat yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat
perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran. Namun dalam
implementasinya
sangat
sulit
untuk
menentukan
materi
pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat tertentu, maka
dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan
fleksibel. Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki
wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam praktiknya untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40 menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal - hal
berikut:
1) Sahih (valid)
Sahih
artinya
materi
yang
dituangkan
dalam
pembelajaran benar - benar telah teruji kebenaran dan
kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan
merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2) Tingkat kepentingan
Tingkat kepentingan adalah materi yang dipilih benar benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana
materi tersebut penting untuk dipelajari.
3) Kebermaknaan materi yang dipilih dapat memberikan manfaat
akademis maupun non akademis.
Manfaat akademis yaitu memberikan dasar - dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih
lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan
manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan
hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari.
4) Layak dipelajari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41 Materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari
aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu
sulit)
maupun
aspek
kelayakannya
terhadap
pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5) Menarik minat
Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan
dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih
lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan
dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
Terlepas dari filsafat yang mendasari pengembangan
materi, Nana Syaodih Sukamadinata (1997) mengetengahkan
tentang sekuens susunan materi pembelajaran, yaitu:
1) Sekuens kronologis
Sekuens kronologis yaitu susunan materi pembelajaran
yang mengandung urutan waktu.
2) Sekuens kausal
Sekuens kausal yaitu susunan materi pembelajaran
yang mengandung hubungan sebab - akibat.
3) Sekuens struktural
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42 Sekuens struktural yaitu susunan materi pembelajaran
yang mengandung struktur materi.
4) Sekuens logis dan psikologis
Sekuens
logis
merupakan
susunan
materi
pembelajaran dimulai dari bagian – bagian yang menuju pada
keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada yang
kompleks. Sedangkan sekuens psikologis sebaliknya dari
keseluruhan menuju bagian - bagian, dan dari yang kompleks
menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi
pembelajaran disusun dari nyata ke abstrak, dari benda ke
teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah bagaimana ke
masalah mengapa.
5) Sekuens spiral
Susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada
topik atau bahan tertentu yang populer dan sederhana,
kemudian dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan
bahan yang lebih kompleks.
6) Sekuens rangkaian ke belakang
Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah
akhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah
yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43 a) Pembatasan masalah.
b) Penyusunan hipotesis.
c) Pengumpulan data.
d) Pengujian hipotesis.
e) Interpretasi hasil tes.
7) Dalam mengajarnya
Guru memulai dengan langkah (a) sampai (d), dan
peserta didik diminta untuk membuat interprestasi hasilnya
(e). Pada kasempatan lain guru menyajikan data tentang
masalah lain dari langkah (a) sampai (c) dan peserta didik
diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d) dan
seterusnya.
8) Sekuens berdasarkan hierarki belajar
Prosedur pembelajaran dimulai menganalisis tujuan tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki
urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan
perilaku apa yang mula - mula harus dikuasai peserta didik,
berturut - berturut sampai dengan perilaku terakhir.
c.
Strategi pembelajaran
Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan
teori pendidikan yang melandasi pengembangan kurikulum
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44 terdapat perbedaan dalam
menentukan tujuan dan materi
pembelajaran. Hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula
terhadap
penentuan
dikembangkan.
pembelajaran
strategi
Apabila
adalah
sebagaimana
yang
pendukung
filsafat
pembelajaran
yang
menjadi
penguasaan
banyak
hendak
tujuan
dalam
informasi
dikembangkan
klasik
yang
dalam
intelektual,
oleh
kalangan
rangka pewarisan
budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang
dikembangkan
akan
lebih
berpusat
kepada
guru.
Guru
merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan
dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan
peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif
menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian
(ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar.
Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru
tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut
kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu
proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta
didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan
bagaimana cara - cara yang paling sesuai untuk memperoleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45 materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan
rekonstruktivisme
pembelajaran
yang
melalui
menekankan
dinamika
pentingnya
kelompok.
proses
Pembelajaran
cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran
yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru
tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan
proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti: pembelajaran
moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan
sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi.
Peran guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan guider.
Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai
motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi
peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar.
Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan
dengan
berusaha
mengenal
para
peserta
didiknya
secara personal. Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran
berbasis teknologi yang menekankan pentingnya penguasaan
kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan
strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi
atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46 pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik
untuk belajar secara individual. Dalam pembelajaran teknologis
dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka
langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media
elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis
lebih cenderung sebagai director of learning, yang berupaya
mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan
perbuatan - perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah
didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan
untuk menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi
pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.
Terkait
dengan
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan,
belakangan ini mulai muncul konsep pembelajaran dengan
isitilah PAKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu,
dalam
prakteknya
mengembangkan
seorang
strategi
guru
seyogyanya
pembelajaran
secara
dapat
variatif,
menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk
dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan
menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi.
d. Organisasi Kurikulum
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47 Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan
kurikulum
memunculkan
terjadinya
keragaman
dalam
mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam
pengorganisasian kurikulum, yaitu:
1) Mata pelajaran terpisah (isolated subject)
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang
terpisah - pisah, yang diajarkan sendiri - sendiri tanpa ada
hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing - masing
diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan
minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua
materi diberikan sama.
2) Mata pelajaran berkorelasi
Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahan - kelemahan sebagai akibat pemisahan mata
pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan
pokok - pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan
peserta didik memahami pelajaran tertentu.
3) Bidang studi (broad field)
Bidang studi yaitu organisasi kurikulum yang berupa
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta
memiliki ciri - ciri yang sama dan di korelasikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48 (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata
pelajaran dapat dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran
lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
4) Program yang berpusat pada anak (child centered)
Program yang berpusat pada anak yaitu program
kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan - kegiatan
peserta didik, bukan pada mata pelajaran.
5) Inti Masalah (core program)
Inti Masalah yaitu suatu program yang berupa unit unit masalah, dimana masalah - masalah diambil dari suatu
mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan
melalui
kegiatan
-
kegiatan
belajar
dalam
upaya
memecahkan masalahnya. Mata pelajaran - mata pelajaran
yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.
6) Ecletic Program
Ecletic program yaitu suatu program yang mencari
keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat
pada mata pelajaran dan peserta didik.
Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
tampaknya lebih cenderung menggunakan pengorganisasian yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49 bersifat eklektik, yang terbagi ke dalam lima kelompok mata
pelajaran, yaitu :
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2) Kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan
dan
kepribadian.
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Kelompok mata pelajaran estetika.
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelompok
-
kelompok
mata
pelajaran
tersebut
selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam sejumlah mata pelajaran
tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah. Di
samping itu, untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata
pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan penyaluran bakat
dan minat peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri.
e. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum.
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan
untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan - tujuan pendidikan
yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa: “curriculum
evaluation may be defined as the estimation of growth and
progress of students toward objectives or values of the
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50 curriculum”, (“Evaluasi kurikulum dapat didefinisikan sebagai
estimasi pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan atau
nilai - nilai kurikulum“). Sedangkan dalam pengertian yang lebih
luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja
kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada
efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan
(feasibilit) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi: “objective,
it’s scope, the quality of personnel in charger of it, the capacity
of students, the relative importance of various subject, the degree
to which objectives are implemented, the equipment and
materials and so on”, (“obyektif, itu ruang lingkup, kualitas
personil yang bertanggung jawab atas hal itu, kapasitas siswa,
kepentingan relatif dari berbagai subjek, sejauh mana tujuan
dilaksanakan, peralatan dan bahan - bahan dan sebagainya“).
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya
suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh
tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi
tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem
kurikulum atau komponen - komponen tertentu saja dalam sistem
kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting
yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51 belajar siswa. Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna
diperlukan persyaratan - persyaratan tertentu. Dengan mengutip
pemikiran Doll, dikemukakan syarat - syarat evaluasi kurikulum
yaitu “acknowledge presence of value and valuing, orientation to
goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and
validity and integration”, (“mengakui keberadaan nilai dan nilai,
orientasi pada tujuan, kelengkapan, kontinuitas, diagnostik nilai
dan validitas dan integrasi“). Evaluasi kurikulum juga bervariasi,
bergantung pada dimensi - dimensi yang menjadi fokus evaluasi.
Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi
kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk
mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi
kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi
dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes
diagnostik dan lain - lain. Sedangkan, instrumen untuk
mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare,
inventori, interview, catatan anekdot dan sebagainya
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik
untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun
untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil
- hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang
kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam
memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52 pendidikan
dan
pengembangan
model
kurikulum
yang
digunakan. Hasil - hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan
oleh guru - guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan
lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta
didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat - alat
bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
(Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Selanjutnya, Nana Syaodih
Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam
evaluasi kurikulum, yaitu:
1) Pendekatan penelitian (analisis komparatif).
2) Pendekatan obyektif.
3) Pendekatan campuran multivariasi.
Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi
kurikulum, diantaranya adalah Model CIPP (Context, Input,
Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa
keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan
program
dan
peralatan
yang
digunakan,
prosedur
dan
mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evalusi model ini
bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai
dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk
akhirnya sampai pada deskripsi dan keputusan mengenai
kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi. Model ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53 kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program
pendidikan atas empat dimensi, yaitu; Context, Input, Process
dan Product. Menurut model ini keempat dimensi program
tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program
pendidikan dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat
dimensi tersebut adalah, sebagai berikut:
1) Context
Context yaitu situasi atau latar belakang yang
mempengaruhi jenis - jenis tujuan dan strategi pendidikan
yang
akan
dikembangkan
dalam
program
yang
bersangkutan, seperti: kebijakan departemen atau unit kerja
yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit
kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan
yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan
sebagainya.
2) Input
Input meliputi bahan, peralatan, fasilitas yang
disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti: dokumen
kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan,
staf pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan
yang digunakan dan sebagainya.
3) Process
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54 Pelaksanaan
nyata
dari
program
pendidikan
tersebut, meliputi: pelaksanaan proses belajar mengajar,
pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar,
pengelolaan program, dan lain - lain.
4) Product
Product merupakan keseluruhan hasil yang dicapai
oleh program pendidikan, mencakup jangka pendek dan
jangka lebih panjang.
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah
kurikulum
operasional
pendidikan
yang
disusun
oleh
dan
dilaksanakan di masing - masing satuan pendidikan di Indonesia.
KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang - Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah
dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar
dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional masing - masing Nomor 22 Tahun 2006
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP
yang dikeluarkan oleh BSNP. Pada prinsipnya, KTSP merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya
diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu
sendiri. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat: kerangka dasar
dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56 dengan standar nasional yang telah disepakati. Pemberlakuan KTSP,
sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL,
ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan
dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP
sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada
intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan
Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan
juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari
perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah
dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai
dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan
kebutuhan masyarakat.
Berikut pendapat beberapa ahli mengenai definisi dari
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP):
a. Menurut Muhammad Joko Susilo (2006: 11)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah.
KTSP ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten
yang cerdas dalam mengembangkan identitas budaya dan
bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar - dasar
pengetahuan,
keterampilan,
pengalaman
belajar,
mengembangkan integritas sosial serta membudayakan karakter
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57 nasional. Juga untuk memudahkan guru dalam menyajikan
pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip - prinsip
belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar
UNESCO.
b. Kemudian Menurut Hamid Darmadi (2010: 233)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing - masing satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
c. Menurut Muhaimin, Sutiah Dan Sugeng Listyo Prabowo
(2008:32)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing - masing satuan pendidikan atau sekolah.
d. Menurut Masnur Muslich, (2010: 10)
Masnur muslich mengatakan bahwa, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58 disusun dan dilaksanakan
oleh masing - masing satuan
pendidikan.
Berdasarkan pengertian KTSP di atas maka dapat disimpulkan
bahwa
KTSP
adalah
kurikulum
operasional
yang
disusun,
dikembangkan dan dilaksanakan oleh masing - masing satuan
pendidikan atau sekolah sebagai posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing
- masing sehingga akan terwujud sekolah yang efektif, produktif dan
berprestasi. Seperti harapan sebelumnya, KTSP dinilai sebagai
kurikulum yang menyempurnakan kurikulum yang lahir sebelumnya.
Dua hal yang menjadi fokus dalam KTSP sebagai hasil perenungan
para pakar pendidikan yang tergabung dalam BSNP serta masukan
dari masyarakat. Kedua hal tersebut adalah: pengurangan beban
belajar kurang lebih 10%, penyederhanaan kerangka dasar dan
struktur kurikulum. Penyempurnaan tersebut mencakup sinkronisasi
kompetensi untuk setiap mata pelajaran antar jenjang pendidikan,
beban belajar dan jumlah mata pelajaran, serta validasi empirik
terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Acuan Operasional KTSP
Acuan operasional penyusunan KTSP sedikitnya mencakup 12
poin, yakni peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia;
peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59 perkembangan dan kemampuan peserta didik; keragaman potensi dan
karakteristik
daerah
dan
lingkungan;
tuntutan
dunia
kerja;
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; agama;
dinamika perkembangan global; persatuan nasional dan nilai - nilai
kebangsaan; kondisi sosial budaya masyarakat setempat; kesetaraan
jender; dan karakteristik satuan pendidikan.
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi
dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh.
Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran
dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan
keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional,
spritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai
dengan tingkatan perkembangannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60 c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
daerah.
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan,
tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, oleh
karena itu kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk
menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan daerah.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
Pengembangan
kurikulum
harus
memperhatikan
keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
e. Tuntutan dunia kerja.
Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk
membekali peserta didik dalam memasuki dunia kerja sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan
dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan
sejalan
dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61 g. Agama.
Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan
toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan
norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah.
h. Dinamika perkembangan global.
Melalui KTSP diharapkan agar peserta didik mampu
bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan
bangsa lain.
i. Persatuan nasional dan nilai - nilai kebangsaan.
Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap
kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat
keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Kurikulum
memperhatikan
harus
karakteristik
dikembangkan
sosial
budaya
dengan
masyarakat
setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya lokal.
k. Kesetaraan Jender.
Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang
berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan
jender.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62 l. Karakteristik satuan pendidikan.
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi,
misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
3. Hakikat KTSP
Hakikat Kurikulum Satuan Pendidikan dibagi atas beberapa
bagian, yaitu:
a. Konsep Dasar
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:
1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum
untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan
berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan
kurikulum, dengan kewenangan otonomi yang luas pada setiap
satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63 rangka mengefektifkan proses belajar - mengajar di sekolah.
Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah
memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya siswa,
sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai
dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
KTSP dalam pengembangannya dilakukan oleh guru,
kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.
Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan
pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat
pendidikan
daerah,
kepala
sekolah,
tenaga
pendidikan,
perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat.
Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan
ketentuan - ketentuan tentang pendidikan yang berlaku.
Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan
tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
b. Tujuan
1) Tujuan umum
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah
untuk mendirikan dan memberdayakan satuan pendidikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64 melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga
pendidikan yang terkait.
2) Tujuan Khusus
a) Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian
dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum,
mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
b) Meningkatkan
kepedulian
warga
sekolah
dan
masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui
pengambilan keputusan bersama. Sebagai kurikulum
operasional, KTSP menuntut keterlibatan masyarakat
secara penuh, sebab tanggung jawab pengembangan
kurikulum tidak lagi berada di pemerintah, akan tetapi
disekolah,
sedangkan
sekolah
akan
berkembang
manakala adanya keterlibatan masyarakat.
c) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan
pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan
dicapai. Melalui KTSP diharapkan setiap sekolah atau
satuan pendidikan akan berlomba dalam menyusun
program
kurikulum
sekaligus
berlomba
dalam
mengimplementasikannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65 KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan
baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi
daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh Karena itu,
KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama
berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut:
1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang,
dan
ancaman
bagi
dirinya
sehingga
dia
dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia
di sekolah untuk memajukan lembaganya.
2) Sekolah
lebih
mengetahui
kebutuhan
lembaganya,
khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan peserta didiknya.
3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih
cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak
sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.
4) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan
demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif
bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
masing - masing kepada pemerintah, orang tua peserta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66 didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan
berupaya semaksimal mungkin unutk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP.
6) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan
sekolah - sekolah lain untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui upaya - upaya inovatif dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan
pemerintah daerah setempat.
7) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat
dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta
mengakomodasikannya dalam KTSP.
4. Pengembangan KTSP
Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk
setiap satuan pendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
antara lain:
a. Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), dan Standar Isi (SI).
b. Merumuskan visi dan misi, serta merumuskan tujuan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan.
c. Berdasarkan SKL, visi dan misi serta tujuan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan diatas selanjutnya dikembangkan.
d. bidang studi - bidang studi yang akan diberikan untuk
merealisasikan tujuan tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67 e. Mengembangkan dan mengidentifikasikan tenaga - tenaga
kependidikan (guru dan non guru) sesuai dengan kualifikasi yang
diperlukan, dengan yang berpedoman pada standar tenaga
kependidikan yang ditetapkan BSNP.
f. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk
memberi kemudahan belajar, sesuai dengan standar sarana dan
prasarana pendidikan yang ditetapkan BSNP.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dilandasi undang undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
a. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
mengemukakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP)
terdiri atas Standar Isi (SI), proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala. Dalam undang - undang Sisdiknas juga
dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib
memuat
Pendidikan
Agama,
Pendidikan
Kewarganegaraan, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
Seni
dan
Budaya,
Pendidikan
Jasmani
dan
Olahraga,
Keterampilan dan Kejuruan, dan Muatan Lokal.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan (SNP), mengemukakan
bahwa
KTSP
adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68 standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI). SKL
adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sedang SI adalah ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang
kompetensi
tamatan,
kompetensi
bahan
kajian,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
c. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yang mengatur tentang standar
isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang
selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
d. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan yang mengatur standar kompetensi lulusan untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman
penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar
kompetensi lulusan meliputi standar kompetensi lulusan minimal
satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi
lulusan kelompok mata pelajaran dan standar kompetensi
minimal mata pelajaran, yang akan bermuara pada kompetensi
dasar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69 e. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
permendiknas no. 22 dan 23 mengatur tentang pelaksanaan SKL
dan Standar Isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan
pendidikan
dasar
dan
menengah
mengembangkan
dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah
sesuai
kebutuhan
satuan
pendidikan
yang
bersangkutan.
5. Prinsip Pengembangan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP, dengan
memperhatikan prinsip - prinsip sebagai berikut (Permendiknas,
No.22 Tahun 2006):
a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Serta Kebutuhan Peserta
Didik Dan Lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembalikan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis
serta
bertanggung
jawab.
Untuk
mendukung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70 pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam Dan Terpadu
Kurikulum
dikembangkan
dengan
memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah dan
jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku,
budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum
meliputi
substansi komponen
muatan
wajib
kurikulum, muatan lokal dan pengembangan diri secara terpadu,
serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antar substansi.
c. Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi,
dan Seni
Kurikulum dikembangkangkan atas dasar kesadaran
bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara
dinamis dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71 d. Relevan Dengan Kebutuhan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan
dan memperhatikan pengembangan integritis pribadi, kecerdasan
spritual, keterampilan berpikir (thinking skill), kreatifitas sosial,
kemampuan akademik dan keterampilan vokasional.
e. Menyeluruh Dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara kesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
f. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum
diarahkan
pada
proses
pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur - unsur pendidikan formal, informal dan non formal
dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72 g. Seimbang Antara Kepentingan Global, Nasional Dan Lokal
Kurikulum
dikembangkan
dengan
memperhatikan
kepentingan global, nasional dan lokal untuk membangun
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa
dan
bernegara.
Kepentingan global, nasional dan lokal harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi
dengan tetap berpegang pada motto Bhinneka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Karakteristik KTSP
Peserta didik berasal dari berbagai latar belakang kesukuan
dan tingkat sosial, sehingga salah satu perhatian sekolah harus
ditujukan pada asas pemerataan, baik dalam bidang sosial, ekonomi,
maupun politik. Di sisi lain, sekolah juga harus meningkatkan
efisiensi, partisipasi, dan mutu, serta tanggung jawab kepada
masyarakat dan pemerintah. Di sinilah pentingnya KTSP sebagai
kurikulum yang dapat membantu sekolah mewujudkan beberapa
tuntutan di atas karena KTSP mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
a. Pemberian
Otonomi
Luas
Kepada
Sekolah
dan
Satuan
Pendidikan
Sekolah dan satuan pendidikan diberi otonomi yang luas
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73 setempat. Sekolah juga memiliki kewenangan dan kekuasaan
yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat.
Selain itu, sekolah dan satuan pendidikan juga diberikan
kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai
dengan prioritas kebutuhan.
b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua Yang Tinggi
Orang tua dan peserta didik tidak hanya mendukung
sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi juga merumuskan serta
mengembangkan program - program yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui komite sekolah dan dewan
pendidikan .
c. Kepemimpinan Yang Demokratis dan Profesional
Guru - guru yang direkrut oleh sekolah adalah pendidik
profesional
dalam
bidangnya
masing
-
masing.
Dalam
pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan
proses “bottom up” secara demokratis, sehingga semua pihak
memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
beserta pelaksanaanya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74 d. Tim - Kerja yang Kompak dan Transparan
Keberhasilan KTSP merupakan hasil sinergi (synergetic
effect) dari kolaborasi tim yang kompak dan transparan.
7. Komponen Kurikulum KTSP
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar
dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum
pendidikan.
b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang
pendidikan
dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima
kelompok mata pelajaran sebagai berikut:
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2) Kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan
dan
kepribadian.
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Kelompok mata pelajaran estetika.
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
c. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun
kalender pendidikan
sesuai
dengan
kebutuhan
daerah,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75 karakteristik
masyarakat,
sekolah,
dengan
kebutuhan
peserta
didik
dan
memperhatikan kalender pendidikan
sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.
d. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran,
dan
indikator
pencapaian
kompetensi
untuk
penilaian.
Berdasarkan silabus inilah guru bisa mengembangkannya
menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi
siswanya.
Materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk
ke dalam isi kurikulum.
a. Mata Pelajaran
Mata
pelajaran
beserta
alokasi
waktu
untuk
masing - masing tingkat satuan pendidikan berpedoman pada
struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar Isi.
b. Muatan Lokal
Materi pelajaran muatan lokal disesuaikan dengan ciri
khas dan potensi daerah. Muatan lokal merupakan suatu mata
pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap
jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan
dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal untuk
setiap semester.
c. Kegiatan Pengembangan Diri
Bentuk dari pengembangan diri ini ialah kegiatan
ekstrakurikuler. Khusus untuk SMK, pengembangan diri lebih
diutamakan ke arah pengembangan kreativitas dan bimbingan
karier. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran.
Untuk penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara
kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
d. Pengaturan Beban Belajar
Mengenai ketentuan beban belajar yang dianjurkan dalam
jenjang pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MK.
Selain
beban
belajar,
juga
terdapat pedoman terhadap jam pembelajaran setiap mata
pelajaran, alokasi waktu untuk penugasan, alokasi waktu untuk
praktik, alokasi waktu untuk tatap muka.
e. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan
belajar
setiap
indikator
yang
telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0 -
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77 100%.
Kriteria
ideal ketuntasan untuk masing - masing
indikator 75%. Setiap satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan
rata
-
rata
kompetensi,
serta
kemampuan
dalam penyelenggaraan
peserta
didik,
sumber
kompleksitas
daya pendukung
pembelajaran. Satuan
pendidikan
diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara
terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.
Pelaporan hasil belajar (raport) peserta didik diserahkan
pada satuan
pendidikan
dengan
memperhatikan
rambu-
rambu yang disusun oleh direktorat teknis terkait.
f. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun
ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing - masing
direktorat teknis terkait. Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005
Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
2) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir
untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78 kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
3) lulus ujian sekolah atau madrasah untuk kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) lulus Ujian Nasional. Ketentuan mengenai penilaian akhir
dan ujian sekolah atau madrasah diatur lebih lanjut dengan
peraturan menteri berdasarkan usulan BSNP.
g. Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA atau
MA. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait.
Penjurusan pada SMK didasarkan pada spektrum pendidikan
kejuruan yang diatur oleh direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
h. Pendidikan Kecakapan Hidup
1) Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/
MA/SMALB,SMK/MAK dapat
juga
memasukkan
pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan
pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan
kecakapan vokasional.
2) Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian
integral dari pendidikan semua mata pelajaran dan berupa
paket atau modul yang direncanakan secara khusus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79 3) Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik
dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan dari satuan
pendidikan formal lain dan nonformal.
i. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
1) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah
pendidikan
yang memanfaatkan keunggulan lokal dan
kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya,
bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan
lain - lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik.
2) Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat
memasukkan pendidikan
berbasis
keunggulan lokal dan
global.
3) Pendidikan
berbasis
keunggulan
lokal
dan
global
dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga
dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
4) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh
peserta didik dari satuan pendidikan formal lain atau
satuan pendidikan nonformal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80 C. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang
pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) 2004, tetapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006.
Rumusannya berdasarkan sudut pandang yang berbeda dengan
kurikulum berbasis materi Kurikulum 2013 ini merupakan kurikulum
yang sedang dalam tahap perencanaan oleh pemerintah, karena
ini merupakan perubahan dari struktur kurikulum KTSP. Perubahan
ini dilakukan karena banyaknya masalah dan salah satu upaya untuk
memperbaiki kurikulum yang kurang tepat.
2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor - faktor
sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi
pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu
kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81 pendidikan.
Tantangan
internal
lainnya
terkait
dengan
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan
penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia
produktif (15 - 64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif
(anak - anak berusia 0 - 14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun
ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020 - 2035 pada saat angkanya mencapai
70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah
bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia
produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah
lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan
industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di
tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat
di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82 Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu,
investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan
Indonesia di dalam studi International Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa pencapaian anak - anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan
TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya
materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat
dalam kurikulum Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan
pola pikir sebagai berikut:
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan - pilihan terhadap materi yang dipelajari
untuk memiliki kompetensi yang sama.
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru - peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru - peserta
didik - masyarakat - lingkungan alam, sumber atau media
lainnya).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83 3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet).
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif - mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan
model pembelajaran pendekatan sains).
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
alat multimedia.
7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik.
8) Pola
pembelajaran
ilmu
pengetahuan
tunggal
(monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan
jamak (multidisciplines).
9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan
kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum
2013 untuk Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah diubah
sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84 dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai
berikut:
1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata
kerja yang bersifat kolaboratif.
2) Penguatan
manajeman
sekolah
melalui
penguatan
kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan
kependidikan (educational leader).
3) Penguatan
sarana
dan
prasarana
untuk
kepentingan
manajemen dan proses pembelajaran.
e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan
perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
3. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85 c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
g. Kompetensi
dasar
dikembangkan
didasarkan
pada
prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).
4. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
5. Kerangka Dasar Kurikulum
a. Landasan Filosofis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86 Landasan
filosofis
dalam
pengembangan
kurikulum
menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum,
sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta
didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan
masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013
dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan
yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan
kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan
menggunakan filosofi sebagai berikut:
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun
kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan
ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan
budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk
membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun
dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan
selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87 demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa
menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan
kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang
memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di
masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya
bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan
masyarakat dan bangsa masa kini.
2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.
Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai
bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus
termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik.
Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan
akademik
dengan
memberikan
makna
terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari
warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh
lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan
psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain
mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88 dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan
budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga,
diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi,
dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam
kehidupan berbangsa masa kini.
3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan
intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan
disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum
adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran
disiplin
ilmu
(essentialism).
Filosofi
ini
mewajibkan
kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan
nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa
depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai
kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap
sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun
kehidupan
masyarakat
dan
bangsa
yang
lebih
baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan
filosofi
ini,
Kurikulum
2013
bermaksud
untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan
dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89 masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi
sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu
peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi,
nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri
seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat
manusia.
b. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan
berdasarkan standar” (standard - based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency - based curriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya
standar
nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar seluas - luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013
menganut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90 1) Pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam
bentuk
proses
yang
dikembangkan
berupa
kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat.
2) Pengalaman belajar langsung peserta didik (learned curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan
kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.
6. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
a. Undang - undang dasar negara republik indonesia tahun 1945.
b. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.
c. Undang-undang
Nomor
17
tahun
2005
tentang
rencana
pembangunan jangka panjang nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional.
d. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
pemerintah nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91 7. Struktur Kurikulum 2013
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten
kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten atau mata
pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten atau mata pelajaran
dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan
beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum
adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten
dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang
digunakan adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per
semester. Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan
prinsip
kurikulum
mengenai
posisi
seorang
siswa
dalam
menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan.
Lebih lanjut, struktur kurikulum menggambarkan posisi belajar
seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata
pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi
kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.
Struktur kurikulum pendidikan menengah terdiri atas sejumlah
mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran
terdiri atas:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92 a. Mata pelajaran wajib, diikuti oleh seluruh peserta didik di satu
satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.
b. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan pilihan mereka.
Mata pelajaran wajib merupakan mata pelajaran yang harus
diambil oleh setiap peserta didik di SMA/MA dan SMK/MAK.
Sedangkan mata pelajaran pilihan untuk SMA/MA berbeda dengan
untuk SMK/MAK. Untuk SMA/MA mata pelajaran pilihan bersifat
akademik, sedangkan SMK/MAK mata pelajaran pilihan bersifat
akademik dan vokasi.
a. Struktur Kurikulum SMA atau MA
Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas:
1) Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan
kelompok B. Kelompok A adalah mata pelajaran yang
memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif
dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran
yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
2) Kelompok Mata Pelajaran Peminatan terdiri atas 3 (tiga)
kelompok yaitu Peminatan Matematika dan Sains, Peminatan
Sosial, dan Peminatan Bahasa.
3) Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat yaitu mata pelajaran yang
dapat diambil oleh peserta didik di luar Kelompok Mata
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93 Pelajaran Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam
Kelompok Peminatan lainnya. Misalnya bagi peserta didik
yang memilih Kelompok Peminatan Bahasa dapat memilih
mata pelajaran dari Kelompok Peminatan Sosial atau
Kelompok Peminatan Matematika dan Sains.
4) Mata Pelajaran Pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari
salah satu mata pelajaran dalam kelompok Peminatan untuk
persiapan ke perguruan tinggi.
5) Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan Mata Pelajaran
Pendalaman bersifat opsional, dapat dipilih keduanya atau
salah satu.
b. Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Kelompok Mata Pelajaran Wajib merupakan bagian dari
kurikulum
pendidikan
menengah
yang
bertujuan
untuk
memberikan pengetahuan tentang bangsa, bahasa, sikap sebagai
bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan logika
dan kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa,
pengenalan lingkungan fisik dan alam, kebugaran jasmani, serta
seni budaya daerah dan nasional. Struktur kelompok mata
pelajaran wajib dalam kurikulum SMA atau MA adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94 Tabel 1. Struktur kelompok mata pelajaran wajib
dalam kurikulum SMA atau MA
Mata Pelajaran
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2 Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Sejarah Indonesia
6 Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7 Seni Budaya (termasuk muatan
lokal)
8 Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan
Kesehatan (termasuk muatan lokal)
9 Prakarya dan Kewirausahaan
(termasuk muatan lokal)
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B
per minggu
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik
(SMA/MA)
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus
Ditempuh per minggu
ALOKASI WAKTU
BELAJAR
PER MINGGU
X
XI
XII
3
2
3
2
3
2
4
4
2
2
4
4
2
2
4
4
2
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
24
24
24
18
18
20
42
44
44
Keterangan:
Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95 c. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan
Kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan
minatnya dalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat
keilmuannya di perguruan tinggi.dan untuk mengembangkan
minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau keterampilan tertentu.
Struktur mata pelajaran peminatan dalam kurikulum SMA atau
MA adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Struktur Mata Pelajaran Peminatan dalam
Kurikulum SMA atau MA
MATA PELAJARAN
Kelompok A dan B (Wajib)
C. Kelompok Peminatan
Peminatan Matematika dan Sains
I
1
Matematika
2
Biologi
3
Fisika
4
Kimia
Peminatan Sosial
II
1
Geografi
2
Sejarah
3
Sosiologi & Antropologi
4
Ekonomi
Peminatan Bahasa
III
1
Bahasa dan Sastra Indonesia
2
Bahasa dan Sastra Inggris
3
Bahasa dan Sastra Asing
Lainnya
4
Antropologi
X
24
Kelas
XI
24
XII
24
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96 Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat
Jumlah Jam Pelajaran Yang Tersedia
per minggu
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus
Ditempuh per minggu
6
4
4
66
76
76
42
44
44
d. Beban Belajar
Dalam struktur kurikulum SMA atau MA ada penambahan
jam belajar per minggu sebesar 4 - 6 jam sehingga untuk kelas X
bertambah dari 38 jam menjadi 42 jam belajar, dan untuk kelas XI
dan XII bertambah dari 38 jam menjadi 44 jam belajar. Sedangkan
lama belajar untuk setiap jam belajar adalah 45 menit. Dengan
adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah
Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa
aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu
yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian
informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan
mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran yang
dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu
respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97 bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan
penilaian proses dan hasil belajar.
e. Kompetensi Inti
Kompetensi
Inti
merupakan
terjemahan
atau
operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki
mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus
menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard
skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organising
element)
kompetensi
dasar.
Sebagai
unsur
pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk
organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar.
Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara
konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas atau jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar
yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara
konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98 keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran
dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang
berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama
sehingga terjadi proses saling memperkuat. Kompetensi Inti
dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap
sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan
penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok
itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan
dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi
yang
berkenaan
dengan
sikap
keagamaan
dan
sosial
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu
pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi
kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti
kelompok 4).
Uraian tentang kompetensi inti untuk jenjang sekolah
menengah atas atau madrasah aliyah dapat dilihat pada Tabel
berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99 Tabel 3. Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang
Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah
Kompetensi inti
kelas X
Kompetensi inti
kelas XI
Kompetesi inti
kelas XII
Menghayati
dan Menghayati
dan Menghayati
dan
mengamalkan
mengamalkan ajaran mengamalkan
ajaran agama yang agama
yang ajaran agama yang
dianutnya
dianutnya
dianutnya
Menghayati
dan
mengamalkan
perilaku
jujur,
disiplin, tanggung
jawab,
peduli
(gotong
royong,
kerja sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan pro aktif
dan
menunjukkan sikap
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan
dalam berinteraksi
secara
efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam
serta
dalam
menempatkan diri
sebagai cerminan
bangsa
dalam
pergaulan dunia.
Menghayati
dan
mengamalkan
perilaku
jujur,
disiplin,
tanggung
jawab,
peduli
(gotong
royong,
kerja sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan pro aktif
dan
menunjukkan sikap
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan dalam
berinteraksi secara
efektif
dengan
lingkungan
sosial
dan alam serta dalam
menempatkan
diri
sebagai
cerminan
bangsa
dalam
pergaulan dunia.
Menghayati
dan
mengamalkan
perilaku
jujur,
disiplin, tanggung
jawab,
peduli
(gotong
royong,
kerja sama, toleran,
damai),
santun,
responsif dan pro aktif
dan
menunjukkan sikap
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan
dalam berinteraksi
secara
efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam
serta
dalam
menempatkan diri
sebagai cerminan
bangsa
dalam
pergaulan dunia.
Memahami,
Memahami,
Memahami,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100 menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual, konseptual,
prosedural
berdasarkan
rasa
ingintahunya
tentang
ilmu
pengetahuan,
teknologi,
seni,
budaya,
dan
humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait
penyebab
fenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural
pada
bidang kajian yang
spesifik
sesuai
dengan bakat dan
minatnya
untuk
memecahkan
masalah.
menerapkan,
dan
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual,
prosedural,
dan
metakognitif
berdasarkan
rasa
ingin
tahunya
tentang
ilmu
pengetahuan,
teknologi,
seni,
budaya,
dan
humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan
dan
peradaban
terkait
penyebab fenomena
dan kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural
pada
bidang kajian yang
spesifik
sesuai
dengan bakat dan
minatnya
untuk
memecahkan
masalah.
menerapkan,
menganalisis dan
mengevaluasi
pengetahuan
faktual, konseptual,
prosedural,
dan
metakognitif
berdasarkan
rasa
ingin
tahunya
tentang
ilmu
pengetahuan,
teknologi,
seni,
budaya,
dan
humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait
penyebab
fenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural
pada
bidang kajian yang
spesifik
sesuai
dengan bakat dan
minatnya
untuk
memecahkan
masalah.
Mengolah,
menalar,
dan
menyaji
dalam
ranah konkret dan
ranah
abstrak
terkait
dengan
pengembangan dari
Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam
ranah konkret dan
ranah abstrak terkait
dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
Mengolah,
menalar, menyaji,
dan
mencipta
dalam
ranah
konkret dan ranah
abstrak
terkait
dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101 yang dipelajarinya
di sekolah secara
mandiri,
dan
mampu
menggunakan
metode
sesuai
dengan
kaidah
keilmuan.
sekolah
secara
mandiri, bertindak
secara efektif dan
kreatif, serta mampu
menggunakan
metode
sesuai
dengan
kaidah
keilmuan.
pengembangan dari
yang dipelajarinya
di sekolah secara
mandiri
serta
bertindak
secara
efektif dan kreatif,
dan
mampu
menggunakan
metode
sesuai
dengan
kaidah
keilmian.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102 BAB III
PEMBAHASAN
A. Sistem Penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dalam membahas sistem penilaian dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan tentu saja kita juga akan membahas beberapa komponen yang
terlibat dalam sistem penilaian antara lain sebagai berikut:
1. Penilaian Dalam KTSP
Penilaian
merupakan
penafsiran
hasil
pengukuran
dan
penentuan hasil belajar. Aspek yang diukur dalam penilaian berbasis
KTSP mencakup penilaian proses dan hasil belajar yang meliputi:
a. Aspek kognitif (6 tingkat kognitif berfikir yaitu pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi).
b. Aspek psikomotorik (kompetensi melakukan ketrampilan atau
praktik).
c. Aspek afektif (menurut Depdiknas, 2007, kompetensi yang
berkaitan dengan sikap, tingkah laku, minat, emosi dan motivasi,
kerjasama, koordinasi dari setiap peserta didik).
Penilaian dalam KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan
dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk
belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Karena itu, penilaian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103 dilaksanakan
dalam
kerangka penilaian
berbasis
kelas (PBK)
(Muslich, 2007). PBK merupakan suatu kegiatan pengumpulan
informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh
guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan mengukur
apa yang hendak diukur dari siswa tersebut (Puskur dalam Muslich,
2007). Dalam praktiknya, PBK ini harus memperhatikan 3 (tiga)
ranah (domain), yaitu
ranah pengetahuan (kognitif), ranah sikap
(afektif), dan ranah keterampilan (psikomotorik). Ketiga ranah ini
dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran atau
materi pembelajaran yang akan diterima siswa. Menurut Ainin
(2005), dalam penilaian pada ranah afektif ini unsur - unsur yang
dinilai adalah minat dan sikap siswa terhadap pembelajaran
akuntansi, bagaimana keaktifan siswa di kelas, bagaimana ketepatan
waktu siswa dalam mengumpulkan tugas, bagaimana kehadiran siswa
di kelas, bagaimana semangat belajar siswa, dan lain - lain.
Sedangkan alat evaluasi yang digunakan bervariasi, diantaranya
portofolio, lembar observasi, tes performansi, jurnal, dan tes.
Pendekatan pembelajaran pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan menggunakan pendekatan
eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Aplikasi ketiga istilah tersebut dalam rancangan dan
proses pembelajaran. Pengaplikasian ketiga istilah tersebut dalam
rancangan dan proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104 a.
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan peserta
didik dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan
media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi,
memfasilitasi peserta didik berinteraksi sehingga peserta didik
aktif, mendorong peserta didik mengamati berbagai gejala,
menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada
peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium
Kegiatan guru dan peserta didik dalam siklus ekplorasi adalah
Peserta didik :
1) Menggali informasi dengan membaca, berdikusi, atau
percobaan.
2) Mengumpulkan dan mengolah data
Guru :
1) Menggunakan berbagai pendekatan dan media.
2) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik,
peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan
sumber belajar.
3) Melibatkan peserta didik secara aktif.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105 b.
Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru mendorong peserta didik
membaca dan menuliskan hasil eksplorasi, mendiskusikan,
mendengar
pendapat,
untuk
lebih
mendalami
sesuatu,
menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen, mendalami
pengetahuan tentang sesuatu, membangun kesepakatan melalui
kegiatan kooperatif dan kolaborasi, membiasakan peserta didik
membaca dan menulis, menguji prediksi atau hipotesis,
menyimpulkan bersama, dan menyusun laporan atau tulisan,
menyajikan hasil belajar.
Kegiatan guru dan peserta didik dalam siklus elaborasi adalah
Peserta didik :
1) Melaporkan hasil eksplorasi secara lisan atau tertulis,
baik secara individu maupun kelompok.
2) Menanggapi laporan atau pendapat teman.
3) Mengajukan argumentasi dengan santun
Guru :
1) Memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kritis,
menganalisis, meemcahkan masalah
2) Bertindak tanpa rasa takut
3) Memfasilitasi peserta didik untuk berkompetisi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106 c.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan
balik terhadap apa yang dihasilkan peserta didik melalui
pengalaman belajar, memberikan apresiasi terhadap kekuatan
dan kelemahan hasil belajar dengan menggunakan teori yang
dikuasai guru, menambah informasi yang seharusnya dikuasai
peserta didik, mendorong peserta didik untuk menggunakan
pengetahuan lebih lanjut dari sumber yang terpercaya untuk
lebih menguatkan penguasaan kompetensi belajar agar lebih
bermakna. Setelah memeperoleh keyakinan, maka peserta didik
mengerjakan tugas-tugas untuk mengasilkan produk belajar
yang kongkrit dan kontekstual. Guru membantu peserta didik
menyelesaikan masalah dan menerapkan ilmu dalam aktivitas
yang nyata dalam kehidupan sehari - hari.
Kegiatan guru dan peserta didik dalam siklus konfirmasi
Peserta didik :
1) Melakukan refleksi terhadap pengalaman belajarnya.
Guru :
1) Memberi umpan balik positif kepada peserta didik.
2) Memberi konfirmasi melalui berbagai sumber terhadap
hasil eksplorasi dan elaborasi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107 3) Berperan sebagai nara sumber dan fasilitator
4) Memberi
acuan
agar
peserta
didik
melakukan
pengecekan hasil ekplorasi.
5) Memberi motivasi kepada peserta didik
2. Hakikat Dan Prinsip Penilaian KTSP
Dalam sistem penilaian tentu kita harus memerhatikan
hakikat dan prinsip – prinsip yang berlaku dalam melakukan suatu
penilaian, agar pendidik selaku pengelola kegiatan pembelajaran
dapat memahami dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki
peserta didiknya dengan optimal. Dan berikut ini penjelasan
mengenai hakikat dan prinsip penilaian tersebut:
a. Hakikat Penilaian
Penilaian
merupakan
rangkaian
kegiatan
untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses
dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dalam KTSP
adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan
pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian
kompetensi
peserta
didik
yang
meliputi
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses
pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian
pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108 mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata
pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar
Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan
dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan,
kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar
Kompetensi Lulusan (SKL).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran.
Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran.
Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang
dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang
digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih
kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian,
pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk
menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil
penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk
berprestasi
lebih
baik.
Penilaian
dalam
KTSP
menggunakan acuan kriteria. Maksudnya, hasil yang dicapai
peserta didik dibandingkan dengan kriteria atau standar yang
ditetapkan. Apabila peserta didik telah mencapai standar
kompetensi yang ditetapkan, ia dinyatakan lulus pada mata
pelajaran tertentu. Apabila peserta didik belum mencapai standar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109 tersebut, maka dia harus mengikuti program remedial atau
perbaikan sehingga dapat mencapai kompetensi minimal yang
sudah ditetapkan.
Penilaian yang dilakukan ini harus memiliki asas keadilan
yang tinggi. Maksudnya, peserta didik diperlakukan sama
sehingga tidak merugikan salah satu atau sekelompok peserta
didik yang dinilai. Selain itu, penilaian tidak membedakan latar
belakang sosial ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan agama.
Penilaian juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang
dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih
berprestasi meraih tingkat yang setinggi - tingginya sesuai
dengan kemampuannya. Ditinjau dari sudut profesionalisme
tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan salah satu ciri
yang melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik
profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses
pembelajaran yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena
salah satu indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh
tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik. Dengan
demikian, hasil penilaian ini dapat dijadikan tolok ukur
keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik
untuk
meningkatkan
kualitas
proses
pembelajaran
yang
dilakukan kedepannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110 Ada 4 (empat) istilah yang terkait dengan konsep
penilaian yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar
peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan
evaluasi. Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan
ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford,
1982). Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi berdasar
pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta
didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat
menggunakan tes dan nontes. Pengukuran pendidikan bisa
bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa
angka, sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka (melainkan
berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya sangat baik,
baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan
prestasi peserta didik. Pengujian merupakan bagian dari
pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.
Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup
semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja
individu atau kelompok peserta didik.
Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang
menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian
merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix,
1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111 karena itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik
peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode
mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah.
Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode dan
prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi
tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes
tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara,
tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga diartikan sebagai
kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar
peserta didik. Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang
sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Mehrens
& Lehmann, 1991). Dalam melakukan evaluasi terdapat
keputusan untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit
banyak mengandung unsur subjektif.
Evaluasi
memerlukan
data
hasil
pengukuran
dan
informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti
kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan
sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi, alat ukur
yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis data yang
ingin diperoleh. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat
bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan dilakukan secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112 berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan
terakhir evaluasi.
b. Prinsip Penilaian
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan penilaian hasil belajar peserta didik antara lain:
1) penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
2) penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan
pencapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran.
3) penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
4) hasil penilaian ditindak lanjuti dengan program remedial
bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta
didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
5) penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.
Penilaian
hasil
belajar
peserta
didik
harus
memperhatikan prinsip - prinsip berikut ini:
1) Sahih (valid), yakni penilaian berdasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan peserta didik yang diukur.
2) Objektif, yakni penilaian kepada peserta didik didasarkan
pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas dari penilai.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113 3) Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik, dan tidak membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender.
4) Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak
yang berkepentingan.
6) Menyeluruh
dan
berkesinambungan,
yakni
penilaian
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan
berbagai teknik yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
7) Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah - langkah yang baku.
8) Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan
pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel,
yakni
diharapkan
penilaian
dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.
10) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik
dan guru.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114 3. Teknik dan Instrumen Penilaian
Dalam menjalankan sistem penilaian tentu kita harus
memahami teknik penilaian yang akan digunakan. Dan setiap teknik
penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang sesuai. Untuk
memudahkan penilai atau guru dalam melakukan penilaian. Dan
berikut ini merupakan penjelasan mengenai teknik dan instrumen
penilaian antar lain:
a. Teknik Penilaian
Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa
Standar Isi (SI) untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di dalam SI dijelaskan
bahwa kegiatan pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Tatap muka adalah pertemuan formal antara pendidik dan peserta
didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang
dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak
terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
115 ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk
dapat
mengukur
dan
memberikan
informasi
mengenai
pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui
kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur.
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara
komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi
yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui
tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan
penilaian antar teman yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Berikut ini
penjelasan lengkapnya:
1) Tes
Tes yaitu pemberian sejumlah pertanyaan kepada
peserta didik yang jawabannya dapat benar atau salah.
Bentuk tes itu antara lain:
a) Tes tertulis
Tes tertulis yaitu tes yang menuntut peserta tes
memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan atau
isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi
pilihan ganda, benar - salah, dan menjodohkan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116 b) Tes isian
Tes isian adalah tes yang jawabannya berupa
isian dapat berbentuk isian singkat atau uraian.
c) Tes lisan
Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui
komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik
dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan
secara lisan kepada peserta didik.
d) Tes praktik (kinerja)
Tes praktikan adalah tes yang meminta peserta
didik melakukan perbuatan atau mendemonstrasikan
atau menampilkan keterampilan yang dimilikinya.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara
berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan,
ulangan itu adalah proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan
dalam proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan
pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan tersebut
meliputi:
a) Ulangan harian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117 Ulangan harian yaitu kegiatan yang dilakukan
secara
periodik
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
kompetensi dasar (KD) atau lebih.
b) Ulangan tengah semester
Ulangan tengah semester yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 - 9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan
tengah semester meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
c) Ulangan akhir semester
Ulangan akhir semester yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik pada akhir semester.
Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan semua KD pada
semester tersebut.
d) Ulangan kenaikan kelas
Ulangan kenaikan kelas yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik pada akhir semester genap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118 untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
pada akhir semester genap pada satuan pendidikan
yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan
kenaikan kelas meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester genap.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai
pengakuan prestasi belajar atau penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan. Ujian itu sendiri terdiri atas:
a) Ujian nasional
Ujian nasional merupakan kegiatan pengukuran
pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa
mata
pelajaran
tertentu
dalam
kelompok
mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangka
menilai
pencapaian
Standar
Nasional
Pendidikan.
b) Ujian sekolah
Ujian sekolah merupakan kegiatan pengukuran
pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan
oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan
atas prestasi belajar dan merupakan salah satu
persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119 pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah
mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada
ujian nasional, dan aspek kognitif atau psikomotorik
untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia,
serta
kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian.
2) Observasi
Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui
pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran
berlangsung dan di luar kegiatan pembelajaran. Observasi
dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan
dapat dilakukan baik secara formal maupun informal.
Penilaian observasi dilakukan antara lain sebagai penilaian
akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan
dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
3) Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta
didik baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120 penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik
di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, atau
produk.
4) Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya karya
peserta
didik
dalam
bidang
tertentu
yang
diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan
prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999).
Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk
kerja peserta didik dengan menilai bersama karya - karya
atau tugas - tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan
pendidik perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor.
Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan
karya - karya yang akan dinilai, melakukan penilaian
sendiri
kemudian
hasilnya
dibahas.
Perkembangan
kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian
portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila
jumlah peserta didik yang dinilai sedikit.
5) Projek
Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta
didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121 melakukan
penelitian
melalui
pengumpulan,
pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil
kerjanya.
Penilaian
projek
dilaksanakan
terhadap
persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
6) Produk (hasil karya)
Produk adalah penilaian yang meminta peserta didik
menghasilkan
suatu
hasil
karya.
Penilaian
produk
dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan atau proses
pembuatan, dan hasil.
7) Inventori
Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala
psikologis yang dipakai untuk mengungkapkan sikap,
minat,
dan
persepsi
peserta
didik
terhadap
objek
psikologis.
8) Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses
pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan
terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta
didik yang dipaparkan secara deskriptif.
9) Penilaian Diri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122 Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri
mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, setiap peserta
didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya secara jujur.
10) Penilaian Antar teman
Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian
dengan cara meminta peserta didik mengemukakan
kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal
secara jujur.
Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di
atas akan memberikan informasi yang lebih akurat tentang
kemajuan belajar seorang peserta didik. Karena pembelajaran
pada KTSP meliputi kegiatan tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, maka
penilaianpun harus dilaksanakan seperti itu. Tabel berikut ini
menyajikan
pembelajaran
contoh
melalui
penilaian
kegiatan
yang
dilakukan
tatap
muka,
dalam
penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123 Tabel 4. Penilaian untuk Kegiatan Tatap Muka dan
Penugasan
Mata
pelajaran
Kompetensi
dasar
Penilaian untuk kegiatan pembelajaran
Tatap muka
Akuntansi
Mencatat
transaksi/
dokumen ke
dalam jurnal
khusus.
Ulangan
mengenai
jurnal
khusus
Mengukur
besaran
fisika (massa,
panjang, dan
waktu)
Ulangan
mengenai
Pengukuran
Tugas
terstruktur
Praktik
mengerjakan
tugas
dari
guru dalam
kelompok
b. A
s
Fisika
p
e
k
Praktik
mengukur
di
laboraborium
Kegiatan
mandiri
mengerjaka
n soal – soal
transaksi
yang
berkaitan
dengan
jurnal
khusus.
Tugas
mendata
alat
ukur yang
sering
digunakan
sehari – hari
Yang Dinilai
Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup
semua aspek kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif,
psikomotorik,
dan
afektif.
Kemampuan
kognitif
adalah
kemampuan berpikir yang menurut taksonomi Bloom secara
hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintes is, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik
menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat
pemahaman, peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124 atas pertanyaan dengan kata - katanya sendiri. Misalnya,
menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi,
peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep
dalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik
diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian,
menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan
menemukan suatu hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis,
peserta didik dituntut merangkum suatu cerita, komposisi,
hipotesis, atau teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan.
Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi,
seperti bukti sejarah, editorial, teori - teori, dan termasuk di
dalamnya melakukan judgement (pertimbangan) terhadap hasil
analisis untuk membuat keputusan.
Kemampuan
psikomotor
melibatkan
gerak
adaptif
(adaptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan
komunikasi berkesinambungan (nondiscursive communication)
(Harrow, 1972). Gerak adaptif terdiri atas keterampilan adaptif
sederhana (simple adaptive skill), keterampilan adaptif gabungan
(compound adaptive skill), dan keterampilan adaptif komplek
(complex
adaptive
berkesinambungan
skill).
mencakup
Keterampilan
gerak
ekspresif
komunikasi
(expressive
movement) dan gerak interpretatif (interpretative movement).
Keterampilan adaptif sederhana dapat dilatihkan dalam berbagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125 mata pelajaran, seperti bentuk keterampilan menggunakan
peralatan laboratorium IPA. Keterampilan adaptif gabungan,
keterampilan adaptif komplek, dan keterampilan komunikasi
berkesinambungan
baik
gerak
ekspresif
maupun
gerak
interpretatif dapat dilatihkan dalam mata pelajaran seni budaya
dan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Kondisi afektif
peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai - nilai.
Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat
diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang
sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan
mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan
memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara
terus menerus. Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat
komponen pengetahuan yang umumnya merupakan representasi
aspek kognitif, komponen praktik yang melibatkan aspek
psikomotorik, dan komponen sikap yang berkaitan dengan
kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu.
Tabel berikut menyajikan berbagai aspek yang dinilai untuk lima
kelompok mata pelajaran (sesuai PP no. 19 tahun 2005 pasal 64).
Tabel 5. Aspek yang Dinilai dalam Berbagai Mata Pelajaran
No
1
Kelompok mata
Mata pelajaran
Aspek yang dinilai
pelajaran
Agama dan akhlak Pendidikan agama Kognitif
mulia
(pengetahuan)
dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126 2
3
4
5
afektif (sikap)
Kewarganegaraan
Pendidikan
Kognitif
dan kepribadian
kewarganegaraan (pengetahuan)
dan
afektif (sikap)
Ilmu pengetahuan Matematika
Kognitif
dan teknologi
(pengetahuan)
dan
afektif (sikap)
Fisika , biologi, Kognitif
kimia
(pengetahuan), afektif
(sikap)
dan
psikomotor (praktik)
Ekonomi, sejarah, Kognitif
geografi,
(pengetahuan)
dan
sosiologi,
afektif (sikap)
antropologi
Bhs
indonesia, Kognitif
bhs inggris, bhs (pengetahuan), afektif
asing lain
(sikap)
dan
psikomotor (praktik)
Teknologi
Kognitif
informasi
dan (pengetahuan), afektif
komunikasi
(sikap)
dan
psikomotor (praktik)
Estetika
Seni budaya
afektif (sikap) dan
psikomotor (praktik)
Jasmani, olahraga, Pendidikan
Kognitif
dan kesehatan
jasmani, olahraga, (pengetahuan), afektif
dan kesehatan
(sikap)
dan
psikomotor (praktik)
c. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran
Dalam KTSP terdapat 5 penilaian kelompok mata
pelajaran yaitu:
1) Penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127 Kompetensi yang dikembangkan dalam kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia terfokus pada aspek
kognitif
(pengetahuan)
dan
aspek
afektif
(perilaku).
Penilaian hasil belajar untuk kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia dilakukan melalui:
a) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap
untuk menilai perkembangan afektif dan kepribadian
peserta didik.
b) Ujian, ulangan, dan penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
Dalam rangka menilai akhlak peserta didik, guru
agama dan guru mata pelajaran lain melakukan pengamatan
terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di
luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai
perilaku peserta didik yang menyangkut pengamalan agama
peserta didik seperti kedisiplinan, kebersihan, tanggung
jawab, sopan santun, hubungan sosial, kejujuran, dan
pelaksanaan ibadah. Tabel berikut menampilkan dimensi
dan indikator penilaian akhlak mulia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128 Tabel 6. Dimensi dan Indikator Sebagai Rambu - rambu
Penilaian Akhlak Mulia
No
1
2
3
4
5
6
7
Dimensi
Disiplin
Indikator
Datang dan pulang tepat waktu
mengikuti kegiatan dengan tertib
Bersih
Membuang sampah pada tempatnya
Mencuci tangan sebelum makan
Membersihkan tempat kegiatan
Merawat kebersihan diri
Tanggung jawab Menyelesaikan tugas pada waktunya
Berani menanggung resiko
Sopan santun
Berbicara dengan sopan
Bersikap hormat pada orang lain
Berpakaian sopan
Berposisi duduk yang sopan
Hubungan sosial Menjalin hubungan baik dengan guru
Menjalin hubungan baik dengan
sesama teman
Menolong teman
Mau bekerjasama dalam kegiatan yang
positif
Jujur
Menyampaikan pesan apa adanya
Mengatakan apa adanya
Tidak berlaku curang
Pelaksanaan
Melaksanakan sembahyang
ibadah
Menunaikan ibadah puasa
Berdoa
Keterangan dari tabel:
Rambu - rambu tersebut di atas dapat digunakan
sebagai bahan acuan bagi guru mata pelajaran agama dan
guru mata pelajaran lain. Bagi guru mata pelajaran lain
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129 hasil pertimbangan diberikan kepada guru agama
terutama mengenai perilaku yang benar - benar
menyimpang yang dilakukan berulang - ulang oleh
peserta didik. Penentuan nilai akhir kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia pada akhir satuan
pendidikan dilakukan melalui rapat dewan pendidik yang
didasarkan
pada
hasil
ujian
sekolah
dengan
mempertimbangkan penilaian oleh pendidik.
2) Penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian.
Hasil
belajar
kelompok
mata
pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian meliputi:
a) Pemahaman akan hak dan kewajiban diri peserta didik
sebagai warga negara yang baik, hasil dari aspek
kognitif yaitu sebagai hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
b) Kepribadian,
yaitu
beberapa
aspek
kepribadian
sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum.
c) Perilaku berkepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku
dari peserta didik sebagai penerjemahan dimilikinya ciri
- ciri kepribadian warga negara Indonesia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130 Seperti kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia, penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian dilakukan melalui:
a) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap dari
peserta didik untuk menilai perkembangan afeksi dan
kepribadian peserta didik.
b) Ujian, ulangan, dan penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
Contoh pengamatan aspek kepribadian dan indikator
perilaku dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Penilaian Terhadap Aspek Kepribadian Peserta Didik
Aspek kepribadian
Bertanggung jawab
Percaya diri
Saling menghargai
Indikator prilaku
a. Tidak menghindari kewajiban
b. Melaksanakan tugas sesuai
dengan kemampuan
c. Mentaati tata tertib sekolah
d. Memelihara fasilitas sekolah
a. Tidak mudah menyerah
b. Berani menyatakan pendapat
c. Berani bertanya
d. Mengutamakan usaha sendiri
dari pada bantuan
a. Menerima pendapat yang
berbeda
b. Memaklumi kekurangan orang
lain
c. Mengakui kelebihan orang lain
d. Dapat bekerjasama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131 Bersikap santun
a. Menerima nasihat guru
b. Menghindari permusuhan dengan
teman
c. Menjaga perasaan orang lain
a. Berani bersaing
b.
Menunjukkan
semangat
berprestasi
c. Berusaha ingin lebih maju
d. Memiliki keinginan untuk tahu
Kompetitif
3) Penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi
PP 19 tahun 2005 Pasal 63 ayat (1) menyatakan
bahwa penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), terdiri atas penilaian hasil belajar oleh:
pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan
untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan
penyusunan
laporan
kemajuan
hasil
belajar,
dan
memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian ini dilakukan melalui ulangan, penugasan,
dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang
diujikan. Penilaian hasil belajar mata pelajaran pada
kelompok iptek juga dilakukan oleh satuan pendidikan
melalui ujian sekolah atau madrasah dan oleh pemerintah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132 melalui ujian nasional. Penilaian kelompok mata pelajaran
iptek untuk SMA dilaksanakan melalui muatan atau kegiatan
bahasa, matematika, IPA (fisika, kimia, biologi), IPS
(ekonomi,
sejarah,
sosiologi,
geografi),
keterampilan,
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta muatan
lokal yang relevan.
Penilaian dalam kelompok mata pelajaran iptek
disesuaikan dengan karakteristik tiap - tiap rumpun mata
pelajaran. Berikut ini adalah karakteristik penilaian tiap tiap rumpun mata pelajaran yang dimaksudkan, yaitu:
a) Penilaian kemampuan berbahasa harus memperhatikan
hakikat dan fungsi bahasa yang lebih menekankan pada
bagaimana menggunakan bahasa secara baik dan benar
sehingga mengarahkan kepada penilaian kemampuan
berbahasa berbasis kinerja. Penilaian ini menekankan
pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang
mengutamakan adanya tugas - tugas interaktif dalam 4
(empat)
aspek
keterampilan
berbahasa,
yakni
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh
karena itu, penilaian kemampuan berbahasa bersifat
autentik dan pragmatik. Selain itu, komunikasi nyata
senantiasa melibatkan lebih dari satu keterampilan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133 berbahasa sehingga harus diperhatikan keterpaduan
antara keterampilan berbahasa tersebut.
b) Penilaian
dalam
matematika
perlu
menekankan
keterampilan bermatematika, bukan hanya pengetahuan
matematika. Sebagai konsekuensi, pendidik hendaknya
memperhatikan benar kemampuan berpikir yang ingin
dinilainya. Selain itu, titik berat penilaian dalam
matematika hendaknya diberikan kepada penilaian yang
terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian
yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran harus
mencakup
soal
atau
tugas
yang
memerlukan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal atau tugas
demikian
akan
senantiasa
mendorong
berusaha
peserta
meningkatkan
didik
untuk
kemampuan
berpikirnya. Penilaian akhir terhadap peserta didik
hendaknya berdasarkan pada teknik penilaian yang
beragam. Tingkat kesukaran soal untuk penilaian akhir
hendaknya bukan karena kerumitan prosedural yang
harus dilakukan peserta didik, melainkan karena
kebutuhan akan tingkat pemahaman dan pemikiran yang
lebih tinggi.
c) Penilaian IPA dan IPS dapat dilakukan secara terpadu
dengan proses pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134 dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes praktik,
penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori,
penilaian diri, dan penilaian antar teman. Pengumpulan
data penilaian selama proses pembelajaran melalui
observasi juga penting untuk dilakukan. Data aspek
afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar
dapat diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan
penilaian antar teman.
d) Penilaian dalam bidang TIK dapat diukur melalui tes
praktik sewaktu peserta didik menyelesaikan tugas atau
produk yang dihasilkan. Tes praktik, dapat dilakukan
melalui tes keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes
praktik simulasi maupun tes atau uji petik atau contoh
kerja. Dalam pendidikan teknologi dan kejuruan, tugas tugas laboratorium atau bengkel harus dirancang untuk
mensimulasikan tes praktik pada pekerjaan yang
sesungguhnya melalui tes praktik simulasi. Tes petik
kerja atau tes sampel kerja merupakan tes praktik
tingkat tertinggi yang merupakan perwujudan dari tes
praktik keseluruhan yang hendak diukur. Selain dengan
tes kinerja, penilaian dalam bidang teknologi dapat pula
dengan hasil penugasan dan portofolio. Hasil penugasan
dapat berupa produk yang mencerminkan kompetensi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135 peserta didik. Hasil portofolio yang berupa kumpulan
hasil kerja berkesinambungan dapat dipakai sebagai
informasi
yang
menggambarkan
perkembangan
kompetensi peserta didik.
4) Penilaian kelompok mata pelajaran estetika
Kelompok mata pelajaran estetika dilaksanakan
melalui muatan dan kegiatan bahasa, seni dan budaya,
keterampilan, dan muatan lokal yang relevan. Kelompok
mata
pelajaran
estetika
memiliki
karakteristik
yang
menjadikannya unik di antara mata pelajaran lain. Keunikan
pembelajaran kelompok mata pelajaran estetika terletak pada
kegiatan
pembelajaran
yang
mampu
memberikan
pengalaman estetik melalui dua kegiatan yang saling terkait
satu sama lain, yakni apresiasi (appreciation) dan kreasi
(creation), termasuk di dalamnya yang bersifat rekreatif
(performance). Pengalaman estetik adalah pengalaman
menghayati
nilai
keindahan.
Penilaian
hasil
belajar
kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap dari
peserta didik untuk menilai perkembangan afeksi dan
ekspresi psikomotorik peserta didik. Untuk memenuhi
tuntutan akuntabilitas dalam dunia pendidikan, pendidik
mata pelajaran kelompok mata pelajaran estetika perlu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136 mengembangkan sistem penilaian hasil belajar dengan
memperhatikan esensi kelompok mata pelajaran estetika.
Penilaian hasil belajar yang relatif dapat diterima adalah
jenis penilaian berbasis pengamatan atau observasi yakni
penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati secara
terfokus:
a) perilaku peserta didik dalam hal apresiasi, performance
atau rekreasi, dan kreasi sebagai cerminan dari
kompetensi dalam mata pelajaran Seni Budaya.
b) perilaku peserta didik dalam hal mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis sebagai cerminan dari
kompetensi aspek sastra dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Penilaian untuk kelompok mata pelajaran estetika
perlu pula menyesuaikan dengan sifat satuan dan jenjang
pendidikan. Pada satuan pendidikan SMA atau MA,
pembelajaran dan penilaian mata pelajaran kelompok mata
pelajaran
estetika
lebih
ditekankan
pada
upaya
pengembangan kepribadian peserta didik agar menjadi
manusia yang utuh.
5) Penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137 Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan
bertujuan
kebugaran
jasmani,
untuk
mengembangkan
keterampilan
gerak,
aspek
keterampilan
berfikir, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan
bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan
yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional. Penilaian hasil belajar kelompok
mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan dilakukan
melalui:
a) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap dari
peserta didik untuk menilai perkembangan psikomotorik
dan afeksi peserta didik.
b) Ulangan, atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
Sesuai
dengan
karakteristik
kelompok
mata
pelajaran ini, teknik penilaian mengacu pada aspek yang
dinilai, yaitu teknik untuk mengukur aspek kognitif, afektif,
dan keterampilan motorik peserta didik. Untuk keperluan
tersebut, teknik penilaian dapat berbentuk tes perbuatan
atau unjuk kerja, dan pengamatan terhadap perilaku,
penugasan, dan tes pengetahuan. Tes kinerja dalam
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dimaksudkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
138 untuk mengukur kemampuan psikomotor peserta didik.
Kemampuan psikomotor tersebut secara umum mencakup
kesegaran jasmani, kelincahan, dan koordinasi yang
merupakan unsur - unsur dalam keterampilan gerak, di
samping itu dapat juga dilakukan tes kinerja yang secara
khusus
dapat
menggambarkan
keterampilan
dalam
pendidikan jasmani dan olahraga seperti keterampilan
bermain sepak bola, keterampilan bermain bola basket,
keterampilan bermain bola voli dan sebagainya.
Kemampuan psikomotor peserta didik ini harus
diukur setiap menyelesaikan satu kompetensi tertentu.
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh melakukan
kegiatan sehari - hari tanpa merasa lelah. Pengukuran
kesegaran jasmani dapat dilakukan dengan berbagai tes
kesegaran jasmani yang telah dibakukan dan sesuai dengan
tingkat usia peserta didik; seperti Tes Kesegaran Jasmani
Indonesia (TKJI), tes aerobik, dsb. Pengukuran kesegaran
jasmani ini sebaiknya dilakukan tiap tiga bulan sekali,
sehingga dapat diketahui tingkat perkembangan atau
kemajuannya.
Kelincahan
adalah
kemampuan
tubuh
mengubah arah dengan cepat dan tepat.
Pengukuran kelincahan dapat dilakukan dengan
berbagai macam tes kelincahan yang sesuai dengan tingkat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
139 usia peserta didik dan karakteristik aktivitas jasmani atau
cabang olahraga. Kelincahan peserta didik diukur setelah
peserta didik menyelesaikan satu kompetensi tertentu.
Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk mengelola
unsur - unsur yang terlibat dalam proses terjadinya gerakan,
dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pengukuran
koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai macam tes
koordinasi yang sesuai dengan tingkat usia peserta didik
dan karakteristik aktivitas jasmani atau cabang olahraga
seperti: tes koordinasi mata - tangan, tes koordinasi matakaki, tes koordinasi mata tangan dan kaki, tes menggiring
(drible) bola dalam sepakbola, tes menggiring (drible) bola
dalam bolabasket, dan sebagainya.
Kemampuan koordinasi peserta didik diukur setelah
peserta didik menyelesaikan satu kompetensi tertentu.
Kompetensi yang dinilai dalam pendidikan kesehatan
mencakup penilaian tentang:
a) kebersihan pribadi dan lingkungan.
b) Pendidikan keselamatan.
c) penyakit menular.
d) kesehatan reproduksi dan pelecehan seksual.
e) pengetahuan gizi dan makanan.
f) penyalah gunaan obat dan psikotropika.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
140 g) rokok dan minuman keras.
h) kebiasaan hidup sehat melalui aktivitas jasmani.
Pengamatan terhadap perilaku sportif merupakan
pengamatan terhadap perilaku peserta didik dalam hal
kesadaran akan sikap kejujuran dalam upaya memenangkan
pertandingan,
perlombaan,
permainan,
atau
aktivitas
jasmani dan olahraga. Upaya dalam memenangkan sebuah
permainan atau pertandingan tidak mengandung unsur
kecurangan atau tidak sportif. Guru kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan bertanggung
jawab pula menilai aspek afektif peserta didik, baik yang
terkait dengan akhlak maupun kepribadian. Hasil penilaian
terhadap akhlak peserta didik akan dijadikan pertimbangan
pada
saat
guru
mata
pelajaran
pendidikan
agama
menentukan nilai akhlak peserta didik untuk dilaporkan
pada laporan hasil belajar (rapor).
Demikian pula, hasil penilaian terhadap kepribadian
peserta didik juga akan dijadikan pertimbangan pada saat
guru
mata
menentukan
pelajaran
nilai
pendidikan
kepribadian
kewarganegaraan
peserta
didik
untuk
dilaporkan pada aporan hasil belajar (rapor). Untuk menilai
akhlak peserta didik, guru mata pelajaran pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan melakukan pengamatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
141 terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di
luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai
perilaku peserta didik yang mencerminkan akhlak yang
baik seperti kedisiplinan, tanggung jawab, sopan santun,
hubungan sosial, dan kejujuran. Hal - hal yang dinilai
antara lain mencakup aspek:
a) Kedisiplinan, yaitu kepatuhan peserta didik kepada
peraturan atau tata tertib, seperti datang tepat waktu,
mengikuti semua kegiatan, dan pulang tepat waktu.
b) Kejujuran, yaitu kejujuran dalam perkataan dan
perbuatan, seperti tidak berbohong, dan tidak berlaku
curang.
c) Tanggung jawab, yaitu kesadaran dari peserta didik
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang
diberikan, seperti menyelesaikan tugas - tugas selama
kegiatan berlangsung.
d) Sopan santun, yaitu sikap hormat kepada orang lain,
baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, dan sikap,
seperti berbicara, berpakaian, dan duduk yang sopan.
e) Hubungan sosial, yaitu kemampuan untuk berinteraksi
sosial dengan orang lain secara baik, seperti menjalin
hubungan baik dengan guru dan sesama teman,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142 menolong teman, dan mau bekerja sama dalam
kegiatan yang positif.
Untuk menilai kepribadian peserta didik, guru mata
pelajaran pendidikian jasmani, olahraga, dan kesehatan
melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik,
baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini
dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang
mencerminkan kepribadian seperti percaya diri, harga diri,
motivasi diri, kompetisi, saling menghargai, dan kerjasama.
Indikator masing - masing aspek kepribadian antara lain
sebagai berikut:
a) Percaya diri, diwujudkan dalam perilaku berani
menyatakan pendapat, bertanya, menegur, mengritisi
tentang sesuatu hal.
b) Harga diri, diwujudkan dalam perilaku tidak mudah
menyerah
dan
mengetahui
kelebihan
diri
dan
mengakui kelemahan diri.
c) Motivasi diri, diwujudkan dalam perilaku kemauan
untuk maju, menyelesaikan segala hal, berprestasi, dan
meraih cita - cita.
d) Saling menghargai, diwujudkan dalam perilaku mau
menerima
pendapat
yang
berbeda,
memaklumi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
143 kekurangan orang lain, dan mengakui kelebihan orang
lain.
e) Kompetisi, diwujudkan dalam bentuk perilaku yang
tegar menghadapi kesulitan, berani bersaing dengan
orang lain, dan berani kalah dengan orang lain
berlandaskan kejujuran (fair play).
d. Instrumen Penilaian
Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen
penilaian yang sesuai. Tabel berikut menyajikan klasifikasi
penilaian dan bentuk instrumen.
Tabel 8. Klasifikasi Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen
Teknik penilaian
Tes tertulis
a.
Penugasan individual atau
kelompok
Penilaian portofolio
Jurnal
Penilaian diri
b.
a.
a.
b.
c.
a.
b.
a.
a.
a.
Penilaian antar teman
a.
Tes lisan
Tes praktik
Bentuk instrumen penilaian
Tes pilihan: pilihan ganda, benar –
salah , menjodohkan dan lain – lain
Tes isian: isian singkat dan uraian
Daftar pertanyaan
Tes indentifikasi
Tes simulasi
Tes uji petik kinerja
Pekerjaan rumah
Projek
Lembar penilaian portofolio
Buku catatan jurnal
Kuesioner atau lembar penilaian
diri
Lembar penilaian antar teman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
144 Instrumen tes berupa perangkat tes yang berisi soal soal,
instrumen
observasi
berupa
lembar
pengamatan,
instrumen penugasan berupa lembar tugas projek atau produk,
instrumen portofolio berupa lembar penilaian portofolio,
instrumen inventori dapat berupa skala Thurston, skala Likert
atau skala Semantik, instrumen penilaian diri dapat berupa
kuesioner atau lembar penilaian diri, dan instrumen penilaian
antar teman berupa lembar penilaian antar teman. Setiap
instrumen harus dilengkapi dengan pedoman penskoran.
Berikut ini ada beberapa contoh - contoh instrumen penilaian,
antara lain:
1) Contoh instrumen observasi (lembar pengamatan).
Tabel 9. Contoh Instrumen Observasi (Lembar
Pengamatan) Lari 100 meter
Nomor
butir
01
02
03
04
05
Aspek keterampilan
skor
1 2 3 4 5
Starting position
Waktu jongkok lutut kaki
belakang ada di depan
ujung kaki lainnya
Kedua tangan di tanah,
siku lurus, empat jari agak
rapat mengarah ke samping
luar.
Waktu jongkok posisi
punggung segaris dengan
Kepala
Pandangan kira - kira 1
meter di depan garis start
Waktu aba - aba siap,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
145 posisi tungkai depan ± 90°
dan tungkai belakang 100°
- 120°
Keterangan:
Skor 5 (sangat tepat), 4 (tepat), 3 (agak
tepat), 2 (tidak tepat) dan skor 1 (sangat tidak tepat).
Pengolahan:
Skor yang dicapai peserta didik dapat diolah
menjadi nilai sebagai berikut. N = (Skor
pencapaian : Skor maksimal) x 100.
2) Contoh instrumen penilaian tugas
a) Projek
Dalam penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga)
hal yang perlu diperhatikan yaitu:
(1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan
pengelolaan
adalah
kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan,
(2) Relevansi
Relevansi yaitu kesesuaian dengan mata
pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
perkembangan kognitif peserta didik,
(3) Keaslian
Keaslian yaitu projek yang dilakukan
peserta didik harus merupakan hasil karyanya
dengan bimbingan pendidik dan dukungan
berbagai pihak yang terkait.
Contoh soal tugas projek biologi mengenai isu
salingtemas (sain, lingkungan, teknologi, masyarakat) di
sekitar tempat tinggal peserta didik. Berikut contoh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
146 soalnya yaitu carilah isu salingtemas (sain, lingkungan,
teknologi, masyarakat) yang berkembang di sekitar
tempat tinggalmu, rencanakan penelitian, lakukan
penelitian, dan buatlah laporan hasil penelitian. Dalam
membuat laporan perhatikan: kebenaran informasi atau
data, kelengkapan data, sistematika laporan, dan
penggunaan bahasa! Catatan : Isu berhubungan dengan
pro - kontra.
Tabel 10. Pedoman Pensekoran untuk Instrumen
Penilaian Tugas Projek
No
1
2
3
Aspek yang dinilai
Persiapan
a. Rumusan masalah (tepat = 3, kurang
tepat = 2, tidak tepat = 1).
Pelaksanaan
a. Pengumpulan informasi (tepat = 3,
kurang tepat = 2, tidak tepat = 1).
b. Keakuratan data/informasi (akurat = 3,
kurang = 2, tidak akurat = 1).
c. Kelengkapan data (lengkap = 3, kurang =
2, tidak lengkap = 1).
d. Analisis data (baik = 3, cukup = 2,
kurang = 1).
e. Kesimpulan (tepat = 2, kurang tepat = 1)
Pelaporan hasil
a. Sistematika laporan (baik = 2, tidak baik
= 1).
b. Penggunaan bahasa (komunikatif = 2,
kurang komunikatif = 1).
c. Penulisan/ejaan (tepat = 3, kurang tepat =
2, tidak tepat atau banyak kesalahan =1).
d. Tampilan (menarik = 2, kurang menarik
= 1)
Skor maksimal
Skor
3
1-3
14
1-3
1-3
1-3
1-3
1-2
9
1-2
1-2
1-3
1-2
26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
147 b) Produk
Penilaian produk terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu:
(1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam merencanakan, menggali,
mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
(2) Tahap pelaksanaan (pembuatan produk),
meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat,
dan teknik pembuatan.
(3) Tahap penilaian hasil karya (appraisal),
dilakukan terhadap karya (produk) yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang
ditetapkan.
Skor untuk setiap tahap dapat diberi bobot,
misalnya untuk persiapan 20%, pelaksanaan 40%,
dan hasil 40%. Contoh soal produk mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan:
membuat poster ”anti narkoba” .
Tabel 11. Pedoman Pensekoran untuk Instrumen
Penilaian Tugas Produk.
No
1
2
Aspek yang dinilai
Tahap persiapan
Skor
7
1-2
a. Memilih jenis bahan (tepat = 2, 1 - 3
tidak tepat = 1).
1-2
b. Kualitas bahan (baik = 3, cukup =
2, kurang = 1).
c. Kelengkapan alat (lengkap = 2,
tidak lengkap = 1).
Tahap pelaksanaan
a. Menentukan penulisan kalimat
yang menarik (menarik = 3, cukup
= 2, kurang = 1).
b. Keterampilan
menggunakan
8
Bobot
20%
40%
1-3
1-3
1-2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
148 3
alat/bahan (terampil = 3, cukup =
2, kurang = 1).
c. Memperhatikan keselamatan kerja
(ya = 2, tidak = 1)
Tahap hasil
8
a. Selesai tepat waktu ( tepat = 2, 1 - 2
tidak tepat = 1)
1-3
b. Kesesuaian dengan tugas (sesuai = 1 – 3
3, kurang = 2, tidak = 1)
c. Kerapian (rapi = 3, kurang = 2,
tidak = 1)
40%
3) Contoh instrumen inventori menggunakan skala beda
(berdiferensi) Semantik
Petunjuk Berilah tanda V pada kolom berikut
sesuai dengan pilihanmu terhadap pembelajaran ekonomi.
Kolom a, b, dan c cenderung mendekati pernyataan di
sebelah kiri, sedangkan kolom e, f, dan g cenderung
mendekati pernyataan di sebelah kanan.
Tabel 12. Contoh Instrumen Inventori
Menggunakan Skala Beda (Berdiferensi) Semantik
Kiri
Membosankan
Bermanfaat
Menyenangkan
Menantang
Tidak
memberatkan
Membuangbuang waktu
A
B
C
D
E
F
G
Kanan
Menarik
Tidak
bermanfaat
Merepotkan
Tidak
menantang
Memberatkan
Menguntungkan
4) Contoh instrumen inventori menggunakan skala Likert,
misalnya untuk kegiatan yang berhubungan dengan mata
pelajaran Sejarah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
149 Petunjuk: Bacalah baik - baik setiap pernyataan
dan berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan
pendapatmu! SS = sangat setuju, TS = tidak setuju, S =
setuju, STS = sangat tidak setuju.
Tabel 13. Contoh Instrumen Inventori Menggunakan
Skala Likert.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pernyataan
Saya senang melakukan penelitian
sejarah
Pelajaran sejarah membosankan
Saya senang mengikuti acara
televisi yang berhubungan dengan
sejarah
Saya tidak menyukai karir di
bidang kepurbakalaan
Saya suka berkunjung ke museum
untuk menambah pengetahuan di
bidang sejarah
Saya senang jika ada kesempatan
untuk bekerja di bidang yang ada
hubungannya dengan sejarah
Saya benci jika ada tugas untuk
membuat ringkasan dari artikel
yang berkaitan dengan sejarah
dari koran
Saya suka membaca rubrik
tentang sejarah
Dsb
SS
S
TS
STS
Catatan: Pernyataan pada instrumen di atas ada
yang bersifat positif (No.1, 3, 5, 6, 8) dan ada yang
bersifat negatif (No 2, 4, 7). Pemberian skor untuk
pernyataan yang bersifat positif : SS = 4, S = 3, TS = 2,
STS = 1. Untuk pernyataan yang bersifat negatif adalah
sebaliknya yaitu 4 = STS, 3 = TS, 2 = S, dan 1 = SS.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
150 5) Contoh instrumen penilaian diri (kuesioner), misalnya
untuk kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran
biologi.
Petunjuk:
a) Isilah semua pernyataan dengan jujur.
b) Berilah tanda V pada kolom yang sesuai dengan
kenyataan. TP = Tidak pernah melakukan, SR =
sering melakukan, JR = Jarang melakukan, SL =
selalu melakukan, KD = Kadang - kadang
melakukan.
Tabel 14. Instrumen Penilaian Diri yang berhubungan
dengan kegiatan Mata Pelajaran Biologi
No.
Pernyataan
TP JR KD SR SL
1 Saya menginformasikan hal-hal
yang berkaitan dengan biologi
kepada teman-teman
2 Saya bertanya kepada guru hal-hal
yang berhubungan dengan mata
pelajaran biologi
3 Saya menyempatkan diri membaca
artikel yang berkaitan dengan
biologi di majalah atau koran
4 Saya mendengarkan informasi yang
berhubungan dengan biologi dari
radio
5 Saya menonton tayangan di televisi
yang berkaitan dengan biologi,
misalnya fauna dan flora
6 Saya hadir setiap ada jam pelajaran
biologi di Sekolah
7 Saya membuat catatan yang rapi
untuk mata pelajaran biologi
8 Saya menyerahkan tugas biologi
tepat waktu
9 Saya menerapkan pengetahuan
biologi dalam kehidupan sehari –
hari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
151 10
Dst
Pengolahan Pada contoh di atas penskoran untuk
setiap pernyataan menggunakan rentang 1 – 5. Skor 1
untuk TP, 2 = JR, 3 = KD, 4 = SR, dan 5 = SL. Dengan 9
butir pernyataan rentang skor adalah 9 – 45. Kualifikasi
Berdasarkan jawaban, kegiatan setiap peserta didik untuk
mata pelajaran biologi dikelompokkan sebagai berikut:
Amat Baik : Skor 37 – 45, Baik : Skor 28 – 36, Cukup :
Skor 19 – 27, Kurang : Skor < 19.
6) Contoh instrumen penilaian (lembar pengamatan) antar
teman untuk kegiatan diskusi kelompok mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Petunjuk:
a) Pada waktu melakukan diskusi kelompok, amatilah
perilaku temanmu dengan cemat!
b) Berilah tanda V pada kolom yang sesuai (ya atau
tidak) berdasarkan hasil pengamatanmu!
c) Serahkan hasil pengamatan kepada bapak atau ibu
guru!
Daftar periksa pengamatan sikap dalam diskusi kelompok
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Nama siswa yang diamati : …….....…
No
.
1
2
3
4
5
6
7
Perilaku atau sikap
kelas......
Muncul atau
dilakukan
untuk
Ya
Tidak
Memberi kesempatan teman
menyampaikan pendapat
Memotong pembicaraan teman lain
Menyampaikan pendapat dengan jelas
Mau menerima pendapat teman
Mau menerima kritik dari teman
Memaksa
teman
untuk
menerima
pendapatnya
Menyanggah pendapat teman dengan
sopan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
152 8
9
10
Mau mengakui kalau pendapatnya salah
Menerima kesepakatan hasil diskusi
Dst
Nama pengamat
........................
Setiap instrumen penilaian harus memenuhi
persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa. Persyaratan
substansi merepresentasikan kompetensi yang dinilai.
Persyaratan konstruksi merepresentasikan persyaratan
teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan.
Persyaratan bahasa berhubungan dengan penggunaan
bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan taraf perkembangan peserta didik. Instrumen
penilaian dilengkapi dengan pedoman penskoran.
4. Prosedur Penilaian
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan menyatakan bahwa penilaian pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh: pendidik,
satuan pendidikan, dan pemerintah.
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan
kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian ini dilaksanakan
dalam bentuk penugasan, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
153 Berbagai macam ulangan dilaksanakan dengan menggunakan
teknik dan instrumen yang sesuai dengan kebutuhan. Penilaian
hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik.
2) Bahan penyusunan laporan hasil belajar.
3) Memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai
instrumen baik tes maupun non tes atau penugasan yang
dikembangkan sesuai dengan karakteristik kelompok mata
pelajaran. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik harus
terencana, terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Dengan
penilaian ini diharapkan pendidik dapat:
1) Mengetahui kompetensi yang telah dicapai peserta didik.
2) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3) Mengantarkan peserta didik mencapai kompetensi yang
telah ditentukan.
4) Memperbaiki strategi pembelajaran.
5) Meningkatkan akuntabilitas sekolah.
Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah
koordinasi satuan pendidikan.
b. Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
154 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan
untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua
mata pelajaran. Penilaian ini meliputi:
1) Penilaian akhir untuk semua mata pelajaran pada kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olah raga, dan kesehatan. Penilaian akhir digunakan sebagai
salah satu persyaratan untuk menentukan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan dan harus mempertimbangkan
hasil penilaian peserta didik oleh pendidik.
2) Ujian Sekolah untuk semua mata pelajaran pada kelompok
ilmu pengetahuan dan teknologi (yang tidak dinilai melalui
Ujian Nasional) dan aspek kognitif dan psikomotorik untuk
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
Ujian Sekolah juga merupakan salah satu persyaratan untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
c. Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk Ujian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
155 Nasional (UN). Pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) untuk menyelenggarakan UN, dan dalam
penyelenggaraannya BSNP bekerja sama dengan instansi terkait
di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan. UN didukung oleh
sistem yang menjamin mutu kerahasiaan soal yang digunakan
dan pelaksanaan yang aman, jujur, adil, dan akuntabel. Hasil UN
digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:
1) Pemetaan mutu satuan pendidikan.
2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.
3) Penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
4) Pembinaan
pendidikan
dan
dalam
pemberian
upaya
bantuan
untuk
kepada
satuan
meningkatkan
mutu
pendidikan.
Kriteria kelulusan UN dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Peserta UN memperoleh
Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) yang
diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara UN. Peserta
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan
dasar dan menengah setelah menyelesaikan seluruh program
pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran
agama
dan
akhlak
mulia,
kelompok
mata
pelajaran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
156 kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan, lulus ujian sekolah/madrasah dan lulus ujian nasional.
5. Mekanisme Penilaian
Sistem
penilaian
meliputi
kegiatan
perancangan
dan
pelaksanaan penilaian, analisis dan tindak lanjut hasil penilaian, serta
pelaporan penilaian. Mekanisme penilaian hasil belajar peserta didik
digambarkan pada bagan berikut ini:
Perencanaan Penilaian
Pelaksanaan Penilaian
Analisis Hasil Penilaian
Pelaporan Hsail Penilaian
Tindak lanjut Hasil Penilaian
a. Perencanaan Penilaian
Perencanaan penilaian mencakup penyusunan kisi - kisi
yang memuat indikator dan strategi penilaian. Strategi penilaian
meliputi pemilihan metode dan teknik penilaian, serta
pemilihan bentuk instrumen penilaian.
1) Perencanaan penilaian oleh pendidik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
157 Secara teknis kegiatan pada tahap perencanaan
penilaian oleh pendidik sebagai berikut:
(a) Menjelang awal tahun pelajaran, guru mata pelajaran
sejenis pada satuan pendidikan (MGMP sekolah)
melakukan:
(1) Pengembangan indikator pencapaian KD.
(2) Penyusunan rancangan penilaian (teknik dan
bentuk penilaian) yang sesuai.
(3) Pembuatan rancangan program remedial dan
pengayaan setiap KD.
(4) Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
masing - masing mata pelajaran melalui analisis
indikator dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik (kemampuan rata - rata peserta
didik), karakteristik setiap indikator (kerumitan
atau kompleksitas), dan kondisi satuan pendidikan
(daya dukung, misalnya kompetensi guru, fasilitas
sarana dan prasarana).
(b) Pada awal semester pendidik menginformasikan KKM
dan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat
rancangan dan kriteria penilaian kepada peserta didik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
158 (c) Pendidik mengembangkan indikator penilaian, kisi kisi, instrumen penilaian (berupa tes, pengamatan,
penugasan, dan sebagainya) dan pedoman penskoran.
2) Perencanaan penilaian oleh satuan pendidikan
Perencanaan penilaian oleh satuan pendidikan
meliputi kegiatan sebagai berikut:
(a) Melalui rapat dewan pendidik, satuan pendidikan
melakukan:
(1) Pendataan KKM setiap mata pelajaran.
(2) Penentuan kriteria kenaikan kelas (bagi satuan
pendidikan yang menggunakan sistem paket) atau
penetapan kriteria program pembelajaran (untuk
satuan pendidikan yang melaksanakan Sistem
Kredit Semester).
(3) Penentuan kriteria nilai akhir kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan,
dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh
pendidik.
(4) Penentuan kriteria kelulusan ujian sekolah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
159 (5) Koordinasi ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
(b) Membentuk tim untuk menyusun instrumen penilaian
(untuk ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ujian sekolah) yang meliputi:
(1) Pengembangan kisi - kisi penulisan soal (yang di
dalamnya terdapat indikator soal).
(2) Penyusunan butir soal sesuai dengan indikator dan
bentuk soal, serta mengikuti kaidah penulisan
butir soal.
(3) Penelaahan butir soal secara kualitatif, dilakukan
oleh pendidik lain (bukan penyusun butir soal)
pengampu mata pelajaran yang sama dengan butir
soal yang ditelaahnya.
(4) Perakitan butir - butir soal menjadi perangkat tes
3) Perencanaan Penilaian oleh Pemerintah
Perencanaan penilaian oleh pemerintah meliputi
kegiatan sebagai berikut:
(a) Mengembangkan SKL untuk mata pelajaran yang
diujikan dalam UN.
(b) Menyusun dan menetapkan spesifikasi tes UN
berdasarkan SKL.
(c) Mengembangkan dan memvalidasi perangkat tes UN.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
160 (d) Menentukan kriteria kelulusan UN.
b. Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah penyajian penilaian
kepada peserta didik. Penilaian dilaksanakan dalam suasana
kondusif, tenang dan nyaman dengan menerapkan prinsip valid,
objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh, menggunakan
acuan criteria, dan akuntabel.
1) Pelaksanaan penilaian oleh pendidik
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap
ini meliputi:
(a) Melaksanakan penilaian menggunakan instrumen yang
telah dikembangkan.
(b) Memeriksa hasil pekerjaan peserta didik mengacu
pada pedoman penskoran, untuk mengetahui kemajuan
hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik.
Hasil pekerjaan peserta didik untuk setiap penilaian
dikembalikan kepada masing - masing peserta didik disertai
komentar yang mendidik misalnya, mengenai kekuatan dan
kelemahannya. Ini merupakan informasi yang dapat
dimanfaatkan
oleh
peserta
didik
untuk
mengetahui
kemajuan hasil belajarnya, mengetahui kompetensi yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
161 belum dan yang sudah dicapainya, memotivasi diri untuk
belajar lebih baik dan memperbaiki strategi belajarnya.
2) Pelaksanaan penilaian oleh satuan pendidikan
Pelaksanaan penilaian oleh satuan pendidikan
meliputi kegiatan berikut:
(a) Melaksanakan koordinasi ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
(b) Melakukan penilaian akhir untuk mata pelajaran pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan
jasmani, olahraga, dan kesehatan.
(c) Menyelenggarakan ujian sekolah untuk mata pelajaran
pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tidak diujikan secara nasional, serta aspek kognitif dan
psikomotor untuk mata pelajaran dalam kelompok
agama dan akhlak mulia, serta kewarganegaraan dan
kepribadian. Penyelenggaraan ujian sekolah mengacu
pada Prosedur Operasi Standar Ujian Sekolah (POS US) yang diterbitkan oleh BSNP.
3) Pelaksanaan penilaian oleh pemerintah
(a) Pelaksanaan penilaian oleh pemerintah merupakan
kegiatan pengelolaan dan pengendalian pelaksanaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
162 UN mengacu Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional
(POS-UN).
c. Analisis Hasil Penilaian
1) Analisis hasil penilaian oleh pendidik
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada tahap
analisis adalah menganalisis hasil penilaian menggunakan
acuan kriteria yaitu membandingkan hasil penilaian masing
- masing peserta didik dengan standar yang telah
ditetapkan. Untuk penilaian yang dilakukan oleh pendidik
hasil penilaian masing - masing peserta didik dibandingkan
dengan KKM. Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui
kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik,
serta untuk memperbaiki pembelajaran.
2) Analisis hasil penilaian oleh satuan pendidikan
Kegiatan analisis hasil penilaian oleh satuan
pendidikan meliputi:
(a) Menganalisis hasil belajar peserta didik kelas X dan XI
dibandingkan dengan nilai KKM yang telah ditetapkan
untuk masing - masing mata pelajaran.
(b) Menganalisis
hasil
ujian
sekolah
dengan
membandingkan hasil ujian sekolah masing - masing
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
163 peserta didik dengan batas kelulusan ujian sekolah
yang telah ditentukan.
(c) Menganalisis hasil penilaian kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan
kepribadian, estetika, serta jasmani, olahraga, dan
kesehatan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
(d) Melalui rapat dewan pendidik, satuan pendidikan
menetapkan dapat tidaknya peserta didik kelas X dan
kelas XI naik kelas berdasarkan kriteria kenaikan kelas
yang telah ditetapkan.
(e) Melalui rapat dewan pendidik, satuan pendidikan
menetapkan peserta didik yang lulus dari satuan
pendidikan sesuai dengan kriteria kelulusan yang telah
ditetapkan.
3) Analisis hasil penilaian oleh pemerintah
Kegiatan analisis hasil penilaian oleh pemerintah
yaitu menganalisis hasil UN setiap sekolah untuk pemetaan
daya serap.
d. Tindak lanjut Hasil Analisis
Analisis hasil penilaian yang telah dilakukan perlu
ditindak lanjuti.
1) Tindak lanjut oleh pendidik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
164 Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sebagai
tindak lanjut hasil analisis meliputi:
(a) Pelaksanaan program remedial untuk peserta didik
yang belum tuntas (belum mencapai KKM) untuk hasil
ulangan harian dan memberikan kegiatan pengayaan
bagi peserta didik yang telah tuntas.
(b) Pengadministrasian semua hasil penilaian yang telah
dilaksanakan.
2) Tindak lanjut oleh satuan pendidikan
Kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan
sebagai tindak lanjut hasil analisis meliputi:
(a) Menyiapkan laporan hasil belajar (rapor) peserta didik.
(b) Satuan pendidikan penyelenggara ujian menerbitkan
ijazah bagi peserta didik yang lulus dari satuan
pendidikan sesuai dengan kriteria kelulusan.
3) Tindak lanjut oleh pemerintah
Tindak lanjut hasil penilaian yang dilakukan oleh
pemerintah adalah:
(a) Membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN.
(b) Menyusun peringkat hasil UN secara Nasional,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
e. Pelaporan Hasil Penilaian
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
165 Pelaporan hasil penilaian disajikan dalam bentuk profil
hasil belajar peserta didik.
1) Pelaporan hasil penilaian oleh pendidik
Pada tahap pelaporan hasil penilaian, pendidik
melakukan kegiatan sebagai berikut:
(a) Menghitung atau menetapkan nilai mata pelajaran dari
berbagai macam penilaian (hasil ulangan harian, tugas
- tugas, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir
semester atau ulangan kenaikan kelas).
(b) Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran dari setiap
peserta didik pada setiap akhir semester kepada
pimpinan satuan pendidikan melalui wali kelas atau
wakil bidang akademik dalam bentuk nilai prestasi
belajar (meliputi aspek pengetahuan, praktik, dan
sikap) disertai deskripsi singkat sebagai cerminan
kompetensi yang utuh.
(c) Memberi masukan hasil penilaian akhlak kepada guru
Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian
kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
informasi untuk menentukan nilai akhir semester
akhlak dan kepribadian peserta didik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
166 (d) Pendidik yang menilai ujian praktik melaporkan hasil
penilaiannya kepada pimpinan satuan pendidikan
melalui wakil pimpinan bidang akademik (kurikulum).
2) Pelaporan hasil penilaian oleh satuan pendidikan
Kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan
dalam tahap pelaporan:
(a) Melaporkan hasil penilaian untuk semua mata
pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua
atau wali peserta didik dalam bentuk Laporan Hasil
Belajar (rapor). Bagi orang tua laporan ini dapat
dimanfaatkan
untuk
membantu
dan
memotivasi
anaknya belajar.
(b) Melaporkan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan lengkap dengan nilai yang dicapai kepada
orangtua atau walinya.
(c) Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan
pendidikan setiap tahun kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten atau Kota.
3) Pelaporan hasil penilaian oleh pemerintah
Pemerintah menyampaikan laporan hasil analisis
berupa daya serap dan peringkat UN secara nasional
kepada pihak - pihak yang berkepentingan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
167 B. Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013
Pada dasarnya kurikulum 2013 adalah penyempurnaan dari
kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan. Hal ini
ditegaskan oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,
Prof Dr Ir Musliar Kasim, dengan tegas menepis anggapan bahwa
kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru. Menurutnya, kurikulum
yang akan diterapkan mulai tahun ajaran 2013/2014 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Hal ini diungkapkannya
dihadapan peserta sosialisasi kurikulum 2013, yang dilaksanakan di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Jumat, 8 Februari
2013. Pada kurikulum 2013 ini proses belajar mengajar dimulai dari
pengamatan, menanyakan, mengolah, menalar, menyajikan materi,
menyimpulkan materi dan terakhir siswa diharapkan mampu menciptakan
pemikiran sendiri terkain materi yang dibahas. Pembelajaran juga tidak
hanya berlangsung di ruang kelas saja tetapi bisa di lingkungan sekolah
atau lingkungan sekitar. Para guru juga bukan lagi satu-satunya sumber
belajar melainkan para murid atau siswa bisa belajar dari lingkungan
ataupun pemanfaatan internet. Elemen penilaian juga tidak hanya dari
hasil tugas atau ujian, tetapi lebih pada penilain berbasis kompetensi.
Untuk lebih jelasnya mengenai sistem penilaian pada kurikulum 2013
akan dijelaskan berikut:
1. Penilaian kurikulum 2013
a. Cakupan Penilaian Kurikulum 2013
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
168 Dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti (KI) dirumuskan
sebagai berikut:
1) KI - 1: kompetensi inti sikap spiritual.
2) KI - 2: kompetensi inti sikap sosial.
3) KI - 3: kompetensi inti pengetahuan.
4) KI - 4: kompetensi inti keterampilan.
Untuk setiap materi pokok tertentu terdapat rumusan KD
untuk setiap aspek KI. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu,
muncul 4 KD sebagai berikut:
1) KD pada KI - 1: aspek sikap spiritual (untuk mata pelajaran
tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi
pokok). Teknik yang dapat digunakan dalam melakukan
penilaian pada KI – 1: aspek sikap spiritual yaitu observasi,
penilaian diri (self assessment), penilaian “teman sejawat”
(peer assessment) oleh peserta didik, dan jurnal.
2) KD pada KI - 2: aspek sikap sosial (untuk mata pelajaran
tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok
tertentu ada KD pada KI - 3 yang berbeda dengan KD lain
pada KI - 2). Teknik yang dapat digunakan dalam melakukan
penilaian pada KI – 2: aspek sikap sosial yaitu observasi,
penilaian diri (self assessment), penilaian “teman sejawat”
(peer assessment) oleh peserta didik, dan jurnal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
169 3) KD pada KI - 3: aspek pengetahuan. Teknik yang dapat
digunakan dalam melakukan penilaian pada KI – 3: aspek
pengetahuan yaitu tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
4) KD pada KI - 4: aspek keterampilan. Teknik yang dapat
digunakan dalam melakukan penilaian pada KI – 4: aspek
keterampilan yaitu tes praktik, projek, dan penilaian
portofolio.
b. Metode dan Instrumen Penilaian
Berbagai metode dan instrumen baik formal maupun
nonformal digunakan dalam penilaian untuk mengumpulkan
informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua
perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung
(penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan
(penilaian hasil atau produk). Penilaian informal bisa berupa
komentar - komentar guru yang diberikan atau diucapkan selama
proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab
pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta
didik mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau
saat seorang peserta didik memberikan komentar terhadap
jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan
penilaian informal terhadap performansi peserta didik tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
170 Penilaian proses formal, sebaliknya, merupakan suatu
teknik
pengumpulan
informasi
yang
dirancang
untuk
mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan
peserta didik. Berbeda dengan penilaian proses informal, penilaian
proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan
secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan
tentang kemajuan peserta didik.
c. Pendekatan Penilaian
Penilaian menggunakan beberapa pendekatan antara lain
sebagai berikut:
1) Acuan Patokan
Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan
acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar.
Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhannya.
2) Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar ditentukan sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
171 Tabel 15. Ketuntasan Belajar
Predikat
Nilai Kompetensi
Pengetahuan
Keterampilan
A
4
4
A-
3,66
3,66
B+
3,33
3,33
B
3
3
B-
2,66
2,66
C+
2,33
2,33
C
2
2
C-
1,66
1,66
D+
1,33
1,33
D
1
1
Sikap
SB
B
C
K
Penjelasanya:
a) Untuk KD pada KI - 3 dan KI - 4, seorang peserta didik
dinyatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD
yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai
< 2.66 dari hasil tes formatif.
b) Untuk KD pada KI - 3 dan KI - 4, seorang peserta didik
dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD
yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai
≥ 2.66 dari hasil tes formatif.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
172 c) Untuk KD pada KI - 1 dan KI - 2, ketuntasan seorang
peserta didik dilakukan dengan memperhatikan aspek
sikap pada KI - 1 dan KI - 2 untuk seluruh mata
pelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara
umum berada pada kategori baik (B) menurut standar
yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Implikasi dari ketuntasan belajar tersebut adalah
sebagai berikut ini:
a) Untuk KD pada KI - 3 dan KI - 4: diberikan remedial
individual sesuai dengan kebutuhan kepada peserta didik
yang memperoleh nilai kurang dari 2.66.
b) Untuk KD pada KI - 3 dan KI - 4: diberikan kesempatan
untuk melanjutkan pelajarannya ke KD berikutnya
kepada peserta didik yang memperoleh nilai 2.66 atau
lebih dari 2.66.
c) Untuk KD pada KI - 3 dan KI - 4: diadakan remedial
klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75%
peserta didik memperoleh nilai kurang dari 2.66.
d) Untuk KD pada KI - 1 dan KI - 2, pembinaan terhadap
peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum
berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak
oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan orang tua).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
173 2. Pendekatan Pembelajaran Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran
Scientific. Hal ini dikarenakan Pembelajaran kurikulum 2013 adalah
pembelajaran dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian
autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui
pendekatan scientific, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih
mampu dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan
data, mengasosiasi atau menalar, dan mengomunikasikan.
Pembelajaran
scientific
merupakan
pembelajaran
yang
mengadopsi langkah - langkah saintis dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah
yang memungkinkan terbudayakannya kecapakan berpikir sains,
terkembangkannya “ sense of inquiry ” dan kemampuan berpikir
kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang
dibutuhkan adalah mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar
(Joice & Weil, 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik
(Zamroni, 2000 & Semiawan, 1998).
Pembelajaran scientific tidak hanya memandang hasil belajar
sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
174 penting. Oleh karena itu pembelajaran scientific menekankan pada
keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan
keterampilan
proses
sains
adalah
model
pembelajaran
yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian
materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada
proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan, peserta
didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator
yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam
model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian
pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai
aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan
(scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur, 1998), dengan
demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai - nilai baru yang diperlukan untuk
kehidupannya.
Fokus
proses
pembelajaran
diarahkan
pada
pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan,
menemukan, dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai nilai yang diperlukan (Semiawan, 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings),
organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap
siswa belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian.
Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
175 kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discover)
pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum hukum, prinsip - prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan
kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpirkir tingkat tinggi
(Houston, 1988). Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan
sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu
informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains
berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui
pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses
konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains
pada
hakikatnya
(basic learning tools)
adalah
kemampuan
yaitu
kemampuan
dasar
yang
untuk
belajar
berfungsi
untuk
membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri
(Chain dan Evans, 1990).
Pendekatan scientific atau ilmiah merupakan suatu cara atau
mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan
pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada
suatu metode ilmiah (Kemdikbud, 2013). Proses pembelajaran pada
Kurikulum
2013
menggunakan
untuk
pendekatan
semua
ilmiah.
jenjang
Proses
dilaksanakan
pembelajaran
dengan
harus
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
176 Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
tahu tentang ‘ mengapa ’. Ranah keterampilan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘ bagaimana
’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik tahu tentang ‘ apa ’. Hasil akhirnya adalah
peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam
pembelajaran,
yaitu
menggunakan
pendekatan
ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua
mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan,
bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
a. Kriteria Pembelajaran Ilmiah
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah
harus di pandu dengan kaida - kaidah pendekatan ilmiah.
Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
177 penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran.
Dengan
demikian,
proses
pembelajaran
harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai - nilai, prinsip - prinsip, atau
kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi
kriteria seperti berikut ini:
1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
guru - peserta didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara
kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau
materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5) Mendorong
dan
menginspirasi
peserta
didik
mampu
memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
178 yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau
materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung - jawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan
menarik sistem penyajiannya.
b. Langkah - Langkah Pembelajaran pada Pendekatan Scientific
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua
jenjang dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses
pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran yang
melibatkan ketiga ranah tersebut digambar sebagai berikut:
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
179 Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat di aplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran
harus tetap menerapkan nilai - nilai atau sifat - sifat ilmiah dan
menghindari nilai - nilai atau sifat - sifat non ilmiah. Pendekatan
ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini:
1) Observing (mengamati)
Objek matematika yang dipelajari dalam matematika
adalah buah pikiran manusia, sehingga bersifat abstrak.
Mengamati objek matematika dapat dikelompokkan dalam
dua macam kegiatan yang masing - masing mempunyai ciri
berbeda, yaitu:
(a) Mengamati fenomena lingkungan kehidupan sehari hari yang berkaitan dengan topik matematika tertentu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
180 Fenomena adalah hal - hal yang dapat
disaksikan dengan panca indera dan dapat dijelaskan
serta dinilai secara ilmiah. Melakukan pengamatan
terhadap fenomena dalam lingkungan kehidupan
sehari-hari tepat dilakukan ketika siswa belajar hal-hal
yang terkait dengan topik - topik matematika yang
pembahasannya dapat dikaitkan dengan kehidupan
sehari - hari secara langsung. Fenomena yang diamati
akan menghasilkan pernyataan yang berhubungan
dengan kehidupan sehari - hari. Selanjutnya pernyataan
tersebut dituangkan dalam bahasa matematika atau
menjadi pembuka dari pembahasan objek matematika
yang abstrak.
(b) Mengamati objek matematika yang abstrak
Kegiatan mengamati objek matematika yang
abstrak sangat cocok untuk siswa yang mulai menerima
kebenaran logis. Siswa tidak mempermasalahkan
kebenaran pengetahuan yang diperoleh, walaupun tidak
diawali
dengan
pengamatan
terhadap
fenomena.
Kegiatan mengamati seperti ini lebih tepat dikatakan
sebagai kegiatan mengumpulkan dan memahami
kebenaran objek matematika yang abstrak. Hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
181 pengamatan dapat berupa definisi, aksioma, postulat,
teorema, sifat, grafik dan lain sebagainya.
Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup
mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau
menyimak.
2) Questioning (menanya)
Menurut Bell (1978), objek kajian matematika yang
dipelajari siswa selama belajar di sekolah dapat berupa fakta
(matematika), konsep (pengertian pangkal, definisi), prinsip
(teorema, rumus, sifat), dan skill (algoritma atau prosedur).
Fakta, konsep, prinsip, skill tersebut adalah buah fikiran
manusia, sehingga bersifat abstrak. Dalam mempelajari
konsep atau prinsip matematika yang tergolong sebagai
pengetahuan,
sebagaimana
disampaikan
oleh
Piaget
(Wadsworth, 1984) sangat perlu dipertimbangkan bahwa
tingkat berpikir siswa. Proses pembelajaran untuk memahami
konsep dan prinsip matematika perlu dikelola dengan langkah
- langkah pedagogis yang tepat dan difasilitasi media tertentu
agar buah pikiran yang abstrak tersebut dapat dengan mudah
dipahami siswa. Langkah pedagogis dan penggunaan media
tersebut menuntut siswa dan guru terlibat dalam pertanyaan pertanyaan
yang
menggiring
pemikiran
siswa
secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
182 bertahap, dari yang mudah (konkret) menuju ke yang lebih
kompleks (abstrak) sehingga akhirnya pengetahuan diperoleh
oleh siswa sendiri dengan bimbingan guru.
Dalam hal mempelajari keterampilan berprosedur
matematika, kecenderungan yang ada sekarang adalah siswa
gagal
menyelesaikan
suatu
masalah
matematika
jika
konteksnya berbeda, walaupun hanya sedikit perbedaannya.
Ini terjadi karena siswa cenderung menghafal algoritma atau
prosedur tertentu. Pada diri siswa tidak terbangun kreativitas
dalam
berprosedur.
dibangkitkan
dari
Kreativitas
pemberian
berprosedur
pertanyaan
yang
dapat
tepat.
Pertanyaan - pertanyaan didesain agar siswa dapat berpikir
tentang alternatif - alternatif jawaban atau alternatif alternatif cara berprosedur. Dalam hal ini guru diharapkan
agar menahan diri untuk tidak memberi tahu jawaban
pertanyaan. Apabila terjadi kendala dalam proses menjawab
pertanyaan, atau diprediksi terjadi kendala dalam menjawab
pertanyaan, guru dapat memberikan pertanyaan - pertanyaan
secara bertahap yang mengarah pada diperolehnya jawaban
pertanyaan oleh siswa sendiri. Di sinilah peran guru dalam
memberikan scaffolding atau
‘
pengungkit
’
untuk
memaksimalkan ZPD (Zone Proximal Development) yang
ada pada siswa (Chambers, 2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
183 3) Associating (menalar)
Secara umum dapat dikatakan bahwa penalaran
adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Dalam proses pembelajaran matematika,
pada umumnya proses menalar terjadi secara simultan dengan
proses mengolah atau menganalisis kemudian diikuti dengan
proses menyajikan atau mengkomunikasikan hasil penalaran
sampai
diperoleh
suatu
simpulan.
Bentuk
penyajian
pengetahuan atau ketrampilan matematika sebagai hasil
penalaran dapat berupa konjektur atau dugaan sementara atau
hipotesis.
Ada dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan
penalaran
deduktif.Penalaran
induktif merupakan
cara
menalar dengan menarik simpulan dari fenomena khusus
untuk hal - hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara
induktif lebih banyak berpijak pada hasil pengamatan
inderawi
atau
pengalaman
empirik. Penalaran
deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan
dari pernyataan - pernyataan atau fenomena yang bersifat
umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Cara kerja
menalar secara deduktif adalah menerapkan hal - hal yang
umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
184 dalam bagian - bagiannya yang khusus (Sudarwan, 2013).
Penalaran yang paling dikenal dalam matematika terkait
penarikan kesimpulan adalah modus ponen, modus tolen dan
silogisme.
Sesuai dengan tingkat berpikirnya, siswa SD/MI dan
SMP/MTs yang umumnya dalam tingkat berpikir operasional
konkret dan peralihan ke tingkat operasional formal, sehingga
cara memperoleh pengetahuan matematika pada diri siswa
SD/MI dan SMP/MTs banyak dilakukan dengan penalaran
induktif, sedangkan untuk siswa SMA/MA sudah mulai
banyak dilakukan dengan penalaran deduktif.
4) Experimenting (mencoba)
Berdasarkan hasil penalaran yang diperoleh pada
tahap sebelumnya yakni berupa konjektur atau dugaan
sementara sampai diperoleh kesimpulan, maka selanjutnya
perlu dilakukan kegiatan ‘mencoba’. Kegiatan mencoba
dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dimaknai
sebagai menerapkan pengetahuan atau keterampilan hasil
penalaran ke dalam suatu situasi atau bahasan yang masih
satu lingkup, kemudian diperluas ke dalam situasi atau
bahasan yang berbeda lingkup.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
185 Tahap mencoba ini menjadi wahana bagi siswa untuk
membiasakan diri berkreasi dan berinovasi menerapkan dan
memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang telah
dipelajari bersama guru. Dengan memfasilitasi kegiatan
‘mencoba’ ini siswa diharapkan tidak terkendala dalam
memecahkan permasalahan matematika yang merupakan
salah satu tujuan penting dan mendasar dalam belajar
matematika. Pengalaman ‘mencoba’ akan melatih siswa yang
memuat latihan mengasah pola pikir, sikap dan kebiasaan
memecahkan masalah itulah yang akan banyak memberi
sumbangan bagi siswa dalam menuju kesuksesan mengarungi
kehidupan sehari - harinya. Kurikulum 2013 secara eksplisit
menyiapkan siswa agar terampil memecahkan masalah
melalui penataan kompetensi kompetensi dasar matematika
yang
dipelajari
siswa.
Kegiatan
mencoba
mencakup
merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen,
serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data.
5) Networking (membentuk jejaring)
Membentuk jejaring dimaknai sebagai menciptakan
pembelajaran yang kolaboratif antara guru dan siswa atau
antar siswa. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu
filsafat personal, lebih dari sekadar melaksanakan suatu
teknik
pembelajaran
di
kelas.
Kolaborasi
esensinya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
186 merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang
menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur
interaksi
yang
dirancang
secara
baik
dan
disengaja
sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam
rangka mencapai tujuan bersama (Kemdikbud, 2013).
Dalam kegiatan pembelajaran kolaboratif, fungsi guru
lebih sebagai manajer belajar dan siswa aktif melaksanakan
proses belajar. Dalam situasi pembelajaran kolaboratif antara
guru dan siswa atau antar siswa, diharapkan terjadi siswa
berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan
menerima kekurangan atau kelebihan masing - masing,
sehingga pada diri siswa akan tumbuh rasa aman, yang
selanjutnya akan memungkinkan siswa menghadapi aneka
perubahan dan tuntutan belajar secara bersama - sama.
Membentuk jejaring dapat dilaksanakan dengan
memberi penugasan - penugasan belajar secara kolaboratif.
Penugasan kolaboratif dapat dilaksanakan pada proses
mengamati, menanya, menalar atau mencoba. Selain belajar
mengasah sikap empati, saling menghargai dan menghormati
perbedaan, berbagi, dengan diterapkannya pembelajaran
kolaboratif maka bahan belajar matematika yang abstrak
diharapkan akan menjadi lebih mudah dipahami siswa.
Kegiatan
membentuk
jejaring
adalah
sarana
untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
187 menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar atau sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini
dilakukan
agar
siswa
mampu
mengomunikasikan
pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi
siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan atau unjuk
karya.
c. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran
Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran pada
materi segiempat adalah sebagai berikut:
1) Observing (mengamati)
Siswa mengamati gambar atau foto atau video
dari peristiwa, kejadian, fenomena, konteks atau situasi yang
berkaitan dengan penerapan konsep segiempat.
2) Questioning (menanya)
Guru dapat memotivasi siswa dengan bertanya
tentang segiempat. Siswa termotivasi untuk mempertanyakan
berbagai segempat.
3) Associating (menalar)
Siswa menganalisis, mengkaitkan dan mendefinisikan
secara lebih persis perbedaan dan persamaan persegi, persegi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
188 panjang, trapezium, jajar genjang, belah ketupat, layang layang.
4) Experimenting (mencoba)
Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan benda benda dengan permukaaan berbentuk segiempat yang bersifat
alamiah ataupun buatan manusia untuk kepentingan estetik,
fungsi, manfaat, ataupun fungsi ergonomisnya. Siswa
menggambar atau melukis segi empat dengan berbagai
ukuran sisi, sudut dan modelnya. Mengukur sudutnya
dengan dengan
menentukan
menggunakan
jenis,
sifat
busur
derajat. Siswa
dan
karakteristik
segiempat berdasarkan ukuran dan hubungan antar sudut dan
sisi – sisi.
5) Networking (membentuk jejaring)
Siswa menyajikan secara tertulis dan lisan hasil
pembelajaran atau apa yang telah dipelajari pada tingkat
kelas atau tingkat kelompok mulai dari apa yang telah
dipahami,
keterampilan mengidentifikasi
sifat
-
sifat
segiempat yang dikuasai. Guru memberikan tanggapan hasil
presentasi meliputi tanya jawab untuk mengkonfirmasi,
memberikan tambahan informasi, melengkapi informasi
ataupun tanggapan lainnya. Siswa melakukan resume secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
189 lengkap, komprehensif dan dibantu guru dari konsep yang
dipahami, keterampilan yang diperoleh maupun sikap
lainnya.
3. Karakteristik Penilaian
Dalam menjalankan sistem penilaian kurikulum 2013 terdapat
beberapa karakteristik yang perlu di pahami antara lain sebagai
berikut:
a. Belajar Tuntas
Untuk
kompetensi
pada
kategori
pengetahuan
dan
keterampilan (KI - 3 dan KI - 4), peserta didik tidak
diperkenankan
mengerjakan
pekerjaan
berikutnya,
sebelum
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan
hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas
adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang
dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu
waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta
didik pada umumnya.
b. Otentik
Pengertian dari penilaian autentik merupakan penilaian
yang berusaha mengukur atau menunjukkan pengetahuan dan
ketrampilan siswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
190 ketrampilan itu pada kehidupan nyata. Berikut beberapa
pengertian menurut tokoh - tokoh:
1) Penilaian autentik mendorong siswa dan merupakan refleksi
kegiatan pengajaran yang baik.
2) Sedang pada pengertian autentik, sebagai bagian dari penilaian
performance, autentik berarti realistis atau berhubungan
dengan aplikasi pada kehidupan nyata. (Ott, 1994: 6).
3) Mueller (2008) penilaian autentik merupakan: a form of
assessment in which students are asked to perform realworld
tasks that demonstrate meaningful application of essential
knowledge and skills.
4) Menurut Stiggins (via Mueller, 2008), penilaian autentik
merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta
pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan
kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan
yang dikuasainya.
Jadi, penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang
menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia
nyata secara bermakna, yang merupakan penerapan esensi
pengetahuan dan keterampilan. Penilaian autentik menekankan
kemampuan pembelajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan
yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak
sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
191 diketahui pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari
pengetahuan yang telah dikuasai.
Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai
keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi
di dunia nyata di mana keterampilan - keterampilan tersebut
digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk
membaca berbagai teks aktual - realistik, menulis topik - topik
tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi
konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal,
surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan itu,
baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau
bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan
pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu
yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah
dikuasai secara teoretis.
Penilaian
autentik
lebih
menuntut
pembelajar
mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi
dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Siswa tidak sekedar
diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional,
melainkan
dituntut
untuk
mampu
mengkreasikan
dan
menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan
teoretis.
Dalam penilaian
kemampuan
bersastra
misalnya,
pembelajar mampu menganalisis karakter tokoh dalam sebuah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
192 fiksi,
mempertanggungjawabkan
kinerjanya
tersebut
secara
argumentatif, membuat resensi teks kesastraan, dan lain-lain.
Berikut ini merupakan prosedur penilaian yang dapat digunakan
untuk mengukur ketrampilan pemecahan masalah siswa sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran
yang
ditetapkan.
Tujuan
Pembelajaran:
1) Siswa memberikan jawaban benar-salah tentang prosedur yang
terbaik untuk memecahkan masalah dalam kelompok.
2) Siswa menjawab rangkaian tes pilihan ganda tentang langkah langkah selanjutnya untuk memecahkan masalah dalam
kelompok.
3) Siswa
diminta
membuat
rangkaian
pertanyaan
yang
berhubungan dengan bagaimana cara memecahkan masalah
secara kolaborasi, kemudian diminta untuk memberikan
jawaban singkat terhadap pertanyaan itu.
4) Siswa diberikan masalah baru, kemudian diminta untuk
menulis essay yang berhubungan dengan bagaimana kelompok
itu harus bekerja menyelesaikan masalah itu.
5) Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk memecahkan
masalah tidak rutin. Guru mengamati dan menilai usahanya.
Pada 1, 2 penilaian didasarkan pada penilaian pilihan dua
respon, sedang pada 3, 4, 5 penilaian didasarkan pada konstruksi
siswa.
Sehingga
nampak
penilaian
4
dan
5
lebih
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
193 menunjukkan performance siswa dari pada penilaian untuk nomor
- nomor dibawahnya. Dan berikut ini beberapa penjelasan
mengenai keterkaitan antara Penilaian Autentik dan Tuntutan
Kurikulum 2013, yaitu:
1) Penilaian
autentik
memiliki
relevansi
kuat
terhadap
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013.
2) Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain - lain.
3) Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas - tugas
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih
autentik.
4) Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar
atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
5) Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian
yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,
benar - salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
6) Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam
proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan
memperoleh legitimasi secara akademik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
194 7) Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara
tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
8) Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat
penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas
belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
9) Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi
kinerja
mereka
sendiri
dalam
rangka
meningkatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran
serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
10) Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan,
dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
11) Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru
mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan
peserta didik, serta keterampilan belajar.
12) Karena
penilaian
itu
merupakan
bagian
dari
proses
pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja.
13) Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi
untuk mendefinisikan harapan atas tugas - tugas yang harus
mereka lakukan.
14) Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
195 dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum
mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
15) Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang
sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan
remedial harus dilakukan.
c. Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh
mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk
penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan
(ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
atau ulangan kenaikan kelas).
d. Berdasarkan Acuan Kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap
kelompoknya,
tetapi
dibandingkan
terhadap
kriteria
yang
ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan masing - masing.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
196 e. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan,
produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian
diri. 4. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian
Dalam teknik penilaian yang digunakan mungkin terdapat
beberapa persamaan. Namun yang berbeda adalah dalam teknik
penilaian dan instrumennya pada kurikulum 2013 lebih dikhususkan.
Karena perbedaan kompetensi yang akan diukur, seperti adanya
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga untuk
menilai setiap kompetensi – kompetensi tersebut memerlukan teknik
penilaian dan instrumen yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Berikut ini untuk lebih jelasnya:
a. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian
kompetensi
hasil
sikap,
belajar
pengetahuan,
peserta
dan
didik
mencakup
keterampilan
yang
dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk
menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar
yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang
lingkup materi, kompetensi mata pelajaran atau kompetensi
muatan, dan proses.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
197 b. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut:
1) Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap
melalui observasi, penilaian diri (self assessment), penilaian
“teman sejawat” (peer assessment) oleh peserta didik, dan
jurnal.
Berikut ini merupakan salah satu contoh istrumen
untuk penilaian kompetensi sikap yaitu Lembar Pengamatan
Sikap:
Mata Pelajaran : Seni Rupa
Kelas/Semester : X / 1
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan : .................................
Kompetensi Inti : 2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun,responsif dan
pro - aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusiatas berbagai permasalahan.
Kompetensi Dasar : 2.2 Menunjukkan sikap santun,
jujur, cinta damai dalammengapresiai seni dan pembuatnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
198 Kompetensi Dasar: 3.1 Menganalisis bahan, media,
teknik dan proses berkarya dalam seni rupa.
Kompetensi Dasar: 4.1 Membuat karya seni rupa
dua dimensi hasil modifikasi
Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan untuk
mencapai KD 3.1 dan KD 4.1 adalah perilaku santun dan
jujur. Rubrik penilaian sikap santun dapat disusun sebagai
berikut:
Kriteria
Sangat
(SB)
Skor
baik 4
Baik (B)
3
Cukup (C)
2
Kurang (K)
1
Indikator
Selalu santun dalam bersikap dan
bertutur kata kepada guru dan
teman.
Sering santun dalam bersikap dan
bertutur kata kepada guru dan
teman.
Kadang – kadang santun dalam
bersikap dan bertutur kata kepada
guru dan teman.
Tidak pernah santun dalam
bersikap dan bertutur kata kepada
guru dan teman.
Indikator jujur dapat dikembangkan sebagaimana
mengembangkan
indikator
santun.
Selanjutnya
guru membuat rekapitulasi hasil penilaian sikap peserta
didik dalam format seperti contoh berikut.
Guru membubuhkan tanda V pada kolom - kolom
sesuai hasil pengamatan pada tabel di bawah ini:
No
.
1
2
3
Dst
Nama
Andi
.....
.....
Santun
Jujur
............. Jumlah
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 skor
V
V
7
Skor
sikap
3.50
Kode
nilai
SB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
199 Keterangan dari tabel diatas yaitu sebagai berikut:
6) Skor maksimal = Jumlah sikap yang dinilai x jumlah
kriteria = 2 x 4 = 8.
7) Skor sikap = Jumlah skor : jumlah sikap yang dinilai
= 7 : 2 = 3.50. Skor sikap ditulis dengan dua desimal.
Rentang skor sikap: 1.00 – 4.00
8) Kode nilai atau Predikat:
3.25- 4.00 = SB (Sangat baik), 2.50 - 3.24 = B (Baik),
1.75 – 2.49 = C (Cukup),
1.0 – 1.74 = K
(Kurang).
a) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan
secara
berkesinambungan
dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak
langsung
dengan
menggunakan
pedoman
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati. Kriteria instrumen observasi:
(1) Mengukur aspek sikap (bukan pengetahuan atau
keterampilan) yang dituntut pada Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar.
(2) Sesuai dengan kompetensi yang akan diukur.
(3) Memuat indikator sikap yang dapat diobservasi.
(4) Mudah untuk digunakan.
(5) Dapat merekam sikap peserta didik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
200 b) Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian
dengan
cara
meminta
peserta
didik
untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri. Penggunaan
teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan
kepribadian
seseorang.
Keuntungan
penggunaan teknik penilaian diri dalam penilaian di
kelas sebagai berikut:
(1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta
didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk
menilai dirinya sendiri.
(2) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan
dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian
harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan
dan kelemahan yang dimilikinya.
(3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih p
eserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka
dituntut untuk jujur dan obyektif dalam melakukan
penilaian.
Kriteria instrumen penilaian diri:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
201 (1) Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana,
namun jelas dan tidak bermakna ganda.
(2) Bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik
dengan mudah.
(3) Menggunakan format sederhana yang mudah
dipahami peserta didik.
(4) Menunjukkan kemampuan peserta didik dalam
situasi yang nyata atau sebenarnya.
(5) Mengungkap kekuatan dan kelemahan capaian
kompetensi peserta didik.
(6) Bermakna, mengarahkan peseta didik untuk
memahami kemampuannya.
(7) Mengukur target kemampuan yang akan diukur.
(8) Memuat indikator kunci atau indikator esensial
yang menunjukkan kemampuan yang akan diukur.
(9) Memetakan
kemampuan
peserta
didik
dari
terendah sampai tertinggi.
Berikut ini contoh instrumen penilaian diri yaitu
daftar cek penilaian diri mengenai sikap terhadap mata
pelajaran Geografi:
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : X / 1
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan : .................................
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
202 Kompetensi Inti :
2. Menghayati
dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro - aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan.
Kompetensi Dasar: 2.2 Menunjukkan perilaku
yang bertanggung jawab sebagai makhluk yang dapat
berfikir ilmiah.
Kompetensi Dasar: 3.2 Menganalisis langkah langkah penelitian geografi terhadap fenomena geosfera.
Kompetensi
Dasar:
4.2 Menyajikan
contoh penerapan langkah - langkah penelitian geografi
dalam bentuk laporan observasi lapangan.
Petunjuk penilaian diri: Bacalah baik - baik setiap
pernyataan yang terdapat pada kolom dibawah ini
kemudian berilah tanda V pada kolom yang sesuai
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya!
No. Pernyataan
Ya
1
Dalam penelitian geografi terhadap
fenomena geosfera, saya mencatat data apa
adanya.
2
Saya menyelesaikan tugas penelitian sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
3
Saya melaporkan hasil penelitian sesuai
dengan literatur, meskipun tidak didukung
data.
Dst
Tidak
Keterangan dari tabel diatas yaitu:
Pernyataan pada instrumen di atas ada yang
bersifat positif (No.1 dan 2) dan ada yang bersifat negatif
(No 3). Pemberian skor untuk pernyataan yang bersifat
positif: YA = 2, TIDAK = 1. Untuk pernyataan yang
bersifat negatif adalah sebaliknya yaitu TIDAK = 2,
dan YA = 1.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
203 Selanjutnya guru dapat membuat rekapitulasi hasil
penilaian diri mengenai sikap terhadap mata pelajaran
geografi yang dilakukan oleh peserta didik menggunakan
format berikut ini:
No
.
1
2
3
Dst
Nama
Skor untuk
Jumlah
pernyataan nomor
skor
1 2 3 4 5 6 7 8
..........
Budi
2 2 1 . . . . .
..........
..........
Keterangan:
Skor
sikap
Kode
nilai
5
(1) Jumlah skor maksimal = Jumlah pernyataan x 2.
(2) Skor sikap = (Jumlah skor perolehan atau jumlah
skor maksimal) x 4. Skor sikapditulis dengan dua
desimal. Rentang skor sikap: 2.00 – 4.00.
(3) Kode nilai atau predikat:
3.50 - 4.00 = SB (Sangat baik), 3.00 – 3.49 = B
(Baik), 2.50 – 2.99 = C (Cukup), 2.00 – 2.49 = K
(Kurang).
c) Penilaian antar peserta didik
Penilaian antar peserta didik merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian
antar peserta didik. Kriteria instrumen penilaian antar
teman:
(1) Sesuai dengan kompetensi dan indikator yang akan
diukur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
204 (2) Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan
peserta didik.
(3) Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana,
namun jelas dan tidak berpotensi munculnya
penafsiran makna ganda atau berbeda.
(4) Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami
peserta didik.
(5) Menggunakan
format
sederhana
dan
mudah
digunakan oleh peserta didik.
(6) Indikator menunjukkan sikap peserta didik dalam
situasi yang nyata atau sebenarnya dan dapat
diukur.
(7) Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang
akan diukur.
(8) Memuat
indikator
kunci atau esensial yang
menunjukkan penguasaan satu kompetensi peserta
didik.
(9) Mampu memetakan sikap peserta didik dari
kemampuan
pada
level
terendah
sampai
kemampuan tertinggi.
Berikut ini Contoh instrumen penilaian antar
peserta didik yaitu: (lembar pengamatan) teman sejawat
(peer assessment) untuk mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
205 Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegar
aan
Kelas/Semester : X / 1
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Waktu Pengamatan : .................................
Kompetensi Inti : 2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro - aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan.
Kompetensi Dasar: 2.5 Mengamalkan perilaku
toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.
Kompetensi Dasar: 3.7 Menganalisis indikator
ancaman terhadap negara dalam membangun integrasi
nasional dengan bingkai BhinnekaTunggal Ika.
Kompetensi Dasar: 4.7 Menyaji hasil analisis
tentang indikator ancaman terhadap negara dalam
membangun integrasi nasional dengan bingkai
BhinnekaTunggal Ika.
Petunjuk:
(1) Amatilah perilaku temanmu dengan cermat selama
mengikuti pembelajaran PPKn tentang indikator
ancaman terhadap negara dalam membangun
integrasi
nasional dengan
bingkai
Bhinneka
Tunggal Ika.!
(2) Berilah tanda V pada kolom yang sesuai (ya atau
tidak) berdasarkan hasil pengamatanmu!
(3) Serahkan hasil pengamatan kepada bapak atau ibu
guru!
Daftar periksa pengamatan sikap antar teman Mata Pelajaran:
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Nama peserta didik yang diamati: ………….......Kelas:…………
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
206 Waktu pengamatan: ………………………………
No
.
1
2
3
4
5
Perilaku / sikap
Muncul /
dilakukan
Ya Tidak
Mau menerima pendapat teman.
Memaksa
teman
untuk
menerima
pendapatnya
Memberi solusi terhadap pendapat yang
bertentangan.
Dapat bekerja sama dengan teman yang
berbeda status sosial, suku dan agama.
.........................................
Nama pengamat
........................
Keterangan dari tabel:
Perilaku atau sikap pada instrumen di atas ada
yang positif (No.1, 3, dan 4) dan ada yang negatif (No 2).
Pemberian skor untuk perilaku atau sikap yang positif: Ya
= 2, Tidak = 1. Untuk perilaku atau sikap yang negatif
adalah sebaliknya yaitu Tidak = 2, dan Ya = 1.
Selanjutnya guru dapat membuat rekapitulasi hasil
penilaian mengenai perilaku atau sikap yang dilakukan
oleh sesama peserta didik menggunakan format berikut
ini:
No
.
Nama
Pengamat
1
2
3
.....
.....
Rani
.....
.....
Rudi
Dst
.....
.....
Skor prilaku atau sikap
nomer
1 2 3 4 5 6 7 Dst
2 1 2 2 . . .
. . .
. . .
...
Jumlah
skor
Skor
sikap
Kode
nilai
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
207 Keterangan:
(1) Jumlah skor maksimal = Jumlah perilaku/sikap x 2.
(2) Skor sikap = (Jumlah skor perolehan jumlah skor
maksimal) x 4. Skor sikap ditulis dengan dua
desimal. Rentang skor sikap: 2.00 – 4.00.
(3) Kode nilai atau predikat: 3.50 - 4.00 = SB (Sangat
baik), 3.00 – 3.49 = B (Baik). 2.50 – 2.99 = C
(Cukup), 2.00 – 2.49 = K (Kurang).
d) Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan
di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat
memuat penilaian peserta didik terhadap aspek tertentu
secara kronologis. Kriteria jurnal:
(1) Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.
(2) Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
(3) Menggunakan format yang sederhana dan mudah
diisi atau digunakan.
(4) Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta
didik secara kronologis.
(5) Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan
yang sistematis, jelas dan komunikatif.
(6) Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan
terhadap tampilan sikap peserta didik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
208 (7) Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan
dan kekuatan peserta didik.
Instrumen yang digunakan untuk observasi,
penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah
lembar pengamatan berupa daftar cek (checklist) atau
skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik,
sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan
substansi
atau
materi,
konstruksi,
dan
bahasa.
Persyaratan substansi merepresentasikan kompetensi
yang
dinilai.
persyaratan
konstruksi
memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen
yang digunakan, dan persyaratan bahasa adalah
penggunaan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui
tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a) Tes tulis
Tes tulis merupakan seperangkat pertanyaan atau
tugas dalam bentuk tulisan yang direncanakan untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
209 mengukur
atau
memperoleh
informasi
tentang
kemampuan peserta tes. Tes tertulis menuntut adanya
respon dari peserta tesyang dapat dijadikan sebagai
representasi dari kemampuan yang dimilikinya.
Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda,
isian, jawaban singkat, benar - salah, menjodohkan, dan
uraian.
Instrumen
uraian
dilengkapi
pedoman
penskoran. Bentuk soal yang sering digunakan di SMA
adalah pilihan ganda dan uraian. Butir soal pilihan
ganda terdiri atas pokok soal dan pilihan jawaban
(option). Untuk tingkat SMA biasanya digunakan 5
(lima) pilihan jawaban. Dari kelima pilihan jawaban
tersebut, salah satu adalah kunci (key) yaitu jawaban
yang benar atau paling tepat, dan lainnya disebut
pengecoh (distractor).Dalam mengembangkan soal
perlu memperhatikan kaidah penulisan butir soal yang
meliputi substansi atau materi, konstruksi, dan bahasa.
Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai
berikut:
Substansi atau Materi:
(1) Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes
bentuk pilihan ganda).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
210 (2) Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi
(UKRK: Urgensi,Keberlanjutan, Relevansi, dan
Keterpakaian).
(3) Pilihan jawaban homogen dan logis.
(4) Hanya ada satu kunci jawaban yang tepat.
Konstruksi:
(1) Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas,
dan tegas.
(2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban
merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
(3) Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci
jawaban.
(4) Pokok soal tidak menggunakan pernyataan
negatif ganda.
(5) Gambar, grafik, tabel, diagram dsb. jelas dan
berfungsi.
(6) Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.
(7) Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan
"semua jawaban benar” atau “semua jawaban
salah”.
(8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau
waktu disusun berdasarkan besar kecilnya
angka atau kronologis kejadian.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
211 (9) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
Bahasa:
(1) Menggunakan
bahasa yang
sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia.
(2) Menggunakan bahasa yang komunikatif.
(3) Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau
kelompok kata yang sama, kecuali merupakan
satu kesatuan pengertian.
(4) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat atau tabu.
Berikut ini merupakan salah satu contoh
instrumen penilaian tes tertulis yaitu soal pilihan ganda.
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / 2
Peminatan : Matematika dan Ilmu Alam
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Kompetensi Inti : 3. Memahami, menerapkan,
dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai denganbakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
212 Kompetensi Dasar: 3.8 Menganalisis sifat larutan
elektrolit dan larutan non - elektrolit berdasarkan daya
hantar listriknya.
Indikator: Disajikan tabel hasil percobaan uji
larutan, peserta didik dapat menentukan senyawa yang
merupakan larutan elektrolit dan non elektrolit dengan
tepat.
Rumusan butir soal dapat di Perhatikan data
percobaan uji larutan berikut ini !
Larutan
no
1
2
3
4
5
Pengamatan pada
Elektroda
Lampu
Tidak ada gelembung.
Padam
Sedikit gelembung.
Padam
Sedikit gelembung.
Redup
Banyak gelembung.
Redup
Banyak gelembung.
Menyala
Pasangan senyawa yang merupakan larutan
elektrolit kuat dan non elektrolit berturut - turut
ditunjukkan oleh laruran nomor ….
(a). (1) dan (2)
(d). (4) dan (5)
(b). (2) dan (3)
(e). (5) dan (1)
(c). (3) dan (5)
Kunci: (e)
Tes tertulis bentuk uraian atau esai menuntut
peserta didik untuk mengorganisasikan dan menuliskan
jawabannya dengan kalimatnya sendiri. Jawaban tersebut
melibatkan
kemampuan
mengorganisasikan,
mengingat,
menerapkan,
memahami,
menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi
yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
213 mungkin
bersifat
menggambarkan
komprehensif,
ranah
sikap,
sehingga
mampu
pengetahuan,
dan
keterampilan peserta didik.Kaidah penulisan soal bentuk
uraian sebagai berikut:
Substansi atau Materi:
(1) Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes
bentuk uraian).
(2) Batasan
pertanyaan
dan
jawaban
yang
diharapkan sesuai.
(3) Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi
(UKRK).
(4) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.
Konstruksi:
(1) Ada petunjuk yang jelas mengenai cara
mengerjakan soal.
(2) Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
terurai.
(3) Gambar, grafik, tabel, diagram dsb. jelas dan
berfungsi.
(4) Ada pedoman penskoran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
214 Bahasa:
(1) Rumusan
kalimat
soal
atau
pertanyaan
komunikatif.
(2) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang
baku.
(3) Tidak mengandung kata – kata atau kalimat
yang menimbulkan penafsiran ganda atau
salah pengertian.
(4) Tidak mengandung kata yang menyinggung
perasaan.
(5) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat atau tabu
Berikut ini merupakan salah satu contoh
instrumen penilaian tes tertulis yaitu soal bentuk uraian.
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X / 1
Tahun Ajaran : 2013/2014
Kompetensi Inti : 3. Memahami, menerapkan, me
nganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
Kompetensi Dasar: 3.6 Menganalisis
elastisitas bahan dalam kehidupan sehari – hari
sifat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
215 Indikator: Disajikan data percobaan hukum
Hooke, peserta didik dapat menyimpulkan hasil
percobaan dan memprediksi sesuai kesimpulan.
Rumusan butir soal Berikut ini adalah data hasil
percobaan hukum Hooke dengan menggunakan pegas
yang digantung.
Percobaan
ke
1
2
3
4
Massa (gram)
50
150
250
X
Panjang pegas
(cm)
22.0
24.5
27.0
28.5
(a) Berapa besar konstanta pegas ?
(b) Berapa massa benda (X) pada percobaan benda
ke = 4 ?
Pedoman penskoran:
No
1
2
Jawaban
Skor
Menentukan konstanta pegas
5
a. Mendata ∆L = L – Lo = 24,5 – 22,0 = 2,5
1
cm, atau 27,0 - 24,5 = 2,5 cm
b. Mendata gaya yang menyebabkan
1
pertambahan panjang F = m.g
c. Menentukan masa yang relevan, m = 150
1
– 50 = 50 gram atau m = 250 – 150 = 100
gram
1
d. menghitung konstanta pegas dengan
rumus F = k . ∆L
1
e. k = 1 N/0,025 m = 40 N/m
Menentukan nilai x
3
a. Menghitung F = k . ∆L = 40.0,015 = 0,6
1
N
1
b. Menghitung massa benda m =
f
g
= 0,06 kg
= 60 gram
c. Menentukan nilai x = 250 + 60 = 210
gram
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
216 Skor maksimal
8
b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
Tes lisan merupakan pemberian soal atau
pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawabnya
secara lisan. Pendidik menyiapkan daftar pertanyaan
yang disampaikan secara langsung dalam bentuk tanya
jawab dengan peserta didik.
Kriteria instrumen tes lisan:
(1) Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan
kompetensi pada taraf pengetahuan yang
hendak dinilai.
(2) Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar
yang ada.
(3) Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa
dalam mengkontruksi jawabannya sendiri.
(4) disusun
dari pertanyaan
yang
sederhana
ke pertanyaan yang komplek.
c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah atau
projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok
sesuai dengan karakteristik tugas.
Kriteria instrumen penugasan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
217 (1) Tugas mengarah pada pencapaian indikator
hasil belajar.
(2) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
(3) Tugas
dapat
dikerjakan
selama
proses
pembelajaran atau merupakan bagian dari
pembelajaran mandiri.
(4) Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf
perkembangan peserta didik.
(5) Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan
kurikulum.
(6) Penugasan
kesempatan
menunjukkan
ditujukan
kepada
untuk
peserta
kompetensi
memberikan
didik
untuk
individualnya
meskipun tugas diberikan secara kelompok.
(7) Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian
tugas setiap anggota.
(8) Tugas harus bersifat adil (tidak bias gender
atau latar belakang sosial ekonomi).
(9) Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan
disampaikan secara jelas.
(10) Penugasan harus mencantumkan rentang
waktu pengerjaan tugas.
3) Penilaian Kompetensi Keterampilan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
218 Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui
penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Rubrik
adalah daftar kriteria yang menunjukkan kinerja, aspek aspek atau konsep - konsep yang akan dinilai, dan gradasi
mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai yang
paling buruk.
Berikut ini adalah beberapa Kriteria rubrik antara
lain:
a) Sederhana atau mencakup asek paling esensial untuk
dinilai.
b) Praktis atau mudah digunakan.
c) Tidak membebani guru.
d) Menilai dengan efektif aspek yang akan diukur.
e) Dapat
digunakan
untuk
penilaian
proses
dan
tugas sehari - hari.
f) Peserta didik dapat mempelajari rubrik dan mengecek
hasil penilaiannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
219 Rubrik
kunci
adalah
rubrik
sederhana
berisi
seperangkat kriteria yang menunjukkan indikator esensial
paling
penting
yang
dapat
menggambarkan
capaian
kompetensi peserta didik.
a) Tes Praktik
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut
respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas
atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Berikut ini beberapa kriteria dari tugas untuk tes
praktik antara lain:
(1) Tugas
mengarahkan
peserta
didik untuk
menunjukkan capaian hasil belajar.
(2) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
(3) Mencantumkan waktu atau kurun waktu pengerjaan
tugas.
(4) Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
(5) Sesuai dengan konten atau cakupan kurikulum.
(6) Tugas bersifat adil (tidak membeda – bedakan
gender dan latar belakang sosial ekonomi).
Berikut ini adalah beberapa kriteria dari rubrik
untuk tes praktik yaitu:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
220 (1) Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang
akan diukur (valid).
(2) Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
(3) Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat
diamati (observasi).
(4) Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat
diukur.
(5) Rubrik
dapat memetakan
kemampuan peserta
didik.
(6) Rubrik menilai aspek - aspek penting pada proyek
peserta didik.
Berikut ini merupakan salah satu contoh
instrumen penilaian tes praktik yaitu tes praktik
keterampilan berbicara dalam Bahasa Inggris.
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : X / 1
Tahun Ajaran : 2013/2014
Kompetensi Inti: 4. Mengolah, menalar, dan men
yaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan perkembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar: 4.2 Menyusun teks lisan dan
tulisan untuk memaparkan, menanyakan, dan merespon
pemaparan jati diri, dengan memperhatikan fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar
dan sesuai konteks.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
221 Indikator: Peserta didik dapat mengenalkan diri
secara lisan dengan lancar, menggunakan pilihan kata
yang tepat, serta pengucapan dan intonasi yang benar.
Rumusan soal : Please introduce yourself in
front of the class! Make sure with your pronounciation,
intonation, and diction!
Berikut ini lembar pengamatan tes praktik
keterampilan berbicara dan indikator perkembangan
keterampilan berbicara:
(1) Kelancaran (fuency)
1 = tidak lancar, 2 = kurang lancar, 3 = lancar.
(2) Pengucapan (pronounciation)
1 = tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = baik.
(3) Intonasi (intonation)
1 = tidak sesuai, 2 = kurang sesuai, 3 = sesuai
(4) Pilihan kata (diction)
1 = tidak tepat, 2 = kurang tepat, 3 = tepat
No
.
1
2
3
Name
Rani
.....
Etc
FL
PR
1 2 3 1 2 3
V
V
IN
DC
1 2 3 1 2 3
V
V
Score
11
Skill’s
score
3.67
Code
A
Note:
(1) FL = fluency,
PR = pronounciation.
IN = intonation, DC = diction.
(2) Maximum score = sum of indicators x 3 = 4 x 3
= 12.
(3) Skill’s score = (Score/max score) x 4 = (11/12)
x 4 = . Skill’s score in two decimals. Skill’s
score range: 1.33 – 4.00
(4) Code: 3.33- 4.00 = A (Excellent), 2.67 – 3.32 =
B (Good), 2.00– 2.66 = C (Fair), 1.33 –1.99 =
D (Poor)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
222 b) Projek
Projek adalah tugas - tugas belajar (learning
tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan,
dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu. Dalam penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga)
hal yang perlu diperhatikan yaitu:
(1) Pengelolaan yaitu, kemampuan peserta didik dalam
memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan,
(2) Relevansi yaitu, kesesuaian dengan kompetensi
yang akan dicapai dengan mempertimbangkan
tahap perkembangan peserta didik,
(3) Keaslian yaitu. projek yang dilakukan peserta didik
harus merupakan hasil karyanya sendiri dengan
bimbingan pendidik dan dukungan berbagai pihak
yang terkait.
Berikut ini merupakan salah satu contoh
instrumen penilaian projek:
Mata Pelajaran : Sosiologi
Kelas/Semester : X / 1
Tahun Ajaran : 2013/2014
Peminatan : Ilmu - ilmu Sosial
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
223 Kompetensi Inti: 4. Mengolah, menalar, dan men
yaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan perkembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar: 4.4 Menyusun rancangan,me
laksanakan dan menyusun laporan penelitian sederhana
serta mengkomunikasikannya dalam bentuk tulisan,
lisan dan audio - visual.
Indikator: Peserta didik dapat melakukan peneliti
an mengenai permasalahan sosial yang terjadi pada
masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Rumusan tugas:
Lakukan penelitian mengenai permasalahan
sosial yang berkembang pada masyarakat di lingkungan
sekitar
tempat
tinggalmu.
Tuliskan
rencana
penelitianmu, lakukan, dan buatlah laporannya. Dalam
membuat laporan perhatikan latar belakang, perumusan
masalah, kebenaran informasi atau data, kelengkapan
data, sistematika
laporan,
penggunaan bahasa,
dan tampilan laporan !
Pedoman penskoran
No.
1
2
Aspek yang dinilai
Skor
maksimal
Persiapan Latar Belakang (tepat = 3, kurang
6
tepat = 2, tidak tepat = 1)
Rumusan masalah (tepat = 3, kurang tepat =
2, tidak tepat = 1)
Pelaksanaana:
12
(1) Keakuratan data atau informasi (akurat
= 3, kurang akurat = 2, tidak akurat = 1).
(2) Kelengkapan data (lengkap= 3, kurang
lengkap = 2, tidak lengkap = 1).
(3) Analisis data (baik = 3, cukup =
2, kurang = 1).
(4) Kesimpulan (tepat = 3, kurang tepat = 2,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
224 3
tidak tepat = 1)
Pelaporan hasil:
(1) Sistematika laporan (baik = 3, kurang
baik = 2, tidak baik = 1).
(2) Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3,
kurang sesuai kaidah = 2, tidak sesuai
kaidah = 1).
(3) Penulisan atau ejaan (tepat = 3. kurang
tepat = 2, tidak tepat atau banyak
kesalahan =1).
(4) Tampilan (menarik = 3, kurang menarik
= 2, tidak menarik = 1)
Skor maksimal
12
30
c) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang
dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif
-
integratif
untuk
mengetahui
minat,
perkembangan, prestasi,dan kreativitas peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat
berbentuk
tindakan
nyata
yang
mencerminkan
kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Berikut ini adalah beberapa kriteria dari tugas
pada penilaian portofolio yaitu:
(1) Tugas
sesuai
dengan
kompetensi dan
tujuan
pembelajaran yang akan diukur.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
225 (2) Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio
berupa pekerjaan hasil tes, perilaku peserta
didik sehari
-
hari,
hasil
tugas terstruktur,
dokumentasi aktivitas peserta didik di luar sekolah
yang menunjang kegiatan belajar.
(3) Tugas portofolio memuat aspek judul, tujuan
pembelajaran, ruang lingkup belajar, uraian tugas,
kriteria penilaian.
(4) Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta
didik mengembangkan kompetensi dalam semua
aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan).
(5) Uraian
tugas
bersifat
terbuka,
dalam
arti
mengakomodasi dihasilkannya portofolio yang
beragam isinya.
(6) Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas
menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah
dilaksanakan.
(7) Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian
tugas portofolio tersedia di lingkungan peserta
didik dan mudah diperoleh.
Berikut ini adalah beberapa kriteria dari rubrik
untuk portofolio yaitu:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
226 (1) Rubrik memuat indikator kunci dari kompetensi
dasar
yang
akan
dinilai
penacapaiannya
dengan portofolio.
(2) Rubrik memuat aspek - aspek penilaian yang
macamnya relevan dengan isi tugas portofolio.
(3) Rubrik memuat kriteria kesempurnaan (tingkat,
level) hasil tugas.
(4) Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan
peserta didik.
(5) Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah
dipahami.
Berikut ini merupakan salah satu contoh
instrumen penilaian Portofolio
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X / 2
Peminatan : Matematika dan Ilmu Alam
Tahun Ajaran : 2013/2014
Judul portofolio: Penyusunan laporan praktikum
Tujuan: Peserta didik dapat menyusun laporan
praktikum Biologi sebagai tulisan ilmiah
Berikut ini ruang lingkup dalam menyusun
laporan praktikum:
(1) Karya portofolio yang dikumpulkan adalah seluruh
hasil laporan praktikum biologi kelas X semester 2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
227 (2) Setiap laporan hasil praktikum dikumpulkan
selambat - lambatnya seminggu setelah peserta
didik melaksanakan praktikum.
(3) Penilaian karya portofolio terpilih dilaksanakan satu
minggu sebelum Ulangan Akhir Semester 2.
Uraian tugas portofolio yaitu:
(1) Buatlah laporan praktikum Biologi untuk seluruh
kegiatan praktikum selama semester 2.
(2) Penilaian laporan praktikum meliputi: persiapan,
pelaksanaan, dan hasil praktik.
(3) Pilihlah (peserta didik bersama guru) beberapa
karya portofolio terbaik untuk dinilai.
Berikut ini adalah tabel kriteria penilaian:
No.
Komponen yang dinilai
1
1
2
3
Persiapan
Pelaksanaan
Hasil praktik
Skor portofolio – 1
Skor
2
V
V
3
V
7
Catatan:
(1) Persiapan meliputi ketepatan pemilihan alat dan
bahan praktikum:
(a) Skor 3 jika pemilihan alat dan bahan tepat.
(b) Skor 2 jika pemilihan alat atau bahan tepat.
(c) Skor 1 jika pemilihan alat dan bahan tidak
tepat.
(2) Pelaksanaan meliputi langkah kerja dan waktu
pelaksanaan:
(a) Skor 3 jika langkah kerja dan waktu
pelaksanaan tepat.
(b) Skor 2 jika langkah kerja atau waktu
pelaksanaan tepat.
(c) Skor 1 jika langkah kerja dan waktu
pelaksanaan tidak tepat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
228 (3) Hasil praktik meliputi keakuratan data dan
ketepatan simpulan hasil:
(a) Skor 3 jika data akurat dan simpulan tepat.
(b) Skor 2 jika data akurat atau simpulan tepat.
(c) Skor 1 jika data tidak akurat dan simpulan tidak
tepat.
Keterangan:
(1) Skor maksimal = jumlah komponen yang dinilai x
3 = 3 x 3 = 9.
(2) Nilai portofolio = (Skor perolehan / skor maksimal)
x 100 = (7 / 9) x 100 = 78 (pembulatan).
5. Mekanisme Penilaian
Penilaian hasil belajar di SMA dilaksanakan oleh pendidik,
satuan pendidikan, serta Pemerintah atau lembaga mandiri.
a. Penilaian oleh pendidik
Penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan atau
tidak
terlepas
dari
pembelajaran.
Pembelajaran
di
SMA
menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) yang
melibatkan
kegiatan
mengamati
(observing)
–
menanya
(questioning) – menalar (associating) – mencoba (experimenting),
dan – membentuk jejaring (networking). Langkah - langkah
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Penilaian dilakukan oleh pendidik selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran untuk menilai kesiapan,
proses, dan hasil belajar peserta didik yang mengarah pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
229 ketercapaian kompetensi yang meliputi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Penilaian hasil belajar merupakan penilaian autentik
(authentic assessment). Penilaian oleh pendidik dapat berupa tes
dan non tes yang dilakukan melalui ulangan dan penugasan.
Perencanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik dicantumkan
dalam silabus dan dijabarkan di dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Ulangan merupakan proses yang dilakukan
untuk: mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara
berkelanjutan dalam proses pembelajaran, memantau kemajuan,
dan memperbaiki hasil belajar peserta didik. Macam – macam
ulangan terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester, dan
ulangan akhir semester.
1) Ulangan harian (UH) merupakan kegiatan yang dilakukan
secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik
setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau
lebih. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta
didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta
didik
yang
belum
mencapai
KKM
harus
mengikuti
pembelajaran remedial.
2) Ulangan tengah semester (UTS) merupakan kegiatan yang
dilakukan
oleh
pendidik
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
230 kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh
KD pada periode tersebut.
3) Ulangan akhir semester (UAS) merupakan kegiatan yang
dilakukan
oleh
pendidik
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD
pada semester tersebut.
Penugasan dapat diberikan oleh pendidik sebagai tugas
secara mandiri (individual) atau berkelompok dalam bentuk
pekerjaan rumah, projek, dan portofolio.
1) Projek adalah tugas - tugas belajar (learning tasks) yang
meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan
secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.
2) Portofolio adalah kumpulan seluruh karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan
kepedulian
peserta
didik
terhadap
lingkungannya.
b. Penilaian oleh satuan pendidikan
Satuan pendidikan mengoordinasikan penilaian yang
berupa ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, serta
melaksanakan ujian tingkat kompetensi dan ujian sekolah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
231 1) Ujian Tingkat Kompetensi (UTK) merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK
meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. UTK untuk
SMA dilaksanakan oleh satuan pendidikan pada akhir kelas
XI dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh
pemerintah. Sedangkan UTK pada akhir kelas XII dilakukan
melalui ujian nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah.
2) Ujian
Sekolah
pencapaian
(US)
merupakan
kompetensi
yang
kegiatan
dilakukan
pengukuran
oleh
satuan
pendidikan, di luar kompetensi yang diujikan pada Ujian
Nasional (UN). Ujian sekolah dilakukan oleh satuan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang - undangan.
Kegiatan ujian sekolah dilakukan dengan langkah - langkah
sebagai berikut:
a) Menyusun kisi - kisi ujian.
b) Mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi)
instrumen.
c) Melaksanakan ujian.
d) Mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan
kelulusan peserta didik.
e) Melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
232 Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan
dilaporkan
dalam
bentuk
nilai
dan
deskripsi
pencapaian
kompetensi kepada orang tua dan pemerintah.
c. Penilaian oleh pemerintah dan lembaga mandiri
Penilaian oleh pemerintah berupa ujian mutu tingkat
kompetensi dan ujian nasional.
1) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK) merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK
meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. UMTK
dilakukan dengan metode survei oleh pemerintah pada akhir
kelas XI.
2) Ujian Nasional (UN) merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka
menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang
dilaksanakan secara nasional. Ujian nasional dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang – undangan dan langkahlangkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
233 6. Prosedur Penilaian
Prosedur penilaian meliputi:
persiapan
pelaksanaan
pelaporan
pengolahan
dan tindak
lanjut
a. Prosedur penilaian oleh pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan
bertujuan
untuk
memantau
proses
dan
kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran.
1) Tahap persiapan dilakukan melalui langkah - langkah sebagai
berikut:
a) Mengkaji kompetensi dan silabus sebagai acuan dalam
membuat rancangan dan kriteria penilaian.
b) Membuat rancangan dan kriteria penilaian.
c) Mengembangkan indikator.
d) Memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator.
e) Mengembangkan instrumen dan pedoman penskoran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
234 2) Tahap pelaksanaan .
Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran
diawali dengan penelusuran. Penelusuran dilakukan dengan
menggunakan
teknik
bertanya
untuk
mengeksplorasi
pengalaman belajar sesuai dengan kondisi dan tingkat
kemampuan peserta didik. Dan melaksanakan tes dan non tes.
3) Tahap analisis atau pengolahan dan tindak lanjut antara lain:
a) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk
mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar (lihat Model
Pengembangan Analisis Hasil Belajar Peserta Didik).
b) Hasil penilaian dikembalikan kepada peserta didik
disertai balikan (feedback) berupa komentar yang
mendidik (penguatan).
c) Hasil analisis ditindak lanjuti dengan layanan remedial
dan pengayaan, serta memanfaatkannya untuk perbaikan
pembelajaran.
d) Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan
oleh semua pendidik selama satu semester, hasilnya di
akumulasi dan dinyatakan dalam bentuk deskripsi
kompetensi sikap oleh wali kelas.
4) Tahap pelaporan antara lain:
a) Hasil penilaian dilaporkan kepada pihak terkait.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
235 b) Laporan hasil penilaian kompetensi pengetahuan dan
keterampilan oleh pendidik berbentuk nilai dan deskripsi
pencapaian kompetensi.
c) Laporan hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan
sosial dalam bentuk deskripsi sikap.
d) Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan
kepada kepala sekolah dan pihak lain yang terkait (misal:
wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling, dan orang
tua/wali) pada periode yang ditentukan.
b. Prosedur penilaian oleh satuan pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan peserta didik yang
meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Tahap persiapan meliputi:
a) Menentukan
kriteria
minimal
pencapaian
tingkat
kompetensi dengan mengacu pada indikator Kompetensi
Dasar setiap mata pelajaran.
b) Mengoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, dan ujian
sekolah.
c) Menentukan kriteria kenaikan kelas.
d) Menentukan kriteria kelulusan US.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
236 e) Menentukan kriteria kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan.
2) Tahap pelaksanaan meliputi:
a) Menyelenggarakan ulangan tengah semester dan ulangan
akhir semester.
b) Menyelenggarakan ujian tingkat kompetensi untuk kelas
XI.
c) Menyelenggarakan ujian sekolah untuk kelas XII.
3) Tahap analisis atau pengolahan hasil penilaian dan tindak
lanjut meliputi:
a) Melakukan penskoran hasil ulangan tengah semester dan
ulangan akhir semester.
b) Menentukan kenaikan kelas peserta didik sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
c) Melakukan penskoran hasil ujian tingkat kompetensi.
d) Membuat peta kompetensi peserta didik kelas XI.
e) Melakukan penskoran hasil ujian sekolah kelas XII.
f) Menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah
sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
g) Mengadakan rapat dewan pendidik untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
237 h) Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
(SKHUN) setiap peserta didik bagi satuan pendidikan
penyelenggara Ujian Nasional.
i) Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari
satuan pendidikan bagi satuan pendidikan yang telah
terakreditasi.
4) Tahap pelaporan meliputi:
a) melaporkan hasil pencapaian kompetensi atau tingkat
kompetensi kepada orang tua/wali peserta didik dalam
bentuk buku rapor.
b) melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan
pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota dan
instansi lain yang terkait.
c) melaporkan hasil Ujian Tingkat Kompetensi kepada
orangtua/wali peserta didik dan dinas pendidikan.
c. Prosedur penilaian oleh pemerintah atau lembaga mandiri
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian
Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK) dan Ujian Nasional (UN),
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
238 C. Analisis perbandingan sistem penilaian antara KTSP dengan
kurikulum 2013
Salah satu inovasi terbaru yang dilakukan pemerintah saat ini
adalah dengan menyempurnakan kualitas kurikulum yang lama, yaitu
kurikulum
tingkat
satuan
pendidikan
(KTSP)
dengan
Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 32 Tahun
2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan, maka munculah kurikulum 2013.
Pada KTSP dalam menjalankan sistem penilaiannya memakai berbagai
macam teknik – teknik penilaian. Ada beberapa dari teknik penilaian
dalam KTSP
juga digunakan dalam kurikulum 2013. Namun
instrumennya yang berbeda, pada kurikulum 2013 instrumennya lebih
lengkap dalam menilai aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
dimiliki siswa. Sedangkan pada KTSP instrumennya masih dominan pada
aspek kognitifnya (pengetahuannya) saja. Karena salah satu hal penting
dalam kurikulum adalah, kurikulum tersebut harus dapat memberikan
informasi perkembangan hasil belajar peserta didik.
Kurikulum 2013 memandang bahwa keterpaduan antara penilaian
dan pembelajaran adalah hal yang penting penting. Oleh karena itu salah
satu karakteristik penilaian pada kurikulum 2013 adalah penilaian otentik.
Penilaian otentik ini dapat mencerminkan masalah – masalah yang
dihadapi dalam dunia nyata. Menggunakan berbagai cara dan kriteria
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
239 holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh
peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik. Kemudian berkesinambungan tujuannya
adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan
hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis
ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas), sehingga dapat
memberikan informasi perkembangan hasil belajar peserta didik secara
utuh dan lengkap.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
240 BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai sistem penilaian KTSP dengan
kurikulum 2013 di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013
adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam
Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tetapi belum
terselesaikan
karena
desakan
untuk
segera
mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Kurikulum 2013 ini
merupakan kurikulum yang sedang dalam tahap perencanaan oleh
pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari struktur kurikulum
KTSP. Perubahan ini dilakukan karena banyaknya masalah dan salah satu
upaya untuk memperbaiki kurikulum yang kurang tepat. Karena itu
banyak kalangan yang menganggap kalau kurikulum 2013 itu adalah suatu
bentuk penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Dan
seperti dikatakan tadi kehadiran dari Kurikulum 2013 ini adalah untuk
mengatasi kelemahan – kelemahan yang dimiliki oleh KTSP. Dan juga
untuk bersiap menghadapi tantangan - tantangan yang akan muncul di
masa depan (tantangan internal dan tantangan eksternal), penyempurnaan
pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, penguatan materi. KTSP
dalam perjalanannya banyak mengalami masalah– masalah dan salah
satunya pada sistem penilaiannya. Berikut ini dapat dilihat pada tabel di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
241 bawah ini mengenai masalah – masalah sistem penilaian yang dihadapi
oleh KTSP antara lain:
No. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP)
1
Standar Isi ditentukan terlebih
dahulu melaui Permendiknas
No 22 Tahun 2006. Setelah itu
ditentukan
SKL
(Standar
Kompetensi Lulusan) melalui
Permendiknas No 23 Tahun
2006
2
Penilaian yang dilakukan lebih
dominan
pada
aspek
pengetahuan saja.
3
Cenderung
hanya
menggunakan teknik penilaian
berupa tes.
Lebih menekankan pada aspek
pengetahuan saja
4
5
Proses pembelajaran setiap
tema di jenjang SD dan semua
mata pelajaran di jenjang
SMP/SMA/SMK
dilakukan
dengan pendekatan ilmiah
(saintific approach), yaitu
standar
proses
dalam
pembelajaran
terdiri
dari
Mengamati,
Menanya,
Mengolah,
Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta
Kurikulum 2013
SKL
(Standar
Kompetensi
Lulusan) ditentukan terlebih
dahulu, melalui Permendikbud
No 54 Tahun 2013. Setelah itu
baru ditentukan Standar Isi,
yang bebentuk Kerangka Dasar
Kurikulum, yang dituangkan
dalam Permendikbud No 67, 68,
69, dan 70 Tahun 2013.
Standar penilaian menggunakan
penilaian
otentik,
yaitu
mengukur semua kompetensi
sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan berdasarkan proses
dan hasil.
Dalam melakukan Penilaian, tes
dan
portofolio
saling
melengkapi.
Aspek kompetensi lulusan ada
keseimbangan soft
skills dan
hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan
Standar
proses
dalam
pembelajaran
terdiri
dari
Eksplorasi,
Elaborasi,
dan
Konfirmasi
Kemudian dapat dilihat juga dari tabel di atas pada kolom
kurikulum 2013, yang mana kurikulum 2013 dapat mengatasi dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
242 sangat baik masalah - masalah yang muncul pada KTSP, sehingga dengan
teratasinya masalah – masalah tersebut, maka diharapkan supaya
kurikulum 2013 dapat memberikan angin segar pada dunia pendidikan
dan mampu meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia menjadi
jauh lebih baik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
243 DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad.(1992). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar
Baru
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP
Hamalik, Oemar (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Nasution, S (2006). Azas-Azas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Penilaian Autentik Pada Proses dan Hasil Belajar (2013). Hand out 2.3.1
Pelatihan Instruktur Nasional Implementasi Kurikulum 2013. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian
Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
244 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Petunjuk Teknis Pengembangan Perangkat Penilaian (2010). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
Petunjuk Teknis Rancangan Penilaian Hasil Belajar (2010). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: Fokus Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.
Download