plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL ANTARA
REMAJA YANG TINGGAL DI KOTA DENGAN DI DESA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Bonaventura Sri Widyanovan Aditya Chandra
NIM : 079114107
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL ANTARA
REMAJA YANG TINGGAL DI KOTA DENGAN DI DESA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Bonaventura Sri Widyanovan Aditya Chandra
NIM : 079114107
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Masa Lalu dapat dijadikan pelajaran untuk melangkah
di masa depan, namun bukan menjadi pedoman
Dan bila, aku berdiri, tegak sampai hari ini
Bukan karena kuat dan hebatku
Semua karena Cinta
# Karena Cinta
Orang yang sibuk dengan pekerjaannya, dengan prestasinya tak
pernah berpikir untuk menjelek-jelekkan orang lain....
#Dale Carnegie
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK
TUHAN YESUS KRISTUS DAN BUNDA MARIA,
PAPA DAN MAMA,
SERTA ANAK DAN ISTRIKU TERCINTA....
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL ANTARA
REMAJA YANG TINGGAL DI KOTA DENGAN DI DESA
Bonaventura Sri Widyanovan Aditya Chandra
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan sikap terhadap perilaku
seksual antara remaja yang tinggal di kota dengan yang di desa. Sikap remaja terhadap perilaku
seksual pranikah adalah suatu bentuk evaluasi baik mendukung atau memihak (favorable) maupun
tidak memihak (unfavorable) terhadap segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dalam
bentuk bersentuhan, berciuman, bercumbu, maupun berhubungan kelamin dan dilakukan di luar
ikatan pernikahan yang resmi menurut hukum dan agama. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
ada perbedaan sikap terhadap perilaku seksual antara remaja yang tinggal di kota dengan yang di
desa, dimana remaja yang tinggal di desa lebih mendukung perilaku seksual dibandingkan dengan
di kota. Subjek dalam penelitian ini adalah 72 orang remaja, terdiri dari 41 orang remaja desa dan
31 orang remaja kota. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan
metode pengumpulan data berupa Skala Sikap terhadap Perilaku Seksual. Skala disusun
berdasarkan struktur sikap dan tahapan dalam perilaku seksual. Skala tersebut terdiri dari 44 item
dengan koefisien reliabilitas 0,943. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji - t. Hasil
analisis menunjukkan nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,05. Nilai mean untuk remaja desa ialah
99,4634 sementara untuk remaja kota ialah 78,4516. Dengan demikian remaja desa lebih
mendukung perilaku seksual dibandingkan dengan remaja kota.
Kata kunci : Sikap, Perilaku Seksual, Remaja Desa, Remaja Kota
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
THE DIFFERENCES ATTITUDE TOWARD SEXUAL BEHAVIOR
BETWEEN TEENAGERS WHO LEAVE IN THE CITY AND
TEENAGERS WHO LEAVE IN THE VILLAGE
Bonaventura Sri Widyanovan Aditya Chandra
ABSTRACT
This research purpose to find out the differences attitude toward sexual behavior between
teenagers who leave in the city and teenagers who leave in the village. Teenager’s attitude toward
pre-married sexual behavior is a type of evaluation, for who is supporting or favoring (favorable)
although unfavoring (unfavorable) towards every behavior which is pushed by sexual desire in the
form of touching, kissing, flirting, although mating and occurred beyond the legitimate marriage
according to the law and religion. This research hypothesize about the differences attitude toward
sexual behavior between teenagers who leave in the city and teenagers who leave in the village,
which is teenagers who leave in the city are more supporting sexual behavior than teenagers who
leave in the village. Our subject in this research is 72 teenagers, consist of 41 village teenagers and
31 city teenagers. The type of this research is descriptive quantitative research and use data
collection methode in the form of Attitude towards sexual behavior scale. The scale is arranged by
attitude structure and phase in sexual behavior. The scale consist of 44 items with coefficient
reliability 0,943. Data analysis in this research use t-test. Analysis result indicate value of p = 0,000
smaller than 0,05. Mean value of village teenagers is 99,4634 while for city teenagers is 78,4516.
Therefore, village teenagers are more supporting sexual behavior than city teenagers.
Keyword : attitude, sexual behavior, city teenagers, village teenagers
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul PERBEDAAN SIKAP TERHADAP
PERILAKU SEKSUAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI KOTA
DENGAN DI DESA
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan selalu
menjadi tempat curahan hati penulis.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi ,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku dosen pembimbing, terimakasih atas
bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis
selama penyusunan skripsi.
4. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang pernah mengajar penulis. Terima kasih
atas ilmu dunia Psikologi yang telah diberikan pada penulis.
5. Segenap karyawan fakultas Psikologi ; Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Doni,
Mas Muji, Pak Gik, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6. Isabella Maria Sri Amoura Nindya yang telah menjadi pengganggu sekaligus
motivator terbesar penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Mama, Papa, Sella, dan Paskha atas semua cinta dan kasih sayang, dukungan
moril maupun materil serta doa yang selalu menyertai penulis.
8. Teman-teman angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan doa, dukungan dan masukkan yang berguna untuk skripsi ini.
9. Dan semua orang yang telah mendukung penulis baik secara langsung ataupun
tidak langsung, terimakasih banyak.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan anugrah
dari Tuhan YME. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan,.AMIN.
Yogyakarta , September 2015
Penulis
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
PERNYATAAN PUBLIKASI........................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikap ............................................................................................................ 11
B. Remaja ......................................................................................................... 14
C. Perilaku Seksual Pranikah............................................................................ 16
D. Remaja yang Tinggal di Desa dan di Kota .................................................. 21
E. Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Antara Remaja yang tinggal
di Kota dan di Desa ...................................................................................... 23
F. Hipotesis ..................................................................................................... 27
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................................. 28
B. Variabel Penelitian ....................................................................................... 28
C. Definisi Operasional Variabel ...................................................................... 28
D. Subjek Penelitian ......................................................................................... 30
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................................... 31
F. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 32
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 38
B. Deskripsi Subjek .......................................................................................... 38
C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................. 39
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
D. Pembahasan .................................................................................................. 43
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 48
B. Saran ............................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 49
LAMPIRAN ....................................................................................................... 51
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-Kisi Sebaran Item Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual
(untuk Uji Coba) ......................................................................... 52
Tabel 2. Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Sikap Remaja terhadap
Perilaku Seksual .......................................................................... 34
Tabel 3. Distribusi Item Sahih Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual
..................................................................................................... 35
Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................... 38
Tabel 5. Deskripsi Data Subjek Penelitian .............................................. 40
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 41
Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 42
Tabel 8. Kategorisasi Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual ............ 43
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Kisi-Kisi Sebaran Item Skala Sikap (untuk Uji Coba) .............................. 52
Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual (untuk Uji Coba) ............. 53
Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Sikap ............................................ 56
Item Sahih dan Gugur dalam Skala Sikap ................................................. 57
Distribusi Item Sahih Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual ...... 62
Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual .......................................... 63
Seleksi Item dan Reliabilitas....................................................................... 66
T-Test .......................................................................................................... 68
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pandangan dan perasaan yang dimiliki individu akan dimunculkan
melalui sikap. Menurut para ahli Psikologi, sikap merupakan suatu konstelasi
komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi
dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar,
2007).Masa remaja ialah masa badai dan tekanan (Santrock, 2003), oleh
karena itu pada masa remaja akan terjadi krisis identitas. Menurut Hurlock
(1980), mereka yang berada pada usia ini mengalami perkembangan fungsifungsi tubuh terutama seks, dan hal itu mengganggu. Selain itu pada usia ini
pada diri individu terjadi perubahan-perubahan fisik yang sangat pesat dan
mencapai puncaknya. Masa remaja adalah masa peralihan dari tahap anak ke
dewasa.Masa remaja ditandai dengan kematangan fisik, sosial, dan psikologis
yang berhubungan langsung dengan kepribadian, seksual, dan peran sosial
remaja (Ahmadi, 1999). Pada masa remaja, individu menunjukkan tandatanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual. Kematangan
organ seksual dan perubahan hormonal menyebabkan munculnya dorongan
seksual dalam diri remaja yang ditunjukkan dalam sebuah perilaku
seksual.Pada tahap ini alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai tumbuh,
dan emosi cenderung labil. Dalam budaya Jawa, masa remaja bagi anak pria
ditandai dengan khitanan yang dilakukan pada saat ia berusia antara 10
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
hingga 14 tahun. Sedangkan masa remaja pada seorang gadis ditandai ketika
ia mendapatkan haid yang pertama (Koentjaraningrat, 1984). Perubahan fisik
tersebut mengakibatkan remaja menjadi sensitif dengan informasi-informasi
yang berbau seksual, sehingga remaja cenderung memiliki keinginan yang
kuat untuk mengetahui hal itu lebih lanjut. Penyebab internal yang
menyebabkan remaja melakukan peilaku seksual yang tidak sehat ialah sikap
permissive, kurangnya kontrol diri, serta tidak bisa menentukan sikap asertif
terhadap ajakan teman atau pacar (Kartika dan Farida, 2008)
Pada masa remaja awal (Tarwoto et al, 2010), remaja mulai belajar
mengambil keputusan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Remaja
dapat memilih apa yang menurut remaja tersebut baik. Lingkungan keluarga
juga mempengaruhi perilaku seksual remaja, pengaruh keluarga dalam
pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena
keluarga merupakan tempat dasar pembentukan tingkah laku, watak moral,
dan pendidikan kepada anak (Kartono, 2010).
Menurut Taganing (2008) dalam hidayat (2013), pola asuh juga
memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk kepribadian anak.
Pola asuh yang salah dapat menyebabkan anak melakukan perilaku agresif.
Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) pada berbagai
literatur kesehatan reproduksi menyatakan bahwa pola asuh merupakan
faktor resiko perilaku seksual resiko berat. Berdasarkan penelitian Nursal
(2008) di SMU di kota padang, dimana didapat responden dengan pola asuh
permisif mempunyai peluang 600,92 kali berperilaku seksual beresiko berat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
dibandingkan pola asuh demokrasi dan otoriter. Hasil penelitian Dwi (2014)
menunjukkan bahwa remaja dengan ibu yang menerapkan pola asuh
demokrasi
melakukan
perilaku
seksual
bebas
sebesar
12,26%,
sedangkanremaja dengan ibu yang menerapkan pola asuh otoriter dan
permissif melakukan perilaku seksual sebesar 99,98%.
Remaja lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah atau
dilingkungan pergaulannya. Bagi remaja tekanan teman sebaya dirasakan
begitu kuat sehingga dapat mengalahkan semua nilai yang didapat dari
orangtua. Umumnya remaja melakukan hubungan seks hanya sebatas ingin
membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-teman sebayanya, sehingga
dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya (Dianawati, 2006).
Berdasarkan penelitian Maryatun (2013) di SMA Muhamadiyah 3
Surakarta, terdapat 84% remaja berperilaku seksual pranikah dan sebanyak
62% menyebutkan adanya peranan teman sebaya.
Remaja usia 12-15 tahun merupakan usia yang identik dengan cobacoba (Sarwono, 2011), misalnya mencoba untuk melakukan perilaku seksual
dan perilaku menyimpang lainnya. Perilaku tersebut didasarkan oleh
pengetahuan remaja tentang efek dari perilaku tersebut.
Seksualitas remaja menjadi bahan yang hangat di bicarakan akhirakhir ini.Menurut BKKBN, perilaku remaja akhir-akhir ini sudah
mengindikasi ke arah perilaku berisiko. Hal tersebut terlihat berdasarkan
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR) 2010 yang dilakukan oleh
BKKBN.Dalam survei tersebut terungkap sebanyak 85 persen remaja
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
mengaku sudah pernah berpacaran dan 30 persen remaja sudah pernah
meraba-raba tubuh pasangan dalam berpacaran.Beberapa perilaku berpacaran
remaja yang belum menikah sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan survei
BKKBN pada tahun 2010, hanya 14,8 persen yang mengaku belum pernah
pacaran sama sekali. Sebanyak 79,6 persen remaja pria dan 71,6 persen
remaja wanita pernah berpegangan tangan dengan pasangannya. Sebanyak
48,1 persen remaja laki-laki dan 29,3 persen remaja wanita pernah berciuman
bibir. Dan sebanyak 29,5 persen remaja pria dan 6,2 persen remaja wanita
pernah meraba atau merangsang pasangannya. Perilaku pacaran remaja
menurut data diatas menunjukkan bahwa perilaku seksual remaja dalam
berpacaran
mulai
menjurus
ke
arah
perilaku
seks
bebas.(http://dwinovitaernaningsih.wordpress.com/2011/07/02 /pengaruhseks-bebas-terhadap-kesehatan-reproduksi-, diakses tanggal 6 November
2012)
Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA) merilis sebanyak 62.7%
remaja SMP tidak perawan dan 21,2% remaja mengaku pernah melakukan
aborsi. Perilaku tersebut tersebar di kota dan desa dengan tingkat ekonomi
kaya dan miskin. Data tersebut berdasarkan survey pada tahun 2008, dengan
melibatkan 4726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar.
(http://www.poskotanews.com/2012/05/27/209-persen-abg-hamil-di-luarnikah/, diakses tanggal 24 November 2013)
Perilaku pacaran remaja sudah mulai menjurus ke arah perilaku seks
bebas. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya data yang menemukan bahwa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
remaja sudah banyak yang kehilangan keperawanan hingga banyak juga yang
mengaku sudah pernah melakukan hubungan seksual di luar ikatan
pernikahan. Perilaku seks yang dilakukan oleh remaja antara lain menyentuh,
berciuman, petting, dan sexual intercourse.
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual, baik bagi lawan jenis maupun sesama jenis (Sarwono,
1994).Bentuk tingkah laku seksual bisa bermacam-macam, mulai dari
perasaan
tertarik
sampai
tingkah
laku
berkencan,
bercumbu,
dan
bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam
khayalan atau diri sendiri. Penyaluran dengan orang lain terkadang dilakukan
karena banyak dari remaja yang tidak dapat menahan dorongan seksualnya
sehingga mereka melakukan hubungan seksual pranikah. (Sarwono, 1994)
Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja
ialah tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan pengaruh teman
(Bachtiar,2004). Remaja dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih
cenderung
melakukan
seks
pranikah
dibandingkan
dengan
yang
berpendidikan tinggi dan berprestasi(Prawestri, 2012). Sedangkan remaja
dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah akan cenderung melakukan seks
pranikah agar pasangannya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Teman
sebaya memiliki pengaruh yang signifikan pada masa remaja. Oleh karena
itu, jika remaja berteman dengan banyak orang yang melakukan seks
pranikah, maka ia akan cenderung melakukannya juga (Prawestri, 2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
Sikap merupakan suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan
mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung
(unfavourable) pada suatu objek. Sikap juga merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan
pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Bagaimana kita suka
atau tidak suka terhadap sesuatu pada akhirnya akan menentukan perilaku
kita.
Sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah bisa menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja
(Rejeki, 2010). Banyak hal yang dapat mempengaruhi sikap seseorang
terhadap perilaku seksual, salah satunya ialah lembaga pendidikan.
Pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama yang
diperoleh dari lembaga pendidikan sangat menentukan sistem kepercayaan
maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep
tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu
hal. Dalam hal ini lembaga pendidikan yang dimaksud ialah tempat dimana
remaja tersebut menuntut ilmu. Harus diakui, meskipun di Indonesia sudah
dicanangkan sistem pendidikan dasar 9 tahun dan sudah banyak sekolahsekolah yang didirikan di pelosok daerah namun pada kenyataannya
pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat merata dinikmati oleh
seluruh anak Indonesia. Di kota-kota besar, kabupaten atau kecamatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
memang kesempatan memperoleh pendidikan sangatlah luas. Namun di
tingkat desa terutama di daerah pinggiran kurang karena kurangnya fasilitas
pendidikan. Di desa, dalam satu kecamatan terkadang hanya ada satu atau
dua sekolah saja, karena sulitnya bantuan yang masuk untuk membangun
sekolah serta terkadang sulit mencari guru yang mau mengajar di daerah
pedesaan.
Salah satu ciri masyarakat pedesaan ialah masih menjunjung tinggi
adat ketimuran (Ansy’ari, 1993), sehingga sebagian besar masyarakat desa
masih menganggap perilaku seksual merupakan hal tabu. Kurangnya tingkat
pengetahuan remaja di daerah pedesaan menyebabkan pergeseran perilaku
seksual pada remaja, sehingga tingkat keingintahuan remaja semakin besar,
tetapi remaja tidak mau berdiskusi tentang seksualitas karena dianggap tabu,
meskipun dengan keluarga sekalipun.Faktor lain penyebab sikap remaja
dalam berpacaran kebablasan menurut Boyke Dian Nugraha (Radar Ngawi,
2011) adalah minimnya pembelajaran seksual di kalangan remaja dan
pengawasan orangtua yang lemah. Menurut hasil wawancara dengan salah
seorang guru BP di SMA Negeri daerah Bambanglipuro, Bantul, pendidikan
seksual belum diajarkan di sekolah dimana ia mengajar, karena tidak
disetujui oleh komite. Padahal issue mengenai perilaku seksual muncul
dengan sangat cepat. Ketidaktahuan remaja akan perilaku seksual tersebut
dapat berakibat pada terjerumusnya mereka untuk melakukan perilaku
seksual karena rasa ingin tahu yang tidak ada wadahnya, baik sekolah
maupun orangtua. Hasil penelitian untuk siswa di Bogor, menunjukkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
bahwa perilaku asosial remaja memiliki prevalensi yang cukup tinggi, salah
satunya ialah dalam hal akses pornografi, dikota sebesar 25,9% sedangkan
didesa sebesar 30,5% (http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/72753).
Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja akan melakukan eksplorasi sendiri
lewat teknologi, informasi, komunikasi, buku, majalah, internet, film, begitu
bebas didapatkan, maka kesempatan remaja untuk memperoleh informasi
terhadap berbagai masalah termasuk seks sangatlah terbuka. Tetapi tidak
semua informasi yang tersedia merupakan informasi yang benar, tepat, dan
dapat
dipertanggungjawabkan
bagi
kehidupan
remaja,
jika
remaja
mendapatkan informasi yang tidak benar dan tidak ada bimbingan dari pihak
manapun maka hal tersebut akan dapat berpengaruh pada nilai kehidupan
mereka (Rejeki,2010)
Berbeda dengan remaja yang tinggal di daerah perkotaan. Selain
kesempatan untuk mengenyam pendidikan lebih besar karena jumlah
lembaga pendidikan yang banyak, Remaja kota dapat lebih mudah mendapat
lembaga pendidikan yang lebih berkualitas. Kebanyakan dari mereka pun
sudah sangat sadar akan pentingnya pendidikan sehingga mereka juga
mendapat pendidikan seksualitas yang mumpuni. Proses pendidikan inilah
yang nantinya dapat mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, apakah
akan
mendukung atau
menolak,
karena
pendidikanlah
yang akan
mengajarkan pemahaman mengenai baik buruknya segala sesuatu.
Pada seorang remaja, perilaku seksual biasanya dimotivasi oleh rasa
sayang dan cinta serta perasaan bergairah yang tinggi kepada pasangannya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
tanpa disertai komitmen yang jelas (Desmita, 2009). Perilaku seksual
pranikah yang dilakukan oleh para remaja disadari atau tidak akan
menimbulkan banyak permasalahan, misalnya kemungkinan untuk tertular
penyakit menular seksual termasuk didalamnya HIV dan AIDS. Data dari
Depkes menunjukkan bahwa jumlah pengidap AIDS sampai Maret 2007
sebanyak 8.988 orang, dan 54% dari para pengidap AIDS tersebut adalah
remaja usia 20-29 tahun.
Selain itu, kemungkinan terjadinya kehamilan diluar ikatan
pernikahan juga semakin besar dan dapat berakibat pada penundaan
pendidikan. Jika kehamilan ini juga tidak disikapi dengan baik akibat
kurangnya kesiapan untuk membina rumah tangga baik dari segi kematangan,
pengetahuan dan finansial, maka dapat juga terjadi perilaku aborsi.Perilaku
abortus ini juga pastinya selain bertentangan dengan ajaran agama, dapat
mengakibatkan kematian jika dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten.
Data survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan, pada
tahun 1997, dari 1.563 perempuan usia subur, terdapat 50,9% melakukan
aborsi secara sengaja pada usia 15-19 tahun, dan sekitar 11,9%
melakukannya dengan cara tradisional maupun medis. Cara tradisional yang
digunakan ialah meminum jamu atau ramuan tradisional, dan jumlahnya
pelakunya sekitar 27,5% (dianawati, 20006). Ketika remaja memiliki sikap
mendukung para perilaku seksual pranikah, maka kemungkinan besar ia akan
melakukannya juga.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka penulis ingin meneliti
mengenai perbedaan sikap terhadap perilaku seksual antara remaja yang
tinggal di kota dan di desa dan diharapkan melalui penelitian ini, remaja,
orangtua, dan para pendidik dapat memilih langkah yang tepat supaya tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang sudah dijabarkan penulis.
B.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan
sikap terhadap perilaku seksual antara remaja yang tinggal di kota dengan di
desa?
C.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap terhadap
perilaku seksual antara remaja yang tinggal di kota dan di desa.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna dalam memperkaya khasanah ilmu
psikologi terutama psikologi sosial dan perkembangan mengenai
gambaran sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah. Penelitian
ini juga berguna untuk menambah wawasan dan menjadi inspirasi bagi
penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Manfaat praktis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
1. Bagi Masyarakat, khususnya Orangtua
Penelitian ini diharapkan dapat membuat para orangtua dan
masyarakat lebih membuka mata dan lebih peduli serta lebih
waspada terhadap pergaulan dan perilaku anak-anaknya.
2. Bagi Khasanah Ilmu Pendidikan
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan dalam mempersiapkan bahan pengajaran dan
bimbingan seksual untuk remaja.
3. Bagi Para Remaja
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
bagi para remaja supaya lebih berhati-hati dalam menentukan sikap.
4. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi pemerintah untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas lembaga
pendidikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. SIKAP
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut (Berkowitz, 1972, dalam Azwar, 2005)
Sedangkan menurut Mara’at (1982) sikap merupakan produk dari
proses sosialialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang
diterimanya. Jika sikap mengarah pada objek tertentu, berarti bahwa
penyesuaian diri terhadap objek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial
dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap objek.
Menurut Azwar (2005) struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang
saling menunjang, yaitu :
1.
Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu
dibentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa
yang dapat diharapkan dari objek tertentu.
2.
Komponen Afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan
12
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita
percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud.
3.
Komponen Konatif
Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Faktor pembentukan sikap menurut Azwar (2005), yaitu :
1.
Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap. Oleh karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
2.
Kebudayaan
Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.
Sebagai contoh, apabila kita hidup dalam norma budaya yang longgar bagi
pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang
mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual.
3.
Oranglain yang dianggap penting
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
Pada umunya individu cenderung untuk memiliki sikap konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut, misalnya
orangtua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat,
guru, teman kerja, istri atau suami, dll.
4.
Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, suratkabar, majalah, dll mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan
yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu.
5.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran
agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan
kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam
menentukan sikap individu terhadap suatu hal.
6.
Emosional
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Terkadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung
maupun perasaan tidak memihak yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan agama, serta emosional.
B. REMAJA
Remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anakanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial emosional. Masa awal remaja adalah waktu dimana konflik antara
orangtua dengan remaja meningkat lebih dari konflik orangtua dengan anak.
Peningkatan ini bisa terjadi karena beberapa faktor yang melibatkan
pendewasaan orangtua, meliputi perubahan biologis, pubertas, perubahan
kognitif termasuk meningkatnya idealisme dan penalaran logis, perubahan
sosial yang berpusat pada kebebasan dan jati diri, dan harapan yang tak
tercapai (Santrock, 2007)
Sementara itu pendapat Konopka dan Ingersoll dalam Hurlock (2004)
mengatakan bahwa secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian
yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
1. Masa remaja awal (12-15 tahun) dimana pada masa ini remaja mulai
meninggalkan perannya sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan
diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.
2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun). Masa ini ditandai dengan
berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman sebaya memiliki
peran yang penting. Pada masa ini remaja juga mengembangkan kematangan
tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan
dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
3. Masa remaja akhir (19-21 tahun) dimana masa ini ditandai oleh persiapan
akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk
menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan diterima
orang dewasa
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst antara lain :
a. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih
dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan akan
memperoleh peranan social.
b. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif.
c. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainny.
d. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri.
e. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.
f. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.
g. Membentuk system nilai, moralitas, dan falsafah hidup.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu (Wiwan, 2008) :
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat yang dikenal dengan
istilah storm dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja, hal ini
merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda
dari sebelumnya. Kemandirian dan tanggung jawab akan terbentuk
seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir di
awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri
dan kemampuannya. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem
respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan,
dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Banyak hal menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanakkanak digantikan dengan hal baru dan lebih matang. Hal ini dikarenakan
adanya tanggungjawab yang lebih besar pada masa remaja. Remaja
diharapkan dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal yang lebih
penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
Remaja tidak lagi berhubungan dengan individu yang berjenis kelamin
yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan orang yang lebih dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tapi disisi yang
lain mereka takut akan tanggungjawab yang menyertai kebebasan
tersebut, serta ragu akan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggungjawab tersebut.
Ketika memasuki usia remaja terjadi perubahan fisik, emosional,
maupun seksual. Hormon seksual di dalam tubuh mulai berfungsi.
Perubahan hormon tersebut ditandai dengan kematangan seksual, sehingga
dorongan yang timbul semakin meluap. Kematangan seksual ini ditandai
dengan mimpi basah untuk anak laki-laki, sedangkan untuk anak perempuan
ditandai dengan menstruasi. Baik remaja putra maupun putri akan merasakan
adanya dorongan seksual. Dorongan seksual inilah yang nantinya akan
mendorong remaja untuk melakukan perilaku seksual.
Jadi remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa
anak-anak dan dewasa dimana individu berada dalam rentang usia 12 hingga
21 tahun dan terjadi perubahan fisik, emosional, maupun seksual.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
C. PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF REMAJA
Pubertas merupakan awal dari masa remaja, terutama terjadi pada
awal
masa
remaja.
Testosteron
memainkan
peran
penting
dalam
perkembangan pubertas laki-laki, sedangkan estradiol pada perkembangan
pubertas perempuan. Testosteron ialah suatu hormon yang berkaitan dengan
perkembangan alat kelamin, pertambahan tinggi, dan perubahan suara pada
anak laki-laki. Sementara estradiol ialah suatu hormon yang berkaitan dengan
perkembangan buah dada, rahim, dan kerangka pada anak-anak perempuan.
Pertumbuhan pada remaja laki-laki 2 tahun lebih terlambat daripada remaja
perempuan, yakni kira-kira 12 tahun pada usia rata-rata anak laki-laki, dan 10
tahun pada usia rata-rata anak perempuan. Empat perubahan tubuh yang
paling menonjol pada perempuan ialah pertambahan tinggi badan yang cepat,
menarche, pertumbuhan buah dada dan pertumbuhan rambut kemaluan.
Sedangkan empat pertumbuhan yang paling menonjol pada laki-laki ialah
pertambahan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan
testis, dan pertumbuhan rambut kemaluan (Santrock, 2007).
Hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin yang
membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri
seks sekunder. Gejala ini memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi atau
kemampuan
untuk
menghasilkan
keturunan
sudah
mulai
bekerja.
Berlangsung pula pertumbuhan yang pesat pada tubuh dan anggota-anggota
tubuh untuk mencapai proporsi seperti orang dewasa (Lerner & Hultsch
dalam agustiani, 2006).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan
emosional tersebut makin rumit oleh adanya faktor bahwa individu remaja
juga mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan berpikir
ini diungkapkan oleh piaget (1972) sebagai tahap terakhir yang disebut
sebagai tahap formal operation dalam perkembangan kognitifnya. Menurut
Piaget, remaja merupakan individu yang sudah mampu melepaskan diri dari
kenyataan yang ada. Remaja melakukan pemikiran yang jauh kedepan
dengan mengkhayalkan peristiwa yang akan terjadi. Rasa empati kepada
sesama juga mulai muncul dan sangat kuat terutama kepada orang
terdekatnya. Dalam diri remaja terjadi perubahan yang sangat drastis yang
berhubungan dengan perubahan sosial. Remaja akan lebih suka bergaul dan
berkumpul dengan teman sebaya yang berjenis kelamin sama. Ikatan antara
remaja dengan teman sebaya bisa lebih kuat daripada ikatan remaja dengan
orangtuanya. Remaja berkumpul dengan teman sebayanya merupakan suatu
usaha dari remaja untuk mengaktualisasikan diri. Keputusan dan pemikiran
dalam kelompok remaja lebih kuat daripada keputusan yang diambil dari
lingkungan remaja. Solidaritas merupakan bentuk dari rasa saling memiliki
dan kekeluargaan yang ditunjukan remaja untuk kelompoknya (Santrock,
2007).
D. POLA ASUH ORANGTUA, PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN
LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL
Menurut Santrock (1998), ada 3 pola asuh yang diterapkan orangtua pada
anak, antara lain :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
1. Authoritarian, yaitu pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman
(kekerasan) dengan cara orangtua memaksakan kehendaknya, sehingga
orangtua dengan pola asuh authoritarian memegang kendali penuh dalam
mengontrol anak-anaknya.
2. Authoritative, yaitu pola asuh yang memberikan dorongan pada anak
untuk mandiri namun tetap menerapkan berbagai batasan yang akan
mengontrol perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling
menerima, mendengarkan dan didengarkan.
3. Permissive, Maccoby dan Martin (dalam Santrock, 1998) membagi pola
asuh ini menjadi dua, yaitu neglectful parenting dan indulgent parenting.
Neglectful yaitu bila orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak
yang akan menghasilkan anak yang kurang memiliki kompetensi sosial
karena adanya kecenderungan kontrol diri yang kurang. Indulgent yaitu
bila orangtua sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun hanya
memberikan kontrol dan tuntutan yang sangat minim (selalu menuruti
atau membebaskan) sehingga mengakibatkan kompetensi sosial tidak
adekuat karena anak kurang mampu untuk melakukan kontrol diri dan
menggunakan kebebasannya tanpa tanggung jawab serta memaksakan
kehendaknya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitadesi (2010), kontribusi
figur kelekatan orangtua dan kontrol diri terhadap perilaku seksual lebih
menonjol dibandingkan dengan pengaruh dari media, pengaruh teman
sebaya, dan gaya hidup remaja.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong
(2009) menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan
pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik. Selama tahap
remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja
menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena
mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi
mereka status. Bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting karena memberikan remaja perasaan kekuatan dan
kekuasaan. Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian, kelompok teman sebaya memiliki evaluasi
diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja
awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal
seperti model berpakaian, gaya rambut, selera music, dan tata bahasa,
seringkali mengirbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada
remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.
E. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Objek
seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan ataupun dirinya
sendiri (Sarwono, 2010). Gunarsa menjelaskan hubungan seksual sebagai
persenggamaan atau bersatunya antara manusia yang berlainan jenis.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Hubungan seksual juga merupakan ekspresi akan perasaan cinta, cara
berkomunikasi intim, dan cara mencapai kedekatan emosional (Gunarsa,
1991)
Perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita di luar
perkawinan yang sah (Sarwono, 2005). Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa
perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa
melalui proses pernikahan resmi menurut agama dan kepercayaan masingmasing.
Bentuk-bentuk perilaku seksual remaja menurut Sarwono (2010) dan
soetjiningsih (2008) yaitu berkencan, berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman bibir, meraba/diraba bagian sensitive dalam keadaan berpakaian,
menempelkan alat kelamin dalam keadaan berpakaian, saling membuka baju,
meraba/diraba bagian sensitive dalam keadaan tanpa pakaian, mencium/
dicium bagian sensitive dalam keadaan tanpa pakaian, menempelkan alat
kelamin, dan berhubungan seksual.
Menurut Kinsey et al, 1965, perilaku seksual meliputi 4 tahap sebagai
berikut:
1. Bersentuhan (touching) mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan.
2. Berciuman (kissing).Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan
seksual, seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif
yang dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir
tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut french kiss.
Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam (deep kissing).
3. Bercumbu (petting) menyentuh bagian yang sensitif dari tubuh pasangan dan
mengarah pada pembangkitan gairah seksual. Perilaku menggesek-gesekkan
bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan orgabn kelamin. Hal ini juga
termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan,
dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam
atau di luar pakaian.
4. Berhubungan kelamin (Sexual Intercourse). Bersatunya dua orang secara
seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan
penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
Menurut Sarwono (2006), secara garis besar perilaku seksual pada remaja
disebabkan oleh :
1. Meningkatnya libido seksual
Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan
motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini
berkaitan erat dengan kematangan fisik.
2. Penundaan usia perkawinan
Peningkatan taraf pendidikan masyarakat membuat semakin banyak
anak-anak perempuan yang bersekolah dan membuat semakin tertundanya
kebutuhan untuk mengawinkan anak-anaknya.
3. Tabu/ larangan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
Saat usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku
dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah.
Pada masyarakat modern bahkan larangan tersebut berkembang pada
tingkatan lain seperti berciuman dan masturbasi, sedangkan untuk remaja
yang tidak dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar
larangan tersebut.
4. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Remaja yang sudah mulai mengalami kematangan seksual secara
lengkap kurang mendapat pengarahan dari orangtua mengenai kesehatan
reproduksi khususnya tentang akibat-akibat perilaku seks pranikah maka
mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan dan banyak kesempatan
untuk menikmati seksual pornografi melalui media massa yang membuat
mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui resikoresiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi
menular seksual.
5. Pergaulan semakin bebas
Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan
pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat
pemantauan
orangtua
terhadap
anak
remajanya,
semakin
rendah
kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja. Oleh sebab itu
disamping komunikasi yang baik dengan anak, orangtua juga perlu
mengembangkan kepercayaan anak pada orangtua.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
Sedangkan menurut Bachtiar (2004), faktor yang mempengaruhi perilaku
seks pranikah pada remaja, yaitu :
1. Pendidikan
Pendidikan yang rendah akan cenderung melakukan seks pranikah
dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi dan berprestasi. Jika melihat
tingkat pendidkan subjek, dapat dikatakan subjek yang tinggal di kota
memiliki pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan di desa sehingga
kemungkinan untuk melakukan seks pranikah lebih besar dilakukan oleh
remaja yang tinggal di desa. .
2. Sosial Ekonomi
Individu dengan tingkat ekonomi rendah akan cenderung melakukan
seks pranikah agar pasangan dapat memenuhi segala sesuatu yang
dibutuhkan.
3. Pengaruh teman
Pengaruh teman memang sangat kuat, individu yang berteman dengan
banyak orang yang melakukan perilaku seks pranikah akan lebih cenderung
melakukan perilaku yang sama juga.
Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut
Gunarsa (2004), yaitu :
1. Peluang/ Kesempatan Waktu
Dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat maka lebih mudah
menimbulkan adanya pergaulan bebas, dalam arti remaja mementingkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
hidup bersenang-senang, bermalas-malas, berkumpul-kumpul sampai larut
malam yang akan membawa remaja pada pergaulan bebas.
2. Pengaruh Norma Budaya dari Luar
Remaja menelan begitu saja apa yang dilihatnya dari budaya barat
yang cenderung melakukan perilaku seks bebas.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perilaku
seksual
menurut
Suryoputro (2006), Sarwono (2010), dan Pangkahila (2005) antara lain
Faktor internal yang terdiri dari hormonal atau dorongan seksual,
pengetahuan seksual yang dimiliki remaja, citra diri, ajaran agama yang
diyakini, dan tingkat pengendalian diri. Sementara faktor eksternal yang
terdiri dari penundaan usia perkawinan, tingkat perkembangan teknologi dan
informasi, sikap orangtua dan pendidikan seksual yang diajarkan orangtua
kepada anaknya, serta norma dan nilai yang berlaku dalam lingkungan sosial
bermasyarakat.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
seksual pranikah ialah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
dalam bentuk bersentuhan, berciuman, bercumbu, maupun berhubungan
kelamin dan dilakukan di luar ikatan pernikahan yang resmi menurut hukum
dan agama.
F. REMAJA YANG TINGGAL DI DESA DAN DI KOTA
Menurut Louis Wirth (Ansy’ari, 1993), kota adalah pemukiman yang
relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
kedudukan sosialnya. Sehingga remaja yang tinggal di kota ialah individu
usia remaja yang tinggal dipemukiman yang relatif besar, padat dan
permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya
Ciri-ciri fisik kota antara lain, tersedianya tempat-tempat untuk pasar
dan pertokoan, tersedianya tempat-tempat untuk parkir, terdapatnya sarana
rekreasi dan sarana olahraga, penataan perumahan dan ruang luar melalui
hasil perencanaan, penentuan wilayah teratur, pembangunan secara vertikal
keatas, bangunan padat, penduduk padat, penentuan wilayah teratur.
Masyarakat kota merupakan yang tinggal di daerah dekat dengan
pusat pemerintahan, untuk daerah Yogyakarta, berarti semakin dekat dengan
Kraton, maka berarti ia tinggal di kota. Ciri-ciri masyarakat perkotaan antara
lain; dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain,
pembagian kerja yang lebih tegas dan memiliki batas yang nyata,
kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak, dan perubahan
tampak lebih nyata karena kota biasanya lebih terbuka dalam menerima
pengaruh dari luar.
Menurut Landis (Ansy’ari, 1993), Desa merupakan wilayah yang
berpenduduk kurang dari 2500 jiwa dengan ciri-ciri pergaulan hidup yang
saling mengenal, mempunyai pertalian perasaan, cara penghidupannya
agraris terpengaruh alam dan iklim dan memiliki pekerjaan sambilan non
agraris. Sehingga remaja yang tinggal di desa ialah individu usia remaja yang
tinggal diwilayah yang berpenduduk kurang dari 2500 jiwa dengan ciri-ciri
pergaulan hidup yang saling mengenal, mempunyai pertalian perasaan, cara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
penghidupannya agraris terpengaruh alam dan iklim dan memiliki pekerjaan
sambilan non agraris
Ciri-ciri desa adalah sebagai berikut; mempunyai pergaulan hidup
yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa, ada pertalian perasaan yang
sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan, cara berusaha (ekonomi) adalah
agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim,
keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris
adalah bersifat sambilan.
Masyarakat desa adalah masyarakat yang tinggal jauh dengan pusat
pemerintahan, untuk daerah Yogyakarta, berarti semakin jauh dengan Kraton,
maka berarti ia tinggal di desa. Masyarakat desa memiliki ciri-ciri; lebih
cenderung saling tolong menolong, memiliki pekerjaan sebagai petani,
fasilitas masih sulit ditemukan, warganya masih sulit untuk menerima hal
baru
atau
mereka
tertutup
dengan
hal-hal
yang
baru.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
G.
PERBEDAAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL ANTARA
REMAJA YANG TINGGAL DI KOTA DAN DI DESA
Ketersediaan lembaga pendidikan berbeda antara wilayah yang satu
dengan yang lain. Di wilayah kota, ketersediaan lembaga pendidikan lebih
banyak dan lebih berkualitas dari pada di desa. Hal ini berakibat pada individu
usia anak-anak hingga remaja yang tinggal di kota memiliki lebih banyak
kesempatan untuk menempuh pendidikan yang semestinya. Berbeda dengan
individu usia anak-anak hingga remaja yang tinggal didesa, karena
ketersediaan lembaga pendidikan yang terbatas, maka tidak mengherankan
juga sebagian dari mereka tidak mampu menempuh pendidikan yang
semestinya hingga harus putus sekolah. Seperti yang kita ketahui, bahwa
tingkat pendidikan mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, karena
pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
tidak boleh dilakukan diperoleh dari lembaga pendidikan dimana kita belajar.
Hal ini juga berlaku pada sikap individu terhadap perilaku seksual.
Pemahaman baik buruknya perilaku seksual yang dilakukan sebelum menikah
dapat diberikan melalui pendidikan yang diterimanya. Bahkan Dewi (2009)
yang meneliti mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA
Negeri 1 Baturraden dan SMA Negeri 1 Purwokerto, menemukan bahwa
jumlah remaja SMA Negeri 1 Purwekerto yang melakukan perilaku seksual
seksual pranikah lebih sedikit dibandingkan dengan SMA Negeri 1
Baturraden. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya pemberian informasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
tentang kesehatan reproduksi remaja saat awal masuk sekolah di SMA Negeri
1 Purwokerto.
Selain itu, ketika remaja dapat menempuh pendidikan yang
semestinya, ia memiliki wadah untuk mengeksplorasi bakat dan kemampuan
yang dimilikinya, sehingga semua dorongan-dorongan yang ada di dalam
dirinya, termasuk dorongan seksual yang sedang menggebu di usia remaja
tersalurkan melalui lembaga pendidikan. Kegiatan remaja dalam mengisi
waktu luang berpengaruh terhadap perilaku seksual (Dewi, 2009), misalnya
melalui kegiatan ekstrakulikuler. Dengan tidak ada waktu lagi untuk
melakukan hal-hal yang mungkin tidak berguna atau berakibat pada buruknya
masa depannya kelak, maka tenaga dan pikiran mereka hanya akan habis
untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif. Hal ini juga berlaku untuk sikap
mereka terhadap perilaku seksual, ketika waktu dan tenaga mereka disalurkan
untuk belajar dan kegiatan ekstrakulikuler, maka akan berpengaruh pada sikap
mereka, khususnya terhadap perilaku seksual.
Di era yang semakin modern ini, lembaga pendidikan juga tidak hanya
bertugas untuk memberikan ilmu pengetahuan lewat pelajaran sekolah saja.
Lembaga pendidikan juga dituntut untuk memberikan pengetahuan moral.
Moralitas inilah yang nantinya juga akan berpengaruh pada sikap seseorang.
Selain itu, saat ini lembaga pendidikan dituntut untuk update mengenai issueissue yang berkembang di dunia anak dan remaja. Lembaga pendidikan yang
ada di kota pastinya lebih mudah mengakses issue-issue tersebut sehingga
dapat memberikan pengarahan yang baik pada anak didiknya. Sementara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
untuk lembaga pendidikan yang berada di desa lebih sulit karena keterbatasan
media untuk mengakses informasi terbaru sehingga tenaga pendidik mereka
pun tidak bisa membagi informasi-informasi terbaru kepada anak didik dan
dapat berakibat pada anak dan remaja desa mencari sendiri informasiinformasi yang ingin mereka ketahui, misalnya mengenai perilaku seksual.
Dan ketika mereka mencari sendiri tanpa ada pengarahan dapat berakibat pada
munculnya suatu bentuk dukungan terhadap perilaku seksual pranikah karena
menganggap hal tersebut sudah lumrah dilakukan di era yang semakin modern
seperti sekarang ini.
Sebagian besar orangtua mungkin mengalami kesulitan dalam
menjawab pertanyaan anak-anaknya yang berkaitan dengan seks, sehingga
pertanyaan tersebut cenderung dialihkan ke hal-hal yang kurang rasional
sehingga remaja semakin gencar mengejar pertanyaan yang lebih rumit.
Seiring dengan berkembangnya remaja baik secara fisik, psikis, maupun
sosial, remaja berusaha mencari dan mencoba serta ingin diakui jati dirinya
(Davidson & Neale, 1990). Apabila pada masa tersebut kurang atau bahkan
tidak mendapatkan arahan dari orangtuanya, maka dikhawatirkan terjadi
perilaku mencoba dan meniru yang tidak sesuai dengan aturan masyarakat,
apalagi mengingat bahwa keluarga adalah tempat dimana anak menghabiskan
waktu
Perubahan – perubahan perilaku pada remaja sebenarnya dapat
dimaklumi bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari
identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan
menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja desa
berusaha untuk mengikuti berbagai atribut perilaku maupun gaya hidup yang
sedang trend.
Di era globalisasi sekarang ini, memungkinkan para remaja dengan
mudah mendapatkan sajian tontonan, bacaan dan lain sebagainya mengenai
seks. Informasi tentang seks di kalangan remaja yang diperoleh dari sumbersumber tersebut ada yang tidak sesuai dengan budaya atau norma ketimuran
yang berlaku di Indonesia. Menurut Wimpie Pangkahila, 1997, sejak lebih
dari satu dekade ini telah terjadi perubahan pandangan dan perilaku seks di
kalangan remaja yang ditunjukkan dengan hasil penelitian adanya perubahan
tersebut. Pola pergaulan menjadi semakin bebas yang didukung oleh fasilitas,
aktivitas seksual mudah dilakukan, bahkan mudah berlanjut ke hubungan
seksual. Hal ini semakin dibuktikan dengan kebanyakan para pelaku seks
pranikah melakukan hubungan seks dengan pasangan di rumah dengan
pengawasan ketat dari orangtua (Prawestri, 2012)
Ironisnya, disisi lain masyarakat khususnya masyarakat desa belum
bisa menerima pembicaraan masalah seks secara terang-terangan dalam
kalangan remaja, para remaja tersebut masih terbatas bisik-bisik antara teman,
membaca buku, maupun menonton film porno karena menganggap masih
tabu. Hal ini diperparah dengan fasilitas lembaga pendidikan yang kurang
sehingga para remaja tersebut mendapatkan informasi mengenai seks bukan
dari sumber yang tepat dan bertanggungjawab.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
Tuntutan dan fasilitas yang tersedia di lingkungan masyarakat saat ini
membuat para remaja beranggapan bahwa perilaku seks pranikah sudah
merupakan tren di kalangan remaja dimana situasi tempat tinggal memberikan
kebebasan didukung dengan pergaulan teman yang berkontribusi besar dalam
perilaku seks pranikah (Pawestri, 2012). Walaupun remaja telah mencapai
tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya
sendiri, namun pada kenyataannya tindakan dan perilaku mereka banyak
dipengaruhi oleh tekanan teman sebaya (Conger, 1991).
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut (Berkowitz, 1972, dalam Azwar, 2005)
Skema I
Perbedaan Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual antara yang Tinggal di Desa
dan di Kota
Daerah Tempat Tinggal Remaja
Kota
-
Desa
Pendidikan
Fasilitas
pendidikan
Pendidikan seksual
bervariasi,
diajarkan
di
sekolah
-
Pola Asuh Orangtua
Pendidikan
Fasilitas pendidikan terbatas,
Pendidikan
seksual
kurang/
tidak diajarkan di sekolah
-
Pola Asuh Orangtua
Orangtua beranggapan pendidikan
Orangtua
beranggapan
seksual bukan hal yang tabu
pendidikan seksual merupakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
hal tabu
Keingintahuan mengenai seksual
Keingintahuan mengenai seksual
terarah dan ada pembimbing
tidak terarah dan tidak ada yang
membimbing
Kurang mendukung perilaku seksual
Lebih mendukung perilaku seksual
H. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini ialah: Ada perbedaan sikap yang
signifikan terhadap perilaku seksual antara remaja desa dan remaja kota.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini ialah penelitian komparatif, yaitu penelitian
yang berbentuk perbandingan dari dua sampel atau lebih ( Suryabrata,
2002). Penelitian bertujuan untuk melihat perbedaan sikap antararemaja
desa dan kota terhadap perilaku seksual.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sikap remaja
terhadap perilaku seksual.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal
didesa dan remaja yang tinggal dikota.
C. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dari variabel dalam penelitian ini ialah :
1. Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual
Sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah adalah
suatu bentuk evaluasi baik mendukung atau memihak (favorable)
maupun tidak memihak (unfavorable) terhadap segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual dalam bentuk bersentuhan,
berciuman,
bercumbu,
maupun
36
berhubungan
kelamin
dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
dilakukan di luar ikatan pernikahan yang resmi menurut hukum
dan agama.
Skala sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah
disusun berdasarkan struktur sikap Azwar (2005) dan perilaku
seksual menurut Kinsey et al (1965). Struktur sikap menurut azwar
terdiri dari afektif, kognitif, dan konatif. Sementara perilaku
seksual menurut Kinsey et al (1965) terdiri dari bersentuhan,
berciuman, petting, dan sexual intercourse.
Skala sikap tersebut akan diukur dengan menggunakan
model Summated Rating Methode. Skor total yang diperoleh
subjek dari hasil skala akan menunjukkan sikap subjek terhadap
perilaku seksual. Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala
akan menunjukkan bahwa sikap subjek semakin mendukung
perilaku seksual pranikah, sebaliknya semakin rendah skor total
yang diperoleh skala akan menunjukkan bahwa sikap subjek
semakin tidak mendukung perilaku seksual pranikah.
2. Subjek Remaja Bertempat Tinggal Di Desa dan Di Kota
a. Remaja yang tinggal di kota
Remaja yang tinggal di kota ialah individu usia 12
hingga 21 tahun yang tinggal dipemukiman yang relatif
besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang
heterogen kedudukan sosialnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
b. Remaja yang tinggal di desa
Remaja yang tinggal di desa ialah individu usia usia
12 hingga 21 tahun yang tinggal diwilayah yang
berpenduduk kurang dari 2500 jiwa dengan ciri-ciri
pergaulan hidup yang saling mengenal, mempunyai
pertalian
perasaan,
cara
penghidupannya
agraris
terpengaruh alam dan iklim dan memiliki pekerjaan
sambilan non agraris.
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ialahindividu berusia 15 hingga19 tahun, sedang
menempuh pendidikan formal, bertempat tinggal di daerah perkotaan
(dekat dengan pusat pemerintahan atau kraton jogjakarta) dan yang
bertempat tinggal di desa (jauh dari pusat pemerintahan atau kraton
jogjakarta).Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling. Metode purposive sampling ialah metode sampling yang
dilakukan dengan cara memilih sekelompok subjek berdasarkan atas ciriciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan erat
dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya
(Hadi, 2004).
Kriteria subjek untuk penelitian ini antara lain remaja laki-laki dan
perempuan, berusia antara 15 sampai 19 tahun dan tidak terikat hubungan
pernikahan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
kuantitatif.Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
skala.Skala yang digunakan adalah skala gambaran perilaku seksual, dan
mengacu pada metode summated rating atau lebih dikenal dengan skala
Likert.
Tabel 1
Kisi-Kisi Sebaran Item Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual
(untuk Uji Coba)
Kognitif
Variable
Touching
Kissing
Afektif
Konatif
Favourab
Unfavoura
Favourab
Unfavoura
Favourab
Unfavour
le
ble
le
ble
le
able
39, 42
27
50
8
36, 48
16
2, 19
22, 49
11, 33
57
4, 24
9, 13
51
12, 35
7, 52
46
Sexual
6, 10,
17, 21,
29, 31,
5, 20,
3, 14,
Intercour
18, 25,
30, 32,
37, 45,
28, 47,
38, 41,
se
58
34, 44
53, 59
56
43, 60
Petting
1, 15,
23, 26,
40, 54,
55
Skala sikap akan diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk menguji validitas dan reliabilitas yang ada.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
Skala sikap terdiri dari 60 item yang terbagi dalam 2 bentuk
pernyataan,
yaitu
favourable
dan
unfavourable.Item
favourable
merupakan item yang mendukung perilaku seksual pranikah, dan item
unfavourable merupakan item yang tidak mendukung perilaku seksual
pranikah.Penilaian setiap skala diberikan berdasarkan kategori 4 jawaban.
Masing-masing item favourable akan diberi skor 4 untuk jawaban SS
(sangat sering), 3 untuk jawaban S (sering), 2 untuk jawaban J (jarang),
dan 1 untuk jawaban TP (tidak pernah). Sebaliknya untuk item
unfavourable digunakan penilaian skor 1 untuk untuk jawaban SS (sangat
sering), 2 untuk jawaban S (sering), 3 untuk jawaban J (jarang), dan 4
untuk jawaban TP (tidak pernah).
1. Validitas Alat Ukur
Validitas seringkali dikonsepkan sebagai sejauhmana tes
mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur (Azwar,
2003).Suatu alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas yang
tinggi apabila alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar,
2001).Pada penelitian ini, pengukuran validitas alat tes dilakukan
dengan menggunakan metode validitas isi, yaitu validitas yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional
atau professional judgement (Azwar, 2003).
Validitas isi yang dilakukan oleh peneliti ialah melalui
professional judgement, yaitu mengkonsultasikan setiap item
dengan orang yang ahli dan dipandang lebih memahami tentang
hal yang diukur, dalam hal ini melalui dosen pembimbing. Peneliti
membuat sendiri item-item untuk skala sikap ini dengan
menggunakan teori sikap dan teori mengenai perilaku seksual
kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan dengan menggunakan koefisien
korelasi item total yang menghasilkan indeks daya beda item. Daya
beda item yaitu kemampuan item dalam membedakan antara
subjek yang memiliki atribut dan yang tidak memiliki atribut yang
diukur. Cara penghitungannya yaitu dengan cara mengkorelasikan
antara skor subjek pada item yang bersangkutan dengan skor total
tes. Semakin tinggi korelasinya maka semakin tinggi daya beda
itemnya (Azwar, 2001).
Pemilihan item dalam penelitian ini dilakukan terhadap
item-item yang memiliki nilai rix ≤ 0,3. Ada 22 item yang
memilikinilai rix ≤ 0,3, yaitu :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
Tabel 2
Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku
Seksual
Kognitif
Variable
Favourable
Touching
Kissing
Petting
Sexual
Intercourse
Unfavourable
39, 42
Afektif
Favourable
Unfavourable
27
Konatif
Favourable
Unfavourable
50
8
36, 48
16
2, 19
22, 49
11, 33
57
4, 24
9, 13
51
12, 35
7, 52
46
6, 10,
17, 21,
29, 31,
1, 15, 23,
5, 20,
18, 25,
30, 32,
37, 45,
26, 40,
28, 47,
58
34, 44
53, 59
54, 55
56
Note : Item yang X adalah item yang gugur.
Jadi item-item yang akan digunakan untuk penelitian ini ialah :
3, 14, 38,
41, 43, 60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Tabel 3
Distribusi Item Sahih Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual
Kognitif
Afektif
Konatif
Variable
Fav
Unfave
Fav
Unfav
Fav
Unfav
TOTAL
37
4
5
Touching
29, 30
19
Kissing
9
27, 35
10
13
16, 36
7, 25
42
1, 18
5
38
8
3, 39
33
2, 6,
9, 11, 15,
21, 23, 28,
Petting
Sexual
8
14, 20,
17, 40
Intercourse
12
22, 24, 26
32, 43
TOTAL
9
8
8
22
31, 44
34, 41
5
9
5
3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas
merupakan
keterpercayaan,
keterandalan,
keajegan, kestabilan, dan konsistensi hasil ukur. Suatu hasil ukur
dapat
dipercaya
apabila
dalam
beberapakali
pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama menghasilkan
angka yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri
subjek memang belum berubah (Azwar, 2001).
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang
memiliki retang angka 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas yaitu mendekati angka 1,00 berarti semakin
tinggi reliabilitas alat ukur tersebut. Sebaliknya, jika angka
reliabilitas mendekati angka 0,00 berarti semakin rendah
reliabilitasnya.
G. Uji Asumsi
Sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian, penulis terlebih
dahulu melakukan uji asumsi terhadap data dalam penelitian ini. Uji
asumsi yang dilakukan ialah uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran
variable bebas dan variable tergantung bersifat normal atau tidak.
Untuk
membuktikannya,
maka
digunakan
uji
One-Sample
KolmogrovSmirnov. Suatu data dikatakan terdistribusi secara
normal
jika
nilai
probabilitas
(p)
uji
One-Sample
KolmogrovSmirnov> 0,05 dan sebaliknya jika nilai probabilitas (p)
uji One-Sample KolmogrovSmirnov < 0,05 maka data tersebut
tidak terdistribusi secara normal (Santoso, 2000)
2. Uji Homogenitas
Uji
homogenitas
ialah
uji
yang
digunakan
untuk
mengetahui apakah variasi dari sampel yang akan diuji tersebut
sama (Hadi, 2004). Suatu data dinyatakan memiliki variasi yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
sama jika nilai probabilitas (p) uji homogenitas > 0,05. Namun jika
nilai probabilitas (p) uji homogenitas < 0,05 maka variasi data
yang didapat dinyatakan tidak memiliki variasi yang sama.
H. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif berdasarkan
jawaban subjek yang diperoleh dari skala sikap. Uji asumsi yang dipakai
ialah uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah uji asumsi dilakukan,
maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan uji-t. Alasannya ialah karena penelitian ini hanya
melihat perbedaan sikap remaja terhadap perilaku seksual antara remaja
yang tinggal di desa dengan yang tinggal di kota. Uji-t merupakan suatu
cara untuk membandingkan dua kelompok subjek dengan mencari
perbedaan mean antara sifat atau keadaan tingkah laku kedua kelompok
tersebut (Hadi, 2004). Metode yang digunakan untuk menganalisis uji-t
adalah dengan menggunakan program uji independent sample t-testdari
SPSS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian diawali dengan proses tryout skala yang dilakukan mulai
tanggal 10 Oktober 2014 sampai 12 November 2014. Setelah data tryout
terkumpul sebanysk 60 skala, peneliti mulai melakukan analisis untuk
menentukan item-item mana saja yang sahih dan dapat dimasukkan dalam
skala penelitian.
Penelitian sendiri dilakukan pada tanggal 27 Januari 2015 hingga 7
Februari 2015. Skala disebar dengan cara peneliti langsung memberikan
skala kepada remaja yang sudah dikenal oleh peneliti dan menitipkan skala
ke kerabat peneliti yang berusia remaja untuk diisi oleh teman-temannya,
sehingga peneliti tidak bisa mengawasi secara langsung pengisian skala
tersebut.
Peneliti mempersiapkan 100 skala untuk diisi, namun hanya kembali
ke peneliti sebanyak 83 skala. Namun dari 83 skala yang sudah terisi
tersebut, peneiliti hanya bisa menganalisis 72 skala karena ada 6skala yang
itemnya tidak terjawab semua dan 5 skala yang tidak terisi data tempat
tinggal subjek.
46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Tabel 4
Tabel Deskripsi Subjek Penelitian
V a r i a b e l D e s a
K o t a
Jumlah
L a k i - l a k i 26 orang
13 orang
39 orang
Perempuan
15 orang
18 orang
33 orang
U m u r 1 5 t a h u n 12 orang
3 orang
15 orang
1 6 t a h u n 10 orang
2 orang
12 orang
1 7 t a h u n 14 orang
16 orang
30 orang
1 8 t a h u n 5 orang
10 orang
15 orang
Jenis kelamin
Subjek penelitian ini berjumlah 72 orang, yang terdiri dari 33
perempuan dan 39 laki-laki. Usia subjek berkisar antara 15-18 tahun. Usia
subjek 15 tahun berjumlah 15 orang, dari desa sebanyak 12 orang
sedangkan dari kota sebanyak 3 orang. Usia subjek 16 tahun berjumlah 12
orang, sebanyak 10 orang berasal dari desa dan selebihnya 2 orang dari
kota. Rentang usia 17 tahun berjumlah paling banyak yaitu 30 orang,
sebanyak 14 orang dari desa dan 16 orang dari kota. Usia paling tua 18
tahun dengan jumlah 15 orang yang terdiri 5 orang dari desa dan 10 orang
lainnya dari kota. Dari 33 orang perempuan tersebut, 15 orang diantaranya
bertempat tinggal di desa dan sisanya sebanyak 18 orang bertempat tinggal
di kota. Sedangkan dari 39 orang laki-laki yang menjadi subjek penelitian,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
26 orang bertempat tinggal di desa dan 13 orang sisanya bertempat tinggal
di kota. Tempat tinggal subjek di desa diantaranya ialah Bantul, Mlati,
Tempel, Piyungan, Minggir, Banguntapan, Samigaluh, Kenteng, Pleret,
Sewon, Godean, Ngemplak, Tamanmartani, Berbah, Ngaglik, Secang, dan
Prambanan. Sementara subjek yang bertempat tinggal di kota tempat
tinggalnya antara lain di Prawirodirjan, Taman, Gowongan, Umbulharjo,
Gedongtengen, Sutopadan, Wirobrajan, Jetis, Tegalrejo, Kuncen, Gejayan.
C.
DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diolah menggunakan program
SPSS, diperoleh deskripsi statistik yang dapat dilihat pada tabel dibawah,
Tabel 5
Tabel Deskripsi Data Subjek Penelitian
Mean Teoritik
110
Sig (2-tailed)
Mean Empirik
-
Remaja Desa
99,46
0,000
-
Remaja Kota
78,45
0,000
Berdasar data diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor remaja kota ialah
78,4516. Sedangkan rata-rata skor subjek remaja desa adalah 99,4634.
Sedangkan mean teoritik yang didapat ialah 110. Standar deviasi yang diperoleh
dari skor remaja kota sebesar 16,66448 sedangkan remaja desa sebesar 21,73605.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
1. UJI ASUMSI
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan
bersalah dari kelompok distribusi normal. Hasil uji normalitas diperlihatkan
pada table berikut,
Tabel 6
Hasil Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Remaja Kota
N
RemajaDesa
31
41
78.4516
99.4634
21.73605
16.66448
Absolute
.149
.070
Positive
.149
.070
Negative
-.103
-.049
Test Statistic
.149
.070
Asymp. Sig. (2-tailed)
.077c
.200c,d
Normal
Parametersa,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dapat dilihat bahwa hasil test statistic
Remaja Kota sebesar 0,149 sementara remaja desa sebesar 0,070. Kedua
hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p lebih dari 0,05 sehingga dapat
disimpulakn bahwa distribusi skor sikap remaja terhadap perilaku seksual
berdistribusi normal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama.
Berdasarkan uji homogenitas, diperoleh p = 0,263. Kedua varian populasi
dikatakan homogen apabila p > 0,05, maka dari hasil yang diperoleh
menunjukan bahwa varian populasi homogen.
2. UJI HIPOTESIS
Uji t digunakan untuk mengetahui bagaimana perbedaan sikap
remaja terhadap perilaku seksual antara remaja desa dengan remaja kota.
Uji t dalam penelitian ini menggunakan uji one sample t-test dengan
teknik komputerisasi SPSS. Hasilnya dapat dilihat melalui tabel berikut,
Tabel 7
Hasil Uji Hipotesis dengan Independent Sample Test
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
F
Nilai
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
1.275
Sig.
.263
t-test for Equality of Means
t
df
-
4.645
4.478
Std.
95% Confidence
Mean
Error
Interval of the
Sig. (2-
Differenc
Differenc
Difference
tailed)
e
e
70
.000
54.515
.000
21.01180
21.01180
4.52323
4.69189
Lower
Upper
-
30.03311
30.41643
-11.99050
-11.60717
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai p=
0.000 < 0.05 baik remaja desa maupun remaja kota. Hal ini menunjukkan
bahwa memang ada perbedaan sikap yang signifikan antara remaja kota
dan remaja desa.
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dilihat bahwa nilai p= 0.000 <
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa memang ada perbedaan sikap terhadap
perilaku seksual yang signifikan antara remaja kota dan remaja desa. Namun
jika dilihat dari mean teoritik yang diperoleh sebesar 110, sementara mean
skor remaja desa 99,4634 dan mean remaja desa sebesar 78, 4516,
disimpulkan bahwa remaja desa maupun kota tidak mendukung perilaku
seksual pranikah namun remaja kota lebih tidak mendukungperilaku seksual
pranikah dibandingkan dengan remaja desa.
Salah satu ciri masyarakat pedesaan ialah masih menjunjung tinggi
adat ketimuran (Ansy’ari, 1993), sehingga sebagian besar masyarakat desa
masih menganggap perilaku seksual merupakan hal tabu. Masyarakat desa
masih menganggap pembicaraan mengenai seks merupakan hal yang tabu,
sehingga para remaja membicarakan seks masih terbatas bisik-bisik antara
teman, membaca buku, maupun menonton film secara sembunyi-sembunyi
tanpa adanya bimbingan dari keluarga khususnya orang tua yang memiliki
kewajiban untuk mendidik moral anak-anak mereka karena pola asuh
memiliki pengaruh yang amat besar dalam membentuk kepribadian anak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
(Taganing, 2008 dalam Hidayat 2013). Hal tersebut diperparah dengan
kurangnya fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh daerah desa, sehingga
kesempatan mereka untuk mengenyam pendidikan khususnya pendidikan
seksual di tingkat sekolah yang lebih tinggi terhalang dengan kurangnya
fasilitas pendidikan.
Berbeda dengan remaja kota, mereka tetap saja seperti remaja
kebanyakan yang selalu ingin tahu dan ingin diakui eksistensinya
dilingkungan
pergaulan
mereka.
Namun
perbedaannya
ialah
pada
keterbukaan lingkungan masyarakat mereka khususnya keluarga yang selalu
bisa menjadi tempat untuk berbicara dan bertanya mengenai seksual.Menurut
Taganing (2008) dalam hidayat (2013), pola asuh juga memiliki pengaruh
yang amat besar dalam membentuk kepribadian anak. Hasil penelitian Dwi
(2014) menunjukkan bahwa kemungkinan remaja dengan ibu yang
menerapkan pola asuh demokrasi melakukan perilaku seksual hanya sebesar
12,26%, sedangkan kemungkinan remaja dengan ibu yang menerapkan pola
asuh otoriter dan permissif melakukan perilaku seksual sebesar 99,98%. Pada
remaja kota, hal tersebut juga didukung dengantingkat pendidikan yang telah
mereka jalani. Fasilitas pendidikan yang mereka miliki juga baik, sehingga
segala rasa ingin tahu mereka dapat tertampung di lingkungan keluarga dan
pendidikan tersebut. Selain itu, remaja kota dapat lebih mudah mendapatkan
pendidikan seksualitas yang lebih berkualitas. Kebanyakan dari mereka pun
sudah sangat sadar akan pentingnya pendidikan sehingga mereka juga
mendapat pendidikan seksualitas yang mumpuni. Terbukti dengan hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
penelitian yang dilakukan Dewi (2009) dimana jumlah remaja yang
melakukan perilaku seksual lebih sedikit dikarenakan adanya pemberian
informasi tentang kesehatan reproduksi remaja saat awal masuk sekolah.
Proses pendidikan inilah yang nantinya dapat mempengaruhi pembentukan
sikap
seseorang,
apakah
akan
mendukung
atau
menolak,
karena
pendidikanlah yang akan mengajarkan pemahaman mengenai baik buruknya
sikap seseorang terhadap perilaku tertentu.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melihatkan teman sebaya
dibanding orangtua. Dibanding masa kanak-kanak, remaja lebih banyak
melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakulikuler,
dan bermain dengan teman (Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada
masa remaja, peran kelompok teman sebaya adalah besar. Menurut Gunarsa
(1991), salah satu faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada
remaja ialah peluang atau kesempatan waktu. Dengan adanya waktu luang
yang tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan lebih mudah menimbulkan
adanya pergaulan bebas, dalam arti remaja lebih mementingkan hidup
bersenang-senang, bermalas-malas ataupun berkumpul sampai larut malam
bersama
dengan
teman-teman
sebayanya.
Papalia
&
Olds
(2001)
mengungkapkan bahwa kelompok teman sebaya merupakan referensi utama
bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup.
Sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah bisa menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja
(Rejeki, Sri, 2010). Banyak hal yang dapat mempengaruhi sikap seseorang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
terhadap perilaku seksual, salah satunya ialah lembaga pendidikan dan orang
lain yang dianggap penting, misalnya orangtuadan teman sebaya. Pemahaman
baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari keluarga dan pusat keagamaan
serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama yang diperoleh dari
lembaga pendidikan dan keluarga sangat menentukan sistem kepercayaan
maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut
ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal. Dalam
hal ini lembaga pendidikan yang dimaksud ialah tempat dimana remaja
tersebut menuntut ilmu. Harus diakui, meskipun di Indonesia sudah
dicanangkan sistem pendidikan dasar 9 tahun dan sudah banyak sekolahsekolah yang didirikan di pelosok daerah namun pada kenyataannya
pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat merata dinikmati oleh
seluruh anak Indonesia. Di kota-kota besar, kabupaten atau kecamatan
memang kesempatan memperoleh pendidikan sangatlah luas. Namun di
tingkat desa terutama di daerah pinggiran, masih banyak dijumpai anak-anak
dan remaja yang tidak bersekolah. Umumnya mereka sempat mengenyam
pendidikan dasar tetapi setelah tamat kebanyakan dari mereka diminta untuk
bekerja membantu orangtuanya (Monks dkk, 1985).
Saat ini, lembaga pendidikan tidak hanya bertugas memberikan ilmu
pengetahuan lewat pelajaran di sekolah saja, melainkan juga dituntut untuk
memberikan pengetahuan moral, seperti yang juga orang tua dan keluarga
lakukan dalan pemberian pengetahuan moral terutama pendidikan tentang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
seksualitas.Moralitas inilah yang nantinya juga akan berpengaruh pada sikap
seseorang. Selain itu, saat ini lembaga pendidikan dituntut untuk update
mengenai issue-issue yang berkembang di dunia anak dan remaja. Lembaga
pendidikan yang ada di kota pastinya lebih mudah mengakses issue-issue
tersebut sehingga dapat memberikan pengarahan yang baik pada anak
didiknya. Sementara untuk lembaga pendidikan yang berada di desa lebih sulit
karena keterbatasan media untuk mengakses informasi terbaru sehingga
tenaga pendidik mereka pun tidak bisa membagi informasi-informasi terbaru
kepada anak didik dan dapat berakibat pada anak dan remaja desa mencari
sendiri informasi-informasi yang ingin mereka ketahui, misalnya mengenai
perilaku seksual. Dan ketika mereka mencari sendiri tanpa ada pengarahan
terbukti dengan adanya hasil penelitian ini muncul suatu bentuk dukungan
terhadap perilaku seksual pranikah di kalangan remaja khususnya remaja desa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa memang ada perbedaan sikap
yang signifikan antara remaja kota dan remaja desa., dimana walaupun
baik remaja desa maupun kota tidak mendukung perilaku seksual, namun
remaja desa lebih mendukung jika dibandingkan dengan remaja kota
B. SARAN
Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya dapat lebih mengontrol
faktor-faktor
yang
mempengaruhisikap,
misalnya
melalui
tingkat
pendidikan, pengaruh media soasial, pengaruh orang terdekat, tingkat
social ekonomi, dll sehingga dalam pembahasan bisa dibahas dan dikaji
lebih mendalam.
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati (2006).Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.
Ahmadi, H.A.(1999).Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2007). Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya : Edisi ke 2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan validitas (ed Ke-3). Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
Azwar, S. (2003). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Ansy’ari, S.I. (1993). Sosiologi Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional
Armyati, Dwi, dkk. (2014). Pengaruh Pola Asuh Orangtua dan Konformitas
Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual pada Remaja di Desa
Bangunrejo,
Kecamatan
Tanjung
Morawa,
Deli
Serdang.Jurnal.usu.ac.id.
Diunduh
jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/download/7614/4327
Conger, J.J. (1991).Adolescence & Youth (4thed). New York: Harper Collins
Davidson, G. C. & Neale, J. M. (1990).Abnormal Pschology. New York: John
Willey and Sons
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda
Dewi, Eka. (2009). Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan terhadap
Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di SMA Negeri 1 Baturraden
dan SMA Negeri 1 Purwokerto. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro
Dianawati, Ajen. (2006). Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka
Ernaningsih. (2012, 6 November). Pengaruh Seks Bebas Terhadap Kesehatan
Reproduksi.
Wordpress.com.
Diunduh
http://dwinovitaernaningsih.wordpress.com/2011/07/02 /pengaruhseks-bebas-terhadap-kesehatan-reproduksi-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Gunarsa, S.D, Gunarsa, Y.S.D. (1991).Psikologi untuk Membimbing. Jogjakarta
:BPK Gunung Mulia
Hadi, S. (2004). Metodologi research :untuk penulisan laporan, skripsi, thesis,
dan disertasi. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Hastuti, dkk. (2013). Kajian Karakteristik Remaja Desa-Kota, Sekolah serta
Keluarga untuk mengatasi Perilaku Anti-Sosial Remaja SMK di Kota
dan
Kabupaten
Bogor.Repository.ipb.com.
Diunduh
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/72753
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. (2005).Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
SepanjangRentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ihsan, Muhammad. (2013, 21 November). Lima dari 100 SLTA di DKI
Berhubungan Seks Sebelum Menikah.Lautanindonesia.com. Diunduh
http://www.lautanindonesia.com/forum/index.php/topic,6587.0.html.
Johara.
(2012, 6 November).
poskotanews.com.
20,9%
ABG
Hamil
Di
Luar
Nikah.
Diunduh
http://www.poskotanews.com/2012/05/27/209-persen-abg-hamil-diluar-nikah/
Gunarsa, Singgih. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia
Kartika, N. F. (2008). Konseling Sebaya untuk Meningkatkan Efikasi Diri
Remaja terhadap Perilaku Beresiko. Laporan Penelitian. Yogyakarta :
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Kinsey, 1965, Journal of Sex Research: The article reviews the book, New
York:Oxford University Press.
Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
Mar’at. (1982). Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya.Jakarta : Ghalia
Pangkahila, Wimpie. (2005). Seks yang Indah. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Papalia, D.E., Olds, S.W., & Fieldman, Ruth D. (2001).Human Development
(8thed). Boston : Ally & Bacon
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
Puspitadesi, dkk. (2010). Hubungan Anatara Figur Kelekatan Orangtua dan
Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri 11
Yogyakarta. Laporan Penelitian. Solo : Universitas Sebelas Maret
Sakti, H. Kusuma, GTB. (2006).Antara Dua Sisi. Jogjakarta : Sahabat Setia.
Santrock, John W.(2007) . Remaja, Edisi kesebelas. Jakarta : Erlangga.
Sarwono, Sarlito, W.(1994).Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sarwono, Sarlito, W. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sarwono, Sarlito, W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sarwono, Sarlito W.(2010) . Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sarwono, Sarlito W.(2011) . Psikologi Remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Singarimbun & Effendi. (2008). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Suryoputro A, Nicholas J.F., Zahroh S, (2006). Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya
Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi.
Makara Kesehatan, Vol.10, Nomor 1,29-40.
Rejeki. (2010). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Reproduksi
Dengan Perilaku Seks Pranikah di Konveksi Desa Jabung Kecamatan
Plupuh. Jurnal Kebidanan. Vol. II, Nomor 02. 12-21.
Tarwoto et al. (2010). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta
:Salemba Medika
Tukan, J.S. 1990. Etika Seksual Dan Perkawinan. Jakarta : Intermedia
Wong. (2009) Wong’s Essential of Pediatric Nursing. (Agus S., dkk,
Penerjemah). Jakarta: EGC
Wiwan, Koban, dkk. (2008). Remaja (Serial Online).
Rumahbelajarpsikologi.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=
1&id=101. Diakses pada tanggal 3 September 2015.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kisi-Kisi Sebaran Item Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku
Seksual
(untuk Uji Coba)
Kognitif
Variable
Touching
Kissing
Afektif
Konatif
Favourab
Unfavoura
Favourab
Unfavoura
Favourab
Unfavour
le
ble
le
ble
le
able
39, 42
27
50
8
36, 48
16
2, 19
22, 49
11, 33
57
4, 24
9, 13
51
12, 35
7, 52
46
Sexual
6, 10,
17, 21,
29, 31,
5, 20,
3, 14,
Intercour
18, 25,
30, 32,
37, 45,
28, 47,
38, 41,
se
58
34, 44
53, 59
56
43, 60
Petting
52
1, 15,
23, 26,
40, 54,
55
NO
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN
Saya merasa takut jika dorongan seksual saya muncul sebelum saya
menikah.
2
Saya merasa biasa saja jika melihat teman saya berciuman dengan pacarnya
3
Pendidikan moral yang diajarkan di sekolah membuat saya yakin bahwa
saya harus menyatakan perang terhadap hubungan intim sebelum menikah
53
ST
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Menurut saya, bercumbu dengan kekasih tidak masalah karena tidak
mungkin terjadi kehamilan
5
Seseorang yang organ seksualnya sudah berkembang seharusnya sudah
layak melakukan hubungan intim.
6
Saya pikir, seseorang yang melakukan hubungan seks dan tidak terjadi
kehamilan, tidak perlu mempertanggungjawabkan perbuatannya
7
8
9
10
11
12
Mendengar teman saya sudah pernah bercumbu (menyentuh area genital)
dengan pacarnya, saya ikut melakukannya.
Saya merasa senang jika diminta memeluk pacar saya
Saya tidak setuju bila ada teman yang manyatakan sayang dengan cara
bercumbu (menyentuh area genital).
Berhubungan seks tanpa ikatan pernikahan menurut saya tidak apa-apa
Saya ingin berciuman dengan pacar, walaupun itu dilarang
Saya merasa takut ketika menyentuh area genital meskipun dengan pacar
sendiri.
13
Saya tidak sependapat dengan teman, jika berhubungan intim
meningkatkan kenyamanan dalam pacaran
14
Cinta yang tulus kepada kekasih tidak perlu diwujudkan dalam bentuk
hubungan intim.
15
Saya kesal terhadap anggapan teman yang mengatakan bahwa tidak
berpelukan dengan pacar itu ketinggalan jaman.
16
Saya tidak setuju dengan anggapan bahwa cinta tanpa berciuman dengan
kekasih bagai sayur tanpa garam.
17
Anggapan bahwa seks dapat menimbulkan kesenangan yang tak
terbayangkan merupakan anggapan yang salah
18
Menurut saya, seks merupakan cara paling tepat untuk membuktikan rasa
cinta.
19
Saya percaya bahwa dengan berciuman dengan kekasih, remaja dapat
meningkatkan rasa percaya diri.
20
Jika teman saya pernah melakukan hubungan intim dengan kekasihnya dan
tidak pernah terjadi kehamilan, apa salahnya jika saya juga mencoba
21
Dorongan seksual yang muncul sebaiknya diarahkan pada bidang lain yang
lebih bermanfaat.
22
Saya bangga pada diri sendiri ketika mampu mengontrol diri untuk tidak
berciuman dengan kekasih mesti situasi memungkinkan
23
Saya yakin dengan berolahraga dapat mengalihkan perhatian terhadap
keinginan untuk melakukan hubungan intim.
24
Menurut saya, bercumbu (menyentuh area genital) dengan kekasih dapat
mengurangi kejenuhan dalam belajar.
25
Menurut saya, Jika kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya, masa hubungan seks dapat
dilakukan.
26
Saya benci dengan teman-teman yang merasa bangga karena sudah pernah
melakukan hubungan intim dengan tujuan untuk menambah pengalaman.
27
Menurut saya, berpegangan tangan dengan kekasih merupakan hal yang
biasa.
54
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
Jika tidak mengganggu prestasi belajar, maka bercumbu dengan kekasih
akan saya lakukan.
29
Saya salut dengan pasangan kekasih yang melakukan hubungan intim
sebelum menikah dengan alasan cinta.
30
Masih perawan sampai saatnya nanti menikah adalah sesuatu yang penting
bagi saya.
31
Saya senang dengan orang yang mempunyai pemikiran bahwa dengan
berhubungan intim dengan kekasih dapat mencegah kekasihnya direbut
oleh orang lain.
32
33
34
Keperjakaan sampai saatnya menikah merupakan hal penting bagi saya.
Saya akan mencium kekasih saya, walaupun dia tidak meminta.
Saya yakin bahwa jika melakukan hubungan intim sebelum menikah akan
beresiko tertular penyakit menular seksual.
35
Saya merasa ragu bahwa dengan melakukan petting akan meningkatkan
rasa percaya diri.
36
Saya setuju bahwa berciuman dengan kekasih merupakan bukti cinta yang
nyata.
37
Saya akan menyerahkan keperawanan atau keperjakaan saya bila saya
yakin bahwa pacar saya adalah pendamping terbaik untuk saya
38
39
40
41
42
43
Remaja yang melakukan seks bebas sudah selayaknya dikucilkan oleh
masyarakat
Bergandengan dengan pacar pada saat kencan sah-sah saja
Saya yakin bahwa remaja yang pernah melakukan hubungan intim sebelum
menikah akan mempunyai rasa bersalah seumur hidup.
Remaja yang ketahuan melakukan hubungan seks sebaiknya dikeluarkan
dari sekolah untuk menghindari peniruan perbuatan oleh temannya yang
lain
Berpelukan dengan pacar saat kencan sah-sah saja
Masyarakat perlu memperhatikan hubungan sepasang remaja supaya
hubungan intim diluar pernikahan tidak terjadi
44
Meskipun sepakat menanggung resiko, sebaiknya seks bebas tidak
dilakukan oleh sepasang kekasih yang belum menikah
45
Saya rasa, berpacaran tidak usah terlalu mempedulikan norma-norma yang
ada
46
Remaja yang suka bercumbu (menyentuh area genital) tidak selalu
bermoral jelek.
47
48
49
50
Berhubungan seks akan tetap saya lakukan meskipun dilarang oleh norma
dan agama
Berciuman dengan pacar saat kencan sah-sah saja
Saya merasa cemas jika pacar saya meminta untuk menciumnya.
Saya ingin sekali mengikuti saran teman untuk menggandeng pacar saat
jalan berdua.
51
Saya merasa senang sekali jika suatu saat nanti, pacar saya meminta untuk
bercumbu (menyentuh area genital).
52
Jika ada kesempatan untuk saya dan pacar untuk melakukan bercumbu
(menyentuh area genital), saya akan memanfaatkannya.
55
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
Saya merasa kesal dengan orang yang merasa berhak melarang orang lain
dalam melakukan hubungan intim.
54
Saya tidak suka berteman dengan orang yang selalu mempengaruhi saya
untuk berhubungan intim dengan pacar saya.
55
Saya merasa senang apabila bisa menjaga kepercayaan orangtua dan
masyarakat dengan tidak melakukan perbuatan amoral, seperti berpacaran
dengan melakukan hubungan intim
56
Walaupun Keluarga saya melarang seseorang berhubungan seks sebelum
menikah, saya tetap akan melakukannya
57
Walaupun jaman sekarang semakin banyak remaja yang berciuman dengan
pacar, saya tetap tidak akan melakukannya
58
Menurut pendapat saya, melakukan hubungan intim sekali saja, dapat
menyebabkan kehamilan.
59
Saya lebih senang berteman dengan orang-orang yang mendukung
pergaulan seks bebas
60
Hubungan seks yang dilakukan dengan siapapun sebelum menikah,
merupakan tindakan yang tidak dapat saya terima
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku
Seksual
Kognitif
Variable
Favourable
Touching
Kissing
Petting
Sexual
Intercourse
Unfavourable
39, 42
Afektif
Favourable
Unfavourable
27
Konatif
Favourable
Unfavourable
50
8
36, 48
16
2, 19
22, 49
11, 33
57
4, 24
9, 13
51
12, 35
7, 52
46
6, 10,
17, 21,
29, 31,
1, 15, 23,
5, 20,
18, 25,
30, 32,
37, 45,
26, 40,
28, 47,
58
34, 44
53, 59
54, 55
56
57
3, 14, 38,
41, 43, 60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dengan hormat,
Dalam rangka penelitian mengenai perilaku seksual remaja, maka kami mohon
kesediaan sdr/I untuk dapat mengisi kuisioner yang kami ajukan. Kami berharap
Sdr/I bersedia mengisinya sesuai dengan apa yang Sdr/I rasakan saat ini. Untuk
diketahui bahwa kuisioner ini hanyalah untuk kepentingan akademis dan ilmiah
saja. Setiap jawaban merupakan bantuan yang tidak ternilai besarnya bagi
penelitian kami. Hasil penelitian ini hanya digunakan bagi keperluan penulisan
ilmiah, oleh karena itu kami sangat berharap kejujuran dan kesungguhan Sdr/I
dalam mengisi kuisioner tersebut sehingga hasilnya dapat mencerminkan
keberadaan yang sebenarnya.
Kami sangat berterimakasih atas kerjasama dan bantuannya.
Petunjuk pengisian angket
1. Isilah identitas saudara dengan lengkap
2. Silakan membaca dan memahami pernyataan dalam angket ini. Pilihlah
salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri saudara dengan
memberikan tanda silang (X) atau centang (Ѵ) pada kolom SS (sangat
setuju) jika saudara sangat setuju, S (setuju) jika saudara setuju, TS (tidak
setuju) jika saudara tidak setuju, atau STS (sangat tidak setuju) jika
saudara sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Contoh :
NO
1
NO
1
PERNYATAAN
Agar selalu bugar, sebaiknya kita sarapan terlebih dahulu
sebelum memulai aktivitas
Atau
SS
PERNYATAAN
Agar selalu bugar, sebaiknya kita sarapan terlebih dahulu
sebelum memulai aktivitas
SS
S
TS
STS
S
TS
STS
X
Ѵ
3. Dalam memberikan jawaban, tidak ada jawaban salah, semua jawaban
benar dan dapat kami terima sepanjang sesuai dengan keadaan diri saudara
yang sebenarnya.
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Saudara diharapkan menjawab semua pernyataan yang ada, jangan sampai
ada yang terlewati
5. Sebelum angket ini dikembalikan, periksalah kembali sampai saudara
yakin bahwa angket saudara sudah anda jawab semua.
6. Saudara tidak perlu khawatir, KERAHASIAAN JAWABAN
SAUDARA, KAMI JAMIN.
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
NO
1
2
PERNYATAAN
Saya merasa takut jika dorongan seksual saya muncul sebelum saya
menikah.
Saya merasa biasa saja jika melihat teman saya berciuman dengan
pacarnya
60
ST
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
4
Pendidikan moral yang diajarkan di sekolah membuat saya yakin
bahwa saya harus menyatakan perang terhadap hubungan intim
sebelum menikah
Menurut saya, bercumbu dengan kekasih tidak masalah karena tidak
mungkin terjadi kehamilan
5
Seseorang yang organ seksualnya sudah berkembang seharusnya
sudah layak melakukan hubungan intim.
6
Saya pikir, seseorang yang melakukan hubungan seks dan tidak terjadi
kehamilan, tidak perlu mempertanggungjawabkan perbuatannya
7
8
9
10
11
12
Mendengar teman saya sudah pernah bercumbu (menyentuh area genital)
dengan pacarnya, saya ikut melakukannya.
Saya merasa senang jika diminta memeluk pacar saya
Saya tidak setuju bila ada teman yang manyatakan sayang dengan cara
bercumbu (menyentuh area genital).
Berhubungan seks tanpa ikatan pernikahan menurut saya tidak apa-apa
Saya ingin berciuman dengan pacar, walaupun itu dilarang
Saya merasa takut ketika menyentuh area genital meskipun dengan pacar
sendiri.
13
Saya tidak sependapat dengan teman, jika berhubungan intim
meningkatkan kenyamanan dalam pacaran
14
Cinta yang tulus kepada kekasih tidak perlu diwujudkan dalam
bentuk hubungan intim.
15
Saya kesal terhadap anggapan teman yang mengatakan bahwa tidak
berpelukan dengan pacar itu ketinggalan jaman.
16
Saya tidak setuju dengan anggapan bahwa cinta tanpa berciuman
dengan kekasih bagai sayur tanpa garam.
17
Anggapan bahwa seks dapat menimbulkan kesenangan yang tak
terbayangkan merupakan anggapan yang salah
18
Menurut saya, seks merupakan cara paling tepat untuk membuktikan rasa
cinta.
19
Saya percaya bahwa dengan berciuman dengan kekasih, remaja dapat
meningkatkan rasa percaya diri.
20
Jika teman saya pernah melakukan hubungan intim dengan kekasihnya dan
tidak pernah terjadi kehamilan, apa salahnya jika saya juga mencoba
21
Dorongan seksual yang muncul sebaiknya diarahkan pada bidang lain yang
lebih bermanfaat.
22
Saya bangga pada diri sendiri ketika mampu mengontrol diri untuk tidak
berciuman dengan kekasih mesti situasi memungkinkan
23
Saya yakin dengan berolahraga dapat mengalihkan perhatian terhadap
keinginan untuk melakukan hubungan intim.
24
Menurut saya, bercumbu (menyentuh area genital) dengan kekasih dapat
mengurangi kejenuhan dalam belajar.
25
26
Menurut saya, Jika kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan)
dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, masa hubungan seks
dapat dilakukan.
Saya benci dengan teman-teman yang merasa bangga karena sudah
pernah melakukan hubungan intim dengan tujuan untuk menambah
pengalaman.
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
Menurut saya, berpegangan tangan dengan kekasih merupakan hal
yang biasa.
28
Jika tidak mengganggu prestasi belajar, maka bercumbu dengan kekasih
akan saya lakukan.
29
Saya salut dengan pasangan kekasih yang melakukan hubungan intim
sebelum menikah dengan alasan cinta.
30
Masih perawan sampai saatnya nanti menikah adalah sesuatu yang penting
bagi saya.
31
Saya senang dengan orang yang mempunyai pemikiran bahwa dengan
berhubungan intim dengan kekasih dapat mencegah kekasihnya direbut
oleh orang lain.
32
33
34
Keperjakaan sampai saatnya menikah merupakan hal penting bagi saya.
Saya akan mencium kekasih saya, walaupun dia tidak meminta.
Saya yakin bahwa jika melakukan hubungan intim sebelum menikah akan
beresiko tertular penyakit menular seksual.
35
Saya merasa ragu bahwa dengan melakukan petting akan
meningkatkan rasa percaya diri.
36
Saya setuju bahwa berciuman dengan kekasih merupakan bukti cinta yang
nyata.
37
Saya akan menyerahkan keperawanan atau keperjakaan saya bila saya
yakin bahwa pacar saya adalah pendamping terbaik untuk saya
38
39
40
41
42
43
Remaja yang melakukan seks bebas sudah selayaknya dikucilkan oleh
masyarakat
Bergandengan dengan pacar pada saat kencan sah-sah saja
Saya yakin bahwa remaja yang pernah melakukan hubungan intim
sebelum menikah akan mempunyai rasa bersalah seumur hidup.
Remaja yang ketahuan melakukan hubungan seks sebaiknya
dikeluarkan dari sekolah untuk menghindari peniruan perbuatan
oleh temannya yang lain
Berpelukan dengan pacar saat kencan sah-sah saja
Masyarakat perlu memperhatikan hubungan sepasang remaja supaya
hubungan intim diluar pernikahan tidak terjadi
44
Meskipun sepakat menanggung resiko, sebaiknya seks bebas tidak
dilakukan oleh sepasang kekasih yang belum menikah
45
Saya rasa, berpacaran tidak usah terlalu mempedulikan norma-norma yang
ada
46
Remaja yang suka bercumbu (menyentuh area genital) tidak selalu
bermoral jelek.
47
48
49
50
51
Berhubungan seks akan tetap saya lakukan meskipun dilarang oleh norma
dan agama
Berciuman dengan pacar saat kencan sah-sah saja
Saya merasa cemas jika pacar saya meminta untuk menciumnya.
Saya ingin sekali mengikuti saran teman untuk menggandeng pacar saat
jalan berdua.
Saya merasa senang sekali jika suatu saat nanti, pacar saya meminta untuk
bercumbu (menyentuh area genital).
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
Jika ada kesempatan untuk saya dan pacar untuk melakukan bercumbu
(menyentuh area genital), saya akan memanfaatkannya.
53
Saya merasa kesal dengan orang yang merasa berhak melarang orang
lain dalam melakukan hubungan intim.
54
Saya tidak suka berteman dengan orang yang selalu mempengaruhi
saya untuk berhubungan intim dengan pacar saya.
55
Saya merasa senang apabila bisa menjaga kepercayaan orangtua dan
masyarakat dengan tidak melakukan perbuatan amoral, seperti berpacaran
dengan melakukan hubungan intim
56
Walaupun Keluarga saya melarang seseorang berhubungan seks sebelum
menikah, saya tetap akan melakukannya
57
Walaupun jaman sekarang semakin banyak remaja yang berciuman dengan
pacar, saya tetap tidak akan melakukannya
58
Menurut pendapat saya, melakukan hubungan intim sekali saja, dapat
menyebabkan kehamilan.
59
Saya lebih senang berteman dengan orang-orang yang mendukung
pergaulan seks bebas
60
Hubungan seks yang dilakukan dengan siapapun sebelum menikah,
merupakan tindakan yang tidak dapat saya terima
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Distribusi Item Sahih Skala Sikap Remaja terhadap Perilaku Seksual
Kognitif
Afektif
Konatif
Variable
Fav
Unfave
Fav
Unfav
Fav
Unfav
TOTAL
37
4
5
Touching
29, 30
19
Kissing
9
27, 35
10
13
16, 36
7, 25
42
Petting
8
1, 18
5
38
2, 6,
9, 11, 15,
21, 23, 28,
Intercourse
12
22, 24, 26
32, 43
TOTAL
9
8
8
Sexual
8
3, 39
14, 20,
17, 40
64
33
22
31, 44
34, 41
5
9
5
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
NO
PERNYATAAN
SS
1
Menurut saya, bercumbu dengan kekasih tidak masalah karena tidak
mungkin terjadi kehamilan
2
Saya pikir, seseorang yang melakukan hubungan seks dan tidak terjadi
kehamilan, tidak perlu mempertanggungjawabkan perbuatannya
65
S
TS
STS
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
Mendengar teman saya sudah pernah bercumbu (menyentuh area genital)
dengan pacarnya, saya ikut melakukannya.
4
Saya merasa senang jika diminta memeluk pacar saya
5
Saya tidak setuju bila ada teman yang manyatakan sayang dengan cara
bercumbu (menyentuh area genital).
6
Berhubungan seks tanpa ikatan pernikahan menurut saya tidak apa-apa
7
Saya ingin berciuman dengan pacar, walaupun itu dilarang
8
Saya merasa takut ketika menyentuh area genital meskipun dengan pacar
sendiri.
9
Saya tidak sependapat dengan teman, jika berhubungan intim
meningkatkan kenyamanan dalam pacaran
10
Saya tidak setuju dengan anggapan bahwa cinta tanpa berciuman dengan
kekasih bagai sayur tanpa garam.
11
Anggapan bahwa seks dapat menimbulkan kesenangan yang tak
terbayangkan merupakan anggapan yang salah
12
Menurut saya, seks merupakan cara paling tepat untuk membuktikan rasa
cinta.
13
Saya percaya bahwa dengan berciuman dengan kekasih, remaja dapat
meningkatkan rasa percaya diri.
14
Jika teman saya pernah melakukan hubungan intim dengan kekasihnya dan
tidak pernah terjadi kehamilan, apa salahnya jika saya juga mencoba
15
Dorongan seksual yang muncul sebaiknya diarahkan pada bidang lain yang
lebih bermanfaat.
16
Saya bangga pada diri sendiri ketika mampu mengontrol diri untuk tidak
berciuman dengan kekasih mesti situasi memungkinkan
17
Saya yakin dengan berolahraga dapat mengalihkan perhatian terhadap
keinginan untuk melakukan hubungan intim.
18
Menurut saya, bercumbu (menyentuh area genital) dengan kekasih dapat
mengurangi kejenuhan dalam belajar.
19
Menurut saya, berpegangan tangan dengan kekasih merupakan hal yang
biasa.
20
Jika tidak mengganggu prestasi belajar, maka bercumbu dengan kekasih
akan saya lakukan.
21
Saya salut dengan pasangan kekasih yang melakukan hubungan intim
sebelum menikah dengan alasan cinta.
22
Masih perawan sampai saatnya nanti menikah adalah sesuatu yang penting
bagi saya.
23
Saya senang dengan orang yang mempunyai pemikiran bahwa dengan
berhubungan intim dengan kekasih dapat mencegah kekasihnya direbut
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
oleh orang lain.
24
Keperjakaan sampai saatnya menikah merupakan hal penting bagi saya.
25
Saya akan mencium kekasih saya, walaupun dia tidak meminta.
26
Saya yakin bahwa jika melakukan hubungan intim sebelum menikah akan
beresiko tertular penyakit menular seksual.
27
Saya setuju bahwa berciuman dengan kekasih merupakan bukti cinta yang
nyata.
28
Saya akan menyerahkan keperawanan atau keperjakaan saya bila saya
yakin bahwa pacar saya adalah pendamping terbaik untuk saya
29
Bergandengan dengan pacar pada saat kencan sah-sah saja
30
Berpelukan dengan pacar saat kencan sah-sah saja
31
Masyarakat perlu memperhatikan hubungan sepasang remaja supaya
hubungan intim diluar pernikahan tidak terjadi
32
Saya rasa, berpacaran tidak usah terlalu mempedulikan norma-norma yang
ada
33
Remaja yang suka bercumbu (menyentuh area genital) tidak selalu
bermoral jelek.
34
Berhubungan seks akan tetap saya lakukan meskipun dilarang oleh norma
dan agama
35
Berciuman dengan pacar saat kencan sah-sah saja
36
Saya merasa cemas jika pacar saya meminta untuk menciumnya.
37
Saya ingin sekali mengikuti saran teman untuk menggandeng pacar saat
jalan berdua.
38
Saya merasa senang sekali jika suatu saat nanti, pacar saya meminta untuk
bercumbu (menyentuh area genital).
39
Jika ada kesempatan untuk saya dan pacar untuk melakukan bercumbu
(menyentuh area genital), saya akan memanfaatkannya.
40
Saya merasa senang apabila bisa menjaga kepercayaan orangtua dan
masyarakat dengan tidak melakukan perbuatan amoral, seperti berpacaran
dengan melakukan hubungan intim
41
Walaupun Keluarga saya melarang seseorang berhubungan seks sebelum
menikah, saya tetap akan melakukannya
42
Walaupun jaman sekarang semakin banyak remaja yang berciuman dengan
pacar, saya tetap tidak akan melakukannya
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Saya lebih senang berteman dengan orang-orang yang mendukung
pergaulan seks bebas
44
Hubungan seks yang dilakukan dengan siapapun sebelum menikah,
merupakan tindakan yang tidak dapat saya terima
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SELEKSI ITEM DAN RELIABILITAS I
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Remaja Kota
N
RemajaDesa
31
41
78.4516
99.4634
21.73605
16.66448
Absolute
.149
.070
Positive
.149
.070
Negative
-.103
-.049
Test Statistic
.149
.070
Asymp. Sig. (2-tailed)
.077c
.200c,d
Normal Parametersa,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
UJI RELIABILITAS
Case Processing Summary
N
Cases
%
Valid
72
100.0
0
.0
72
100.0
Excludeda
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha
.940
Items
N of Items
.943
44
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SELEKSI ITEM
Summary Item Statistics
Maximum /
Mean
Item Means
Minimum
2.055
Maximum
1.514
3.042
Range
1.528
Minimum
Variance
2.009
N of Items
.131
44
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Squared Multiple
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Correlation
if Item Deleted
VAR00001
87.9583
435.111
.678
.
.937
VAR00002
88.4306
445.122
.572
.
.938
VAR00003
88.6944
446.835
.550
.
.939
VAR00004
88.1806
493.389
-.598
.
.948
VAR00005
87.8750
456.167
.173
.
.942
VAR00006
88.7083
439.421
.647
.
.938
VAR00007
88.1250
436.280
.706
.
.937
VAR00008
88.3194
445.178
.510
.
.939
VAR00009
88.3194
446.784
.423
.
.939
VAR00010
88.1250
453.040
.273
.
.941
VAR00011
87.8889
444.889
.485
.
.939
VAR00012
88.5833
437.739
.750
.
.937
VAR00013
88.3472
442.004
.651
.
.938
VAR00014
88.5417
435.435
.758
.
.937
VAR00015
88.5417
441.435
.571
.
.938
VAR00016
88.6528
446.681
.515
.
.939
VAR00017
88.6806
454.671
.315
.
.940
VAR00018
88.3750
442.548
.548
.
.938
VAR00019
87.3750
452.576
.315
.
.940
VAR00020
88.4306
438.361
.686
.
.937
VAR00021
88.6528
437.272
.691
.
.937
VAR00022
88.8472
448.216
.450
.
.939
VAR00023
88.5972
446.779
.493
.
.939
VAR00024
88.9028
448.343
.495
.
.939
VAR00025
88.2778
443.189
.605
.
.938
VAR00026
88.6111
447.649
.533
.
.939
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
VAR00027
88.3056
437.708
.691
.
.937
VAR00028
88.4306
438.474
.650
.
.938
VAR00029
87.4722
453.605
.286
.
.940
VAR00030
87.7778
442.091
.535
.
.939
VAR00031
88.7917
444.590
.553
.
.938
VAR00032
88.6944
441.567
.712
.
.938
VAR00033
87.9722
486.985
-.519
.
.946
VAR00034
88.7639
440.690
.723
.
.937
VAR00035
88.1944
435.173
.684
.
.937
VAR00036
87.9861
440.211
.603
.
.938
VAR00037
87.9583
455.674
.259
.
.940
VAR00038
88.3611
436.206
.682
.
.937
VAR00039
88.5278
434.591
.725
.
.937
VAR00040
88.4444
443.208
.518
.
.939
VAR00041
88.8333
444.000
.629
.
.938
VAR00042
88.1528
440.131
.669
.
.938
VAR00043
88.8333
448.901
.549
.
.939
VAR00044
88.3750
434.717
.674
.
.937
T-TEST
Group Statistics
Kelompok
Nilai
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
REMAJA KOTA
31
78.4516
21.73605
3.90391
REMAJA DESA
41
99.4634
16.66448
2.60255
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances
F
Nilai
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
1.275
Sig.
.263
t-test for Equality of Means
t
df
-
4.478
95% Confidence
Mean
Error
Interval of the
Sig. (2-
Differenc
Differenc
Difference
tailed)
e
e
70
.000
54.515
.000
4.645
-
Std.
71
21.01180
21.01180
4.52323
4.69189
Lower
Upper
-
30.03311
30.41643
-11.99050
-11.60717
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
Download