plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ANALISIS KETEPATAN DIKSI PADA KOLOM 'ANALISIS'
SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
EDISI MARET 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Yohanes Angga Wibawasana
071224074
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dedikasi Ibu Tercinta
Satu malam satu lembar saja
Diam dan mulailah belajar
Bukankah janjimu ingin jadi sarjana?
Janganlah membuat ia meneteskan air mata
Baju toga itu, mengeringkan semua keringatnya
Menghapus air matanya
Walaupun belum membayar semua pengorbanannya
Bukan emas dan permata sebagai bentuk balas jasa
Hanya kata sederhana yakni "sarjana"
Lupakah kau waktu ia mengantarmu ke kota?
Ia pulang lalu bercerita kepada siapa saja bahwa anak ia sekarang
kuliah dan menjadi calon sarjana
Ia lalu menjual apa pun yang ada
Ia mulai menghemat uang belanja
Tetap bekerja walaupun hujan atau panas yang ia rasakan
Ia mencoba tetap tersenyum walaupun hidup dalam kekurangan
Semua itu demi anaknya yang tercinta
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Wibawasana, Yohanes Angga. (2014). Analisis Ketepatan Diksi pada Kolom
‘Analisis’ Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014.
Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Dalam proses komunikasi, manusia harus menggunakan bahasa yang tepat
agar pesan atau gagasan yang ingin disampaikan dapat dimengerti oleh
pendengarnya. Untuk itu pemilihan kata yang tepat menjadi hal yang amat penting
dalam bahasa. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak
pula gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkannya. Penelitian ini
memiliki dua tujuan yaitu untuk menemukan jenis-jenis diksi dalam kolom
'Analisis' Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014 dan untuk
mendeskripsikan ketepatan diksinya.
Penelitian ini menggunakan pendapat Gorys Keraf mengenai diksi dan
gaya bahasa. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sumber
data penelitian ini berupa lima artikel yang diambil dari kolom 'Analisis' Surat
Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014 yaitu artikel tanggal 1, 4, 6, 7,
8. Pada kelima artikel ini dibahas mengenai masalah politik dan mancanegara.
Kedua masalah inilah yang menjadi alas an peneliti mengambil kelima artikel
tersebut.
Dari lima artikel yang diteliti, peneliti menemukan sebelas jenis diksi yaitu
kata denotasi, kata konotasi, kata umum, kata khusus, kata abstrak, kata konkret,
kata ilmiah, kata populer, kata asing, kala slang, dan kata serapan. Jenis diksi yang
paling sering digunakan dalam artikel tersebut adalah kata khusus (11 buah), dan
kata konotatif (9 buah).
Adapun dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian diksi
pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014 ini cukup tepat.
Untuk meningkatkan kualitas kebahasaan yang lebih baik, disarankan bagi para
editor Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat melakukan pengecekan kembali
kata-kata atau kalimat mentah dari penulis sehingga artikel yang diberitakan tidak
akan mengganggu atau membingungkan masyarakat pembaca.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Wibawasana, YohanesAngga. (2014). The Analysis of Diction Accurateness in
'Analisis' Column of Kedaulatan Rakyat Daily Newspaper March 2014
Edition. Skripsi. Yogyakarta : PBSI, FKIP, USD.
In the communication process, human should use the proper language in
order message or idea to be conveyed can be understood by the listeners.
Therefore, the selection of the right words become very important in the language.
The more words a person controlled, the more the idea of controlled and capable
expressed. There are two objectives in this study, first is to find types of diction in
'Analisis' column of Kedaulatan Rakyat Daily Newspaper, and to describe the
accuracy of the diction using.
This study employed Gorys Keraf's opinion of dictions and language
styles.This study used a descriptive qualitative method. This study is intended to
collect information about an existing phenomenon, which is a phenomenon that
occurs as it is while the study were conducted. the research data are diction taken
from article 'Analisis' column of Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat date 1, 4,
6, 7,and 8. These articles discussed about political and foreign problems. This two
problems is the reason that the researchers took these articles.
Based on those five articles, researcher found eleven types of diction. the
types of diction that were used are denotatif, konotatif, umum, khusus, abstrak,
konkrit, ilmiah, populer, slang, asing and serapan. Types of dictions mostly used
in the articles are kata khusus (11 kinds), and kata konotatif (9 kinds).
The result of this study concludes that the diction accuracy in March 2014
edition of Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat is good. In is suggested to the
editor of Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat to recheck the raw words and
sentences from the writers so that the articles reported will not disturb or confuse
the readers.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan penyertaan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan berwujud
skripsi dengan judul “Analisis Ketepatan Diksi pada Kolom “Analisis” Surat
Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014".
Tujuan penyusunan skripsi ini, salah satunya adalah untuk memenuhi
salah satu syarat ujian sidang Sarjana Pendidikan, di Program Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis pilihan
kata atau diksi dan ketepatannya pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat
Edisi Maret 2014.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dan keberhasilan penulisan skripsi
ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yuliana Setiyaningsih M.Pd. selaku Kaprodi PBSI
2. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing. Penulis menghaturkan
terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, masukan dan kesabaran
untuk kemajuan skripsi penulis
3. Segenap dosen prodi PBSI, dosen MKU, dosen MKK, yang dengan penuh
perhatian mendidik dan mengajar penulis selama kuliah
4. Pegawai sekratariat PBSI Universitas Sanata Dharma
5. Teman – teman PBSI angkatan 2007
6. Ibu C. Sri Ambar Praptiningsih, Ayah Soeyono, dan Saudariku Dewi atas
dukungan baik spriritual maupun materi yang berharga bagi penulis
7. Saudaraku Andar Prabowo, Dimas Hendro, Hasbi Andi, Tommy Indra,
Yakobus Didit, Yohanes Galih, Boniferson, Leo Agung dan Endarto untuk
dukungan mental, pengertian, dan kebersamaan
8. Cicilia Primasari Murharjanti untuk kasih sayang, kedewasaan dan
semangat
yang
diberikan
ix
bagi
penulis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................
iv
PENYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................
vi
ABSTRAK ....................................................................................................................
vii
ABSTRACT ...................................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................
1
1.1
Latar Belakang .................................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................................
3
1.3
Tujuan Penelitian ..............................................................................................
3
1.4
Manfaat Penelitian ............................................................................................
4
1.5
Batasan Istilah ..................................................................................................
4
1.6
Sistematika Penyajian.......................................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI .....................................................................................
6
2.1
Penelitian yang Relevan ...................................................................................
6
2.2
Diksi atau Pilihan Kata .....................................................................................
6
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.3
Jenis-Jenis Diksi ...............................................................................................
7
2.4
Ketepatan Pilihan Kata .....................................................................................
11
2.3
Ikhwal Diksi .....................................................................................................
18
2.4
Pemilihan Kata yang Lazim .............................................................................
24
2.5
Aspek Ketidakbakuan Kata ..............................................................................
25
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................
29
3.1
Jenis Penelitian .................................................................................................
29
3.2
Sumber Data .....................................................................................................
30
3.3
Instrumen Penelitian .........................................................................................
30
3.4
Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................
30
3.5
Analisis Data ....................................................................................................
30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................
32
4.1
Deskripsi Data ..................................................................................................
32
4.2
Analisis Data ....................................................................................................
33
4.5
Pembahasan ......................................................................................................
42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
51
5.1
Kesimpulan ...........................................................................................................
51
5.2
Saran ......................................................................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
53
LAMPIRAN ..................................................................................................................
55
BIODATA .....................................................................................................................
62
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya membutuhkan interaksi dengan masyarakat di
sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan bahasa sebagai salah satu sarananya. Bahasa
adalah alat manusia untuk berkomunikasi dengan sesama anggota masyarakat lain
pemakai bahasa itu (Badudu, 1995: 188). Bahasa berisi pikiran, keinginan atau perasaan
yang ada pada diri pembicara. Dalam proses komunikasi, manusia harus menggunakan
bahasa yang tepat agar pesan atau gagasan yang ingin disampaikan dapat dimengerti
oleh pendengarnya. Untuk itu pemilihan kata yang tepat menjadi hal yang amat
pentingdalam bahasa. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak
pula gagasan yang dikuasai dan yang sanggup diungkapkannya (Keraf, 1981: 18).
Dalam berkomunikasi, pemilihan kata dan ketepatannya merupakan faktor
penting. Diksi adalah pilihan kata, yaitu menyatakan kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu (Arifin dan Tasai, 2004: 25). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:
328), diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Menurut Gorys Keraf, diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara
tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang akan disampaikan dan kemampuan untuk
menentukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar (Keraf, 1981: 19).
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
Diksi atau pilihan kata sangat dekat keberadaannya dengan kehidupan seharihari dan biasanya diksi digunakan tanpa sadar dalam komunikasi lisan maupun tulisan.
Diksi dalam komunikasi tulisan dapat ditemukan pada artikel media cetak (surat kabar,
majalah, tabloid, pamphlet, brosur dan selebaran) maupun media online (internet)
melalui website ataupun blog. Dalam penulisan artikel, pengarang harus memilih katakata yang tepat untuk menyampaikan gagasannya sehingga efek yang ditimbulkan
pembaca dapat tercapai sesuai keinginan pengarang (Sudjiman, 1993:17).Hal ini
disebabkan karena, di dalam diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna
dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada diri pembaca atau pendengar. Selain
itu diksi atau pilihan kata akan selalu diikuti unsur seperti dimana, kapan dan tujuan
dari penggunaan kata yang mampu memunculkan corak atau warna untuk menarik
perhatian pembaca dengan maksud agar pesan yang disampaikan pengarang bisa
disampaikan (Poernomo, 2010). Oleh karenanya dalam sebuah tulisan artikel tidak
boleh adakesalahan kata yang menyebabkan ambiguitas dan membingungkan atau dapat
membuat masyarakat menyalahartikan kata yang kurang tepat.
Artikel kolom ‘Analisis’ Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat dipilih
sebagai objek penelitian karena SKH Kedaulatan Rakyat sudah familiar dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Yogyakarta dan telah banyak menyajikan informasi
yang berkualitas (Lampiran 1) yang salah satunya terdapat dalam artikel kolom
‘Analisis’. Kolom ‘Analisis’ terbit setiap hari Senin sampai Sabtu dan biasanya berisi
tentang penyampaian, pembahasan atau opini atas suatu informasi mengenai fenomenafenomena yang tengah terjadi di kehidupan sehari-hari baik di bidang sosial, politik,
budaya, ekonomi, lingkungan, teknologi dan pendidikan. Adapun artikel kolom
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
'Analisis' yang diteliti oleh peneliti adalah artikel tanggal 1, 4 6 7, dan 8. Peneliti
memilih kelima tanggal ini karena pada tanggal-tanggal tersebut banyak ditemukan
pemakaian diksi. Pemilihan kolom ‘Analisis’ edisi Maret 2014 ditujukan untuk
kebaruan informasi. Semakin baru informasi, semakin tinggi pula kemampuan penulis
untuk menyampaikan informasi dan tingkat keingintahuan pembaca untuk mengetahui
informasi. Selain itu dengan semakin barunya informasi maka sumber data penelitian
semakin mudah diperoleh sehingga memudahkan mahasiswa untuk melakukan
pengumpulan data.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja jenis - jenis diksi atau pilihan kata dalam kolom "Analisis" Surat Kabar
Harian Kedaulatan Edisi Maret 2014?
2. Bagaimana ketepatan diksi atau pilihan kata dalam kolom "Analisis" SKH
Kedaulatan Rakyat menurut Gorys Keraf?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan jenis diksi atau pilihan kata dalam kolom analisis Surat Kabar
Harian Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014.
2. Mendeskripsikan ketepatan diksi atau pilihan kata dalam kolom analisis SKH
Kedaulatan Rakyat menurut Gorys Keraf.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi editor surat kabar. Penelitian ini
memberikan informasi mengenai diksi yang tepat dalam penulisan artikel, sehingga
maksud atau gagasan yang ingin disampaikan penulis dapat tercapai.penelitian ini juga
diharapkan bermanfaat bagi masyarakat pembaca, sehingga melalui penelitian ini
pembaca dihindarkan dari kebingungan, ketidakpahaman, dan keraguan akan kata-kata
pilihan yang ada pada artikel surat kabar.
1.5 Batasan Istilah
a. Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansanuansa makna dari gagasan yang akan disampaikan, dan kemampuan untuk
menentukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar (Keraf, 1981:19).
b. Kolom
Kolom atau column diartikan Webster (1957: 64) dalam Suhandang (23004):
163) sebagai artikel pada surat kabar atau terbitan berkala lainnya.
c. Surat Kabar
Surat kabar ialah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita,
karangan-karangan, dan iklan yang dicetak secara tetap atau periodik dan dijual
umum (Assegaf, 1982: 140).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
1.6 Sistematika penyajian
Laporan ini terdiri dari 5 bab. Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini
memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi perlunya dilaksanakan penelitian mengenai
analisis pilihan kata. Bab pendahuluan ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
Bab II berisi landasan teori. Pada landasan teori disajikan teori-teori yang
digunakan sebagai dasar penelitian. Bab III berisi uraian metodologi penelitian. Bab ini
memaparkan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini meliputi deskripsi
data penelitian, analisis data, dan pembahasan. Bab V berisi penutup. Bab ini berisi
kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil penelitian secara
keseluruhan dan saran yang diberikan untuk mengacu pada penelitian lebih lanjut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai diksi atau pemilihan kata pernah dilakukan Darius Hendro
(2005) dengan Judul Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam Kolom redaksi YTH
Harian Kompas Edisi 1-30 April 2011. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
diksi atau pilihan kata dan gaya bahasa pada kolom YTH Harian Kompas Edisi 1-30
April 2011. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata umum, kata
khusus, kata baku, kata nonbaku, kata populer, kata kajian, kata abstrak, kata
konkret, kata asli, dan kata serapan.
Hal di atas menunjukan bahwa penelitian tentang penggunaan diksi dalam
berbagai wacana di media cetak sudah dilakukan. Objek kajian yang berupa surat
kabar sebelumnya juga sudah pernah dilakukan. Peneliti beranggapan bahwa
penelitian tentang diksi masih perlu dilakukan karena penggunaan diksi memerlukan
ketepatan dalam penggunaan, terlebih pada surat kabar karena jika tidak akan timbul
ketidakpahaman pada pembaca. Ketepatan diksi itulah yang menjadikan penelitian
ini menarik.
2.2 Diksi atau Pilihan Kata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 328), diksi atau pilihan kata
adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Gorys Keraf (1981: 19), menyimpulkan tiga hal yaitu pertama, pilihan kata atau diksi
mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki
kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata
bahasa itu. Pemakaian atau penggunaan kata dalam bahasa Indonesia sangat
dipengaruhi oleh kejelian dalam memilih kata. Ketidakjelian dalam memilih kata dapat
mengganggu pembaca dan pendengar.
2.3
Jenis-Jenis Diksi
Terdapat beberapa macam pilihan kata yang umum digunakan dalam media
cetak. Berikut ini adalah macam - macam pilihan kata yang dikemukakan oleh Soejito.
2.3.1
Berdasarkan Golongan Kata
Soejito (1988 : 39) memaparkan bahwa pilihan kata dalam kosakata bahasa
Indonesia dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata abstrak adalah kata yang mempunyai rujukan berupa konsep/pengertian.
Kata konkret adalah kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap
oleh pancaindera (dilihat, diraba, dirasakan, didengarkan, atau dicium).
2) Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum adalah kata yang ruang lingkupnya dan mencakup banyak hal. Kata
khusus adalah kata yang sempit atau terbatas ruang lingkupnya (Soejito, 1988: 41)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
3) Kata Populer dan Kata Kajian
Kata populer adalah kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan
masyarakat dalam komunikasi sehari-hari. Kata kajian akalah kata yang dikenal dan
dipakai oleh para ilmuwan/kaum terpelajar dalam karya - karya ilmiah. Kata kajian pada
umumnya banyak diserap dari bahasa asing atau bahasa daerah (Soejito, 1988: 43)
4) Kata Baku dan Kata Non-baku
Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah atau ragam bahasa yang telah
ditentukan/dilazimkan. Kata non-baku ialah kata yang tidak mengikuti kaidah/ragam
bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan (Soejito, 1988: 44)
5) Kata Asli dan Kata Serapan
Kata asli adalah kata yang berasal dari bahasa kita sendiri. Kata serapan adalah
kata yang berasal (diserap) dari bahasa daerah atau bahasa asing (Soejito, 1988: 47).
2.3.2
Berdasarkan Makna Kata
Yang dimaksud dengan makna kata ialah hubungan antara bentuk dan barang
(hal) yang diacunya (Soejito, 1988: 51). Terdapat bermacam-macam makna kata,
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Makna leksikal dan makna gramatikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata lainya
dalam sebuah struktur (frase, klausa, atau kalimat).
Contoh :
Ayah 'orang tua laki-laki; bapak'
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
Makna gramatikal ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses
gramatika (pengimbuhan atau perulangan atau pemajemukan)
Contoh :
Rumah-rumah 'banyak rumah'
2) Makna denoatif dan makna konotatif
Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjuk langsung pada acuan
atau makna dasarnya, sedangkan makna konotatif (evaluasi atau motif) ialah makna
tambahan terhadap makna dasarnya berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Contoh :
(Denotasi)
(Konotasi)
Ular 'binatang'
'menakutkan/berbahaya'
Merah 'warna'
'berani', 'dilarang'
3) Makna lugas dan makna kiasan
Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang
bersangkutan. Makna kiasan adalah makna yang referennya (acuannya) tidak sesuai
dengan makna kata yang bersangkutan.
Contoh :
Wajah
: Wajah saya
Wajah hantu
Minum
: Minum air
Minum teh
4) Makna kontekstual
Makna kontekstual ialah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Contoh :
Prima sedang belajar.
Sedang dia belajar, saya datang.
Dia mendapat nilai sedang.
Dari contoh di atas nampak bahwa makna kata menjadi jelas jika digunakan dalam
kalimat.
2.3.3
Berdasarkan Perubahan makna kata
Menurut Soejito (1988: 64), perubahan makna dapat disebabkan oleh adanya
hal-hal sebagai berikut.
1) Perubahan makna karena peristiwa ketatabahasaan.
Contoh:
a. Rem mobil saya tidak makan sama sekali,
b. Kuda adalah hewan pemakan tumbuhan.
2) Perubahan makna karena perubahan waktu.
Contoh :
Makna dahulu
Makna sekarang
: Bapak 'orang tua laki-laki',
: Bapak 'sebutan untuk semua laki-laki yang
umumnya lebih tua atau kedudukannya lebih
tinggi.
3) Perubahan makna karena perbedaan tempat.
Contoh:
Busdak
: di Sunda bermakna 'anak, kanak-kanak; dalam bahasa
Indonesia berarti 'hamba, orang gajian' (budak belian),
Lurah
: di Jawa bermakna 'kepala desa; dalam bahasa Indonesia
bermakna 'lembah jurang'.
4) Perubahan makna karena perbedaan lingkungan.
Contoh:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Jurusan
Operasi
11
: (1) di lingkungan lalulintas bermakna 'arah, tujuan',
(2) di lingkungan pendidikan tinggi bermakna 'bagian
fakultas.
: (1) di lingkungan kedokteran bermakna 'pembedahan',
(2) di lingkungan kepolisian bermakna 'tindakan ekonomi'.
5) Perubahan makna karena perubahan konotasi.
Contoh:
Kaki tangan
2.4
: (1) Pembantu (dalam makna netral)
(2) Pembantu dalam kejahatan atau pihak yang tidak disukai.
Ketepatan Pilihan Kata
Ketepatan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara (Keraf, 1981: 73).Ketepatan
pemilihan kata erat kaitannya dengan makna kata dan kosa kata. Kosa kata yang kaya
akan memungkinkan penulis atau pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang
dianggapnya paling tepat dalam pikirannya. Ketepatan makna menuntut kesadaran
penulis atau pembicara untuk mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan
referensinya.
Dalam ketepatan pilihan kata akan muncul pertanyaan apakah pilihan kata yang
dipakai sudah setepat-tepatnya sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang
berlainan antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca (Keraf,
1981: 90). Maka setiap penulis harus berusaha secermat mungkin memilih kata-kata
untuk mencapai maksud atau gagasan tersebut. Berikut beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk mencapai ketepatan pilihan kata (Keraf, 1981: 74-87),
1.
Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi
Kata denotatif dipilih jika penulis hanya ingin menyampaikan pengertian
dasar. Adapun kata konotatif dipilih jika penulis menghendaki pencapaian
sasaran berupa munculnya reaksi emosional tertentu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Contoh:
a. Ketika bininya bunting, mas Bandot harus bertugas ke luar pulau
b. Pak, mohon izin saya mau ke WC
Bandingkan dengan kalimat di bawah ini:
a. Ketika istrinya hamil, mas Bandot harus bertugas ke luar pulau.
b. Pak, mohon ijin saya mau ke belakang
Penggunaan kata bini, bunting, dan WC kurang tepat, sebab mempunyai
konotasi yang kurang tepat. Sebaiknya kata-kata tersebut diganti dengan istri,
hamil, atau mengandung, dan belakang.
2.
Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
Kata-kata yang bersinonim tidak selalu saling melengkapi.Untuk itu
penulis harus jeli memilih kata dari sekian sinonim untuk menyampaikan
maksud yang diinginkan sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan.
Padanan kata benar adalah betul. Tetapi pada contoh kalimat di bawah
ini kata kebetulan tidak tepat apabila diganti dengan kebenaran.Demikian juga
dengan kata besar yang mempunyai padanan arti dengan agung.
Perhatikan contoh berikut ini:
a. Kebetulan ia datang, sehingga masalahnya bisa cepat selesai
b. Peresmian pasar besar kota Malang dilaksanakan bulan ini.
Penulisan kalimat di atas menjadi tidak tepat apabila ditulis:
a. Kebenaran kamu datang, sehingga masalahnya bisa cepat selesai
b. Peresmian pasar agung kota Malang dilaksanakan bulan ini.
3.
Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya
Pemakaian kata yang mirip ejaannya sangat sering terjadi, baik dalam
bahasa tulis atau bahasa lisan. Untuk itu, pemilihan kata yang tepat harus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
diperhatikan. Penulis harus bisa membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.
Ketidakcermatan memilih kata-kata yang mirip dalam ejaan bisamenimbulkan
kesalahan pemahaman dan membingungkan pembaca karena bisa saja kedua
kata yang hampir sama ejaanya tersebut tertukar penggunaannya. Terjadinya
kesalahan
pemilihan
kata
tersebut
bisa
mengakibatkan
kejanggalan,
kesalahpahaman, atau bahkan bisa menimbulkan hal-hal yang lucu.
Contoh: bahwa – bawah – bawa; preposisi – proposisi; korporasi – koperasi.
Contoh kalimat:
a. Hari ini adalah selamatan menujuh hari kematian nenek.
b. Penggunaan obat terlarang akan membawa seseorang menuju kematian di
usia muda.
Di samping ketiga hal itu Gorys Keraf menyarankan agar penulis menghindari
kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu berkembang sesuai perkembangan
masyarakat.Perkembangan bahasa tampak dari pertambahan jumlah kata baru.
Namun tidak setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru
biasanya kali pertama muncul karena dipakai oleh orang-orang atau pengarang
terkenal. Selain itu penulis juga harus waspada terhadap penggunaan akhiran asing
terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing.
Contoh: favorabel – favorit; idiom – idiomatik; progres – progresif; kultur –
kultural dan sebagainya.
Penggunaan Kata atau Istilah Asing
Penggunaan kata-kata atau istilah-istilah asing dibenarkan atau tetap boleh
digunakan apabila:
a. Sesuai dengan konotasi, contoh:
Kritik
lebih baik daripada
kecaman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Professional
lebih baik daripada
bayaran
Abstrak
lebih baik daripada
tak nyata
14
b. Singkat dibandingkan dengan terjemahannya, contoh:
Kontrasepsi
=
Alat pencegah kehamilan
Diskusi
=
Pertemuan untuk membahas suatu
Interupsi
=
Hal memotong sebuah pembicaraan karena
hal
masalah
ada
penting yang harus disampaikan
Eksekusi
=
Pelaksanaan hukuman mati
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan kata asing dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
a. Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam Indonesia. Seperti
reshuffle, shuttle cock, I’ explotation de I’home. Unsur-unsur ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara
asing dan penulisannya apabila diketik maka pengetikannya dicetak miring,
atau apabila ditulis tangan, kata seperti itu digarisbawahi.
b. Unsur asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan kaidah
bahasa Indonesia. Dalam hal ini, diusahakan dengan ejaan asing hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk bahasa Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentuk aslinya. Untuk mengetahui sebuah kata termasuk kata asing
atau kata serapan dapat menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2003) dan (Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa
Indonesia (Badudu, 2003).
4.
Menggunakan secara idiomatis kata-kata kerja yang memakai kata depan
Karangan yang cermat dalam pemilihan kata harus bersifat idiomatik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Contoh:
Ingat akan
bukan
ingat terhadap
Suatu hal
bukan
sesuatu hal
Disebabkan oleh
bukan
disebabkan karena
Berbahaya bagi
bukan
membahayakan bagi
Terdiri atas
bukan
terdiri dari
Berharap, berharap akan, mengharapkan
bukan
mengharap akan.
Contoh penerapan dalam kalimat:
a. Maria tidak datang karena suatu hal.
b. Karangan ini terdiri atas empat bab.
Karangan di atas akan menjadi salah apabila ditulis seperti berikut.
a. Maria tidak datang karena sesuatu hal
b. Karangan ini terdiri dari empat bab.
5.
Membedakan kata umum dan kata khusus
Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
Penggunaan kata-kata yang bersifat umum akan mengaburkan makna.
Sebaliknya penggunaan kata-kata khusus akan memperjelas makna.
Contoh penggunaan kata-kata umum:
a. Besok saya akan melihat Budi yang sedang dirawat di Rumah Sakit.
b. Watik membeli pakaian di Plaza Yogyakarta.
Bandingkan dengan kalimat ini:
a.
Besok saya akan menengok Budi yang sedang opname di Rumah Sakit.
b.
Watik membeli kain panjang di Plaza Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6.
16
Menggunakan kata-kata indria yang menunjukan persepsi yang khusus
Kata indria adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
pengalaman-pengalaman yang dicerap oleh pancaindera baik indera peraba,
perasa, penciuman, pendengaran dan pengelihatan.
Contoh penggunaan kata indria
a.
7.
Suaranya merdu (kata indria indera pendengaran).
Memperhatikan perubahan makna pada kata-kata yang sudah dikenal
Makna kata dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Maka
penutur bahasa harus selalu memperhatikan perubahan-perubahan makna yang
mungkin terjadi. Pemakaian makna kata harus bersifat nasional, terkenal dan
masih dipakai dalam masyarakat serta diinterpretasikan sesuai dengan makna
yang disetujui pada waktu dan tempat saat penulis menulis. Perubahan makna
dapat berupa:
a.
Perluasan arti
Contoh: kata berlayar dulu diartikan bergerak di laut dengan menggunakan
layar tetapi sekarang diartikan semua tindakan yang mengarungi lautan
atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja; kata bapak dan
saudara dulu hanya dipakai untuk menunjukan hubungan biologis
(kekeluargaan) tetapi sekarang juga dipakai untuk menyatakan semua orang
yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya.
b. Penyempitan arti
Contoh: Kata sarjana dulu dipakai untuk menyatakan seorang cendekiawan
tetapi sekarang hanya dipakai untuk gelar universiter.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
c. Ameliorasi
Ameliorasi adalah perubahan makna atau arti kata yang baru dirasa lebih
tinggi nilainya dari yang lama. Contoh: kata wanita dirasakan lebih tinggi
nilainya daripada kata perempuan; kata istri atau nyonya dirasa lebih tinggi
nilainya daripada bini.
d. Peyorasi (kebalikan dari ameliorasi)
Contoh: kata bini dulu dianggap tinggi, sekarang dirasakan sebagai kata
yang kasar.
e. Metafora
Metofora adalah perubahan makna karena persamaan sifat antara dua
obyek. Contoh: bulan = putri malam; pulau = empu laut.
f. Metomini
Metomini adalah perubahan makna karena hubungan yang erat antara
kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama dan
diklarifikasikan menurut tempat atau waktu, hubungan isi dan kulit serta
hubungan sebab-akibat. Contoh: kata kota dulu dimaknai sebagai susunan
batu yang dibuat mengelilingi sebuah tempat pemukiman tetapi sekarang
tempat pemukiman itu juga disebut kota walau sudah tidak ada susunan
batunya lagi; kata gereja berarti tempat ibadah umat Kristen tetapi juga
mengacu pada persekutuan umat Kristen.
8.
Memperhatikan kelangsungan pilihan kata
Kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata-kata sehingga
maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis.
Penulis atau pembicara harus menghindari mempergunakan terlalu banyak kata
untuk mengungkapkan suatu maksud yang singkat, atau mempergunakan kata-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
kata yang kabur yang bisa menimbulkan ambiguitas (makna ganda). Contoh:
kata-kata “Tolong sambungkan telepon anda dan telepon saya dengan nomor
…” disederhanakan menjadi “Hubungi saya melalui nomor …” atau
“Teleponlah saya melalui nomor …”; kata-kata “Perangai dan kepribadiannya
sangat tidak menyenangkan kami” disederhanakan menjadi “tindak-tanduknya
tidak menyenangkan”.
Selain menghindari terlalu banyak kata, dalam suatu karangan ilmiah sebaiknya
digunakan kata-kata lugas. Penggunaan kata atau frase yang terlalu panjang
membuat kalimat tidak efektif selain itu juga mengurangi kebakuan bahasa.
Contoh:
a) Selama ini dia memang paling sulit dipegang ekornya.
b) Atas perhatian yang terhormat Bapak Rektor, kami haturkan berlimpahlimpah terima kasih.
Bandingkan dengan kalimat yang ditulis dengan kata-kata lugas berikut ini.
a) Selama ini memang dia sulit dicari
b) Atas perhatian bapak, kami ucapkan terima kasih
Menurut Rahardi (2009 : 31), ada beberapa peranti-peranti diksi, sebagai berikut:
1. Peranti diksi berdenotasi dan berkonotasi
Dalam studi linguistik ditegaskan bahwa kata yang tidak mengandung makna
tambahan atau perasaan tambahan makna tertentu disebut denotasi. Adapun maknanya
disebut makna denotatif, makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual,
maknai ideasional, makna referensional , atau makna proposional. jadi makna denotatif
dapat disebut makna yang sebenarnya, makna yang ditunjuk oleh sesuatu yang
disebutkan itu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
Adapun makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sesungguhnya. maka,
sebuah kata bisa diartikan berbeda pada masyarakat yang satu dan masyarakat lainnya.
Makna konotatif memiliki nuansa makna subjektif dan cenderung digunakan dalam
situasi tidak formal.
Contoh :
Denotatif
: Memanjat (Tebing)
Konotatif
: Memanjat (Puji syukur)
2. Peranti kata bersinonim dan berantonim
Kata bersinonim berarti kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun, dan memiliki
arti sama. Secara lebih gampang dapat dikatakan bahwa sinonim sesungguhnya adalah
persamaan makna kata. Adapun yang dimaksud adalah dua kata atau lebih yang berbeda
bentuknya, ejaannya, pengucapan atau lafalnya, tetapi memiliki makna sama atau
hampir sama. Kata bersinonim berlawanan dengan kata berantonim. Bentuk kebahasaan
tertentu akan dapat dikatakan berantonim kalau bentuk itu memiliki makna yang tidak
sama dengan makna lainnya. Dalam linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukan
bentuk-bentuk kebahasaan itu memiliki relasi antarmakna yang wujud logisnya berbeda
atau bertentangan antara satu dengan yang lainnya.
Contoh :
Sinonim
: Melihat 'Melotot, Melirik, Mengintip, dan Menderling',
Antonim
: Panas 'Dingin'.
3. Peranti kata bernilai rasa
Diksi atau pemilihan kata juga mengajarkan untuk senantiasa menggunakan
kata-kata yang bernilai rasa dengan cermat.memang sering ada kontroversi antara kata-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
kata bernilai rasa dan kata-kata baku. Kadang ditemukan bahwa kata baku tertentu tidak
memiliki nilai rasa sama sekali.
Sebaliknya, dapat pula ditentukan bahwa kata bernilai rasa jauh dari dimensidimensi kebakuan. Jika menghadapi kasus demikian ini, anda harus benar-benar cermat
mempertiimbangkan laras bahasanya. Bila laras bahasanya adalah laras ilmiah seperti
halnya bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, maka tidak bisa tidak
preferensi Anda haruslah pada kata-kata baku tersebut.
Sebaliknya kalau dalam laras pemakaian bahasa lebih santai, seperti dalam surat
menyurat personal, maka pertimbangan bilai rasa boleh masuk di situ. Jadi, harus saya
tegaskan bahwa pemakaian bahasa tidak dapat dilakukan serampangan saja. Harus ada
pertimbangan yang bijaksana menyangkut segala hal yang berkaittan dengan
konteksnya. Kelalaian seseorang terhadap pertimbangan konteks pemakaian entitas
kebahasaan menjadikan bahasa yang digunakan amburadul.
4. Peranti Kata Konkret dan Abstrak
Kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dipilih, didengar,
dirasakan, diraba atau dicium. Jadi, sesungguhnya kata-kata konkret menunjuk pada
kata-kata yang dapat diindra. Lazimnya kata-kata konkret dalam ilmu bahasa
merupakan kata yang bukan kata jadian atau kata bentukan.
Dengan kata lain, kata-kata yang sifatnya konkret itu melambangkan atau
menyimbolkan sesuatu. Kata ‘meja’ dan ‘kursi’ jelas sekali merupakan kata konkret.
Akan tetapi kalau ‘pendidikan atau ‘pembodohan’, ‘kemiskinan’, ‘kepandaian’ jelas
merupakan kata-kata yang tidak diindera. Jadi, demikian itulah cara kerja diksi atau
pemilihan kata, harus ada diantara entitas-entitas kebahasaan itu sendiri.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
Sedangkan kata abstrak yaitu menunjuk pada konsep atau gagasan. Kata-kata
abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan yang cenderung rumit.
Bentuk kebahasaan seperti ‘pembodohan’ dan ‘kemiskinan tentu saja merupakan
kata-kata abstrak yang hanya dapat ditangkap maknanya dengan kejernihan pemikiran
dan ketajaman pikir. Jadi, pemaknaan atau penafsiran makna untuk kata-kata abstrak itu
bukan melalui indera.
5. Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata
Kata-kata umum adalah kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan
kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata
umum tidak tepat untuk mendeskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang
rendah. Jadi, kata-kata umum ialah kata-kata yang luas ruang lingkupnya. Bentuk
‘binatang’ misalnya, bentuk ini masih umum atau terbuka dan masih perlu pembagian
dalam macam-macam binatang.
Kata khusus cenderung digunakan dalam konteks terbatas, dalam kepentingankepentingan yang perlu perincian, dan perlu ketepatan dan keakuratan konsep.Jadi,
kata-kata khusus yaitu kata-kata yang sempit ruang lingkupnya, terbatas konteks
pemakaiannya. Kata ‘tawes’ menunjukan makna khusus dalam pengelompokan ikan.
6. Peranti Kelugasan Kata
Kata-kata yang lugas ialah kata-kata yang sekaligus juga ringkas, tidak
merupakan fakta panjang, tidak mendayu-dayu, dan sama sekali tidak berbelit-belit.
Lazimnya, kata-kata yang lugas itu juga bukan merupakan bentuk-bentuk kebahasaan
kompleks. Pemakaian bentuk kata-kata yang verbalistis, yang keasing-asingan,
sesungguhnya dapat dianggap bertentangan dengan prinsip kelugasan ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Orang cenderung akan menggunakan bentuk asing karena merasa bahwa katakata yang bukan asing, tidak lugas, tidak pas, tidak tepat menggambarkan konsep.
Dengan memerantikan bentuk kebahasaan yang belum sepenuhnya dikenal masyarakat
itu karena keasingannya, dimensi kelugasanya akan jauh menurun.
7. Peranti Penyempitan dan Perluasan Makna Kata
Sebuah kata dapat dikatakan mengalami penyempitan makna apabila di dalam
kurun waktu tertentu maknanya bergeser dari semula yang luas ke makna yang sempit
atau terbatas. Misalnya, bentuk ‘pendeta’ yang semula bermakna orang yang berilmu,
tetapi kini menyempit maknanya menjadi ‘guru agama kristen’ atau ‘pengkhotbah
kristen’. Jadi, kehadiran makna-makna baru dari sebuah bentuk kebahasaan seperti
disebutkan di depan itu adalah karena tuntutan kepesifikan kekhususan.
Sebuah makna kebahasaan dikatakan akan meluas jika dalam kurun waktu
tertentu maknanya akan bergeser dari yang semula sempit ke makna yang luas.
Misalnya kata ‘bapak’ dalam pengertian sempit pasti hanya digunakan anak kepada
bapaknya. Namun sekarang kata ‘bapak’ di kantor-kantor seorang pemimipin pasti akan
disebut sebagai ‘bapak’
8. Peranti dan Keaktifan dan Kepasifan
Kata aktif adalah kata-kata yang banyak digunakan oleh tokoh masyarakat.
Karena banyak diperantikan oleh tokoh masyarakat, para selebritas, para jurnalis media
masa, para dosen, para politis, maka kata-kata yang semula tidak pernah digunakan itu
semakin banyak digunakan dalam pemakaian kebahasaan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kata-kata demikian itu telah menjadi aktif lagi dan siap untuk
digunakan. Dalam kerangka dinamika bahasa, fakta demikian ini lazim terjadi karena
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
telah terjadi proses kreatif, yakni kreativitas yang sifatnya membangkitkan atau
generatif.
Sebagai imbangan dari kreativitas, di dalam kehidupan bahasa juga terdapat
kreativitas inovatif. Dengan jenis kreativitas itu, sebuah bentuk kebahasaan yang belum
ada, belum pernah terlahir, lalu dihadirkan sebagai kata-kata yang benar-benar baru.
Praktik pengaktifan yang salah misalnya, dapat dilihat dari pemakaian bentuk ‘terkini’
oleh media masa. Tidak banyak yang tau bahwa kebahasaan yang demikian itu
sesungguhnya tidak benar dari sisi kebahasaan.
9. Peranti Ameliorasi dan Peyorasi
Ameliorasi adalah proses perubahan makna dari yang lama ke yang baru ketika
bentuk yang baru dianggap dan dirasakan lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta
konotasinya bandingkan dengan yang lama.
Peyorasi adalah perubahan makna dari yang baru ke yang lama dianggap masih
tetap lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan
makna yang baru.
10. Kesenyawaan Kata
Bentuk idiomatis atau bentuk senyawa, sesuai dengan namanya, tidak dapat
dipisahkan begitu saja oleh siapa pun juga. Dikatakan sebagai bentuk senyawa karena
bentuk demikian itu sudah sangat erat hubungannya antara satu dengan yang lainnya.
Jadi, di dalam konstruksi idiomatis, kata yang satu dengan yang lain yaitu berhubungan
erat, lekat, dan tidak dapat dipisahkan oleh alasan apapun juga. Pengabaian bentukbentuk idiomatis demikian ini akan menjadikan bahasa ilmiah rusak berantakan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Misalkan,
‘sesuai
dengan’
dan
‘disebabkan
oleh’.
Banyak
orang
24
yang
mengimplikasikan bentuk ‘sesuai dengan’ menjadi bentuk sesuai saja.
11. Ketidakbakuan dan Kebakuan Kata
Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia. Misalnya
kata-kata ‘anda dan saya’. Sedangkan kata tidak baku ialah kata yang digunakan sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada, namun tidak sesuai dengan kaidah bahasa
indonesia.
Misalnya kata, ‘gue dan elo’.
2.4 Pemilihan Kata yang Lazim (Umum)
Pemilihan kata digunakan selain harus tepat, serasi, juga harus lazim.
Penggunaan kata yang tidak lazim mengakibatkan tidak lancarnya komunikasi. Hal itu
terjadi, karena kata-kata yang kurang lazim akan menimbulkan kejanggalan dan
kebingunan bagi pembaca atau pendengarnya.
Contoh:
(1) Kemarin ibu saya berdies natalies yang ke -53.
(2) Pada saat banjir kemarin, banyak rumah yang rebah ke tanah.
(3) Setiap ke gereja Tarman hanya naik pit. (pit = sepeda)
Catatan:
Sampai saat ini masih sering ditemukan pemakaian kata yang sebenarnya
mempunyai arti yang berlawanan dari kata yang digantikannya.
Contoh:
(1) Inem tidak betah tinggal di rumah karena diperlakukan semena-mena.
(2) Ketika saya sapa, dia hanya acuh saja.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
(3) Sebelum pulang, semua harus mengisi daftar absensi dahulu.
Contoh kalimat diatas tidak tepat, penulisan yang tepat adalah sebagai berikut.
(1) Inem tidak betah tinggal di rumah, karena diperlakukan semena-mena.
(2) Ketika saya sapa, dia hanya tak acuh saja.
(2) Ketika saya sapa, dia hanya acuh tak acuh saja.
(3) Sebelum pulang, semua harus mengisi presensi dahulu.
Menurut Soedjito, 1988: 44, kata baku ialah kata yang penggunaannya dalam
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, sesuai dengan kaidah atau ragam bahasa yang
telah ditentukan/dilazimkan, sedangkan kata nonbaku ialah kata yang penggunaannya
dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, tidak sesuai dengan kaidah atau ragam
bahasa yang telah ditentukan/dilazimkan. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui
sebuah kata termasuk kata baku dan kata nonbaku dengan menggunakan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003).
Menurut Sabariyanto (1993: 366), ada beberapa aspek yang dapat digunakan
untuk mengetahui ketidakbakuan kata, antara lain:
1. Aspek Ortografi
Perbedaan Ortografi atau huruf pada kata-kata tertentu dapat
dipergunakan untuk membedakan kebakuan dan ketidakbakuan kata. Berikut
contoh penggunaan kata baku dan kata tidak baku berdasarkan aspek Ortografi.
(1a) Perusahaan itu mengeluarkan produk terbarunya.
(1b) Perusahaan itu mengeluarkan prodek terbarunya.
(2a) Lahan kering seperti ini, sudah tidak produktif lagi untuk ditanami
palawija.
(2b) Lahan kering seperti ini sudah tidak produktip lg untuk ditamani
palawija.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
Kata produk dan produktif pada kalimat (1a), dan (2a) merupakan contoh
penggunaan kata-kata baku berdasarkan aspek ortografi sedangkan, kata produk
dan produktip pada kalimat (2a), dan (2b) merupakan penggunaan kata yang
tidak baku.
2. Aspek jati diri kata
Aspek jati diri kata bahasa Indonesia yaitu kosakata yang bebas dari
kata-kata bahasa daerah dan kata-kata asing, dan apabila sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia maka penyerapannya (kata-serapan) sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia. Aspek jati diri kata dapat digunakan untuk
membedakan kata baku dan kata non baku. Bentuk sebagai aspek jati diri kata
ialah bahasa Indonesia, sedangkan bentuk tidak baku sebagai aspek jati diri kata
ialah kata bahasa lain. Kata tidak baku bahasa lain diantarannya yaitu:
1) Kata yang tidak baku bahasa Jawa
(3a) Wajahnya pucat setelah mendengar berita duka itu.
(3b) Wajahnya pucet setelah mendengar berita duka itu
(4a) Malioboro selalu rame dengan para pengunjungnya, baik itu turis
darimancanegara maupun turis domestik.
(4b) Malioboro selalu rame dengan para pengunjungnya, baik itu turis
darimancanegara maupun turis domestik.
Kata pucat, dan ramai pada kalimat (3a), dan (4a) adalah contoh
penggunaan kata baku sedangkan kata pucet dan rame pada kalimat (3b), dan
(4b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena
pemakaiannya masih menggunakan bahasa Jawa.
2) Kata yang tidak baku bahasa Belanda/Inggris
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
(5a) Dia kecewa nilai rapornya semester ini sangat buruk
(5b) Dia kecewa nilai rapotnya semester ini sangat buruk
(6a) Keputusan yang diambilnya sangat riskan untuk dilakukan.
(6b) Keputusan yang diambilnya sangat riskant untuk dilakukan.
Kata rapor, dan riskan pada kalimat (5a, dan (6a) adalah contoh
penggunaan kata baku, sedangkan kata raport, dan riskant pada kalimat (5b), dan
(6b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena
pemakaiannya masih menggunakan bahasa Inggris atau Belanda.
3) Kata yang tidak baku bahasa Arab
(7a) Tahun ini Judika akan mengeluarkan album rohani
(7b) Tahun ini Judika akan mengeluarkan album ruhani
(8a) Kerajaan Romawi sangat terkenal akan kebudayaannya
(8b) Kerajaan Rumawi sangat terkenal akan kebudayaannya
Kata rohani, dan romawipada kalimat (7a), dan (8a) adalah contoh
penggunaan kata baku sedangkan, kata ruhani dan Rumawi pada kalimat (7b),
(8b) merupakan pemakaian kata tidak baku bahasa Indonesia, karena
pemakaiannya masih menggunakan bahasa Arab.
3. Aspek ragam bahasa
Ragam bahasa ada bermacam-macam, yaitu ragam resmi dan ragam
santai, ragam tulis, dan ragam lisan, serta ragam baku dan tidak baku. Kata baku
dan tidak baku berikut ini dibedakan oleh ragamnya
(9a) Karena malas mengerjakan PR, Doni dihukum oleh gurunya.
(9b) Karena males mengerjakan PR, Doni dihukum oleh gurunya.
(10a) Mari kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya!
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
(10b) Ayo kita berantas narkoba sampai keakar-akarnya!
Kata malas, dan mari pada kalimat (9a), dan (10a) adalah contoh
penggunaan kata baku, karena kalimat tersebut menggunakan ragam bahasa
resmi, sedangkan kata males dan ayo pada kalimat (9b), dan (10b) merupakan
pemakaian
kata
tidak
baku
menggunakan ragam santai.
nahasa
Indonesia,
karena
pemakaiannya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul “Analisis Ketepatan Diksi Pada Kolom "Analisis" Surat
Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi Maret 2014” ini, termasuk jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang hanya
berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang diselidiki
serta tidak ada maksud untuk mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan, membuat
ramalan, menguji hipotesis, atau menentukan makna dan implikasi (Nazir, 1983:63).
Penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada
saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2003: 309). Penelitian ini pun tidak bermaksud
menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” diksi atau pilihan
kata yang digunakan dan bagaimana ketepatan diksi atau pilihan kata tersebut dalam
artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014.
3.2 Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah artikel-artikel kolom "Analisis" SKH
Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014.Artikel kolom "Analisis" yang diambil pada edisi
Maret 2014 terdiri atas 5 artikel yang dapat dilihat di halaman Lampiran. Kelima artikel
yang menjadi sumber data yaitu artikel tanggal 1, 4, 6, 7, dan 8. Pada kelima artikel ini
dibahas mengenai masalah politik dan mancanegara. Kedua masalah inilah yang
menjadi alasan peneliti mengambil kelima artikel tersebut.
29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010: 203).
Instrument penelitian dalam ini adalah peneliti. Sumber data yang dipergunakan adalah
artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014. Artikel kolom
"Analisis" yang diambil pada edisi Maret 2014 terdiri atas 24 artikel yang dapat dilihat
di halaman Lampiran. Selain itu peneliti juga menggunakan dokumentasi berupa studi
kepustakaan literatur buku dan referensi-referensi seperti artikel blog dan website.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan,
membaca, menandai, dan mencatat sumber tertulis. Sumber tertulis dalam penelitian ini
diperoleh dari pengumpulan artikel-artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat
edisi Maret 2014 yang berjumlah 24 artikel, namun peneliti hanya melakukan penelitian
pada 5 artikel saja.
3.5 Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mancari dan menata secara sistematis catatan
hasil observasi, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus
yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Analisis data juga
merupakan proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema, dengan
maksud untuk memahami maknanya. Analisis penelitian kualitatif dilakukan melalui
tiga tahap yaitu reduksi data; display data; dan kesimpulan dan verifikasi. Menurut
Arikunto (2010: 278), analisis penelitian kualitatif secara garis besar meliputi yaitu
persiapan, tabulasi dan penerapan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel yang berisikan
data sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel yang dibuat sebaiknya mampu meringkas
semua data yang akan dianalisis. Pemisahan tabel akan menyulitkan peneliti dalam
proses analisis data
G.E.R. Burroughas mengemukakan klasifikasi analisis data sebagai berikut
1. Tabulasi data,
2. Penyimpulan data,
3. Analisis data untuk menguji hipotesis,
4. Analisis data untuk menarik kesimpulan.
Tahap penerapan dilakukan dengan cara menunjukan kesalahan pilihan kata
yang terdapat dalam karangan kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret
2014 dengan padanan kalimat yang benar dan melakukan pembenaran dengan
menggunakan diksi atau pilihan kata yang tepat. Setelah itu peneliti harus menarik
kesimpulan dari hasil pengamatan.
Kesimpulan dan verifikasi data dimaksudkan untuk mencari makna data yang
dihubungkan dengan mencari hubungan, persamaan atau perbedaan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan membandingkan kesesuaian pernyataan subjek penelitian
yang dalam penelitian ini adalah artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi
Maret 2014 dengan makna yang terkandung dalam konsep-konsep dasar diksi atau
pilihan kata dan ketepatan penggunaannya.
Setelah proses penarikan kesimpulan atas perbandingan data dengan konsep
dasar penelitian, proses selanjutnya adalah pengverifikasian data. Data-data yang berupa
pengkodean artikel kolom "Analisis" SKH Kedaulatan Rakyat edisi Maret 2014, dinilai
kesesuaiannya dengan maksud atau makna yang terkandung dengan konsep-konsep
teori diksi atau pilihan kata agar hasil penelitian lebih tepat dan obyektif.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini ada dua aspek yang dibicarakan yaitu (1) deskripsi data, (2)
analisis hasil penelitian dan (3) pembahasan. Hasil penelitian berupa data yang berisikan
diksi yang terdapat dalam beberapa artikel. Artikel-artikel ini menyangkut beberapa
bidang antara lain ekonomi, mancanegara, politik, hukum, dan pendidikan.
4.1 Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari
kolom "Analisis" Surat Kabar Harian Kedaulatan edisi Maret 2014 tanggal 1, 4, 6, 7,
dan 8. Data yang diteliti berupa kata denotatif, kata konotatif, kata abstrak, kata khusus,
kata ilmiah, kata populer, kata slang, kata asing, dan kata serapan. Berikut ini
dipaparkan data penelitian
Tabel 1. Klasifikasi Diksi dalam kolom "Analisis"
Tgl. Judul
Diksi
D
1
Berbagi Kepercayaan
4
Moratorium Iklan
K
K ab
KK
KU
K kh
KI
KP
6
1
3
3
1
3
1
KS
KA
K sr
Politik
6
Penguatan Rupiah di
2
Tahun Politik
7
Asas Resiprokal
1
2
1
1
Perbankan
8
Ukraina, Rusia dan
2
1
Interverensi
32
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
Keterangan :
D
:
Denotatif
KU
:
Kata Umum
KS
:
Kata Slang
K
:
Konotatif
K.kh
:
Kata Khusus
KG
:
Kata Asing
K.ab
:
Kata Abstrak
KI
:
Kata Ilmiah
K.sr
:
Kata Serapan
KK
:
Kata Konkrit
KP
:
Kata Populer
4.2 Analisis Data
Berdasarkan deskripsi diatas, analisis data disajikan kedalam bentuk klasifikasi
yaitu kata khusus, kata konotasi, kata serapan, kata, populer, kata ilmiah, dan kata asing.
4.2.1 Kata Khusus
a. Ganjalan
Kata ganjalan termasuk kata umum, yang kata khususnya adalah
hambatan, halangan, dan beban.Penggunaan kata ganjalan tepat karena
penulis ingin menunjukan bahwa setiap masa pemilu pasti selalu ada sesuatu
yang menghambat prosesnya.
"Memasuki hari-hari mendekati Pemilu 2014 terdapat sedikit ganjalan untuk
menyongsong masa depan demokrasi di Indonesia".
b. Pelik
Kata pelik termasuk kata khusus, yang kata umumnya adalah sulit.
Pilihan kata ini tepat karena penulis ingin menyampaikan bahwa, betapa sulit
menemukan kesesuaian antara hukum dan partai politik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
"Pelajaran terpenting kita petik dari sini adalah betapa peliknya menemukan
kesesuaian antara penegakan hukum, di satu sisi dan penguatan partai dan
pengembangan demokrasi, di sisi lain".
c. Surut
Kata surut termasuk kata khusus.kata umumnya ialah turun, reda dan
berkurang. Pilihan kata ini tidak tepat karena semestinya kata ini diganti dengan
kata reda agar lebih sesuai dengan kalimatnya.
"Hal itu disebabkan karena belum surutnya penanganan kasus korupsi yang
menimpa para politisi".
d. Berimbas
Kata berimbas merupakan kata khusus. Kata umumnya adalah
berdampak, atau berpengaruh. Penggunaan kata ini tepat dalam aktivitas partai
politik, mengingat besarnya resiko pada parpol ini dalam setiap kegiatan atau
keputusannya.
"Semua itu telah berimbas pada lemahnya penguatan partai politik dan
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara".
e. Sembari
Kata sembari merupakan kata khusus dari kata sambil. Penggunaan kata
ini tepat karena kata ini sesuai dengan kata-kata sebelumnya yang bernilai
positif.
"Tetapi, dari sini kita bisa mendapat hikmah pelajaran, sembari memperjelas
duduk perkara soal ini".
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
f. Tunduk
Kata tunduk merupakan kata khusus, yang kata umumnya adalah patuh.
Penggunaan kata ini sudah tepat dan sesuai dengan konteks (hukum) di atas.
"Sementara, penegakan hukum sebaiknya tunduk dan mengikuti supremasi
politik demokrasi ini".
g. Memvisualisasikan
Kata memvisualisasikan merupakan salah satu kata khusus dari
menampilkan. Kata ini sudah tepat digunakan karena kalimat ini membahas
tentang iklan yang dimunculkan lewat televisi.
"Dimunculkan lewat kanal televisi sekedar memvisualisasikan iklan jargon
omong kosong yang sulit diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari rakyat
Indonesia".
h. Diejawantahkan
Kata
diejawantahkan
termasuk
kata
khusus
dari
diwujudkan.
Penggunaan kata ini kurang tepat karena kata ini merupakan kata yang jarang
ditemui oleh pembaca. Seharusnya diejawantahkan diganti dengan diwujudkan.
"Dimunculkan lewat kanal televisi sekedar memvisualisasikan iklan jargon
omong kosong yang sulit diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari rakyat
Indonesia".
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
i. Diwartakan
Kata diwartakan termasuk kata khusus dari kata diberitakan.
Penggunaan kata ini sudah sesuai karena topik yang dibicarakan secara langsung
hadir melalui media masa yang adalah sebuah warta.
"Kabar gembira diwartakan harian KR (27/2) lalu yang mengabarkan perihal
moratorium iklan kampanye ditelevisi".
j. Mengisyaratkan
Kata mengisyaratkan merupakan kata khusus. Penggunaan kata ini tepat
karena penulis ingin menyatakan bahwa ada perihal yang secara tidak langsung
berpengaruh pada kebijakan stimulus ekonomi.
"Hal ini mengisyaratkan bahwa kebijakan stimulus ekonomi tidak akan
sertamerta dihentikan".
k. Memicu.
Kata memicu merupakan kata khusus. Penggunaan kata ini tepat karena
kata memicu timbul oleh hal yang tidak disengaja, jadi dalam kata ini sesuai
dengan kalimat utuhnya yang ada.
"Karena jika salah satu negara melakukan penggunaan kekerasan terhadap
negara lain, sebagian besar negara dan para ahli percaya bahwa penggunaan
kekuatan tersebut akan memicu hak negara yang dirugikan untuk melakukan
pembelaan diri".
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
4.2.2 Kata Konotasi
a. Membanjiri
Kata membanjiri merupakan kata konotatif. Kata ini tidak tepat
digunakan. Seharusnya kata membanjiri diganti dengan kata memenuhi.
"Mereka akan membanjiri kampanye dalam bentuk iklan luar ruang".
b. Menggenjot
Kata menggenjot merupakan kata konotatif. Kata menggenjot berarti
meningkatkan. Kata menggenjot tidak tepat digunakan karena kata ini terdengar
kasar ditelinga. Pada kalimat ini seharusnya kata menggenjot diganti dengan
kata meningkatkan.
"Billboard, baliho, umbul-umbul, poster, stiker, bendera dan rontek akan
menjadi media utama untuk menggenjot elektabilitas caleg dan kandidat
presiden peserta Pemilu 2014".
c. Perang
Kata perang merupakan kata konotatif. Penggunaan kata ini tepat karena
yang dibicarakan dalam kalimat ini memang yang dibicarakan adalah terjadinya
persaingan atau adu iklan politik di seluruh Indonesia.
"Pada titik inilah terjadi perang iklan politik di seluruh Indonesia".
d. Pelemahan
Dalam konteks artikel ini kata pelemahan merupakan kata konotasi dari
kata penurunan. Kata ini tidak tepat digunakan, karena kata pelemahan tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
dapat digunakan pada mata uang, dan seharusnya diganti dengan kata
penurunan, karena topik yang dibahas adalah mata uang.
"Hari-hari terakhir di bulan Februari 2014, kurs Rupiah terhadap US $
mengalami peningkatan yang cukup tinggi setelah mengalami pelemahan
selama beberapa bulan di tahun 2013".
e. Penguatan
Kata penguatan merupakan kata konotatif. Kata ini sudah tepat
digunakan karena penulis ingin mengatakan bahwa di tahun politik ini mata
uang rupiah mengalami penguatan atau peningkatan.
"Penguatan Rupiah di Tahun Politik"
f. Keperkasaan
Dalam konteks artikel ini kata keperkasaan merupakan konotasi dari kata
peningkatan. Kata ini tidak tepat digunakan karena sama halnya dengan
pelemahan, kata keperkasaan tidak sesuai jika dipadukan dengan uang.
Seharusnya keperkasaan diganti dengan kata peningkatan.
"Rupiah menunjukan keperkasaanya hingga Rp.11,576".
g. Jembatan
Kata jembatan merupakan kata konotatif. Penggunaan kata ini tepat
karena penulis ingin menunjukan bahwa penerapan asas yang disebutkan pada
kalimat sebelumnya dapat menjadi solusi untuk penerapan di wilayah lain.
" Sebab penerapan asas ini akan menjadi jembatan atau barometer untuk
penerapan di wilayah lain".
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
h. Buah bibir
Kata buah bibir merupakan kata konotatif. Penggunaan kata ini tepat
karena penulis ingin mengatakan bahwa kontroversi tentang kedatangan
pasukan Rusia ke Ukraina telah menjadi pembicaraan di kalangan internasional.
" Kontroversi mengenai kedatangan pasukan Rusia ke Ukraina menjadi buah
bibir di kalangan internasional".
i. Terguling
Kata terguling merupakan merupakan kata konotatif. Penggunaan kata
ini tepat hanya saja kalimatnya yang kurang lengkap. Sebaiknya kalimat tersebut
diperbaiki menjadi "Seperti diketahui sebelumbya, Presiden Ukraina yang
terguling Viktor Yanukovych memninta bantuan pasukan dari Rusia".
" Seperti diketahui sebelumnya, presiden terguling Ukraina Viktor Yanukovych
meminta bantuan pasukan dari Rusia".
4.2.3 Kata Serapan
a. Eksternal
Kata eksternal merupakan kata serapaan yang berarti faktor dari luar.
Penggunaan kata ini sudah tepat karena dalam konteks ini penguatan rupiah
dipengaruhi oleh tokoh dari luar (negeri), yakni Gubernur The Fed Janet Yellen.
" Beberapa faktor eksternal yang diperkirakan mempengaruhi penguatan rupiah
di antaranya adalah penyataan Gubernur The Fed Janet Yellen, yang
menyatakan bahwa kebijakan moneter akomodatif dirasa masih tepat".
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
b. Internal
Kata internal merupakan kata serapan yang berarti faktor dari dalam.
Penggunaan kata ini tepat karena pada kalimat ini juga terdapat kata eksternal.
"Selain faktor eksternal, faktor internal sudah pasti juga memberikan kontribusi
dalam penguatan Rupiah''.
c. Argumen
Kata argumen merupakan kata serapan (argument). Kata ini sudah tepat
digunakan karena penulis ingin mengatakan bahwa dalam konteks ini pendapat
atau opini dari pemerintah Rusia ini bersifat konsisten.
"Sebagai catatan penting, bahwa argumen yang sama juga dikemukakan pada
saat Rusia melakukan intervensi di Georgia pada tahun 2008".
d. Performa
Kata performa merupakan kata serapan bahasa inggris ke indonesia yaitu
performance. Kata ini seharusnya diganti dengan kata penampilan agar mudah
dimengerti, karena performa tidak sesuai jika dihubungankan dengan konteks
yang ada yakni bank.
" Liberalisasi yang diterapkan di Indonesia jika tidak diimbangi dengan
performa bank dalam negeri di pasar ASEAN, akan kalah.
e. Proteksi
Kata proteksi merupakan kata serapan bahasa inggris ke indonesia yaitu
protection. Kata ini tepat karena penulis ingin memberitahukan bahwa bank di
Indonesia tidak seutuhnya aman.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
" Hal itu sangat penting sebagai bentuk proteksi terhadap bank lokal".
4.2.4 Kata Populer
g. Jurdil
Kata jurdil termasuk kata populer. Arti kata sebenarnya ialah jujur dan
adil kata ini tidak tepat digunakan karena kata jujur dan adil sudah ditulis pada
kata sebelumnya, jadi kata ini merupakan pemborosan pada sebuah kalimat.
"Bahkan, bisa berimbas pada kualitas Pemilu 2014 yang diharap bisa
berlangsung bebas, bersiih, jujur, dan adil atau be to bejurdil.
g. Narsis
Kata narsis merupakan kata populer. Kata ini sudah tepat digunakan
karena maksud dan tujuan penulis menulis kata ini adalah untuk menyindir
calon wakil rakyat yang hanya sekedar berlomba menampilkan penampilan luar
dari pada isi atau esensi mereka.
"Mereka kehilangan media utama yang diandalkan mampu mendongkrak
elektabilitas wajah narsis dirinya".
4.2.5
Kata Ilmiah
a. Respiprokal (KI)
Kata respiprokal merupakan kata ilmiah. Kata ini tidak tepat digunakan
karena tidak semua golongan masyarakat pembaca dapat mengetahui artinya.
Sebaiknya kata ini diganti dengan kata kesetaraan, karena respiprokal berarti
kesetaraan.
Kalimat : " Asas Respiprokal Perbankan".
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
b. Liberal (KI)
Kata liberal merupakan kata ilmiah yang berarti bebas. Kata ini tepat
karena konteks yang dibicarakan adalah sistem perbankan.
"Indonesia dianggap beberapa negara khususnya di ASEAN sebagai negara
yang sistem perbankannya paling liberal".
4.2.6 Kata Asing
a. Draf
Kata draf merupakan kata asing. Kata ini kurang tepat digunakan karena
tidak semua golongan masyarakat dapat memahami kata ini. Sebaiknya kata
draf diganti dengan kata daftar agar dapat lebih mudah dipahami.
"Penerapan konsep asas respiprokal dalam draf Revisi UU Perbankan memang
tidak
mudah, karena di kalangan anggota DPR saja masih terdapat pro-
kontra tergantung kepentingan politik dan kebijakan politik partainya".
4.3 Pembahasan
Pada uraian di atas telah dituliskan bahwa terdapat 11 jenis diksi yakni kata
denotatif, kata konotatif, kata umum, kata khusus, kata abstrak, kata konkrit, kata
ilmiah, kata slang, kata populer, kata asing, dan kata serapan. Pada deskripsi data
terdapat 11 kata khusus, 9 kata konotatif, 4 kata serapan, 2 kata ilmiah, 2 kata populer,
dan 1 kata asing.
Kata khusus banyak ditemukan dalam kolom Analisis Edisi Maret 2014
misalnya pada kolom tanggal 1 yang berjudul ''Berbagi Kepercayaan''. Terdapat katakata seperti "ganjalan, surut, berimbas, sembari, dan tunduk".Kata - kata tersebut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
tergolong dalam kata khusus karena cakupan maknanya sempit atau terbatas. Biasanya
kata - kata khusus seperti ini digunakan untuk menyebut seluk beluk tertentu yang
mengacu pada beberapa sifat suatu benda atau perinciannya.
Pada artikel tanggal 1 ditemukan 6 kata khusus yakni kata ganjalan, pelik
berimbas, sembari, tunduk, dan jurdil. Kata ganjalan merupakan kata khusus dari kata
hambatan. Kalimat lengkap kata ganjalan pada artikel ini ialah "Memasuki hari-hari
mendekati Pemilu 2014 terdapat sedikit ganjalan untuk menyongsong masa depan
demokrasi di Indonesia". Penggunaan kata ganjalan pada kalimat ini tepat karena
penulis ingin menunjukan bahwa pada setiap masa pemilu selalu saja terdapat
permasalahan. Dalam hai ini penulis ingin menyampaikan bahwa permasalahan atau
halangan yang ada pada masa pemilu memang kerap kali terjadi di Indonesia.
Kata pelik merupakan kata khusus dari kata sulit.Kalimat lengkap kata pelik
dalam artikel ini ialah "Pelajaran terpenting kita petik dari sini adalah betapa peliknya
menemukan
kesesuaian antara penegakan hukum, di satu sisi dan penguatan partai
dan pengembangan demokrasi, di sisi lain". Pemilihan kata ini tepat karena penulis
ingin menyampaikan bahwa betapa sulitnya menemukan kesesuaian antara hukum dan
partai politik. Penggunaan kata ini ditujukan untuk mendramatisir kejadian yang sedang
terjadi di kalangan partai politik.
Kata surut merupakan kata khusus dari kata reda. Penggunaan kata ini biasanya
digunakan pada konteks air maupun pantai. Dalam artikel ini, kalmat lengkap kata surut
ialah "Hal itu disebabkan karena belum surutnya penenganan kasus korupsi yang
menimpa para politisi". Kata surut ini digunakan dalam konteks politik maka
penggunaan kata ini menjadi kurang tepat. Karena itu perlu diganti dengan kata
berkurang/reda agar kalimat terdengar lebih sesuai. Kemudian kalimat menjadi "Hal itu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
disebabkan karena belum berkurangnya penanganan kasus korupsi yang menimpa para
politisi".
Kata berimbas merupakan kata khusus dari kata berdampak. Kalimat lengkap
kata berimbas pada artikel ini adalah "Semua itu telah berimbas pada lemahnya
penguatan partai politik dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penggunaan kata ini tepat karena di dalam aktivitas partai politik, selalu terjadi dampak
yang menguntungkan maupun merugikan bagi beberapa pihak yang yang.Hal inilah
yang penulis ingin sampaikan.
Kata sembari merupakan kata khusus dari kata sambil. Penggunaan kata ini
tepat karena kata ini bersifat halus dan positif. Seperti halnya kalimat utuhnya yakni
"Tetapi, dari sini kita bisa mendapat hikmah pelajaran, sembari memperjelas duduk
perkara soal ini".
Kata tunduk merupakan kata khusus dari kata patuh.Kalimat utuh dalam kata
tunduk dalam artiket adalah "Sementara, penegakan hukum sebaiknya tunduk dan
mengikuti supremasi politik demokrasi ini". Penggunaan kata ini tepat karena telah
sesuai dengan konteks, yakni konteks politik. Dunia politik memang tak lepas dari
hukum, dan penegakan hukum memang sudah sepatutnya tunduk pada politik dan
segala sesuatu di dalamnya.
Kata jurdil merpakan kata populer. Kalimat utuh kata jurdil dalam artikel ini
adalah "Bahkan, bisa berimbas pada kualitas Pemilu 2014 yang diharap bisa
berlangsung bebas, bersih, jujurdan adil atau be to be jurdil". Kata ini termasuk kata
populer karena begitulah kebanyakan orang mengatakannya. Jurdil merupakan
singkatan dari kata jujur dan adil, namun masyarakat menyebutnya jurdil.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Pada artikel tanggal 4 ditemukan 3 kata khusus yakni 3 kata konotatif, dan 1
kata populer. Kata khusus yang pertama ialah kata diwartakan. Kata diwartakan
termasuk kata khusus dari kata diberitakan. Kalimat utuh kata diwartakan dalam kolom
analisis ini adalah "Kabar gembira diwartakan harian KR (27/) lalu yang mengabarkan
perihal moratorium iklan kampanye ditelevisi". Penggunaan kata ini tepat dengan topik
yang dibicarakansecara langsung melalui media masa yang memang adalah sebuah
warta.
Berikutnya adalah kata memvisualisasikan. Kata utuh dalam kolom analisis ini
adalah "Dimunculkan lewat kanal televisi sekedar memvisualisasikan iklan jargon
omong kosong yang sulit diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari rakyat
Indonesia". Kata memvisualisasikan merupakan kata khusus dari kata menampilkan.
Penggunaan kata ini tepat karena topik ini membahas tentang iklan yang dimunculkan
di layar televisi, sehinggan kata memvisualisasikan menjadi cocok menjadi kata
kerjanya.
Kata khusus yang ketiga ialah kata diejawantahkan. Kalimat utuh kata ini adalah
"Dimunculkan lewat kanal televisi sekedar memvisualisasikan iklan jargon omong
kosong yang sulit diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia".
Penggunaan kata ini tidak tepat karena kata diejawantahkan merupakan kata yang
jarang ditemui oleh pembaca golongan menengah kebawah, sehingga membuat
kebingungan bagi pembaca pada golongan tersebut. Sebaiknya kata ini diganti dengan
kata diwujudkan, dan kalimat uthnya dapat di pahami oleh seluruh golongan.
Kata konotatif yang pertama ialah kata membanjiri. Kalimat utuh kata ini ialah
"Mereka akan membanjiri kampanye dalam bentuk iklan luar ruangan". Kata
membanjiri merupakan kata konotatif atau bukan makna membanjiri yang sebenarnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
Kata ini tepat digunakan karena dalam hal berkampanye pasti akan banyak sekali orang
atau objek yang hadir.
Kata konotatif yang kedua adalah kata menggenjot. Kalimat utuhnya ialah
"Billboard, baliho, umbul-umbul, poster, stiker, bendera dan rontek akan menjadi media
utama untuk menggenjot elektabilitas caleg dan kandidat presiden peserta Pemilu
2014". Kata menggenjot dalam kalimat ini merupakan kata konotatif barati
meningkatkan atau memacu. Kata ini tidak tepat digunakan karena kata ini tetrdengar
kasar ditelinga. Pada kalimat ini seharusnya diganti dengan kata meningkatkan, agar
terasa lebih halus bagi pembaca.
Berikutnya adalah kata perang. Kalimat utuh dalam artikel ini adalah "Pada titik
inilah terjadi perang iklan politik di seluruh Indonesia". Kata perang, dalam kalimat ini
merupakan kata konotatif, karena kata perang disini bukan berarti perang sungguhan
melainkan persaingan antara iklan-iklan politik yang terjadi. Penggunaan kata ini tepat,
karena iklan politik selalu bersaing satu dengan yang lainnya, dan saking banyaknya
maka terlihat seperti perang.
Kata narsis merupakan kata populer. Kalimat ututh kata narsis dalam artikel ini
ialah "Mereka kehilangan media utama yang diandalkan mampu mendongkrak
elektabilitas wajah narsis dirinya". Kata ini sudah tepat digunakan karena maksud dan
tujuan penulis adalah untuk menyindir calon wakil rakyat yang hanya sekedar berlomba
menampilkan penampilan luarnya.
Pada artikel tanggal 6 ditemukan 3 kata konotatif, 2 kata serapan, dan 1 kata
khusus. Kata konotatif yang pertama ialah kata pelemahan. Kalimat utuh kata
pelemahan dalam artikel ini adalah "Hari-hari terakhir di bulan Februari 2014, kurs
rupiah terhadap US $ mengalami peningkatan yang cukup tinggi setelah mengalami
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
pelemahan selama beberapa bulan di tahun 2013". Dalam konteks ini kata pelemahan
merupakan kata konotasi dari kata penurunan.Penggunaan kata ini tidak tepat, karena
kata ini kurang sesuai. Seharusnya kata pelemahan diganti dengan kata penurunan.
Kata konotatif yang kedua ialah kata penguatan.Kalimat utuh kata penguatan
dalam artikel ini adalah "Penguatan Rupiah di Tahun pilitik". Seperti halnya kata
pelemahan, kata penguatan juga kurang tepat digunakan, karena kurang sesuai atau
cocok dengan konteks. Lebih baik apabila kata penguatan diganti dengan kata
peningkatan.
Kata konotatif yang ketiga ialah kata keperkasaan. Kalimat utuh kata
keperkasaan dalam kalimat ini adalah "Rupiah menunjukan keperkasaanya hingga Rp.
11,576".Dalam konteks artikel ini kata keperkasaan merupakan konotasi dari kata
peningkatan. Kata ini tidak tepat digunakan karena kurang sesuai. Dalam konteks ini
seharusnya kata keperkasaan diganti dengan kata peningkatan.
Kata serapan yang pertama ialah kakta eksternal. Kalimat utuh kata eksternal
dalam artikel ini adalah " Beberapa faktor eksternal yang diperkirakan mempengaruhi
penguatan rupiah di antaranya adalah penyataan Gubernur The Fed Janet Yellen, yang
menyatakan bahwa kebijakan moneter akomodatif dirasa masih tepat".Eksternal
merupakan kata serapan yang berarti faktor dari luar. Penggunaan kata ini sudah tepat
digunakan dengan alasan konteks ini mengenai peningkatan rupiah dipengaruhi oleh
tokoh dari luar (negara), yakni Gubernur The Fed Janet Yellen.
Kata internal juga merupakan kata serapan.Kalimat utuh kata internal dalam
artikel ini adalah "Selain faktor eksternal, faktor internal sudah pasti juga memberikan
kontribusi dalm penguatan Rupiah". Kata internal merupakan kata serapan yang berarti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
faktor dari dalam. Pengguatan kata ini tepat walaupun tidak ada penjelasan yang
mendalam tentang siapa yang dimaksud faktor internal ini.
Kata
mengisyaratkan
merupakan
kata
khusus.
Kalimat
utuh
kata
mengisyaratkan dalam artikel ini adalah "Hal ini mengisyaratkan bahwa kebijakan
stimulus ekonomi tidak akan serta merta dihentikan". Kata mengisyaratkan merupakan
kata khusus. Penggunaan kata ini tepat karena penulis ingin menyatakan bahwa ada
perhal yang tidak secara langsung berpengaruh kepada kebijakan stimulus ekonomi.
Pada artikel tanggal 7 penulis menemukan 2 kata ilmiah, 2 kata serapan, 1 kata
konotatif, dan 1 kata asing. Kata ilmiah yang pertama ialah kata respiprokal.Kalimat
utuh kata respiprokal dalam artikel ini adalah "Asas Respiprokal Perbankan". Kata ini
tidak tepat digunakan karena tidak semua golongan masyarakat pembaca dapat
mengetahui arti kata ini. Sebaiknya kata ini diganti dengan kata misalnya kesetaraan.
Kata liberal merupakan kata ilmiah.Kalimat utuh kata liberal dalam artikel ini
adalah "Indonesia dianggap beberapa negara khususnya di ASEAN sebagai negara yang
sistem perbankannya paling liberal". Kata liberal berarti bebas dan kata ini sudah tepat
digunakan.
Berikutnya adalah pembahasan mengenai kata serapan. Kata serapan yang
pertama ialah performa. Kalimat utuh kata performa dalam artikel ini adalah
"Liberalisasi yang diterapkan di Indonesia jika tidak diimbangi dengan performa bank
dalam negeri di pasar ASEAN, akan kalah". Kata performa merupakan kata serapan
dari bahasa inggris yakni performance. Kata ini kurang tepat digunakan, seharusnya
kata performa diganti dengan kata kemampuan agar lebih mudah dimengerti tiap
golongan pembaca.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
Kata serapan yang terakhir adalah kata proteksi. Kalimat utuh kata proteksi
dalam artikel ini adalah "Hal itu sangat penting sebagai bentuk proteksi terhadap bank
lokal" kata proteksi merupakan kata serapa ke dalam bahasa indonesia yaitu protection.
Kata ini tepat karena penulis ingin memberitahukan bahwa bank di Indonesia tidak
seutuhnya aman.
Berikutnya adalah kata konotatif yakni kata jembatan.Kalimat utuh kata
jembatan dalam artikel ini adalah "Sebab penerapan asas ini akan menjadi jembatan
atau barometer untuk penerapan di wilayah lain". Penggunaan kata ini tepat karena
penulis ingin menunjukan bahwa penerapa asas yang disebutkan pada kalimat
sebelumnya dapat menjadi solusi untuk penerapan di wilayah lain.
Kata draf merupakan kata asing. Kalimat utuh kata draf dalam artikel ini adalah
"Penerapan konsep asas respiprokal dalam draf Revisi UU Perbankan memang tidak
mudah, karena di kalangan anggota DPR saja masih terdapat pro konta tergantung
kepentingan politik dan kebijakan politik partainya". Kata draf merupakan kata asing.
Kata ini kurang tepat digunakan karena tidak semua golongan masyarakat dapat
memahami kata ini. Sebaiknya kata draf diartikan saja ke dalam bahasa Indonesia yaitu
daftar agar mudah dipahami.
Pada artikel tanggal 8 peneliti menemukan 2 kata konotatif, 1 kata khusus, dan 1
kata serapan. Kata konotatif yang pertama ialah kata buah bibir. Kalimat utuh kata buah
bibir dalam artikel ini adalah "Kontroversi mengenai kedatangan pasukan Rusia ke
Ukraina menjadi buah bibir di kalangan internasional". Kata ini merupakan konotasi
dari kata
pembicaraan, atau biasanya menjadi topik hangat
yang sedang
diperbincangkan. Penggunaan kata ini tepat karena topik ini terdengar sampai di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
kalangan internasional, dan menjadi berita yang wajar untuk dibicarakan oleh banyak
orang.
Berikutnya adalah kata terguling. Kalimat utuh kata terguling adalah "Seperti
diketahui sebelumnya, presiden terguling Ukraina Viktor Yanukovych meminta bantuan
pasukan dari Rusia". Kata ini merupakan kata konotasi dari kata lengser atau turun
jabatan, karena konteks inilah yang terbangun dalam kalimat utuh ditersebut.
Penggunaan kata ini tepat, hanya saja kalimatnya yang kurang lengkap. Sebaiknya
kalimat tersebut diperbaiki menjadi "Seperti diketahui sebelumnya, presiden Ukraina
yang terguling Viktor Yanukovych meminta bantuan pasukan dari Rusia".
Kata memicu merupakan kata khusus. Kalimat utuh kata memicu dalam artiket
ini adalah " Karena jika salah satu negara melakukan penggunaan kekerasan terhadap
negara lain, sebagian besar negara dan ahli percaya bahwa penggunaan kekuatan
tersebut akan memicu hak negara yang dirugikan untuk melakukan pembelaan diri".
Kata memicu merupakan kata khusus dari kata mengundang (secara tidak disengaja).
Kata ini tepat digunakan karena sesuai dengan konteks kalimat diatas.
Kata argumen merupakan kata serapan dari bahasa inggris yakni argument.
Kalimat utuh kata argumen dalam artikel ini adalah "Sebagai catatan penting, bahwa
argumen yang sama juga dikemukakan pada saat rusia melakukan intervensi di Georgia
pada tahun 2008". Penggunaan kata ini sudah tepat karena penulis ingin mengatakan
bahwa dalam konteks ini pendapat atau opini dari pemerintah rusia ini bersifat
konsisten".
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan dua
hal pokok yakni yang pertama, jenis-jenis diksi. Peneliti menemukan adanya
penggunaan diksi berupa kata konotatif, kata khusus, kata ilmiah, kata populer, kata
asing, dan kata serapan. Berikut ini hasil pendataan dan pengklasifikasian yang
dilakukan terhadap 5 artikel kolom Analisis dari diksi yang terbanyak hingga yang
paling sedikit. Terdapat 11 kata khusus, 9 kata konotatif, 4 kata serapan, 2 kata ilmiah
dan kata populer, dan 1 kata asing.
Kedua, Ketepatan pilihan kata.Sebagian besar penggunaan diksi pada kolom
analisis surat kabar harian Kedaulatan Rakyat ini sudah tepat, dan hanya beberapa saja
yang dirasa oleh peneliti kurang atau tidak tepat. Ketepatan diksi terletak pada
bagaimana cara penulis mengungkapkan gagasannya melalui kata-kata pilihan yang
paling baik digunakan dalam situasi, dan kemampuan membedakan secara tepat nuansanuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan itu, sehingga tidak terjadi
kesalahpengertian pada masyarakat pembaca.
5.2. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, peneliti
memberikan saran kepada editor surat kabar untuk melakukan pengecekan ulang katakata pilihan dari penulis pada kolom artikel atau semacamnya. Diharapkan juga pada
penulis pada kolom Analisis untuk menulis pendapatnya menggunakan kata-kata yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
lebih umum agar pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti dengan mudah oleh
pembaca.
Peneliti juga memberikan saran bagi peneliti lain yang juga melakukan
penelitian sejenis agar melakukan observasi dengan baik sebelum menentukan objek
penelitian agar memperoleh hasil yang maksimal. Penelitian ini belumlah optimal,
untuk itu diharapkan peneliti lain dapat mengembangkan lagi rumusan masalah dengan
variabel yang lain.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Tasai, S. Amran. 2010. Cermat Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, Cetakan ke-12. Jakarta: Akademika Pressindo.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Sastra Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Edisi ke-4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Doni,
Irwan.
Menulis
Opini:
Spesial
Esai
dan
Kolom.
http://irwan-
doni.blogspot.com/2010/10/menulis-opini-spesial-esai-dan-kolom-1.html, diakses
28/03/2014, 22:10.
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Nusa Indah, Yayasan Kanisius.
Komaidi, Didik. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif (Teori dan Praktik).
Yokyakarta: Sabda Media.
Kuswara, Ade.
Tajuk Rencana. http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/12/tajuk-
rencana.html, diakses 28/03/2014, 22:10.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhtarom, Imam. Menulis Opini, Esai dan Kolom.
http://imamuhtarom.blogspot.com/2010/12/menulis-opini-esai-dan-kolom.html,
diakses 28/03/2014, 22:10.
Najib,
Muhammad.
Modul
Univesitas
Terbuka
SKOM4330,
http://rudiprastiyan.blogspot.com/2014/03/perbedaan-antara-featureeditorial.html, diakses 28/03/2014, 22:10.
Poernomo, Bagoes, Diksi dan Arti. http://www.slideshare.net/BagoesPoernomo/diksidan-arti, diakses 28/03/2014.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.
Erlangga.
Romli, Asep Syamsul. 2005. Jurnalistik Terapan. Bandung: Batik Press.
Scott, A.F. (1980). Current Literary Terms: A Concise Dictionary. London: The
Macmillan Press Ltd.
Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metoda Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Trim,
Bambang.
Gorys
Keraf.
http://manistebu.wordpress.com/2013/06/06/komposisi-gorys-keraf/,
diakses
28/03/2014, 22:10.
Komposisi
Dahsyat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
BIODATA
Yohanes Angga Wibawasana, lahir di Yogyakarta 15 agustus 1989.
Menyelesaikan sekolah dasar pada tahun 2001 di Sekolah Dasar
Gejayan Condong Catur, melanjutkan studi di SMP Pangudi Luhur
1 Yogyakarta pada tahun 2001 - 2004. Kemudian menyelesaikan
SMA di Bopkri 2 Yogyakarta pada tahun 2007. Pada tahun yang
sama (2007) melanjutkan studi di USD, Program Studi PBSI. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni. FKIP. Pada tahun 2014 berhasil menyelesaikan studi S1, dengan
skripsi yang berjudul "Analisis Ketepatan Diksi Pada Kolom Analisis SKH KR bulan
Maret 2014".
Download