plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ANALISIS KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI KECAMATAN GODEAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
Anton Purwoko
NIM : 071324001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada :
Bapak dan Ibu yang telah membesarkan saya terima
kasih doa dan membimbingnya serta kepercayaan yang
di berikan kepada saya.
Saudara-saudara dan keluarga besar terimakasih atas
dukungannya dan motivasinya.
Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing dan
mengajar kita.
Teman-teman seperjuangan PE’07 yang telah
memberikan semangat semua telah kita lewati suka dan
duka di bangku kuliah.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku :
Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO
“Hari depan dunia lebih banyak di tentukan moralitas keputusan
sekarang”
(Soedjatmoko-intelektual Indonesia)
“Tidak ada jalan keluar yang dipakai untuk mengindarkan didi
dari sesuatu kecuali berpikir”
(Thomas Alva Edison)
“Nalar hanya akan membawa anda dari A menuju B, namun
imajinasi mampu membawa anda dari A ke manapun”
(Albert Einstein)
“Saat salah satru pintu kabahagiaan tertutup, pintu yang lain
terbuka. Hanya sering kali kita terpaku begitu lama pada pintu
yang tertutup sehingga tak melihat yang telah terbuka untuk
kita”
(Helen Keller)
“Hidup di dunia bagaikan naik perahu yang terombangambingkan ombak, tetapi jangan takut ada sang kapten yang
memimpin, mengawasi, menjaga, dan melayani seluruh awak
perahu dan penumpangnya, Yesus adalah Kapten dalam
hidupku”
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
ANALISIS KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DI KECAMATAN GODEAN
ANTON PURWOKO
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong
petani mengkonversikan lahan pertanian, dampak dari konversi lahan pertanian,
pengendalian konversi lahan pertanian dan untuk mengetahui pola pemanfaatan
lahan pertanian yang dikonvesikan di kecamatan godean.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif.
Sampel sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode triagulasi dilakukan pada bulan
Februari 2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif,
tahapannya melalui tahap reduksi.
Hasil penelitian antara lain: 1) faktor yang mendorong petani
mengkonversikan lahan pertanian terdiri atas: butuh uang, paksaan dari pihak
pengembang, hasil pertanian yang tidak cukup memenuhi kebutuhan,
pertambahan penduduk, pemilik lahan pindah kerja, dan pembangunan akses jalan
raya. 2) Dampak dari konversi lahan pertanian terhadap petani yaitu terjadi
perubahan matapencaharian, irigasi terhambat, dan produktivitas pertanian
menurun. 3) Pengendalian konversi lahan pertanian yaitu melalui surat percepatan
sertifikasi tanah, Peraturan Gubernur DIY Nomor 11 Tahun 2008 tentang
pengelolaan Tanah Kas Desa di Provinsi DIY, dan meningkatkan kualitas produk
pertanian. 4) Pola pemanfaatan lahan pertanian berubah fungsi menjadi
perumahan.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF THE CONVERSION OF AGRICULTURAL AREA
TO THE DEVELOPMENT OF DWELLING IN GODEAN DISTRICT
Anton Purwoko
Sanata Dharma University
2013
This research aims to find out the factors that encourage the farmer to
convert the agricultural area to become dwelling, the effects of the conversion,
how to control of the conversion, and to find out the utilization pattern of
converted agricultural area in Godean district.
This is a descriptive research which uses a qualitative method. The
samples were chosen purposively and had snowball sampling characteristics. The
data were gathered in February 2013 by applying triangulation method. The data
analysis technique was qualitative data analysis, through reduction stages.
The results are: 1) factors that encourage the farmers to convert the
agricultural area to become dwelling consist of: financial matters, the constraint of
the developer, agricultural products that are not sufficient to meet the needs,
population growth, landowners who change job, and good development of
infrastructures; 2) the effects of the conversion toward the farmers are the changes
of occupations, insufficient irrigation, and the decrease of agricultural
productivity; 3) the conversion are controlled through acceleration letter of land
certification, the Decree of the Governor Of Yogyakarta Special Region, no. 11,
2008 about communal land management in Yogyakarta Special Region, and
improving the quality of agricultural products; 4) the utilization pattern of
converted agricultural area changes its function to dwelling.
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kemurahan, berkat, dan penyertaan-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi, jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dari hati yang paling dalam penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menguatkan, membimbing serta
menemani dalam hidupku sehingga Skripsi ini selesai tepat waktu.
2. Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan
untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dhama
Yogyakarta.
4. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
5. Bapak DR. C. Teguh Dalyono, M.S. Selaku Dosen Pembimbing I yang
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
semangat dan mengarahkan dalam penulisan skripsi.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membantu dalam proses pendidikan
selama di bangku kuliah.
8. Bapak dan Ibu dengan penuh kasih sayang, doa, harapan dan pengorbanan
yang tak ternilai harganya demi keberhasilan penulis selama menimba
ilmu di Universitas Sanata Dharma.
9. Adikku, Kartika Candraningsih, Trimakasih Doanya.
10. Simbah Putri Dan Mbah Kakung (Alm), matur nuwun mbah pandongone.
11. Saudara-saudari
MUKALOHANTU,
trimakasih
atas
pendalaman
imannya, tetap semangat dan kompak selalu kita semua bersaudara dalam
Kristus.
12. OMK Santa Maria Assumpta Gamping, matur nuwun sanget Geh.
13. Saudara-saudara
grup
ronda
pastoran,
terimakasih
doanya
dan
penghiburaanya, (satu kata “Lucous…”)
14. Behringer team Santa Maria Assumpta Gamping, terimakasih banyak dan
telah memberikan pelajaran tentang Sound system dan kerja sama.
15. Keluarga besar Prodi Pendidikan Ekonomi angkatan 2007, “Mona, Icha,
Debby, Nilla, Tasya, Enggar, Lia, Resti, Dian, Chatrin, Isdarini, Yuli,,
Deska, Natalia, Fika, Gita, Ina, Sinta, Debby Rumangun, Bagus, Pak de
Daniel, Arif, Frater Willy, Hendra, Deddy, Hendri, Suranto, Sutrisno,
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Riza, Ugik, Fajar”, atas support, bantuan, dan menjadi teman yang baik
dalam suka maupun duka selama di bangku kuliah.
16. Semua pihak dan teman-teman yang tak tersebut yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna. Akan tetapi penulis
berharap semoga skripsi ini tetap bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, 20 Juli 2013
Anton Purwoko
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................... vii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
C. Definisi Operasional ................................................................. 8
D. Batasan Masalah ....................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 11
A. Deskripsi Teori ......................................................................... 11
B. Kajian Hasil Teori Yang Relevan .............................................. 20
C. Kerangka Teoretik .................................................................... 23
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 25
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 25
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................... 25
C. Sampel Sumber Data ................................................................ 26
D. Variabel Yang Diteliti ............................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 28
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 29
G. Rencana Pengujian Pengabsahan Data ....................................... 31
BAB IV GAMBARAM UMUM OBJEK PENELITIAN........................ 35
A. Letak Geografis ........................................................................ 35
B. Kehidupan Ekonomi, Sosial, Dan Budaya ................................. 37
C. Gambaran Responden ............................................................... 40
D. Gambaran Kependudukan ......................................................... 44
E. Gambaran Ketenagakerjaan ....................................................... 45
F. Gambaran Pendidikan ............................................................... 46
G. Keagrarian ................................................................................ 47
H. Struktur Kepemilikan Lahan Dan Penguasaan Lahan ................ 49
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................. 52
A. Faktor-Faktor Yang Mendorong Konversi Lahan Pertanian ....... 52
B. Dampak Dari Konversi lahan Pertanian .................................... 61
C. Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ................................... 64
D. Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian ........................................... 68
BAB VI PENUTUP .................................................................................. 71
A. Kesimpulan .............................................................................. 71
B. Saran ........................................................................................ 72
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 74
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN 2 : Pedoman Wawancara
LAMPIRAN 3 : Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,
Usia, Dan Pendidikan
LAMPIRAN 4 : Tabel Status Perijinan Bangunan Perumahan
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih
diandalkan oleh Negara Indonesia
karena
sektor pertanian mampu
memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi di Indonesia.
Keadaan inilah yang menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu
sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai
pemicu pemulihan ekonomi nasional melalui salah satunnya adalah ketahanan
pangan nasional. Dengan demikian diharapkan kebijakan untuk sektor
pertanian lebih diutamakan.
Dengan beras sebagai komoditi pangan utama di negara ini. Beras
merupakan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Selama 10
tahun terakhir rata-rata konsumsi beras 148,44 kg/kapita/th dengan laju
pertumbuhan 0,25 persen/tahun.
Secara keseluruhan permintaan beras
mencapai 30 juta ton dengan laju pertumbuhan 1,71 persen/tahun (BPS,
berbagai terbitan).
Pemerintah akan kesulitan mempertahankan produktifitas beras dalam
negeri jika lahan yang digunakan untuk menanam pun sudah tidak
ada. Teknologi yang masih minim, ditambah lagi upaya pencerdasan petani
yang masih kurang, menambah kompleksnya masalah ini. Lalu, jika
produktifitas menurun, mau tidak mau pemerintah harus mengimpor beras.
Pilihan mengimpor beras pun sebenarnya akan merugikan petani dalam
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
negeri, karena beras mereka harus bersaing dengan beras impor. Sementara itu
pasar beras internasional sifatnya tidak stabil, yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kerawanan pangan dan pada gilirannya akan mengancam
kestabilan nasional. Ketika lahan pertanian semakin banyak dikonversi
menjadi tidak sesuai dengan peruntukkannya, dan di sisi lain terdapat pihak
yang ingin membuka lahan pertanian yang baru, maka salah satu alternatifnya
adalah dengan membuka hutan. Akhirnya kondisi pun berbalik, konversi lahan
pertanian tidak lagi menjadi korban, namun menjadi tersangka yang
menyebabkan terjadinya pengalih fungsian hutan.
Ditambah lagi pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta
aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan
ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Permintaan akan lahan tersebut
terus bertambah, sedangkan kita tahu bahwa lahan yang tersedia jumlahnya
terbatas. Hal inilah yang mendorong terjadinya konversi lahan pertanian ke
non-pertanian.
BPS mencatat lahan pertanian di pulau jawa mengalami penyusutan
dratis tiap tahun. Berdasarkan data departemen pertanian penyusutan terjadi
sekitar 27 juta hektar tiap tahun. Penyusutan lahan pertanian diperkirakan
karena maraknya konversi lahan pertanian produktif menjadi non-produktif
seperti pembangunan perumahan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi D.I. Yogyakarta 2010
Dalam satuan Hektar
Kabupaten/
Sawah
kota
Bukan
Non-
Sawah
pertanian
Total lahan
Kulonprogo
10.304
35.027
13.296
58.627
Bantul
15.465
13.628
21.592
50.685
Gunung Kidul
7.865
104.117
36.554
148.536
Sleman
22.819
16.643
18.020
57.482
85
187
2.978
3.250
Yogyakarta
Sumber
: Daftar SP-Lahan, Dinas Pertanian Kab./Kota, Provinsi D.I. Yogyakarta
Data di atas adalah data keseluruhan lahan pertanian dan bukan lahan
pertanian yang berada di Provinsi Yogyakarta. Lahan pertanian yang masih
luas berada di kabupaten sleman dan yang paling sedikit lahan pertanian
berada di kota Yogyakarta. Hal tersebut bisa berubah setiap tahunnya,
berdasarkan data Bidang Pertanian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta rata-rata pengyusutan
lahan pertanian mencapai satu hektar setiap tahunnya.
Pada awal 2011 lahan pertanian di Yogyakarta 85 hektar kemudian
menyusut menjadi 83 hektar. Lahan pertanian produktif tersebar di 5
kecamatan dari 14 kecamatan. Yaitu di kecamatan Umbulharjo seluas 50
hektar, mantrijeron seluas 2 hektar, mergansan seluas 5 hektar, Tegalrejo 15
hektar dan kota Gede seluas 11 hektar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Pada tahun 2012 Wilayah Kabupaten Sleman yang berbatasan
langsung dengan Kota Yogyakarta,
paling banyak dimanfaatkan untuk
permukiman, ruko atau tempat usaha lainnya. Beberapa wilayah yang menjadi
sasaran alih fungsi adalah Kecamatan Depok, Mlati, Gamping, Godean, dan
Ngaglik. Saat ini luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman yang tersisa
mencapai 21.000 hektare. Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Sleman
untuk mempertahankan luas lahan tersebut, dengan bantuan pembuatan
sertifikasi lahan pertanian. Setiap tahun ada sekitar 600 bidang lahan pertanian
yang dibuatkan sertifikat baru.
Data statistik Kabupaten Sleman menunjukkan terjadi konversi lahan
pertanian cukup tinggi yang diimbangi dengan pertambahan jumlah penduduk
dan luas areal terbangun. Pada tahun 1987 luas lahan pertanian sebesar 26.493
hektar dan pada tahun 2007 turun menjadi 23.062 hektar. Kondisi tersebut
berbeda dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terus mengalami
peningkatan sebanyak 730.889 jiwa di tahun 1987 naik menjadi 1.026.767
jiwa di tahun 2007. Demikian juga untuk luas areal terbangun, pada tahun
1987 tercatat 10.740 hektar menjadi 19.034 hektar di tahun 2007. Hal sama
terjadi di kabupaten lain di provinsi daerah istimewa Yogyakarta. Penurunan
lahan sawah di Kota Yogyakarta paling tinggi (-6.75%), sedangkan Kabupaten
Sleman tercatat palin tinggi (-0.68%) dibandingkan tiga kabupaten lain Bantul,
Kulon Progo dan Gunung Kidul.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman Desember
2011 telah menolak permohonan izin sebanyak 176 lokasi terdiri dari 149
lokasi Izin Perubahan Penggunaan Tanah (Pengeringan) dan 27 Izin
Pemanfatan Tanah. Lokasi terbanyak berada di wilayah kecamatan Ngaglik
sejumlah 35 lokasi, disusul kecamatan Gamping 32 lokasi dan Kecamatan
Kalasan 25 lokasi dan selebihnya tersebar di beberapa kecamatan lainnya.
Pada tahun 2011 DPPD telah meloloskan 478 permohonan Izin
Peruntukan Penggunaan Tanah. Izin tersebut terdiri dari izin Perubahan
Penggunaan Tanah (Pengeringan) 192 lokasi, Izin Pemanfatan Tanah 276
lokasi, Izin Lokasi 9 lokasi dan Izin Konsolidasi Tanah 1 lokasi. Lokasi
terbanyak ada diwilayah kecamatan Depok 115 lokasi, disusul kecamatan
Ngaglik 62 lokasi serta Kecamatan Gamping 55 lokasi dan selebihnya tersebar
di beberapa kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit
dikeluarkan izinnya adalah Kecamatan Minggir dan Seyegan masing-masing 2
lokasi.
Godean adalah sebuah kecamatan di kabupaten sleman, Yogyakarta.
Kecamatan godean berada disekitar 10 km sebelah barat daya dari ibu kota
kabupaten sleman. Pada tahun 2007 mempunyai tanah sawah 1.407,14 Ha,
bangunan pekarangan 787,60 Ha, sedang kan pada tahun 2009 mempunyai
tanah sawah 1.400 Ha, dan Bangunan pekarangan 788 Ha dan pada tahun
2010 kecamatan godean mempunyai luas wilayah 2.684 Ha. Bentangan
wilayah dikecamatan godean berupa tanah datar dan sedikit berbukit. Tanah
sawah 1.393,17 Ha sedangkan bangunan pekarangan 799,35 Ha. Hal ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
disebab karena Godean merupakan akses jalan alternatif dari kota Yogyakarta
ke Jalur antar daerah di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta misalnya jalur
semarang, mutilan, daerah jawa tengah dan daerah lainnya. Maka lahan sawah
yang seharusnya diperuntukan bertani beralih menjadi ruko, industri maupun
perumahan, dan tempat bisnis lainya terutama di jalur jalan godean yang
paling banyak terkonversi. Sedangkan masyarakat mayoritas masih bertani.
Karena pendidikan yang masih rendah, maka tidak jarang masyarakat lebih
memilih untuk bercocok tanam. Namun, pendapatan petani masih sangat
rendah dibanding sektor lain. Sedangkan kebutuhan hidup setiap tahun terus
bertambah sehingga para petani bekerja juga selain di pertanian pasalnya
usaha tani yang ada masih berskala kecil dan tidak menjamin untuk memenuhi
kebutuhan hidup, serta pertanian masih dipengaruhi oleh musim maksudnya
setiap tahun selalu berganti tanaman pangan misalnya pada saat musim
kemarau petani akan menanam jenis tanaman palawija yang tidak
membutuhkan banyak air sedangkan jika musim penghujan petani akan
menanam padi.
Untuk memenuhi pupuk misalnya, para petani harus kredit tidak
jarang mereka mempunyai utang yang tidak pernah lunas walaupun tanaman
pangan petani, panen dengan hasil yang baik.
Teknologi dan pasar yang
masih rendah menjadi kendala yang dihadapi para petani. Setiap panen, hasil
mereka tidak selalu dijual tetapi untuk kebutuhan sendiri dan ada juga yang
sebagian dijual untuk keperluan lain seperti biaya untuk anak mereka sekolah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
Maka banyak para petani mengalihkan lahan pertanian mereka
menjadi pemukiman dan tempat usaha maupun dijual kepada perusahan untuk
di jadikan perumahan, industri, dan perkantoran. Dengan harapan para petani
bisa memperbaiki taraf hidup mereka. Namun, hal tersebut bisa mengancam
ketahan pangan karena akan berkurangnya lahan pertanian.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis
tertarik utuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Konversi Lahan
Pertanian Ke Pembangunan Perumahan di Kecamatan Godean”.
B. Rumusan Masalah
Perumusan
masalah
dalam
penelitian
digunakan
untuk
mengungkapkan pokok - pokok pikiran jelas mengenai hakikat dari masalah
tersebut sehingga mempermudah kita memahaminya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan
pertaniannya ?
2. Bagaimana dampak konversi lahan pertanian di kecamatan godean ?
3. Bagaimana pengendalian konversi lahan pertanian di godean ?
4. Bagaimana pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonversikan ?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
C. Definisi Operasional
1. Konversi lahan pertanian ke penggunaan non-pertanian adalah adanya
penggunaan lahan di luar kegiatan pertanian baik sebagian maupun
seluruhnya. Dalam hal ini, pengunaan yang dimaksud adalah pembagunan
pemukiman dan tempat usaha. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk
satuan hektar (Ha).
2. Faktor pendorong terjadinya konversi lahan pertanian adalah kebutuhan
pokok masyarakat petani, pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal,
meningkatkan pendapatan melalui alih usaha, membangun rumah tinggal
yang sekaligus dijadikan tempat usaha, peningkatan jumlah penduduk,
tingkat pendidikan,
pendapatan dan kemampuan ekonomi secara
keseluruhan serta pajak tanah, harga tanah dan lokasi tanah.
3. Dampak konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan adalah
potensi yang di timbulkan karena konversi lahan pertanian. Meliputi
produktivitas padi menurun, perubahan pendapatan rumah tangga petani,
status sosial ekonomi, perubahan mata pencaharian, dan kesempatan kerja
pertanian menurun, Pendapatan pertanian menurun dan meningkatnya
kemiskinan masyarakat lokal.
4. Pengendalian konversi lahan pertanian adalah kebijakan dan prosedur
yang dikembangkan untuk mengorganisir pemanfaatan lahan pertanian.
Meliputi pembuatan peraturan, penyuluhan, dan seminar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
5. Pola pemanfaatan lahan yang dikonversi adalah cara mendayagunakan
lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi pemukinam maupun tempat
usaha.
D. Batasan Masalah
Agar masalah tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada
faktor-faktor yang mendorong petani mengkonversikan lahan pertaniannya,
dampak konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan, pengendalian
konversi lahan pertanian ke pembangunan perumahan, pola
pemanfaatan
lahan yang dikonversi . Peneliti hanya meneliti faktor tersebut, karena faktor
tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk mengalikan lahan pertanian
menjadi usaha yang menguntungkan.
E. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis faktor-faktor penyebab petani mengkonversikan lahan
pertanian.
2. Untuk mengetahui dampak konversi lahan pertanian di kecamatan godean.
3. Untuk mengetahui pengendalian konversi lahan pertanian di kecamatan
godean.
4. Untuk mengetahui pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonvesikan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari dari penelitian ini diharapkan dapat :
1. Bagi peneliti
a. Sebagai langkah awal penerapan ilmu pengetahuan.
b. Memberikan inspirasi bagi peneliti dapat dijadikan referensi dalam
penelitian supaya peneliti ikut adil sumbangan.
c. Sebagai pengalaman yang berguna pada saat nanti masuk dunia kerja
maupun dikehidupan bermasyarakat.
2. Bagi subyek penelitian
a. Sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan dalam peralihan lahan
pertanian.
b. Untuk pengembangan lahan pertanian agar ketahan pangan dan
kebutuhan akan beras tidak berkurang.
3. Bagi fakultas
a. Menambah bahan-bahan kajian terhadap teori-teori yang ada.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi teori
1. Konversi lahan
Utomo dkk (1992) mendifinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya
disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagaian atau
seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)
menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian
perubahan/ penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktorfaktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Sihaloho (2004) membagi konversi lahan kedalam tujuh pola
antara lain :
a. Konversi gradual berpola sporsdis ; dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu lahan yang kurang/ tidak produktif dankerterdesakan ekonomi
pelaku konversi.
b. Konversi sistematik berpola ‘enclave’ ; dikarenakan lahan kurang
produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk
meningkatkan nilai tambah.
c. Konversi lahan sebagai respon atas peryumbuhan penduduk ; lebih
lanjut
disebut
konversi
adaptasi
11
demografi
dimana
dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
meningkatkannya pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk
memenuhi kebutuhan tempat tinggal.
d. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial ; disebabkan oleh dua
faktor yakni keterdesakan ekonomi dan perubahan kesejahteraan.
e. Konversi tanpa beban ; dopengaruhi oleh faktor keinginan untuk
mengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin kelur
kampong.
f. Konversi adaptasi agraris ; disebabkan karena keterdesakan ekonomi
dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan
meningkatkan hasil pertanian.
g. Konversi multi bentuk tanpa bentuk ; konversi dipengaruahi oleh
berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran,
sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk system waris yang tidak
dijelaskan dalam konversi demografi.
Konversi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan
wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa konversi lahan merupakan
konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar konversi lahan
yang terjadi, menunjukan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan
yang lebih didominasi oaleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin
mendidrikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Menurut
Irawan
(2005)
konversi
lahan
cenderung
menular/meningkat disebabkan oleh dua faktor terkait. Pertama, sejalan
dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
yang terkonversi, maka aksesibilitas di lokasi tersebut semakin mendorong
meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah
sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, meningkatnya harga
lahan selanjutnya mendorong petani lain di sekitarnya untuk menjual
lahannya. Pembeli tanah tersebut biasanya bukan penduduk setempat
sehingga akan terbentuk lahan-lahan guntai yang secara umum rentan
terhadap proses konversi lahan (Wibowo, 1996).
2. Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya
yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan sector swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru
dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
dalam wilayah tersebut.
a. Peran teori ekonomi Neo klasik
Dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu
Keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya
sistem perekonomian akan mencapai keseimbangn alamiahnya jika
modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu,
modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju yang
berupah rendah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
b. Teori lokasi
Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biaya-biayanya dengan
cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluang untuk mendekati
pasar. Model pengembangn industry kuno menyatakan bahwa lokasi
yang terbaik adalah biaya termurah antara bahan baku dan pasar.
c. Teori tempat sentral
Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada
hirarki tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral didukung
oleh
sejumlah
tempat
yang
lebih
kecil
yang
menyediakan
sumberdayanya (industry dan bahan baku). Tempat sentral tersebut
merupakan suatu pemukiman yang meyediakan jasa-jasa bagi
penduduk daerah yang mendukungnya.
Perubahan struktur ruang/penggunaan lahan dapat terjadi karena
investasi pemerintah ataupun investasi swasta. Investasi swasta perlu
mendapat ijin/persetujuan pemerintah baik keberadaannya maupun
lokasinya,
sehingga
pemerintah
dapat
mengandalkan/mengarahkan
struktur tata ruang atau penggunaan lahan tersebut ke arah yang dianggap
paling
menguntungkan
pembangunan.
pendapatan
Sasaran
masyarakat,
atau
mempercepat
pembangunan
dapat
penambahan
lapangan
tercapainya
berupa
kerja,
sasaran
peningkatan
pemerataan
pembangunan di dalam wilayah, tercapainya struktur perekonomian yang
lebih kokoh, tetap terjaganya kelestarian lingkungan, dan memperlancar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
arus pergerakan orang dan barang ke seluruh wilayah termasuk ke wilayah
tetangga (Tarigan, 2002).
Menurut
Widiatmaka
(2007)
kebijakan
penggunaan
lahan
didasarkan pada berbagai aspek antara lain:
a. Aspek teknis yaitu menyangkut potensi sumberdaya lahan yang dapat
diperoleh dengan cara melakukan evaluasi kesesuaian lahan.
b. Aspek lingkungan yaitu dampaknya terhadap lingkungan.
c. Aspek hukum yaitu harus sesuai dengan peraturan dan undang-undang
yang berlaku.
d. Aspek sosial yaitu menyangkut penggunaan lahan untuk kepentingan
sosial.
e. Aspek ekonomi yaitu penggunaan lahan secara optimal yang memberi
keuntungan setinggi-tingginya tanpa merusak lahannya sendiri serta
lingkungannya.
f.
Aspek politik yaitu kebijakan pemerintah.
Kebijakan merupakan ketetapan pemerintah dalam berbagai hal
termasuk menetapkan pengaturan pemanfaatan dan penggunaan lahan.
Suatu kebijakan yang baik dapat menumbuhkan situasi atau keadaan yang
kondusif. Hal ini harus didukung oleh lingkungan kebijakan itu sendiri
(Irawan, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
3. Tanah sebagai modal
Nilai modal tanah sebagai modal tetap, terjadi karena kelangkaan
relatif yang memaksa manusia untuk mengambil tindakan pelestarian.
Selanjutnya tergantung pada tindakan-tindakan itu (yang tergolong pada
modal perbaikan tanah ) di satu pihak, dan pada letaknya terhadap tempat
tinggal dan pasar di lain pihak. Lahan merupakan bagian dari bentang
lahan (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk
iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang
semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan
(Sitorus, 2004).
Sebidang tanah yang letaknya dekat rumah, lebih disukai daripada
yang letaknya jauh dari rumah. Ini dapat menyebabkan, bahwa bidang
tanah itu sudah memiliki nilai modal tertentu, walaupun di tempat yang
lebih jauh lagi orang masih dapat memperoleh tanah secara bebas. Juga
alam mampunyai peranan di dalam nilai modal tanah, dalam batas arti
bahwa bidang-bidang tanah yang lebih baik memiliki nilai modal yang
lebih baik daripada bidang tanah yang tidak begitu baik.
Alam juga dapat menambah nilai modal dengan, misalnya
mengedapakanya lumpur di waktu banjir atau dengan lapisan tipis letusan
gunung berapi. Lapisan tipis pasir yang ringan pada tanah berat atau tanah
tak subur, dapat memberikan keuntungan yang dapat diwujudkan dengan
segera atau di waktu yang akan datang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Alam juga dapat menurunkan atau melenyapkan nilai modal
dengan banjir, letusan gunung berapi, pengikisan, dan lain-lain. Dalam
banyak hal seharusnya manusia dapat mengawasi penurunan nilai modal
itu, sehingga manusia secara tidak langsung bisa menjadi penyebab
hancurnya nilai-nilai modal tanah tersebut.
Letak tanah yang dekat dengan pasar pada umumnya merupakan
suatu keuntungan, suatu factor yang menambah nilai modal. Namun hal ini
tidak selamanya demikian. Jika sebuah kota berkembang keluar batasnya,
sedangkan tanah-tanah di sekitarnya hanya cocok untuk ditanami padi, jadi
hanya untuk tanaman yang menhendaki kerja banyak den menghasilkan
uang sedikit, maka nilai modal tanah tadi akan turun, karena kemungkinan
untuk mengolahnya secara baik menurun. Sebab, dengan semakin
berkurangnya hasil bruto dalam bentuk uang, sulit untuk mengupah
pekerja-pekerja yang semakin mahal dalam jumlah yang memadai. Orang
tidak dapat bersing dengan daerah-daerah lainnya, tempat para pekerja
diberi upah murah, karena padi adalah suatu produk yang dapat diangkut
dengan mudah.
4. Kerja dalam usaha keluarga
Pada umumnya usaha di Indonesia merupakan usaha-usaha
keluarga, di artikan suami, istri, anak-anak, dan tanggungan-tangungan
lainnya. Juga usaha suku (bagian suku, keluarga) memiliki sifat usaha
keluarga, sama dengan usahadesa yang sedikit banyak juga mempunyai
sifat tersebut. dalam sektor kerja terdapat suatu perbedaan pokok yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
penting antara usaha keluarga (usaha tani) dan usaha deviden (perusahan
mencari keuntungan). Kerja yang dilakukan tergantung pada keuntungankeuntungan yang dihasilkan oleh kerja itu dibandingkan dengan biayabiaya yang dikeluarkan untuk hal tersebut. jadi intensitas kerja tergantung
pada pengawasan, peraturan kerja, cara menbayar, dan sifat para pekerja,
terutama mengenai kebiasaan kerjanya.
Dalam usaha tani tanpa upah kerja, atau dalam usaha tempat upah
dimasukan kedalam keluarga, banyaknya kerja tergantung pada penilaian
subyektif dari kerja upah yang dilakukan dan imbalannya, dan oleh karena
itu pertama-tama perbandingan yang ada didalam keluarga antara jumlah
konsumen dan jumlah tenaga kerja.
5. Tipe-tipe keluarga petani
a. Sifat persediaan pangan, dimana persediaan pangan langka, seperti
halnya di kalangan banyak bangsa primitive, unit-unit yang lebih besar
daripada keluarga inti akan mengalami kesulitan untuk tetap bersatu
sepanjang waktu, dan mungkin mereka berkumpul dalam satu
kelompok hanya selama mereka mempunyai surplus persediaan
pangan atau hanya untuk tujuan-tujuan tertentu.
b. Dalam situasi dimana tanah menjadi begitu langka sehingga sebuah
keluarga tidak dapat lagi menggunakan tanah yang dimilikinya sebagai
landasan bagi konsilidasi lebih lanjut dan harus berpaling ke sumbersumber penghasilan lain untuk menutup kekurangannya. Hal itu terjadi
apabila tanah milik keluarga telah dipecah-pecah beberapa kali dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
proses pewarisan, sehingga tiap lahan kecil untuk menghidupi inti
suatu keluarga sekalipun.
c. Berlakunya sistem buruh upah merupakan kondisi yang ketiga bagi
timbulnya keluarga inti. Begitu petani-petani berubah menjadi buruh
upahan, kemungkinan bahwa keluarga inti akan merupakan hal yang
lazim menjadi lebih besar, terutama di mana kontrak kerja menyangkut
pertukaran upah dengan kerja yang didasarkan atas kepentingan
tunggal tanpa adanya hubungan-hubungan tambahan antara majikan
dan buruh.
6. Perubahan Mata Pencaharian
Semakin meningkatnya harga kebutuhan sehari-hari sebagai petani
berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Dari keadaan ini menyebabkan
ketimpangan antara pendapatan dan kebutuhan hidup. Maka dicari sebuah
cara agar kebutuhan sehari-hari terpenuhi salah satunya adalah dengan alih
profesi. Suryosumanto (2009) mengemukakan bahwa alih profesi adalah
sebuah proses berubahnya profesi atau mata pencaharian. Perubahan ini
disebabkan berbagai macam faktor diantaranya adalah mata pencaharian
yang lama tidak cukup untuk mambiayai kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya suryosumanto menambahkan ada 3 alasan seseorang
melakukan alih profesi antara lain antara lain profesi yang dijalani tidak
sesuai dengan minat dan bakat, hubungan kerja dengan alasan yang
semakin memburuk, pendapatan yang tidak bisa menutupi pengeluaran.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
Konversi lahan secara besar-besaran kepenggunaan lain meliputi
pembangunan industri, pasar, perkantoran, perumahan juga faktor
penyebab perubahan mata pencaharian. Masalah ini tidak hanya
berkurangnya lahan pertanian disebabkan juga oleh tenaga kerja pertanian
dikalangan generasi muda keinginan untuk menjadi petani berkurang.
Seperti yang dikemukakan Sunny (2010) bahwa dalam hal pertanian, alih
profesi bisa diakibatkan oleh keinginan masyarakat untuk bergelut sebagai
petani semakin berkurang dari tahun ketahun. Yang kemudian memicu
banyaknya masyarakat bekerja di pabrik, perkantoran, industri pariwisata,
dan pegawai negeri sipil. Bagi mereka menekuni profesi sebagai petani
tidak menjanjikan masa depan yang cerah di masa yang akan datang
karena selain pekerjaannya berat mulai pengelohan tanah, pemeliharaan
sampai dengan panen, juga tidak ada upaya nyata dari pemerintahan untuk
membantu petani pada saat pasca panen dengan memperhatikan harga
komoditas pertanian.
B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Skripsi dari Agus Subali (2005) berjudul “Pengaruh Konversi Lahan
Terhadap Pola Nafkah Rumah Tangga Petani, Studi Kasus; Desa Batujajar,
Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor“ mempunyai tujuan mengetahui dampak
konversi lahan terhadap struktur rumah tangga Petani, mengetahui
penggunaan uang hasil konversi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
Hasil dari penelitian tersebut adalah penguasaan lahan dapat
mengggambarkan kemampuan ekonomi rumah tangga responden. Perubahan luas
peguasaan lahan antara sebelum dan sesudah terjadinya konversi pada rumah
tangga responden yang melakukan konversi dapat dilihat pada tabel 19. Sebelum
konversi, responden yang memiliki luas lahan di bukit lebih dari 0,5 hektar
sebanyak 15 persen yang menguasai antara 0,25 hektar hingga 0,5 hektar
sebanyak 45 persen, sedangkan yang kurang dari 0,25 hektar 40 persen. Setelah
konversi, hampir 45 persen responden tidak memiliki lahan tegalan lagi.
Alasan petani mengkonversi lahannya bukan alasan ekonomis. Faktor
karena paksaan dan ikut-ikutan menjual lahan, lebih dominan daripada harga
lahan yang tinggi. Hanya 6,6 persen responden menyatakan tertarik dengan
harga yang ditetapkan perusahaan, dan setelah diteliti lebih lanjut responden
yang menyatakan tertarik dengan harga oleh PT adalah Calo yang mendapat
keuntungan dari perusahaan dengan adanya harga yang murah ditingkat
petani. Uang hasil konversi dengan harga rendah kebanyakan dialokasikan
bukan pada bidang yang produktif, tapi lebih pada kegiatan yang sifatnya
konsumtif. Petani sebenarnya merasakan bahwa ganti rugi lahan yang
diterimanya tidak memadai untuk membeli tanah baru yang sepadan,
meskipun lahan di bukit hanya memproduksi hasil seperti buah-buahan dan
sedikit tanaman perkebunan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
Ada beberapa butir pokok yang dapat disimpulkan dari studi dan
analisis “ Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga
Petani” yakni :
1. Faktor utama yang menyebabkan konversi lahan di desa Batujajar dibagi
menjadi dua yaitu
a. Faktor Internal, yaitu faktor dari dalam diri masyarakat penjual lahan
sendiri dalam hal ini, pendidikan, pendapatan, dan pengalaman kerja
dan juga ketergantungan terhadap lahan
b. Faktor Eksternal, yakni faktor yang muncul dari luar masyarakat desa
Batujajar dalam hal ini Investor, pengaruh tetangga, pengaruh aparat
desa dan
juga calo-calo tanah yang memanfaatkan situasi untuk
mencari keuntungan.
2. Konversi lahan di daerah Batujajar meskipun bukan pada lahan sawah,
tetapi pada lahan kering (tegalan) yang ada di perbukitan, secara tidak
langsung mempengaruhi akses dan kontrol masyarakat terhadap lahan
yang pada akhirnya mempengaruhi juga aktivitas ekonominya. Minimnya
penguasaan lahan secara perlahan merubah budaya “ berkebun” atau
bertani pada generasi mudanya. Generasi muda lebih senang bekerja di
luar sektor pertanian semisal sebagai tukang ojek atau merantau ke kota
yang terdekat semisal ke Bogor atau ke Jakarta.
3. Rendahnya pendidikan petani dan juga penguasaan lahan yang sempit baik
lahan sawah ataupun tegalan mendorong mereka untuk memaksimalkan
tenaga kerja keluarga dan juga menerapkan pola nafkah ganda.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
C. Kerangka Teoretik
Pertaniaan merupakan faktor yang diandalakan oleh Indonesia, pada
masa krisis pertaniaan yang mampu bertahan dalam situasi tersebut. petani
adalah faktor utama dalam pertanian yang sangat berpengaruh besar, karena
petani yang mengelola lahan pertanian atau sawah. Namun dengan
pembangunan ekonomi yang semakin meluas hingga sampai kepedesaan
menjadikan lahan pertanian bergeser sehingga lahan pertanian yang semula
untuk bercocok tanam menjadi lahan untuk perumahan maupun untuk
berbisnis.
Karena faktor tertumbuhan penduduk yang semakin besar mau-tidak
mau lahan tanah yang subur dijadikan sebagai perumahan. Serta karena faktor
pendapatan yang sedikit dari petani membuat petani manjual atau
menyewakan lahannya untuk pembangunan ekonomi dengan wujud membuka
bisnis baru non-pertanian. Semakin lama lahan pertanian menjadi sempit,
sehingga mengakibatkan kondisi ini sangat memprihatinkan. Semula lahan di
pakai sebagai lahan untruk bercocok tanam seperi padi, palawija, dan kini
pemerintah gencar dalam pembangunan infratruktur, dan pembangunan
ekonomi misalnya pembangunan jalan, pembukan industry, dan tempattempat bisnis lain non-pertanian.
Hubungan antara pendapatan dengan konversi lahan pertanian sangat
erat seperti halnya dijelaskan di atas. Alasan utama petani mengkonversikan
lahannya karena kebutuhan rumah tangga yang semakin besar. Selain itu pajak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
dan lahan tanah yang cenderung mahal menjdi alasan lain konversi lahan
pertanian.
Pendidikan yang rendah membuat petani sulit untuk mengolah lahan
pertanian menjadi lebih besar lagi. sehingga pengelolaanya dengan peralatan
tradisional yang dilakukan turun temurun alasannya karena dengan biaya yang
lebih murah dibandingkan dengan alat modern tetapi ada juga yang memakai
alat modern. Dengan kata lain memakai metode semi modern, tetapi juga
memakai alat tradisional.
Dengan demikian, konversi lahan pertanian sangat erat hubungannya
dengan tingkat pendapatan, pendidikan dan interaksi sosial. Meskipun
demikian produksi padi terus meningkat di Indonesia namun pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat menjadikan laju pertumbuhan semakin
menurun.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode
kualitatif. Metode kualitatif digunakan karena cara ini digunakan untuk
memahami secara mendalam dan menyeluruh tentang
konversi lahan
pertanian dan perkembangan pembangunan perumahan.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Godean, pemilihan tempat ini
didasarkan pertimbangan bahwa kecamatan godean merupakan daerah
pinggiran kota, dan daerah yang subur cocok untuk daerah pertanian. Lahan
yang subur kemudian dijual dan dikonversikan selain pertanian dalam hal ini
adalah perumahan. Godean adalah sebuah kecamatan di kabupaten sleman,
Yogyakarta. Kecamatan godean berada disekitar 10 km sebelah barat daya
dari ibu kota kabupaten sleman. Pada tahun 2007 mempunyai tanah sawah
1.407,14 Ha, bangunan pekarangan 787,60 Ha, sedang kan pada tahun 2009
mempunyai tanah sawah 1.400 Ha, dan Bangunan pekarangan 788 Ha dan
pada tahun 2010 kecamatan godean mempunyai luas wilayah 2.684 Ha.
Bentangan wilayah dikecamatan godean berupa tanah datar dan sedikit
berbukit. Tanah sawah 1.393,17 Ha sedangkan bangunan pekarangan 799,35
Ha. Hal ini disebab karena Godean merupakan akses jalan alternatif dari kota
Yogyakarta ke Jalur antar daerah di Yogyakarta maupun luar Yogyakarta
25
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
misalnya jalur semarang, mutilan, daerah jawa tengah dan daerah lainnya.
Maka lahan sawah yang seeharusnya diperuntukan bertani beralih menjadi
ruko, industri maupun perumahan, dan tempat bisnis lainya terutama di jalur
jalan godean yang paling banyak terkonversi. Sedangkan masyarakat
mayoritas masih bertani. Karena pendidikan yang masih rendah, maka tidak
jarang
masyarakat
lebih
memilih
untuk
bercocok
tanam.
Dengan
pertimbangan di atas diharapkan dapat dilihat dampak konversi lahan bagi
petani setempat, reaksi petani terhadap adanya perumahan dilahan sawah.
Adapun pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan februari 2013.
C. Sampel Sumber Data
Sampel sumber data dipilih secara Purposive dan bersifat snowball
sampling. Dalam penelitian kualitatif sampel dilakukan saat memasuki
lapangan dan selama penelitian berlangsung. Teknik pengambilan sampel
penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan snowball.
sampling
adalah
teknik
pengambilan
sampel
sumber
Purposive
data
dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau
situasi sosial yang diteliti.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
Gambar 1.1 proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian
kualitatif, purposive dan snowball
Berdasarkan gambar 1.1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Peneliti merencanakan A sebagi orang pertama sebagai sumber data, informan
awal ini dipilih orang yang bisa “membuka pintu” untuk mengenali
keseluruhan medan secra luas (mereka yang tergolong informan cerdas).
Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C. dari Cdan B belum memperoleh
data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. dari F dan G belum memperoleh
data yang akurat, maka peneliti pergi ke E, selanjutnya ke H, ke G, ke I dan
terakhir ke J. setelah sampai J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data
sudah mencukupi, dan tidak perlu menambah sampel yang baru.
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data,
yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini
dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu
memberi data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat
digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data
akan semakin besar. Penambahan sampel ini dihentikan, jika data sudah jenuh,
maksudnya dari berbagai informan, baik yang lama maupun baru, tidak
mamberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan jatuh pada
subjek yang benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (objek), maka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
merupakan keuntungan bagi peneliti, karena tidak memerlukan banyak sampel
lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian bagi
penelitian kualitatif adalah tuntasnya perolehan informasi dengan keragaman
variasi yang ada, bukan banyaknya sampel sumber data.
D. Variabel Yang Diteliti
Agar lebih fokus maka pada penelitian ini adalah variabel berikut ini :
5. Faktor-faktor
yang
mendorong
petani
mengkonversikan
lahan
pertaniannya.
6. Dampak konversi lahan pertanian di kecamatan godean.
7. Pengendalian konversi lahan pertanian di godean.
8. Pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonversikan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder, data
primer yaitu data yang diperoleh penulis dari obyek penelitian yang belum diolah
dengan metode observasi dan wawancara kepada petani yang mengkonversikan
lahan pertanian. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
studi pustaka, baik diperoleh dari tulisan tulisan, maupun dokumen dari
pemerintah setempat.
Teknik dalam pengumpulan data mengunakan metode trigulasi yaitu
meliputi :
1. Observasi yaitu metode pengumpulan data secara sistematis melalui
pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. Teknik ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
digunakan untuk mencari dan mengamati keadaan sosial masyarakat
petani dan lahan yang dikonversikan maupun area persawahan.
2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan dialog langsung
dengan narasumber untuk memperoleh sejumlah informasi yang
dibutuhkan. Teknik ini digunakan untuk mencari data faktor pendorong
petani mengkonversikan lahannya dan akibat yang ditimbulkan serta
pengendalian konversi lahan pertanian dan pola pemanfaatan lahan yang
dikonversikan.
3. Dokumentasi yaitu usaha pengumpulan data dengan membaca buku-buku,
dokumen-dokumen, monografi ataupun surat kabar dan pemerintah terkait
di daerah terkonversi.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis data sebelum di Lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Data sekunder
diperoleh dari studi pustaka dan sumber-sumber yang terkait.
2. Analisis data selama di Lapangan
Analisis data dilakukan ketika pengumpulan data dilakukan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Data
kualitatif, yakni baik data primer yanga dituangkan dalam catatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
lapangan maupun data sekunder yang telah dikumpulkan, diolah dan di
analisis secara kualitatif. Tahapannya melalui tahap reduksi yang bertujuan
untuk menajamkan, mengolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu,
dan
mengorganisasikan
data
sedemikian
rupa
sehingga
menghasilkan suatau bentuk pengajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pengajian data ini dilakukan dalam bentuk deskripsi dan matrik.
Pereduksian data primer dilakukan melalui peringkasan data yang
sudah dijabarkan dalam catatan yang ditulis selama penelitian. Kemudian
data yang telah diperoleh dianalisis untuk mengetahui informasi penting
yang harus dipertajam terkait dengan konversi lahan pertanian di
kecamatan godean. Selama pereduksian data, terdapat informasi yang
tidak terkait dengan masalah penelitian sehingga dilakukan proses
pembuangan informasi tersebut. sementara itu, informasi yang belum jelas
terkait dengan masalah penelitian, dipertanyakan kembali kepada informan
dan responden yang bersangkutan, sehingga diperoleh data yang valid.
Pereduksian data sekunder dilakukan malalui pemilihan dan
penggolongan data. Pemilihan dan penggolongan data yang dilakukan
bertujuan untuk mamperoleh data yang diperlukan untuk melengkapi dan
mendukung data primer. Selain itu pereduksian data sekunder juga
bertujuan untuk memperdalam kajian terhadap permasalahan penelitian.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
G. Rencana Pengujian Keabsahan
Pengujian keabsahan data pada metode kualitatif menurut sugiyono
(2011)
meliputi
uji
kredibilitas,
transferability,
dependability,
dan
confirmability. Sedangkan penelitian ini yang digunakan adalah
1. Uji kredibility
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan ;
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama
ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Dengan cara kembali
ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber
data yang pernah ditemui maupun yang baru.
b. Meningkatkan ketekunan
Dengan
melakukan
pengamatan
secara
lebih
cermat
dan
berkesinambungan. Dengan cara terebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Meningkatkan ketekunan dengan cara mambaca berbagi referensi buku
maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang diteliti.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dilakukan dengan
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
orang tua dan sahabat dekat responden. Dari hasil jawaban dari
beberapa pihak tersebut kemudian dilihat kesamaan dan perbedaannya,
sehingga dapat dilihat penerimaan diri berdasarkan pengalaman
psikologis obesitas dari orang yang satu dengan orang yang lain.
d. Analisis kasus negatif
Dengan melakukan mencari data yang berbeda atau bertentangan
dengan data yang telah ditemukan. Digunakan sebagai bahan
pembanding dan untuk mencegah terjadinya hal yang sama pada
penelitian
yang
akan
dan
sedang
dilakukan
dalam
rangka
meningkatkan kualitas keabsahan data penelitian.
e. Mengunakan bahan referensi
Adanya pendukung untuk membuktikan data yang diketemukan oleh
peneliti. Dilengkapi dengan dokumen autentik, foto-foto, dan data-data
dari sumber referensi, sehingga menjadi lebih percaya.
f. Mengadakan member check
Pelaksanaan member chceck dapat dilakukan setelah suatu temuan
atau kesimpulan. Caranya dilakukan dengan datang kepemberi data
narasumber atau responden dan menyampaikan hasil temuan dan
melakukan cross check.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
2. Uji Transferability
Maka Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian ini
sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut,
maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang
rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka
pembaca menjadi lebih jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat
memutuskan bisa atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian
tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh
gambaran yang sedemikian jelasnya, semacam apa suatu hasil penelitian
dapat diberlakukan transferability, maka laporan tersebut memenuhi
standar transferability (Sugiyono, 2011).
3. Uji dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reabilitas. Suatu
penelitian yang reabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi /
mereplikasi proses penelitian tersebut. dalam penelitian kualitatif, uji
dependability dilakuan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian.
4. Uji confirmability
Pengujian confirmability dalam penelitian kuantitatif disebut
dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila
penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji
confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya
dapat dilakukan secara bersamaan.
Menguji confirmability berarti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila
hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,
maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.
Uji ini dimaksudkan agar pola-pola pertanyaan yang diajukan
kepada subyek-subyek lain yang serupa maka didapatkan hasil yang
serupa pula sehingga didapatkan keabsahan data untuk penelitian lebih
lanjut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Letak Geografis
Godean adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Godean berada di sekitar
10 km sebelah Barat daya dari Ibukota Kabupaten Sleman. Lokasi ibu kota
kecamatan Godean di Jl. Godean Km.10, Sleman berada di 7.76774‘ LS dan
110.29336‘ BT. Kecamatan Godean mempunyai luas wilayah 2.684 Ha.
Bentangan wilayah di Kecamatan Godean berupa tanah yang datar dan sedikit
berbukit. Sudah sejak lama Wilayah Godean merupakan pusat ekonomi bagi
wilayah Sleman bagian barat.
35
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
Pasar Godean merupakan salah satu Pasar yang cukup ramai, dan
terkenal dengan jajanan peyek. Secara adminitratif kecamatan godean
mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara
: Kecamatan Seyegan dan Kecamatan Mlati
b. Sebelah timur
: Kecamatan Gamping
c. Sebelah selatan
: Kecamatan Moyudan dan Kecamatan Sedayu
d. Sebelah barat
: Kecamatan Minggir dan Kecamatan Moyudan
Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan godean dengan desa atau
kelurahan 4 Km, dan dari ibu kota kabupaten berjarak 16 Km, serta dari ibu
kota provinsi Yogyakarta berjarak 11 km. kecamatan Godean mempunyai 7
desa yaitu Sidorejo, Sidoluhur, Sidomulyo, Sidoagung, Sidokarto, Sidoarum,
dan Sidomoyo.
Secara sejarah administrasi pemerintahan, Kecamatan Godean telah
mengalami berbagai macam perubahan. Rijksblad Kasultanan Yogyakarta
Nomor 11 Tahun 1916 (Rijksblaad Van Djogyakarta No.11 bestuur
Mataraman, Reorganisatie Vanhet Indlandsch der regenttschappen Sleman,
Bantoel en Kalasan Pranatan Ven den Rijksbestuur der van 15 Mei 1916),
Godean merupakan distrik dibawah wilayah Kabupaten Sleman yang
membawahi 8 onderdistrik dan 55 kalurahan. Kondisi tersebut kemudian
berubah dengan keluarnya Rijksblad no. 1/1927 yang membuat Godean dan
semua wilayah Kabupaten Sleman masuk dalam wilayah Kabupaten
Yogyakarta.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
Pada tahun 1942, dengan Jogjakarta Kooti, Godean kemudian menjadi
wilayah Kabupaten Bantul dengan status Kawedanan. Pada tanggal 8 April
1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah
Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua) yang
menempatkan wilayah Godean sebagai bagian Kabupaten Sleman dengan
status Kapanewon (Son). Meski demikian beberapa wilayah di Godean seperti
Sedayu tetap masuk dalam wilayah Kabupaten Bantul.
Kapanewon Godean saat itu berkantor di Godean dan dikepalai oleh
seorang Panewu (Camat), membawahi 16 kelurahan yakni, Kelurahan Berjo,
Kwagon, Jering, Sangonan, Tebon, Krajan, Senuko, Sembuh, Gancahan,
Rewulu, Wirokraman, Klajuran, Karanglo, Ngrenak, Candran, Krapyak, dan
Bendungan. Melalui Maklumat Kasultanan Yogyakarta No.5 Tahun 1948,
maka 16 kelurahan tersebut saling bergabung menjadi 7 kelurahan definitif
sampai seperti sekarang.
B. Kehidupan Ekonomi, Sosial dan Budaya
1. Saparan di Dusun Kwagon
Warga dusun kwagon yang mengantungkan hidupnya dari tanah liat
dengan tujuan agar usahanya lancar, seraya memanjatkan doa dan rasa
syukur kepada Tuhan atas segala limpahan rejeki. Tradisi saparan pada
awalnya merupakan suatu acara tolak bala khususnya pada masyarakat
jawa kuno dilakukan dibulan sapar (bulan jawa). Menurut mitos jawa kuno
bulan sapar dianggap sebagai bulan sial. Kirab budaya Saparan dikemas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
dalam bentuk kirab sesaji ke lokasi penambangan tanah liat di Gunung
Bakungan.
Arak-arakan
terdiri
dari bregada
prajurit
bertombak,
rombongan santri Al-Berjanji Sekar Pamuji Rohmat, barisan buto
“raksasa” lambang penguasa Gunung Bakungan, bregada penambang
lempung, bregada punggawa dan sesepuh masyarakat. Sedangkan sesaji
yang dibawa berupa tumpeng robyong, gunungan lanang, gunungan
wadon yang terbuat dari hasil bumi, gunungan apem, gunungan lempung
dan gunungan genteng yang kemudian diperebutkan oleh masyarakat,
pengunjung, dan wisatawan yang berkeyakinan untuk “ngalap berkah”
atau mengharapkan berkah dari labuhan tersebut.
2. Kirab Budaya Merti Desa
Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Kecamatan Godean. Merti Desa
yang diikuti oleh seluruh dusun
di seluruh Kecamatan Godean
menampilkan sajian khas yaitu kirab pasukan ala keraton dan berbagai
potensi yang dimiliki Kecamatan Godean, antara lain usaha pertanian,
peternakan, perikanan, dan sejenisnya. Tak ketinggalan pula menampilkan
kegiatan seni-budaya, bisnis dan kemasyarakatan yang menggambarkan
masyarakat Godean, seperti perhimpunan petani-peternak, kegiatan olah
raga bina raga, pendidikan, kegiatan kesenian drum band, dan lain-lain.
Parade kereta laiknya raja dan ratu beserta keluarganya dimana kereta
tersebut membawa Camat Godean dan para kepala desa beserta keluarga.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
3. Pasar Godean
Pasar Godean ini masuk wilayah Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman.
Letaknya Stategis, di poros utama jalan penghubung dari wilayah Kulon
Progo ke Jogja. pasar ini terkenal dengan peyek belutnya. Peyek belut
memang menjadi makanan khas daerah Godean. Pasar Godean buka setiap
hari. Tetapi karena masih menganut sistem pasaran menurut kalender
Jawa, maka hari pasaran paling ramai di pasar Godean adalah saat hari
Pon.
4. Peyek Belut
Peyek belut sangat populer di kota Yogyakarta dan menjadi makanan khas
asli dari Godean. Salah satu tempat penjual peyek belut yang sangat
terkenal adalah di Pasar Godean. Di pasar tersebut peyek belut biasanya
dijual per kilogram dengan harga yang berbeda-beda tergantung pada
kualitasnya. Biasanya sih sekitar Rp 60.000,00 sampai Rp 80.000,00/kg
dan ada pula yang sudah dikemas dalam plastik-plastik dengan merek
yang berbeda.
5. Kerajinan Genteng
Salah satu pusat kerajinan , khususnya di bidang kerajinan genteng, adalah
Dusun Berjo di Godean . Aktifitas masyarakatnya yang tinggal di Dusun
Berjo sebagian besar berkecimpung dalam usaha pembuatan genteng .
Dapat
kita
lihat,
tobong-tobong pembakaran
genting,
senantiasa
mengeluarkan asap putihnya, tanda adanya proses pembakaran dari
mereka . Sederetan genteng, baik dijajar, maupun jemuran genteng,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
menghiasi halaman rumah mereka. Dengan banyaknya diantara mereka
yang terjun untuk menggeluti kerajinan ini, maka di Dusun Berjo Godean,
sekarang menjadi sebuah desa yang terkenal dengan kerajinan genteng.
6. Gapoktan Sidomulyo
Gapoktan Sidomulyo adalah salah satu gapoktan yang menjadi pemasok
beras salah satu restoran cepat saji terkemuka di Indonesia (KFC) untuk
wilayah Jawa serta mampu menyerap 24 tenaga kerja wanita dan 6 tenaga
kerja pria. Oleh karenanya, Gapoktan Sidomulyo menjadi contoh bagi
gapoktan-gapoktan lain di Provinsi DIY maupun dari provinsi lain.
C. Gambaran Responden
Responden didapat dengan pertimbangan tertentu ini yaitu orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, dan dia
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau
situasi sosial yang diteliti. Bagan proses pengambilan sampel :
Bagan 4.1 Pengambilan Responden
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
Dalam penelitian ini maka dipilihlah 15 responden dan 3 informan.
Dan pemilihan respondendilakukan di kelurahan sidokarto karena kelurahan
ini tingkat konversi lahan pertanianya tinggi. Responden terdiri dari
masyarakat
yang
mengkonversikan
lahannya
dan
petani
yang
mengkonversikan lahannya sedang informan terdiri dari aparat pemerintahan
desa maupun kecamatan. Pengambilan responden dimulai dari aparat
kecamatan yang kemudian menyarankan untuk pergi ke pemerintahan desa.
Kemudian dipilihlah desa Sidokarto sebagai pengambilan responden karena
desa sidokarto yang tingkat konversi lahan pertanian paling tinggi. Dari aparat
pemerintahan desa sidokarto memberikan data mengenai responden yang
terkonversikan lahannya. 15 responden dan 3 informan dirasa sudah jenuh
karena sudah mecakup semua yang diteliti serta alasan yang diberikan
responden sudah bervariasi dan kesemua responden mempunyai alasan yang
hampir sama.
Dalam penelitian ini karakteristik Responden lahan pertanian yang
terkonversi yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut :
1. Jenis Kelamin
Pemilik lahan pertanian di Kecamatan Godean ini jenis kelaminnya
didominasi Perempuan yaitu 12 responden dan laki-laki yaitu 3 responden
yang di ambil dari 15 responden maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
pemilik lahan pertanian Kecamatan Godean rata-rata adalah perempuan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
2. Umur Pemilik Lahan pertanian
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur kedewasaan seseorang,
disamping itu umur dapat digunakan untuk mengambil keputusan.
Semakin tua umur maka pengalaman yang didapat semakin banyak hal
tersebut mempunyai pengaruh dalam sikap pengambilan keputusan.
Sebagian besar pemilik lahan pertanian mempunyai umur antara 51–60
tahun. Untuk melihat karakteristik responden berdasarkan umur dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Responden
10 – 30 tahun
31 – 40 tahun
41 – 50 tahun
51 – 60 tahun
Total
Jumlah
0
3
4
8
15
Sumber : Wawancara
3. Pendidikan Terakhir Pemilik lahan Pertanian
Pendidikan perperan penting dalam mengubah pola pikir
masyarakat dalam bermasyarakat maupun manajemen ekonomi keluarga
serta dalam pengambilan keputusan jual beli tanah. Sebagian besar
pendudukyang
mengkonversikan
lahan
pertanianya
mempunyai
pendidikan terakhir SMA. Untuk dapat melihat karakteristik responden
dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut ini :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir
Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMA
Diploma/S1
Total
Sumber : Wawancara
Jumlah
0
0
13
2
15
4. Lahan yang dimiliki responden sebelum dan sesudah dikonversi
Tabel 4.3
Luas Lahan Pertanian Sebelum dan Sesudah Konversi
No.
Nama responden
1.
Ismi Surmaryanti
2.
Sukinem
3.
Dra. Subarini
4.
Teguh Wahyudi
5.
Martati
6.
Nur Ahmah Cahyo
7.
Hartini
8.
Sri Sugiarti
9.
Suharsih
10. Rahayu Lestari
11. Suwariah
12. Triporyani
13. Sarwandi
14. Sitimujiah
15. Supono Sajuri
Sumber : Wawancara
Luas lahan pertanian
Sebelum
sesudah
1040
516
1500
537
1655
630
1572
949
915
305
1246
736
1342
892
1550
1008
825
289
862
389
1205
692
630
220
1800
1247
1544
692
1654
401
Lahan yang pertanian responden berkurang karena dijual dan dijadikan
sebagai perumahan. Dari 15 responden semuanya dijadikan sebagai
perumahan. Dan lahan pertanian responden menjadi semakin berkurang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
D. Gambaran Kependudukan
Penduduk kecamatan godean sebagian besar merupakan masyarakat
asli dengan komposisi 98 persen masyarakat asli dan 2 persen pendatang
dengan jumlah 74 jiwa. Dengan penduduk sebanyak 64.131jiwa tahun 2012
dan kepadatan penduduk 2.610 jiwa/Km.
Bila dilihat dari komposisi penduduk menurut umur, terlihat bahwa
persentase penduduk usia muda (0-5 tahun) rendah sekitar 8.55%. Penduduk
usia muda (06-16 tahun) cukup tinggi sekitar 21.76%. penduduk usia
produktif cukup tinggi (17-25 tahun) sekitar 19.87%, sedangkan pada usia 2655 tahun sangat besar sekitar 37.67%. dan penduduk usia non-produktif (56tahun keatas) cukup rendah sekitar 12.14%.
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Kecamatan Godean
Menurut Usia Tahun 2012
Usia Penduduk
Jumlah
(jiwa)
5.523
Persentase
(%)
8,55
06-16
14.052
21,76
17-25
12.830
19,87
26- 55
24.322
37,67
56-tahun keatas
7.839
12,14
Jumlah
64.566
100
0-5
Sumber : monografi kecamatan godean tahun 2012
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
E. Gambaran Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan disini mengarah kepada sumber penghasilan dalam
menenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dilihat dari tabel 4.4 bahwa di
Kecamatan godean sebagian besar penduduk adalah pemilik tanah sebesar
23,22 % dan buruh tani 17,42 %. Pemilik tanah dan penguasaan tanah
berpengaruh terhadap pemilihan kerja penduduk. Dari tabel 4.4 menunjukan
petani dan buruh menjadi pekerjaan utama. Kebanyakan para orang tua yang
berprofesi petani dan buruh tani, sedangkan para anak muda lebih memilih
bekerja di kota atau pun berwirausaha, menjadi buruh industri, buruh
bangunan, pedagang dan lain sebagainya.
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Kecamatan Godean
Menurut Matapencaharian Tahun 2012
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Mata Pencaharian
Petani :
a. Petani Pemilik Tanah
b. Petani Pengarap Tanah
c. Petani Pengarap/ Penyekar
d. Buruh Tani
Nelayan
Pengusaha Sedang/ Besar
Pengrajin/ Industri Kecil
Buruh Industri
Buruh Bangunan
Buruh pertambangan
Buruh Perkebunan (besar/ kecil)
Pedagang
Pengangkut
Pengawai Negeri sipil
TNI/ POLRI
Pensiunan (PNS/ ABRI)
Peternakan :
a. Peternakan Sapi Perah
b. Peternakan Sapi Biasa
c. Peternakan Kerbau
d. Peternakan Kambing
e. Peternakan Domba
Jumlah
(jiwa)
10.125
3.079
3.144
7.597
571
2.558
6.393
2.985
940
5.399
696
3.843
481
1.565
2
481
35
355
280
Persen (%)
23,22
7,06
7,21
17,42
1,31
5,87
14,66
6,84
2,16
12,38
1,60
8,81
1,10
3,59
0,005
1,10
0,08
0,81
0,64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
f. Peternakan Kuda
g. Peternakan Babi
h. Peternakan Ayam Buras
i. Peternakan Itik
j. Peternakan Kelinci
k. Peternakan Puyuh
l. Peternakan Ayam Petelur
Sumber : monografi kecamatan godean tahun 2012
46
Lanjutan…
0,02
0,49
11,25
2,25
0,36
0,03
0,01
8
215
4.907
980
158
11
5
F. Gambaran Pendidikan
Pendidikan
merupakan
faktor
yang
berperan
penting
dalam
pembangunan ekonomi maupun kemajuan suatu wilayah. Bahkan tingkat
pendidikan suatu wilayah atau daerah mampu mengambarkan kemajuan
wilayah dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan bahkan pola pikir
masyarakat. Dilihat dari tabel 4.5 angka tamatan SD cukup tinggi mencapai
28,46% bila dibandingkan dengan tamatan Perguruan Tinggi sebesar 3,92%.
Rata–rata penduduk memang menyadari bahwa pendidikan itu penting tetapi
masyarakat terbentur dengan biaya pendidikan yang semakin mahal. Setelah
selesai sekolah SLTA misalnya, masyarakat lebih memilih umtuk bekerja
daripada melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Kecamatan Godean
Menurut Pendidikan Tahun 2012
No.
1.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
(jiwa)
4.343
Belum Sekolah/ Taman kanakkanak
2. Tidak/ Belum sekolah
6.167
3. Tamat SD/ Sederajat
18.252
4. Tamat SLTP/ Sederajat
16.105
5. Tamat SLTA/ Sederajat
14.051
6. Tamat Akademi/ Sederajat
2.667
7. Tamat Perguruan Tinggi/ Sederajat
2.517
8. Buta Huruf
29
Sumber : monografi kecamatan godean tahun 2012
Persen
(%)
6,77
9,62
28,46
25,11
21,91
4,16
3,92
0,05
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
G. Keagrarian
Tabel 4.7
Luas dan Produksi Tanaman Utama
Tahun 2012
No
Jenisnya
Luas tanaman
(Ha)
1. Padi
1.560
2. Jagung
212
3. Ketela Pohon
6
4. Kacang Tanah
165
5. Kedelai
35
6. Sayur-sayuran
15
7. Buah-buahan
348
8. Lain-lain
8
Sumber : monografi, kecamatan godean 2012
Luas yang
dipanen
(Ha)
902
205
2
160
35
8
254
6
Produksi
(Ton)
5,9
5,6
14,5
0,8
1,3
12
3
3
Total
produksi
(Ton)
5.321
1.148
29
128
45,5
96
762
18
Jika dilihat dari tabel 4.7 luas tanaman padi 1560 Ha lebih banyak
dibanding dengan tanaman lain seperti jagung, ketela pohon, dan lain-lain.
Menurut informan masyarakat memilih padi sebagai tanaman pangan karena
lahan sawah di kecamatan godean merupakan lahan basah yang cocok sekali
untuk ditanami padi dan kecamatan Godean berada di selatan selokan mataran
sehingga air sangat melimpah. Dikatakan lahan basah karena banyaknya curah
hujan 1.050 mm dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak adalah
50 hari menurut data monografi. Sedangkan tanaman lain seperti ketela pohon
biasanya hanya ditanam sebelah tanaman padi kalau ada lahan yang kosong
atau di tegalan. Penanaman jagung dilakukan jika tanah tidak memungkinkan
untuk ditanami padi contohnya pada musim kemarau yang panjang.
Bertani sudah dilakukan sejak dulu dari turun-menurun. Menurut
beberapa responden menyatakan mulai belajar bertani dilakukan sejak mereka
sekolah. Pertanian di kecamatan godean sama halnya seperti di provinsi lain di
pulau jawa masih mengunakan alat yang sederhana seperti cangkul, sabit,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
parang, dan alat luku traktor. Pertama dalam bertani membersihkan lahan sisa
panen yang lalu dengan membakar jerami ada juga yang mengambil jerami
untuk pakan ternak. Hal ini dilakukan karena lebih mudah, petani sadar bahwa
abu dari pembakaran jerami itu bisa dijadikan pupuk. Selama itu pula petani
setelah menanam benih ditempat lain antara 3-4 minggu dengan membuat
persemaian. Menurut responden pemilihan bibit yang baik akan menghasilkan
padi atau beras yang baik pula, pemerintah di kecamatan godean pun sudah
melakukan penyuluhan berkali-kali mengenai pertanian dan cara pemilihan
bibit.
Kemudian sawah diairi dan dibiarkan begitu saja selama beberapa hari,
agar lahan menjadi basah dan mudah untuk langka selanjutnya yaitu mengluku
atau membajak sawah. Alat yang digunakan untuk membajak mengunakan
traktor, alat ini digunakan karena dirasa cepat dan menghemat tenaga. Traktor
didapat dengan menyewa dengan harga Rp 50.000.- belum termasuk uang
makan dan rokok. Namun ada juga yang masih mengunakan kerbau sekitaran
harga Rp 30.000,- tanpa uang makan dan rokok. Setiap pembajakan untuk
makan biasanya dari pihak petani mengirimkan makan sehingga akan
menghemat uang yang keluar. Pembajakan dilakukan pada jam 08.00-11.00
WIB. Menurut informan dengan mengunakan traktor akan mempercepat
proses pembajakan tanah dari pada dengan mengcangkulnya, traktor setiap
desa sudah ada jadi petani tinggal menganti uang solar saja tidak perlu
menyewa. Setelah dilakukan pembajakan sawah maka akan dibiarkan
beberapa hari agar setiap akar dari sisa panen kemarin menjadi membusuk dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
bisa di jadikan pupuk alamiah. Selama itu petani mengerjakan hal lain dengan
membuat parit dan atau memperbaiki galengan (semacam jalan diantara
sawah yang kecil) dan membersihkan saluran air. Kemudian lahan siap untuk
ditanami setelah diratakan dengan mengunakan garu.
H. Struktur Kepemilikan Lahan dan Penguasaan Lahan
Dilihat dari data monografi kecamatan Godean pada tahun 2012 sistem
pemilikan tanah di Kecamatan godean terdiri dari tanah bersertifikat dan tanah
belum bersertifikat. Sedangkan kalau dilihat dari status tanah terdiri atas tanah
milik bersertifikat, tanah milik belum bersertifikat, tanah Negara, tanah hak
pakai, tanah hak guna bangunan, dan tanah adat. Luas tanah yang sudah
bersertifikat sampai dengan tahun 2010 adalah ± 36.783 sertifikat luasnya ±
318,5573 Ha, jumlah tanah yang sudah bersertifikat sampai tahun 2012
meliputi tanah sawah ±2.783 sertifikat luasnya ± 443,7751 Ha dan tanah
kering ± 2.492 luasnya ± 88,0236 Ha.
Menurut data monografi di kecamatan Godean kepemilikan lahan
sawah memang lebih banyak dibandingkan buruh tani. Sekitar 10.125 jiwa
untuk pemilik tanah dan petani pengarap tanah sekitar 6.223 jiwa sedangkan
buruh tani 7.597 jiwa pada tahun 2012. Menurut informan pemilik tanah ada
juga yang mengarap tanah pertaniannya sendiri namun tidak tertutup
kemungkinan bahwa pemilik juga mengarapkan tanahnya kepada orang lain.
Tapi kebanyakan lebih banyak yang menyuruh orang lain untuk mengarap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
tanah sawah yang dipunyai, karena pemilik sawah mempunyai pekerjaan lain
sehingga tidak bisa mengurusi sawahnya.
Dilihat dari data monografi dikecamatan godean kebanyakan
mempunyai pekerjaan sebagai buruh lain yaitu buruh pabrik dan juga bergerak
dibidang perdagangan serta jasa. Menurut responden jika hanya mengandalkan
dari usaha tani belum bisa mencukupi kebutuhan hidupnya harus mencari
mata pencaharian lain, hasil dari bertani dijadikan sebagai pemenuhan
kebutuhan beras keluarga dan sebagian dari panen bisa dijual.
Penguasahan lahan dilakukan dengan cara menyewa lahan atau
pemilik lahan yang tidak sangup lagi mengarap tanahnya, dan atau lahan
tersebut tidak lagi bisa ditanami maka pemilik tanah menyewakan lahan
tersebut. Sedangkan yang disewakan untuk bertani, tanah yang masih subur
biasanya untuk pembangian hasilnya adalah separuh dari hasil panennya
dibagi sama rata atau orang jawa mengatakan “paron” maksudnya hasil yang
didapat dari usaha tani yaitu panen dibagi 50:50 sebagian untuk pemilik tanah
dan sebagian lagi untuk yang menyewa tanah. Menurut informan hasil panen
harus dibagi menurut kesepakatan dan biasanya dibagi 50 : 50 untuk
menghargai jasa pengarap.
Buruh tani, di kecamatan godean sangat banyak berperan penting saat
musim tanam maupun panen padi. Menurut informan saat musim tanam padi
kalau di kecamatan godean menyebutnya “ani-ani” dilakukan dengan banyak
orang dari 5-8 orang tergantung dari luas sawahnya. Sedangkan pada saat
panen juga dilakukan dengan banyak orang. Para buruh tani jasanya diberi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
upah dengan uang Rp30.000 dan ada juga yang dibayar dengan hasil panen
padi berupa gadah.
Maka dapat disimpulkan bahwa pertanian di Kecamatan Godean masih
tradisional. Dikatakan begitu karena saat musim tanam maupun panen masih
mengunakan tenaga buruh yang banyak dan tidak mengunakan alat-alat
modern.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
I. Faktor-Faktor Yang Mendorong Konversi Lahan Pertanian
Terjadinya alih fungsi lahan selalu menjadi dilema yang dramatis.
Yaitu mempunyai dua kepentingan. Petani mempunyai kepentingan untuk
tidak rugi, sedangkan dari pihak pengembang sendiri mempunyai kepentingan
untuk mengambil untung. Dua hal ini yang bertolak belakang ini menjadi
masalah yang sangat serius untuk diperhatikan. Petani terutama pemilik lahan
pertanian yang berperan dalam memberikan kontribusi yang terpenting karena
pemilik yang memegang kuasa tanahnya. Pemilik mau menjual atau
memutuskan untuk mengelola tanahnya sendiri. Lahan yang masih subur dan
akan dijadikan perumahan sangat disayangkan sekali karena lahan tersebut
akan berpengaruh terhadap pemilik tanah maupun akan semakin luas
dampaknya kemasyarakat.
Dari pihak pengembang berorientasi untuk mencari keuntungan. Di
kecamatan godean mempunyai lahan sawah terdiri atas irigasi teknis sebesar
928,2861 Ha dan irigasi setengah teknis sebesar 557,4649 Ha tahun 2012 dan
letaknya yang strategis. Hal tersebut yang dimanfaatkan pihak pengembang
untuk dijadikan perumahan tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan pada
nantinya yang terpenting mereka mendapatkan keuntungan yang besar.
52
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
Tabel 5.1
Alasan responden Mengkonversikan Lahan
No.
1.
2.
3.
Alasan
Kebutuhan hidup
Paksaan pihak pengembang
Hasil pertanian tidak cukup
memenuhi kebutuhan
Jumlah
4
1
10
Persentase (%)
27
7
67
Sumber : wawancara
Jika dilihat dari tabel maka 67% mengatakan bahwa alasan responden
menjual tanahnya karena hasil dari pertanian kurang untuk pemenuhan hidup
sehari-hari, sedangkan 27% menyatakan bahwa tanahnya dijual karena
kebutuhan hidup yang semakin meningkat, dan 7% karena paksaan dari pihak
pengembang. Alasan menurut responden mengkonversikan lahan pertanian
adalah sebagai berikut :
1. Butuh uang digunakan untuk kebutuhan hidup keluarga misalnya
memperbaiki rumah dan atau membuatkan rumah anaknya, pendidikan
anak.
2. Paksaan dari pihak pengembang dengan menawarkan uang ganti rugi yang
menarik.
3. Hasil pertanian yang tidak cukup memenuhi kebutuhan.
Sedangkan menurut informan alasan petani mengkonversikan lahan pertanian
adalah sebagai berikut :
1. Pemilik lahan pindah kerja keluar kota atau luar pulau jawa.
2. Pemilik lahan pindah rumah dengan alasan mengikuti istri atau suami.
3. Pemilik tanah karena diwarisan kemudian dijual kepihak pengembang.
4. Pertambahan Penduduk.
5. Pembangunan akses jalan raya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
Melihat alasan-alasan tersebut maka dapat dibagi menjadi 2 faktor
pendorong petani mengkonversikan lahan pertanian yaitu faktor internal dan
faktor eksternal yakni :
1. Faktor internal
Faktor internal terkait dengan faktor pendorong dari segi petani
sendiri, baik ekonomi keluarga petani, warisan, kerja petani, pendidikan
petani dan lain sebagainya dalam mengkonversikan lahan pertanian yang
ada, baik pemilik maupun pengarap. Alasan utama yang mendorong petani
mengkonversikan lahan pertanian bukan alasan ekonomis melainkan harga
yang menarik. Menurut responden uang ganti rugi sekitar Rp 300-450
ribu/m. Dengan uang tersebut responden dapat memperbaiki rumah
mereka agar lebih baik dan juga digunakan untuk pendidikan anak-anak
mereka. Lihat tabel berikut pengunaan uang hasil penjualan tanah sawah
oleh responden 47% diperuntukan membangun rumah atau memperbaiki
rumah, 20% diperuntukan membangun usaha atau menambah modal
usaha, dan 33% digunakan untuk biaya pendidikan anak.
Tabel 5.2
Penggunaan Uang Ganti Rugi Untuk 15 Responden
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengunaan
Bangun Rumah/ memperbaiki rumah
Beli motor
Beli perabotan rumah tangga
Modal usaha
Biaya Pendidikan anak
Pengobatan
Sumber : wawancara
Jumlah
7
0
0
3
5
0
Persentase
(%)
47
0
0
20
33
0
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Untuk menambah pendapatan keluarga beberapa responden
membuka warung kecil-kecilan. Besarnya jual-beli tanah semacam ini
dapat dilihat juga dari pola pertanian yang tidak cukup untuk kebutuhan
hidup sehari-hari. Berikut adalah tabel jawaban responden terhadap usaha
tani :
Tabel 5.3
Jawaban Responden Terhadap Usaha Pertanian
No.
1.
2.
3.
Jawaban
Lebih
Cukup
Kurang
jumlah
0
5
10
Persentase
(%)
0
33
67
Sumber : wawancara
Dari tabel 5.3 digambarkan bahwa 67% mengatakan bahwa hasil
dari pertanian tidak cukup untuk menenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
tetapi 33% mengatakan bahwa hasil dari pertanian cukup untuk kebutuhan
hidup.
Menurut informan dalam setahun petani disini panen 2-3 kali
dalam setahun, Sekali panen paling tidak mendapatkan pendapatan 1,5-5
juta tergantung dengan luas lahan pertanian, dengan harga gadah Rp
3500,-/kg belum lagi dipotong dengan harga pupuk Rp 1.200,-/kg paling
tidak pemupukan dilakukan 2-4 kali, dan sebagian hasil panen juga
digunakan untuk melunasi utang dari koperasi (KUD). Menurut responden
jika mengandalkan pertanian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Kerja tani dikecamatan godean hanya dijadikan sampingan
saja. Seperti yang dilakukan oleh ibu Tri sugiarti, suaminya bekerja
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
dipercetakan untuk menambah penghasilan ibu tri dan suaminya membuka
warung kecil-kecilan untuk menambahkan penghasilan dan ibu Tri juga
mendapatkan penghasilan lain dari mengumpulkan kardus bekas. Karena
pertanian bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maka responden
memilih untuk kerja dibidang lain.
Menurut Informan masalah yang biasa terjadi pada tanaman
pangan atau padi khususnya, adalah di serang hama seperti wereng, dan
tikus. Jelas sekali serangan hama membuat petani menjadi rugi untuk itu
petani kemudian harus utang untuk kembali menanam padi atau tanaman
lainnya. Yang membuat pertanian tidak menguntungkan adalah hal
demikian yang menjadi pertimbangan para petani untuk menjual
sawahnya. Untuk melihat besarnya serangan hama dapat dilihat pada tabel
5.3 berikut ini :
Tabel 5.4
Luas Serangan Hama per Desa
Di Kecamatan Godean Tahun 2010
No
Desa
Penggerek batang
1.
Sidorejo
28,91
2.
Sidoluhur
24,11
3.
Sidomulyo
14,47
4.
Sidoagung
23,51
5.
Sidokarto
15,67
6.
Sidoarum
10,85
7.
Sidomoyo
14,47
Sumber : BPS, kecamatan Godean dalam angka 2011
Tikus
25
30
33,75
32,50
3,75
5
0
wereng
5
2,50
0
0
0
0
2,5
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
Jika dilihat dari tabel 5.4 serangan hama tikus yang paling banyak
menyerang tanaman padi bila dibandingkan dengan hama wereng. Karena
hama tikus sangat sulit untuk diberantas, pertumbuhan tikus yang sangat
cepat.
Lain halnya yang dilakukan oleh pak Ahmad menjual tanah
sawahnya karena ingin membiayai anaknya yang masuk perguruan tinggi.
Sebagai orang tua beliau tidak mau anaknya menjadi seperti dia dan harus
lebih tinggi pendidikanya dari orang tuanya. Pak Ahmad bekerja sebagai
buruh bangunan yang gajinya tidak cukup untuk biaya sekolah anaknya,
hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari saja. Untuk itu Beliau menjual
sawahnya dan sisa uang yang didapat untuk biaya perbaikan rumahnya.
Biaya pendidikan yang begitu mahal membuat masyarakat terpaksa
menjual tanah yang dia punya. Masyarakat menyadari bahwa pendidikan
itu penting, jika mempunyai pendidikan yang tinggi apa lagi lulusan
perguruan tinggi diharapakan akan mendapatkan pekerjaan yang baiak
dengan gaji yang tinggi.
Selain itu menurut informan faktor pendidikan, umur dan
tangungan keluarga petani juga berpengaruh dalam pengambilan
keputusan petani untuk menjual atau lahan sawah. Semakin tua umur
maka pengalaman yang didapat semakin banyak hal tersebut mempunyai
pengaruh dalam sikap pengambilan keputusan. Rata-rata pendidikan
responden yang mengkonversikan lahan pertanian pendidikan tingkat
SMA. Dan rata-rata umur yang menjual antara 37-60 tahun. Menurut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
responden semakin lama pendidikan semakin mahal dan ditambah dengan
kebutuhan pokok yang bertambah banyak serta harga kebutuhan pokok
yang mahal. Selain itu tanggungan keluarga juga semakin banyak.
Bertambahnya anggota keluarga maka biaya hidup semakin bertambah
pula, dari menyekolahkan anaknya sampai dengan membuat atau
memperbaiki rumah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendidikan juga perperan penting dalam mengubah pola pikir petani dalam
bermasyarakat maupun manajemen ekonomi keluarga serta dalam
pengambilan
keputusan
jual
beli
tanah.
Pastinya
petani
mempertimbangkan menjual atau membeli tanah dengan matang
berdasarkan kesepakatan bersama dengan keluarga.
Menurut Informan alasan mengkonversikan lahan pertanian terkait
dengan perubahan fungsi lahan adalah pindah kerja keluar kota maupun
luar pulau jawa dan pindah karena alasan mengikuti istri/ suami, karena
merasa tidak ada yang mengurus sawah yang dimiliki maka memutuskan
untuk menjual sawahnya.
Penduduk yang datang pastinya akan membutuhkan tempat tinggal
yang baru maka penduduk ini membeli rumah baru atau membangun
rumah sendiri. penduduk yang datang ini yang memancing besarnya
konversi lahan pertanian dan perumahan menjadi pilihannya dengan harga
yang pantas maka pendatang membeli perumahan sesuai kemampuannya.
Sedang penduduk yang pergi akan menjual tanahnya karena tidak bisa
mengurus tanah yang dia punyai, seperti yang sudah dijelaskan diatas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
2. Faktor Eksternal
Ada pihak yang mempengaruhi petani untuk mengkonversikan
lahannya antara lain pihak pengembang, dan pemerintah setempat. Pihak
pengembang guna ingin mendapatkan keuntungan dari pembangunan
perumahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa tanah merupakan faktor modal
yang sangat penting. Karena banyak kasus sengketa tanah yang jadi
rebutan. Pengembang memilih di daerah ini karena di bilang daerah yang
strategis dan mampu dijual kembali dengan harga yang lebih mahal
dibandingkan dengan saat membeli tanah dari petani. pemerintah setempat
juga berpengaruh dalam hal perijinan pembangunan perumahan. Dan cara
mempengaruhi petani untuk menjual tanahnya. Seperti yang diungkapkan
oleh salah satu responden yang dikonversikan lahannya bahwa
“…sebenarnya sih kita dikumpulkan untuk rapat berniat untuk
membeli sawah saya, saya awal gak setuju tapi mereka datang
kerumah saya dengan menawarkan ganti rugi yang lumayan. Toh,
saya masih punya sawah lagi yang masih bisa digarap…”
Paksaan yang seperti ini bisa dibilang dapat merugikan petani
karena lahan pertanian mereka semakin berkurang. Menurut informan dari
banyaknya perumahan yang masih ada yang tidak disertai dengan IPPT
dan IMB perumahan sekitar 2 ha. Sulitnya peraturan dari pemerintah pusat
membuat pihak pengembang melakukan demikian. Pihak pengembang
menganggap lahan itu sudah milik mereka maka pengembang membangun
dulu mengenai perijinaan nanti setelah jadi perumahan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Menurut Informan pihak pengembang memilih di Kecamatan ini
karena letak yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota maka akan cepat
laku dijual kembali dalam bentuk perumahan. Memang kecamatan Godean
kalau dilihat dari data monografi letaknya tidak jauh dari pusat kota,
bahkan jalan godean merupakan jalur alternatif ke kota lain seperti
magelang, semarang, muntilan, dan lain sebagainya. Menurut informan
pembangun akses jalan raya seperti jalan Godean mempunyai pengaruh
besar terhadap konversi lahan pertanian karena dengan adanya jalan maka
membuat akses ketempat lain menjadi mudah, dan membuat harga tanah
menjadi mahal terutama di pinggiran jalan. Hal ini yang dimanfaatkan
penduduk untuk mengkonversikan lahan pertanian menjadi tempat usaha
maupun menjualnya karena harga tanah yang menarik.
Menurut informan pertambahan penduduk juga akan mendorong
terjadinya konversi lahan pertanian karena akan membutuhkan tempat
tinggal yang baru. Pertambahan penduduk yang semakin bertambah
membuat kebutuhan akan tempat tinggal semakin bertambah hal ini
ditandai dengan adanya penbangunan perumahan dan pembangunan rumah
baru.
Dengan demikian sulit untuk menentukan faktor dominan dari faktor
yang mendorong petani untuk mengkonversikan lahannya. Karena petani
sendiri ingin menjual tanah dengan alasan tertentu. Seiring dengan
perkembangan penduduk dan budaya lokal yang mulai berubah yang dulunya
pertanian sebagai matapencaharian utama saat ini pertanian hanya sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
pekerjaan sampingan saja karena keuntungan yang didapat tidak bisa
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
J. Dampak Dari Konversi Lahan Pertanian
Dampak yang paling dirasakan adalah para buruh tani dari konversi
lahan pertanian. Pekerjaan sebagi buruh tani dirasa kurang bisa memenuhi
kebutuhan hidup apalagi ditambah dengan menyusutnya lahan pertanian yang
dijual maupun dipakai sebagai tempat tinggal dan tempat bisnis. Para buruh
ini yang mendapatkan efek paling besar dari konversi lahan pertanian.
Pekerjaan sebagai buruh tani hanya menuruti permintaan masyarakat.
Menurut informan dampak dari konversi lahan pertanian adalah beralih
kepekerjaan lain seperti menjadi tukang batu, kuli bangunan dan penjual kaki
lima. Kalau tidak demikian mereka tidak bisa menambah penghasilan.
Pekerjaan sebagai petani sudah dilakukan sejak turun-temurun. Adanya
konversi lahan pertanian membuat kesempatan kerja menjadi semakin
beragam karena lahan pertanian yang semakin sempit sebagai akibat dari
pertambahan penduduk. Bertani masih dilakukan guna pemenuhan kebutuhan
akan pangan. Karena pertanian di kecamatan godean sebatas pekerjaan
sampingan. Selain bertani masyarakat mempunyai pekerjaan lain seperti
karyawan, kuli bangunan, pekerja pabrik, pedagang. Jadi bertani tidak murni
sebagai petani saja. Jadi peraliahan mata pencaharian tidak begitu dirasakan
oleh masyarakat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
Dampak yang lain menurut informan adalah adanya peralihan
penguasaan lahan yang semula sawah dimiliki oleh petani menjadi milik
pengembang. Menurut responden dampak yang didapat adalah lahan mereka
semakin sempit. Rata-rata luas lahan yang terkonversi responden 615 m2.
Menurut responden menyatakan pendapatan dari bertani juga berkurang.
Responden mengaku bahwa mereka telah kehilangan pendapatan dari
pertanian paling tidak sebesar 1,5-3 juta perpanen tergantung lahan yang dia
punyai. Menurut informan untuk saat ini komoditas pertanian ada
peningkatan 7,5kwintal/Ha setiap tahun belum menjadi masalah dengan
adanya konversi lahan pertanian.
Hal ini ditunjukan dengan adanya Gapoktan (Gabungan Kelompok
Tani) Sidomulyo yang berada di desa Sidomulyo kecamatan Godean, Sleman.
Yogyakarta mampu membuat petani memperoleh harga gabah dan beras lebih
tinggi dibandingkan harga pasaran, serta menumpuk cadangan pangan bagi
anggotanya. Gapoktan ini mendapatkan Order dari KFC (Kentucky Fried
Chicken sebanyak 50-60 ton perbulan, namun baru bisa memenuhi sekitar 15
ton saja perbulan. Beras yang diproduksi gapoktan sidomulyo manggunakan
pupuk organik dan menekan penggunaan pupuk kimia. Untuk mendapatkan 30
ton perbulan gapoktan sidomulyo melakukan kerjasama dengan petani dengan
cara memberikan pinjaman modal berupa pupuk dan benih, maksimal Rp
2.000.000 untuk lahan seluas 3.000 m2. Modal pinjaman akan dikembalikan
nanti pada saat panen dengan bunga 1,5% perbulan. Pada tahun 2011 harga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
gabah cukup tinggi yaitu Rp 3.800/kg gabah kering giling (GKG), padahal
harga pembelian pemerintah Rp3.300/kg. (Sumber : WordPress.com)
Sedangkan produktivitas pertahun pertanian terjadi penurunan sekitar
2% pertahun. Maka dapat disimpulkan penurunan produktivitas bisa dikatakan
bahwa sumber-sumber yang ada semakin berkurang seperti lahan yang
berkurang, dan jumlah pekerja sebagai petani yang berkurang juga. Sehingga
dampaknya petani akan beralih mencari pekerjaan lain.
Petani juga sangat dirugikan dengan adanya konversi lahan pertanian
menjadi perumahan. Menurut informan faktor yang membuat rugi yakni
kurangnya air irigasi. Dengan adanya perumahan di area persawahan membuat
saluran irigasi terhambat bahkan ada yang sudah mengering karena ada
penutupan selokan. Air sangatlah penting untuk pertanian karena dengan
adanya air maka padi ataupun tanaman pangan lain bisa tumbuh. Dengan
minimnya air maka pertanian menjadi terhambat. Maka akan menurunkan
komoditas padi petani, sawah yang mereka tidak bisa ditanami padi, namun
hal ini belum dirasakan para petani di godean karena masih ada jalur irigasi
yang lain.
Menurut informan perumahan yang ada di area persawahan membuat
pemerintah setempat juga kesulitan, dikarenakan pemerintah daerah tidak
memberikan subsidi pembangunan pertanian, hal ini dianggap oleh pemerintah
daerah sebagai daerah perumahan dan tempat usaha. Padahal disekitar
perumahan masih ada lahan yang ditanami tanaman pangan seperti padi. Maka
pemerintah setempat khususnya di kelurahan atau desa mengusahakan sendiri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
dana untuk pembangunan pertanian khususnya saluran irigasi. Seperti kata
Lurah sidokarto :
“…saluran irigasi sebelah barat perumahan dekat jalan
sudah mulai kering, dan dari pihak pengembang sendiri tidak mau
bertanggungjawab bahkan untuk akses jalan pemerintah sendiri
yang membangun pihak pengembang tidak mau membangunnya.
saluran air pun memjadi semakin berkurang, namun untuk irigasi
pertanian sendiri masih ada yang mengalir memlalui irigasi
sebelah timur hanya dari situ saja irigasi yang masih mengalir dan
petani pun mengalirkan dari situ…”
Maka dapat disimpulkan bahwa dampak dari konversi lahan pertanian
pendapatan petani akan semakin sedikit dan akan mengalami kesulitan untuk
membiayai kebutuhan sehari-harinya. Pada saat yang sama, terjadi pula
perubahan budaya dari masyarakat agraris ke budaya urban.
K. Pengendalian Konversi Lahan Pertanian
Menurut informan upaya pengendalian konversi lahan memang sulit
untuk dilakukan. Perkembangan pemukiman memang semakin besar, semakin
penduduk yang bertambah banyak dan penduduk yang pindah dari kota lain.
Tanah yang diwariskan dari orang tua, Karena anggota keluarga semakin
banyak maka membutuhkan tempat tinggal yang baru. Walaupun itu sawah
yang dia punya mau tidak mau maka dijadikan sebagai rumah. Hal seperti ini
yang sulit untuk dikendalikan. Bahkan pembangunan perumahan pun semakin
lama akan semakin besar seiring dengan bertambahnya penduduk. Seperti
yang diungkapkan Bapak Lurah Desa Sidokarto bahwa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
“…Sulit untuk mengendalikan konversi ini, jika dikasih
plakat daerah pertanian kasihan masyarakat yang ingin membangun
rumah sendiri karena mereka punya lahan itu saja. Kalau itu yang
membangun pihak pengembang saya tidak akan mengijinkan meski
pun punya ijin dari gubernur...”
Menurut informan untuk mengendalikan tanah selain tanah kas desa,
surat percepatan sertifikasi akan mengurangi konversi lahan pertanian karena
didalam sertifikasi dilakukan sebuah perjanjian dengan pemilik minimal
selama 5 tahun dari pembuatan sertifikat tidak boleh dipindah tangankan.
Menurut informan cara lain mengatasinya dengan cara meningkatkan kualitas
produk pertanian diantaranya bantuan benih unggul, Program sekolah
lapangan, dan perbaikan saluran irigasi. Dengan demikian dapat mengurangi
atau menekan angka konversi lahan pertanian.
Dari Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah (DPPD) melalui surat
edaran yang berikan kepada kepala desa se-Kabupaten Sleman menyatakan
dalam
upaya
mengoptimalkan
tanah
kas
desa
untuk
kebutuhan
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat desa
perlu usaha pengeloalan secara berdayaguna dan berhasil guna dengan
mengedepankan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi,
akuntanbilitas, dan kepastuian nilai.
Pengaturan Pengelolaan Tanah Kas Desa di Propingsi DIY ditetapkan
dengan Peraturan Gubernur DIY Nomor 11 Tahun 2008 tentang pengelolaan
Tanah Kas Desa di Provinsi DIY. Dalam perizinan pemanfaatan tanha kas
desa, ada izin yang harus diproses dan kedua izin tersebut diajukan secara
bersamaan yaitu :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
1. Izin peruntukan penggunaan tanah (IPPT) berdasarkan perda Nomor 19
Tahun 2001. Berkaitan dengan pemanfaatan tanah ada 5 jenis Izin
Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT), izi perubahan tanah, izin
konsolidasi tanah, izin penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan
umum, namum untuk izin pemanfaatan tanah kas desa hanya 2 jenis izin
yang sering diproses yaitu :
a. Izin pemanfaatan tanah (IPT) yaitu izin peruntukan penggunaan tanah
yang wajib dimiliki orang pribadi dan badan yang akan melaksanakan
kegiatan dan kegiatan yang mengakibatkan perubahan peruntukan
tanah pada bangunan/ usahayang dilakukan dengan batasan keluasan
sebagai berikut :
a) Untuk usaha pertanian
≤ 25 Ha
b) Untuk usaha Non-pertanian
≤ 1 Ha
c) Untuk kegiatan bidang sosial dan keagamaan tanpa batasan
keluasan
b. Izin lokasi (IL) yaitu izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib
dimiliki perusahan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dal;am
rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan
hak dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha
penanaman modal dengan batasan keluasan sebagi berikut :
a) Untuk usaha pertanian
> 25 Ha
b) Untuk usaha non-pertanian
> 1 Ha
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
2. Izin Gubernur DI Yogyakarta
Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor Tahun 2008, pemanfaatan tanah
kas desa yang berupa sewa-menyewa, bangun seah guna dan bangun guna
serah, perubahan peruntukan tanah kas desa harus mendapatkan izin dari
Gubernur DIY.
Mekanisme/ prosedur pemanfaatan tanah kas desa :
a) Pemohon mengajukan permohonan kepada kepala desa disesrtai
kelengkapan administrasi (surat permohonan ke kepala desa, proposal,
fotocopy KTP).
b) Kepala desa dan BPD membahas permohonan.
c) Apabila permohonan diterima, kepala desa mengajukan permohonan
ke bupati melalui camat dilampiri keputusan kepala desa, keputusan
BPB dan rekomendasi camat (cap/ cap basah).
Namun menurut informan ketatnya peraturan membuat pihak
pengembang melakukan pembangunan perumahan tanpa ijin terlebih dahulu,
karena merasa sudah menjadi hak milik pengembang maka lahan yang dibeli
seenaknya dibangun tanpa ada IPPT dan IMB. Dengan membangun terlebih
dahulu maka ijin akan mudah turun tetapi sampai saat ini ijin tersebut belum
juga ada masih ada perumahan yang tanpa IPPT dan IMB.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah setempat pun
sulit untuk mengendalikan konversi lahan pertanian karena penjualan tanah
oleh para pemilik susah untuk dikontrol. Pengendalian ini memang susah
untuk dilakukan dengan peraturan yang ketat pun tidak membuat pengembang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
jerah untuk membeli tanah pertanian ini. Dengan segala cara pihak
pengembang ingin memdapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa
memperhatikan dampak yang ditimbulkan.
L. Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian
Selain lahan pertanian dijadikan lahan pertanian juga dialih fungsikan
sebagai tempat usaha seperti pertokoan terutama di daerah pingiran jalan raya
godean. Hal ini di manfaatkan karena lebih menguntungkan dibandingkan
masih dalam keadaan menjadi sawah. Seperti halnya yang dikata oleh
informan mengatakan bahwa jika masih berbentuk sawah keuntungan yang
didapat dari bertani belum bisa memenuhi kebutuhan hidup, dengan dijadikan
tempat usaha maka akan mendapatkan keuntungan yang jauh dari pertanian.
Berikut luas lahan pertanian responden yang dikonversikan :
Tabel 5.5
Luas Lahan terkonversi Responden Yang Dijadikan Perumahan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Responden
Ismi Surmaryanti
Sukinem
Dra. Subarini
Teguh Wahyudi
Martati
Nur Ahmah Cahyo
Hartini
Sri Sugiarti
Suharsih
Rahayu Lestari
Suwariah
Triporyani
Sarwandi
Sitimujiah
Supono Sajuri
Jumlah
Sumber : Wawancara
Luas terkonversi
(m2)
524
963
1025
623
610
510
450
542
536
476
513
410
553
852
1253
Nama Perumahan
Taman Mutiara Godean
Taman Mutiara Godean
Taman Mutiara Godean
Geria Palma Indah
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Sidokarto Canggih Asri
Sidokarto Canggih Asri
Luas Perumahan
(m2)
7269
7811
4600
3109
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
Menurut Informan selain lahan sawah di jadikan perumahan juga
dijadikan sebagai ruko. Pemilik lahan terutama di daerah pingiran jalan raya
yaitu jalan godean terutama, para pemilik lahan menyewakan lahan sawah
mereka, ada juga yang dijadikan usaha mereka. Menurut informan untuk
daerah pertokoan dari pihak pengembang membeli lahan sawah untuk
dijadikan sebagai pertokoan. Kebanyakan para pemilik lahan maupun yang
menyewakan dijadikan sebagai warung makan tapi lahan pertanian yang
dijadikan pertokoan kebanyakan adalah daerah pertokoan terutama di daerah
pinggiran jalan raya. Maka perilaku seperti ini wajar dilakukan karena bekerja
tani belum cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Guna untuk memenuhi
kebutuhan hidup setiap warga mencari pekerjaan lain atau membuat usaha
yang lebih menguntungkan seperti berdagang di pasar, tukang batu, usaha
warung makan dan lain sebagainya. Berbeda dengan pembangunan
perumahan, menurut informan pembangunan pertokoan sudah ada ijin
pembangunannya.
Tabel 5.6
Perubahan Lahan Pertanian Menjadi Perumahan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama Perumahan
Kembang Asri
Pesona Harapan
Pondok Pinang
Mutiara Godean
Bumi Mulia
Palem Indah
Madani
Sumber : Hasil Observasi
Luas (m2)
4063
5391
4600
7269
6462
7811
5110
Letak
Sidokarto
Sidokarto
Sidokarto
Sidokarto
Sidokarto
Sidokarto
Sidokarto
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
Dari Tabel 5.5 dan 5.6 diperlihatkan bahwa perubahan lahan pertanian
dimanfaatkan sebagi perumahan. Terutama tabel 5.6 dari 7 perumahan
dulunya merupakan lahan pertanian dan dikeringkan kemudian dijadikan
perumahan. Konversi ini terjadi pada tahun 2003-2008 pengembang
membangun perumahan diatas lahan 5.000 m2 dengan rata-rata 30 kapling.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor
yang mendorong petani mengkonversikan lahan
pertanian meliputi faktot internal yaitu Alasan utama yang mendorong
petani mengkonversikan lahan pertanian bukan alasan ekonomi
melainkan harga yang menarik. faktor pendidikan, umur dan
tangungan keluarga petani juga berpengaruh dalam pengambilan
keputusan petani untuk menjual atau lahan sawah, petani butuh uang,
harga yang menarik, pindah kerja atau pindah karena alasan mengikuti
istri/ suami, serta pertanian yang tidak menguntungkan ; faktor
ekternal yaitu paksaan dari pihak pengembang dan pemerintah
setempat dengan membeli tanah para tani, pertambahan penduduk,
pembangunan akses jalan raya.
2. Dampak dari konversi lahan pertanian terhadap petani yaitu beralihnya
pekerjaan dari semula petani menjadi tukang batu, pindah ke jasa,
buruh bangunan, kuli bangunan dan penjual kaki lima. Irigasi air untuk
pertanian semakin berkurang walupun belum dirasakan sepenuhnya
oleh petani, komoditas pertanian masih 7,5kwintal/Ha setiap tahun
belum menjadi masalah dengan adanya konversi lahan pertanian.
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
Sedangkan produktivitas pertahun pertanian terjadi penurunan sekitar
2% pertahun.
3. Pengendalian konversi lahan pertanian menjadi perumahan sulit
dilakukan karena anggota keluarga semakin banyak membutuhkan
tempat tinggal yang baru. maka sawah yang semula untuk bertani
dijadikan sebagai
tempat hunian dan pembangunan perumahan
semakin lama akan semakin besar seiring dengan bertambahnya
penduduk, serta surat percepatan sertifikasi dapat mengurangi konversi
lahan pertanian.
4. Pola pemanfaatan lahan pertanian, selain dijadikan perumahan lahan
pertanian berubah fungsi menjadi tempat usaha seperti pertokoan,
warung makan. Pemaanfaatan ini biasa terjadi di pinggir jalan raya
(jalan Godean).
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diajukan di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Supaya lahan pertanian tetap ada perlu lebih pengendalian konversi
lahan pertanian.
2. Petani seharusnya diberikan subsidi pertanian agar produktifitas padi
meningkat maka secara tidak langsung akan menambah pendapatan
petani dan megurangi konversi lahan pertanian.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
3. Optimalkan peran pemerintah daerah dalam meningkatkan pertanian
daerah sehingga manjadi pertanian yang modern dan semakin
meningkatkan PDB dalam pertanian dengan pengadaan bantuan
pembangunan irigasi..
4. Supaya pertanian tetap berkembang dan menyejahterakan petani,
pemerintah daerah jangan menutup diri dengan
proses terjadinya
konversi lahan pertanian yang selalu merugikan petani dan selalu
berpihak kepada pihak pengembang perlu adanya hukum agraria yang
tegas.
5. Sanksi untuk pembangunan rumah yang dikembangkan tanpa ijin.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis merasa masih banyak menemukan
kekurangan, kelemahan, dan hambatan,antara lain :
1. Sampel yang diambil hanya terbatas pada satu kecamatan saja yaitu
kecamatan Godean.
2. Sampel yang diambil tidak seluruhnya petani yang mengkonversikan
lahan pertanian, melainkan diambil beberapa petani saja yang benar
tahu konversi lahan pertanian karena penelitian ini deskritif-kualitatif.
3. Responden masih menutupi dirinya sehingga sampel yang didapat
belum begitu jelas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Data yang diambil belum begitu jelas masih bisa berkembang seiring
waktu serta pengujian data masih berupa asumsi yang diberikan
responden saja.
5. Pola pemanfaatan lahan pertanian menjadi temapat usaha seperti
pertokoan tidak banyak dibahas.
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Artikel
tentang
Pendidikan
Petani,
2010.
Tersedia
:
http://beritasore.com/2010/09/27/sektor pertanian terkendali-rendahnyapendidikan-petani di akses : 23 agustus 2012.
Artikel tentang Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman
Menolak 176 lokasi Permohonan IPPT, 16 Januari 2012. Tersedia :
dppd.slemankab.go.id. diakses 10 januari 2013
Artikel tentang Tahun 2012 Permohonan IPPT Tetap Tinggi, 7 Januari 2013.
Tersedia : dppd.slemankab.go.id. diakses 10 januari 2013
Artikel tentang Perkembangan Kota Mengarah ke Sleman, Ancam Ketahanan
Pangan, 28 desember 2012. Tersedia : www.ugm.ac.id. Diakses 10 januari
2013
Artikel tentang Kabupaten Sleman Dalam Angka 2009. Tahun 2009. Tersedia :
www.slemankab.go.id . diakses 10 januari 2013
Bungin, Burhan, Prof. Dr. H.M., S.sos., M.Si. 2007. Penelitian Kualitatif
(komunikasi,Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya). Edisi
pertama. Prenada Media Group: Jakarta.
Hardjowigeno, S dan Widiatmaka . 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Martua Sihaloho. 2004. Konversi Lahan pertanian dan Perubahan Struktur Agraria
(Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor,
Jawa Barat). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Irwan, B. 2005. Konversi Lahan sawah: Potensi Dampak, pola Pemanfaatannya,
dan faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 23 No.
1, Juli 2005 1-18
Irwan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah Menimbulkan Dampak Negatif Bagi
Ketahanan Pangan dan Lingkungan. Bogor. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.http//pse.litbang.deptan.go.id
Irwan, B. 2008.Meningkatkan Efektivitas Kebijakan Konversi Lahan. Bandar
Lampung. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Tersedia :
http//pse.litbang.deptan.go.id. diakses : 21 september 2012
Hapsari, Amelia. 2013. Tekan Alih Fungsi, Sertifikasi Lahan Pertanian
Dipercepat. Artikel Suara Merdeka terbit 12 maret 2012. Tersedia : Suara
merdeka.com. diakses 10 januari 2013.
J. Moleong, Lexy, Prof. Dr. M.A., 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif : Edisi
Revisi. Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Putra, albert. 2011. Definisi dan sejarah pertanian. Artikel sejarah pertanian 15
juni 2011. Tersedia : putra-albert.blogspot.com diskses : 14 september
2012
Ridwan, Rustiati, Ita. Faktor-faktor penyebab dan dampak konversi lahan
pertanian. (jurnal) PGSD UPI-serang Banten.
Sitorus, S. R. P.2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung
Soekamto, Soerjono, 1990. Sosiologi, Edisi baru Keempat. Rajawali Pers: Jakarta.
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
Soetrisno, Loekman, 1984. Dasar-Dasar Usaha Tani di Indonesia, Penerbit
Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Subali, Agus 2005. PENGARUH KONVERSI LAHAN TERHADAP POLA
NAFKAH
RUMAHTANGGA
PETANI.
Tersedia
:
(http://www.linkpdf.com/download/dl.). Diakses : 23 agustus 2012
Sugiyono, Prof. Dr., 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method).
Penerbit : ALFABETA : Bandung.
Sukidin, Dr. M.Pd., 2009. Sosiologi Ekonomi, Penerbit Center for Society Studies:
jember.
Sunny. 2010. Petani Siap Alih Profesi. Artikel Suara Merdeka terbit 15 juli 2010.
tersedia: Suara Merdeka.com. diakses :11 oktober 2012
Suryabrata, Sumadi, Drs. B.A. M.A., Ed.S., Ph.D., 2008. Metodologi Penelitian,
PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Suryosumanto. 2010. lima Indikasi Anda Harus Alih Pofesi. Tersedia:
http//Suryosumanto.com diakses : 14 september 2012
Syarbaini, syahrial dan Rusdiyanta, (2009). Dasar- dasar Sosiologi, GRAHA
ILMU: Yogyakarta.
S., Robert, 1983. Sosiologi Pendidikan, penerbit Jemmars: Bandung.
Tarigan. 2002. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Pendekatan Ekonomi dan
Ruang. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
T. Gilarso, Drs., 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, edisi revisi. penerbit
Kanisius: Yogyakarta.
Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir. 1992. Pembangunan dan Alih
Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung.
Wolf, Eric, R., 1983. PETANI : Suatu Tinjauan Antropologis, Penerbit CV.
Rajawali: Jakarta.
Wibowo, S.C. 1996. Analisis Pola Konversi Sawah Serta Dampaknya Terhadap
Produksi Beras: Studi Kasus di Jawa Timur. Jurusan Tanah Faperta IPB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Panduan Wawancara
A. Panduan Pertanyaan untuk informan petani
1. Sejak kapan Anda menjadi petani ?
2. Mengapa Anda menjadi petani ?
3. Apakah dengan bertani Anda bisa memenuhi kebutuhan hidup ?
4. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah pertanian di desa
ini ? Apa saja bantuan yang pernah diberikan oleh pemerintah ? Jelaskan !
5. Bagaimana cara Anda memperoleh lahan tersebut ?
6. Seberapa penting lahan tersebut bagi Anda ?
7. Apa fungsi utama lahan menurut Anda ?
8. Sejak kapan Anda ikut mengkonversi lahan ?
9. Mengapa Anda ikut mengkonversi lahan ?
10. Apakah ada yang mendorong Anda untuk ikut mengkonversi lahan ?
11. Menurut Anda, apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah mengkonversi
lahan ?
12. Setelah mengkonversi lahan, apakah pendapatan rumah tangga Anda berubah ?
Menurun atau meningkat ?
B. Panduan pertanyaan untuk informan/narasumber dari aparat desa atau warga
setempat
1. Apa rata-rata jenis mata pencaharian utama masyarakat di sini ?
2. Kira-kira berapa jumlah petani di sini ?
3. Siapa saja petani yang memiliki lahan sendiri ?
4. Sejak kapan fenomena konversi lahan mulai banyak terjadi di sini ?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Bagaimana pola pemanfaatan lahan pertanian yang dikonversikan ?
6. Faktor apa saja yang mendorong masyarakat memilih lahan pertaniannya untuk
dikonversikan ?
7. Menurut Anda, mengapa petani di sini banyak yang mengkonversi lahannya ?
Kira-kira, apa faktor utama yang mendorong hal tersebut terjadi ?
8. Apakah pihak pengusaha ikut mempengaruhi proses terjadinya konversi
tersebut ?
9. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah pertanian
di sini ?
10. Bagaimana cara pengendalian pemerintah daerah dalam menangani masalah
konversi lahan pertanian ?
11. Apakah rata-rata tingkat pendidikan masyarakat, khususnya rumah tangga petani
di sini ?
12. Menurut Anda, bagaimana tingkat kesejahteraan petani yang telah mengkonversi
lahan ?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 3
DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN
BERDASARKAN JENIS KELAMIN, USIA, DAN
PENDIDIKAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Karakteristik Responden berdasarkan jenis
kelamin,usia,pendidikan
No.
Kakarteristik
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Ismi Surmaryanti
Sukinem
Dra. Subarini
Teguh Wahyudi
Martati
Nur Ahmah Cahyo
Hartini
Tri Sugiarti
Suharsih
Rahayu Lestari
Suwariah
Triporyani
Sarwandi
Sitimujiah
Supono Sajuri
√
√
√
√
10
>
30
Usia
31 41
>
>
40 50
√
√
Pendidikan
SD SMP SMA
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PT
√
√
√
√
√
51
>
60
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel Luas Lahan terkonversi Responden Yang Dijadikan
Perumahan
No.
1.
Responden
Luas
terkonversi
(m2)
524
2.
Ismi
Surmaryanti
Sukinem
3.
Dra. Subarini
1025
4.
5.
6.
623
610
510
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Teguh Wahyudi
Martati
Nur Ahmah
Cahyo
Hartini
Sri Sugiarti
Suharsih
Rahayu Lestari
Suwariah
Triporyani
Sarwandi
Sitimujiah
15.
Supono Sajuri
1253
Jumlah
963
450
542
536
476
513
410
553
852
Nama Perumahan
Taman Mutiara
Godean
Taman Mutiara
Godean
Taman Mutiara
Godean
Geria Palma Indah
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Pondok Pinang
Sidokarto Canggih
Asri
Sidokarto Canggih
Asri
Luas Perumahan
(m2)
7269
7811
4600
3109
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN 4
TABEL STATUS PERIJINAN BANGUNAN
PERUMAHAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tabel Status Perijinan Bangunan Perumahan
No.
Nama perumahan
Luas (Ha)
Letak
Status
1.
Griya Palem Indah
0,61
Sidokarto
Ada IMB
2.
Sidoarum
2,3
Sidoarum
Ada IMB
3.
Munggur 2
0,13
Sidoarum
Ada IMB
4.
Griya Palem Hijau
1,5
Sidoarum
Ada IMB
5.
Munggur 6
0,09
Sidoarum
Belum IMB
6.
Munggur 7
0,07
Sidoarum
Belum IMB
7.
Munggur 8
0,16
Sidoarum
Ada IMB
8.
Grand Century
0,11
Sidoarum
Ada IMB
9.
Munggur 1
0,07
Sidoarum
Ada IMB
10.
Munggur 4 & 5
0,22
Sidoarum
Ada IMB
11.
Taman Mutiara Godean
0,49
Sidokarto
Ada IMB
12.
Alam Mulia
0,48
Sidokarto
Ada IMB
13.
Pesona Munggur
0,15
Sidoarum
Ada IMB
14.
Permata Indah sidoarum
0,4
Sidoarum
Ada IMB
15.
Tanpa Nama
0,2
Dusun Semarangan
Belum IMB
16.
Tanpa Nama
0,4
Dusun Winokraman
Belum IMB
17.
Tanpa Nama
0,21
Dusun Jetis Prenggan
Belum IMB
18.
Tanpa Nama
0,24
Dusun Sembuh
Belum IMB
19.
Tanpa Nama
0,15
Dusun Jetis Prenggan
Belum IMB
20.
Tanpa Nama
0,45
Dusun Jetis Prenggan
Belum IMB
Sumber : Hasil Observasi
Download