ANALISA PERHITUNGAN WAKTU PADA ALAT PENGASAPAN

advertisement
ANALISA PERHITUNGAN WAKTU PADA ALAT
PENGASAPAN IKAN MENGGUNAKAN SUHU 80˚C
DENGAN KAPASITAS
20 EKOR IKAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
Doddy Iwan Baskoro
NPM : 11321035
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Wijaya Putra
Surabaya
2012
ANALISA PERHITUNGAN WAKTU PADA ALAT
PENGASAPAN IKAN MENGGUNAKAN SUHU 80˚C
DENGAN KAPASITAS
20 EKOR IKAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra
Oleh :
Doddy Iwan Baskoro
NPM : 11321035
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2012
i
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA
: DODDY IWAN BASKORO
NPM
: 11321035
FAKULTAS
: TEKNIK
PROGRAM STUDI
: TEKNIK MESIN
JUDUL
: ANALISA PERHITUNGAN WAKTU
PADA ALAT PENGASAPAN IKAN
MENGGUNAKAN SUHU 80°C
DENGAN KAPASITAS 20 EKOR IKAN
Mengetahu/ Disetujui oleh :
DOSEN PEMBIMBING
( SISWADI,ST, M.Si. )
Telah diterima dan disetujui oleh tim Penguji Tugas Akhir serta dinyatakan
LULUS. Dengan demikian Tugas Akhir ini Sah untuk melengkapi syarat-syarat
mencapai Gelar Sarjana Teknik pada FAKULTAS TEKNIK, PROGRAM STUDI
TEKNIK MESIN,UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA.
Surabaya,....2012
Tim Penguji
Ketua
: Slamet Riyadi,ST,MT
(
)
(
)
(
)
( Dekan )
Anggota
: 1. Muharom,ST
( Dosen Penguji I )
2. Imam Kholiq,ST
( Dosen Penguji II )
MOTO
Kebaikan dalam kata-kata menciptakan percaya diri, Kebaikan dalam hal berpikir
menciptakan kebajikan,Kebaikan dalam hal memberi menciptakan cinta (Lautzu)
Ilmu lebih baik dari harta benda, karena ilmu dapat menjagamu sedangkan harta
benda harus kamu jaga (Virgil)
Jadikanlah
sabar dan
sholat itu
sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang
khusyu “ (QS : Al Baqarah : 45)
PERSEMBAHAN
Sebagai wujud syukur kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk
orang-orang yang kusayangi :
 Bapak dan (alm) Ibuku yang selalu mencintaiku selama aku hidup,
selalu sabar dalam menghadapiku
 Istri tercintaiku memberiku dukungan moral,menemani dalam
kehidupanku dan senantiasa mendoakan aku dalam mengerjakan
laporan tugas akhir ini.
 Buat anakku yang tercinta,
memberikan aku inspirasi dan
motivasi dalam menghadapi hidup ini.
 Teman-teman seluruh teknik mesin “ BEST FRIEND FOREVER ”
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Puji syukur penulis panjatkan kehadiratAllah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisdapat menyelesaikan penulisan Tugas
Akhir yang berjudul “ANALISA PERHITUNGAN WAKTU PADA ALAT
PENGASAPAN IKAN MENGGUNAKAN SUHU 80˚C DENGAN
KAPASITAS 20 EKOR IKAN”.. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mencapai
gelar Sarjana Stratum Satu (S-1) pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas
Teknik,Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Siswadi,ST,MSi selaku Ketua Program Studi Fakultas Teknik Mesin dan
Dosen Pembimbing Universitas Wijaya Putra Surabaya.atas waktu dan
bimbingan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi serta selalu sabar
memberikan masehat dan masukan kepada penysusn
2. Bapak Slamet Riyadi,ST MT selaku Dekan Fakultas Teknik Mesin Universitas
Wijaya Putra Surabaya terima kasih atas segala masukan petunjuknya.
3. Bapak Muharom,ST selaku Dosen Penguji Tugas Akhir atas saran dan
masukannnya dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
4. Bapak atau Ibu Dosen Fakultas Teknik Mesin atas ilmu yang telah diberikan
dan bantuan selama masa perkuliahan
5. Spesial terima kasih untuk istriku yang selalu memberikan motivasi,doa dan
kesabarannya dalam penusunan Tugas Akhir ini.
6. Ilyas dan Andre selaku rekan satu team dalam penyusuan Tugas akhir, terima
kasih atas kerjasama saling bertukar pikiran,tenaga dan doa juga
dukungannya hingga selesainya laporan tugas akhir ini.
7. Teman – teman Fakultas Teknik Mesin
Penulis menyadari bahwa laopran ini masih jauh dari sempurna, karenanya
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
membutuhkan amin
Wassalamu”alaikum wr. wb.
Surabaya,
Agustus 2012
Penulis
Abstrak
Pada saat ini industri pengolahan asap ikan makin berkembang. Akan tetapi
industri rumahan pengasapan ikan kalah bersaing dengan industri besar. Hal ini
dikarenakan masih menggunakan peralatan pengasapan yang tradisional. Untuk
dapat berkembang membutuhkan peralatan yang lebih modern tetapi dengan harga
yang relatif murah dan bersifat portable sehingga mudah dilakukan pengasapan di
manapun
Dari hasil pengasapan ikan dengan menggunakan alat pengasapan ikan yang telah
dikembangkan diharapkan dapat menghasilkan yang kering,tidak berbau
amis,ikan dapat matang merata, dan alat pengasap ini mempunyai sifat yang lebih
nyaman,aman dan efisien digunakan. Dengan alat pengasapan ikan ini kita
menggunakan temperatur 80˚C pada saat pengasapan dan dapat mengetahui hasil
ikan asap yang baik serta mudah dipindahkan karena bersifat portable.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
ii
MOTTO............................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................
v
KATA PENGANTAR........................................................................................
vi
ABSTRAK.......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN...........................................................................
1
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................
2
1.3. Batasan masalah.........................................................................
2
1.4. Tujuan Penelitian........................................................................
3
1.5. Manfaat Penelitian......................................................................
3
1.6. Sistematika Penulisan……….....................................................
4
LANDASAN TEORI.......................................................................
6
2.1. Tinjauan Pustaka........................................................................
6
2.2. Fasilitas produksi dan peralatan.................................................
2.3. Bahan Baku…………………....................................................
7
8
2.3.1. Bahan Baku Utama…....................................................
9
.
2.3.2. Bahan Baku Tambahan….............................................. 10
2.3.3
Bahan Bakar…………….............................................. 12
2.4. Peralatan yang dibutuhkan......................................................... 14
2.5. Proses Pembuatan....................................................................... 15
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengasapan.............. 16
2.7. Alat Pengasapan......................................................................... 18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 22
3.1. Diagram proses pengasapan ikan .............................................. 22
3.2. Perencanaan alat pengasapan ikan.............................................. 23
3.2.1. Peralatan yang digunakan................................................ 23
3.2.2. Material ruang pengasapan............................................... 25
3.2.3. Alat Pengasapan ikan....................................................... 25
BAB IV
PROSES PEMBUATAN IKAN ASAP...........................................
27
4.1. Pengasapan ikan......................................................................... 27
4.2. Hasil percobaan ikan asap pada suhu 80˚C dengan waktu
Pengasapan ikan selama 1 jam................................................... 28
4.3. Hasil percobaan ikan asap pada suhu 80˚C dengan waktu
Pengasapan ikan selama 2 jam.................................................. 28
4.4. Hasil percobaan ikan asap pada suhu 80˚C dengan waktu
Pengasapan ikan selama3 jam................................................... 29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 30
A. Kesimpulan.................................................................................. 30
..
B. Saran............................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Motor Servo................................................................................ 23
Rantai roll.................................................................................... 24
Gambar 3.3.
Trafo step up/down..................................................................... 25
Gambar 3.4.
Alat pengasapan ikan.................................................................. 26
Gambar 4.1.
Hasil pengasapan ikan selama 1 jam........................................... 28
Gambar 4.2.
Hasil pengasapan ikan selama 2 jam........................................... 28
Gambar 4.3.
Hasil pengasapan ikan selama 3 jam........................................... 29
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Peralatan utama yang digunakan untuk pengolahan
bandeng asap...............................................................................
7
Tabel 2.2.
Persyaratan mutu ikan segar........................................................
9
Tabel 2.3.
Komposisi kimia ikan bandeng segar......................................... 10
Tabel 2.4.
Komposisi kimia tempurung kelapa............................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengasapan adalah salah satu cara pengolahan ikan yang dapat dilakukan
dengan peralatan yang sederhana dan mudah didapat serta murah harganya. Ikan
yang diolah dengan cara pengasapan dapat tahan lebih lama disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya berkurangnya kadar air ikan sampai dibawah 40
persen, adanya senyawa-senyawa didalam asam kayu yang menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan terjanyakoagulasi protein pada
permukaan ikan yang mngakibatkan jaringan pengikat menjadi lebih kuat dan
kompak sehingga tahan terhadap serangan mikroorganisme. Senyawa-senyawa
antimikroba yang terdapat didalam asap kayu misalnya berbagai macam
aldehida,alkohol,asam dan sebgainya. Pengasapan juga dapat memperbaiki
penampakan ikan karena ikan menjadi mngkilat
Selain
keuntungan-keuntungan
tersebut
diatas,
pengasapan
ikan
mempunyai beberapa kelemahan karena tekstur ikan berubah menjadi keras
terutama jika pengasapan dilakukan pada suhu rendah dalam waktu lama dan
diperlukan waktu lama untuk melakukan pengasapan ikan secara sempurna.
Sedangkan ikan yang teksturnya keras diperlukan proses rehidrasi (pembasahan
kembali) sebelum ikan dapat dikonsumsi.
Ikan yang telah diasap harus disimpan ditempat yang kering dan tertutup
rapat. Pertumbuhan jamur pada ikan asap menyebabkan terjadinya perubahan bau
menjadi tengik dan perubahan tekstur
Dari latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, untuk itu saya
mengangkat suatu penelitian untuk
Tugas Akhir dengan judul Analisa
Perhitungan Waktu Pada Alat Pengasapan Ikan Menggunakan Suhu 80˚C
Dengan Kapasitas 20 Ekor Ikan
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan umum yang dikaji berdasarkan latar belakang diatas
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana proses pengasapan ikan yang baik dengan menggunakan
temperatur 80˚C?
1.2.2 Berapa lama waktu yg dibutuhkan pada saat proses pengasapan ikan
dengan hasil yang baik ?
1.2.3 Bagaimana hasil proses pengasapan ikan dengan menggunakan
waktu 1 s/d 3 jam?
1.3
Batasan masalah
Batasan masalah ini bertujuan supaya penulis terarah dan mempunyai
ruang lingkup yang jelas adapun batasan masalah pada penulisan ini adalah
1.3.1 Melakukan proses pengasapan dgn temperatur suhu 80˚C
1.3.2 Waktu pada saat proses pengasapan yang dilakukan 1 jam, 2 jam
dan 3 jam
1.3.3 Menggunakan termometer sebagai pengukur suhu didalam ruang
pengasapan dengan hasil baik
1.3.4 Analisa biaya tidak di bahas
1.4
Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini meliputi :
1.4.1 Dapat mengetahui temperatur suhu yang terjadi didalam ruang
pengasapan
1.4.2 Dapat meminimalkan asap yang lolos pada saat proses pengasapan
ikan berlangsung
1.4.3 Dapat mengetahui hasil pengasapan ikan yang layak untuk
dikonsumsi dengan waktu pengasapan 1 jam, 2 jam dan 3 jam
1.4.4 Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan
sarjana teknik di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
1.5
Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.5.1 Oven Pengasapan ikan yang lebih praktis dan efisien
1.5.2 Mudah dilakukan dimanapun karena oven pengasapan ikan ini
bersifat portable
1.5.3 Oven pengasapan ikan ini dapat dipakai untuk industri skala rumah
tangga dan restoran
1.5.4 Dengan menggunakan alat pengasapan ikan ini, kita dapat
mengetahui
temperatur
pada
saat
pengasapan
dan
meminimalkan asap pada saat proses pengasapan berlangsung.
dapat
1.6
Sistematika penulisan
Dalam tugas akhir ini, untuk mempermudah pembahasan maka di
butuhkan sistimatika penyusunan. Adapun sistimatika penyusunan yang di
lakukan adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan :
Bab ini berisi uraian mengenai : latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup,
metode pendekatan, sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori :
Bab ini berisi uraian mengenai : latar belakang teori yang di jadikan
permasalahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Bab III Metode Penelitian :
Bab ini berisi uraian mengenai : membahas cara melakukan
penelitian mengenai pembuatan alat pengasapan ikan pada temperatur 80˚C
dengan waktu lama pengasapan 1 jam, 2 jam dan 3 jam
Bab IV Penyajian Data dan Analisa :
Bab ini berisi mengenai : membahas tentang pengumpulan data dan
pengolahan data hasil pengamatan yang sesuai dengan ada di lapangan
Bab V Kesimpulan dan Saran :
Bab ini berisi uraian mengenai : pemecahan masalah dan saran-saran
perbaikan yang di harapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Ikan asap adalah suatu produk olahan perikanan dengan bahan baku ikan
segar yang mengalami perlakuan: penyiangan, pencucian dengan atau tanpa
perendaman dalam larutan garam, pencucian, penirisan, pengemasan,
pengepakan serta penyimpanan. Ikan asap merupakan produk olahan yang siap
untuk dikonsumsi, artinya tanpa dilakukan pengolahan atau pemasakan ikan
sudah siap untuk disantap, karena selama proses pengasapan ikan telah
mendapat perlakuan panas yang cukup untuk memasak daging ikan dan
sekaligus membunuh sebagian besar bakteri yang terdapat di dalamnya.
Pengasapan juga menghasilkan efek pengawetan yang berasal dari beberapa
senyawa kimia yang terkandung di dalamnya, khususnya senyawa-senyawa
aldehid, keton, dan berbagai asam organik (BRKP, 2003).
Penjenuhan bahan baku menggunakan asap kayu merupakan prinsip
utama dari pengasapan. Selama proses ini, sebagian kadar air akan hilang serta
terjadi perubahan warna dan rasa (Bykowski & Dutkiewicz, 1996). Terdapat
dua tujuan utama dalam pengasapan ikan, yaitu pertama untuk mendapatkan
daya awet yang dihasilkan asap, sedangkan bau, rasa dan tekstur bukan tujuan
utama. Kedua, untuk memberikan aroma yang khas tanpa peduli kemampuan
daya awetnya (Wibowo, 2002).
2.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam pengolahan
ikan bandeng asap masih tergolong tradisional. Peralatan tersebut mencakup
beberapa tahapan proses termasuk persiapan/penyiangan, pengolahan dan
pengemasan.
Yang perlu diperhatikan disini, semua peralatan yang berkontak
langsung dengan produk harus tidak bersifat korosif, mudah dibersihkan, dan
terbebas dari kontaminasi mikroba dan bahan kimia berbahaya.
Tabel 2.1.Peralatan Utama yang Digunakan untuk Pengolahan Bandeng Asap
Tahap
Alat/bahan
Fungsi
- Mencuci ikan setelah disiangi/dibersihkan
isi perutnya
- Merendam ikan dalam air garam
Wadah ikan
- Wadah ikan sebelum diolah
Ember
- Wadah pencucian ikan sbelum diolah
Keranjang Plastik - Wadah untuk penirisan ikan setelah dicuci
Air PAM/Sumur
Persiapan
Alat Pengasapan
Tungku
Pengait
Wadah ikan
- Mengkait ikan
- Memanaskan bahan bakar batok kayu
- Menggantung ikan saat diasapi
- Merendam ikan dalam larutan garam
sebelum ikan dimasukan ke dalam alat
Pengasapan
Keranjang Plastik - Meniris ikan setelah perendaman dalam
Pengasapan
larutan garam
Kayu bakar
- Bahan bakar berupa batok kelapa
Garam
- Merendam dan memberikan rasah gurih
serta kondisi fisik ikan yang lebih baik
(daging ikan menjadi kenyal)
Kayu/bambu
- Mendinginkan ikan yang baru saja diasap
dengan cara digantungkan
Blower/kipas
Pendinginan Kertas Koran
Plastik
- Mendinginkan ikan yang baru saja keluar
dari alat pengasapan
- Menutupi agar tidak dihinggapi kotoran
dan serangga pada saat pendinginan
- Pengemasan ikan bandeng asap
2.3 Bahan Baku
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan
cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu
dipahami dan diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara
tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga
tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk
mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakuan yang
baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan baku dan
alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar serta garam yang
bersih.
Dengan
bermacam-macam
pengawetan
ikan,
antara
lain:
penggaraman, pengeringan, pemindangan, pengasapan, peragian, dan
pendinginan ikan. Di beberapa negara maju, ikan telah dikenal sebagai suatu
komoditi yang populer karena eksotik, memiliki rasa yang enak, ringan dan
bagus untuk kesehatan. Ikan merupakan sumber asam lemak tak jenuh, taurin
dan asam lemak omega –3, terutama untuk jenis ikan seperti tuna, tongkol,
kembung dan lemuru dimana komponen tersebut telah terbukti efektif untuk
mencegah penyumbatan pembuluh darah (arteriosclerosis). Oleh karena itu
banyak orang berpendapat untuk meningkatkan konsumsi protein harian
(daily protein intake) terutama yang berasal dari ikan dan konsumsi ikan yang
paling bagus adalah ikan yang memiliki mutu kesegaran terbaik, dimana hal
tersebut sangat terkait dengan teknik penanganan ikan setelah ditangkap.
Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang
dan Taiwan, ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang
memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi bagi
masyarakatnya dibandingkan dengan negara lain. Pengolahan ikan dengan
berbagai cara yang menghasilkan rasa yang bervariasi menyebabkan orang
memiliki kesempatan untuk mengkonsumsi ikan lebih banyak.
2.3.1 . Bahan Baku Utama
Bahan baku utama untuk pengolahan ikan bandeng asap adalah ikan
bandeng segar (pada saat tertentu ada juga bahan baku ikan tongkol, nila,
tergantung pemesanan). Kesegaran ikan memegang peranan penting dalam
menentukan mutu produk ikan asap yang dihasilkan. Ada persyaratan khusus
untuk bahan baku ikan yang akan diolah sebagai bahan pangan.
Persyaratan mutu ikan segar menurut Dewan Standarisasi Nasional
(1992) secara organoleptik dan mikrobiologi adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Persyaratan mutu ikan segar.
Karakteristik
Organoleptik
Mikrobiologi
TPC per gram, maksimal *
E.coli MPN per gram maksimal *
Vibrio cholerae
Persyaratan Mutu
7
5 x 105 CFU/gr
0
negatif
Keterangan : * apabila diperlukan
Sumber : Dewan Standarisasi Nasional, 1992
Bentuk ikan yang akan diasap dapat berupa ikan utuh, fillet, pembelahan
ataupun dalam bentuk potongan/irisan tergantung pada ukuran ikan dan selera
konsumen. Khusus untuk ikan bandeng asap memang dilakukan dalam
bentuk utuh yang telah disiangi/dibuang isi perut dan insangnya untuk
mengurangi kontaminasi mikroba dalam bahan baku.
Tabel 2.3
Komposisi Kimia Ikan Bandeng Segar (per 100 gram)
Komponen Kadar
Kalori
Protein
Lemak
Fosfor
Kalsium
Zat besi
Vitamin A
Vitamin B1
129kkal
20 gram
4,8 gram
150 mg
20 mg
2 mg
150 SI
0.05 mg
Sumber : Purnomowati (2006)
Dari Tabel 2.3, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai kandungan protein
tinggi dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan
manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.
2.3.2 Bahan Tambahan
a. Garam
Proses
pengasapan
merupakan
penggabungan
antara
proses
penggaraman,pengasapan dan pengeringan. Menurut Afriyanto dan Liviawati
(1993) sebelum ikan diawetkan dengan proses pengasapan, biasanya
didahului dengan proses penggaraman dan pengeringan. Pada proses
pengasapan ikan, perlakuan penggaraman diterapkan sebelum ikan diasap
dengan cara merendam ikan dalam larutan garam (brine) yang kekentalannya
serta lama perendamannya disesuaikan dengan selera konsumen atau
permintaan pasar. Perendaman ikan dalam larutan garam dilakukan dengan
konsentrasi 10%-15% dari berat ikan selama 30-40 menit (Irawan, 1995).
Moeljanto (1968) mengatakan bahwa tujuan penggaraman adalah agar daging
ikan menjadi kompak (firm) karena penghisapan air oleh garam dan
penggumpalan protein dalam daging ikan. Penggaraman juga bertujuan agar
rasa daging ikan menjadi lebih enak (5-15%) dan menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk. Ikan yang telah mengalami proses penggaraman akan
mempunyai daya simpan dan daya awet yang tinggi karena garam dapat
menghambat atau menghentikan sama sekali reaksi autolisis dan membunuh
bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan. Dimana garam menyerap cairan
tubuh ikan sehingga proses metabolisme bakteri terganggu karena
kekurangan cairan, bahkan akhirnya mematikan bakteri. Selain menyerap
cairan tubuh ikan, garam juga menyerap cairan tubuh bakteri sehingga bakteri
akan mengalami kekeringan dan akhirnya mati.
b. Bawang putih
Penggunaan bawang putih bertujuan untuk menambah citarasa ikan asap
juga dapat berperan mengurangi aroma amis pada ikan. Bawang putih selain
mengandung aroma khas juga mengandung senyawa allisin yang berfungsi
sebagai antibakteri
2.3.3 Bahan Bakar
Tempurung kelapa yang merupakan sisa limbah pembuatan minyak
kelapa. Di dalam tempurung kelapa tersebut terdapat kandungan asap cair,
asap cair tersebut memiliki kandungan fenol berperan untuk mengawetkan
makanan secara alami. Asap cair tempurung kelapa menggunakan tempurung
sebagai bahan bakunya, tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa
yang berfungsi sebagai pelindung intibuah. Tempurung kelapa terletak di
bagian dalam kelapa setelah sabut, dan merupakan lapisan yang keras dengan
ketebalan 3-5 mm, termasuk golongan kayu keras. Komposisi kimia
tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Komponen
%
Hemisellulosa
27,7
Sellulosa
26,5
Lignin
29,4
Abu
0,6
Komponen ekstraktif
4,2
Uronat anhidarat
3,5
Nitrogen
0,1
Air
8,0
Sumber : Suhardiyono, 1988 dalam Tahir 1992
Tabel 2.4. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa
Komposisi utama yang terdapat dalam tempurung kelapa adalah
hemisellulosa, sellulosa dan lignin. Hemisellulosa adalah jenis
polisakarida dengan berat molekul kecil berantai pendek dibanding
dengan sellulosa dan banyak dijumpai pada kayu lunak. Hemisellulosa
disusun oleh pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pentosan
banyak terdapat pada kayu keras, sedangkan heksosan terdapat pada
kayu lunak (Maga, 1987). Pentosan yang mengalami pirolisis menghasilkan
furfural, furan, dan turunannya serta asam karboksilat. Heksosan terdiri dari
mannan dan galakton dengan unit dasar mannosa dan galaktosa, apabila
mengalami pirolisis menghasilkan asam asetat dan homolognya (Girard, 1992).
Selain hemisellulosa tempurung kelapa juga mengandung sellulosa dan
lignin. Hasil pirolisis sellulosa yang terpenting adalah asam asetat dan fenol
dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan pirolisis lignin mengahasilkan aroma
yang berperan dalam produk pengasapan. Senyawa aroma yang dimaksud
adalah fenol dan eterfenolik seperti guaikol (2-metoksi fenol), syringol (1,6dimetoksifenol) dan derivatnya (Girard, 1992).
Asap cair dibuat dari pirolisis kayu atau dibuat dari campuran senyawa
murni (asap buatan). Komponen asap cair harus dilarutkan dalam air atau
pelarut organik atau dibawa oleh pengikat seperti bumbu, gula, tepung, garam
atau lemak (Gorbatov, 1971).
Asap tempurung kelapa memiliki kemampuan
mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan
karbonil. Asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen
dan memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri yang
cukup aman sebagai pengawet alami, antara lain asam, fenolat dan
karbonil (Sugiyono dan Dadang dalam Akhirudin, 2006).
Komposisi kimia asap cair tempurung kelapa adalah fenol 5,13%;
karbonil 13,28%; asam 11,39% (Tranggono dkk,1997). Tranggono dkk
(1996) juga menyatakan bahwa asap cair mengandung senyawa fenol
2,10-5,13% dan dikatakan juga bahwa asap cair tempurung kelapa
memiliki 7
macam
senyawa
dominan
yaitu
fenol, 3-metil-1,2-
,siklopentadion, 2-metoksifenol, 2-metoksi-4metilfenol,2,6-dimetoksi- fenol,
4 etil-2- metoksifenol dan 2,5-dimetoksi-benzilalkohol. Fraksi netral dari
asap kayu juga mengandung fenol yang juga dapat berperan sebagai
antioksidan seperti guaikol (2-metoksi fenol) dan siringol (1,6-dimetoksi
fenol).
2.4. Peralatan yang dibutuhkan
 Alat pengasap: berupa lemari asap yang terbuat dari bahan logam yang
dilapisi Aluminium (AL). Berukuran sekitar 100x50x50 cm dengan
kapasitas sekitar 20 ekor ikan bandeng. Ukuran alat pengasap sangat
bervariasi demikian juga bentuknya. Sebagian ada yang menggunakan
lemari asap terbuat dari logam yang dilapisi galvanis kemudian dibuat
permanent dengan semen dan batu bata.
 Alat peniris: terbuat dari rentangan kayu/bamboo yang berfungsi untuk
meletakkan dan menggantungkan ikan supaya dingin setelah dikeluarkan
dari lemari asap. Alat peniris dapat dikatakan juga sebagai alat
pendingin. Dapat dilakukan dengan menggantungkan ikan pada sepotong
kayu atau dapat dilakukan dengan meletakkan ikan pada tempat/nampan
terbuka.
2.5. Proses Pembuatan
Pembuatan ikan asap dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
2.5.1 Penyiangan dan pencucian ikan
Proses penyiangan dilakukan terhadap ikan bandeng segar untuk
mengurangi kontaminasi bakteri terutama yang ada di insang dan
bagian alat pencernaan. Setelah penyiangan, ikan selanjutnya dicuci
sampai bersih dari kotoran dan sisa darah dengan air yang mengalir.
2.5.2 Perendaman ikan dalam air garam
Ikan yang telah dibersihkan direndam dalam larutan garam dengan
konsentrasi 15-20% selama ±30 menit. Beberapa pengolah juga ada
yang menambahkan bumbu (bawang putih) dalam proses perendaman
tersebut.
2.5.3 Penirisan
Penirisan ikan dilakukan setelah perendaman dalam larutan garam,
bertujuan untuk mengurangi jumlah air yang menempel pada ikan
dengan cara menggantung ikan dengan seutas tali
2.5.4 Penyiapan bahan bakar tempurung kelapa
Bahan bakar arang tempurung kelapa disiapkan didalam alat
pengasapan ikan dan dinyalakan sampai terbentuk bara
2.5.5 Pengasapan
Ikan yang sudah tiris dimasukkan kedalam alat pengasap selama 1
s/d 3 jam tergantung dari keinginan pengolah dan berapa daya awet
produk yang dikehendaki. Selama proses pengasapan, diupayakan
jangan sampai terbentuk api karena hal tersebut akan mempengaruhi
mutu produk ikan asap yang dihasilkan. Penempelan partikel asap ini
yang akan sangat mempengeruhi daya awet produk karena dalam
partikel asap terdapat senyawa-senyawa phenol, asam organik yang
dapat berfungsi sebagai anti bakteri dan juga anti oksidan. Semakin
banyak penempelan partikel asap maka semakin awet produk yang
dihasilkan. Dengan kata lain, lama waktu pengasapan yang panjang
akan memberikan produk ikan asap yang memiliki daya awet lebih
baik.
2.5.6 Pendinginan ikan
Ikan yang sudah selesai diasapi harus dikeluarkan dari alat
pengasap untuk selanjutnya didinginkan.
Beberapa cara pendinginan yang sering dilakukan adalah dengan
menggantungkan ikan pada sepotong kayu dan ditutup dengan kertas
untuk menghindari menempelnya kotoran/debu dan serangga pada
produk.
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengasapan, antara lain :
2.6.1 Jenis bahan bakar.
Jenis kayu yang baik untuk digunakan sebagai bahan bakar adalah
kayu keras seperti kayu turi (Afriyanto dan Liviawaty, 1989), serbuk
gergaji, kayu jati, sabut dan tempurung kelapa (Wibowo, 1996). Jenis
kayu keras mengandung senyawa phenol dan asam organik yang cukup
tinggi yang sangat dibutuhkan untuk proses pengasapan. (Kanoni,
1991).
2.6.2 Kepekatan Asap
Asap mempunyai efek antibakteri atau bakterisidal sehingga dapat
mengawetkan ikan. Menurut Hudaya et al., (1980) apabila mengandung
kadar air tinggi maka asap akan pekat sedangkan bila berkadar air
rendah maka asap akan tipis.
2.6.3 Suhu
Sebaiknya asap tidak dihasilkan dari pembakaran di atas 175°C,
karena pada suhu tinggi akan menimbulkan rasa pahit dan zat
karsinogenik pada produk. Pada pengasapan yang dilakukan dengan
suhu tinggi juga dapat menyebabkan hasil produk yang kurang baik,
karena permukaan daging akan mengeras sehingga cairan pada bagian
dalam tubuh ikan menjadi terhalang penguapannya. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya peristiwa “case hardening”. (bagian luar
daging ikan mengering tetapi bagian dalamnya masih basah).
2.6.4 Kelembaban udara. (RH)
Proses penyerapan asap sangat mempengaruhi kelembaban udara,
sehingga pengontrolan sangat penting. Kelembaban yang tinggi
menambah waktu pengasapan dan memperbanyak konsentrasi asap
yang terserap dalam daging ikan sehingga rasa asap menjadi sangat
kuat, tetapi produk tidak kering. Sebaliknya RH yang terlalu rendah
dapat menghambat penyerapan asap. Menurut Chan et al., (1975) RH
60% menyerap lebih banyak asap dan lebih cepat daripada tingkat RH
lainnya.
2.6.5 Sirkulasi udara.
Sirkulasi udara yang baik dalam ruang pengasapan menjamin mutu
ikan asap yang lebih sempurna, karena suhu dan kelembaban ruang
tetap konstan selama proses pengasapan berlangsung. Aliran asap
berjalan dengan lancar dan kontinyu sehingga partikel asap yang
melekat menjadi terarah dan merata (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
2.6.6 Lama Pengasapan
Hasil penelitian Swastawati (2004) membuktikan bahwa lama
pengasapan dapat mempengaruhi komposisi nutrisi ikan terutama kadar
lemaknya. Suhu yang tinggi selama proses pengasapan ikan dapat
menurunkan kadar asam lemak omega-3 (DHA) ikan. Oleh karena itu
perlu dipertimbangkan lama waktu pengasapan ikan yang benar-benar
efektif untuk mempertahankan nilai gizi sekaligus mengawetkan dan
aman bagi konsumen.
2.7. Alat Pengasapan
Alat pengasapan secara umum dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
2.7.1 Alat pengasap semi konvensional
Alat tersebut berupa bangunan mirip rumah dengan kerangka kayu
atau besi, yang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian tungku terletak
dibagian bawah dan tempat pengasapan dibagian atas. Dinding dan
bagian atas dibiarkan terbuka dan dibuat bersusun tiga, sedangkan
dinding tungku ditutup seng dan dipasang pintu untuk mengurangi asap
dan panas yang terbuang.
Di atas tungku ditempatkan pelat baja
berlubang untuk meratakan panas/asap. Alat pengasap seperti itu boros
karena banyak asap yang terbuang.
2.7.2 Alat pengasap model kabinet atau rumah pengasap
Pengasap kabinet terdiri atas dua bagian, yaitu bagian bawah untuk
tungku dan bagian atas untuk ruang pengasapan. Konstruksinya dapat
berupa kerangka besi siku, dinding, dan atap dari pelat besi tipis. Dapat
juga berupa perangkat kayu atau menggunakan dinding bata yang
permanen.
Bagian tungku dan bagian pengasap dipasang pintu dan pada atap
dipasang tutup yang dapat diatur bukaannya. Disekitar tungku diberi
lubang-lubang untuk ventilasi yang dapat ditutup. Ventilasi serupa
dipasang di ruang pengasap. Jarak antara lapisan ikan paling bawah
dengan tungku cukup sehingga api tidak menyentuh ikan secara
langsung.
2.7.3 Alat pengasap model drum
Alat dibuat dari drum bekas ukuran 200 liter. Dasar drum dibuat
berlubang agar udara segar masuk dan untuk sarana pembuangan abu,
sedangkan dibagian atas pipa dibuat cerobong., Antara tungku dan
ruang pengasapan dibuat bersusun dengan ukuran tergantung ukuran
ikan dan cara penyusunan ikan.
2.7.4 Alat pengasap dengan penggerak motor listrik
Bentuk seperti bangunan rumah atau kamar biasa yang seluruhnya
digunakan sebagai ruang pengasap. Dinding dibuat dengan batu bata
permanen, kayu atau bahan lain, sedangkan atapnya dari seng atau
asbes gelombang. Bagian belakang bangunan dipasang tungku dengan
model bermacam-macam. Dapat dibuat dari drum bekas ukuran 200
liter atau dengan tungku batu bata.
Bagian depan bangunan dipasang pintu lebar, sehingga jika dibuka
seluruh bagian dalam ruang pengasapan akan tampak. Di dalam ruang
pengasap dipasang rak-rak yang dapat diputar (dipasang motor listrik)
dan dapat ditarik keluar(dipasang roda dibagian bawahnya) untuk
menempatkan ikan. Rak tersebut dibuat dengan kerangka besi
berbentuk kotak dengan bagian tengah dipasang sumbu dari pipa besi.
Sumbu itu kemudian dihubungkan dengan motor listrik sehingga rak
dapat diputar agar asap lebih merata.
2.7.5 Pengasapan tidak langsung
Model alat pengasapan tidak langsung adalah menempatkan
tungku terpisah dari ruang pengasap. Asap dari tungku dialirkan masuk
ke dalam ruang pengasap melalui pipa tujuannya agar asap yang masuk
ke ruang pengasapan tidak panas (pengasapan dingin). Melalui cara itu ,
masuknya panas dari tungku ke dalam ruang pengasap lebih mudah
diatur sehingga pengaturan suhunya lebih mudah dilakukan (Ashbrook,
1955). Di sisi lain, asap yang masuk ruang pengasap dapat diatur tebal
atau tipisnya asap. Kecepatan aliran udara yang tinggi dibutuhkan untuk
mengeluarkan kelebihan udara lembab di dalam ruang pengasapan. Alat
pengasapan dingin modern yang diproduksi mauting (Gambar 1)
memiliki elemen pemanas pada ruang pengasapannya sehingga panas
dapat diatur sesuai kebutuhan. Suhu maksimal yang dihasilkan adalah
120 0C. Kayu digunakan hanya untuk menghasilkan asap. Ukuran dari
alat ini adalah 2320 x 1362 x 1125 mm dengan diameter kipas 120 mm.
Alat pengasapan dingin mauting membutuhkan daya 20,7 kW dan
tegangan 230 V.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram proses pengasapan ikan
IKAN
Disiangi
Garam
Dicuci
Direndam (15 ~ 30 menit)
Ditiris dan diangin-anginkan ( ±15 menit )
Sampai permukaannya kering
Dikait satu persatu
Digantung dan disusun
dalam ruang pengasapan
Diasap dengan panas 80˚C
Lama pengasapan 1 jam, 2 jam dan 3jam
Dikeluarkan dari lemari pangasapan
IKAN ASAP
3.2 Perencanaan Alat Pengasapan Ikan
3.2.1 Peralatan yang digunakan
1. Motor Servo
Motor Servo sendiri merupakan suatu motor yang didesign
dengan sistem feedback dimana posisi dari motor akan
diinformasikan kembali ke dalam servo tersebut. Prinsip kerja
motor didasarkan pada peletakan suatu konduktor dalam suatu
medan magnet. Jika suatu konduktor dililitkan dengan kawat
berarus maka akan dibangkitkan medan magnet berputar.
Kontribusi dari setiap putaran akan merubah intensitas medan
magnet yang ada dalam bidang yang tertutup kumparan. Dengan
cara inilah medan magnet yang kuat terbentuk. Adapun spesifikasi
motor yang digunakan sebagai berikut : Merk Oriental Motor,
Type 41K25GK-A2, Kutub 4, Frekuensi 50 Hz, 110 Volt
Gambar 3.1 Motor Servo
2. Rantai
Rantai transmisi daya bisanya dipergunakan untuk jarak poros yang lebih
besar dari pada transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari pada transmisi sabuk.
Rantai merupakan satu komponen yang menghubungkan antara gear dari motor
servo dengan gear yang terdapat pada as gantungakan ikan sehingga sebuah
gantungan tempat ikan dapat berjalan. Rantai adalah untaian material
yang fleksibel, biasanya metal dibuat dari jenis elemen yang keras,
biasanya disebut lingkaran, saling dikunci atau dihubungkan satu sama lain
tetapi bebas untuk bergerak pada satu atau banyak bidang. Jenis rantai yang
digunakan rantai roll
Gambar 3.2 Rantai Roll
3. Trafo Step Up/Down
. Transformator ini berfungsi mengubah besar tegangan ke
besar tagangaN yang lain yang bekerja dengan proses induksi.
Transformator daya terbagi menjadi 2 yaitu : Trafo Step up
dan Trafo Step Down. Trafo ini digunakan untuk menggerakan
motor servo dengan voltase yang dipergunakan 100 V Merk
Shinjitsu
Gambar 3.3 Trafo step up/down
3.2.2 Material Ruang Pengasapan
Material yang dipergunakan untuk ruang pengasapan sebagai berikut
1. Plat besi tebal 2mm untuk dinding luar
2. Plat aluminium tebal 0,8mm untuk lapisan dinding dalam
3. Rangka dari pipa persegi 30 mm x 30 mm
4. Roda karet 4 buah
5. Plat aluminium tebal 2mm diameter 300mm untuk gantungan
ikan
6. Kaca pintu mesin 200 x 100 x 5mm ( p x l x t )
7. Ukuran mesin 500 x 500 x 1000mm ( p x l x t )
3.2.3 Alat Pengasapan Ikan
Alat pengasapan ikan adalah ruang atau tempat untuk pengasapan
ikan dengan ukuran lebar 500 mm, panjang 500 mm, tinggi 1000 mm
Gambar 3.4 Alat pengasapan ikan
BAB IV
PROSES PEMBUATAN IKAN ASAP
Didalam proses pengasapan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah
sebagai berikut :

Pencucian ikan
Dalam hal ini pencucian ikan yang dimaksud adalah membersihkan isi perut ikan
dan sisik ikan dan sisa kotaran hingga bersih

Perendaman ikan
Ikan yang telah di bersihkan direndam didalam larutan garam kurang lebih 20 –
30 menit setelah perendaman kemudian ikan ditiriskan dengan cara
menggantung ikan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam ikan

Penyiapan bahan bakar
Bahan bakar disiapkan didalam alat pengasapan ikan dan dibakar hingga
membentuk bara.
4.1 Pengasapan ikan
Setelah ikan ditiriskan dimasukan ke dalam ruang asap dengan cara dikaitkan
pada gantungan ikan. Lama pengasapan 1 jam, 2 jam dan 3 jam dengan bahan bakar
tempurung kelapa yang digunakan sebanyak 2 ons pada awal pengasapan dan
penambahan 4 ons berikutnya pada setiap 1 jamnya. Temperatur pada proses
pengasapan diupayakan sebesar ±80˚C
4.2 Hasil percobaan ikan asap pada suhu ± 80˚C dengan waktu pengasapan selama 1
jam.
Gambar 4.1 Hasil pengasapan ikan selama 1 jam
Dari hasil penelitian yang terlihat seperti pada gambar 4.1 diketahui ikan asap
yang dihasilkan pada proses pengasapan selama 1 jam dengan suhu ±80˚C
sebagai berikut :
 Warna ikan asap masih terlihat cerah

Kulit luar ikan asap masih lunak

Daging ikan asap masih sangat basah
4.3 Hasil percobaan ikan asap pada suhu ± 80˚C dengan waktu pengasapan ikan
selama 2 jam.
Gambar 4.2 Hasil Pengasapan ikan selama 2 jam
Dari hasil penelitian yang terlihat seperti pada gambar 4.2 diketahui ikan asap
yang dihasilkan pada proses pengasapan selama 1 jam dengan suhu ±80˚C
sebagai berikut :

Warna ikan asap cenderung cokelat

Kulit luar ikan asap agak keras

Daging ikan asap agak kering
4.4 Hasil percobaan ikan asap pada suhu ± 80˚C dengan waktu pengasapan ikan
selama 3 jam.
Gambar 4.3 Hasil pengasapan ikan selama 3 jam
Dari hasil penelitian yang terlihat seperti pada gambar 4.2 diketahui ikan asap
yang dihasilkan pada proses pengasapan selama 1 jam dengan suhu ±80˚C
sebagai berikut :

Warna ikan asap terlihat cokelat gelap / tua

Kulit ikan asap sangat keras

Daging ikan asap yang dihasilkan lebih kering

Ikan asap bisa dikonsumsi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Analisa Perhitungan Waktu Pada Alat
Pengasapan ikan dengan Kapasitas 20 Ekor Ikan adalah
1. Bahan bakar tempurung kelapa yang dibutuhkan untuk pengasapan ikan dengan
waktu 1 jam sebanyak ± 4ons.
2. Total bahan bakar yang dibutuhkan dalam waktu pengasapan selama 3 jam
sebanyak ± 12 ons.
3. Ikan asap yang dihasilkan pada pengasapan selama 1 jam dan 2 jam masih
cenderung basah dan bisa dikatakan belum layak untuk dikonsumsi namun
pengasapan ikan selama 3 jam dari hasil pengasapan, daging ikan cenderung
lebih kering dan bisa untuk dikonsumsi.
4. Pengasapan selama 3 jam layak dikonsumsi
5. Hasil Pengasapan ikan pada suhu ± 80˚C selama 3 jam membuat kulit ikan
cenderung berwarna cokelat tua dan keras sedangkan daging ikan asap lebih
kering namun bisa untuk dikonsumsi
6. Untuk menjaga teperatur mendekati atau konstan 80˚C, penambahan bahan
bakar tempurung kelapa ditambahkan sedikit demi sedikit.
B. Saran
Saran dari penelitian Analisa Perhitungan Waktu Pada Alat Pengasapan ikan dengan
Kapasitas 20 Ekor Ikan :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai suhu pengasapan dan lama
waktu pengasapan ikan.
2. Suhu yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya bisa digunakan antara 60˚C 70˚C dengan waktu pengasapan diatas 3 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Ikan asap,Landasan teori(2009), Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB
( Institut Pertanian Bogor )
Siswiyanti,Kurnia Wulandari,Jaiyid Ubaidilah (2008),Prosiding
Nasional Teknoin 2008,Bidang Teknik Industri.
Seminar
Donny r. wenas,Cryke a.n bujung (2010),arang tempurung kelapa sebgai fungsi
suhu dengan teknik resonansi spin elektro
Ikan Asap, jakarta:kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyaraakatan
Ilmu
Pengetahuan
dan
Teknologi
http://www.ristek.go.id
Laksmyn kadir (mei 2004) ,Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap
kandungan jumlah kandungan bakteri dan kualitas fisik ikan tongkol asap
URL:http://www.scribd.com/doc/75013102/BAB-II
LAMPIRAN
Alat pengasap ikan terbuat dari bahan logam yang dilapisi Aluminium (Al).
Mempunyai dimensi ukuran 100 x 50 x 50 cm dapat menampung sekitar 20 – 25
ekor ikan bandeng yang memiliki berat ± 0.3 kg per ekor.
Tampak depan
Tampak samping
Tampak belakang
Tampak bagian dalam
Download