MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK BUNGAMPUTI Tum1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kedisiplinan anak dapat ditingkatkan melalui metode pemberian tugas pada kelompok B di TK Bungamputi. Penelitian dilaksanakan di TK Bungamputi, melibatkan 23 orang anak terdiri atas 11 orang anak laki-laki dan 12 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan pemberian tugas. Selanjutnya diolah secara deskriptif dengan menggunakan kriteria penilaian dipindahkan ke dalam bentuk kuantitatif, untuk mengetahui kedisiplinan anak melalui metode pemberian tugas pada kelompok B di TK Bungamputi. Data yang dikumpulkan sebelum tindakan kemampuan anak dalam menyusun balok kategori Berkembang Sangat Baik 4,34%, Berkembang Sesuai Harapan 13,04%, Mulai Berkembang 39,13%, dan Belum Berkembang 43,47%, kemudian kemampuan anak dalam mewarnai gambar kategori Berkembang Sangat Baik 8,69%, Berkembang Sesuai Harapan 17,39%, Mulai Berkembang 34,78%, Belum Berkembang 39,13%, dan kemampuan anak dalam meronce dengan kategori Berkembang Sangat Baik 4,34%, Berkembang Sesuai Harapan 8,69%, Mulai Berkembang 34,78%, Belum Berkembang 52,17%. Setelah dilakukan tindakan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kedisiplinan anak, terbukti ada peningkatan kemampuan dari siklus I ke siklus II dalam menyusun balok kategori berkembang sangat baik dan baik dari 39,12% menjadi 91,29% (74,17%), kemampuan dalam mewarnai gambar kategori berkembang sangat baik dan baik dari 43,46% menjadi 86,95% (43,49%), kemampuan dalam meronce kategori berkembang sangat baik dan baik dari 34,78% menjadi 86,95% (52,17%). Secara umum terjadi peningkatan rata-rata 36,66% dari siklus satu ke siklus dua, walaupun masih ada anak yang belum meningkat kedisiplinannya tetapi hanya berkisar 4,34% dari masing-masing aspek yang diamati dengan kategori belum berkembang. Kata Kunci : Kedisiplinan, Metode Pemberian Tugas 1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, No. Stambuk: A 451 10 086. 557 PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan nsionalnya, seyogyanya mulai dibamgun sejak usia dini. Dalam amanat Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut”. Penyelenggaraan pendidikan pada usia dini adalah menjadi penentu bagi keberhasilan jenjang pendidikan yang lebih tinngi, dimana pada pendidikan usia dinia akan diletakkan dasar-dasar pendidikan bagai anak, untuk pengembangan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan aturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa prose pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang Mulai Berkembang bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Bahkan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut”. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah : (1) Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya. (2) Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. (3) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini. (4) Dapat memahami pendekatan pembelajaran. Sehingga pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Mengingat anak usia dini yaitu anak yang berbeda pada rentang usia lahir sampai dengan enam tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjuntnya Itu artinya 558 periode ini merupaka periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan fisiologis, kognitif, bahasa, sosioemosional dan spritual. Oleh karenanya pendidikan sejak usia dini, menjadi landasan sekaligus pijakan penting bagi pengembangan pendidikan pada selanjutnya. Pada pendidikan usia akan diletakkan dasar-dasar pendidikan bagi aanak didik, sehingga segenap potensi yang dimiliki anak didik dapat dikembang secara maksimal. Dengan demikian untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut, maka disinilah sangat dibutuhkan peranan guru yang lebih baik. Guru haruslah kreatif, telaten, dan sabar didalam membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, dengan terus menerus mencari cara mengajar yang tepat agar kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahkan lebih khusus kedisiplinan anak dapat ditingkatkan. Salah satu metode yang diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan, adalah melalui metode pemberian tugas. Sriyono (1992:45) berpendapat bahwa “Pengunaan metode tugas, perlu dipertimbangkan bentuk tugas yang diberikan, tujuan yang hendak dicapai dan cara anak menyelesaikan tugas tersebut”. Demikian pula yang dikemukakan oleh Pasaribu S. (1992:45). “Guru dalam memberikan tugas hendaknya menunjukkan aspek-aspek yang jelas dengan maksud agar perhatian anak didik waktu belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan”. Menurut Zuhairini, (1997) Metode pemberian tugas sebagai salah satu metode yang dikaji dalam pembahasan ini tentunya juga memiliki kelebihan atau manfaat seperti halnya dengan metode yang lain. Mengenai kelebihan atau manfaat metode pemberian tugas adaalah sebagai berikut : Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif, Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan, Memberi kebiasaan anak untuk belajar. Menurut Roestiyah (1996:140), “menggunakan metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa manfaat. Adapun kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern atau disebut juga azas aktivitas dalam mengajar, dimana guru mengajar harus merangsang dan memotivasi anak agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga : dapat memupuk rasa percaya diri sendiri, dapat membina kebiasaan anak untuk mencari, mengolah menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri, dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan, dapat membina tanggung jawab dan disiplin anak, dapat 559 mengembangkan kreativitas anak dan dapat mengembangkan pola berfikir dan keterampilan anak. Pada usia dini, merupakan periode perkembangan yang tepat untuk mengembangkan dan meningkatkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak, bahkan periode ini adalah waktu yang efektif untuk melatih dan membiasakan anak untuk bersikap disiplin. Melalui kegiatan belajar yang ada di PAUD anak-anak akan mengikuti kegiatan belajar yang bertujuan membangun sikap dan perilaku anak yang baik. Kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kedisiplinan anak, hanya akan dapat berhasil jika anak selalu diberikan tugas, sehingga membuat anak akan terlatih dan terbiasa melakukanya. Jika anak sudah terbiasa melakukannya dalam arti anak telah dibiasakan memiliki sikap disiplin, maka selanjutnya hal ini dapat menjadi karakter pembentuk kepribadian anak yang luhur. Penyajian metode pemberian tugas di Taman kanak-kanak haruslah benar-benar dikuasai oleh guru. Setiap guru dalam menggunakan metode pemberian tugas harus menyiapkan diri agar hasil pembelajaran menggambar dapat dicapai secara maksimal. Kesiapan guru berupa penguasaan materi, ketersediaan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang tepat. Tidak dapat dipungkiri bahwa kenyataan yang ada menunjukkan bahwa disiplin belajar anak khususnya kelompok B TK Bungamputi masih sangat belum berkembang. Dengan kata lain, hasil yang dicapai dalam pembelajaran ini belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Disisi lain, guru menemukan kendala dalam pembelajaran. Ketika guru memberikan pelajaran kepada anak, anak belum berkembang perhatian, anak tidak disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat mengamati setiap anak dengan cermat dan menentukan kemampuan, kebutuhan, minat dan cara belajar masing-masing anak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antarapemikiran anak dan pengalaman yang diperoleh dengan bahan ajar, gagasan dari orang-orang yang ada dilingkungannya. Sebaliknya jika anak belajar tanpa disertai kedisiplinan yang tinggi, akan dapat mempengaruhi semua faktor perkembangan lainnya. Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tampa paksaan dari siapa pun (Asy Mas’udi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(Yogyakarta: PT Tiga Serangkai, 2000), hal. 88.) Peningkatan kedisiplinan pada anak PAUD, akan sangat efektif bila dilakukan melalui metode 560 pemberian tugas. Olehnya itu penulis mengajukan judul penelitian yaitu ‘Meningkatan kedisiplinan anak melalui metode pemberian tugas pada kelompok B TK Bungamputi”. METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mempunyai tahapan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang mencantumkan Kemmis dan Mc Taggart (Depdiknas, 2005: 6), seperti pada gambar (1). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) Refleksi. Keterangan 0 : Pratindakan 1 : Rencana 2 : Pelaksanaan 3 : Observasi 4 : Refleksi 5 : Rencana 6 : Pelaksanaan 7 : Observasi 8 : Refleksi a : Siklus I b : Siklus II Gambar Alur Siklus PTK model Kemmis & Mc Taggart (Depdiknas: 2005) Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B TK Bungamputi dengan subyek penlitian yaitu seluruh anak didik yang berjumlah 23 orang dan terdiri dari 11 orang anak laki-laki dan 12 orang anak perempuan. Alasan pemilihan TK ini sebab masih banyak anak didik belum meningkat kedisiplinannya. Pelaksanan tindakan ini dilaksanakan dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah dikemukakan di atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan. Rencana tindakan ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c). Observasi, dan d). Refleksi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait peningkatan interaksi sosial anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor penilaian hasil pengamatan. Untuk mempermudah dalam pelaksanakan penelitian ini, maka dilakukan pengumpulan data. Adapun cara pengumpulan data 2 cara yaitu observasi dan pemberian tugas. Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas 561 dan dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi data. Data kuantitatif yang merupakan hasil kegiatan belajar anak yang dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar (Depdiknas, 2003: 78) = Berkembang sangat baik = Berkembang Sesuai Harapan = Mulai Berkembang = Belum berkembang Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : P = Hasil yang dicapai f = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawaban n = Jumlah sampel 100= Angka tetap/pembulatan (Sudjiono, 1991:40) HASIL PENELITIAN 1. Pra Tindakan Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan No Kategori Menyusun Balok F % Aspek yang Diamati Mewarnai Gambar F % Meronce F % 1 4,34 1. 1 4,34 2 8,69 Jumlah % 4 5,79 9 13,04 25 36,23 31 44,92 69 100 Berkembang Sangat Baik 2. Berkembang Sesuai Harapan 3 13,04 4 17,39 2 8,69 9 39,13 8 34,78 8 34,78 10 43,47 9 39,13 12 52,17 23 100 23 100 23 100 3. Mulai Berkembang 4. Belum Berkembang Jumlah 562 Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 23 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 4 orang anak (5,79%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 9 orang anak (13,04%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 25 orang anak (36,23%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 31 orang anak (44,92%) yang masuk kategori belum berkembang. Dari hasil pra tindakan ini, dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki kedisiplinan, karena masih banyak anak yang belum mampu menyusun balok, mewarnai gambar, dan meronce. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kedisiplinan anak. 2. Tindakan Siklus I Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I No Kategori 1. Menyusun Balok F % 4 17,39 Aspek yang Diamati Mewarnai Gambar F % 5 21,73 Meronce Jumlah % F 4 % 17,39 13 18,84 Berkembang Sangat Baik 2. 5 21,73 5 21,73 4 17,39 14 20,28 6 26,08 6 26,08 7 30,43 19 27,53 8 34,78 7 30,43 8 34,78 23 33,33 23 100 23 100 23 100 69 100 Berkembang Sesuai Harapan 3. Mulai Berkembang 4. Belum Berkembang Jumlah Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 23 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 13 anak (18,84%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 14 orang anak (20,28%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 19 orang anak (27,53%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 23 anak (33,33%) masuk kategori belum berkembang . Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kedisiplinan anak yaitu mampu menyusun balok, mewarnai gambar, dan meronce belum mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori berkembang sesuai harapan yaitu 18,84% + 20,28%= 39,12%. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada tindakan siklus II. 563 3. Tindakan Siklus II Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II No Kategori 1. Menyusun Balok F % 11 47,82 Aspek yang Diamati Mewarnai Gambar F % 9 39,13 Meronce Jumlah % F 12 % 52,17 32 46,37 Berkembang Sangat Baik 2. 10 43,47 11 47,82 8 34,78 29 42,02 1 4,34 2 8,69 2 8,89 5 7,24 1 4,34 1 4,34 1 4,34 3 4,34 23 100 23 100 23 100 69 100 Berkembang Sesuai Harapan 3. Mulai Berkembang 4. Belum Berkembang Jumlah Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 23 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 32 anak (46,37%) yang masuk kategori berkembang sangat baik, 29 anak (42,02%) yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 5 anak (7,24%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 3 anak (4,34%) yang masuk kategori belum berkembang . Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kedisiplinan anak dalam menyusun balok, mewarnai gambar, dan meronce telah mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori berkembang sesuai harapan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan anak yang masuk kategori berkembang sangat baik 46,37% dan masuk kategori berkembang sesuai harapan 42,02% dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan anak yaitu 88,39% dengan kategori berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. PEMBAHASAN Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan mulai dari sebelum tindakan dilakukan sampai siklus I dan siklus II dapat dibahas sevagai berikut : 1. Data Pra tindakan Pada pra tindakan baru sekisar 16,66% yang bisa dikategori berhasil berkembang sangat baik dan baik, masih ada sekitar 83,33% yang belum berhasil, kemungkinan hali itu disebabkan karena anak belum terbiasa dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan seperti menyusun balok, mewarnai gambar, dan meronce hal ini dilakukan untuk mengukur kedisiplinan anak. Disamping itu belum 564 berkembangnya fasilitas atau media yang bisa membantu kemampuan anak juga kebiasaan-kebiasaan anak yang cenderung pasif. Selanjutnya kemungkinan penyebab rendanya kemampuan anak dalam mengembangkan kedisiplinannya pada pra tindakan bisa bersumber dari lengkungan bermain dan juga suasan dalam pembelajaran yang belum berkembang menyenangkan. Kemungkinan pembelajaran sangat monoton banyak aktivitas yang didominasi oleh guru atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal-hal itu yang mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk melakukan tindakan siklus 1 dengan menggunakan metode pemberian tugas terbukti dapat meningkatkan kedisiplian anak. 2. Tindakan Siklus I Pada siklus 1 yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan dengan menggunakan metode pemberian tugas pada tema kebutuhanku. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu penliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta kepadanya untuk berkoleborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus I. Selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup dengan 3 kemampuan yang akan diamatai yaitu : menyusun balok, mewarnai gambar, dan meronce. Fokus penelitian tindakan ini adalah metode pemberian tugas untuk meningkatkan kedisiplinan anak. Dengan menggunakan metode pemberian tugas yang digunakan dalam pembelajaran tentang tema kebutuhanku yang diharapkan anak bisa menunjukan kedisiplinan dengan baik. Secara umum pada tindakan siklus I sudah menunjukan peningkatan jika dibandingkan dengan pra tindakan. Dapat dibahas pada siklus pertama ini sudah menunjukan peningkatan meskipun belum maksimal. Peningkatan dari beberapa kemampuan yang diamati seperti kemampuan menyusun balok, mewarnai gambar, dan meronce, rata-rata sudah mengalami peningkatan dari 3 aspek yang diamati tersebut, diperkirakaan mengalami peningkatan berkisar 15% lebih dari sebelumnya pada pra tindakan. Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak tersebut dengan menggunakan metode pemberian tugas, dapat menarik minat dan perhatian anak. Dengan peningkatan minat dan perhatian tersebut diasumsikan menjadi pendorong meningkatnya kedisiplinan anak. Disisih lain, dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukan hasil yang maksimal atau belum 565 meningkat kemampuannya. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum termotivasi atau media yang digunakan belum menarik minatnya. Kemungkinan bisa pula disebabkan karena ada guru lain yang ikut dalam kegiatan belajar anak sehingga sangat mempengaruhi aktifitas anak yang masih malu-malu atau belum berkembang memiliki keberanian. Kemungkinan lain bersumber dari lingkungan dirumahnya yang tidak biasa diajak bermain belajar oleh teman atau anggota keluarganya. Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan media yang lebih banyak serta bervariasi. Disamping itu guru akan leih memberi motivasi, dorongan serta semangat agar anak dapat meningkatkan kedisiplinannya. Untuk itu apa yang telah diperbaiki pada siklus kedua dapat diananlisa sebagai berikut. 3. Tindakan Siklus II Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang dilakukan pada aktivitas anak yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria keberhasilan baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II yang dilakukan pada aktivitas anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan. Dapat dikemukakan anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang sangat pemalu dan belum berkembang memiliki rasa ingin tau tentang sesuatu tugas atau permainan yang diberikan guru. Hal ini bukan berarti gagal total, namun tetap ada peningkatan kemampuannya namun belum maksimal. Oleh karena itu peneliti dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan kesiklus ketiga, karena anak yang belum berhasil persentasenya sangat kecil. Sehingga penelitian tindakan kelas ini bisa dikatakan berhasil dengan baik karena telah dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak dengan meningkatnya kedisiplinan anak pada beberapa kemampuan yang telah diamati. Olehnya itu pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kedisiplinan anak dalam menyusun balok, mewarnai gambar, dan meronce. Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang dilakukan pada aktivitas anak yang masuk dalam kategori Mulai Berkembang harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria keberhasilan baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II yang dilakukan pada aktivitas anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan. Di samping perbaikan yang dilakukan guru, faktor yang menyebabkan meningkatnya kedisplinan anak adalah karena anak-anak sudah merasa tidak terbebani dalam melaksanakan tugas sehingga dengan menerapkan metode pemberian tugas dapat 566 meningkatkan kedisiplinan anak di kelompok B TK Bungamputi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kedisiplinan anak di kelompok B TK Bungamputi. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan kedisiplinan anak pada siklus pertama untuk kemampuan dalam menyusun balok menjadi 17,12% berkembang sangat baik dan baik, kemampuan dalam mewarnai gambar meningkat menjadi 43,46% kategori berkembang sangat baik dan baik, dan yang kedisiplinan yang diamati terahir yaitu kedisiplinan anak dalam meronce terdapat 34,78% dengan kategori berkembang sesuai harapan dan baik, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki yaitu berkembang sangat baik dan baik. Pada siklus kedua menunjukan peningkatan dalam menyusun balok meningkat dari 39,12% menjadi 91,29% (74,17%) kategori berkembang sangat baik dan baik, kemudian pada kegiatan mewarnai gambar meningkat dari 43,46% menjadi 86,95% (43,49%) dengan kategori berkembang sangat baik dan baik, sedangkan kemampuan anak dalam meronce meningkat dari 34,78% menjadi 86,95% (52,17%) kategori berkembang sangat baik dan baik. Jika dirata-ratakan peningkatan dari siklus I ke siklus II berkisar 36,66%, walaupun masih ada anak yang belum berhasil tetapi tidak perlu lagi di adakan siklus berikutnya karena sudah menunjukan keberhasilan pada siklus II secara maksimal. Begitu pula dengan aktivitas kegiatan guru semakin meningkat mengelola proses pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif, efektif, dan menyenangkan. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapan saran dari peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Kiranya metode pemberian tugas dapat diterapkan mengingat metode pembelajaran ini dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam melakukan kegiatan, menumbuhkan motivasi dan minat anak untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan anak. 2. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat, sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik. 3. Kepala Taman Kanak-kanak Bungamputi, agar selalu memberikan kesempatan bagi para guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran kemampuannya sebagai guru yang profesional. 567 dalam upaya meningkatkan 4. Para guru agar termotivasi untuk selalu melakukan berbagai aktifitas dalam meningkatkan profesionalismenya sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan kedisiplinan. 5. Murid agar selalu aktif dalam kegiatan kelas dan luar kelas serta memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya terutama unutk menjadi anak berkarakter. 6. Para peneliti lain unutk menjadikannya hasil penelitan ini sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam merancang penelitian yang sama atau berbeda baik fokus. Masalah metode tehnik pengumpulan data maupun analisanya. DAFTAR PUSTAKA Asy Mas’udi, (2000). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta : PT Tiga Serangkai. Depdiknas. (2005). Pedoman Penyusunan Karya Ilimah. Jakarta. Pasaribu S. (1992). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Prasetyo. (1997). Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Laskar Aksara. Roestiyah. (1996). Metode Pemberian Tugas, Kedisiplinan, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar. Alumni : Bandung. Sriyono. (1992). Pembelajaran untuk anak TK. Jakarta: Dirjen Dikti. Zuhairini. (1997). Metode Pemberian Tugas Dapat Membawa Keberhasilan Anak. Bandung: Percetakan offset. 568