BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kerangka Teori Pembentukan pengetahuan menurut model konstruktivisme memandang bahwa subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Hal yang terpenting dalam teori konstruktivisme yakni dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuannya, bukan guru atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreatifitas dan keaktifan siswa harus dikembangkan karena akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. 1. Konsep belajar menurut Teori Konstruktivisme. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme pada dasarnya adalah suatu pandangan yang didasarkan pada aktivitas siswa untuk menciptakan, menginterpretasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan dengan jalan individual. Menurut Anita Woolfolk pendekatan konstruktivistik sebagai "...pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami".1 Teori belajar konstruktivisme ini memandang bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak guru ke kepala siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah dipelajari atau diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalamannya. Menurut Teori belajar konstruktivisme ini apa-apa yang diajarkan oleh guru tidak harus dipahami oleh siswa. Pemahaman siswa boleh berbeda dengan guru, sehingga dapat dikatakan bahwa yang berhak menentukan pengetahuan adalah individu itu sendiri, bukan orang lain, yaitu dengan melalui indera yang dimiliki, atau dari satu pengalaman pada pengalaman selanjutnya. 2 Teori belajar konstruktivisme ini juga berpendapat bahwa berpikir yang baik adalah lebih penting dari pada mempunyai jawaban yang benar, dengan berpikir yang baik maka seseorang dapat menyelesaikan suatu persoalan yang dihadapi. Adapun hakikat dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme yakni pembentukan pengetahuan yang memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Subyek menyusun pengertian realitasnya dengan bantuan struktur kognitif. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri.3 Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Siswa yang harus aktif mengembangkan pengetahuan, bukan pembelajar atau orang lain. Siswa 1 Ummi Machmudah, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. (Malang: UINMalang Press, 2008), hlm: 87. 2 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Inerdisipliner), (Bandung: Bumi Aksara, 1994), hlm: 74. 3 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm: 101. yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu siswa untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide serta pengembangan konsep baru. Oleh karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada guru sebagai pendidik melainkan pada peserta didik. Ciri-ciri siswa dengan pendekatan konstruktivisme adalah siswa membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Guru membantu proses pembangunan pengetahuan agar siswa dapat memahami informasi dengan cepat. Guru menyadarkan kepada siswa bahwa mereka dapat membangun makna. Siswa berupaya memperoleh pemahaman yang tinggi dan guru membimbingnya. Adapun misi utama pendekatan konstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui proses internalisasi, pembentukan kembali dan melakukan yang baru. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksikan arti sebuah teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Selanjutnya konstruktivisme, dalam Tyler upaya mengajukan mengimplementasikan saran berkaitan teori dengan belajar rancangan pembelajaran ini sebagai berikut: a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri. b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif. c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.4 Tujuan dari pembelajaran melalui pendekatan Teori belajar konstruktivisme ini adalah menghasilkan manusia-manusia yang memiliki kepekaan (ketajaman baik dalam arti kemampuan berfikirnya, kemandirian kemampuan menilai proses dan hasil berfikir sendiri), tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri yaitu suatu proses "Learn To Be", serta mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya.5 2. Cara kerja otak. Otak kita tidak berfungsi seperti piranti audio atau video. Informasi yang masuk akan secara kontinyu dipertanyakan. Otak kita akan terus bertanya dan berfikir. Otak tidak sekedar menerima informasi, tetapi ia mengolahnya. Untuk mengolah informasi secara efektif, ia akan terbantu dengan melakukan 4 Mohamad Jauhari, Op.cit. hlm: 43. Ibid. 5 perenungan semacam itu secara eksternal dan juga internal. Otak kita akan melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi dengan orang lain dan jika kita diminta untuk mengajukan pertanyaan tentang itu. Dalam banyak hal, otak kita tidak jauh berbeda dengan komputer. Jika kita ingin menggunakan komputer, maka kita harus menghidupkannya terlebih dahulu atau meng “On” kanya. Begitu juga otak manusia dalam proses belajar mestilah demikian. Proses belajar bukanlah hanya sekedar proses menghafal semata, tetapi lebih dari itu yakni melihat, meneliti, mencari, menghayati, melatih dan sebagainya. Lebih lanjut belajar bukan merupakan proses tembak, tetapi belajar merupakan proses yang berkesinambungan. Belajar membutuhkan kedekatan dan perlu dihayati dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, dapatlah penulis simpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang membutuhkan ketekunan serta membutuhkan proses panjang yang tidak serba instan. Proses kesinambungan inilah yang menuntut kerja otak secara bertahap sedikit demi sedikit. Laksana anak yang akan belajar berjalan yang tentunya membutuhkan waktu lama untuk dapat berjalan dengan sempurna, begitu juga proses belajar pada diri peserta didik. 3. Pengertian Pembelajaran Aktif Model belajar aktif terkait erat dengan motivasi belajar karena adanya hubungan timbal balik diantara kedua hal tersebut, untuk belajar aktif diperlukan motivasi belajar yang kuat, sebaliknya belajar aktif akan menyebabkan kegiatan belajar menjadi lebih berhasil dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar. Dengan motivasi belajar yang meningkat maka peserta didik dapat membuat keputusan yang positif. Menurut Mulyasa, Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Hal ini diterapkan dalam bentuk pendekatan PAKEM pada pembelajaran.6 Dalam pembelajaran ini, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Sedangkan peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran. Sebagai pusat belajar, peserta didik harus lebih aktif berkegiatan untuk membangun suatu pemahaman, keterampilan, dan sikap/perilaku tertentu. Aktifitas siswa menjadi penting karena belajar pada hakikatnya adalah proses yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya untuk membangun pemahaman (constructivism aproach). Dari proses pembelajaran aktif akan menyebabkan peserta didik mampu berpikir inovatif dan kreatif. Belajar aktif merupakan perkembangan teori learning by doing (18591952). Dewey menerapkan prinsip-prinsip “learning by doing”, bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa keingintahuan (curriositas) siswa terdapat hal-hal yang belum diketahuinya, maka akan dapat mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam suatu proses belajar. Belajar aktif berguna untuk menumbuhkan 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005).hlm: 72. kemampuan belajar aktif pada diri siswa serta menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan keterampilan, dan pengalaman.7 Peran peserta didik dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melakasanakan kegiatan belajar bermakna, serta mengelola sumber belajar yang diperlukan. Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru karena siswa dibimbing, diajar dan dilatih menjelajah, mencari mempertanyakan sesuatu menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Siswa diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang baru diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yang pernah diterimanya. Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan akan mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang mereka miliki. Di samping itu, siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, krisis dan tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi yang bermakna baginya. Belajar aktif menuntut guru bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara 7 Nursisto, Kiat Menggali Kreativitas, (Yogyakarta: Mitra Gema Widya, 2000), hlm: 43. sistematis dan menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa.8 Mayer menyatakan aktif learning sudah berkembang luas, bahkan hampir semua teori mengenalkan tentang pembelajaran di mana siswa dapat menentukan sendiri.9 Bruner juga pernah menjelaskan bahwa asal siswa sudah terlibat dalam proses pembelajaran, kemudian dapat mengingat kembali informasi yang telah diberikan sebelumnya, itu sudah dapat dikatakan sebagai siswa aktif. Kemudian masih menurut Mayer didukung oleh Kirschner, Swller and Clark, siswa aktif tidak hanya sekedar hadir di kelas, menghafal, mengerjakan soal-soal diakhir pelajaran, siswa harus terlibat aktif, baik secara fisik maupun mental. Siswa semestinya aktif melakukan praktek dalam proses pembelajaran. 10 Senada dengan itu Davis menyebutkan aktif learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menjadi guru bagi diri mereka sendiri.11 Joel Wein mengemukakan bahwa aktif learning adalah nama suatu pendekatan untuk mendidik para siswa dalam proses pembelajaran. Unsur umum dalam pendekatan ini adalah mengganti peran guru yang selama ini selalu di depan kelas dan mempersentasikan materi pelajaran, menjadi para siswalah yang berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri. Guru diubah menjadi seorang pelatih dan penolong dalam proses tersebut. Selanjutnya menurut Taslimoharam proses pembelajaran dikatakan aktif jika mengandung komitmen, tanggung jawab dan motivasi.12 Sementara 8 Ibid Jamal Ma’mur Asmani, Op.cit. hlm: 67-68. 10 Ibid. 11 Ibid, hlm: 65-66 12 Komitmen (keterlekatan dalam tugas ) artinya materi, metode dan stretegi pembelajaran, bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa dan bersifat pribadi. Tanggung jawab 9 Kolb berpendapat bahwa proses pembelajaran aktif mencakup melakukan sesuatu dalam dunia eksternal dengan informasi (membahas, menjelaskan, atau mengujinya dalam suatu cara tertentu).13 Pada prinsipnya agar kualitas pembelajaran lebih baik dan efisien perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mendorong berjalannya pembelajaran itu, di antara faktor-faktor tersebut antara lain ialah dimulai dari proses pembelajaran secara baik berdasarkan tujuan pembelajaran, dan mengakhiri pelajaran dengan baik pula, serta waktu, konsekuensinya adalah seorang guru perlu memanfaatkan waktu seefesien mungkin.14 Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analisis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, b. Siswa tidak hanya belajar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran, c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pelajaran, d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi, merupakan suatu proses pembelajaran yang memberi wewenang pada siswa untuk kritis. Guru lebih banyak mendengar dari pada bicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memutuskan sendiri. Motivasi, itu harus lahir dari diri siswa berdasarkan minat dan inisiatif sendiri bukan dorongan dari luar baik lingkungan dan orang lain. 13 Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efekif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm: 160. 14 Salfen Hasri, Sekolah Efektif dan Guru Efektif, (Yogyakarta: Aditya Media, 2009), hlm: 59. 1. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.15 Selain karakteristik tersebut, secara umum suatu proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersamasama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiap siswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerja sama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.16 Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas (1972) menunjukkan bahwa setelah 10 menit pelajaran, siswa cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk mendengar pelajaran yang diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini tentu saja akan makin membuat pembelajaran tidak efektif jika pembelajaran terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk memperbaikinya. Dengan menggunakan cara-cara pembelajaran aktif hal tersebut dapat dihindari. Pemindahan peran pada siswa untuk aktif belajar dapat mengurangi kebosanan ini bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang besar pada siswa. Pada akhirnya hal ini akan membuat proses pembelajaran mencapai learning outcomes yang diinginkan.17 15 Eveline Siregar, Op.Cit, hlm: 76. Ibid. 17 Ibid. 16 Paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif mengharuskan guru untuk mengubah cara pandang terhadap pembelajaran. Dalam persiapan mengajar, guru lebih memikirkan/memfokuskan penciptaan pengalaman baru bagi siswa. Melalui pengalaman tersebut, siswa dapat mengembangkan pengetahuannya. Guru mengolah kurikulum yang tepat sehingga dengan pemahaman konsep yang benar yang dibentuk siswa, memungkinkan dapat menghubungkannya dengan pemahaman sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pemahaman terhadap konsep baru. Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat memahami dan memandang bahwa pembelajaran itu baru bisa dikatakan aktif agaknya harus ada ketelibatan langsung kedua belah pihak yakni antara guru dan siswa, namun keterlibatan itu lebih didominasi oleh siswa sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan mediator yang menggiring fisik dan psikis siswa secara keseluruhan. 4. Urgensi dan kelebihan Pembelajaran Aktif Dalam Active Leaning, Mel Silbermen mengawali tulisannya dengan mengutip kata-kata bijak Konfusius, seorang filosof Cina yang hidup lebih dari 2400 tahun lalu “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya kerjakan saya paham”. Ungkapan filosof itu dikembangkan menjadi apa yang disebut dengan Active learning credo. “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat sedikit, apa yang saya dengar, lihat, dan saya tanyakan, atau didiskusikan saya mulai paham. “Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan saya kerjakan, saya peroleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai”. 18 Secara implisit Mel Silberman ingin menunjukan bahwa belajar lebih bermakna dan bermanfaat apabila siswa menggunakan semua alat indra, mulai dari telinga, mata sekaligus berfikir mengolah informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu. Dengan mendengarkan saja kita tidak dapat mengingat banyak dan akan mudah lupa. Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran dengan maksud ingin menjadikan siswa giat dan aktif dalam pembelajaran. Proses ini terjadi dua arah antara guru dan siswa, namun demikian proses pembelajaran tetap terfokus pada peseta didik. Dengan pembelajaran aktif belajar aken lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa di sekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Berikut ini penulis paparkan beberapa kelebihan pembelajarn aktif antara lain yaitu: a. Mengajak siswa untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran. b. Meningkatkan minat dan tantangan bagi siswa. c. Melalui pembelajaran aktif guru dan siswa dapat memodelkan berbagai macam teknik pemecahan masalah. d. Mengembangkan sistem dukungan sosial kepada siswa. 18 Hisyam Zaini, dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Center For Teaching Staff Development, 2002), hlm: 112. e. Menggugah siswa untuk mencari bantuan dan menerima tutor sebaya dari teman-temanya. f. Memungkinkan adanya interaksi dua arah yang aktif. g. Memungkinkan siswa untuk saling berinteraksi secara aktif. 19 5. Prinsip Pembelajaran Aktif Dalam rangka untuk melaksanakan pembelajaran aktif, sebagai tenaga pengajar hendaknya memahami komponen-komponen belajar aktif itu untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti di bawah ini: a. Pengalaman Pengalaman atau Mengalami (experience) adalah suatu kejadian yang telah dialami oleh siswa. Jika peserta didik hanya mendengarkan paparan dari gurunya, tidak mencobanya melalui sejumlah praktek sebagai pengalaman belajar, maka kualitas perolehannya menjadi rendah. Jadi pengalaman itu sangat penting bagi siswa.20 Hal-hal yang selalu dilakukan siswa terkait dengan pengalaman aktivitas belajar di kelas antara lain: 1) Siswa melakukan pengamatan 2) Siswa melakukan percobaan 3) Siswa membaca 4) Siswa melakukan wawancara 5) Siswa membuat sesuatu.21 19 Evaline Siregar Lok.Cit. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm: 51. 21 Ibid. 20 b. Interaksi Interaksi adalah saling mempengaruhi atau saling berhubungan satu dengan yang lainnya.22 Interaksi dalam pembelajaran selalu berdasarkan konteksnya, konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi. Interaksi juga sebagai suatu pertalian sosial antar individu sedemikian rupa sehingga individu yang bersangkutan saling mempengaruhi satu sama lainnya.23 Interaksi tersebut terdiri dari beberapa aspek: 1) Aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta didik yang berkomunikasi, alat dan media pembelajaran yang tersedia untuk menyampaikan materi pelajaran 2) Aspek psikologis seperti sikap, kecenderungan guru dan peserta didik, prasangka, dan emosi. 3) Aspek sosial seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya dan sebagainya. 4) Aspek waktu yaitu kapan berinteraksi dan berkomunikasi. Selanjutnya hal-hal yang selalu dilakukan siswa terkait dengan Interaksi belajar di kelas antara lain: 1) Siswa mengajukan petanyaan 2) Siswa berdiskusi kelompok 3) Siswa melempar pertanyan 22 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm: 5. 23 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm: 164. 4) Siswa memberi komentar terhadap jawaban guru 5) Siswa aktif bekerja dalam kelompok c. Komunikasi Komunikasi sebenarnya merupakan proses personal, karena makna atau pemahaman yang diperoleh pada dasarnya bersifat pribadi. Namun demikian komunikasi sebenarnya bersifat dinamis, sehingga respon verbal dan non verbal bisa langsung diketahui pendidik. Komunikasi ini menekankan pada komunikasi dua arah di mana penerima dan pemberi pesan bagi pendidik dapat mengubah kualitas pemahaman terhadap materi pelajaran. Hal-hal yang dilakukan oleh siswa terkait dengan aktivitas komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain: 1) Siswa mendemonstrasikan 2) Siswa mengemukakan pendapatnya 3) Siswa melakukan persentasi kerjanya 4) Siswa memajangkan hasil kerjanya 5) Siswa menceritakan hasil kerjanya. d. Refleksi Refleksi diartikan sebagai berfikir mengenai pengalaman sendiri dari masa lalu atau melakukan intropeksi. Refleksi dilakukan oleh peserta didik setelah melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pengalaman belajar, peserta didik antara satu dengan yang lainnya melakukan analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan tindak lanjut pengalaman belajar yang telah dilalui.24 Pada tahap ini siswa memikirkan kembali apa yang telah diperbuat dan yang akan diperbuat di waktu pelajaran selanjutnya. Setelah melihat prinsipprinsip di atas, sepertinya tenaga pendidik harus mampu menjalankan prinsip 24 Ibid. tersebut jika ingin pembelajaran aktif itu terlaksana dengan baik dan benar. Mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi itu artinya melakukan pengamatan, percobaan (mengalami) kemudian didiskusikan, tanya jawab, atau lempar pertanyaan ke yang lain (interaksi) kemudian interaksi tadi dilaksanakan oleh guru dan siswa (komunikasi) dengan sendirinya setelah siswa mendapatkan proses mengalami, interaksi dan komunikasi yang baik maka siswa akan mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran itu sehingga ada perubahan dan makna dalam kehidupan siswa (refleksi). 6. Ciri-Ciri Pembelajaran Aktif Untuk memudahkan dalam memahami apakah pembelajaran itu aktif atau tidak maka perlu penulis paparkan ciri-ciri pembelajaran yang aktif sebagai berikut: a. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar. b. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik. c. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik. d. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. e. Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi f. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. g. Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan).25 h. Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis. i. Siswa aktif dan asyik berbuat /bekerja dalam kegiatan pembelajaran. j. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media belajar 25 Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif; Buku I Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan NilaiNilai Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Alexa, 2010). k. Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi l. Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar. i. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak.26 Sementara itu, untuk mengimplementasikan pembelajaan aktif ini banyak sekali strategi atau metode pembelajaran yang dapat diterapkan. Pada hakekatnya pembelajaran aktif tidak bisa berjalan secara sendiri tanpa intervensi dari guru dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran. 7. Contoh Metode Pembelajaran Aktif Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. 27 Beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru dalam pembelajaran aktif antara lain seperti: a. Metode pengalaman penting b. Metode tes acak c. Metode panduan membaca d. Metode resume kelompok e. Metode curah pendapat f. Metode studi kasus g. Metode demonstrasi h. Metode penemuan 26 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm: 76. 27 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm: 3. i. Metode jigsaw28 j. Metode kegiatan lapangan k. Metode ceramah l. Metode diskusi kelompok m. Metode pembicara tim n. Metode tulis berantai o. Metode debat p. Metode bermain peran q. Metode simulasi r. Metode tugas proyek s. Metode presentasi.29 t. Metode penilaian sejawat u. Metode kunjung karya. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat pula penulis kemukakan juga guru yang aktif adalah guru yang memberikan umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mendiskusikan gagasan siswa dan sebagainya.30 Hal ini sejalan dengan maksud undang-undang seperti yang termaktub di bawah ini: Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran 28 Melvin. l Silberman, Aktif Learning 101 Cara Belajar Aktif, (di Terjemahkan Oleh Raisul Muttaqien), (Bandung: Nusa Media, 2012), hlm: 88. 29 Hamdani, Lok. Cit. hlm: 163. 30 Mohammad Jauhar, Op.cit, hlm: 89. karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.31 Kemudian dapat penulis kemukakan bahwa, jika kita ingin mengimplementasikan pembelajaran aktif tersebut dengan benar kita harus mengetahui teknik penerapan pembelajaran aktif melalui setting kelas yang variatif dan dinamis karena peserta didik dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan beragam, ada yang memiliki tingkat kepandaian yang tinggi, sedang, dan rendah atau kurang. Menurut pandangan psikologi pendidikan, sebenarnya tidak ada peserta didik yang pandai atau bodoh yang lebih tepat adalah peserta didik dengan kemampuan lambat atau cepat dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi peserta didik satu memerlukan dua kali pertemuan untuk memahami isinya, namun bagi peserta didik lain perlu empat kali pertemuan atau lebih untuk dapat menyerapnya. Karena itu guru perlu mengatur kapan peserta didik bekerja secara perorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal. Jika harus dibentuk kelompok, kapan peserta didik dikelompokkan berdasarkan kemampuanya sehingga mereka dapat berkonsentrasi membantu peserta didik yang kurang dan kapan peserta didik dikelompokkan secara campuran berbagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya. Dalam kerangka mewujudkan desain belajar siswa maka pengaturan ruang kelas dan siswa (setting cllas) merupakan tahap yang penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Karena itu, kursi, meja dan ruang belajar 31 Hamzah B. Uno & Masri Kuadrat, loc.cit. perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik. Hal-hal tersebut sebagai berikut: a. Aksebilitas artinya peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia. b. Mobilitas artinya peserta didik kebagian lain dalam kelas. c. Interaksi artinya memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik. d. Variasi kerja peserta didik artinya memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok. Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif, pada dasarnya tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi dekorasi interior kelas perlu dirancang yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif. 8. Formasi Ruang Kelas yang Aktif Ada setidaknya 10 macam formasi kelas dalam kerangka mendukung penerapan pembelajaran aktif. Setting atau formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas. Jika meubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang diinginkan pendidik, antara lain sebagai berikut: a. Formasi Huruf U. b. Meja konferensi. c. Formasi Lingkaran. d. Kelompok pada Kelompok.32 e. Ruang Kerja. f. Pengelompokkan Berbencar (Breakout Grouping). g. Formasi tanda pangkat. h. Ruang Kelas Tradisional. i. Auditorium/ Aula.33 9. Ciri-ciri Guru yang Melaksanakan Pembelajaran Aktif Untuk memudahkan menilai apa guru melaksanakan pembelajaran aktif atau tidak bisa dilihat dari sikap guru tersebut. Setidaknya ada 11 sikap yang bisa dilihat sebagai berikut: a. Terbuka, artinya mau mendengarkan pendapat siswa. b. Membiasakan siswa mendengarkan ketika guru menjelaskan pelajaran. c. Menghargai perbedaan pendapat. d. Mentolerir perbuatan siswa yang salah dan mendorong supaya memperbaiki. e. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa. f. Memberikan umpan balik terhadap hasil belajar siswa. g. Tidak terlalu cepat membantu siswa. h. Tidak kikir untuk memuji dan menghargai hasil karya siswa. i. Tidak mentertawakan pendapat siswa yang kurang tepat. j. Mendorong siswa agar tidak takut dalam melakukan kesalahan. 32 Melvin L. Silberman, Op.cit. hlm: 38. Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasil, 2011), hlm: 57 33 k. Mendorong siswa agar mengeluarkan pendapat sekalipun itu salah.34 10. Pengertian Pembelajaran Efektif Sebelum membahas pembelajaran efektif, terlebih dahulu kita melihat pengertian dari efektif. Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ”effective” yang dapat diartikan mempunyai efek (akibat, pengaruh, kesan) atau dapat pula diartikan membawa hasil, berhasil guna. Selain itu efektif tidak hanya diorientasikan pada hasil tetapi juga proses yang ada dalam mencapai tujuan. 35 Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang berorientasi pada program pembelajaran berkenaan dengan usaha mempengaruhi, memberi efek, yang dapat membawa hasil sesuai dengan tujuan maupun proses yang ada di dalam pembelajaran itu sendiri.36 Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen, berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa tenang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana dan prasarana yang memadai serta materi, metode dan media yang sesuai serta guru yang professional. Juga keberhasilan proses pembelajaran banyak tertumpu pada sikap dan cara belajar siswa, baik perorangan maupun kelompok, selain itu, tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran dengan tepat merupakan faktor pendorong dan pemeliharaan kegiatan belajar siswa yang produktif, efektif dan efisien.37 Sementara itu menurut Makmun38 pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective) berhasil guna, jika membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu, mencapai sasaran atau minimal mencapai indikator yang telah ditetapkan, di samping itu penting banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat siswa. 34 Hamdani, Op.Cit. hlm: 52. Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2008), hlm: 6. 36 Www. Word press. Com. Pembelajaran Efektif, 19/03/2011. 37 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm: 35 147. 38 Saiful Sagala, Op.cit, hlm: 174. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan cara melibatkan seluruh peserta didik dalam merencanakan proses pembelajaran. Pendapat senada dikemukakan oleh Khaerudin dan Mahfud Junaedi yang menyatakan, bahwa Pembelajaran dikatakan efektif jika peserta didik mengalami berbagai pengalaman baru dan perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Pembelajaran ini juga perlu ditunjang oleh suasana dan lingkungan yang memadai. Untuk itu, guru harus mampu mengelola tempat belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumbersumber belajar.39 Pembelajaran efektif mencakup 4 dimensi: a. Konteks. Merupakan situasi/latar belakang yang mempengaruhi tujuan dan strategi yang dikembangkan. Misalnya berupa kebijakan departemen, sasaraan yang ingin dicapai oleh unit kerja dan sebagainya. b. Masukan (input). Mencakup bahan, peralatan dan fasilitas yang disiapkan untuk keperluan program. Misalnya dokumen, kurikulum, staf pengajar, media pembelajaran dan sebagainya. c. Proses. Merupakan pelaksanaan yang nyata dari program pendidikan di kelas/lapangan. 39 Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa, (Jakarta: Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), hlm: 89. d. Hasil atau product. Merupakan hasil keseluruhan yang dicapai oleh program. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kompetensi siswa.40 Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan tentang pengertian dari pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang berorientasi pada program pembelajaran berkenaan dengan usaha mempengaruhi, memberi efek yang dapat membawa hasil sesuai dengan tujuan maupun proses yang ada di dalam pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat penulis simpukan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang berhasil guna, mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu juga yang paling penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang diperoleh siswa serta guru juga diharapkan memperoleh pengalaman baru sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. 11. Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Efektif Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, guru harus dapat mengembangkan pembelajaran yang efektif dan harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran efektif. Banyak ahli yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip belajar yang memiliki persamaan dan perbedaan. Akan tetapi terdapat prinsip dasar. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar pembelajarn efektif antara lain: 40 Www. Word press. Com./pembelajaran efektif.19/03/2011.16.00 pm. a. Perhatian. Peranan perhatian sangat penting dimiliki oleh siswa karena dari kajian dari teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian dari siswa tak mungkin terjadi belajar.41 b. Motivasi. Motivasi juga memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. c. Keaktifan. Belajar akan terjadi jika seorang siswa benar-benar aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran sendiri. d. Keterlibatan langsung. Dalam belajar, siswa tidak hanya mengamati, tetapi harus menghayati, terlibat langsung dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasilnya. e. Pengulangan. Pengulangan merupakan prinsip belajar yang berpedoman kepada pepatah “latihan menjadikan sempurna”.42 dengan pengulangan maka daya-daya yang ada pada individu akan berkembang. f. Tantangan. Agar siswa dapat mengatasi hambatan, maka belajar harus dapat menimbulkan motivasi untuk dapat mengatasi hambatan tertentu. g. Penguatan. Dalam belajar seorang siswa akan bersemangat jika mengetahui akan mendapatkan nilai baik atau yang menyenangkan. h. Perbedaan Individu. Perbedaan individu sangat berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. 41 Ibid, hlm: 192. Ibid. 42 12. Indikator Pembelajaran yang Efektif Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika proses belajar mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atau ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya. Untuk menentukan keefektifan sebuah proses pembelajaran perlu adanya indikator-indikator yang jelas. Wotruba dan Wright memandang berdasarkan pengkajian dan hasil penelitian, mengindentifikasikan ada 7 (tujuh) indikator yang dapat menunjukkan pembelajaran yang efektif, yaitu: a. Pengorganisasian materi yang baik. b. Komunikasi yang efektif. c. Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran. d. Sikap positif terhadap siswa. e. Pemberian nilai yang adil. f. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran. g. Hasil belajar yang baik.43 13. Suasana Pembelajaran yang Aktif dan Efektif Sebagai seorang guru, dalam melaksanakan proses pembelajaran harus memahami bagaimana suasana pembelajaran yang Aktif, efektif dan Menyenangkan. Berikut ini dapat penulis paparkan karakteristik suasana pembelajaran yang aktif, efektif antara lain sebagai berikut: a. Ruangan perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan. 43 Hamzah B. Uno, Nurdin Mohammad, loc.cit. b. Susunan bangku peserta didik dapat diubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung. c. Peserta didik tidak selalu duduk dikursi tetapi dapat duduk di tikar. d. Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. e. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar f. Alat sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.44 Beberapa ahli pendidikan menjelaskan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran yang optimal. Dalam melaksanakan tugasnya guru harus memainkan peranya sebagai manusia sumber, komunikator, mediator, pembimbing dan penilai. Meskipun pada hakekatnya guru adalah fasilitator. Peran guru sebagai manusia sumber masih menjadi sorotan utama dimasyarakat, termasuk siswa menganggap bahwa guru mengetahui segala sesuatu dan bisa menjawab semua pertanyaan yang diutarakan, kenyataan ini membuat guru harus mampu menguasai materi pelajaran dan jangan coba-coba bediri di depan kelas apabila tidak menguasai materi pelajaran yang akan dibahas. 44 Iif Khoiru Ahmadi dan Sopan Amri, PAIKEM GEMBROT, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hlm: 75. 14. Ciri-ciri pembelajaran yang Efektif. Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui dengan ciri. 1. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lain-lain. 2. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup. 3. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar. 4. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.45 5. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata. 6. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang 45 Wina sanjaya, Op. Cit, hlm:147 besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain. 7. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan. Selain itu Ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan: a. Berpusat pada siswa b. Interaksi edukatif, Guru-Siswa c. Suasana demokratis d. Metode yang bervariasi e. Bahan belajar bermanfaat f. Lingkungan kondusif g. Suasana belajar menunjang.46 Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengamati hubungan guru siswa para peneliti pendidikan misalnya telah bekerja untuk menggambarkan perilaku kelas (classroom behavior) secara sistematik dalam empat dekade. Untuk itu mereka paling tidak telah mengenali dua cara mengamati kelas. Metode pertama adalah yang disebut “sign system” yaitu suatu sistem di mana kejadian-kejadian sudah ditentukan sebelumnya yang akan menjadi obyek pengamatan. Pendekatan kedua adalah “category system”. Metode ini menempatkan berbagai perilaku 46 Ibid. siswa dalam kelas.47 Kemudian akan penulis berikan beberapa pandangan tentang mengajar dalam persfektif efektif sebagai berikut: a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. b. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. c. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. d. Mengajar adalah usaha mengoptimalkan kegiatan belajar.48 Mengajar dikatakan berhasil dalam pandangan pembelajaran efektif apabila anak-anak belajar dan menguasai bahan pelajaran hendaknya mereka berprinsip bahwa belajar bagi mereka adalah mengubah kelakuan serta hasil yang diharapkan bukan hanya bersifat pengetahuan, akan tetapi juga sikap, pemahaman, perluasan minat, penghargaan norma-norma, kecakapan, dan meliputi seluruh pribadi anak.49 Berkaitan dengan mengajar, maka ada beberapa pola mengajar yang dapat dipertimbangkan oleh guru agar kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dapat berjalan secara teratur. Dalam pola mengajar ini akan sekaligus tercerminkan sikap guru, kegiatan siswa dan interaksi di antara keduanya. Sedangkan pemilihan pola mengajar inipun biasanya dilakukan atas pertimbangan: 59 Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar, (Bandung: Alfa Beta, 2008), hlm: 14-16. 48 W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia, 2011), hlm: 72. 61 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Cet. Ke-4, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm: 13. a. Tujuan pengajaran b. Karakteristik bahan yang akan diajarkan. c. Alokasi waktu yang tersedia. d. Karakteristik siswa. e. Kemampuan guru itu sendiri.50 Selanjutnya penulis paparkan juga beberapa prinsip yang berlaku umum untuk semua guru yang baik yaitu : a. Guru yang baik memahami dan menghormati murid.51 b. Guru yang baik harus menguasai bahan pelajaran yang diberikannya c. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran d. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu e. Guru yang baik mengaktifkan murid dalam hal belajar f. Guru yang baik memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka g. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid h. Guru mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya i. Guru jangan terikat oleh satu buku pelajaran j. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak. 62 Buchari Alma, dkk, Guru Propesional, (Bandung: Alfa Beta, 2008 ), hlm: 96. Guru sebagai manusia menghadapi murid sebagai manusia pula dan bukan sebagai tong kosong atau sebagai makhluk yang lebih rendah dari dirinya. Anak itu adalah manusia penuh yang berhak atas perlakuan hormat dari guru agar kelak menjadi warga negara dewasa yang dihormati dan menghormati orang lain. 63 Untuk memperoleh pembelajaran yang efektif guru harus memperhatikan aspek-aspek sosial, emosional, dan etis siswa. Siswa harus dapat hidup dalam masyarakat dan harus belajar bekerja sama dengan orang lain yang berlainan dengan dirinya tentang pendirian, agama, suku bangsa, jenis kelamin dan sebagainya.52 15. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Aktif dan Efektif Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada dasarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi sebuah proses pembelajaran. Begitu juga halnya dengan pembelajaran aktif dan efektif ini. Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. SDM Guru Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu model, strategi, metode dan tipe pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu metode, model, strategi dan tipe pembelajaran tidak mungkin bisa diaplikasikan. Demikian jugalah halnya dengan pembelajaran aktif dan efektif. Dalam menerapkan pembelajaran aktif dan efektif membutuhkan guru yang kreatif, yang mampu mencari celah di tengah keterbatasan, kepenatan, dan kejenuhan siswa. Guru aktif mampu menyegarkan suasana, membangkitkan semangat dan memompa potensi siswa. b. Siswa Dalam mewujudkan pembelajaran aktif dan efektif itu membutuhkan siswa yang aktif, kritis, analistis, dan responsif. Dengan mentalitas seperti ini, 64 S. Nasution, loc.cit. pembelajaran akan berjalan dengan baik, berkualitas, dan penuh makna, siswa semakin kaya akan pengetahuan wacana dan informasi. Kedewasaan dan kematangan akan tumbuh dalam berdiskusi. Selanjutnya penulis sampaikan juga masih faktor yang berasal dari dalam diri siswa terdiri dari dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. 1) Aspek Fisiologis Kondisi kesehatan tubuh secara umum mempengaruhi semangat dan konsentrasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Tubuh yang lemah dan mudah sakit dapat menurunkan kualitas kognitif siswa, sehingga materi pelajaran menjadi sulit dicerna. Selain kebugaran tubuh, kondisi organ-organ tubuh lainnya perlu mendapat perhatian, karena tingkat kesehatan indera pendengaran dan penglihatan sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi. Faktor kelemahan fisik yang terdapat pada siswa yang dapat mempengaruhi efektifitas pembelajaran yaitu: a) Pusat susunan saraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau cacat atau sakit sehingga membaca gangguan yang cenderung menetap. b) Panca indera (mata, telinga, alat bicara) berkembang kurang sempurna, sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif. c) Perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar tubuh, sehingga mengakibatkan kelainan perilaku dan gangguan emosional. d) Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, yang dapat mengakibatkan kurang percaya diri siswa. e) Penyakit menahun yang dapat mengakibatkan hambatan pada siswa secara optimal.53 2) Aspek Psikologis Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dapat diperoleh siswa, yaitu: a) Tingkat Kecerdasan atau Intelegensi Siswa Intelegentasi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi terhadap rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intelegensi tidak semata-mata mengenai kualitas otak saja, tetapi juga kualitas organ tubuh lainnya, walau peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi lebih menonjol dibandingkan dengan organ tubuh lainnya karena otak sebagai menara mengontrol seluruh aktivitas manusia. b) Sikap dan Minat Siswa Sikap adalah gejala internal berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap suatu objek, baik yang berupa orang, barang, dan lain sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Kecenderungan tersebut dapat memberikan penilaian tentang sesuatu, yang mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan. 65 Hamzah, Loc-cit. Sedangkan minat adalah suatu rasa lebh suka atau rasa keterkaitan pada suatu hal tertentu.54 c) Bakat Siswa Bakat adalah kemampuan potensial individu untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap anak memiliki bakat dalam arti berpotensi dalam mencapai prestasi sampai dengan tingkat tertentu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Dengan demikian secara umum bakat tersebut hampir sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak dapat berintelegensi sangat cerdas. c. Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu secara langsung terhadap proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Begitu juga dengan mengimplementasikan pembelajaran aktif dan efektif harus sarana dan prasaran yang representatif misalnya ketika guru ingin ada ruang diskusi yang berkualitas dan dipenuhi berbagai koleksi buku diperpustakaan maka dibutuhkan perpustakaan yang menyediakan ruang diskusi.55 d. Pengawasan Selain Sumber Daya Manusia (SDM), guru, siswa dan prasarana ada satu hal yang sangat penting yaitu pengawasan. Guru perlu pengawasan dalam 54 M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif Dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil”, (Lombok: Holistica, 2013), hlm: 17. 67 Jamal Makmur Asmani, loc.cit. pengajaranya. Dalam mengaplikasikan pembelajaran aktif dan efektif, pengawasan harus lebih ditingkatkan dengan adanya pengawasan langsung, guru akan terdorong untuk menerapkan pembelajaran aktif dan efektif. Kepala sekolah dan pihak-pihak terkait seperti Dinas pendidikan dan Kementerian Agama semestinya memberikan pengawasan intesif untuk memberdayakan guru agar mereka bisa mengaplikasikan pembelajaran aktif dan efektif disisi lain kepala sekolah juga harus mampu memberikan keteladanan, bimbingan dan arahan dalam aplikasi tersebut. Tanpa keteladanan, program sebaik apapun tidak akan berjalan secara konsiten dan efektif. e. Anggaran Hal yang juga sangat penting dan mendasar dalam setiap program kerja adalah anggaran atau dana. Anggaran sangat dibutuhkan untuk menggerakkan program. Untuk mengaplikasikan pembelajaran aktif dan efektif membutuhkan anggaran besar seperti fasilitas buku, ruangan, dan lain sebagainya. Suatu contoh ketika pelajaran fikih guru ingin mempraktekkan cara merawat jenazah maka diperlukan perlengkapan yang tidak sedikit, atau dalam pembelajaran PKn akan diadakan studi banding kelembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif supaya terjadi pematangan konsep maka diperlukan anggaran yang tidak sedikit. 16. Hakikat Sertifikasi Sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor, dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan.56 Sertifikasi guru bertujuan untuk: a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, b. Meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, c. Meningkatkan kesejahteraan guru, d. Meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sertifikasi guru diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Bentuk peningkatan kesejahteraan tersebut berupa pemberian tunjangan profesi bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil (swasta). Pelaksanaan kegiatan sertifikasi guru dalam jabatan akan melibatkan banyak instansi yang terkait, antara lain Dinas pendidikan, Kementrian Agama, bahkan Perguruan Tinggi seperti UIN, UNRI, UNAN dan sebagainya. Hal ini bertujuan agar dapat dilakukan penjaminan mutu terhadap mekanisme dan prosedur pelaksanaannya, maka diperlukan Pedoman Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. 56 Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama Widya, 2010), hlm: 160. a. Dasar Hukum Sertifikasi Guru Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru adalah sebagai berikut. 1) Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2) Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. 5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik. 6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. 7) Keputusan Mendiknas Nomor 056/O/2007 tentang Pembentukan Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). 8) Keputusan Mendiknas tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan. b. Tujuan dan Sasaran Sertifikasi Guru Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pedoman sertifikasi guru ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi guru yang mengikuti sertifikasi baik melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio maupun pemberian sertifikat pendidik secara langsung. Sasaran utama pedoman ini adalah guru dalam jabatan baik guru PNS maupun non PNS yang telah memenuhi syaratsyarat dan ketentuan yang telah berlaku dalam sertifikasi. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.57 Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun Masyarakat, dan ditetapkan oleh Pemerintah. 58 Guru yang telah disertifikasi adalah guru yang telah mendapatkan prediket sebagai guru yang profesional. Oleh karena itu, tuntutan dari seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi yang semestinya melekat pada jiwa seorang guru yang profesional. Keempat kompetensi tersebut adalah Kompetensi Pedagogik, kompetensi Kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.59 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi antara lain pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi 57 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Bab 1 Pasal 1. 58 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Bagian kedua Pasal. 4. 59 Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 60 Sementara Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku dan menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.61 Kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: 1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan 60 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 3 ayat 4. 61 Syaiful Sagala Loc.cit. 2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. c. Prinsip Sertifikasi Guru 1) Sertifikasi guru dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi guru yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi guru. Akuntabel merupakan proses sertifikasi guru yang dapat dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik. 2) Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru Sertifikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru dan memenuhi syarat lain sesuai dengan ketentuan akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil (swasta). Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. 3) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang‐undangan Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. 4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis Agar pelaksanaan program sertifikasi guru dapat berjalan dengan efektif dan efisien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi guru mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran. 5) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah Untuk alasan keefektifan dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi guru, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap tahun ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta sertifikasi guru untuk masing‐masing provinsi dan kabupaten/kota. Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah data individu guru per Kabupaten/Kota yang masuk di pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 17. Kriteria Guru yang Profesional Secara harfiah kata profesi berasal dari kata profession (Inggris) yang berasal dari bahasa Latin Profesus yang berarti mampu atau ahli dalam sesuatu bentuk pekerjaan. Profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang khusus.62 Pekerjaan yang profesional berarti suatu pekerjaan yang menuntut pelakunya memiliki keahlian khusus dalam bidangnya masing-masing. Berdasarkan pengertian di atas dapat menulis simpulkan bahwa yang dikatakan guru yang profeional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkan, mampu mengajarkannya secara efektif, efisien dan berkepribadian mantap. Oemar Hamalik dalam Kusnadi mensyaratkan guru profesional harus: a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi d. Memiiliki mental yang sehat e. Berbadan sehat f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila h. Guru adalah seorang warga negara yang baik.63 Selanjutnya, ciri-ciri guru yang profesional adalah sebagai berikut: a. Mempunyai komitmen pada proses belajar mengajar. 62 Bukhari Alma, et. al, Op. Cit. hlm: 116. Kusnadi, Profesi dan Etika Keguruan, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2012), hlm: 63 14. b. Menguasai serta mendalami materi pelajaran dan cara mengajarkannya. c. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. d. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya yang memungkinkan mereka untuk selalu meningkatkan profesionalismenya.64 B. Tinjauan Penelitian yang Relevan Berkaitan dengan penulisan tesis ini, telah diupayakan penelusuran pembahasan-pembahasan yang terkait dengan objek masalah tentang implementasi pembelajaran aktif dan efektif. Sepengetahuan penulis belum pernah ada orang yang meneliti, yang hanya senada yang penulis temukan sibiblilogi di Pascasarjana UIN Suska Riau yang berbunyi: Ziyadul Kamal (2008) “ Konsep Dasar Belajar Aktif Dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran Qira’ah Untuk Tingkat Pemula (Tinjauan Psikolinguistik Terhadap Pandangan Mel Silberman)”. Pokok kajian dalam penelitian ini adalah mengenai konsep belajar aktif dalam buku Mel Silberman yang berjudul 101 cara belajar siswa aktif. Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan konsep atau metode belajar aktif dalam proses pembelajaran bahasa Arab untuk pemula merupakan salah satu bukti kongrit sebuah konsep atau metode yang menawarkan berbagai strategi untuk kenyamanan dalam proses pembelajaran. 64 Ibid. Sangat berbeda dengan pokok kajian penulis ini di mana penulis akan meneliti implementasi pembelajaran aktif dan efektif yang tidak hanya sebatas terfokus pada buku Mel Silberman saja, tetapi penulis akan meneliti bagaimana implementasi pembelajaran aktif dan efektif yang sesuai dengan teori khususnya pada guru-guru yang sudah bersertifikasi. Sedangkan yang menjadi kajian adalah para guru-guru yang sudah bersertifikasi di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru. Ali Mahrus (2007) meneliti tentang “Pengaruh Model Pembelajaran PAKEM Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs Bahrul Ulum Sekapuk Ujung Pangkah Gresik”. Dari hasil penelitian diketahui bahwa model pembelajaran PAKEM mempunyai pengaruh dalam memperoleh hasil belajar siswa yang diketahui dari hasil perhitungan product moment dengan hasil 0,692 yang lebih besar dari “r” product moment baik pada signifikan 5% maupun 1%. Selain itu model pembelajaran PAKEM juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang dapat dibuktikan dari hasil kerja 0,692 yang dikonsultasikan pada tabel interpretasi “r” product moment pada taraf 0,40-0,599 menunjukan pengaruh pada taraf signifikan “ cukup kuat”. C. Konsep Operasional/ Kriteria Variabel Untuk menilai bagaimana implementasi pembelajaran aktif dan efektif oleh guru-guru yang sudah bersertifikasi di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi guru-guru dalam mengimplementasikan pembelajaran aktif dan efektif di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru maka penulis menyusun beberapa indikator sebagai berikut: 1. Indikator implementasi pembelajaran Aktif dan Efektif oleh guruguru yang sudah bersertifikasi di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru. a. Indikator Pembelajaran Aktif 1) Guru mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya 2) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. 3) Guru membiasakan siswa agar mendengarkan penjelasan guru 4) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar pelajaran 5) Guru mendengarkan jawaban siswa. 6) Guru memberi nilai terhadap jawaban siswa. 7) Guru menyuruh siswa membuat kelompok belajar. 8) Guru menyuruh siswa berdiskusi tentang materi pelajaran. 9) Guru memperhatikan siswa berdiskusi. 10) Guru mendengarkan pendapat masing-masing siswa. 11) Guru Memberikan penilaian terhadap siswa. 12) Guru menyuruh siswa membuat pertanyan. 13) Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran. b. Indikator Pembelajaran Efektif 1) Guru membuat perangkat pelajaran 2) Guru menggunakan metode yang bervariasi 3) Guru menguasai materi pelajaran 4) Guru membantu siswa dalam belajar 5) Guru memberi nilai kepada siswa 6) Guru mengajar tidak kaku 7) Nilai siswa di atas KKM 2. Indikator faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran Aktif dan Efektif implementasi oleh guru-guru yang sudah bersertifikasi di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru. a. Sumber Daya Manusia (SDM) guru yang tidak sesuai. b. Kurangnya minat siswa dalam belajar. c. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai d. Lemahnya Pengawasan dari kepala sekolah dan pihak terkait. e. Keterbatasan anggaran dan biaya yang dimiliki sekolah.