BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kerangka Teori Pembentukan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Kerangka Teori
Pembentukan pengetahuan menurut model konstruktivisme memandang
bahwa subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya
dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun
pengertian realitasnya. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan
berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses
penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Hal yang terpenting dalam teori konstruktivisme yakni dalam proses
pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang
harus aktif mengembangkan pengetahuannya, bukan guru atau orang lain. Mereka
yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa
secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreatifitas dan keaktifan siswa harus
dikembangkan karena akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam
kehidupan kognitif siswa.
1. Konsep belajar menurut Teori Konstruktivisme.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme pada dasarnya adalah suatu pandangan yang didasarkan pada
aktivitas siswa untuk menciptakan, menginterpretasikan, dan mereorganisasikan
pengetahuan dengan jalan individual. Menurut Anita Woolfolk pendekatan
konstruktivistik sebagai "...pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa
dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan
peristiwa yang dialami".1
Teori belajar konstruktivisme ini memandang bahwa pengetahuan itu ada
dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari otak guru ke kepala siswa. Siswa sendirilah
yang harus mengartikan apa yang telah dipelajari atau diajarkan dengan
menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalamannya. Menurut Teori
belajar konstruktivisme ini apa-apa yang diajarkan oleh guru tidak harus
dipahami oleh siswa. Pemahaman siswa boleh berbeda dengan guru,
sehingga dapat dikatakan bahwa yang berhak menentukan pengetahuan
adalah individu itu sendiri, bukan orang lain, yaitu dengan melalui indera
yang dimiliki, atau dari satu pengalaman pada pengalaman selanjutnya. 2
Teori belajar konstruktivisme ini juga berpendapat bahwa berpikir yang
baik adalah lebih penting dari pada mempunyai jawaban yang benar, dengan
berpikir yang baik maka seseorang dapat menyelesaikan suatu persoalan yang
dihadapi. Adapun hakikat dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme yakni pembentukan pengetahuan yang memandang subyek aktif
menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan.
Subyek menyusun pengertian realitasnya dengan bantuan struktur kognitif.
Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur
kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri.3
Teori
belajar
konstruktivisme
menekankan
bahwa
dalam
proses
pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Siswa yang harus
aktif mengembangkan pengetahuan, bukan pembelajar atau orang lain. Siswa
1
Ummi Machmudah, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab. (Malang: UINMalang Press, 2008), hlm: 87.
2
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Inerdisipliner), (Bandung: Bumi Aksara, 1994), hlm: 74.
3
Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008),
hlm: 101.
yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa
secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan
membantu siswa untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Belajar
lebih diarahkan pada
experimental learning
yaitu merupakan adaptasi
kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan
teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide serta
pengembangan konsep baru. Oleh karenanya aksentuasi dari mendidik dan
mengajar tidak terfokus pada guru sebagai pendidik melainkan pada peserta didik.
Ciri-ciri siswa dengan pendekatan konstruktivisme adalah siswa
membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Guru membantu proses
pembangunan pengetahuan agar siswa dapat memahami informasi dengan cepat.
Guru menyadarkan kepada siswa bahwa mereka dapat membangun makna. Siswa
berupaya memperoleh pemahaman yang tinggi dan guru membimbingnya.
Adapun misi utama pendekatan konstruktivisme adalah membantu siswa untuk
membangun pengetahuannya sendiri melalui proses internalisasi, pembentukan
kembali dan melakukan yang baru.
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar
mengkonstruksikan arti sebuah teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain.
Belajar
juga
merupakan
proses
mengasimilasikan
dan
menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai
seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.
Selanjutnya
konstruktivisme,
dalam
Tyler
upaya
mengajukan
mengimplementasikan
saran
berkaitan
teori
dengan
belajar
rancangan
pembelajaran ini sebagai berikut:
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya
dengan bahasa sendiri.
b. Memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
berfikir
tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa.
e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.4
Tujuan dari pembelajaran melalui pendekatan Teori belajar
konstruktivisme ini adalah menghasilkan manusia-manusia yang
memiliki kepekaan (ketajaman baik dalam arti kemampuan berfikirnya,
kemandirian kemampuan menilai proses dan hasil berfikir sendiri),
tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan,
mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus
menerus untuk menemukan diri sendiri yaitu suatu proses "Learn To Be",
serta mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang
luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya.5
2. Cara kerja otak.
Otak kita tidak berfungsi seperti piranti audio atau video. Informasi yang
masuk akan secara kontinyu dipertanyakan. Otak kita akan terus bertanya dan
berfikir. Otak tidak sekedar menerima informasi, tetapi ia mengolahnya. Untuk
mengolah informasi secara efektif, ia akan terbantu dengan melakukan
4
Mohamad Jauhari, Op.cit. hlm: 43.
Ibid.
5
perenungan semacam itu secara eksternal dan juga internal. Otak kita akan
melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi
dengan orang lain dan jika kita diminta untuk mengajukan pertanyaan tentang itu.
Dalam banyak hal, otak kita tidak jauh berbeda dengan komputer. Jika kita
ingin menggunakan komputer, maka kita harus menghidupkannya terlebih dahulu
atau meng “On” kanya. Begitu juga otak manusia dalam proses belajar mestilah
demikian. Proses belajar bukanlah hanya sekedar proses menghafal semata, tetapi
lebih dari itu yakni melihat, meneliti, mencari, menghayati, melatih dan
sebagainya. Lebih lanjut belajar bukan merupakan proses tembak, tetapi belajar
merupakan proses yang berkesinambungan. Belajar membutuhkan kedekatan dan
perlu dihayati dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, dapatlah penulis simpulkan bahwa proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang membutuhkan ketekunan serta
membutuhkan proses panjang yang tidak serba instan. Proses kesinambungan
inilah yang menuntut kerja otak secara bertahap sedikit demi sedikit. Laksana
anak yang akan belajar berjalan yang tentunya membutuhkan waktu lama untuk
dapat berjalan dengan sempurna, begitu juga proses belajar pada diri peserta
didik.
3. Pengertian Pembelajaran Aktif
Model belajar aktif terkait erat dengan motivasi belajar karena adanya
hubungan timbal balik diantara kedua hal tersebut, untuk belajar aktif diperlukan
motivasi belajar yang kuat, sebaliknya belajar aktif akan menyebabkan kegiatan
belajar menjadi lebih berhasil dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar. Dengan motivasi belajar yang meningkat maka peserta didik
dapat membuat keputusan yang positif. Menurut Mulyasa, Pembelajaran aktif
merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas
peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk
dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya. Hal ini diterapkan dalam bentuk pendekatan PAKEM pada
pembelajaran.6
Dalam pembelajaran ini, guru lebih memposisikan dirinya sebagai
fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran
dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai
dalam suatu pembelajaran. Sedangkan peserta didik terlibat secara aktif dan
banyak berperan dalam proses pembelajaran. Sebagai pusat belajar, peserta didik
harus lebih aktif berkegiatan untuk membangun suatu pemahaman, keterampilan,
dan sikap/perilaku tertentu. Aktifitas siswa menjadi penting karena belajar pada
hakikatnya adalah proses yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya untuk
membangun pemahaman (constructivism aproach). Dari proses pembelajaran
aktif akan menyebabkan peserta didik mampu berpikir inovatif dan kreatif.
Belajar aktif merupakan perkembangan teori learning by doing (18591952). Dewey menerapkan prinsip-prinsip “learning by doing”, bahwa
siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Dari rasa
keingintahuan (curriositas) siswa terdapat hal-hal yang belum
diketahuinya, maka akan dapat mendorong keterlibatan siswa secara aktif
dalam suatu proses belajar. Belajar aktif berguna untuk menumbuhkan
6
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005).hlm: 72.
kemampuan belajar aktif pada diri siswa serta menggali potensi siswa dan
guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan
keterampilan, dan pengalaman.7
Peran peserta didik dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat
penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan
siswa belajar, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melakasanakan
kegiatan belajar bermakna, serta mengelola sumber belajar yang diperlukan.
Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru karena siswa dibimbing,
diajar dan dilatih menjelajah, mencari mempertanyakan sesuatu menyelidiki
jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya
secara komunikatif. Siswa diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang
baru diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yang pernah diterimanya.
Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan akan mampu mengenal
dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang mereka miliki. Di
samping itu, siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber
belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa,
berpikir secara sistematis, krisis dan tanggap, sehingga dapat menyelesaikan
masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi yang bermakna baginya.
Belajar aktif menuntut guru bekerja secara profesional, mengajar secara
sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien.
Artinya, guru dapat merekayasa sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara
7
Nursisto, Kiat Menggali Kreativitas, (Yogyakarta: Mitra Gema Widya, 2000), hlm: 43.
sistematis dan menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang
bermakna bagi siswa.8
Mayer menyatakan aktif learning sudah berkembang luas, bahkan hampir
semua teori mengenalkan tentang pembelajaran di mana siswa dapat menentukan
sendiri.9 Bruner juga pernah menjelaskan bahwa asal siswa sudah terlibat dalam
proses pembelajaran, kemudian dapat mengingat kembali informasi yang telah
diberikan sebelumnya, itu sudah dapat dikatakan sebagai siswa aktif. Kemudian
masih menurut Mayer didukung oleh Kirschner, Swller and Clark, siswa aktif
tidak hanya sekedar hadir di kelas, menghafal, mengerjakan soal-soal diakhir
pelajaran, siswa harus terlibat aktif, baik secara fisik maupun mental. Siswa
semestinya aktif melakukan praktek dalam proses pembelajaran. 10
Senada dengan itu Davis menyebutkan aktif learning adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menjadi guru bagi diri
mereka sendiri.11 Joel Wein mengemukakan bahwa aktif learning adalah nama
suatu pendekatan untuk mendidik para siswa dalam proses pembelajaran. Unsur
umum dalam pendekatan ini adalah mengganti peran guru yang selama ini selalu
di depan kelas dan mempersentasikan materi pelajaran, menjadi para siswalah
yang berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri. Guru diubah menjadi
seorang pelatih dan penolong dalam proses tersebut.
Selanjutnya menurut Taslimoharam proses pembelajaran dikatakan aktif
jika mengandung komitmen, tanggung jawab dan motivasi.12 Sementara
8
Ibid
Jamal Ma’mur Asmani, Op.cit. hlm: 67-68.
10
Ibid.
11
Ibid, hlm: 65-66
12
Komitmen (keterlekatan dalam tugas ) artinya materi, metode dan stretegi pembelajaran,
bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa dan bersifat pribadi. Tanggung jawab
9
Kolb berpendapat bahwa proses pembelajaran aktif mencakup melakukan
sesuatu dalam dunia eksternal dengan informasi (membahas, menjelaskan,
atau mengujinya dalam suatu cara tertentu).13 Pada prinsipnya agar kualitas
pembelajaran lebih baik dan efisien perlu diperhatikan faktor-faktor yang
dapat mendorong berjalannya pembelajaran itu, di antara faktor-faktor
tersebut antara lain ialah dimulai dari proses pembelajaran secara baik
berdasarkan tujuan pembelajaran, dan mengakhiri pelajaran dengan baik
pula, serta waktu, konsekuensinya adalah seorang guru perlu
memanfaatkan waktu seefesien mungkin.14
Pembelajaran
aktif
adalah
segala
bentuk
pembelajaran
yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri
baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam
proses pembelajaran tersebut. Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi
oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran
analisis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
b. Siswa tidak hanya belajar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang
berkaitan dengan materi pelajaran,
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan
materi pelajaran,
d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi,
merupakan suatu proses pembelajaran yang memberi wewenang pada siswa untuk kritis. Guru
lebih banyak mendengar dari pada bicara, menghormati ide-ide siswa, memberi pilihan dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memutuskan sendiri. Motivasi, itu harus lahir dari
diri siswa berdasarkan minat dan inisiatif sendiri bukan dorongan dari luar baik lingkungan dan
orang lain.
13
Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efekif, (Yogyakarta: Diva Press,
2011), hlm: 160.
14
Salfen Hasri, Sekolah Efektif dan Guru Efektif, (Yogyakarta: Aditya Media, 2009),
hlm: 59.
1.
Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.15
Selain karakteristik tersebut, secara umum suatu proses pembelajaran
aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul
selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana
konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersamasama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian
untuk setiap siswa sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses
pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat
kerja sama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.16
Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga
penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas (1972)
menunjukkan bahwa setelah 10 menit pelajaran, siswa cenderung akan
kehilangan konsentrasinya untuk mendengar pelajaran yang diberikan oleh
pengajar secara pasif. Hal ini tentu saja akan makin membuat pembelajaran
tidak efektif jika pembelajaran terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk
memperbaikinya. Dengan menggunakan cara-cara pembelajaran aktif hal tersebut
dapat dihindari. Pemindahan peran pada siswa untuk aktif belajar dapat
mengurangi kebosanan ini bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang besar
pada siswa. Pada akhirnya hal ini akan membuat proses pembelajaran mencapai
learning outcomes yang diinginkan.17
15
Eveline Siregar, Op.Cit, hlm: 76.
Ibid.
17
Ibid.
16
Paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif mengharuskan guru untuk
mengubah cara pandang terhadap pembelajaran. Dalam persiapan mengajar, guru
lebih memikirkan/memfokuskan penciptaan pengalaman baru bagi siswa. Melalui
pengalaman tersebut, siswa dapat mengembangkan pengetahuannya. Guru
mengolah kurikulum yang tepat sehingga dengan pemahaman konsep yang benar
yang dibentuk siswa, memungkinkan dapat menghubungkannya dengan
pemahaman sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan
pemahaman terhadap konsep baru.
Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat memahami dan memandang
bahwa pembelajaran itu baru bisa dikatakan aktif agaknya harus ada ketelibatan
langsung kedua belah pihak yakni antara guru dan siswa, namun keterlibatan itu
lebih didominasi oleh siswa sehingga guru hanya sebagai fasilitator dan mediator
yang menggiring fisik dan psikis siswa secara keseluruhan.
4. Urgensi dan kelebihan Pembelajaran Aktif
Dalam Active Leaning, Mel Silbermen mengawali tulisannya dengan
mengutip kata-kata bijak Konfusius, seorang filosof Cina yang hidup lebih dari
2400 tahun lalu “Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat,
apa yang saya kerjakan saya paham”. Ungkapan filosof itu dikembangkan
menjadi apa yang disebut dengan Active learning credo. “Apa yang saya dengar
saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat sedikit, apa yang saya dengar,
lihat, dan saya tanyakan, atau didiskusikan saya mulai paham. “Apa yang saya
dengar, lihat, diskusikan, dan saya kerjakan, saya peroleh pengetahuan dan
keterampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai”. 18
Secara implisit Mel Silberman ingin menunjukan bahwa belajar lebih
bermakna dan bermanfaat apabila siswa menggunakan semua alat indra, mulai
dari telinga, mata sekaligus berfikir mengolah informasi dan ditambah dengan
mengerjakan sesuatu. Dengan mendengarkan saja kita tidak dapat mengingat
banyak dan akan mudah lupa. Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran
dengan maksud ingin menjadikan siswa giat dan aktif dalam pembelajaran. Proses
ini terjadi dua arah antara guru dan siswa, namun demikian proses pembelajaran
tetap terfokus pada peseta didik. Dengan pembelajaran aktif belajar aken lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya,
oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba
untuk membuat apa yang dipelajari siswa di sekolah agar dapat dipergunakan
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Berikut ini penulis paparkan beberapa kelebihan pembelajarn aktif antara
lain yaitu:
a. Mengajak siswa untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran.
b. Meningkatkan minat dan tantangan bagi siswa.
c. Melalui pembelajaran aktif guru dan siswa dapat memodelkan berbagai
macam teknik pemecahan masalah.
d. Mengembangkan sistem dukungan sosial kepada siswa.
18
Hisyam Zaini, dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Center
For Teaching Staff Development, 2002), hlm: 112.
e. Menggugah siswa untuk mencari bantuan dan menerima tutor sebaya dari
teman-temanya.
f. Memungkinkan adanya interaksi dua arah yang aktif.
g. Memungkinkan siswa untuk saling berinteraksi secara aktif. 19
5. Prinsip Pembelajaran Aktif
Dalam rangka untuk melaksanakan pembelajaran aktif, sebagai tenaga
pengajar hendaknya memahami komponen-komponen belajar aktif itu untuk lebih
jelasnya dapat dilihat seperti di bawah ini:
a. Pengalaman
Pengalaman atau Mengalami (experience) adalah suatu kejadian yang
telah dialami oleh siswa. Jika peserta didik hanya mendengarkan paparan dari
gurunya, tidak mencobanya melalui sejumlah praktek sebagai pengalaman belajar,
maka kualitas perolehannya menjadi rendah. Jadi pengalaman itu sangat penting
bagi siswa.20
Hal-hal yang selalu dilakukan siswa terkait dengan pengalaman aktivitas
belajar di kelas antara lain:
1) Siswa melakukan pengamatan
2) Siswa melakukan percobaan
3) Siswa membaca
4) Siswa melakukan wawancara
5) Siswa membuat sesuatu.21
19
Evaline Siregar Lok.Cit.
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm: 51.
21
Ibid.
20
b. Interaksi
Interaksi adalah saling mempengaruhi atau saling berhubungan satu
dengan yang lainnya.22 Interaksi dalam pembelajaran selalu berdasarkan
konteksnya, konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang
berinteraksi dan berkomunikasi. Interaksi juga sebagai suatu pertalian sosial antar
individu sedemikian rupa sehingga individu yang bersangkutan saling
mempengaruhi satu sama lainnya.23 Interaksi tersebut terdiri dari beberapa aspek:
1) Aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan,
warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta didik yang
berkomunikasi, alat dan media pembelajaran yang tersedia untuk
menyampaikan materi pelajaran
2) Aspek psikologis seperti sikap, kecenderungan guru dan peserta didik,
prasangka, dan emosi.
3) Aspek sosial seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik
budaya dan sebagainya.
4) Aspek waktu yaitu kapan berinteraksi dan berkomunikasi.
Selanjutnya hal-hal yang selalu dilakukan siswa terkait dengan Interaksi
belajar di kelas antara lain:
1) Siswa mengajukan petanyaan
2) Siswa berdiskusi kelompok
3) Siswa melempar pertanyan
22
Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm: 5.
23
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm: 164.
4) Siswa memberi komentar terhadap jawaban guru
5) Siswa aktif bekerja dalam kelompok
c. Komunikasi
Komunikasi sebenarnya merupakan proses personal, karena makna atau
pemahaman yang diperoleh pada dasarnya bersifat pribadi. Namun demikian
komunikasi sebenarnya bersifat dinamis, sehingga respon verbal dan non verbal
bisa langsung diketahui pendidik. Komunikasi ini menekankan pada komunikasi
dua arah di mana penerima dan pemberi pesan bagi pendidik dapat mengubah
kualitas pemahaman terhadap materi pelajaran. Hal-hal yang dilakukan oleh siswa
terkait dengan aktivitas komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain:
1) Siswa mendemonstrasikan
2) Siswa mengemukakan pendapatnya
3) Siswa melakukan persentasi kerjanya
4) Siswa memajangkan hasil kerjanya
5) Siswa menceritakan hasil kerjanya.
d. Refleksi
Refleksi diartikan sebagai berfikir mengenai pengalaman sendiri dari masa
lalu atau melakukan intropeksi. Refleksi dilakukan oleh peserta didik
setelah melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk pengalaman belajar,
peserta didik antara satu dengan yang lainnya melakukan analisis,
pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan tindak lanjut pengalaman
belajar yang telah dilalui.24
Pada tahap ini siswa memikirkan kembali apa yang telah diperbuat dan
yang akan diperbuat di waktu pelajaran selanjutnya. Setelah melihat prinsipprinsip di atas, sepertinya tenaga pendidik harus mampu menjalankan prinsip
24
Ibid.
tersebut jika ingin pembelajaran aktif itu terlaksana dengan baik dan benar.
Mengalami, interaksi,
komunikasi, dan refleksi
itu artinya melakukan
pengamatan, percobaan (mengalami) kemudian didiskusikan, tanya jawab, atau
lempar pertanyaan ke yang lain (interaksi) kemudian interaksi tadi dilaksanakan
oleh guru dan siswa (komunikasi) dengan sendirinya setelah siswa mendapatkan
proses mengalami, interaksi dan komunikasi yang baik maka siswa akan mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran itu sehingga ada perubahan dan makna
dalam kehidupan siswa (refleksi).
6. Ciri-Ciri Pembelajaran Aktif
Untuk memudahkan dalam memahami apakah pembelajaran itu aktif atau
tidak maka perlu penulis paparkan ciri-ciri pembelajaran yang aktif sebagai
berikut:
a. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
b. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.
c. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik.
d. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
e. Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi
f. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya.
g. Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan).25
h. Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.
i. Siswa aktif dan asyik berbuat /bekerja dalam kegiatan pembelajaran.
j. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media belajar
25
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, Panduan Pengembangan Pendekatan
Belajar Aktif; Buku I Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan NilaiNilai Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Alexa, 2010).
k. Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
l. Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar.
i. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak.26
Sementara itu, untuk mengimplementasikan pembelajaan aktif ini banyak
sekali strategi atau metode pembelajaran yang dapat diterapkan. Pada hakekatnya
pembelajaran aktif tidak bisa berjalan secara sendiri tanpa intervensi dari guru
dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran.
7. Contoh Metode Pembelajaran Aktif
Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat
alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. 27 Beberapa
metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru dalam
pembelajaran aktif antara lain seperti:
a. Metode pengalaman penting
b. Metode tes acak
c. Metode panduan membaca
d. Metode resume kelompok
e. Metode curah pendapat
f. Metode studi kasus
g. Metode demonstrasi
h. Metode penemuan
26
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm: 76.
27
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm: 3.
i. Metode jigsaw28
j. Metode kegiatan lapangan
k. Metode ceramah
l. Metode diskusi kelompok
m. Metode pembicara tim
n. Metode tulis berantai
o. Metode debat
p. Metode bermain peran
q. Metode simulasi
r. Metode tugas proyek
s. Metode presentasi.29
t. Metode penilaian sejawat
u. Metode kunjung karya.
Berkaitan dengan hal tersebut, dapat pula penulis kemukakan juga guru
yang aktif adalah guru yang memberikan umpan balik, mengajukan pertanyaan
yang menantang, mendiskusikan gagasan siswa dan sebagainya.30 Hal ini sejalan
dengan maksud undang-undang seperti yang termaktub di bawah ini:
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa pendidik merupakan tenaga
professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
28
Melvin. l Silberman, Aktif Learning 101 Cara Belajar Aktif, (di Terjemahkan Oleh
Raisul Muttaqien), (Bandung: Nusa Media, 2012), hlm: 88.
29
Hamdani, Lok. Cit. hlm: 163.
30
Mohammad Jauhar, Op.cit, hlm: 89.
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.31
Kemudian
dapat
penulis
kemukakan
bahwa,
jika
kita
ingin
mengimplementasikan pembelajaran aktif tersebut dengan benar kita harus
mengetahui teknik penerapan pembelajaran aktif melalui setting kelas yang
variatif dan dinamis karena peserta didik dalam suatu kelas biasanya memiliki
kemampuan beragam, ada yang memiliki tingkat kepandaian yang tinggi, sedang,
dan rendah atau kurang.
Menurut pandangan psikologi pendidikan, sebenarnya tidak ada peserta
didik yang pandai atau bodoh yang lebih tepat adalah peserta didik dengan
kemampuan lambat atau cepat dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi
peserta didik satu memerlukan dua kali pertemuan untuk memahami isinya,
namun bagi peserta didik lain perlu empat kali pertemuan atau lebih untuk dapat
menyerapnya.
Karena itu guru perlu mengatur kapan peserta didik bekerja secara
perorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal. Jika harus dibentuk kelompok,
kapan peserta didik dikelompokkan berdasarkan kemampuanya sehingga mereka
dapat berkonsentrasi membantu peserta didik yang kurang dan kapan peserta didik
dikelompokkan secara campuran berbagai kemampuan sehingga terjadi tutor
sebaya.
Dalam kerangka mewujudkan desain belajar siswa maka pengaturan ruang
kelas dan siswa (setting cllas) merupakan tahap yang penting dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Karena itu, kursi, meja dan ruang belajar
31
Hamzah B. Uno & Masri Kuadrat, loc.cit.
perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran
yang dapat mengaktifkan peserta didik. Hal-hal tersebut sebagai berikut:
a. Aksebilitas artinya peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang
tersedia.
b. Mobilitas artinya peserta didik kebagian lain dalam kelas.
c. Interaksi artinya memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik
maupun antar peserta didik.
d. Variasi kerja peserta didik artinya memungkinkan peserta didik bekerjasama
secara perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Lingkungan fisik dalam ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif, pada
dasarnya tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada beberapa
pilihan yang dapat diambil sebagai variasi dekorasi interior kelas perlu dirancang
yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif.
8. Formasi Ruang Kelas yang Aktif
Ada setidaknya 10 macam formasi kelas dalam kerangka mendukung
penerapan pembelajaran aktif. Setting atau formasi kelas berikut ini tidak
dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya sebagai
alternatif dalam penataan ruang kelas. Jika meubeler (meja atau kursi) yang ada di
ruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin
menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang
diinginkan pendidik, antara lain sebagai berikut:
a. Formasi Huruf U.
b. Meja konferensi.
c. Formasi Lingkaran.
d. Kelompok pada Kelompok.32
e. Ruang Kerja.
f. Pengelompokkan Berbencar (Breakout Grouping).
g. Formasi tanda pangkat.
h. Ruang Kelas Tradisional.
i. Auditorium/ Aula.33
9. Ciri-ciri Guru yang Melaksanakan Pembelajaran Aktif
Untuk memudahkan menilai apa guru melaksanakan pembelajaran aktif
atau tidak bisa dilihat dari sikap guru tersebut. Setidaknya ada 11 sikap yang bisa
dilihat sebagai berikut:
a. Terbuka, artinya mau mendengarkan pendapat siswa.
b. Membiasakan siswa mendengarkan ketika guru menjelaskan pelajaran.
c. Menghargai perbedaan pendapat.
d. Mentolerir perbuatan siswa yang salah dan mendorong supaya
memperbaiki.
e. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa.
f. Memberikan umpan balik terhadap hasil belajar siswa.
g. Tidak terlalu cepat membantu siswa.
h. Tidak kikir untuk memuji dan menghargai hasil karya siswa.
i. Tidak mentertawakan pendapat siswa yang kurang tepat.
j. Mendorong siswa agar tidak takut dalam melakukan kesalahan.
32
Melvin L. Silberman, Op.cit. hlm: 38.
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasil,
2011), hlm: 57
33
k. Mendorong siswa agar mengeluarkan pendapat sekalipun itu salah.34
10. Pengertian Pembelajaran Efektif
Sebelum membahas pembelajaran efektif, terlebih dahulu kita melihat
pengertian dari efektif. Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ”effective”
yang dapat diartikan mempunyai efek (akibat, pengaruh, kesan) atau dapat pula
diartikan membawa hasil, berhasil guna. Selain itu efektif tidak hanya
diorientasikan pada hasil tetapi juga proses yang ada dalam mencapai tujuan. 35
Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang
berorientasi pada program pembelajaran berkenaan dengan usaha mempengaruhi,
memberi efek, yang dapat membawa hasil sesuai dengan tujuan maupun proses
yang ada di dalam pembelajaran itu sendiri.36
Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap
elemen, berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa tenang, puas dengan
hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana dan prasarana yang memadai
serta materi, metode dan media yang sesuai serta guru yang professional.
Juga keberhasilan proses pembelajaran banyak tertumpu pada sikap dan
cara belajar siswa, baik perorangan maupun kelompok, selain itu,
tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran
dengan tepat merupakan faktor pendorong dan pemeliharaan kegiatan
belajar siswa yang produktif, efektif dan efisien.37
Sementara itu menurut Makmun38 pembelajaran dapat dikatakan efektif
(effective) berhasil guna, jika membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar
itu, mencapai sasaran atau minimal mencapai indikator yang telah ditetapkan, di
samping itu penting banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat siswa.
34
Hamdani, Op.Cit. hlm: 52.
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2008), hlm: 6.
36
Www. Word press. Com. Pembelajaran Efektif, 19/03/2011.
37
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm:
35
147.
38
Saiful Sagala, Op.cit, hlm: 174.
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru,
dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan
yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan cara melibatkan
seluruh peserta didik dalam merencanakan proses pembelajaran. Pendapat senada
dikemukakan oleh Khaerudin dan Mahfud Junaedi yang menyatakan, bahwa
Pembelajaran dikatakan efektif jika peserta didik mengalami berbagai pengalaman
baru dan perilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang
diharapkan.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif,
karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Pembelajaran ini juga perlu ditunjang oleh suasana dan
lingkungan yang memadai. Untuk itu, guru harus mampu mengelola
tempat belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan
pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumbersumber belajar.39
Pembelajaran efektif mencakup 4 dimensi:
a. Konteks. Merupakan situasi/latar belakang yang mempengaruhi tujuan
dan
strategi
yang
dikembangkan.
Misalnya
berupa
kebijakan
departemen, sasaraan yang ingin dicapai oleh unit kerja dan sebagainya.
b. Masukan (input). Mencakup bahan, peralatan dan fasilitas yang
disiapkan untuk keperluan program. Misalnya dokumen, kurikulum, staf
pengajar, media pembelajaran dan sebagainya.
c. Proses. Merupakan pelaksanaan yang nyata dari program pendidikan di
kelas/lapangan.
39
Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi
Siswa, (Jakarta: Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), hlm: 89.
d. Hasil atau product. Merupakan hasil keseluruhan yang dicapai oleh
program. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kompetensi
siswa.40
Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan tentang pengertian dari
pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang berorientasi pada program
pembelajaran berkenaan dengan usaha mempengaruhi, memberi efek yang dapat
membawa hasil sesuai dengan tujuan maupun proses yang ada di dalam
pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat penulis simpukan bahwa
pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang berhasil guna, mencapai
sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di
samping itu juga yang paling penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru
yang diperoleh siswa serta guru juga diharapkan memperoleh pengalaman baru
sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
11. Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Efektif
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, guru harus dapat
mengembangkan pembelajaran yang efektif dan harus memperhatikan beberapa
prinsip kegiatan pembelajaran efektif. Banyak ahli yang mengemukakan tentang
prinsip-prinsip belajar yang memiliki persamaan dan perbedaan. Akan tetapi
terdapat prinsip dasar. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dasar pembelajarn efektif
antara lain:
40
Www. Word press. Com./pembelajaran efektif.19/03/2011.16.00 pm.
a. Perhatian. Peranan perhatian sangat penting dimiliki oleh siswa
karena dari kajian dari teori belajar pengolahan informasi terungkap
bahwa tanpa adanya perhatian dari siswa tak mungkin terjadi belajar.41
b. Motivasi. Motivasi juga memegang peranan yang sangat penting
dalam proses pembelajaran.
c. Keaktifan. Belajar akan terjadi jika seorang siswa benar-benar aktif
dalam melakukan kegiatan pembelajaran sendiri.
d. Keterlibatan langsung. Dalam belajar, siswa tidak hanya mengamati,
tetapi harus menghayati, terlibat langsung dan bertanggung jawab
terhadap proses dan hasilnya.
e. Pengulangan.
Pengulangan
merupakan
prinsip
belajar
yang
berpedoman kepada pepatah “latihan menjadikan sempurna”.42 dengan
pengulangan maka daya-daya yang ada pada individu akan
berkembang.
f. Tantangan. Agar siswa dapat mengatasi hambatan, maka belajar harus
dapat menimbulkan motivasi untuk dapat mengatasi hambatan
tertentu.
g. Penguatan. Dalam belajar seorang siswa akan bersemangat jika
mengetahui akan mendapatkan nilai baik atau yang menyenangkan.
h. Perbedaan Individu. Perbedaan individu sangat berpengaruh pada cara
dan hasil belajar siswa.
41
Ibid, hlm: 192.
Ibid.
42
12. Indikator Pembelajaran yang Efektif
Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika proses
belajar mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atau
ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya. Untuk menentukan
keefektifan sebuah proses pembelajaran perlu adanya indikator-indikator yang
jelas. Wotruba dan Wright memandang berdasarkan pengkajian dan hasil
penelitian, mengindentifikasikan ada 7 (tujuh) indikator yang dapat menunjukkan
pembelajaran yang efektif, yaitu:
a. Pengorganisasian materi yang baik.
b. Komunikasi yang efektif.
c. Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran.
d. Sikap positif terhadap siswa.
e. Pemberian nilai yang adil.
f. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran.
g. Hasil belajar yang baik.43
13. Suasana Pembelajaran yang Aktif dan Efektif
Sebagai seorang guru, dalam melaksanakan proses pembelajaran harus
memahami
bagaimana
suasana
pembelajaran
yang
Aktif,
efektif
dan
Menyenangkan. Berikut ini dapat penulis paparkan karakteristik suasana
pembelajaran yang aktif, efektif antara lain sebagai berikut:
a. Ruangan perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang
dilaksanakan.
43
Hamzah B. Uno, Nurdin Mohammad, loc.cit.
b. Susunan bangku peserta didik dapat diubah-ubah disesuaikan dengan
keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Peserta didik tidak selalu duduk dikursi tetapi dapat duduk di tikar.
d. Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam
kelas maupun di luar kelas.
e. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
f. Alat sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya
kembali.44
Beberapa ahli pendidikan menjelaskan bahwa peran guru dalam proses
pembelajaran sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran yang
optimal. Dalam melaksanakan tugasnya guru harus memainkan peranya sebagai
manusia sumber, komunikator, mediator, pembimbing dan penilai. Meskipun pada
hakekatnya guru adalah fasilitator.
Peran guru sebagai manusia sumber masih menjadi sorotan utama
dimasyarakat, termasuk siswa menganggap bahwa guru mengetahui segala
sesuatu dan bisa menjawab semua pertanyaan yang diutarakan, kenyataan ini
membuat guru harus mampu menguasai materi pelajaran dan jangan coba-coba
bediri di depan kelas apabila tidak menguasai materi pelajaran yang akan dibahas.
44
Iif Khoiru Ahmadi dan Sopan Amri, PAIKEM GEMBROT, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2011), hlm: 75.
14. Ciri-ciri pembelajaran yang Efektif.
Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana
memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting
untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui
dengan ciri.
1. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental
ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya,
kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari
pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
2. Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan
kelas menjadi hidup.
3. Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi
seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
4. Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan
yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang
rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri,
menghargai pendapat orang lain.45
5. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
6. Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk
mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang
45
Wina sanjaya, Op. Cit, hlm:147
besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak
menggantungkan pada diri orang lain.
7. Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul,
mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai
perbaikan, jika diperlukan.
Selain itu Ciri pengajaran Efektif juga dapat diketahui dengan:
a. Berpusat pada siswa
b. Interaksi edukatif, Guru-Siswa
c. Suasana demokratis
d. Metode yang bervariasi
e. Bahan belajar bermanfaat
f. Lingkungan kondusif
g. Suasana belajar menunjang.46
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengamati hubungan guru siswa
para peneliti pendidikan misalnya telah bekerja untuk menggambarkan perilaku
kelas (classroom behavior) secara sistematik dalam empat dekade. Untuk itu
mereka paling tidak telah mengenali dua cara mengamati kelas. Metode pertama
adalah yang disebut “sign system” yaitu suatu sistem di mana kejadian-kejadian
sudah ditentukan sebelumnya yang akan menjadi obyek pengamatan. Pendekatan
kedua adalah “category system”. Metode ini menempatkan berbagai perilaku
46
Ibid.
siswa dalam kelas.47 Kemudian akan penulis berikan beberapa pandangan tentang
mengajar dalam persfektif efektif sebagai berikut:
a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak.
b. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak.
c. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi
proses belajar.
d. Mengajar adalah usaha mengoptimalkan kegiatan belajar.48
Mengajar dikatakan berhasil dalam pandangan pembelajaran efektif
apabila anak-anak belajar dan menguasai bahan pelajaran hendaknya mereka
berprinsip bahwa belajar bagi mereka adalah mengubah kelakuan serta hasil yang
diharapkan bukan hanya bersifat pengetahuan, akan tetapi juga sikap,
pemahaman, perluasan minat, penghargaan norma-norma, kecakapan, dan
meliputi seluruh pribadi anak.49
Berkaitan dengan mengajar, maka ada beberapa pola mengajar yang dapat
dipertimbangkan oleh guru agar kegiatan belajar mengajar di kelas yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa dapat berjalan secara teratur. Dalam pola
mengajar ini akan sekaligus tercerminkan sikap guru, kegiatan siswa dan interaksi
di antara keduanya. Sedangkan pemilihan pola mengajar inipun biasanya
dilakukan atas pertimbangan:
59
Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar, (Bandung: Alfa Beta, 2008),
hlm: 14-16.
48
W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2011), hlm: 72.
61
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Cet. Ke-4, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
hlm: 13.
a. Tujuan pengajaran
b. Karakteristik bahan yang akan diajarkan.
c. Alokasi waktu yang tersedia.
d. Karakteristik siswa.
e. Kemampuan guru itu sendiri.50
Selanjutnya penulis paparkan juga beberapa prinsip yang berlaku umum
untuk semua guru yang baik yaitu :
a. Guru yang baik memahami dan menghormati murid.51
b. Guru yang baik harus menguasai bahan pelajaran yang diberikannya
c. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran
d. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan
individu
e. Guru yang baik mengaktifkan murid dalam hal belajar
f. Guru yang baik memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka
g. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid
h. Guru mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya
i. Guru jangan terikat oleh satu buku pelajaran
j. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan
pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan
pribadi anak.
62
Buchari Alma, dkk, Guru Propesional, (Bandung: Alfa Beta, 2008 ), hlm: 96.
Guru sebagai manusia menghadapi murid sebagai manusia pula dan bukan sebagai tong
kosong atau sebagai makhluk yang lebih rendah dari dirinya. Anak itu adalah manusia penuh yang
berhak atas perlakuan hormat dari guru agar kelak menjadi warga negara dewasa yang dihormati
dan menghormati orang lain.
63
Untuk memperoleh pembelajaran yang efektif guru harus memperhatikan
aspek-aspek sosial, emosional, dan etis siswa. Siswa harus dapat hidup dalam
masyarakat dan harus belajar bekerja sama dengan orang lain yang berlainan
dengan dirinya tentang pendirian, agama, suku bangsa, jenis kelamin dan
sebagainya.52
15. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Aktif dan Efektif
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada dasarnya banyak sekali faktor
yang mempengaruhi sebuah proses pembelajaran. Begitu juga halnya dengan
pembelajaran aktif dan efektif ini. Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
a. SDM Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu model, strategi, metode dan tipe pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun
bagus dan idealnya suatu metode, model, strategi dan tipe pembelajaran tidak
mungkin bisa diaplikasikan. Demikian jugalah halnya dengan pembelajaran aktif
dan efektif. Dalam menerapkan pembelajaran aktif dan efektif membutuhkan guru
yang kreatif, yang mampu mencari celah di tengah keterbatasan, kepenatan, dan
kejenuhan siswa. Guru aktif mampu menyegarkan suasana, membangkitkan
semangat dan memompa potensi siswa.
b. Siswa
Dalam mewujudkan pembelajaran aktif dan efektif itu membutuhkan siswa
yang aktif, kritis, analistis, dan responsif. Dengan mentalitas seperti ini,
64
S. Nasution, loc.cit.
pembelajaran akan berjalan dengan baik, berkualitas, dan penuh makna, siswa
semakin kaya akan pengetahuan wacana dan informasi. Kedewasaan dan
kematangan akan tumbuh dalam berdiskusi.
Selanjutnya penulis sampaikan juga masih faktor yang berasal dari dalam
diri siswa terdiri dari dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis.
1) Aspek Fisiologis
Kondisi kesehatan tubuh secara umum mempengaruhi semangat dan
konsentrasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Tubuh yang lemah dan
mudah sakit dapat menurunkan kualitas kognitif siswa, sehingga materi pelajaran
menjadi sulit dicerna. Selain kebugaran tubuh, kondisi organ-organ tubuh lainnya
perlu mendapat perhatian, karena tingkat kesehatan indera pendengaran dan
penglihatan sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi.
Faktor kelemahan fisik yang terdapat pada siswa yang dapat mempengaruhi
efektifitas pembelajaran yaitu:
a) Pusat susunan saraf tidak berkembang secara sempurna karena luka atau
cacat atau sakit sehingga membaca gangguan yang cenderung menetap.
b) Panca indera (mata, telinga, alat bicara) berkembang kurang sempurna,
sehingga menyulitkan proses interaksi secara efektif.
c) Perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya kelenjar tubuh, sehingga
mengakibatkan kelainan perilaku dan gangguan emosional.
d) Cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, yang dapat
mengakibatkan kurang percaya diri siswa.
e) Penyakit menahun yang dapat mengakibatkan hambatan pada siswa secara
optimal.53
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
pembelajaran yang dapat diperoleh siswa, yaitu:
a) Tingkat Kecerdasan atau Intelegensi Siswa
Intelegentasi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psikofisik untuk mereaksi terhadap rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
intelegensi tidak semata-mata mengenai kualitas otak saja, tetapi juga kualitas
organ tubuh lainnya, walau peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi
lebih menonjol dibandingkan dengan organ tubuh lainnya karena otak sebagai
menara mengontrol seluruh aktivitas manusia.
b) Sikap dan Minat Siswa
Sikap adalah gejala internal berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap suatu objek, baik yang berupa
orang, barang, dan lain sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Kecenderungan tersebut dapat memberikan penilaian tentang sesuatu, yang
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan.
65
Hamzah, Loc-cit.
Sedangkan minat adalah suatu rasa lebh suka atau rasa keterkaitan pada suatu hal
tertentu.54
c) Bakat Siswa
Bakat adalah kemampuan potensial individu untuk mencapai keberhasilan
dimasa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap anak memiliki
bakat dalam arti berpotensi dalam mencapai prestasi sampai dengan tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Dengan demikian secara
umum bakat tersebut hampir sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang
anak dapat berintelegensi sangat cerdas.
c. Sarana dan Prasarana
Sarana
adalah
segala
sesuatu
secara
langsung
terhadap
proses
pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan dan
lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah sesuatu yang secara tidak langsung
dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju
sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Begitu juga dengan
mengimplementasikan pembelajaran aktif dan efektif harus sarana dan prasaran
yang representatif misalnya ketika guru ingin ada ruang diskusi yang berkualitas
dan
dipenuhi
berbagai
koleksi
buku
diperpustakaan
maka
dibutuhkan
perpustakaan yang menyediakan ruang diskusi.55
d. Pengawasan
Selain Sumber Daya Manusia (SDM), guru, siswa dan prasarana ada satu
hal yang sangat penting yaitu pengawasan. Guru perlu pengawasan dalam
54
M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif Dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang Berhasil”, (Lombok: Holistica, 2013), hlm: 17.
67
Jamal Makmur Asmani, loc.cit.
pengajaranya.
Dalam
mengaplikasikan
pembelajaran
aktif
dan
efektif,
pengawasan harus lebih ditingkatkan dengan adanya pengawasan langsung, guru
akan terdorong untuk menerapkan pembelajaran aktif dan efektif. Kepala sekolah
dan pihak-pihak terkait seperti Dinas pendidikan dan Kementerian Agama
semestinya memberikan pengawasan intesif untuk memberdayakan guru agar
mereka bisa mengaplikasikan pembelajaran aktif dan efektif disisi lain kepala
sekolah juga harus mampu memberikan keteladanan, bimbingan dan arahan dalam
aplikasi tersebut. Tanpa keteladanan, program sebaik apapun tidak akan berjalan
secara konsiten dan efektif.
e. Anggaran
Hal yang juga sangat penting dan mendasar dalam setiap program kerja
adalah anggaran atau dana. Anggaran sangat dibutuhkan untuk menggerakkan
program. Untuk mengaplikasikan pembelajaran aktif dan efektif membutuhkan
anggaran besar seperti fasilitas buku, ruangan, dan lain sebagainya. Suatu contoh
ketika pelajaran fikih guru ingin mempraktekkan cara merawat jenazah maka
diperlukan perlengkapan yang tidak sedikit, atau dalam pembelajaran PKn akan
diadakan studi banding kelembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif supaya
terjadi pematangan konsep maka diperlukan anggaran yang tidak sedikit.
16. Hakikat Sertifikasi
Sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru
bimbingan dan konseling atau konselor, dan guru yang diangkat dalam jabatan
pengawas satuan pendidikan.56 Sertifikasi guru bertujuan untuk:
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik profesional,
b. Meningkatkan proses dan hasil pembelajaran,
c. Meningkatkan kesejahteraan guru,
d. Meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu.
Sertifikasi guru diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Bentuk
peningkatan kesejahteraan tersebut berupa pemberian tunjangan profesi bagi guru
yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lain sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus
Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus bukan Pegawai
Negeri Sipil (swasta).
Pelaksanaan kegiatan sertifikasi guru dalam jabatan akan melibatkan
banyak instansi yang terkait, antara lain Dinas pendidikan, Kementrian Agama,
bahkan Perguruan Tinggi seperti UIN, UNRI, UNAN dan sebagainya. Hal ini
bertujuan agar dapat dilakukan penjaminan mutu terhadap mekanisme dan
prosedur pelaksanaannya, maka diperlukan Pedoman Sertifikasi bagi Guru dalam
Jabatan.
56
Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, (Bandung: Yrama Widya,
2010), hlm: 160.
a. Dasar Hukum Sertifikasi Guru
Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru adalah sebagai berikut.
1) Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
2) Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru.
5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
7) Keputusan Mendiknas Nomor 056/O/2007 tentang Pembentukan
Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
8) Keputusan
Mendiknas
tentang
Penetapan
Perguruan
Tinggi
Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan.
b. Tujuan dan Sasaran Sertifikasi Guru
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pedoman sertifikasi guru
ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi guru yang mengikuti sertifikasi baik
melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio maupun pemberian
sertifikat pendidik secara langsung. Sasaran utama pedoman ini adalah guru
dalam jabatan baik guru PNS maupun non PNS yang telah memenuhi syaratsyarat dan ketentuan yang telah berlaku dalam sertifikasi. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.57
Sertifikat Pendidik bagi Guru diperoleh melalui program pendidikan
profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan
oleh Pemerintah maupun Masyarakat, dan ditetapkan oleh Pemerintah. 58 Guru
yang telah disertifikasi adalah guru yang telah mendapatkan prediket sebagai guru
yang profesional. Oleh karena itu, tuntutan dari seorang guru yang profesional
harus memiliki empat kompetensi yang semestinya melekat pada jiwa seorang
guru yang profesional. Keempat kompetensi tersebut adalah Kompetensi
Pedagogik, kompetensi Kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional.59
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi antara lain
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta
didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi
57
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
Bab 1 Pasal 1.
58
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Bagian
kedua Pasal. 4.
59
Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 60
Sementara
Kompetensi
kepribadian
sekurang-kurangnya
mencakup
kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana,
demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari
Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi
lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi
dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua
atau wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku dan menerapkan prinsip
persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.61
Kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang
diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu; dan
60
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 3
ayat 4.
61
Syaiful Sagala Loc.cit.
2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
c. Prinsip Sertifikasi Guru
1) Sertifikasi guru dilaksanakan secara objektif, transparan, dan
akuntabel.
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang
impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional.
Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi guru yang memberikan
peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses
informasi tentang proses dan hasil sertifikasi guru. Akuntabel merupakan proses
sertifikasi
guru
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
kepada
pemangku
kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.
2) Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui
peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru
Sertifikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam meningkatkan mutu
guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah
lulus uji sertifikasi guru dan memenuhi syarat lain sesuai dengan ketentuan akan
diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku,
baik bagi guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun bagi guru yang
berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil (swasta). Dengan peningkatan mutu dan
kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan
mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
3) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang‐undangan
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi
amanat Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru.
4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Agar pelaksanaan program sertifikasi guru dapat berjalan dengan efektif
dan efisien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi guru
mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru
mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru mencakup kompetensi
inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru TK/RA, guru
kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran.
5) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah
Untuk alasan keefektifan dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta
penjaminan kualitas hasil sertifikasi guru, jumlah peserta pendidikan profesi dan
uji kompetensi setiap tahun ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang
ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta sertifikasi
guru untuk masing‐masing provinsi dan kabupaten/kota. Penyusunan dan
penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah data individu guru per
Kabupaten/Kota yang masuk di pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
17. Kriteria Guru yang Profesional
Secara harfiah kata profesi berasal dari kata profession (Inggris) yang
berasal dari bahasa Latin Profesus yang berarti mampu atau ahli dalam sesuatu
bentuk pekerjaan. Profesi adalah suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi
intelektual dan latihan yang khusus.62 Pekerjaan yang profesional berarti suatu
pekerjaan yang menuntut pelakunya memiliki keahlian khusus dalam bidangnya
masing-masing. Berdasarkan pengertian di atas dapat menulis simpulkan bahwa
yang dikatakan guru yang profeional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa
yang diajarkan, mampu mengajarkannya secara efektif, efisien dan berkepribadian
mantap. Oemar Hamalik dalam Kusnadi mensyaratkan guru profesional harus:
a. Memiliki bakat sebagai guru.
b. Memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi
d. Memiiliki mental yang sehat
e. Berbadan sehat
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
g. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik.63
Selanjutnya, ciri-ciri guru yang profesional adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai komitmen pada proses belajar mengajar.
62
Bukhari Alma, et. al, Op. Cit. hlm: 116.
Kusnadi, Profesi dan Etika Keguruan, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2012), hlm:
63
14.
b. Menguasai serta mendalami materi pelajaran dan cara mengajarkannya.
c. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya.
d. Merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya
yang
memungkinkan
mereka
untuk
selalu
meningkatkan
profesionalismenya.64
B. Tinjauan Penelitian yang Relevan
Berkaitan dengan penulisan tesis ini, telah diupayakan penelusuran
pembahasan-pembahasan
yang
terkait
dengan
objek
masalah
tentang
implementasi pembelajaran aktif dan efektif. Sepengetahuan penulis belum
pernah ada orang yang meneliti, yang hanya senada yang penulis temukan
sibiblilogi di Pascasarjana UIN Suska Riau yang berbunyi: Ziyadul Kamal (2008)
“ Konsep Dasar Belajar Aktif Dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran Qira’ah
Untuk Tingkat Pemula (Tinjauan Psikolinguistik Terhadap Pandangan Mel
Silberman)”. Pokok kajian dalam penelitian ini adalah mengenai konsep belajar
aktif dalam buku Mel Silberman yang berjudul 101 cara belajar siswa aktif.
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini berkesimpulan bahwa
penerapan konsep atau metode belajar aktif dalam proses pembelajaran bahasa
Arab untuk pemula merupakan salah satu bukti kongrit sebuah konsep atau
metode yang menawarkan berbagai strategi untuk kenyamanan dalam proses
pembelajaran.
64
Ibid.
Sangat berbeda dengan pokok kajian penulis ini di mana penulis akan
meneliti implementasi pembelajaran aktif dan efektif yang tidak hanya sebatas
terfokus pada buku Mel Silberman saja, tetapi penulis akan meneliti bagaimana
implementasi pembelajaran aktif dan efektif yang sesuai dengan teori khususnya
pada guru-guru yang sudah bersertifikasi. Sedangkan yang menjadi kajian adalah
para guru-guru yang sudah bersertifikasi di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru.
Ali Mahrus (2007) meneliti tentang “Pengaruh Model Pembelajaran
PAKEM Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs Bahrul Ulum Sekapuk
Ujung Pangkah Gresik”. Dari hasil penelitian diketahui bahwa model
pembelajaran PAKEM mempunyai pengaruh dalam memperoleh hasil belajar
siswa yang diketahui dari hasil perhitungan product moment dengan hasil 0,692
yang lebih besar dari “r” product moment baik pada signifikan 5% maupun 1%.
Selain itu model pembelajaran PAKEM juga memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa yang dapat dibuktikan dari hasil kerja 0,692 yang
dikonsultasikan pada tabel interpretasi “r” product moment pada taraf 0,40-0,599
menunjukan pengaruh pada taraf signifikan “ cukup kuat”.
C. Konsep Operasional/ Kriteria Variabel
Untuk menilai bagaimana implementasi pembelajaran aktif dan efektif
oleh guru-guru yang sudah bersertifikasi di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru serta
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi guru-guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran aktif dan efektif di MTs Bustanul Ulum
Pekanbaru maka penulis menyusun beberapa indikator sebagai berikut:
1. Indikator implementasi pembelajaran Aktif dan Efektif oleh guruguru yang sudah bersertifikasi di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru.
a. Indikator Pembelajaran Aktif
1) Guru mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya
2) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa.
3) Guru membiasakan siswa agar mendengarkan penjelasan guru
4) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa seputar pelajaran
5) Guru mendengarkan jawaban siswa.
6) Guru memberi nilai terhadap jawaban siswa.
7) Guru menyuruh siswa membuat kelompok belajar.
8) Guru menyuruh siswa berdiskusi tentang materi pelajaran.
9) Guru memperhatikan siswa berdiskusi.
10) Guru mendengarkan pendapat masing-masing siswa.
11) Guru Memberikan penilaian terhadap siswa.
12) Guru menyuruh siswa membuat pertanyan.
13) Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran.
b. Indikator Pembelajaran Efektif
1) Guru membuat perangkat pelajaran
2) Guru menggunakan metode yang bervariasi
3) Guru menguasai materi pelajaran
4) Guru membantu siswa dalam belajar
5) Guru memberi nilai kepada siswa
6) Guru mengajar tidak kaku
7) Nilai siswa di atas KKM
2. Indikator
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembelajaran Aktif dan Efektif
implementasi
oleh guru-guru yang sudah
bersertifikasi di MTs Bustanul Ulum Pekanbaru.
a. Sumber Daya Manusia (SDM) guru yang tidak sesuai.
b. Kurangnya minat siswa dalam belajar.
c. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai
d. Lemahnya Pengawasan dari kepala sekolah dan pihak terkait.
e. Keterbatasan anggaran dan biaya yang dimiliki sekolah.
Download