BAB III TIGA KATEGORI UTAMA Teori Belajar

advertisement
BAB III
TIGA KATEGORI UTAMA TEORI BELAJAR
Siswa belajar
Dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah terjadi sebuah proses yaitu interaksi
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa jika terjadi kegiatan belajar kelompok.
Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses Pembelajaran, pembelajaran
secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional,
dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau
membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia
(Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah
upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga
membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)
Bertolak dari perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar
berusaha merumuskan pengertian belajar. Di bawah ini dikutip beberapa batasan
belajar, agar dapat menjadi bahan pemikiran dan renungan mengenai pengertian belajar
yang berlangsung di kelas.
Belajar proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon
pembawaan, pemaksaan, atau kondisi sementara (seperti lelah, mabuk, perangsang
dan sebagainya).
Menurut Morgan (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar merupakan salah satu yang
relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui
pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan
perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Menurut Hilgard
(Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Selanjutnya menurut Gerow (1989:168) mengemukakan bahwa “Learning is
demonstrated by a relatively permanent change in behavior that occurs as the result of
practice or experience”.
Belajar adalah ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi
karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman.Kemudian menurut Bower (1987:
150) “Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.
Dalam pengertian ini, tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat
dimasukan dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha
secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian belajar yang
dikemukakan di atas dapat diidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan
pengertian belajar yaitu : Belajar adalah merupakan suatu perubahan dalam tingkah
laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk. Perubahan itu tidak harus
segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat nampak di kesempatan yang akan
datang. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman.Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah
didapatkannya kecakapan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Tingkah
laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian baik fisik maupun phisikis.
Teori manapun pada prinsifnya, belajar meliputi segala perubahan baik berpikir,
pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun pengertian. Ini berarti
kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman. Perubahan akibat proses belajar adalah karena adanya usaha dari individu
dan perubahan tersebut berlangsung lama. Belajar merupakan kegiatan yang aktif,
karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan bertujuan. Agar kegiatan
belajar mencapai hasil yang optimal, maka diusahakan faktor penunjang seperti kondisi
peserta didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung serta proses belajar
mengajar yang tepat.
Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori
belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori
belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori
kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan
pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif
membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang
menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori
dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.
Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada asPek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Download