18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka

advertisement
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Strategi
Strategi adalah alat yang memiliki skema untuk mencapai sasaran jangka
panjang. Strategi adalah istilah yang diambil dari zaman Yunani kuno, berasal dari
bahasa “strategos” dan “strategus” dengan kata jamak strategi (stratos = tentara atau
militer, dan ag = memimpin) yang berarti seni berperang. Definisi lebih lengkap
untuk orang Yunani, strategi adalah ilmu perencanaan dan pengarahan sumberdaya
untuk operasi secara besar-besaran, melansir kekuatan pada posisi siap yang paling
menguntungkan sebelum melakukan penyerangan terhadap lawan.
Hamel dan Prahald dalam Rangkuti (2005), memberikan pendekatan baru
mengenai konsep strategi. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang
tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian
perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi” bukan
dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan
perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).
Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Tujuan
keberhasilan.
penerapan
strategi
dalam
setiap
kegiatan
adalah
mencapai
Terdapat elemen strategi yang harus dipenuhi untuk menjamin
keberhasilan kegiatan.
Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana,
konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan
persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya, dan implementasi yang
efektif (David, 2006).
Menurut David (2006), pada prinsipnya strategi generik dapat dikelompokan
atas empat kelompok-kelompok strategi, yaitu :
18
1. Strategi
Integrasi
Vertikal
(Vertical
Integration
Strategy).
Strategi
ini
menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap
distributor, pemasok, dan/atau pesaingnya, misalnya melalui merger, akuisisi atau
membuat perusahaan sendiri. Strategi ini terdiri dari :
a. Strategi Integrasi ke Depan (Forward Integration Strategy) yaitu memiliki
atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer.
b. Strategi Integrasi ke Belakang (Backward Integration Strategy) yaitu
memiliki atau meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok.
c. Strategi Integrasi Horisontal (Horizontal Integration Strategy) yaitu
mencoba memiliki atau meningkatkan kendali atas para pesaing.
2. Strategi Intensif (Intensive Strategy). Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang
intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang
ada. Strategi ini terdiri dari :
a. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy) yaitu mencari pangsa
pasar yang lebih besar dari produk atau jasa yang sudah ada sekarang
melalui usaha pemasaran yang lebih gencar.
b. Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy) yaitu
memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada di wilayah geografi baru.
c. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy) yaitu
mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa
yang sudah ada atau mengembangkan yang baru.
3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy). Strategi ini dimaksudkan untuk
menambah produk-produk baru. Strategi ini makin kurang popular, paling tidak
ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan
tingkat kesulitan perusahaan yang berbeda-beda.
a. Strategi Diversifikasi Konsentrik (Concentric Deversification Strategy) yaitu
menambah produk atau jasa baru, tetapi masih terkait.
b. Strategi Diversifikasi Konglomerat (Conglomerate Deversification Strategy)
yaitu menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait, untuk para
pelanggan baru.
19
c. Strategi Diversifikasi Horisontal (Horizontal Deversification Strategy) yaitu
menambah produk atau jasa baru, tidak terkait, untuk pelanggan yang sudah
ada.
4. Strategi Bertahan (Defensive Strategy). Strategi ini bermaksud agar perusahaan
melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang
lebih besar, yang dapat mengakibatkan kebangkrutan.
a. Strategi Penciutan Biaya (Retrachment Strategy) yaitu merestrukturisasi
dengan cara mengurangi biaya dan aset agar bisa meningkatkan penjualan
dan keuntungan.
b. Strategi Penciutan Usaha (Divestiture Strategy) yaitu menjual suatu divisi
atau bagian dari suatu organisasi.
c. Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy) yaitu menjual aset sebuah
perusahaan secara bertahap sesuai dengan nilainya yang terlihat.
3.1.2. Manajemen Strategi
Bisnis ayam broiler dikembangkan melalui penerapan strategi pengembangan
usaha. Strategi pengembangan bisnis dihasilkan dengan menggunakan pendekatan
ilmu manajemen strategi.
Manajemen strategi adalah suatu cara untuk
mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien, sampai kepada implementasi
garis terdepan, sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasarannya tercapai (Salusu,
1996). Wheelen dan Hunger (2001) menyatakan manajemen strategi merupakan
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan keragaan
perusahaan dalam jangka panjang.
Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk
memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi ilmu keputusan lintas
fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.
Manajemen
strategi memadukan manajemen pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian
dan pengembangan serta informasi komputer untuk mencapai keberhasilan operasi.
Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengeksploitasi menciptakan peluang baru
yang berbeda untuk masa mendatang (David, 2006).
20
Proses manajemen strategi adalah menentukan cara dan jalan mana yang
dapat diambil para perencana strategi dalam menentukan sasaran-sasaran, kebijakan
dan kegiatan pengambil keputusan perusahaan. Proses manajemen strategi (strategic
management process) terdiri dari tiga tahap : formulasi strategi, implementasi
strategi, dan evaluasi strategi (David, 2006). Untuk lebih jelas model komprehensif
proses manajemen strategis digambarkan pada Gambar 1.
1.
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi
peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan
perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi
tertentu yang akan dilaksanakan.
2.
Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber
daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.
3.
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategi. Tiga aktivitas
dasar evaluasi strategi adalah (1) meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang
menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan
korektif.
Menjalankan
Audit Eksternal
Mengemban
gkan
Pernyataan
Visi dan
Misi
Menjalankan
Audit Internal
21
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis (Sumber : David, 2006)
3.1.3. Perumusan Strategi
Teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam
kerangka kerja pengambil keputusan melalui tiga tahap (David, 2006). Kerangka
kerja ditunjukan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Kerja Analisis untuk Perumusan Strategi (Sumber: David, 2006)
1. Tahap Input (Input Stage)
Tahap ini mengkuantifikasi secara subjektif selama tahap awal dari proses
perumusan strategi.
Tahap ini menghasilkan faktor-faktor eksternal dan internal
perusahaan, sehingga dapat dirumuskan tekad strategi (strategic intent) dan misi
(strategic mission).
Tekad strategi adalah internally focused yakni komitmen
menyeluruh untuk memenangkan persaingan dengan mengidentifikasi kekuatan
sumber daya, kapabilitas dan kompetensi untuk mencapai tujuan.
Misi strategi
merupakan aplikasi tekad strategi, bersifat externally focused, yakni pernyataan
perusahaan terhadap tujuan yang akan dicapai dan menyangkut produk seta lingkup
kegiatan dilakukan. Alat analisis yang digunakan adalah EFE dan IFE.
2. Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Pada tahap ini menggunakan alat analisis SWOT (Strengths-WeaknessesOpportunities-Threats). Alat ini bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap
22
input untuk mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan
kelemahan internal.
3. Tahap Keputusan (Decision Stage)
Pada tahap keputusan menggunakan alat analisis QSPM. Alat analisis ini
secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.
3.1.4. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan
Visi adalah pandangan dan harapan akan sesuatu yang ditentukan oleh
seberapa kuat keinginan untuk bertahan hidup.
Visi merupakan suatu sistem
kehidupan yang menyusun langkah-langkah strategik dalam kehidupan berorganisasi
dan harus didasari dengan pandangan dan harapan yang terbaik akan sesuatu. Visi
diciptakan untuk bertahan hidup dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang tidak
terduga. Menurut Umar (2008), visi merupakan tahap pertama dalam perencanaan
strategis terkait apa yang ingin dicapai perusahaan.
Misi adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang membedakan satu
perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya (Umar, 2008).
Menurut Hunger
(2003), misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup. Misi
memberitahukan siapa kita dan apa yang akan kita lakukan. Misi mendefinisikan
tujuan mendasar dan unik yang membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan
lain. Misi merupakan penjabaran tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah
dimengerti atau jelas bagi seluruh bagian perusahaan. Sedangkan menurut Pearce
dan
Robinson
(1997),
misi
suatu
perusahaan
adalah
tujuan
unik
yang
membedakannya dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasi
cakupan operasinya.
Tujuan merupakan hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan
apa yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan.
Pencapaian tujuan
perusahaan merupakan hasil penyelesaian misi (Hunger, 2003). Tujuan perusahaan
akan mempunyai banyak manfaat pada proses perumusan dan implementasi strategi
jika manajemen
puncak
dapat
dengan
baik
merumuskan,
melembagakan,
23
mengkomunikasikan, dan menguatkan tujuan tersebut melalui perusahaan (David,
2006).
3.1.5. Evalusi Eksternal (External Assessment)
Evaluasi eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi trend dan
kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Evaluasi eksternal mengungkapkan
peluang dan
ancaman
utama
yang dihadapi
perusahaan,
sehingga dapat
memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan
mengurangi atau menghindari ancaman.
Tujuan evaluasi eksternal adalah untuk
mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat
dan ancaman yang harus dihindari.
Evaluasi eksternal tidak ditujukan untuk
mengembangkan daftar yang sangat panjang tentang semua faktor yang mungkin
mempengaruhi suatu bisnis, sebaliknya ditujukan untuk mengidentifikasi variabel
kunci yang menawarkan respons yang dapat dijalankan. Perusahaan harus dapat
merenspons secara agresif atau defensif terhadap faktor-faktor tersebut dengan
memformulasikan strategi yang mengambil pengaruh dan ancaman potensial.
3.1.5.1. Analisis Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya di
luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor utama yang bisa diperhatikan adalah faktor
politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi.
Lingkungan jauh memberikan
kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat menjadi hambatan
dan ancaman untuk maju (Umar, 2008).
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis
suatu perusahaan.
berbisnis.
Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim
Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
ekonomi suatu daerah atau negara adalah: (1) siklus bisnis, (2) tingkat inflasi, (3)
suku bunga, (4) investasi, (5) harga-harga produk dan jasa, (6) produktivitas, dan (7)
tenaga kerja (Umar, 2008).
24
2. Faktor Lingkungan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Faktor sosial yang mempengaruhi perusahaan adalah kepercayaan, nilai,
sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, yang
berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan
etnik. Kekuatan sosial bersifat dinamik, dan selalu berubah sebagai akibat upaya
orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan
penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan.
3. Faktor Teknologi
Faktor teknologi merefleksikan peluang dan ancaman bagi perusahaan.
Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, perkembangan produk, merubah
relative competitive cost, serta membuat barang dan jasa menjadi cepat usang.
Perkembangan teknologi dapat mengurangi atau menghilangkan perbedaan biaya
antar perusahaan, menciptakan proses produksi yang lebih singkat, menciptakan
kelangkaan pada tenaga teknikal serta mampu merubah nilai-nilai dan harapan pada
stakeholders (Purnomo, 1999).
Menurut Umar (2008), teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan
baru saja, tetapi juga melihat cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam
mengerjakan suatu pekerjaan yang memberikan gambaran yang luas, meliputi:
mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan.
4. Faktor Politik, Pemerintah, dan Hukum
Arah dan stabilisasi faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting
bagi para manajemen dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik
menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan.
Kendala politik dikenalkan atas perusahaan melaui keputusan tentang perdagangan
yang adil, undang-undang antitrust, program perpajakan, ketentuan upah minimum,
kebijakan tetang polusi dan penetapan harga, batasan administratif, dan tindakan yang
dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan
lingkungan.
Karena undang-undang dan peraturan demikian biasanya bersifat
membatasi, mereka cenderung mengurangi potensi laba perusahaan. Tetapi, beberapa
tindakan politik dirancang untuk melindungi dan memberi manfaat bagi perusahaan.
25
Jadi, faktor politik dapat membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan yang
terkena.
3.1.5.2. Analisis Lingkungan Industri
Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi
yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi
yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan
(Purnomo, 1999). Aspek lingkungan industri akan lebih mengarahkan pada aspek
persaingan dimana bisnis perusahaan berada.
Konsep competitive strategy yang
dikemukakan Porter (1997) menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek
utama yang disebut Lima Kekuatan Utama yaitu : (1) ancaman masuk pendatang
baru, (2) persaingan antar perusahaan dalam industri, (3) ancaman dari produk
pengganti, (4) kekuatan tawar-menawar pemasok, dan (5) kekuatan tawar-menawar
pembeli.
Pendatang Baru
Kekuatan Tawar-menawar
Pemasok
Ancaman
Pendatang Baru
Pendatang
Baru
Pendatang Baru
Persaingan Industri
Pembeli
Pemasok
Ancaman Produk dan
Jasa Pengganti
Kekuatan Tawar-menawar
Pembeli
Persaingan antara
perusahaan yang
ada
Produk Pengganti
Gambar 3. Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five Forces Model)
Sumber : Porter, 1997
1. Ancaman masuk pendatang baru
26
Pendatang baru dalam industri dapat mengancam pesaing yang ada. Hal ini
disebabkan pendatang baru seringkali membawa kapasitas baru, keinginan untuk
merebut bagian pasar, serta memiliki sumberdaya yang besar. Dengan masuknya
pendatang baru akan mengakibatkan turunnya harga atau biaya meningkat sehingga
mengurangi kemampulabaan industri.
Selain itu, adanya pendatang baru dapat
memaksa perusahaan yang sudah ada untuk lebih efektif dan efisien serta belajar
untuk bersaing dalam dimensi baru (Purnomo, 1999).
Ada beberapa faktor
penghambat pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut
hambatan masuk (entry barrier).
Beberapa hal yang menjadi hambatan untuk
memasuki industri antara lain skala ekonomi, diferensiasi produk, persyaratan modal,
biaya peralihan pemasok, akses ke saluran distribusi, dan kebijakan pemerintah.
Semakin tinggi rintangan masuk maka industri semakin sulit dimasuki
pendatang baru.
Sebaliknya semakin rendah tingkat rintangan masuk maka
pendatang baru akan semakin mudah memasuki industri.
2. Persaingan diantara anggota industri
Industri dan pesaing membentuk rivalitas yaitu berupa perlombaan di dalam
mendapatkan posisi bersaing. Hal ini dilakukan dengan persaingan harga, perang
iklan, pengenalan produk, peningkatan pelayanan, jaminan purna jual kepada
pelanggan dan sebagainya. Pada kebanyakan industri gerakan persaingan oleh suatu
perusahaan akan mempunyai pengaruh besar terhadap pesaingnya, dengan demikian
dapat mendorong perlawanan untuk menandingi gerakan tersebut, artinya pola aksi
dan reaksi ini akan membentuk pola ketergantungan satu sama lain. Menurut Porter
(1997), tingkat persaingan perusahaan dalam suatu industri dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain : (1) Jumlah kompetitor (jumlah, ukuran, dan kekuatannya), (2)
Tingkat pertumbuhan industri (cepat atau lambat), (3) Karakteristik produk, (4) Biaya
tetap yang besar, (5) Kapasitas, dan (6) Hambatan keluar.
3. Ancaman produk pengganti/substitusi
Industri akan bersaing dengan industri produk pengganti dalam merebut pasar
yang akan membatasi laba potensial industri. Walaupun karakteristiknya berbeda,
barang substitusi dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Ancaman produk
27
substitusi kuat apabila konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan
produk pengganti memiliki harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan
lebih tinggi (Umar, 2008)
4. Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemampuan mereka
menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau pelayanan. Pemasok yang
mempunyai daya tawar yang tinggi dapat memaksakan kehendaknya kepada industri.
Kekuatan pemasok yang besar dapat mempengaruhi biaya dan investasi sehingga
akan mengurangi potensi laba pada industri tersebut (Purnomo, 1999).
Beberapa faktor yang bisa membuat pemasok menjadi kuat antara lain : (1)
Jumlah pemasok sedikit, (2) Produknya adalah unik, (3) Tidak tersedia produk
substitusi, (4) Industri tersebut bukanlah pelanggan yang penting bagi pemasok.
5. Kekuatan tawar-menawar pembeli
Para pembeli sebagai tujuan akhir dari produk suatu industri akan membeli
barang yang termurah yang dapat diperolehnya. Selain itu juga pembeli meminta
kualitas yang tinggi, pelayanan yang lebih baik. Kekuatan tawar-menawar pembeli
dapat mempengaruhi harga produk, meningkatkan mutu dan pelayanan, serta
mengadu perusahaan dengan kompetitornya untuk memperoleh pelanggan.
Beberapa faktor yang bisa membuat pembeli menjadi daya tawar yang kuat
antara lain : (1) Pembeli membeli dalam jumlah besar, (2) Produk yang dibeli adalah
produk standar dan tidak terdiferensiasi, (3) Produk industri adalah tidak terlalu
penting untuk produk atau jasa pembeli, dan (4) Pembeli mengeluarkan biaya
pengalihan yang kecil.
3.1.6. Evaluasi Internal (Internal Assessment)
Analisis lingkungan eksternal adalah proses identifikasi “apa yang harus kita
lakukan” (what we might choose to do), sedangkan analisis lingkungan internal akan
menentukan “apa yang dapat kita lakukan” (what we can do). Pada tatanan kompetisi
masa lalu, faktor-faktor seperti biaya tenaga kerja, akses ke sumber pembiayaan dan
28
bahan baku, pasar yang diatur atau dilindungi dapat memberikan keunggulan
bersaing.
Menurut David (2006), bidang fungsional yang menjadi variabel dalam analisis
internal adalah :
1) Fungsi Manajemen, dilakukan dan diterapkan pada struktur organisasi perusahaan
secara
keseluruhan
mencakup
lima
aktivitas
dasar
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf serta pengendalian atau
kontrol.
2) Fungsi Pemasaran, proses mengidentifikasi, mengantisipasi, menciptakan serta
memenuhi kebutuhan pelanggan akan barang atau jasa, mencakup tujuh fungsi
dasar yaitu analisis pelanggan, penjualan produk atau jasa, perencanaan produk
atau jasa, penetapan harga, distribusi, riset pemasaran dan analisis peluang.
3) Fungsi Keuangan dan Administrasi, merupakan indikator terbaik posisi kompetitif
dan daya tarif perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari rasio keuangan perusahaan
yang
mencakup
rasio
likuiditas,
leverage,
aktivitas,
profitabilitas,
dan
pertumbuhan.
4) Fungsi Produksi/Operasi, terdiri dari seluruh aktivitas mengubah input menjadi
barang atau jasa, mencakup lima fungsi dasar yaitu proses, kapasitas, persediaan,
tenaga kerja dan kualitas.
5) Fungsi Penelitian dan Pengembangan (Litbang), terdiri dari aktivitas yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kompetitif perusahaan, biasanya
diarahkan pada produk-produk baru.
6) Fungsi Sistem Informasi Manajemen (SIM), berguna untuk memperbaiki kinerja
perusahaan melalui perbaikan kualitas keputusan manajerial. SIM berisi database
catatan penting yang sangat berguna bagi perusahaan.
3.1.7. Matriks IFE dan EFE
Menurut David (2006), perumusan strategi yang dilakukan oleh perusahaan
dapat menggunakan matriks IFE dan EFE yang merupakan matriks faktor-faktor
internal dan eksternal perusahaan untuk mengetahui posisi perusahaan dalam suatu
29
industri.
Matriks IFE merupakan alat perumusan strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama berbagai kegiatan internal. Matriks ini
juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara
bidang-bidang tersebut. Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik
perumusan strategi yang penting dan merupakan langkah pertama dari kerangka kerja
perumusan yang disebut dengan tahap input, yaitu tahap meringkas informasi dasar
yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Matriks EFE meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial,
budaya, politik, demografi, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan dalam
industry guna mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.
Sedangkan Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang utama dari kondisi dan
kegiatan internal suatu bisnis.
3.1.8. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE menggunakan parameter yang meliputi parameter kekuatan internal
dan pengaruh eksternal perusahaan yang masing-masing akan diidentifikasi ke dalam
elemen eksternal dan internal melalui matriks EFE dan IFE. Tujuan penggunaan
matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat perusahaan yang lebih
detail (Rangkuti, 2005).
Matriks IE merupakan penggabungan dari matriks EFE dan matriks IFE yang
berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti
dari matriks EFE dan IFE.
Menurut David (2006), matriks Internal-Eksternal
merupakan matriks yang meringkas hasil evaluasi faktor internal dan eksternal yang
menempatkan perusahaan pada salah satu kondisi di sembilan sel, dimana tiap-tiap
sel merupakan kondisi atau langkah yang harus ditempuh perusahaan.
Tetapi pada prinsipnya kesembilan sel dapat dikelompokan menjadi tiga
strategi utama yang memiliki implikasi yang berbeda, yaitu :
30
a) Growth Strategy, perusahaan berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan
sebagai Grow dan Build.
Dalam hal ini perusahaan biasanya mengejar
pertumbuhan dalam keuntungan, pangsa pasar dan tujuan primer lain. Strategistrategi yang cocok bagi perusahaan adalah Strategi Intensif seperti Market
Penetration, Market Development, dan Product Development atau Strategi
Terintegrasi seperti Backward Integration, Forward Integration, dan Horizontal
Integration.
b) Stability Strategy, perusahaan berada pada sel III. V, dan VII dapat digambarkan
sebagai Hold dan Maintain. Dalam hal ini perusahaan menerapkan strategi tanpa
mengubah arah dan strategi yang telah ditetapkan. Tujuannya relatif defensif, yaitu
menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit. Strategi-strategi yang
umum dipakai yaitu strategi Market Penetration dan Product Penetration.
c) Retrenchment Strategy, perusahaan berada pada sel VI, VII, atau IX dapat
digambarkan sebagai Harvest dan Divestiture.
Pada saat kelangsungan hidup
perusahaan terancam dan tidak dapat lagi bersaing secara efektif, seringkali
strategi pengehematan dibutuhkan.
3.1.9. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
SWOT merupakan alat untuk megidentifikasi ancaman, peluang, kelemahan,
dan kekuatan dalam lingkungan suatu organisasi (David, 2006). Analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
dan peluang, namun secara bersamaan juga meminimalkan kelemahan dan ancaman
yang ada. Analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu:
a. Fokus
mendasar
pertama
adalah
peluang
yakni
situasi
penting
yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, serta ancaman yaitu situasi penting
yang tidak menguntungkan dalam perusahaan.
b. Fokus mendasar kedua adalah identifikasi terhadap kekuatan internal yaitu
sumberdaya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan relatif terhadap pesaing
31
dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani perusahaan, serta
kelemahan internal yaitu keterbatasan dan kekurangan dalam sumberdaya.
Matriks SWOT (David, 2006) merupakan alat penyesuaian (matching tool) yang
penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi.
Keempat strategi tersebut :
a. Strategi
S-O
(kekuatan-peluang--strengths-opportunities),
strategi
ini
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk mengambil peluang-peluang
yang ada di luar perusahaan.
b. Strategi W-O (kelemahan-peluang--weakness-opportunities), strategi ini bertujuan
untuk
memperkecil
kelemahan-kelemahan
internal
perusahaan
dengan
memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
c. Strategi
S-T
(kekuatan-ancaman--strengths-threats),
melalui
strategi
ini
perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancamanancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya.
d.
Strategi W-T (kelemahan-ancaman--weakness-threats), strategi ini merupakan
taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta
menghindari ancaman.
3.1.10. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
QSPM merupakan suatu teknik analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan daya tarik relatif dari alternatif tidak layak. Keunggulan QSPM adalah
bahwa set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama. Tidak ada
batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah set strategi yang
dapat dievaluasi pada satu saat menggunakan QSPM.
Keunggulan lainnya dari
QSPM adalah bahwa ia membutuhkan penyusunan strategi untuk mengintegrasikan
faktor eksternal dan internal yang relevan ke dalam proses keputusan (David, 2006).
Mengembangkan QSPM membuat kecil kemungkinan suatu faktor kunci akan
terabaikan atau diberi bobot yang tidak sesuai. QSPM menarik perhatian kepada
hubungan
penting
yang
mempengaruhi
keputusan
strategi.
Walaupun
mengembangkan QSPM membutuhkan sejumlah keputusan subjektif, membuat
32
keputusan kecil di sepanjang proses memperbesar kemungkinan bahwa keputusan
strategis yang final adalah yang terbaik bagi organisasi. QSPM dapat diadaptasikan
untuk digunakan oleh organisasi kecil, besar, berorientasi laba, maupun nirlaba dan
dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. QSPM khususnya dapat
memperbaiki pilihan strategi karena banyak faktor kunci dan strategi dapat
dipertimbangkan bersama-sama. QSPM juga telah berhasil digunakan oleh sejumlah
bisnis kecil.
QSPM bukannya tanpa keterbatasan. Pertama, ia selalu membutuhkan
penilaian intuituf dan asumsi yang berdasar. Peringkat dan nilai daya tarik
membutuhkan keputusan yang penuh pertimbangan, walaupun mereka selalu
didasarkan pada informasi yang objektif. Diskusi antara penyusun strategi, manajer,
dan karyawan sepanjang proses perumusan strategi, termasuk pengembangan QSPM,
merupakan hal yang konstrutif dan dapat memperbaiki keputusan strategis. Diskusi
yang konstruktif sepanjang analisis dan pilihan strategi dapat muncul karena
perbedaan mendasar dari interpretasi atas informasi dan dapat yang berbeda-beda.
Keterbatasan lainnya dari QSPM adalah bahwa hanya dapat bermanfaat sebagai
informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang mendasari penyusunan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Sebelum melakukan formulasi strategi, hal pertama yang dilakukan adalah
mengetahui visi dan misi RPA Maharani Farm. Hal ini bertujuan untuk menuntun
dalam melakukan analisis tahap selanjutnya agar strategi yang ditetapkan nanti tetap
mengacu pada tujuan akhir yaitu membantu rencana dan keputusan perusahaan dalam
mencapai tujuan. Visi dari RPA Maharani Farm yaitu sebagai perusahaan yang
menguasai pasar di wilayah pasar Provinsi Jawa Barat, khususnya Kota Bandung
dengan memberikan pelayanan terbaik dalam pemenuhan kebutuhan daging ayam
dan menjaga kepercayaan konsumen akan kehalalan dan keamanan produk. Agar visi
yang dimiliki RPA Maharani Farm dapat tercapai maka RPA Maharani Farm
memiliki beberapa misi antara lain selalu berusaha memenuhi permintaan konsumen,
menjaga kualitas produk tetap baik, sehat, dan aman dikonsumsi, serta menjalin
33
hubungan baik dengan pelanggan. Tahap selanjutnya yaitu mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses pengembangan usaha
RPA Maharani Farm memiliki masalah mengenai modal usaha yang terbatas, sistem
manajemen perusahaan, tingkat persaingan diantara perusahaan sejenis, dan belum
menjalin kontrak pemasaran dengan pelanggan.
Tahap analisis selanjutnya adalah mengidentifikasi lingkungan eksternal dan
internal yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis lingkungan eksternal mencakup
lingkungan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi serta analisis lingkungan
industri yang dilakukan dengan model lima kekuatan Porter.
Untuk lingkungan
eksternal ini dianalisis melalui matriks EFE. Sedangkan analisis lingkungan internal
mencakup manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan
pengembangan. Untuk lingkungan internal ini dianalisis melalui matriks IFE.
Tahap selanjutnya mencocokan faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak secara efektif. Hasil dari
analisis matriks IFE dan EFE dimasukkan ke dalam matriks IE untuk mengetahui
posisi perusahaan.
Setelah diketahui posisi perusahaan dalam matriks IE lalu
dilakukan analisis SWOT untuk merumuskan strategi yang akan dilakukan.
Tahap terakhir adalah pengambilan keputusan alternatif strategi yang paling
tepat bagi Maharani Farm yang sesuai dengan kondisi internal perusahaan dengan
menggunakan alat analisis QSPM dan menghasilkan urutan prioritas strategi-strategi
pengembangan yang dapat dilakukan oleh RPA Maharani Farm. Alur pemikiran
operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
34
Visi dan Misi
RPA Maharani Farm
Permasalahan
Adanya kegiatan pengembangan usaha dengan meningkatkan jumlah produksi, wilayah
pemasaran, dan menjadi agen penjualan daging ayam broiler di Pasar Gedebage Bandung,
namun menghadapi kendala seperti keterbatasan modal, sistem manajemen,persaingan, dan
belum menjalin kontrak pemasaran dengan pelanggan.
Analisis Lingkungan
Lingkungan
Eksternal
Analisis Lingkungan
Jauh
 Ekonomi
 Sosial, Budaya,
Demografi, dan
Lingkungan
 Teknologi
 Politik,
Pemerintahan,
dan Hukum




Analisis Lingkungan
Industri
Ancaman pendatang baru
Daya tawar menawar
pembeli
Ancaman produk
substitusi
Persaingan di antara
anggota industri
Matriks EFE
Lingkungan
Internal






Manajemen
Pemasaran
Produksi dan Operasi
Keuangan dan
Administrasi
Sistem Informasi
Manajemen
Penelitian dan
Pengembangan
Matriks IFE
Penentuan Posisi Perusahaan
Matriks IE
Formulasi Alternatif Strategi
Analisis SWOT
Prioritas Strategi
(QSPM)
35
Download