BAB II - Elib Unikom

advertisement
BAB II
Landasan Teori
Pada bab ini akan dibahas landasan teori yang berkaitan dengan pokok penelitian
tugas sarjana ini, yang mencakup perihal tentang teori-teori yang akan digunakan
sebagai bahan evaluasi terhadap organisasi dan sekaligus sebagai bahan analisis.
2.1 Organisasi
Stoner (Managementi 3rd ed; Stoner, James A.F.iWankel C; 1986), memberikan
pengertian organisasi dalam 2 pengertian: Pertama, berarti sebuah lembaga atau
kelompok fungsional yang mengacu kepada sebuah perusahaan, seperti rumah
sakit, instansi pemerintah, tim sepak bola dan lain-lain. Kedua, Organisasi yaitu
merujuk pada proses pengorganisasian sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai
dengan efektif dan efisien.
Ali Basyah dkk mengutip pendapat Resenweig dan Allen. Menurut Resenweig,
organisasi dapat dipandang sebagai:
1. Sistem sosial, yaitu orang-orang dalam kelompok.
2. Integrasi atau kesatuan dari aktivitas orang-orang yang bekerja sama.
3. Orang-orang yang berorientasi atau berpedoman pada tujuan yang sama.
Sedangkan menurut pendapat Allen, organisasi adalah:
"Suatu proses identifikasi dan pembentukan dan pengelompokkan kerja,
mendefenisikan dan mendelegasikan wewenang maupun tanggung jawab dan
menetapkan hubungan dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja
sama secara efektif dalam menuju tujuan yang tetapkan". ( Manajemen; Ali
Basyah Siregar, TMA Ari Samadhi; 1987; h-22)
Uraian definisi organisasi:
1. Dikoordinasikan secara sadar mengandung pengertian manajemen.
2. Organisasi adalah suatu kesatuan wujud sosial, berarti bahwa unit itu terdiri
dari orang atau kelompok orang yang berinterakasi satu sama lain.
6
7
3. Batasan yang relatif dapat diidentifikasi. Di mana batas organisasi dapat
berubah dari waktu ke waktu, dan biasanya tidak terlalu terlihat jelas. Batasan
cenderung dicapai melalui perjanjian yang eksplisit maupun implisit antara
para anggota organisasinya (yaitu para pemilik, para anggota dewan komisaris
dan para karyawan).
4. Organisasi itu ada untuk mencapai sesuatu. "Sesuatu ini adalah tujuan, dan
tujuan tersebut tidak dapat dicapai oleh individu-individu yang bekerja sendiri,
atau jika mungkin, hal tersebut dicapai secara lebih efisien melalui usaha
kelompok".
2.2 Pengertian Umum Manajemen Strategi
Perencanan strategis yang muncul pertama kali pada 1960-an, dipelopori oleh
Frederick Taylor, merupakan suatu metode terbaik untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi-strategi dengan memisahkan antara konsep dan
pelaksanaan dengan cara menerapkan prosedur tahap demi tahap sehingga pelaku
bisnis tidak akan melakukan tindakan yang salah. Akan tetapi sekarang ini
perencanaan strategis telah mulai keluar dari konsep awalnya karena banyak yang
berpendapat bahwa yang diperlukan adalah berpikir strategis bukan perencanaan
strategis. Akibatnya sering timbul kekacauan berpikir dalam menyusun
perencanaan strategis.
Perencanaan strategis akan gagal dibuat jika tidak mendapat dukungan dari
manajer tingkat atas. Itu dapat terjadi karena manajer tingkat atas berpendapat
bahwa perencanaan strategis hanya akan memperlemah komitmen mereka serta
cenderung menciptakan iklim yang tidak sesuai dengan pelaksanaannya.
Mengapa? Karena ia merupakan model yang penuh perhitungan, bukan model
yang penuh dengan komitmen.
Manajer yang menganut model manajemen komitmen beranggapan bahwa setiap
orang di dalam proses tersebut membantu membentuk pola kegiatan, akibatnya,
selalu memiliki semangat kerja. Sedangkan model manajemen perhitungan selalu
terpaku pada tujuan dan menghitung apa yang harus dikerjakan agar sampai pada
8
tujuan tanpa memperdulikan apa yang diinginkan oleh para anggota. Ahli
sosiologi Philip Selznick (Riset Strategi Perusahaan: Husein Umar, 1999: h-12)
mengatakan bahwa strategi yang baik adalah strategi yang memuat nilai-nilai para
anggotanya sehingga mereka merasa terikat dengan tujuan perusahaan dan dapat
menjadi dorongan semangat secara terus-menerus bagi anggotanya.
Jika para manajer masih beranggapan bahwa lingkungan masa depan tidak akan
jauh berbeda dengan lingkungan masa kini, apalagi bila lingkungan usaha mereka
relatif stabil, maka ketika liberalisasi perdagangan internasional tiba atau
globalisasi tiba, kerumitan dalam bisnispun tiba. Akibatnya, mau tidak mau
konsentrasi kerja manajemen dari hal-hal yang taktis akan bergeser pada hal-hal
yang sifatnya strategist sehingga penyerahan wewenang kepada bawahan menjadi
hal yang umum terjadi. Semakin cepat tingkat perubahan, semakin sering isu
strategis yang harus dikeluarkan.
Semakin cepat lingkungan berubah, manajemen semakin harus melihat keluar.
Hal-hal yang khusus perlu antisipasi misalnya : kepedulian terhadap lingkungan
dimana perusahaan heroperasi, antisipasi terhadap perubahan dalam lingkungan
itu dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan itu.
Dan kebanyakan organisasi sekarang mengakui pentingnya perencanaan strategi
untuk perkembangan jangka panjang dan kesehatan jangka panjang. Terlebih
setelah dihantam badai krisis ekonomi dan krisis moneter pada pertengahan 1997.
Banyak para CEO telah membuktikan, bahwa dengan menentukan strategi
organisasinya secara khusus, mereka dapat mengarahkan dengan lebih efektif dan
menjadi lebih tanggap terhadap perubahan lingkungan.
Untuk memahami pengertian manajemen strategi, terlebih dahulu harus dapat
dimengerti apakah strategi itu. Kata strategi berasal dari Yunani, yaitu stratogos
yang berarti jenderal. Strategi berarti seni para jenderal. Maka strategi kalau
diartikan dari sudut militer adalah cara menempatkan pasukan atau menyusun
kekuatan tentara di medan perang agar musuh dapat dikalahkan.
9
Setiap organisasi, baik yang bersifat mencari laba maupun tidak, selalu memiliki
strategi dalam usaha mencapai tujuannya. Strategi tersebut belum tentu
dinyatakan secara eksplisit dan formal karena alasan kerahasiaan. Kata strategi
sendiri sering menimbulkan kerancuan arti.
Pada dekade tahun 60-an mulai dikemukakan konsep strategi oleh dua orang yang
berlatar belakang berbeda, yaitu Igor Ansoff dan Kenneth Andrews. Pengertian
strategi menurut Andrews strategi hanya mencakup suatu tujuan dan cara-cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut, yang dikenal sebagai "Broad
Concep of Strategy."
Menurut Ansoff, strategi hanya hanya mencakup cara-cara mencapai tujuan,
dikenal sebagai "Narrow concept of Strategy". Andrews dan Ansoff juga
membedakan apakah narrow concept mempunyai komponen-komponen strategi.
Sehingga perbedaannya, penetapan tujuan mempunyai bagian dari pembentukan
strategi (pandangan Andrews) atau merupakan proses yang terpisah (menurut
Ansoff). (Organisasi: Gibson, Ivancevich: 1996:h-54)
Jelaslah kiranya, diantara keduanya tersebut tidak ada kesepakatan atau kesatuan
pandangan mengenai pengertian dari konsep strategi. Namun kesukaran tersebut
tidak menjadikan usaha-usaha mencari definisi yang diterima umum, menjadi
berhenti, melainkan muncul berbagai definisi lain. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kesukaran dalam mendefinisikan strategi disebabkan banyaknya definisi
yang berlainan secara mendasar. Penyebabnya adalah konsepsi tentang hakekat
strategi yang dimiliki orang tersebut berlainan pula, tergantung dari pendidikan
dan pengalamannya mereka.
Menurut William F. Glueck - Lawrence R. Jauch, (Manajemen strategi &
Kebijakan Perusahaan; H.Djaslim Saladin; 1999; h-1) yang diartikan strategi
adalah : "Sebuah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi, yang
menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan
10
dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan itu dapat
dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi ".
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi perusahaan adalah
suatu kesatuan rencana yang menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang
diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Ada beberapa hal yang dapat ditarik
kesimpulan dari pengertian strategi diatas, yaitu:
a. Adanya suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan bukan
hanya tujuan jangka pendek, akan tetapi juga jangka menengah dan juga
jangka panjang.
b. Untuk menyusun suatu strategi, diperlukan analisis terhadap lingkungan baik
lingkungan eksternal maupun lingkungan internal, yaitu peluang dan ancaman
maupun kekuatan dan kelemahan perusahaan. Hal ini penting untuk
mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.
c. Perlunya suatu keputusan pilihan dan pelaksanaan yang tepat dan terarah guna
mencapai tujuan perusahaan.
d.
Strategi dirancang untuk menjamin agar tujuan dan sasaran dapat dicapai
melalui langkah-langkah yang tepat.
Gregory G. Dess - Alex Miller, (Manajemen strategi & Kebijakan Perusahaan:
H.Djaslim Saladin: 1999: h-2) membagi strategi dalam 2 gaya yaitu strategi yang
dikehendaki dan strategi yang direalisasikan.
1. Strategi yang dikehendaki (Intended strategic) terdiri dari 3 elemen, yaitu
sasaran-sasaran (goals), kebijakan (policies), dan rencana-rencana (plans).
 Sasaran-sasaran: apa yang ingin dicapai organisasi / perusahaan. Sasaran
itu mempunyai arti yang luas dan sempit. Selanjutnya Gregory G. Dess,
membagi hirarki atau tingkatan dari sasaran tersebut menjadi :
a. Visi (vision) : apa yang akan dilakukan organisasi / perusahaan. Visi
merupakan kerangka acuan dan perspektif sebagai suatu kesatuan yang
tercermin dalam kegiatan nyata.
b. Misi (mission) : banyaknya batasan sasaran yang akan dicapai. Misi
merupakan tugas dan prinsip pokok dalam mewujudkan visi.
11
c.
Tujuan-tujuan (objectives) : tujuan yang lebih spesifik yang ingin
dicapai.
 Kebijakan : Merupakan garis pedoman untuk bertindak, bagaimana sebuah
organisasi mencapai sasaran-sasaran tersebut.
 Rencana-rencana : suatu pernyataan dari tindakan seorang manajer
organisasi terhadap apa yang diharapkan akan terjadi. Secara ideal berarti
kita harus mencari suatu keputusan akhir.
2. Strategi yang direalisasikan (realized strategic) : Menunjukkan apa yang dicapai
atau apa yang telah diwujudkan.
Strategi yang original itu sering mengalami perubahan dalam keseluruhan
implementasinya, sesuai dengan peluang dan ancaman yang dihadapi. Strategi
yang sebenarnya / terwujudkan selalu lebih banyak atau lebih sedikit daripada
strategi yang dikehendaki. Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap lagi,
elemen strategi induk itu secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
a. Visi
d. Sasaran-sasaran
b. Misi
e. Strategi
c. Kebijakan
f. Tujuan
Sedangkan untuk manajemen strategi, ada beberapa definisi mengenai arti
manajemen strategi. Tergantung pada pendapat para ahli itu sendiri. Berikut
pendapat beberapa ahli mengenai Manajemen strategi :
 Menurut William F. Glueck - Lawarence R. Jauch:
“Manajemen strategi merupakan arus keputusan dan tindakan yang
mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang
efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen
strategi ialah suatu cara dengan jalan bagaimana para perencana strategi
menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi”.
 Menurut Thomas L. Wheelen - J. David Hunger:
“Anajemen strategi adalah serangkaian daripada keputusan manajerial dan
kegiatan-kegiatan yang menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka
panjang, kegiatan tersebut terdiri dari perumusan / perencanaan strategi,
pelaksanaan / implementasi, dan vuluasi “.
12
 Menurut Gregory G. Dess - Alex Miller:
“Manajemen strategi adalah suatu proses kombinasi antara tiga aktivitas,
yaitu analisis strategi perumusan strategi dan implementasi strategi”.
 Menurut Charles W. L. Hill - Gareth R. Jones:
"Manajemen strategi adalah individu-individu yang bertanggung jawab
secara
keseluruhan
dari
pada
organisasi
atau
bertanggung-jawab
merumuskan satu tugas utama dari divisi-divisi”.
Jadi manajemen strategi pada intinya adalah memilih alternatif strategi yang
terbaik bagi organisasi/ perusahaan dalam segala hal untuk mendukung gerak
usaha perusahaan. Dan perusahaan harus melaksanakan manajemen strategi secara
terus menerus dan harus fleksibel sesuai dengan kondisi di lapangan.
Sedangkan menurut Husein Umar, manajemen strategi adalah suatu seni dan ilmu
dalam hal pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi
(evaluating) keputusan-keputusan strategis antara fungsi yang memungkinkan
sebuah organisasi mencapai tujuannya di masa datang (Riset Strategi Perusahaan;
Husein Umar, 1999: h-86).
2.3 Alternatif Strategi Perusahaan
Husein Umar (Riset Strategi Perusahaan: Husein Umar, 1999: h-139)
memaparkan 14 macam strategi utama (grand strategi) yang sudah umum
diketahui oleh para pengambil keputusan strategi. Namun sebelum itu penulis
terlebih dahulu memaparkan strategi-strategi generik sehingga memahami
keterkaitan strategi generik dan strategi utama.
13
2.3.1
Strategi Generik
2.3.1.1 Strategi Generik dari Glueck
Menurut Glueck, pada prinsipnya ada empat macam strategi,yaitu:
1. Strategi Stabilitas
Prinsipnya, strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar
dan fungsi-fungsi perusahaan karena berusaha untuk meningkatkan efisiensi di
segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi
ini relatif rendah resiko dan biasanya dilakukan untuk produk yang tengah
berada pada posisi kedewasaan.
2. Strategi Ekspansi.
Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada penambahan atau perluasan
produk, pasar dan fungsi dalam perusahaan sehingga aktivitas perusahaan
meningkat. Tetapi keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga
mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil.
3. Strategi Penciutan.
Pada prinsipnya, strategi ini hendaknya bermaksud untuk melakukan
pengurangan atas produk yang dihasilkan atau pengurangan atas pasar maupun
fungsi-fungsi dalam perusahaan yang mempunyai cash flow negatif, yang
biasanya diterapkan pada suatu bisnis yang berada pada tahap menurun.
Penciutan ini dapat terjadi karena sumber daya yang perlu diciutkan itu lebih
baik dikerahkan untuk usaha lain yang sedang berkembang.
4. Strategi Kombinasi.
Oleh karena perubahan-perubahan eksternal dapat terjadi secara tidak
seragam, seperti daur hidup produk yang tahapan tidak seragam, maka
perusahaan dapat melakukan strategi yang mengkombinasikan dari ketiga
kombinasi yang ada.
14
2.3.1.2 Strategi Generik dari Porter.
Jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan yang semakin
ketat, kita harus memilih prinsip berbisnis, yaitu produk dengan harga tinggi atau
produk dengan biaya rendah, bukan kedua-duanya.
Berdasarkan prinsip ini, terdapat tiga strategi generik seperti dijelaskan sebagai
berikut ini :
1. Strategi Diferensiasi.
Cirinya adalah perusahaan mengambil keputusan bahwa pelanggan menjadi titik
sentral perhatian dengan cara membangun presepsi pembeli akan suatu produk
atau jasa yang unggul sehingga tampak berbeda dari yang lain, dan karenanya
pelanggan mau membeli dengan harga mahal. Tetapi perlu diingat bahwa dengan
menurunkan harga produk tadi malah berakibat munculnya keraguan konsumen
akan keunggulan tadi.
Syarat penggunaan strategi ini:
a. Sumber Daya.
Memiliki kekuatan kekuatan yang tinggi dalam hal:
1. Pemasaran produk.
2. Kreativitas dan bakat.
3. Perekayasaan produk .
4. Riset pasar.
5. Reputasi korporat pada produk.
6. Distribusi, dan
7. Keterampilan kerja.
b. Organisasi.
Kuat atau mampu dalam hal:
1. Koordinasi antara fungsi manajemen yang terkait .
2. Merekrut tenaga yang berkemampuan tinggi, dan
3. Mengukur insentuf yang subjektif selai yang obyektif.
15
2. Strategi Kepemimpinan Biaya Menyeluruh (Overall Cost Leadership).
Cirinya adalah perusahaan lebih memperhitungkan pesaing dari pada pelanggan
dengan cara memfokuskan harga jual produk yang murah sehingga biaya
produksi, promosi maupun riset harus ditekan, bila perlu produk yang dihasilkan
hanya meniru produk perusahaan lain.
Syarat pengguna strategi ini :
a. Sumber Daya.
 Kuat akan modal.
 Terampiln pada kayasa proses Supervisi yang ketat.
 Mudah diproduksi.
 Biaya distribusi dan promosi rendah.
b. Organisasi.

Mampu mengendalikan biaya dengan ketat.

Informasi pengendalian yang baik

Insentif berdasarkan target.
3. Strategi Fokus.
Cirinya adalah perusahaan berkonsentrasi pada pangsa pasar yang kecil untuk
menghindar dengan strategi menggunakan dari pesaing Kepemimpinan Biaya
Menyeluruh atau Diferensiasi.
2.3.2
Strategi Utama.
Macam-macam strategi perusahaan akan dibagi kedalam 5 kelompok yaitu
kelompok Integrasi, Intensif, Diversivikasi, Bertahan dan Kombinasi.
1.
Kelompok Strategi Integrasi (integration Strategies)..
Kelompok strategi ini sering dianggap strategi integrasi vertikal. Vertical
Integration
Strategies
ini
menghendaki
agar perusahaan
melakukan
pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan atau para pesaing
baik melalui merger, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri.
16
Antisipatif adalah perencanaan berdasarkan penagalaman masa lalu,
pertimbangan dan cara berpikir reflektif.
2. Perencanaan Jangka Panjang Formal : adalah perencanaan berdasarkan
prosedur, penelitian melibatkan banyak orang dan menghasilkan seperangkat
rencana tertulis.
a. Strategi Forward Integration (Integrasi ke Depan).
Strategi ini menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan yang besar
terhadap pengendalian para distributor atau pengecer mereka, bila perlu dengan
memiliki. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah
dengan pendistribusian barang / jasa sehingga menganggu produksi yang stabil.
Padahal perusahaan mampu untuk mengelola pendistribusian dimaksud dengan
sumber daya yang dimiliki, alasan lain, bisnis di sektor distribusi yang dimaksud
ternyata memiliki prospek yang baik untuk dimasuki.
b. Strategi Backward Integration (Integrasi ke Belakang).
Merupakan suatu strategi perusahaan dengan meningkatkan pengawasan terhadap
bahan baku apalagi pemasok dinilai tidak lagi menguntungkan perusahaan, seperti
terlambat pengadaan bahan, kualitas bahan yang menurun, biaya meningkat
sehingga tak dapat lagi dihandalkan. Konsumen kini mulai lebih menghargai
produk yang ramah lingkungan, sehingga mereka menyukai produk yang dapat
didaur ulang. Beberapa perusahaan menggunakan backward integration untuk
memperoleh pengawasan terhadap para pemasok barang agar produk-produk yang
dapat didaur ulang itu bahan bakunya aman dipasok. Jadi tujuan strategi ini untuk
mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan pengendalian bagi para pemasok.
Hal ini dapat dilakukan jika jumlah pemasok sedikit padahal pesaing banyak,
pasokan selama ini berjalan lancar, harga produk stabil dan pemasok memiliki
margin keuntungan yang tinggi serta perusahaan mempunyai modal dan sumber
daya yang berkualitas.
17
c. Strategi Horizontal Integration (Integrasi Horizontal).
Strategi ini menghendaki agar perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap
para pesaing perusahaan walau harus dengan memilikinya. Salah satu
kecendrungan yang paling signifikan dalam manajemen strategi dewasa ini adalah
dengan menggunakan strategi Horizontal Integration sebagai suatu strategi
pertumbuhan. Mergers, Acquisition dan Takeovers diantara para pesaing
mempertimbangkan kenaikan skala ekonomi dan mempertinggi transfer sumber
daya dan kopetensi. Tujuan strategi ini adalah mendapatkan kepemilikan dan atau
meningkatkan pengendalian pesaing. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan
dapat menjadi monopoli yang dizinkan pemerintah, bersaing di industri yang
berkembang, skala ekonomi meningkat dan modal sumber daya yang dimiliki
perusahaan mampu berekspansi.
2. Strategi Intensif (Intensive Strategies).
Strategi-strategi Penerobos Pasar (Market Penetration), Pengembangan Pasar
(Market Development), Pengembangan Produk (Product Development) sering
disebut sebagai strategi insentif karena memerlukan usaha-usaha insentif untuk
meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk-produk yang ada.
Ketiga strategi tersebutadalah sebagai berikut :
a. Strategi Market Penetration (Penetrasi Pasar).
Strategi Market Penetration berusaha untuk meningkatkan market share bag.i
produk atau pelayanan yang ada sekarang pada pasar yang tersedia melalui usahausaha pemasaran yang lebih besar. Strategi ini telah dipakai secara luas baik
sendiri maupun bersama-sama dengan.
strategi yang lain. Market penetration termasuk meningkatkan jumlah tenaga
penjual, meningkatkan biaya iklan, meningkatkan items dari promosi penjualan,
dan atau meningkatkan usaha-usaha promesi lainnnya. Tujuan strategi ini untuk
meningkatkan pangsa pasar dengan usaha pemasaran yang maksimal. Hal ini
dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun, korelasi
yang positif antara biaya 7P pemasaran dengan penjualan serta kemampuan untuk
bersaing meningkat.
18
b. Strategi Market Development (Pengembangan Pasar).
Strategi ini bertujuan untuk memperkenalkan produk atau jasa yang ada sekarang
ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Untuk prespektif
global, pengembangan pasar skala internasional sudah maju. Beberapa industri
telah mulai mengalami kesulitan untuk bersaing jika hanya berani bermain dekat
rumah. Strategi ini memperbesar pangsa pasar. Hal ini dapat dilakukan jika
jaringan distribusi yang baik, kelebihan kapasitas produksi, sukses dalam usaha
serta adanya pasar baru atau belum jenuh.
c. Strategi Product Development (Pengembangan Produk).
Strategy Product Development merupakan suatu strategi yang berusaha agar
perusahaan dapat meningkatkan atau memodifikasikan produk atau jasa yang ada
sekarang. Strategi ini memerlukan penelitian yang luas dan tajam serta
membutuhkan biaya yang cukup besar. Tujuan strategi ini adalah untuk
memperbaiki dan atau mengembangkan produk yang sudah ada. Hal ini dapat
dilakukan jika produk sudah berada pada tahap jenuh, pesaing menawarkan
produk yang sama tetapi lebih baik dan atau lebih murah, memiliki kemampuan
untuk mengembangkan produk dan berada pada industri yang sedang tumbuh.
3. Strategi diversifikasi (Diversification Strategies).
Ada tiga tipe umum strategi diversifikasi yang sudah banyak diketahui dan
diimplementasi, yaitu Concentric Diversification, Horizontz Diversification, dan
Conglomerate Diversification. Secara keseluruhan, kelompok strategi ini makin
lama makin kurang populer, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat
kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas perusahaan yang
berbeda-beda. Pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an, kecendrungan yang ada
bertujuan untuk memberikan variasi supaya bisnis perusahaan tidak bergantung
pada beberapa industri sejenis, tetapi pada tahun 1980-an kecendrungan sudah
berubah kembali. Bahkan, Michel Porter dari Harvard Business Scholl
mengatakan bahwa hendaknya perusahaan menjual atau menutup divisi-divisi
yang kurang menguntungkan untuk berfokus pada inti mereka. Ketiga macam
strategi itu sebagai berikut:
19
a. Strategi Concentric Diversification (Diversivikasi konsentrik).
Strategi ini dilaksanakan dengan cara menambah produk dan jasa yang baru tetapi
masih saling berhubungan. Tujuan strategi ini untuk membuat produk baru yang
berhubungan dengan pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada
industri yang pertumbuhannya lambat atau decline dan produk sendiri
mengalaminya.
b. Strategi Horizontal Diversification (Diversifikasi Horizontal).
Strategi ini dilakukan dengan dengan menambah produk dan jasa pelayanan baru,
tetapi tidak saling berhubungan untuk ditawarkan pada para konsumen yang ada
sekarang. Besar resiko kegagalan strategi ini tidaklah sebesar resiko pada strategi
Conglomerate Diversivication, karena perusahaan telah terbiasa dengan para
konsumen yang sekarang. Tujuan strategi ini untuk menambah produk baru yang
tidak berhubungan dengan tujuan memuaskan pelanggan yang sama. Hal ini dapat
dilakukan jika produk baru akan mendorong produk lama, persaingan produk
lama berjalan ketat dan mature distribusi produk baru pada pelanggan lancar dan
pada tingkat yang lebih dalam adalah bahwa musim penjualan dari kedua produk
relatif berbeda.
c. Strategi Conglomerate Diversification (Diversifikasi konglomerat).
Strategi dengan menambahkan produk atau jasa yang tidak saling berhubugan
disebut Conglemerate Diversivication. Tujuan strategi ini untuk menambah
produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda. Hal ini
dapat dilakukan jika industri sektor ini telah mengalami kejenuhan, ada peluang
memiliki bisnis yang tidak berkaitan yang masih berkembang baik serta memiliki
sumber daya untuk memasuki industri baru tersebut.
4. Strategi Bertanan (Defensive Strategies).
Perusahaan juga melakukan strategi bertahan. Strategi tersebut adalah sebagai
berikut:
20
a. Strategi Joint Venure (Usana Patungan).
Strategi Joint Venture adalah suatu strategi yang sangat populer yang tejadi pada
saat dua atau lebih perusahaan membentuk suatu firma yang temporer atau
konsorsium untuk tujuan kapitalis modal. Strategi ini dapat dipertimbangkan
dalam hal perusahaan bertahan untuk tidak mau memikul bebannya sendirian.
Sering kali, dua atau lebih perusahaan sponsor membentuk sebuah organisasi yang
terpisah dan telah membagi kepemilikan ekuitas dan entitas yang baru ini.
Penggunaan joint venture terus berkembang dengan baik, antara lain karena
bentuk kerja sama ini mengizinkan perusahaan untuk meningkatkan komunikasi
dan jaringan dalam rangka peningkatan kerja yang mengglobal disamping untuk
meminimalkan resiko. Tujuan strategi ini untuk menggabungkan beberapa
perusahaan dalam bentuk perusahaan baru yang terpisah dari induk induknya. Hal
ini dapat dilakukan jika mereka merasa tidak mampu untuk bersaing dengan
perusahaan lain yang lebih besar, atau dalam rangka kemudahan-kemudahan lain.
b. Strategi Retrencment (penciutan).
Strategi Retrenchment dapat dilaksanakan melalui reduksi biaya dan aset
perusahaan. Hal ini dilakukan karena telah terjadi penurunan penjualan dan laba
perusahaan. Retrechment yang kadang-kadang disebut juga sebagai strategi
Turnaround atau Reorganisasi dirancang agar perusahaan mampu bertahan pada
pasar persaingannya. Selama proses retrenchment, para ahli strategi bekerja
dengan sumber daya yang terbatas dan menghadapi tekanan-tekanan dari
pemegang saham, pekerja dan media. Strategi Retrechment juga dapat dilakukan
dengan cara menjual aktiva seperti tanah dan gedung dalam rangka mendapatkan
uang tunai yang diperlukan, penutupan marginal bisnis, penutupan pabrik yang
produknya dianggap sudah kuno, otomasi proses, pengurangan jumlah karyawan,
dan pembuatan sistem pengendalian biaya ketat.
Tujuan strategi ini untuk menghemat biaya agar penjualan atau pun keuntungan
dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset perusahaan. Hal ini dapat
dilakukan jika sering mendapat kegagalan dalam berusaha pada sumber daya
21
cukup tersedia, kurang efisien dalam berusaha, atau diperlukan reorganisasi
internal karena terlalu cepat tumbuh.
c. Strategi Divestiture (Penciutan Usaha).
Menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan disebut divestiture. Strategi
Divestiture sering digunakan dalam rangka penambahan modal dari suatu rencana
investasi atau untuk menindak lanjuti strategi akuisisi yang telah diputuskan untuk
proses selanjutnya. Divestiture dapat berupa bagian dari retrechment strategy
untuk mengganti perusahaan yang sudah tidak menguntungkan atau sudah tidak
menguntungkan atau sudah tidak sesuai dengan aktivitas perusahaan lainnya.
Tujuan strategi ini adalah menjual sebuah unit bisnis. Hal ini dapat dilakukan jika
suatu unit bisnis tidak dapot dipertahankan keberadaanya karena misalnya terus
merugi dan berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.
d. Strategi Liquidation (Likuidasi).
Menjual seluruh aset yang dapat dihitung nilainya disebut liquidation atau
likuidasi. Strategi likuidasi merupakan sebuan pengakuan dari suatu kegagalan.
dan sebagai akibatnya bisa menjadi strategi yang sulit bagaimanapun juga.
mungkin lebih baik menghentikan operasi perusahaan dari pada meneruskannya
akan mendatangkan kerugian yang bertambah besar.
Strategi ini bertujuan untuk menutup perusahaan. Hal ini dapat dilakukan jika
perusahaan sudah tidak ddpat dipertahankan keberadaannya. Dengan menjual
harta perusahaan. pemegangan saham akan dapat memperkecil kerugiannya.
5. Strategi Combination (Kombinasi).
Banyak perusahaan mengimplementasikan kombinasi dari dua atau lebih strategi
secara simultan. Akan tetapi cara seperti ini berisiko tinggi jika diimplentasikan
terlalu jauh. Sulit mencari perusahaan yang mampu bertahan melakukan seluruh
strategi yang menguntungkan perusahaan tersebut. Keputusan yang sulit harus
tetap dibuat, prioritas harus tetap ditetapkan, oleh karena itu dengan sumber daya
yang terbatas baik organisasi ataupun indivindu harus memilih diantara alternatif
strategi.
22
Perusahaan tidak dapat melakukan begitu banyak kegiatan dengan baik karena
sumber daya dan keahlian sedikit, sementara itu para pesaing, terus berupaya
menggali keuntungan. Dalam perusahaan yang banyak, diversivikasi-nya, strategi
kombinasi digunakan secara umum pada saat divisi-divisi yang berbeda
menggunakan strategi-strategi berbeda pula. Juga, dalam upaya bertahan hidup
perusahaan mungkin akan menggunakan suatu kombinasi, beberapa strategi untuk
bertahan secara simultan, seperti divesture, liquidation, dan retrechment.
Jadi , situasi dan kondisi dilapangan bisa saja menuntut implementasi strategi
yang tidak pas dari macam strategi di atas. Oleh karena itu strategi, yang akan
diterapkan dapat saja merupakan dapat saja merupakan kombinasi, dari macammacam strategi diatas. Dan karena itu, para pengambil keputusan perlu
mengumpulkan data selengkap mungkin dan menganalisisnya secermat mungkin.
2.3.3
Strategi Utama dari General Electric.
Selain strategi-strategi diatas, General Electric (GE) mengelompokkan strategistrategi utama guna di manfaatkan dengan alat analisis Matriks 9 Sel berdasarkan
strategi generik dari Glueck seperti berikut:
1. Strategi Generik Pertumbuhan.
Strategi Utama:
a. Pertumbuhan konsentrasi Horizontal.
b. Pertumbuhan konsentrasi Vertikal.
c. Pertumbuhan Difersifikasi Terpusat.
d. Pertumbuhan Difersifikasi Konglomerat.
2. Starategi Generik Stabilitas.
Strategi utama :
a. Pause Strategi ( Strategi Istirahat).
b. Procced With Coution strategi ( Strategi terus dengan hati-hati ).
c. No Chenge Strategi(Strategi tampa perubahaan).
d. Profit Strategi( Strategi Laba).
23
3. Starategi Generik Penciutan.
Strategi utama :
a. Turnaround.
b. Memikat perusahaan lain.
c. Pelepasan.
d. Likuiditas.
2.4
Model Manajemen Strategi.
Dalam membahas manajemen strategik, hendaknya mengacu pada manajemen
strategik agar pembahasannya dapat fokus. Salah satu model yang sederhana yaitu
seperti pada gambar berikut:
Visi, misi Dan Falsafah
Perusahaan
Analisis Eksternal dan Inernal
Perusahaan
Analisis pilihan Strategik
Sasaran Jangka Panjan dan
Strategi Induk
Sasaran Jangka Pendek dan
Strategi Operasional
Peranan, Pelaksanaan,
Pengendalian dan Evaluasi
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategi
2.4.1
Visi dan Misi.
Visi merupakan suatu keinginan terhadap keadaan dimasa datang yang dicitacitakan oleh seluruh personel perusahaan mulai dari jenjang yang paling
atas.sampai kebawah, seperti pesuruh sekalipun. Cita-cita dimasa depan yang ada
di dalam benak pendiri yang kira kira mewakili seluruh anggota perusahaan
inillah yang disebut visi.
24
Langkah berikut adalah memnbuat misi, yaitu penjabaran makna visi tersebut
secara tertulis agar seluruh anggota organisasi menjadi paham dan jalas.
Selain ada delapan karakteristik penting yang dapat dipakai dalam pertimbangan
penyusun buat visi. Visi yang baik minimal dapat dijawab salah satu jawaban dari
delapan seperti berikut ini (Riset Strategi Perusahaan:Husein Umar;1999:h-89).
1. Komitmen pada karyawan.
2. Komitmen terhadap citra pada di masyarakat.
3. Konsep perusahaan.
4. Komitmen terhadap pertumbuhan dan keuntungan.
5. Teknologi.
6. Pasar.
7. Pelanggan.
8. Produk atau jasa.
Dan dalam membuat misi, hendaknya mempertimbangkan segala kemampuan dan
kelemahan yang ada, sehingga isi dari misi bukan menjadi suatu angan-angan,
janji- janji atau sekedar “angin surga”.
2.4.2
Analisis Eksternal dan Internal Perusahaan.
Misi perusahaan sangat sulit direalisasikan jika tidak berinteraksi dengan
lingkungan eksternalnya sehingga mengenal dan menganalisis lingkungan
eksternal menjadi sangat penting, apalagi kondisi lingkungan eksternal itu berada
diluar kemampuan organisasi untuk mengendalikannya. Lingkungan eksternal
tersebut, agar dapat dikenali dan dianalisis sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan
untuk pengambilan keputusan oleh manajemen, seyogianya dipilah-pilah dulu dan
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
Umumnya teori manajemen strategi mengusulkan adanya 3 kelompok lingkungan
eksternal, yaitu :
25
1. Lingkungan eksternal yang mempunyai dampak pada proses manajerial dan
operasi perusahaan, tetapi sumber dampak berada di luar organisasi yang
biasanya timbul bukan karena masalah yang ada didalam organisasi. Yang
tergolong dalam lingkungan eksternal macam ini misalnya faktor ekonomi dan
perdagangan nasional maupun global, politik nasional, perubahan nilai-nilai
sosial dan budaya serta kemajuan teknologi.
2. Lingkungan eksternal yang mempunyai dampak langsung pada operasional
berbagai strategi dan kebijakan suatu perusahaan, yang umumnya dapat
dikendalikan atau paling tidak dipengaruhi oleh perusahaan, seperti nilai
kompetitif perusahaan, sikap dan perilaku konsumen, situasi pasar kerja dan
para pemegang saham.
3. Lingkungan industri dimana bisnis perusahaan berada merupakan lingkungan
yang tidak dapat dikendalikan, tetapi dapat berpengaruh langsung atau tidak
langsung pada perusahaan, seperti ancaman pendatang baru, persaingan,
adanya produk substitusi dan lain-lain.
Selain kondisi lingkungan eksternal, pemahaman terhadap kondisi lingkungan
internal perusahaan secara luas dan mendalam pun perlu dilakukan, sehingga
strategi yang dibuat perlu konsisten dan realistis sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Dari iingkungan internal ini hendaknya dapat dipahami perihal
kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan sekaligus kekuatankekuatannya.
2.4.3
Strategi.
Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai suatu strategi dalam berusaha, hanya
para pimpinan perusahaan kadang-kadang tidak tahu atau tidak menyadarinya.
Bentuk strategi akan berbeda-beda antar industri, antar perusahaan dan bahkan
antar situasi yang berbeda. Namun ada sejumlah strategi yang sudah banyak
diketahui dimana strategi-strategi ini dapat diterapkan pada berbagai bentuk
industri dan ukuran perusahaan. Strategi-strategi ini dikelompokkan dalam satu
nama yaitu strategi Generik.
26
Didalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan dituntut
untuk mempersiapkan diri secara matang yaitu dengan cara melakukan
perencanaan strategi. Dan didalam melakukan perencanaan strategi, perusahaan
tidak hanya memfokuskan pada usaha target pangsa pasar atau volume penjualan
yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu. Akan tetapi juga harus
memperhitungkan perubahan-perubahan yang akan terjadi dalam kebijakan
ekonomi makro yang dilakukan pemerintah. Karena itu mau tidak mau perusahaan
harus mempunyai wawasan luas dan tajam.
Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman
eksternal dan merebut peluang yang ada. Menurut Freddy Rangkuti, (Analisis
SWOT Teknik Membelah Kasus Bisnis; Freddy Rangkuti;1997; h-3) mengatakan
bahwa : Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut
perencanaan strategis.
Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaaan dapat melihat secara
objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat
mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan
secara jelas, fungsi manajemen, konsumen, distributor dan pesaing. Jadi
perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan
memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang
optimal dari sumber daya yang ada.
Perencanaan strategi adalah suatu perencanaan ke depan yang ditetapkan untuk
dijadikan pegangan, mulai dari tingkat korporat sampai pada tingkat unit bisnis,
produk, dan situasi pasar. Perencanaan strategi merupakan strategi induk dari
manajemen strategi, yaitu visi, misi, tujuar strategi dan kebijakan ( Manajemen
Strategi dan Kebijakan Perusahaan H.Djaslim Saladin; 1999; h-23)
Ada 2 dasar perencanaan strategi, yaitu:
1. Perencanaan Intuitif antisipatif : suatu perencanaan yang didasarkan pada
pengalaman-penglaman, naluri, pertimbangan dan reflekti seorang manajer
dengan perkataan lain perencanaan strategi intuitif, Antisipatif adalah
27
perencanaan berdasarkan penagalaman masa lalu, pertimbangan dan cara
berpikir reflektif.
2. Perencanaan Jangka Panjang Formal : adalah perencanaan berdasarkan
prosedur, penelitian melibatkan banyak orang dan menghasilkan seperangkat
rencana tertulis.
2.4.4
Tahapan Analisis Manajemen Strategi.
Berbagai organisasi bisnis dapat dikategorikan pada dua kategori utama yaitu
organisasi bisnis yang hanya terlibat dalam satu bidang usaha dan organisasi
bisnis yang terlibat dalam berbagai bidang usaha. Berangkat dari dua hal tersebut
dikatakan bahwa untuk suatu organisasi yang hanya terlibat pada satu bidang
bisnis, strateginya hanya dua tingkat, yaitu:
a. Strategi pada bidang korporasi.
b. Strategi yang sifatnya fungsional.
Lain halnya dengan organisasi yang terlibat dalam berbagai bidang kegiatan
bisnis. Korporasi demikian dikenal dengan nama seperti "grow” atau
"konglomeraf”, "Holding Company” atau nama lain yang sejenis. Pada korporasi
yang "multi bisnis” terdapat tiga tingkat strategi, yaitu:
a. Strategi tingkat korporasi (perusahaan).
b. Strategi tingkat bidang satuan bisnis.
c. Strategi tingkat fungsional.
Masing-masing tingkat mengandung 4 (empat) komponen utama yang sama yaitu
ruang lingkup (scope), pengembangan sumber daya (resource development),
keunggulan bersaing (competitive advantage) dan sinergis (sinergy).
Strategi perusahaan dapat dibagi menjadi 2 kategori (Riset Strategi Perusahaan;
Husein Umar, 1999: h-161).
1. Perusahaan dengan satu bidang usaha, tingkatan strateginya adalah tingkat
korporat dan tingkat fungsional.
2. Perusahaan dengan lebih dari satu bidang usaha (multidivisi), tingkatan
28
strateginya adalah tingkat korporat, tingkat unit bisnis dan tingkat fungsional.
Penekanan analisisnya akan lebih banyak pada analisis portofolio.
2.4.5
Strategi Tingkat Korporasi (Strategi perusahaan).
Menurut Andrews (The Concept of Corporate Strategy; 1985; h18-19} strategi
korporasi adalah strategi yang disusun dalam suatu bisnis, dimana perusahaan
akan bersaing dengan cara mengubah distinctive competence menjadi competitive
advantage. Pada tingkat korporasi ini, strategi berusaha menjawab dua pertanyaan
sebagai berikut:
a. Kegiatan bisnis apa yang diunggulkan untuk dapat bersaing?
b. Bagaimana masing-masing kegiatan bisnis terse but dapat dilakukan secara
terintegrasi?
Masalah yang cukup krusial dari strategi korporasi ini adalah menentukan bisnis
apa yang akan dikembangkan, bisnis apa yang ingin dipertahankan, dan bisnis apa
yang akan dilepaskan. Keputusan memasuki pasar baru (diversivikasi), cara
memasuki bisnis tersebut (misalnya, akuisisi, pengembangan internal, joint
venture), dan cara keluar dari bisnis (misalnya, spint-off, sell-off dan likuidasi)
merupakan cara-cara untuk dapat bersaing dan memperkuat keunggulan
komperatif. Menurut Kenichi Ohmae, penerapan strategi korporasi harus
didasarkan kepada keinginan konsumen, baru setelah itu perusahaan membuat
produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen.
Sementara itu, Michel Porter (Competitive Advantage, Michel Porter, 1985)
menyarankan bahwa dalam penyusunan strategi korperasi, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu keunggulan bersaing yang dimiiiki, atau yang diciptakan dan
menempatkannya pada masing-masing unit bisnis. Penciptaan keunggulan
bersaing tersebut mengacu pada permainan baru yang masuk di industri, kekuatan
daya beli konsumen, kekuatan pemasok, serta produk subtitusi sejenis lainnya
yang dapat dianggap sebagai pesaing bagi produk yang dianaiisis. Untuk jelasnya
dapat dilihat pada gambar kekuatan persaingan dalam suatu industri berikut :
29
Pemain
baru
Ancaman Pendatang
Baru
Daya Tawar-menawar
Pemasok
Persaingan
industri
Kekuatan pemasok
Kekuatan
pembeli
Daya Tawar-menawar
Pembeli
Ancaman Produk
atau Jasa Subtitusi
Produk
pengganti
Gambar 2.2 Lima Faktor Persaingan dalam Industri
Sumber : Michel E. Porter (1985) “Competitive Advantage : Creating and
Sustaining Superior Performance”, (h.5).
Jadi strategi pada tingkat korporasi ini merupakan landasan dan acuan untuk
penyusunan strategi-strategi di tingkat yang lebih rendah (strategi unit bisnis dan
strategi fungsional). Dengan demikian, strategi yang telah disusun di ketiga
tingkatan strategi (korporasi, unit bisnis, dan fungsional) merupakan satu kesatuan
strategi yang saling mendukung dan terkait untuk menciptakan sinergi bagi
performansi perusahaan.
2.5
Metoda Eksternal Factor Evaluation (EFE).
Menurut Husein Umar (Riset Strategi Perusahaan; Husein Umar, 1999:h-164),
untuk menganalisis industri menggunakan Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Matrix menghendaki agar para peneliti strategi melakukan pengumpuian data dan
menganalis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan informasi
tentang persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada.
Ada lima tahap dalam mengembangkan EFE matrix:
a.
Buatlah critical success factor yang mencakup perihal opportunities, dan
threats. Buatlah secara spesifik dengan menggunakan teknis statistik seperti
30
persentase, rasio dan perbandingan jika memungkinkan.
b. Tentukan bobot critical success factor tadi dengan skala mulai dari 0,0 (tidak
penting) sampai 1,0 (sangat penting). Ukuran bobot dapat ditetapkan dengan
beberapa cara, misalnya dengan konsensus kelompok. Total seluruh bobot
harus sama dengan 1,0. Nilai bobot dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
c. Selanjutnya tentang rating. Setiap critical success factor diberi rating antara 1
sampai 4, dimana:
4 = Respons sangat bagus
2 = Respons rata-rata
3 = Respons diatas rata-rata
1 = Respons dibawah rata-rata
Rating ini berdasar pada efektivitas strategi perusahaan, dengan demikian
nilainya berdasarkan kondisi perusahaan.
d. Kalikan masing-masing nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk mendapatkan
score untuk semua critical success factor.
e. Jumlahkan semua score untuk mendapatkan nilai total score untuk perusahaan.
Sudah tentu bahwa dalam EFE matrix, kemungkinan nilai terbesar total score
adalah 4,0 dan terendah adalah 1,0. Total score 4,0 mengindikasikan bahwa
perusahaan merespons peluang yang ada dengan cara yang luar biasa dan
menghindari ancaman-oncaman dipasar industrinya. Total score sebesar 1,0
menunjukkan strategi-strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang - peluang
atau tidak menghindari ancaman eksternal.
Contoh perhitungan bobot perhitungan variabel 1:
 X =  X 1 +  X 2 +  X 3 +….+  X n
Bobot X1 =
2.6
X 1 : X
Metoda Internal Factor Evaluation (IFE).
Menurut Husein Umar (Riset Strategi Perusahaan Husein Umar, 1999: h-172),
langkah penyimpulan dalam mengelola internal-management internal audit dapat
dipakai untuk menyusun IFE Matrix. Alat perumusan strategi ini menyimpulkan
dan mengevalusikan kekuatan dan kelemahan yang besar dalam daerah-daerah
fungsional perusahaan, dan juga untuk memberikan suatu basis bagi
31
pengidentifikasian daan pengevaluasian hubungan diantara daerah-daerahtersebut. Perlu diketahui pula bahwa intuitive judgement sangat diperlukan dalam
menggunakan IFE Matrix ini.
Setelah faktor-faktor strategi internal suatu perusahaan diidentifikasi, suatu tabel
EFI (evaluasi faktor internal) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi
internal tersebut dalam kerangka strengts and weakness perusahaan.
Tahapnya adalah:
Langkah penyimpulan dalam mengelola internal-management audit dapot dipakai
untuk menyusun IFE matrix. Alat perumusan strategi ini menyimpulkan dan
mengevaluasikan kekuatan dan kelemahan yang besar dalam daerah-daerah
fungsional perusahaan, dan juga untuk memberikan suatu basis bagi
pengidentifikasian dan pengevaluasian hubungan diantara daerah-daerah tersebut.
Perlu diketahui pula banwa intuitive judgement sangat diperlukan dalam
penggunaan IFE matrix.. IFE matrix dapat dikembangkan dalam lima tahap yaitu :
a. Buatlah daftar critical success factor seperti yang diidentifikasikan pada
internal audit process antara sepuluh sampai duapuluh faktor internal, termasuk
faktor kekuatan dan kelemahannya. Buat secara spesifik.
b. Tentukan bobot dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat
penting). Nilai bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut
untuk menjadi sukses dalam industri perusahaannya. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan untuk memiliki peran yang paling besar pada prestasi
organisasi diberi nilai tertinggi demikian pula sebaliknya. Total seluruh bobot
harus sama dengan 1,0.
c. Beri rating antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor untuk menunjukkan
apakah faktor tersebut memiliki kelemahan yang besar (rating = 1), kelemahan
yang kecil (rating = 2), dan kekuatan yang kecil (rating = 3) dan kekuatan
yang besar (rating = 4). Jadi sebenarnya, rating mengacu pada industri dimana
perusahaan berada.
d. Kalikan bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan
scorenya.
32
e. Jumlahkan total skor masing-masing variabel. Nilainya merupakan nilai bagi
organisasi tersebut dari sisi IFE matrix. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya
dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah, sedangkan
nilai diatas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat.
Pembobotan dan pemberian rating pada faktor internal ini dilakukan oleh pihak
perusahaan yang paling mengetahui kondisi perusahaan dengan membandingkan
dengan pesaing utama atau rata-rata industri serta dengan mempelajari dokumendokumen yang ada diperusahaan. Perhitungan Matrik bobot EFI (Evaluasi Faktor
Internal) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Contoh perhitungan bobot perhitungan variabel 1:
 X =  X 1 +  X 2 +  X 3 +….+  X n
Untuk perhitungan bobot :
Bobot X1 =
2.7
X 1 : X
Metoda Streght-Weakness-Opportunities- Threats (SWOT).
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) atau dikenal pula
dengan nama K3A (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan / peluang, Ancaman)
merupakan suatu metoda untuk merumuskan dan menerapkan strategi perusahaan
untuk mencapai misi dan tujuannya. Analisis SWOT dilakukan karena suatu
organisasi terlibat dalam berbagai keadaan lingkungan yang dinamis sehingga
pengaruh lingkungan terhadap keberhasilan perusahaan sangat dominan.
Analisis SWOT dilakukan dengan cara mengindentifikasi berbagai kondisi
lingkungan, baik lingkungan internal perusahaan yang berupa kekuatan dan
kelemahan perusanaan dalam melakukan persaingan maupun lingkungan .
eksternal yang berupa peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusanaan.
Dengan demikian akan dapat diketahui sampai sejauh mana suatu perusahaan
dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.
Langkah-Iangkah untuk melakukan analisis SWOT adalah:

Indentifikasi karakteristik perusanaan Indentifikasi kekuatan dan kelemahan.

Indentifikasi peluang dan ancaman Menentukan faktor-faktor kunci
kesuksesan.
33

Indentifikasi besarnya hubungan antara lingkungan internal dan eksternal.

Merencanakan strategi yang akan dilakukan.
Berikut adalan pendapat-pendapat beberapa ahli mengenai analisis SWOT:
1. Prof Komaruddin (Manajemen Berdasarkan Sasaran; h-J78).
Manajemen perlu melakukan beberapa langkah fungsional dalam proses
pembuatan sasaran meliputi : Melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat), melakukan indentifikasi strengths dan Weaknesses serta
lingkungan eksternal Opportinuties dan threats yang dihadapai dunia bisnis.
Analisis SWOT membandingkan faktor eksternal Peluang (opportunities) dan
Ancaman (threats) dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan
Kelemahan (weaknesses).
Berbagai Peluang
3. Mendukung
strategi turn-over
1. Mendukung
strategi agresif
Kelemahan
Internal
Kelemahan
Eksternal
4. Mendukung
strategi defensif
2. Mendukung
strategi deversifikasi
Berbagai Ancaman
Gambar 2.3 Analisis SWOT
Sumber : Freddy Rangkuti (1997), “Analisis SWOT, Teknik Membelah Kasus
Bisnis”, (h.19)
Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut
memiliki
peluang
dan
kekuatan
sehingga
dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalahmendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (growth oriented strategy).
34
Kuadran 2: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain
pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus
strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang
lebih baik.
Kuadran 3: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal
Kuadran 4: Meskipun mengahadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memilik kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus untuk
mengenal wilayah-wilayah yang berpengaruh besar terhadap
organisasi (faktor kunci), merumuskan sasaran-sasaran dan sejumlah
ukuran pelaksanaan organisasi, mendelegasikan tanggung jawab
diantara anggota kelompok organisasi.”
2. Georges. Ordiorne dari Eckerd College (Manjemen Berdasarkan.Sasaran; h180) : " Agar suatu organisasi /perusahaan berfungsi efektif, manejemen
memerlukan tiga langkah esensial yang harus dipertimbangkan yaitu: sasaran
strategi hendaknya dinyatakan mendahului keputusan anggaran, sasaran
strategi hendaknya mendefinisikan kekuatan, kelemahan, masalah, ancaman
resiko dan kesempatan, sasaran strategi hendaknya memperhatikan trend dan
misi serta mendefenisikan pilihan strategis yang mencakup akibatakibat setiap
pilihan".
3. Wee Chow dan Kai Lee Sheang (War and Management; h-16) “Analisis
SWOT merupakan analisis perbandingan yang dilakukan perusahaan sebelum
mulai merancang strategi perusahaan”.
Berdasarkan pendapat di atas maka salah satu pertimbangan dalam merumuskan
sasaran strategis adalah keharusan untuk merumuskan kekuatan, kelemahan,
kesempatan/peluang. Kekuatan dan kelemahan mendasari organisasi/perusahaan
dalam melakukan penilaian kemampuan erta keterbatasan internal. Selain itu
analisis SWOT juga memberikan dasar untuk melakukan penilaian segala peluang
dan ancaman yang datang !ari lingkungan eksternal organisasi/ perusahaan.
35
Seperti yang ditulis oleh Freddy Rangkuti (Analisis SWOT Teknik membedah
Kasus Bisnis; Freddy Rangkutl: 1997; h-19), bahwa penelitian menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan adalah analisis SWOT.
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversivikasi (produk/ pasar).
2.8
Metoda Quantitative Strategic Plannining Matrix (QSPM).
Menurut Husein Umar, (Riset Strategi Perusahaan; 1999; h-210). Ada satu teknik
analisis dalam literatur mengenai suatu rancangan untuk menentukan kemenarikan
relatif (relative attractiveness) dari tindakan tindakan strategi alternatif yang dapat
dilaksanakan. Teknik yang dimaksud adalah Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM), yaitu teknik yang dipakai keputusan dari kerangka kerja analisis
formulasi strategi. Teknik ini secara jelas menunjukkan strategi alternatif mana
yang paling baik untuk dipilih. QSPM menggunakan input dari hasil analisis (EFE
dan IFE) dan pada pengolahan (IE Matrix dan TOWS Matrix) untuk analisis
selanjutnya melalui QSPM. Contoh bentuk dasar QSPM dapat dilihat dari table
2.1
Tabel 2.1 Bentuk dasar QSPM
Alenatif Startegi
Faktor Utama
Weight
Faktor eksternal
-
Ekonomi
-
Politik / hukum
-
Social / kebudayaan
-
Demografi / lingkungan
-
Teknologi
-
Persaingan
Strategi
Strategi
Strategi
I
II
III
36
Faktor Internal
-
Manajemen
-
Pemasaran
-
Keuangan
-
Produksi / operasi
-
Penelitian-pengembangan
-
Sistem informasi
Faktor internal
1 = sangat lemah
2 = lemah
3 = kuat
4 = sangat kuat
Faktor eksternal: respon perusahaan
1 = lemah
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = superior
Langkah-langkah pengembangan QSPM
Tahap 1: Buatlah daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan SBU
perusahaan dikolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari EFE Matriks
dan IFE Matriks. Minimal sepuluh external critical success factor dan internal
critical success factor dimasukkan kedalam QSPM.
Tahap 2: Beri Weight pada masing-masing external and internal key success
factor. Weight ini sama dengan yang ada pada di EFE Matrix dan IFE Matrix.
Tahap 3: Teliti matriks-matriks pada stage 2 dan identifikasikan strategi alternatif
yang pelaksanaannya harus dipertimbangkan perusahaan. Catatlah strategi-strategi
ini dibagian atas baris QSPM. Kelompokkan strategi-strategi tersebut kedalam
kesatuan yang mutually exclusive, jika memungkinkan.
Tahap 4: Tetapkan Attractiveness Score (AS), yaitu nilai yang menunjukkan
kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih. Attractiveness
Score ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing external and internal key
success factor.
37
Tahap 5: Hitunglah Total Attractiveness Score. Hal ini didapat dari perkalian
Weight (tahap 2) dengan Attractiveness Score (tahap 4) pada masing-masing
baris. Total Attractiveness Score menunjukkan relative attractiveness dari
masing-masing alternatif strategi.
Tahap 6: Hitung Score Total Attractiveness Score. Jumlahkan semua Total
Attractiveness Score pada masing-masing kolom QSPM. Dari beberapa nilai TAS
yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggilah yang
menunjukkan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS
terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir
QSPM adalah alat yang dapat direkomendasikan bagi para peneliti strategi untuk
mengevaluasi pilihan strategi untuk mengevaluasi pilihan strategi alternatif secara
obyektif, berdasarkan faktor-faktor sukses utama internal-eksternal yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Seperti alat analisis untuk memformulasikan strategi
lainnya, QSPM juga membutuhkan Intuitive judgment yang baik.
Download