PENDAHULUAN Latar Belakang Metan (CH4) merupakan salah satu gas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Gas metan mempunyai dampak yang merugikan di udara karena dapat berinteraksi dengan lapisan ozon dan menyerap sinar inframerah yang melewati atmosfer sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan temperatur di permukaan bumi. Metan dapat menyebabkan pemanasan global 21 kali lebih besar daripada CO2 (Mitloehner, 2005). IPCC (2001), menyatakan bahwa pemanasan global menyebabkan temperatur di permukaan bumi mengalami peningkatan sebesar 1,4 sampai 5,8°C. Selain itu, pemanasan global yang terjadi juga menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan peningkatan level air laut sebesar 0,09 - 0,88 m karena terjadi pencairan air es yang terdapat di kutub. Dunia peternakan merupakan salah satu pihak yang berkontribusi dalam pemanasan global. Peternakan berkontribusi sebesar 16 - 20% dari metan yang dihasilkan. Metan yang dihasilkan oleh peternakan mayoritas berasal dari ternak ruminansia. Metan merupakan salah satu gas produk fermentasi bahan pakan oleh mikrobia rumen pada ternak ruminansia. Kerbau dan sapi merupakan ternak yang berkontribusi paling besar terhadap produksi metan yaitu 80% dari total ternak ruminansia (Aydinalp dan Cresser, 2008). Pada proses fermentasi di dalam rumen, 2 - 12% dari total energi dalam pakan akan dikonversi menjadi metan sehingga menurunkan efisiensi penggunaan bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternak (Johnson dan Johnson, 1995). 1 Pengurangan produksi metan di dalam rumen akan memberikan keuntungan meningkatkan supply energi pada ternak sehingga meningkatkan efisensi penggunaan bahan pakan. Saat ini telah banyak dilakukan usaha untuk memanipulasi proses fermentasi di dalam rumen yang bertujuan untuk mengurangi produksi metan. Manipulasi fermentasi di dalam rumen dapat dilakukan dengan memberikan agen defaunasi pada protozoa dalam pakan ternak menggunakan saponin (Hess et al., 2003). Penggunaan essential oil (Mao et al., 2010), monensin (Van Nevel dan Demeyer, 1977), dan sinamaldehid (Macheboeuf et al., 2008) juga dapat digunakan untuk mengurangi produksi metan di dalam rumen. Menurut Busquet et al. (2005a), sinamaldehid dapat menurunkan proporsi asetat dan meningkatkan proporsi propionat dan butirat sehingga dimungkinkan dapat digunakan sebagai evaluasi aksi antimetanogenik. Menurut Ferme et al. (2008), sinamaldehid diketahui mempunyai peranan seperti monensin, yaitu dapat menghambat produksi asetat, mengurangi H2, dan menstimulasi pembentukan propionat. Menurut Chaves et al. (2011), sinamaldehid berpotensi untuk memanipulasi H2 melalui proses biohidrogenasi sehingga H2 yang dihasilkan di dalam rumen dimungkinkan akan berikatan dengan struktur sinamaldehid dan tidak dimanfaatkan oleh bakteri metanogenik sehingga gas metan yang dihasilkan akan menurun. Macheboeuf et al. (2008), menyatakan penambahan sinamaldehid pada fermentasi secara in vitro dapat menurunkan produksi gas metan. Sinamaldehid juga merupakan senyawa yang termasuk dalam golongan aldehid seperti formaldehid. Hassan dan Saeed (2012), menyatakan penggunaan formaldehid dalam pakan ruminansia memiliki sejumlah keuntungan, salah satunya 2 meningkatkan kinerja ternak kambing. Akan tetapi permasalahan saat ini bahwa formaldehid diyakini dapat menyebabkan kanker pada manusia (Basrur, 2002). Adanya permasalahan ini menyebabkan penggunaan formaldehid dalam pakan mulai ditinggalkan sehingga diperlukan pemanfaatan materi lain yang lebih aman. Menurut Ferme et al. (2008), sinamaldehid merupakan senyawa metabolit sekunder alami yang terdapat di dalam kulit batang dan daun kayu manis. Menurut Chaves et al. (2008b), bahwa penambahan sinamaldehid dalam ransum dapat meningkatkan total volatile fatty acids (VFA) dari ternak kambing. Sinamaldehid merupakan komponen utama dari minyak atsiri yang dihasilkan dari ekstrak tanaman kayu manis (Cinnamomum sp). Kulit batang tanaman kayu manis merupakan bagian yang sering digunakan pada pemanfaatan kayu manis, bagian ini diketahui banyak mengandung minyak atsiri. Menurut Suryani dan Nurmansyah (2009), kulit batang tanaman kayu manis mempunyai rendemen minyak atsiri sebesar 1,47 - 4,13%. Chao et al. (2000), menyatakan minyak atsiri dari kulit batang tanaman kayu manis mengandung 77,1% sinamaldehid. Menurut Lin et al. (2009), sinamaldehid merupakan komponen terbesar dari minyak atsiri batang tanaman kayu manis yaitu sebesar 75,32%. Oleh karena itu batang kayu manis yang mengandung sinamaldehid ini diharapkan dapat digunakan untuk menurunkan produksi metan dan meningkatkan efisiensi penggunaan nutrien pakan di dalam rumen. Domba ekor tipis (DET) merupakan ternak ruminansia kecil dan ternak lokal yang banyak dipelihara di Indonesia. Efisiensi produksi domba salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien dalam pakan. Tersedianya nutrien dalam pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak akan berpengaruh pada kinerja dari 3 ternak. Ternak domba ekor tipis jantan mempunyai pertambahan bobot badan harian sebesar 53 - 72 g/hari (Widiyanto et al., 2011) dan kecernaan bahan kering (KcBK) sebesar 51,86% (Purbowati et al., 2009). Chaves et al. (2008a), menyatakan bahwa penambahan sinamaldehid dalam ransum dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) dari ternak kambing. Penambahan serbuk kulit batang tanaman kayu manis sebagai sumber sinamaldehid dalam ransum dimungkinkan dapat meningkatkan kecernaan dan kinerja ternak domba ekor tipis (DET). Atas dasar uraian tersebut maka dilakukan penelitian pengaruh penambahan kayu manis (Cinnamomum burmanni Ness ex Bl.) sebagai sumber sinamaldehid terhadap efisiensi penggunaan pakan pada ternak domba. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kayu manis (Cinnamomum burmanni Ness ex Bl.) sebagai sumber sinamaldehid dalam pakan terhadap produksi metan dan kinerja domba ekor tipis. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah pemanfaatan materi alami sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan pakan pada ternak dan penyelenggaraan peternakan yang ramah lingkungan dengan emisi gas metan yang rendah. 4