KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

advertisement
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SIARAN PERS
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN SMELTER
DI TENGAH TURUNNYA HARGA KOMODITAS TAMBANG
Jakarta, 7 April 2016
Hari ini, Kamis (7/5), Pemerintah mengadakan rapat koordinasi untuk
membahas perkembangan pembangunan fasilitas pengolahan dan
pemurnian (smelter). Rapat yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Darmin Nasution ini, dihadiri juga oleh Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani serta Menteri Perdagangan
Thomas Trikasih Lembong.
Seperti diketahui, harga komoditas tambang merosot dalam lima tahun
terakhir. Sebagai contoh harga Nikel, saat ini harganya hampir setengah dari
harga lima tahun yang lalu, dari 27.000 US$/ton (2011) menjadi US 12.000
US$/ton (2015). Sementara harga Mangan turun dari 3.000 US$/ton menjadi
1.500 US$/ton, demikian juga harga Seng dari 1050 US$/lb menjadi 800
US$/lb.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tahun 2014 dan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) nomor 1 tahun 2014, maka sejak
12 Januari 2017 produk hasil pengolahan enam komoditas mineral logam
(tembaga, mangan, seng, timbal, timah dan besi), tidak dapat dijual ke luar
negeri.
Dengan adanya kewajiban pembangunan pengolahan dan pemurnian ini,
maka sering terjadi polemik di masyarakat. “Pemilihan enam komoditas ini
berdasarkan studi yang sudah dilakukan oleh ESDM, bukan berdasarkan
perusahaan,” kata Menteri ESDM Sudirman Said.
Terhadap perkembangan pembangunan smelter ini, rakor memutuskan
beberapa hal. Pertama, saat ini, terdapat dua kementrian yang menerbitkan
izin pembangnan smelter yaitu Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
Produksi Khusus diberikan oleh Kementrian ESDM dan Izin Usaha Industri
(IUI) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian. “Solusinya, jangan
membuat investor datang bolak-balik ke dua tempat. Prosesnya harus
disatukan,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Kedua, dalam hal pemberian insentif pajak, smelter bisa mendapat tax
allowance, tapi bukan tax holliday. “Sebab, industri smelter tidak memberikan
nilai tambah atau value added pada produknya,” imbuh Menteri Keuangan
Bambang Brodjonegoro. Bambang menegaskan bahwa pemberian tax
holliday akan diberikan pada industri yang memberikan nilai tambah besar,
“Bukan sekedar mengolah biji besi, tapi pabrik besi. Bukan penghasil alumina,
tapi pabrik alumunium,” imbuh Bambang.
Ketiga, soal royalti, Darmin juga menggarisbawahi soal pengenaan royalti
terhadap pertambangan. “Royalti harus diambil di hulu, bukan pada industri
pengolahannya,” ujar Darmin. (ekon)
Tim Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Email: [email protected] twitter: @perekonomianRI website: www.ekon.go.id
Download