PLN Siap Pasok Kebutuhan Listrik Smelter di Indonesia Timur Ditulis oleh David Dwiarto Selasa, 29 Oktober 2013 10:02 - PLN telah menandatangani nota kesepahaman penyaluran tenaga listrik dengan enam perusahaan yang akan membangun smelter di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Ignasius Laya JAKARTA. PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, siap memasok kebutuhan listrik untuk pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) yang akan dibangun di wilayah Indonesia Timur. Vickner Sinaga, Direktur Operasi Indonesia Timur PLN, mengatakan kesiapan PLN ditopang tambahan daya hampir 1.000 megawatt (MW) dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara yang akan beroperasi penuh 2014. "Semua (daya) cukup. Kami berhitung dua-tiga tahun lagi ada smelter yang mulai beroperasi. Kami akan siapkan pembangkitnya," kata dia. Tambahan pasokan listrik berasal dari pembangkit listrik yang masuk dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu MW tahap I. Dari program tersebut wilayah Indonesia Timur mendapatkan jatah 945 MW. Beberapa PLTU dengan total kapasitas 240 MW sudah beroperasi komersial (commercial on date/COD) tahun lalu, sedangkan yang akan beroperasi tahun ini sebesar 146 MW. Sisanya akan COD 2014. Beban puncak Indonesia Timur sekitar 3.600 MW dengan daya mampu mencapai 4.000 MW. Tambahan daya 945 MW dari program 10 ribu MW tahap I, membuat PLN mampu menyediakan permintaan listrik untuk smelter yang akan dibangun di wilayah Indonesia Timur. Menurut Vickner, hingga kini PLN telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) penyaluran tenaga listrik dengan enam perusahaan yang akan membangun smelter di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Pada Juni 2013, PLN menandatangani MoU dengan tiga perusahaan yang akan membangun smelter nikel, yakni PT Titan Mineral Utama (60 MW), PT Cinta Jaya (35 MW), dan PT Cheng 1/3 PLN Siap Pasok Kebutuhan Listrik Smelter di Indonesia Timur Ditulis oleh David Dwiarto Selasa, 29 Oktober 2013 10:02 - Feng Mining (39 MW). PLN sebelumnya juga telah menandatangani MoU dengan PT Bhakti Bumi Sulawesi (120 MW), PT Eastone Mining and Mineral Mining(70 MW), dan PT Macro Link Internasional Mining (300 MW). Penandatanganan MoU akan dilanjutkan dengan Perjanjian Kerja Sama Penyaluran Tenaga Listrik (PKS). Dari enam perusahaan tersebut, PLN telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan PT Bhakti Bumi Sulawesi, dengan kebutuhan untuk tahap pertama sebesar 30 MW. Smelter Bhakti Bumi akan dilayani secara khusus sehingga dapat menjamin kualitas keandalan pasokan sesuai kebutuhan smelter yang spesifik. "Di Bantaeng, kami siap layani. Smelter itu tidak serta merta hari itu langsung beroperasi secara penuh, bertahap. Ada yang total 60 MW, bertahap 20 MW, 20 MW. Kami juga bahkan sudah minta uang muka dibayar dulu, biaya penyambungannya, biar kami bangun jaringan ke sana," tutur dia. Yudi Winardi Widjaja, General Manager PLN Sulawesi Selatan Tenggara Barat (Sulselrabar), sebelumnya mengatakan, dayamampu sistem kelistrikan Sulawesi Selatan mencapai 1.108 MW dengan beban pemakaian listrik rata-rata mencapai 833 MW. Saat ini terdapat cadangan daya listrik sekitar 275 MW di sistem kelistrikan Sulawesi Selatan, atau 33% dari total daya mampu pembangkit yang ada, yaitu 1.108 MW dibanding beban listrik yang mencapai 833 MW. "Kami siap memasok kebutuhan listrik untuk kebutuhan smelter di Bantaeng," tegas dia. Mangantar S Marpaung, pakar pertambangan, sebelumnya mengatakan pembangunan smelter saat ini tidak ekonomis karena perusahaan yang akan membangun dibebani investasi yangmahal untuk menyediakan sumber energi. Saat ini sumber energi dan infrastruktur untuk smelter belum memadai sehingga pilihan bagi perusahaan adalah membangun pembangkit listrik dan infrastuktur sendiri atau menggunakan coking coal. Namun pilihan menggunakan coking coal untuk mengolah dan memurnikan bijih mineral juga sulit dilakukan karena teknologi dan investasi sangat mahal. Sementara membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan energi barubara juga tidak murah. 2/3 PLN Siap Pasok Kebutuhan Listrik Smelter di Indonesia Timur Ditulis oleh David Dwiarto Selasa, 29 Oktober 2013 10:02 - "Sebuah smelter biasanya membutuhkan daya 150 MW sedangkan dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 MW antara USS 2 juta-3,5 juta. Jadi membangun sebuah PLTU dengan kapasitas 150 MW membutuhkan dana sekitar US$ 450 juta atau sekitar Rp 4 triliun. Ini investasi yang sangat mahal," tutur dia. PLTA Vickner mengatakan selain dari pembangkit milik PLN, daya listrik Indonesia Timur akan diperkuat oleh pasokan listrik swasta. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sulewana di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, milik anak perusahaan Kalla Group, PT Poso Energy, akan menghasilkan listrik 3.x 65 MW. PLTU Jeneponto yang dibangun Bosowa Energy Corporation akan menyuplai listrik berkapsitas 200 MW ke sistem kelistrikan Sulawesi Selatan. "Kami juga beli excess power dari PT Adaro Energy Tbk (ADRO) 20 MW. Ada juga di Kalimantan Selatan anak usaha PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), kita beli. Jadi listrik itu berasal dari komponen beli, sewa, dan produksi. Sumber : Indonesia Finance Today, 25 Oktober 2013 3/3