BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers BKPM Soroti Pasokan Listrik Untuk Investasi Smelter Jakarta, 9 Desember 2015 – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencermati pasokan listrik untuk investasi pemurnian mineral (smelter) yang merupakan salah satu industri strategis. Dalam kunjungannya ke Bantaeng awal pekan ini, Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan pentingnya ketersediaan listrik ini untuk merealisasikan minat investasi dari industri pemurnian mineral tersebut. Investor smelter yakni PT Huadi Nickel Alloy Indonesia dan PT Titan Mineral Utama di Bantaeng menyampaikan bahwa pasokan listrik dijamin oleh PLN, serta beberapa pembangkit listrik yang ada disekitar lokasi seperti PLTU Jeneponto 2 x 125 MW. “Ketersediaan listrik merupakan salah satu komponen utama dalam mendukung kegiatan pemurnian mineral ini. Dalam kunjungan BKPM ke 80 perusahaan geliat investasi salah satu kendala terbesar adalah listrik belum siap. Di Bantaeng listrik sudah siap,” ujarnya dalam keterangan resminya kepada pers, hari ini (9/12). Menurut Franky, dari hasil komunikasinya dengan perusahaan, PLN telah menyiapkan pasokan listrik dengan kapasitas terpasang 900 MW terdiri dari 2 X 300 MW dan 2 x 150 MW. “Untuk tahun 2016 yang telah siap adalah tambahan 300-400 MW masuk ke jaringan. Ini positif karena masuknya pasokan listrik tersebut akan mendukung rencana-rencana realisasi perusahaan,” paparnya. Selain pasokan listrik dari PLN, PT Titan Mineral Utama juga berencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap dan mengharapkan pembangunan tersebut dapat masuk ke revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). “Perusahaan juga menyampaikan bahwa akan lebih baik bila transmisi terkoneksi antara Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan,” ungkapnya. Pembangkit listrik lainnya yang juga berpotensi untuk mendukung investasi smelter dan masuk ke jaringan transmisi listrik adalah PLTA Poso 350 MW (efektif 110 MW). “Smelter ini penting karena meningkatkan nilai tambah mineralnya. Jadi contohnya kalau memproduksi stainless steel itu yang tertinggi bisa meningkatkan nilai tambah hingga 200 kali lipat,” ungkapnya. Franky melanjutkan bahwa kebijakan pembangunan smelter yang saat ini tengah digiatkan akan mulai terasa dampak positifnya dalam 4-5 tahun mendatang. Pada tahun 2019, Indonesia diperkirakan akan menjadi eksportir stainless steel terbesar setelah rencana-rencana pembangunan smelter mulai direalisasikan dan telah berproduksi secara komersial. Pada saat itu, tahapan hilirisasi pertambangan di Indonesia akan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Indonesia. Franky menambahkan bahwa industri smelter merupakan industri strategis yang akan meningkatkan nilai tambah bahan baku mineral yang ditambang dari Indonesia. Dengan meningkatkan nilai tambah tersebut, pemerintah akan mendapatkan keuntungan berupa penyerapan tenaga kerja, peningkatan penerimaan pajak dan keuntungan lainnya. Sebelumnya diberitakan bahwa kunjungan kerja Kepala BKPM ke Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan dilakukan untuk memantau realisasi dua perusahaan dengan total rencana investasi smelter senilai Rp 6,4 triliun. Perusahaan tersebut adalah PT Titan Mineral Utama (TMU) dengan rencana investasi sebesar Rp 4,7 triliun dan PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (HNAI) sebesar US$ 130 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun (dengan kurs Rp 13.500). Realisasi industri smelter tersebut positif dan menunjukkan geliat investasi terutama di sektor hilirisasi pertambangan di Sulawesi Selatan. --Selesai-Untuk keterangan lebih lanjut,hubungi: Ariesta Riendrias Puspasari Kepala Biro Peraturan Perundang-Undangan, Hubungan Masyarakat dan Tata Usaha Pimpinan Jl. Jend. Gatot Subroto No.44 Jakarta 12190 Telepon : 021-5269874 HP : 08161946825 E-mail : [email protected]